Tugas Siskomdig
description
Transcript of Tugas Siskomdig
-
1
1. Mencari Panjang Gelombang Jika Frekuensi Diketahui
Panjang gelombang adalah sebuah jarak antara satuan berulang dari sebuah pola
gelombang. Biasanya memiliki denotasi huruf Yunani lambda (). Dalam sebuah
gelombang sinus, panjang gelombang adalah jarak antara puncak:
Gambar 1.1 Panjang Gelombang lambda ()
Axis x mewakilkan panjang, dan I mewakilkan kuantitas yang bervariasi
(misalnya tekanan udara untuk sebuah gelombang suara atau kekuatan listrik atau
medan magnet untuk cahaya), pada suatu titik dalam fungsi waktu x.
Panjang gelombang memiliki hubungan inverse terhadap frekuensi f, jumlah
puncak untuk melewati sebuah titik dalam sebuah waktu yang diberikan. Panjang
gelombang sama dengan kecepatan jenis gelombang dibagi oleh frekuensi gelombang.
Ketika berhadapan dengan radiasi elektromagnetik dalam ruang hampa, kecepatan
ini adalah kecepatan cahaya c, untuk sinyal (gelombang) di udara, ini merupakan
kecepatan suara di udara. Hubungannya adalah:
Gambar 1.2 Hubungan Panjang Gelombang, Kecepatan Jenis Gelombang, dan Frekuensi
-
2
Keterangan :
= panjang gelombang dari sebuah gelombang suara atau gelombang
elektromagnetik (m)
c = kecepatan cahaya dalam vakum = 299,792.458 km/d ~ 300,000 km/s =
300,000,000 m/s atau
c = kecepatan suara dalam udara = 344 m/s pada 20 C (68 F)
f = frekuensi gelombang
Berikut contoh soal mencari panjang gelombang () apabila frekuensi (f)
diketahui :
Sebuah pemancar radio bekerja pada daerah frekuensi 600 kHz dan 90 MHz. Berapa
panjang gelombang siaran yang diterima pesawat radio?
Diketahui : a. f1 = 600 kHz = 6 105 Hz
b. f2 = 90 MHz = 9 107 Hz
Ditanya : 1 = ... ?
2 = ... ?
Jawab :
a.
b.
2. Modulasi Analog dan Digital
Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi terhadap sinyal
pembawa, dimana parameter sinyal pembawa divariasikan secara proporsional
terhadap sinyal informasi. Parameter yang diubah tergantung pada besarnya
modulasi yang diberikan.
Modulasi dilakukan untuk menyesuaikan karakter sinyal dengan media atau
kanal yang digunakan. Sehingga sinyal informasi dapat dikirimkan melalui media
udara secara praktis. Modulasi dilakukan juga untuk meminimalisir interferensi
sinyal informasi menggunakan frekuensi yang sama atau berdekatan. Modulasi juga
membuat antena pemancar menjadi lebih praktis dengan ukuran yang dapat
direalisasikan.
Modulasi terbagi menjadi dua bagian yaitu modulasi sinyal analog dan modulasi
sinyal digital.
-
3
2.1 Modulasi Analog
Modulasi analog adalah proses pengiriman sinyal data yang masih berupa sinyal
analog atau berbentuk sinusoidal. Berikut ini yang termasuk modulasi analog :
A. Amplitude Modulation (AM)
Pada modulasi AM, amplitudo gelombang pembawa diubah sesuai dengan
signal informasi yang akan dikirimkan. Modulasi ini disebut juga linear
modulation, artinya bahwa pergeseran frekuensinya bersifat linier mengikuti
signal informasi yang akan ditransmisikan.
Gambar 2.1 Amplitude Modulation (AM)
Kelemahan sistem modulasi amplitudo adalah mudah terganggu oleh derau
cuaca, akan tetapi modulasi amplitudo ini dapat menjangkau jarak jauh dan
dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer.
Berikut ini adalah gambar blok diagram pemancar AM dan bentuk
gelombangnya.
Gambar 2.2 Blok Diagram Pemancar AM dan bentuk gelombangnya
-
4
Berikut ini adalah gambar blok diagram penerima AM dan bentuk
gelombangnya.
Gambar 2.3 Blok Diagram Penerima AM dan bentuk gelombangnya
B. Frequency Modulation (FM)
Pada modulasi FM nilai frekuensi dari gelombang pembawa diubah-ubah
menurut besarnya amplitudo dari sinyal informasi.
Gambar 2.4 Frequency Modulation (FM)
Berbeda dengan gelombang AM, gelombang FM bebas dari pengaruh
gangguan udara, bandwidth (lebar pita) yang lebih besar, dan fidelitas yang
tinggi. Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 88 108
MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari gangguan baik
atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Selain itu, Saluran siar FM
standar menduduki lebih dari sepuluh kali lebar bandwidth (lebar pita) saluran
siar AM.
Untuk blok diagram pemancar dan penerima FM ditunjukkan pada gambar
berikut :
-
5
Gambar 2.5 Blok Diagram Pemancar FM dan bentuk gelombangnya
Gambar 2.6 Blok Diagram Penerima FM dan bentuk gelombangnya
C. Phase Modulation (PM)
Pada modulasi PM adalah proses modulasi yang mengubah fasa sinyal
pembawa sesuai dengan sinyal pemodulasi atau sinyal pemodulasinya. Sehingga
dalam modulasi PM amplitudo dan frekuensi yang dimiliki sinyal pembawa tetap,
tetapi fasa sinyal pembawa berubah sesuai dengan informasi.
Gambar 2.7 Phase Modulation (PM)
Berikut gambar yang menunjukkan perbedaan bentuk sinyal dari ketiga janis
modulasi analog
-
6
Gambar 2.8 Bentuk Sinyal Modulasi Analog
2.2 Modulasi Digital
Modulasi digital merupakan teknik pengkodean sinyal dari sinyal analog ke
dalam sinyal digital (bit-bit pengkodean). Sinyal informasi digital yang akan
dikirimkan dipakai untuk mengubah frekuensi dari sinyal pembawa. Dalam
komunikasi digital, sinyal informasi dinyatakan dalam bentuk digital berupa biner 1
dan 0, sedangkan gelombang pembawa berbentuk sinusoidal yang termodulasi
disebut juga modulasi digital. Berikut jenis-jenis modulasi digital :
A. Amplitude Shift Keying (ASK)
Modulasi ASK adalah pengiriman sinyal digital berdasarkan pergeseran
amplitudo. Pada sistem modulasi ini merupakan sistem modulasi yang
menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan dan sinyal digital 0
sebagai suatu nilai tegangan yang bernilai 0 volt. Sehingga dapat diketahui bahwa
didalam sistem modulasi ASK, kemunculan frekuensi gelombang pembawa
tergantung pada ada tidaknya sinyal informasi digital. Berikut ini bentuk dari
sinyal modulasi ASK :
Gambar 2.9 Sinyal modulasi digital Amplitude Shift Keying (ASK)
Terdapat 2 jenis keying dalam metode ASK(Amplitude Shift Keying), yaitu
Hard Keying dan Soft Keying. Hard Keying adalah keying dimana sinyal
informasi betul-betul segi empat yaitu yaitu sinyal dengan transisi yang cepat.
-
7
Soft Keying adalah keying dimana sinyal informasi tidak murni segi empat
tetapi sinyal dengan transisi yang lambat.
Terdapat keuntungan pada metode ASK ini, yaitu bit per baud (kecepatan
digital) lebih besar. Sedangkan kesulitannya adalah dalam menentukan level
acuan yang dimilikinya, yakni setiap sinyal yang diteruskan melalui saluran
transmisi jarak jauh selalu dipengaruhi oleh redaman dan distorsi lainnya.
Sehingga dapat dikatakan metode ASK hanya menguntungkan bila dipakai
untuk hubungan jarak dekat. Pada metode ini derau juga harus
diperhitungkan dengan teliti, seperti pada halnya sistem modulasi AM, derau
menindih puncak gelombang-gelombang yang berlevel banyak dan membuat
sukar mendeteksi dengan tepat menjadi level ambangnya.
B. Frequency Shift Keying (FSK)
Modulasi digital Frequency Shift Keying (FSK) merupakan sejenis Frequency
Modulation (FM), dimana sinyal pemodulasinya (sinyal digital) menggeser
outputnya antara dua frekuensi yang telah ditentukan sebelumnya, yang biasa
diistilahkan frekuensi mark dan space. Modulasi digital dengan FSK juga
menggeser frekuensi carrier menjadi beberapa frekuensi yang berbeda didalam
band-nya sesuai dengan keadaan digit yang dilewatkannya. Jenis modulasi ini
tidak mengubah amplitudo dari signal carrier yang berubah hanya frekuensi.
Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk sinyal modulasi digital FSK.
Gambar 2.10 Sinyal modulasi digital Frequency Shift Keying (FSK)
C. Phase Shift Keying (PSK)
Modulasi digital Phase Shift Keying (PSK) merupakan modulasi yang
menyatakan pengiriman sinyal digital berdasarkan pergeseran fasa. Biner 0
diwakilkan dengan mengirim suatu sinyal dengan fasa yang sama terhadap sinyal
yang dikirim sebelumnya dan biner 1 diwakilkan dengan mengirim suatu sinyal
dengan fasa berlawanan dengan sinyal dengan sinyal yang dikirim sebelumnya.
Dalam proses modulasi ini, fasa dari frekuensi gelombang pembawa berubah-
ubah sesuai dengan perubahan status sinyal informasi digital. Adapun bentuk
dari sinyal modulasi digital Phase Shift Keying (PSK) adalah sebagai berikut:
-
8
Gambar 2. 11 Sinyal modulasi digital Phase Shift Keying (FSK)
3. Spesifikasi kecepatan Wi-Fi
Wi-Fi (Wireless Fidelity) merupakan koneksi tanpa kabel (wireless) yang
menggunakan teknologi radio sehingga dapat mentransmisi data dengan cepat. Wi-Fi
merupakan sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel atau
WLAN (Wireless Local Area Networks) yang berdasarkan pada spesifikasi IEEE (
Institute of Electrical and Electronics Engineers ) 802.11.
IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers) merupakan sebuah badan
yang mengatur yang mengatur standarisasi dalam bidang teknologi informasi. Seperti
data yang saya ambil dari Wikipedia, Dalam IEEE ada code tertentu untuk
standarisasi dalam teknologi komunikasi:
802.1: LAN/MAN Management and Media Access Control Bridges
802.2: Logical Link Control (LLC)
802.3: CSMA/CD (Standar untuk Ehernet Coaxial atau UTP)
802.4: Token Bus
802.5: Token Ring (bisa menggunakan kabel STP)
802.6: Distributed Queue Dual Bus (DQDB) MAN
802.7: Broadband LAN
802.8: Fiber Optic LAN & MAN (Standar FDDI)
802.9: Integrated Services LAN Interface (standar ISDN)
802.10: LAN/MAN Security (untuk VPN)
802.11: Wireless LAN (Wi-Fi)
802.12: Demand Priority Access Method
802.15: Wireless PAN (Personal Area Network) > IrDA dan Bluetooth
802.16: Broadband Wireless Access (standar untuk WiMAX)
3.1 Spesifikasi Wireless LAN 802.11 Wi-Fi
Berikut ini ini ada Tabel Physical Layer IEEE 802.11 yang dikutip dari buku Data
and Computer Communications yang ditulis oleh William Stallings, Chapter 17 :
Wireless LANs
-
9
Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bandwidth, bit rate serta frekuensi kerja
pada tiga generasi awal IEEE 802.11.
IEEE 802.11 a/b/g menyatakan generasi teknologi Wifi. Teknologi wireless wifi
terus dikembangkan hingga sekarang sampai pada 802.11n dan 802.11ac. Kode
802.11 a/b/g/n/ac menandakan bahwa teknologi wireless wifi ini sudah sampai pada
generasi yang kelima. Berikut adalah urutan generasi teknologi wifi berdasarkan
kode IEEE.
1. IEEE 802.11b
2. IEEE 802.11g
3. IEEE 802.11a
4. IEEE 802.11n
5. IEEE 802.11ac
Jika pada daftar spesifikasi perangkat wireless tertera kode IEEE 802.11ac, maka
perangkat wireless wifi tersebut adalah generasi terbaru. Sedangkan untuk kode
IEEE 802.11 b/g itu berarti teknologi wifi yang digunakan pada perangkat wireless
adalah yang pertama dan kedua. Meski menjadi yang terlama, namun masih banyak
yang menggunakan perangkat wireless dengan kode tersebut. Generasi urutan ketiga
dan keempat adalah IEEE 802.11a dan IEEE 802.11n.
Informasi penting lainnya terkait kode IEEE 802.11 pada perangkat wireless adalah
data rate dan frekuensi yang digunakan pada perangkat wireless itu sendiri. Berikut
bit rate, dan frekuensi kerja untuk kelima generasi awal Wireless LAN.
802.11b pengembangan dari 802.11 yang menyediakan kecepatan transmisi
11 Mbps (dengan fallback sampai 5.5, 2 dan 1 Mbps) pada frekuensi 2.4 GHz.
802.11b hanya menggunakan DSSS.
802.11g pengembangan dari 802.11b yang mendukung bit rate hingga 54
pada frekuensi 2.4 GHz. 802.11g juga menggunakan OFDM.
-
10
802.11a pengembangan dari 802.11 yang mendukung bit rate hingga 54
Mbps pada frekuensi 5GHz . 802.11a menggunakan skema encoding
orthogonal frequency division multiplexing (OFDM) encoding scheme.
802.11n medifikasi physical and MAC layers untuk menghasilkan kecepatan
lebih dari 100 pada frekuensi 5 GHz. 802.11n menggunakan teknologi OFDM
dan MIMO.
802.11ac - memiliki data rate yang mencapai 1300 Mbps atau 1,3 Gbps dan
Frekuensi yang digunakan adalah 5 GHz
4. Spesifikasi Transmisi, Frekuensi dan Modulasi pada Teknologi Digital Video
Broadcasting-Terrestrial (DVB-T)
DVB-T adalah DVB standar konsorsium Eropa untuk transmisi penyiaran televisi
terestrial digital yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1997 dan penyiaran
pertama kali pada tahun 1998 di Inggris. Sistem ini mentransmisikan suara, video
dan data digital lain yang terkompresi menggunakan modulasi OFDM (Orthogonal
Frequency-Division Multiplexing).
Dengan teknologi digital, DVB-T dapat memanfaatkan penggunaan bandwidth
secara lebih efisien. Satu transponder satelit yang biasanya hanya dapat digunakan
untuk satu program TV analog, dengan menggunakan DVB-T dapat digunakan untuk
menyiarkan 8 kanal TV digital. Selain penambahan kapasitas kanal TV, pada media
transmisi terestrial dapat diperoleh kualitas gambar yang lebih baik.
Untuk spesifikasi frekuensi teknologi DVB-T dimodulasikan ke frekuensi radio
(VHF, UHF) oleh front-end RF. Bandwidth yang ditempati dirancang untuk
mengakomodasi setiap sinyal DVB-T tunggal menjadi saluran lebar 5, 6, 7, atau 8
MHz. Sistem modulasi yang digunakan adalah QPSK dan 16QAM atau 64QAM.
Keterangan lengkapnya akan dijelaskan selanjutnya beserta tahapan-tahapan dan
spesifikasi transmisi pada pemancar dan penerima.
4.1 Transport Stream (TS)
Transport Stream menurut ITU-T Rec. H.262 | ISO / IEC 13818-2 dan ISO / IEC
13818-3 adalah aturan aliran yang disesuaikan untuk berkomunikasi atau
menyimpan satu atau lebih program dari data yang dikodekan dan data lainnya
dalam lingkungan dimana kesalahan signifikan mungkin terjadi. Kesalahan tersebut
dapat dimanifestasikan sebagai kesalahan bit atau kehilangan paket [3]. Sinyal
baseband yang ditransmisikan adalah MPEG-2 TS. Transport Stream (TS) adalah deret
kontinu dari paket TS. Setiap paket memiliki panjang 188 byte. Pada 4 byte pertama
mengandung header dari paket TS dan 184 byte berikutnya digunakan untuk payload.
Komponen yang paling penting dari header adalah byte sinkronisasi (sync) dan paket
ID (PID).
-
11
4.2 Sistem Tranceiver DVB-T
Blok sistem transceiver DVB-T dibagi menjadi 3 bagian yaitu transmitter, kanal
dan receiver.
4.2.1 Transmitter
Gambar 2.1 merupakan skema dari pemancar DVB-T. Proses transmisi paket
MPEG-2 pada DVB-T terdiri dari 6 tahapan, yaitu:
1. Outer coding (penyandian Reed-Solomon)
2. Outer interleaving (convolutional interleaving)
3. Inner coding (penyandian punctured convolutional)
4. Inner interleaving
5. Pemetaan dan modulasi
Gambar 4.1 Diagram blok pemancar DVB-T
Penjelasan setiap blok pada bagian transmitter DVB-T diberikan di bawah ini.
4.2.1.1 Source Coding dan Multipleksing
Proses pentransmisian pada system DVB-T dimulai dari proses pengkodean
sumber dan pemultipleksian MPEG-2 (MUX). Video terkompresi, audio terkompresi,
dan aliran data dimultipleks ke dalam MPEG Program Stream (MPEG-PS). Satu atau
lebih MPEG-PS yang bergabung bersama-sama menjadi transport stream MPEG
(MPEG-TS), ini adalah aliran digital dasar yang sedang dikirim dan diterima oleh TV
atau Set Top Box rumah (STB).
4.2.1.2 Splitter
Setelah proses pengkodean sumber dan pemultipleksian MPEG-2 (MUX), MPEG
TS masuk ke splitter. Dua MPEG TS berbeda dapat ditransmisikan pada saat yang
-
12
sama menggunakan teknik yang disebut transmisi hirarki. Ini dapat digunakan untuk
mengirim, misalnya sinyal SDTV dan sinyal HDTV pada pembawa yang sama. Secara
umum, sinyal SDTV lebih kuat dari sinyal HDTV. Pada penerima, tergantung pada
kualitas sinyal yang diterima, STB mungkin dapat men-decode aliran HDTV atau, jika
tidak memiliki kekuatan sinyal, dapat beralih ke sinyal SDTV (dengan cara ini, semua
penerima yang dekat dengan lokasi transmisi dapat mengunci sinyal HDTV,
sedangkan yang lain, bahkan yang terjauh, mungkin masih dapat menerima dan
decode sinyal SDTV). MPEG-TS diidentifikasi sebagai urutan paket data dengan
panjang yang tetap (188 bytes). Dengan teknik yang disebut penyebaran energi,
urutan byte dipisahkan.
4.2.1.3 Outer coding
Outer coding merupakan koreksi kesalahan tingkat pertama pada outer coder
menggunakan kode blok non-biner, menggunakan kode Reed-Solomon sehingga
memungkinkan koreksi hingga maksimal 8 byte kesalahan untuk setiap paket 188
byte.
4.2.1.4 Outer Interleaver
Pada outer interleaver, interleaving konvolusi digunakan untuk mengatur ulang
urutan data yang ditransmisikan. Hal ini berfungsi untuk memudahkan koreksi deret
kesalahan pada data yang panjang.
4.2.1.5 Inner Coding
Inner coding adalah koreksi kesalahan tingkat kedua untuk koreksi kesalahan bit,
yang sering dilambangkan dalam menu STB sebagai FEC (Forward Error Correction).
4.2.1.6 Inner Interleaving
Tujuan dari dilakukannya inner interleaving adalah untuk mengatasi efek
frekuensi selektif saluran yang mungkin misalnya hasil dari gema pada jalur
transmisi. Inner interleaver dilakukan untuk memberikan performa optimal pada
kompleksitas dan ukuran memori. Ini terdiri dari kombinasi dari interleaver bit dan
simbol. Dalam interleaver bit, 126 bit berurutan pertama digabungkan menjadi satu
blok dan kemudian disisipkan di dalam blok ini. Selanjutnya interleaver simbol yang
merupakan interleaver deret pseudorandom yang mengubah deret dari simbol
tersebut. Hasil penyisipan ini.
4.2.1.7 Pemetaan dan Modulasi
Proses inner interleaving diikuti oleh pemetaan simbol. Pada proses ini tiap-tiap
carrier dari sinyal OFDM dimodulasi secara terpisah dengan pilihan teknik modulasi
QPSK, 16-QAM and 64-QAM.
-
13
4.2.1.8 Frame Adaptation
Setelah simbol-simbol dipetakan, frame adaptation mengelompokkan simbol-
simbol yang kompleks dalam blok-blok panjang yang konstan (1512, 3024, atau 6048
simbol per blok). Sebuah frame dibangkitkan dengan panjang 68 blok dan sebuah
superframe dibangun oleh 4 frame.
4.2.1.9 Penyisipan Sinyal Pilot dan Sinyal TPS (Transmission Parameter
Signalling)
Untuk menyederhanakan penerimaan sinyal yang ditransmisikan pada saluran
radio terestrial, sinyal tambahan dimasukkan ke dalam setiap blok. Sinyal pilot
digunakan selama fase sinkronisasi dan ekualisasi, sementara sinyal TPS
(Transmission Parameter Signalling) mengirim parameter dari sinyal yang
ditransmisikan dan untuk mengidentifikasi sel transmisi. Penerima harus mampu
menyinkronkan, menyamakan, dan mendekodekan sinyal untuk mendapatkan akses
ke informasi yang dipegang oleh pilot TPS. Jadi, penerima harus tahu informasi ini
terlebih dahulu, dan data TPS hanya digunakan dalam kasus khusus, seperti
perubahan dalam parameter, sinkronisasi ulang, dan lain-lain.
4.2.1.10 OFDM
Urutan blok dimodulasi menurut teknik OFDM. Peningkatan jumlah carrier tidak
mengubah payload bit rate yang tetap konstan. Dalam proses ini disisipkan guard
interval yangbertujuan untuk menghindari Intersymbol Interference (ISI) akibat lintas
jamak pada sinyal yang ditransmisikan. Lebar guard interval tersebut dapat 1/32,
1/16, 1/8, atau 1/4 dari FFT. Siklik awalan diperlukan untuk mengoperasikan
jaringan frekuensi tunggal, dimana mungkin ada interferensi ineliminable datang dari
beberapa lokasi yang mentransmisikan program yang sama pada frekuensi carrier
yang sama.
4.2.1.11 Konversi Digital ke Analog
Sinyal digital diubah menjadi sinyal analog, dengan konverter digital-ke-analog
(DAC), dan kemudian dimodulasikan ke frekuensi radio (VHF, UHF) oleh front-end RF.
Bandwidth yang ditempati dirancang untuk mengakomodasi setiap sinyal DVB-T
tunggal menjadi saluran lebar 5, 6, 7, atau 8 MHz. Kecepatan sampel baseband yang
diberikan pada input DAC tergantung pada bandwidth saluran dengan fs = 7/8 B
sampel/s, di mana B adalah bandwidth saluran dinyatakan dalam Hz (Hertz).
4.2.2 Kanal
Kanal adalah media elektromagnetik di antara pemancar (transmitter) dan
penerima (receiver). Bentuk umum dari kanal adalah kanal Gaussian yang secara
umum disebut sebagai kanal Additive White Gaussian Noise.
-
14
4.2.3 Receiver
Gambar 4.2 menunjukan blok diagram penerima DVB-T yang terdiri atas tiga
blok utama yaitu blok syncronozation dan channel estimation blok channel decoding
dan source decoding dan demultiplexing.
Gambar 4.2 Blok Receiver DVB-T
Secara garis besar pada sistem penerima DVB-T akan terjadi proses sebagai
berikut:
1. Front-end dan ADC: sinyal RF analog dikonversi ke base band dan diubah
menjadi sinyal digital, menggunakan konverter analog-ke-digital (ADC).
2. Sinkronisasi waktu dan frekuensi: sinyal base band digital dicari untuk
mengidentifikasi awal frame dan blok. Jika ada masalah dengan frekuensi dari
komponen sinyal juga dikoreksi. Guard interval pada akhir simbol yang
ditempatkan juga di awal dimanfaatkan untuk menemukan awal dari sebuah
simbol OFDM yang baru.
3. Pembuangan guard interval: cyclic prefix dihapus
4. OFDM demodulasi
5. Ekualisasi frekuensi: sinyal pilot menyamakan sinyal yang diterima
6. Demapping
7. Internal deinterleaving
8. Internal decoding: menggunakan algoritma Viterbi.
9. Eksternal deinterleaving
10. Eksternal decoding
11. MUX adaptasi
-
15
12. MPEG-2 demultiplexing dan pendekodean sumber
4.3 Mode Carrier
Pada spesifikasi DVB-T, terdapat dua mode carrier yang dapat digunakan dengan
jumlah carrier yang berbeda, yaitu mode 2K dengan 2048 point FFT dan mode 8K
dengan 8192 point FFT. Ukuran FFT diberikan sebagai pangkat dari 2. Pada mode 2K,
pangkatnya adalah 11 sehingga menghasilkan 2048 point FFT, sedangkan pada mode
8K pangkatnya adalah 13 sehingga hasilnya 8192 point FFT. Jumlah carrier untuk 8K
adalah 6817 dan untuk 2K adalah 1705.
4.4 Modulasi dan Demodulasi QPSK (Quadrature Phase Shift Keying)
Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit stream)ke
dalam sinyal carrier. Phase Shift Keying merupakan salah satu teknik modulasi digital
dimana sinyal informasi digital yang akan dikirimkan ditumpangkan pada fasa dari
sinyal pembawa.
Modulasi sinyal digital multilevel, dalam prosesnya akan menyebabkan
terjadinya simbolisasi kelompok-kelompok bit (dibit, tribit, .) sehingga bit stream
data disimbolkan dalam kelompok n-bit, maka akan diperlukan 2n symbol untuk
mempresentasikannya. Selanjutnya symbol-simbol akan memodulasi kelakuan sinyal
pembawa (amplitude, frekuensi, fasa, atau kombinasinya). Tujuannya adalah untuk
menghemat penggunaan bandwidth.
Pada modulasi QPSK sinyal pembawa mempresentasikan empat keadaan fasa
untuk menyatakan empat simbol . Satu simbol QPSK dipetakan oleh dua bit (dibit)
yaitu 00, 01, 11, 10. Setiap dua bit akan mengalami perubahan fasa sebesar 900
sedangkan kecepatan bit informasinya sebesar dua kali kecepatan simbolnya.
4.4.1 Modulasi QPSK
Gambar 4.3 adalah gambar modulator QPSK. Dari diagram blok modulator QPSK
tersebut, data awal masukan diproses oleh bit splitter sehingga diperoleh dua buah
aliran data yang terdiri dari aliran data ganjil (In Phase) dan aliran data genap
(Quadrature).
Kemudian masing-masing aliran data akan memodulasi sinyal carrier yang beda
fasa antara keduanya sebesar /2 . Sinyal carrier untuk data ganjil memiliki
persamaan cos 2,sedangkan sinyal carrier untuk data genap memiliki persamaan sin
2. 2fct.
-
16
Gambar 4.3 Diagram Blok modulator QPSK
4.4.2 Demodulasi QPSK
Proses pengambilan data yang dikirim transmitter dimulai dari diterimanya
sinyal oleh antena receiver ditunjukkan seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Diagram Blok Demodulator QPSK
4.5 Standar DVB-T
Standar terrestrial untuk transmisi program TV digital ditentukan dalam ETS
300744 yang berhubungan dengan proyek DVB-T. Kanal DVB-T bisa berada pada
bandwidth 6, 7 atau 8 MHz. Ada dua mode operasi yang berbeda pada sistem ini yaitu
mode 2K dan mode 8K dimana mode 2K untuk IFFT dengan 2046 titik dan mode 8K
untuk IFFT dengan 8192 titik. Pada DVB-T ditentukan untuk menggunakan simbol
dengan panjang sekitar 250 s (mode 2K) atau 1 ms (mode 8K). Tergantung pada
-
17
persyaratan, mode yang satu atau mode yang lain bisa dipilih. Mode 2K mempunyai
subcarrier spacing yang lebih besar sekitar 4 KHz tetapi symbol period-nya lebih
pendek. Mode 8K hanya memiliki subcarrier spacing sekitar 1 KHz.
Berbeda dengan panjang simbol, guard interval bisa disesuaikan dalam rentang
sampai 1/32 dengan dari panjang simbol FFT-IFFT. Hal ini memungkinkan untuk
memilih tipe modulasi (QPSK, 16QAM atau 64QAM). Proteksi kesalahan (FEC) pada
transmisi DVB-T dapat disesuaikan pada persyaratan dengan menyesuaikan code rate
dengan pilihan , 2/3, , 5/6 dan 7/8.
Standar DVB-T menyediakan pengkodean hirarki sebagai pilihan. Dalam
pengkodean hirarki ada dua masukan transport stream dan dua kofigurasi bebas tapi
memiliki FEC yang identik. Tujuannya adalah untuk mengaplikasikan sejumlah besar
koreksi kesalahan pada sebuah transport stream dengan kecepatan data yang rendah
dan kemudian mentransmisikannya. Jalur transport stream ini disebut jalur High
Priority (HP). Transport stream yang kedua memiliki kecepatan data yang lebih tinggi
dan ditransmisikan dengan koreksi kesalahan yang rendah. Ini disebut jalur Low
Priority (LP).
5. Analog to Digital Converter (ADC) dan Digital to Analog Converter (DAC)
PCM merupakan metode umum untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital. Dalam sistem digital, sinyal analog yang dikirimkan cukup dengan sampel-
sampelnya saja. Sinyal suara atau gambar yang masih berupa sinyal listrik analog
diubah menjadi sinyal listrik digital melalui 4 tahap utama, yaitu sampling, kuantisasi,
coding dan multiplexing.
Sampling adalah proses pengambilan sample atau contoh besaran sinyal analog
pada titik tertentu secara teratur dan berurutan. Kuantisasi adalah proses
menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling dalam level-level kuantisasi.
Amplitudo dari masing-masing sample dinyatakan dengan harga integer dari level
kuantisasi yang terdekat. Coding adalah proses mengubah (mengkodekan) besaran
amplitudo sampling ke bentuk kode digital biner. Terakhir multiplexing dimana dari
banyak input menjadi satu output. Dengan fungsi untuk penghematan transmisi
menjadi dasar penyambungan digital.
Berikut adalah gambar diagram blok transmitter PCM
Gambar 5.1 Diagram Blok Transmitter PCM
-
18
Pada PCM, sinyal informasi x(t) sisampling dengan frekuensi sampling yang
sesuai (frekuensi sampling fs frekuensi informasi tertinggi fx), kemudian level
sampling dikuantisasi menjadi level kuantisasi yang sesuai kemudian dikodekan
dengan two-code word, yaitu dengan batas angka urutan 0,1.
Penjelasan detail 3 proses utam PCM, yaitu sampling, kuantisasi, dan coding
adalah sebagai berikut :
Proses sampling adalah proses pengambilan sample dari sinyal suara dengan
lebar pita frekwensi antara 300- 3400 Hz, di mana proses ini dikerjakan oleh
modulator amplitudo. Prinsip kerja dari sampling ini sama seperti pintu/gate/saklar,
yang membuka dan menutup dengan periode waktu yang tertentu dan kontinyu, yang
mana membuka dan menutupnya pintu/gate/saklar ini dikerjakan oleh suatu
frekwensi, yang dikenal sebagai frekwensi sampling.
Gambar 5.2 Proses Sampling
Proses kuantisasi adalah proses pemberian harga terhadap sinyal PAM(hasil
penyamplingan) yang besar atau kecilnya disesuaikan dengan harga tegangan
pembanding terdekat. Setiap pulsa akan diletakan kedalam suatu polaritas positif
atau polaritas negatif. Setiap polaritas dibagi menjadi beberapa segment/sub
segment (interval) Kuantisasi ada 2 macam :
Uniform (seragam) (Linear)
Non-uniform (tidak seragam) (Non-linear)
Gambar 5.3 Proses Kuantisasi
Proses coding adalah mengubah sinyal PAM menjadi sinyal digital (A D
Converter). Pada PCM-30 berlaku Hukum Companding-A. Setiap pulsa PAM
ditempatkan pada polaritas positif atau negatif; dan ditandai dengan huruf S.
Untuk Polaritas Positif S = 1
Untuk Polaritas Negatif S = 0
-
19
Gambar 5.4 Proses Coding
Pembahasan selanjutnya adalah proses digital to analog. Digital to Analog
Converter (DAC) adalah perangkat untuk mengkonversi sinyal masukan dalam
bentuk digital menjadi sinyal keluaran dalam bentuk analog (tegangan). Tegangan
keluaran yang dihasilkan DAC sebanding dengan nilai digital yang masuk ke dalam
DAC. Sebuah DAC menerima informasi digital dan mentransformasikannya ke
dalambentuk suatu tegangan analog. Informasi digital adalah dalam bentuk angka
biner dengan jumlah digit yang pasti
Gambar 5.5 Digital to Analog Converter