tugas bakteri

download tugas bakteri

of 22

description

neonatus

Transcript of tugas bakteri

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangStaphylococcus aureusmerupakan bakteri Gram positif berbentuk bulatberdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teraturseperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidakbergerak (Gambar 2.1). Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 C, tetapimembentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 C). Koloni padaperbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar,halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkanS.aureusyang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperandalam virulensi bakteri (Jawetzet al.,1995 ; Novicket al., 2000).

Gambar 1 Bentuk mikroskopisS. aureus(Wikipedia, 2006)

B.Tujuan Penulisan Makalah1.Untuk mengetahui klasifikasi dari bakteri staphylococcus aureus2.Untuk mengetahui struktur sel dari bakteri staphylococcus aureus3.Untuk mengetahui patogenesis dari bakteri staphylococcus aureus4.Untuk mengetahui identifikasi dari bakteri staphylococcus aureus

BAB IIISI

Staphylococcus aureus

Klasifikasi ilmiah

Domain:Bacteria

Kerajaan:Eubacteria

Filum:Firmicutes

Kelas:Bacilli

Ordo:Bacillales

Famili:Staphylococcaceae

Genus:Staphylococcus

Spesies:S. aureus

Nama binomial

A.PengertianStaphylococcus aureus(S. aureus) adalahbakteri gram positifyang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkansporadan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m.S. aureustumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam.S. aureusmerupakanmikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. KeberadaanS. aureuspada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakansteroidatau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.InfeksiS. aureusdiasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul,jerawat,pneumonia,meningitis, danarthrititsSebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkankatalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2menjadi H2O dan O2, dankoagulase, enzim yang menyebabkanfibrinberkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri danfagositosisterhambat.

B.Morfologidan identifikasiBakteriStaphylococcusberbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan bakteri coccus yang lain yaitu :1.Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 1,5 m.2.Warna koloni putih susu atau agak krem3.Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.4.Bersifat fakultatif anaerobic5.Pada umumnya tidak memiliki kapsul6.Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora)7.Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (nonmotile)8.Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik9.Menghasilkan katalase10.Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %11.Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentusepertiHexachlorophene 3%.12.Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibatAlamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.Bakteri yang memiliki genus Staphylococcus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut:

warna koloni putih susu atau agak krem, bentuk koloni bulat, tepian timbul, sel bentuk bola, diameter 0,5-1,5 um, terjadi satu demi satu, berpasangan, dan dalam kelompok tidak teratur,

Menurut Holt et al, (1994), bakteri Staphylococcus sp. Gram +, tidak berspora, tidak motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh optimum pada suhu 30-370C dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua pernapasan dan metabolisme fermentatif. Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan kadang-kadang kuning keorangeorangean. Bakteri ini katalase positif dan oksidase negatif, sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan lisis oleh lisostafin tapi tidak oleh lisozim.

Suhu Optimum pertumbuhan 35-37oCSuhu Minimum pertumbuhan 10oCSuhu Maksimum pertumbuhan 42oCSuhu Lethal 62oC 30-60 menitSuhu Lethal 72oC 15 menit

A.Ciri khas organisme :staphylococcosadalah sel yang berbentuk bola dengan diameter 1m yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur,kokus tunggal,berpasangan,tetrad dan berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair.staphylococcus bersifat non motil dan tidak membentuk spora.Di bawah pengaruh obat seperti penisilin,staphylococcusmengalami lisis.Spesies mikrococcus sering kali mirip staphylococcus.mereka hidup bebas di lingkungan dan memebentuk kumpulan yang teratur terdiri atas 4 atau 8 kokus.Koloninya berwarna kuning,merah atau orange.B.Biakan:Staphylococcustumbuh dengan baikpada berbagai media bakteriologi di bawah suasana aerobik atau mikroaerofilik.tumbuh dengan cepat pada temperatur 37C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar 20-35C.Koloni pada media yang padat berbentuk bulat,lembu dan mengkilat.S.aureus biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas.Tidak ada pigmen yang di hasilkan secara anaerobik atau pada media cair.berbagai macam tingkat hemolisis di hasilkan olehS.aureusdan kadang-kadang oleh spesies lain.C.Karakteristik Pertumbuhan :Staphylococcusmenghasilkan katalase,yang membedakannya dengan streptococcus.staphylococcusmemfermentasi karbohidrat menghasilkan asam laktat dan tidak menghasilkan gas.Aktivitas proteolitik bervariasi dari 1 jalur k jalur yang lain.Staphylococcusyang patogenik menghasilkan beberapa produk ekstra seluler.Staphylococcussensitif terhadap beberapa obat antimikroba.resistansinya di kelompokkan dalam beberapa golongan:1.Biasanya menghasilkan enzim beta laktamase,yang berada di bawah kontrol plasmid,dan membuat organisme resisten terhadap beberapa penisilin.2.GalurS.aureusyang mempunyai tingkat kerentanan menengah terhadap vankomisin(kadar jhambat minimum 4-8 mg/mL),telah di isolasi di jepang,AS dan beberapa negara lain dan ini sangat mendapat perhatian dari pada klinisi.S.aureus pada umumnya di isolasi dari pasien yang menderita infeksi kompleks yang mendapat terapi vankomisin jangka panjang.Sering terdapat kegagalan terapi dengan vankomisin.Mekanisme resistensi berkaitan dengan peningkatan sinteris dinding sel dan perubahan dalam dinding sel serta bukan di sebabkan oleh genvanseperti yang di temukan pada enterococcus.GalurS.aureusdengan tingkat kerentanan menengah terhadap vankomisin biasanya resisten terhadap nafsilin tetapi pada umumnya rentan terhadap oxazolidinon dan terhadap quinupristin/dalfopristin.3.Plasmid juga dapat membawa gen untuk resistensi terhadap tetrasiklin,eritromisin,aminoglikosida dan obat-obat lainnya.hanya pada beberapa galur staphylococcus masih peka terhadap vankomisin.4.Akibat sifat toleran berdampak bahwa staphylocaccus di hambat ole obat teapi tidak di bunuh oileh obat tersebut misalnya terdapat perbedaan yang besar antara KHM(Kadar Hambat Minimal) dan KBM(Kadar Bunuh Minimal)dari obat antimikroba.pasien dengan endokarditis yang di sebabkan olehS.aureusyang toleran dapat mengalami perjalanan penyakit yang lama di bandingkan dengan pasien yang mengalami endokarditis yang di sebabkan olehS.aureusyang sepenuhnya rentan terhadap antimikroba.Toleransi suatu zat dapat di hubungkan dengan kurangnya aktivitas enzi autolitik di dalam dinding sel.D.Variasi: BiakanStaphylococcusmengandung beberapa bakteri dengan karakter yang berbeda dalam sebagian besar populasi,misalnya ukuran koloni,pigmen dan hemolisis,kompeleksitas kerja enzim,resistansi obat dan dalam hal patogenitas.Invitro,ciri khas inio di pengaruhi oleh kondisi-kondisi pertumbuhan:jikaS.aureusyang resisrtan terhadap nafsilin di inkubasi pada agar darah suhu 37C,1 dari 107organisme menjadi resistan terhadap nafsilin:jika di inkubasi pada suhu 30C pada agar yang mengandung NaCl 2-5% 1 dalam 103organisme menjadi resistan terhadap nafsilin.

C.Klasifikasi staphylococcus aureus1.Berdasarkan morfologiBentuknya bulat(kokus) atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak bergerak, tidak berspora dan gram positif.Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya cenderung dekat dengan sel induknya. Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana pada temperatur optimum 37oC dan pH 7,4. Merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara mikroorganisme yang tidak berspora tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit, tahan terhadap fenol selama 15 menit.

2.Berdasarkan filogenik (garis keturunan)Scientific Classificatin

Domain :BacteriaKingdom :EubacteriaPhylum :FirmicutesClass :BacilliOrder :BacillalesFamily :StaphylococcaceaeGenus :StaphylococcusSpecies :S. aureus

Bentuknya Coccus/bulat, Ukurannya berdiameter 0,8-1 m Susunannya 2-2, 4-4, bergerombol sepertibuah anggur

3.Berdasarkan sifat pewarnaanStaphylococcus aureus (S. aureus)adalahbakteri grampositifyang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerobfakultatif, tidak menghasilkansporadan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok,dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m.S. aureustumbuhdengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan0,47 jam.S. aureusmerupakanmikroflora normalmanusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluranpernafasan atas dan kulit.KeberadaanS. aureuspadasaluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarangmenyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanyaberperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketikaresistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon;adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakansteroidatau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadipelemahan inang

4.Berdasarkan aktivitas metabolisme1.Kebutuhan akan O2Staphylococcus aureustumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di bawah suasana aerobicatau microaerofilik.Koloni akan tumbuh dengan cepat pada temperatur 37C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar (20C-35C) koloni pada media padat akan berbentuk bulat,lembut dan mengkilat.Pada pembenihan cair menyebabkan kekeruhan yang merata tidak membentuk pigmen.pada nutrien agar setelah di inkubasi selama 24 jam kolonin berpigmen kuning emas,ukuran 2-4mm,bulat,cembung tapi rata.pada agar darah atau media BAP sekeliling koloni akan terlihat zona beta hemolisa (zona jernih) yang lebar.2.Produksitoksin dan enzimStaphylococcus aureusdapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler.beberapa zat ini adalah enzim.sedangkan yang lain di duga toksin,meskipun berfungsi sebagai enzim kebanyakan toksin berada di bawah pengendalian genetik plasmid atau DNA yang berbentuk cekuler yang terdapat dalam kromosom.Hemolisa:Staphylococcus aureusdapat di bedakan menjadi 3 hemolisa yang di sebut alfa,beta dan gama.Semua hemolisa ini antigennya berbeda.Hemolisa alfa dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah kelinci dan domba dengan cepat,hemolisa alfa di sebabkan oleh jenis koagulase positifdan penting pada patogenesis infeksi pada manusia.Koagulase:Staphylococcus aureusmenghasilkan koagulase suatu protein yang mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah di beri oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat pada banyak serum.Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan enterase dan menyebabkan aktivitas pembekuan.Koagulase dapat mengendapakan fibrin pada permukaanStaphylococcus.Staphylococcus aureusmembentuk koagulase positif di anggap mempunyai potensi menjadi patogen invasive.Katalase:Staphylococcusmenghasilkan katalase yang mengubahhydrogen peroksida(H2O2) menjadi air dan oksigen.tes katalase membedakanStaphylococcuspositif dariStreptococcusyang negatif.D.Struktur selStaphylococcus aureusmerupakan bakteri Gram-positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul,berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur.Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar,Staphylococcusmemiliki diameter 0,5-1,0mm dengan koloni berwarna kuning.S. aureusmempunyai dinding sel yang terdiri dari peptidoglikan, asam teikoik,fibronectin binding protein,clumping factorsdancollagen binding protein.Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang menyusun hampir 50% dari berat dinding sel. Peptidoglikan tersusun dari polimer polisakarida (asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramik), polipeptida (L-Ala, D-Glu, L-Lys, D-Ala, D-ala) dan sebuah jembatan pentaglisin. Melalui katalisis transpeptidase oleh Penicillin-Binding Protein (PBP), setiap peptidoglikan akan saling berikatan dengan peptidoglikan lainnya dengan cara merubah rantai alanin agar berikatan dengan jembatan pentaglisin dari peptidoglikan lainnya. Proses menghasilkan suatu struktur dinding sel yang padat. Beberapa enzim juga dihasilkan olehS.aureus,diantaranya koagulase,clumping factor, hialuronidase danb-laktamase.Dinding selS. Aureusjugamengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.Staphylococcus aureusadalah bakteri aerob dan anaerob fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase.Staphylococcus aureusmengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk olehStaphylococcus aureusadalah haemolysin alfa, beta, gamma,delta danepsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.Suhu optimum untuk pertumbuhanStaphylococcus aureusadalah 35o 37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 9,8 dengan pH optimum 7,0 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein.Selain memproduksi koagulase,S. aureusjuga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya :Eksotoksin-a yang sangat beracun.Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah.Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukistik.Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh tubuh.Grup enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana.Staphylococcus aureushidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.

Foto dari mikroskop elektron (Scanning electron microscope) dariStaphylococcus aureus.S.aureussudah dikenal sebagai penyebab infeksi sejak tahun 1882 oleh Ogston. Mikroorganisme ini merupakan flora yang juga ditemukan pada area perianal, inguinal, aksila dan hidung (nares anterior). Sekitar 11-32% individu sehat mempunyai mikroorganisme ini dan 25% ditemukan pada tenaga kesehatan rumah sakit. Persentase tersebut lebih tinggi lagi pada pengguna obat suntik, pasien dengan masalah kulit dan pengguna infus. Individu-individu karier yang terpapar ini mempunyai makna klinis karena berresiko lebih tinggi terjadi infeksi dibandingkan bukan karier.

Kuman Stafilokokus mengandung polisakarida dan protein yang bersifatantigenik. Bahan-bahan ekstraseluler yang dibuat oleh kuman ini kebanyakan jugabersifat antigenik (Arif et al, 2000).Polisakarida yang ditemukan pada jenis virulen disebut polisakarida A, danyang ditemukan pada jenis yang tidak patogen disebut polisakarida B. Polisakarida Amerupakan komponen dinding sel yang dapat dipindahkan dengan memakai asamkompleks peptidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat fagositose.Bakteriofage terutama menyerang bagian ini (Arif et al, 2000).8Antigen protein A terletak di luar antigen polisakarida, kedua-duanyabersama-sama membentuk dinding sel kuman

Struktur antigen dari Staphylococcus terdiri atas :

1)Peptidoglikan2)Asam teikhoik.3)Protein A4)Kapsul5)Enzim dan Toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus aureus

1.PeptidoglikanPeptidoglikan(murein) adalahpolisakaridayang terdiri dari dua gula turunan yaituasam-N-asetil glukosaminsertaasam-N-asetil muramatyang dihubungkan ikatan -1,4, dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam aminol-alanin,d-alanin,d-asam glutamat, dan baikl-lisinatauasam diaminopimelik(DAP)-asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding selprokariot.[1][2]Peptidoglikan adalah komponen utamadinding selbakteriyang bersifat kaku dan bertanggungjawab untuk menjaga integritasselserta menentukan bentuknya.[1]Struktur dasar peptidoglikan adalah sebuah selubung yang menyelimuti sel yang tersusun dari utas-utas peptidoglikan yang berdampingan satu sama lain dan dihubungkan dengan ikatan silang tetrapeptida yang terbuat dari asam amino.[2]Peptidoglikan hanya ditemukan pada spesiesbakteri, contohnyaStaphylococcus aureus, namun tidak semua bakteri memiliki DAP pada peptidoglikannya. Peptidoglikan ditemukan baik pada bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif, tetapi dengan struktur yang sedikit berbeda. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan yang lebih tebal, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai strukturlipopolisakaridayang tebal. Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark,Hans Christian Grampada tahun 1884. Terdapat lebih dari 100 jenis peptidoglikan yang berbeda yang telah diketahui.2.Protein ALetak protein A ada padadinding selS. aureusdan dapat mengganggu sistem imun inang dengan mengikatantibodiimmunoglobin G.3.KapsulKapsul melindungi bakteria dengan cara mencegah fagositosis bakteri terhadap leukosit polimorfonuklear (PMN). Mikrokapsul polisakarida pada beberapa strain Staphylococcus aureus berperan sebagai antifagosit (Carter dan Wise, 2004). Kapsul merupakan lapisan terluar dinding sel Staphylococcus aureus yang diselubungi oleh kapsula polisakarida. Sebelas serotype kapsular Staphylococcus aureus diidentifikasi Staphylococcus auerus, dengan serotype 5 dan 8 yang mayoritas sebagai penyebab infeksi. Kapsul Staphylococcus aureus berfungsi mencegah fagosit berinteraksi dengan determinan subkapsular bakteri, sehingga tidak terjadi penelana oleh fagosit. Kapsul juga tidak mengikat komplemen, akibatnya komplemen tidak dapat berinteraksi dengan reseptor C-3 pada fagosit .Polisakarida pada Staphylococcus aureus biasa disebut dengan mikrokapsul karena hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron, tidak seperti kapsul bakteri pada umumnya yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Strain Staphylococcus aureus yang diisolasi dari kasus infeksi menunjukkan peningkatan ekspresi polisakarida tetapi secara cepat akan kehilangan kemampuan antigenesitasnya bila dikultur4.Enzim dan Toksin-toksinStaphylococcus aureusdapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler.beberapa zat ini adalah enzim.sedangkan yang lain di duga toksin,meskipun berfungsi sebagai enzim kebanyakan toksin berada di bawah pengendalian genetik plasmid atau DNA yang berbentuk cekuler yang terdapat dalam kromosom.Hemolisa:Staphylococcus aureusdapat di bedakan menjadi 3 hemolisa yang di sebut alfa,beta dan gama.Semua hemolisa ini antigennya berbeda.Hemolisa alfa dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah kelinci dan domba dengan cepat,hemolisa alfa di sebabkan oleh jenis koagulase positifdan penting pada patogenesis infeksi pada manusia.Koagulase:Staphylococcus aureusmenghasilkan koagulase suatu protein yang mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah di beri oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat pada banyak serum.Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan enterase dan menyebabkan aktivitas pembekuan.Koagulase dapat mengendapakan fibrin pada permukaanStaphylococcus.Staphylococcus aureusmembentuk koagulase positif di anggap mempunyai potensi menjadi patogen invasive.Katalase:Staphylococcusmenghasilkan katalase yang mengubahhydrogen peroksida(H2O2) menjadi air dan oksigen.tes katalase membedakanStaphylococcuspositif dariStreptococcusyang negatif.E.Daur Hidup

ket :MRSA :Methicillin-resistant Staphylococcus aureusPVL: Panton-Valentine LeukocidinPMN:Polymorphonuclear leukocytes, or granulocyte; Polymorphonuclear neutrophilMRSA terdiri dari 2 bagian, yaitu lukS-PV dan lukF-PV yang keduanya mengandung PVL. PVL dimediasi oleh nekrosis sel epitel.Pada sel bakteri terdapat lapisan yang mengandung PMN. Kemudian PVL menempel pada lapisan terluar bakteri yang bisa mengakibatkan 2 kejadian, yaitu : jika kandungan PVL kecil, sel tersebut akan mengalami apositosis ; sedangkan bila kandungan PVL besar, sel akan mengalami sitolisis. Jika mengalami sitolisis, mediator inflamasi atau ROS dirilis untuk membuatPVL menjadi lisis yang mengarah ke jaringan nekrosis

F.EpidemiologiStaphylococcus aureusdapat menyebabkan penyakit dengan produksi toksin preformed maupun oleh menginfeksi baik jaringan lokal dan sirkulasi sistemik. Penularan penyakit dapat terjadi pada bagian-bagian di bawah ini.Gastrointestinal:Staphylococcus aureusdapat menyebabkan infeksi akut keracunan makanan melaluipreformed enterotoxins. Bahan makanan mungkin terinfeksi oleh bakteriStaphylococcus aureusyang terdapat pada produk daging, unggas, produk telur, salad seperti telur, tuna, ayam, kentang, dan makaroni, krim pengisi roti, kue pai, kue sus coklat, dan produk susu.Infeksi kulit dan rambut:Staphylococcus aureusumumnya hidup berkoloni pada permukaan kulit nasofaring, dan perineum. Infeksi di permukaan ini dapat terjadi terutama bila penghalang kulit mengalami gangguan fungsi atau kerusakan.Infeksi sistemik:Staphylococcus aureus pada umumnya menyebabkan infeksi endokarditis pada penderita osteomyelitis, penderita infeksi sinus, dan penderita epiglotitis (biasanya anak-anak).Infeksi nosokomial:resisten methicillin Staphylococcus staphylococcal (MRSA) adalah strain bakteri yang umumnya terlibat dalam infeksi nosokomial . Faktor risiko untuk kolonisasi MRSA atau infeksi yang terjadi di rumah sakit antara lain sebelum paparan antibiotik, saat masuk ke unit perawatan intensif, insisi bedah, maupun paparan pasien yang terinfeksi.

G.PatogenesisUmumnya dapat menimbulkan penyakit pembekakan (abces) seperti :

1)Jerawat2)Periapikal Abces3)Infeksi saluran kemih (primer)4) Infeksi ginjal (sekunder)5) Infeksi kulitKemampuan patogenik dari galurStaphylococcus aureusadalah pengaruh gabungan antara faktor ekstraseluler dan toksin bersama dengan sifat daya sebar invasif. Pada satu sisi semata-mata diakibatkan oleh ingesti enterotoksin dan pada sisi lain adalah bakteremia dan penyebaran abses pada berbagai organ. Peranan sebagai bahan ekstraseluler pada patogenesis berasal dari sifat masing-masing bahan tersebut.Staphylococcus aureusyang patogenik dan hanya bersifat invasif menghasilkan koagulase dan cenderung untuk menghasilkan pigmen kuning dan menjadi hemolitik.Staphylococcus aureusyang nonpatogenik dan tidak bersifat invasif sepertiStaphylococcus epidermidisadalah koagulase negatif dan cenderung nonhemolitik. Organisme semacam itu jarang menyebabkan supurasi tetapi dapat menginfeksi proteosa di bidang ortopedi atau kardiovaskular atau menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (Jawetz, dkk, 2005 : 322).Staphylococcus aureusini terbawa di hidung, tenggorokan, aksila, sela jari kaki, dan perineum pada 30-50% orang sehat tanpa menyebabkan infeksi klinis. Pembawa asimtomatik ini penting secara klinis karena bakteri dapat dipindahkan ke bagian tubuh yang rentan (misalnya dari hidung ke luka) atau dari individu asimtomatik sehat ke seseorang yang kurang sehat yang akan menderita infeksi klinis (Gould, 2003 : 152)Sebagian bakteriStafilokokusmerupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar.S. aureusyang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitolInfeksi olehS. aureusditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan olehS. aureusadalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis.S. aureusjuga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan,et al.,1994; Warsa, 1994). Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paruKontaminasi langsungS. aureuspada luka terbuka (seperti luka pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka) dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosokomial Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dariS. aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 g/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertaidemam .Sindroma syok toksik (SST) pada infeksiS. aureustimbul secara tiba-tiba dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung dan ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita muda yang menggunakan tampon, atau pada anakanak dan pria dengan luka yang terinfeksi stafilokokus.S. aureusdapat diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah

1. Faktor VirulensiS. aureusS. aureusdapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin, contohnya :1. KatalaseKatalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap prosesfagositosis. Tes adanya aktivtias katalase menjadi pembeda egnusStaphylococcusdariStreptococcus(Ryanet al.,1994; Brookset al.,1995).2. KoagulaseEnzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut. Esterase yang dihaslki an dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis.3. HemolisinHemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar koloni bakteri. Hemolisin padaS. aureusterdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisisn, dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloniS. aureuspada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan Stafilokokus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba4. LeukosidinToksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Stafilokokus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis5. Toksin eksfoliatifToksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepithelial pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan penyebabStaphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya kulit6. Toksin Sindrom Syok ToksikSebagian besar galurS. aureusyang diisolasi dari penderita sindrom syoktoksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toks in ini menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ dalam tubuh7. EnterotoksinEnterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunanmakanan, terutama pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein.

2.PengobatanPengobatan terhadap infeksiS. aureusdilakukan melalui pemberian antibiotik, yang disertai dengan tindakan bedah, baik berupa pengeringan abses maupun nekrotomi. Pemberian antiseptik lokal sangat dibutuhkan untuk menangani furunkulosis (bisul) yang berulang. Pada infeksi yang cukup berat, diperlukan pemberian antibiotik secara oral atau intravena, seperti penisilin, metisillin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan rifampisin. Sebagian besar galur Stafilokokus sudah resisten terhadap berbagai antibiotic tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti kloramfenikol, amoksilin, dan tetrasiklin

3.Tempat berkembang biak bakteri Staphylococcus aureusAdapun tempat berkembang biaknya bakteri staphylococcus yaitu pada rongga mulut,hidung dan saluran kemih.

4.PatologiStaphylococcus aureusKelompokStaphylococcus aureusyang menetap di folikel rambut menyebabkan nekrosis jaringan (faktor dermonekrotik).Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin di sekitar lesi dan di dalam limfatik membentuk dinding yang menghambat proses penyebaran dan diperkuat lagi oleh akumulasi sel inflamasi dan kemudian jaringan fibrosa. Di dalam pusat lesi, terjadi likuefaksi dan nekrosis jaringan (dipacu oleh hipersensitivitas tipe lambat) pada bagian abses yang lemah. Drainase cairan pusat jaringan nekrotik diikuti dengan pengisian secara kavitas oleh jaringan dan akhirnya terjadilah penyembuhan. Supurasi lokal (abses) adalah khas untuk infeksi stafilokokus. Dari tiap fokus manapun, organisme dapat menyebar melalui aliran limfatik dan aliran darah ke bagian lain dalam tubuh.Pada osteomielitis, fokus primer pertumbuhanStaphylococcus aureuskhas adalah di pembuluh darah tepi dari metafisis tulang panjang, mengakibatkan nekrosis tulang dan supurasi kronik.Staphylococcus aureusdapat menyebabkan pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis atau sepsis dengan supurasi di tiap organ. Stafilokokus yang mempunyai kemampuan invasi yang rendah, terlibat dalam banyak infeksi kulit (misalnya akne, pioderma atau impetigo). Stafilokokus juga menyebabkan penyakit melalui produksi toksin tanpa infeksi invasif yang nyata. Eksfoliasi bulosa, sindroma kulit terkelupas disebabkan oleh toksin eksfoliatif. Sindroma syok toksik berhubungan dengan toksin sindroma syok toksikStaphylococcus aureusdapat menyebabkan penyakit apabila pada keadaan abnormal seperti infeksi folikel (akar) rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, pneumonia .

DIAGNOSADari hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan, sifat-sifat biakan dan sifat-sifat biokimia dari bakteri dapat diketahui bahwa bakteri ini termasuk dalam golongan Gram positif (+), berbentuk kokus bergerombol, mampu memfermentasikan glukosa sehingga dapat diindentifikasi bahwa bakteri tersebut adalahStaphylococcus aureus.

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanStaphylococcus aureus(S. aureus) adalahbakteri gram positifyang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkansporadan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m.S. aureustumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam.S. aureusmerupakanmikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. KeberadaanS. aureuspada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakansteroidatau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

Daftar pustaka1.Karsinah, Lucky H.M., Suharto, dan Mardiastuti H.W. 1994. Batang NegatifGram dalamBuku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta :Penerbit Binarupa Aksara. hal. 161-162.2.Entjang,dr.Indan.2003.Mikrobiologi dan parasitologi.Bandung:penerbit pt.citra Aditya Bakti.3.Gould, D. 2003.Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Cetakan I. Jakarta : EGC4.Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. 2005.Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika5.Retnoningrum, D.S. 1998.Mekanisme dan Deteksi Molekuler ResistensiAntibiotika pada Bakteri. Bandung: Farmasi ITB. Hal. 1-5, 16-21.