Tugas Biotknologi
-
Upload
mujigaegirl -
Category
Documents
-
view
71 -
download
3
Transcript of Tugas Biotknologi
BIOTEKNOLOGI
“DNA VECTOR”
DISUSUN OLEH :
Tiara Indah Pratiwi 260110120132
Gabriella Rosalina 260110120157
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
I. Vektor Kosmid (Cosmids)
Kosmid adalah kombinasi dari plasmid vektor dan situs COS yang memungkinkan target
DNA untuk dimasukkan ke dalam kepala λ-fage. Sebuah kosmid dapat berukuran 8 kb atau
kurang, jadi hingga ukuran 44 kb DNA baru dapat disisipkan sebelum pengepakan Phaga λ
selesai. Kemampuannya untuk membawa fragmen DNA sepanjang 32 hingga 47 kb
menjadikan kosmid lebih menguntungkan daripada fag l dan plasmid. Concatamers dari
molekul kosmid dihubungkan oleh masing-masing cos site, betindaksebagai substrat untuk
pengepakan in vitro karena cos site hanya urutan molekul DNA yang dibutuhkan untuk
dikenal sebagai genom protein. Partikel phaga yang mengandung DNA kosmid adalah sama
seperti phaga yang lainya, tetapi didalam sel DNA kosmid tidak dapat disintesis menjadi
partikel phaga baru, bahkan bereplikasi sebagai plasmid. DNA rekombinan didapatkan lebih
banyak dari koloni dibandingkan plak. Seperti pada vektor tipe lainya batas dari panjang
DNA yang diklon ditentukan oleh jarak yang tersedia pada partikel λ phaga.
Kosmid yang merupakan modifikasi plasmid pembawa kopi sekuen DNA (cos sequence)
diperlukan untuk pengepakan DNA ke dalam bakteriofage Ã. Untuk mengklon ke dalam
kosmid, fragmen DNA (sekitar 30-45 kpb) diisolasi dan diligasikan dengan vektor kosmid
yang berbentuk linear secara in vitro dalam kondisi yang mendukung pembentukan struktur
yang dinamakan concatemer, yaitu fragmen DNA yang diapit oleh kosmid dan dua cos site
yang teratur dalam orientasi yang sama. Concatemer ini akan menjadi substrat dalam
pengepakan secara in vitro ke dalam bakteriofage à dan cos site akan dipotong oleh fungsi
ter dari bakteriofage à dan DNA antara dua kosmid akan dipak didalam bakteriofage Ã. Dua
sekuen cos site yang dipotong oleh fungsi ter dari bakteriofage à berperan untuk
menghasilkan molekul linear dengan bagian akhir ujungnya komplemen satu dengan yang
lain. Setelah penginjeksian ke dalam sel bakteri, bagian ujung yang komplemen tadi akan
Selain AMPr, ORI, dan polylinker seperti vektor plasmid, vektor kosmid juga berisi situs COS.
dapat bersambung dan direkatkan oleh DNA ligase dari inangnya sehingga akan
menghasilkan molekul DNA rekombinan berbentuk sirkuler. DNA rekombinan pembawa
kopi yang lengkap dari vektor kosmid akan bereplikasi di dalam sel seperti halnya plasmid
dan pembawa sifat resistensi terhadap antibiotik yang dibawa oleh kosmid tersebut.
Dengandemikian bakteri yang membawa kosmid rekombinan dapat diseleksi dengan
menggunakan media yang mengandung antibiotik yang sesuai. Kapasitas pengklonan pada
kosmid merupakan fungsi dari ukuran DNA yang dapat dipak di dalam kepala bakteriofage Ã
dan ukuran dari vektoritu sendiri. Banyak kosmid dapat digunakan sebagai vektor,misalnya
kosmid pLAFR1, pJRD215, pWE15, SuperCos-l dan pJBS. Pemilihan kosmid sebagai vektor
bergantung pada keperluan atau tujuan dan juga stabilitasnya di dalam inang baru, misal
selain E. coli sebagai inangnya. Hal ini penting untuk telaah komplementasi gen yang telah
diklon ke dalam vektor.
Sebagai contoh, plasmid ColE1 mengandung sebuah gen bagi resistensi terhadap rifampisisn
(rif-r) dan situs cos fag lambda, yang bisa dikenali oleh sistem pemotongan situs cos (Ter)
E.Coli. Kosmid semacam itu bisa berfungsi dengan benar, asalkan ada dua situs cos dan
situs-situs tersebut terpisahkan oleh tidak kurang dari 38 kb namun tidak lebih dari 5 kb.
Pemotongan ColE1 dan DNA asing oleh enzim restriksi HindIII bisa digunakan untuk
menghasilkan molekul-molekul rekombinan linier. Partikel-partikel fag pentransduksi bisa
terbentuk jika hasil insersi di antara kedua situs cos memiliki panjang 38-54 kn. Tidak ada
partikel yang dihasilkan jika tidak terjadi insersi atau jika DNA yang diinsersikan panjangnya
melebihi atau kurang dari kisaran tersebut. Pengemasan (penambahan kepala dan ekor) in
vitro membentuk partikel-partikel pentransduksi yang mengandung kosmid-kosmid dengan
ujung kohesif . Saat sebuah sel yang sensitif terhdapa rifampisin (Rif-s) diinfeksi dengan
partikel fag pentransduksi, kimera linier membentuk molekul sirkular dan bereplikasi
menggunakan sistem replikasi ColE1. Menyebabkan sel-sel itu pada medium yang
mengandung rifampisin akan menyeleksi sel-sel yang mengandung gen rif-r, daerah ColE1,
dan sebuah DNA asing hasil insersi.
Keunggulan:
Bermanfaat untuk mengklon potongan DNA berukuran sangat besar (32 - 47
kbp)
Seleksi berdasar ukuran
Pengerjaan seperti plasmid
Kelemahan:
Tidak terlalu mudah untuk mengerjakan plasmid dengan ukuran sangat besar
(~ 50 kbp)
II. Vector BCAs (Bacterial Artificial Chromosome)
Merupakan konstruksi DNA yang berdasarkan pada plasmid-F (fertility-plasmid) fungsional
bakteri. Digunakan untuk transformasi dan cloning pada bakteri. Ukuran DNA insertnya
berkisar antara 150-350 kb atau lebih besar dari itu yakni 700 kb.
Adapun tahapan cloning BAC adalah :
1. Amplifikasi fragmen sel target
PCR merupakan teknik amplifikasi sequen DNA spesifik secara in vitro dengan proses
pemanjangan primer pada untai DNA komplementer. Reaksi PCR terdidi atas sejumlah
komponen essensial antara lain enzim DNA polymerase yang termostabil, deoksinukleotida
trifostaf (dNTP) .
2. Penyisipan fragmen ke dalam BAC
Penyisipan fragmen ke dalam BAC untuk membentuk DNA rekombinan meliputi 2 tahap
yaitu digesti serta ligasi DNA vector dan gen target sisipan. BAC dan sisipan didigesti
dengan enzim restriksi yang sama sehingga keduanya memiliki potongan kohesif serupa yang
saling berdekatan
3. Transformasi kedalam sel inang
sel dibuat “kompeten” dengan merendamnya dalam CaCl2 dingin
Komponen yang terdapat pada vektor BACs adalah :repE : berperan dalam replikasi plasmid dan regulasi jumlah penggandaan.parA dan parB : berperan dalam pemisahan DNA plasmid F dengan sel anak selama proses pembelahan dan memastikan kestabilan dari BACA selectable marker : berperan dalam resistensi terhadap antibiotik, beberapa BACs juga memiliki lacZ pada tempat kloning.T7 & Sp6 : promotor faga untuk transkripsi pemasukan gen.
sel bakteri “kompeten” mengambil molekul DNA
sel dihadapkan dengan kejutan panas (heat-shock)
efisiensi transformasi mencapai 107 – 108 koloni transforman/ μg DNA
frekuensi transformasi maksimum 103
Para peneliti telah memodifikasi
vektor BAC menjadi lebih baik
untuk digunakan dan lebih berguna
dalam situasi tertentu. Selain gen
resistensi antibiotik yang ditambahkan
untuk mengidentifikasi
bakteri transfected, sebuah gen telah
ditambahkan yang memungkinkan
bakteri untuk mengaktifkan
substansi berwarna biru X-gal/IPTG.
Zat ini ditemukan pada chiken soup
yaitu media dimana bakteri dapat
berkolonisasi. Perubahan warna gen ini, disebut lacZ, yang terpecah ketika DNA clone
tersebut dimasukkan ke dalam vektor, sehingga memungkinkan tidak hanya bakteri yang
telah transfected (artinya dimasukkan ke dalam sel), tetapi juga jika bakteri itu transfected
dengan DNA vektor yang mengandung sisipan atau hanya vektor saja (mengingat bahwa jika
vektor telah benar memasukkan DNA clone, ia akan kehilangan kemampuannya untuk
mengubah X-gal/IPTG biru).
Human Artificial
Chromosome (HAC)
Human artificial chromosome merupakan mikrokromoson yang dapat berperan sebagai
kromosom baru dalam populasi sel manusia. Artinya, jumlah kromosom pada tubuh manusia
tidak lagi hanya 46 kromosom, tetapi dapat berjumlah 47, dimana kromosom ke 47 ini
berukuran sangat kecil, kira-kira 6-10 megabases (Mb), sedangkan ukuran kromosom alami
dapat sebesar 50-250 Mb.
HAC dapat berperilaku sebagai kromosom stabil yang independen dari kromosom sel inang,
yang artinya ia dapat mereplikasikan diri dan memisahkan sistem sendiri. Unsur-unsur
penting yang harus diperhatikan untuk pemeliharaan dan transmisi kromosom meliputi tiga
daerah berikut :
(1) “Replikasi asal”, dari mana duplikasi DNA dimulai
(2) “Sentromer”, yang berfungsi dalam segregasi kromosom yang tepat selama pembelahan
sel
(3) “Telomer”, yang melindungi ujung kromosom linear.
Sampai saat ini penggunaan HAC dalam dunia medik adalah :
(1) Dapat digunakan dalam pengobatan sel tumor
(2) Pada 2011, para peneliti membuat HAC dengan menggunakan sistem rekombinasi Cre-
Lox. Studi ini difokuskan pada perubahan tingkat ekspresi dengan meninggalkan bagian-
bagian dari DNA genom yang ada. Dengan meninggalkan telomeric yang ada dan urutan sub
telomeric, paara peneliti tersebut mampu memperkuat tingkat ekspresi gen yang mengkode
produksi eritropoietin lebih dari 1000 kali lipat.
(3) HACs telah digunakan untuk menciptakan hewan transgenik yang digunakan sebagai
model hewan yang terkena penyakit manusia serta digunakan juga untuk memproduksi
produk-produk terapi.
Vektor untuk melakukan kloning pada sel-sel mamalia juga dikonstruksi atas dasar genom
virus. Salah satu di antaranya yang telah cukup lama dikenal adalah SV40, yang menginfeksi
berbagai spesies mamalia. Genom SV40 panjangnya hanya 5,2 kb. Genom ini mengalami
kesulitan dalam pengepakan (packaging) sehingga pemanfaatan SV40 untuk mentransfer
fragmen–fragmen berukuran besar menjadi terbatas. Retrovirus mempunyai genom berupa
RNA untai tunggal yang ditranskripsi balik menjadi DNA untai ganda setelah terjadi infeksi.
DNA ini kemudian terintegrasi dengan stabil ke dalam genom sel mamalia inang sehingga
retrovirus telah digunakan sebagai vektor dalam terapi gen. Retrovirus mempunyai beberapa
promoter yang kuat.
IV. Vektor Bakteriofag
Bakteriofag adalah virus yang sel inangnya berupa bakteri. Dengan daur hidupnya
yang bersifat litik atau lisogenik bakteriofag dapat digunakan sebagai vektor kloning pada sel
inang bakteri. Ada beberapa macam bakteriofag yang biasa digunakan sebagai vektor
kloning. Dua di antaranya akan dijelaskan berikut ini :
Bakteriofag λ
Bakteriofag atau fag λ merupakan virus kompleks yang menginfeksi bakteri E. coli.
Berkat pengetahuan yang memadai tentang fag ini, kita dapat memanfaatkannya sebagai
vektor kloning semenjak masa-masa awal perkembangan rekayasa genetika.
DNA λ yang diisolasi dari partikel fag ini mempunyai konformasi linier untai ganda
dengan panjang 48,5 kb. Namun, masing-masing ujung fosfatnya berupa untai tunggal
sepanjang 12 pb yang komplementer satu sama lain sehingga memungkinkan DNA λ untuk
berubah konformasinya menjadi sirkuler. Dalam bentuk sirkuler, tempat bergabungnya kedua
untai tunggal sepanjang 12 pb tersebut dinamakan kos.
Seluruh urutan basa DNA λ telah diketahui. Secara alami terdapat lebih dari satu
tempat pengenalan restriksi untuk setiap enzim restriksi yang biasa digunakan. Oleh karena
itu, DNA λ tipe alami tidak cocok untuk digunakan sebagai vektor kloning. Akan tetapi, saat
ini telah banyak dikonstruksi derivat-derivat DNA λ yang memenuhi syarat sebagai vektor
kloning.
Ada dua macam vektor kloning yang berasal dari DNA λ, yaitu vektor insersional,
yang dengan mudah dapat disisipi oleh fragmen DNA asin dan vektor substitusi yang untuk
membawa fragmen DNA asing harus membuang sebagian atau seluruh urutan basanya yang
terdapat di daerah nonesensial dan menggantinya dengan urutan basa fragmen DNA asing
tersebut. Di antara kedua macam vektor λ tersebut, vektor substitusi lebih banyak digunakan
karena kemampuannya untuk membawa fragmen DNA asing hingga 23 kb. Salah satu
contohnya adalah vektor WES, yang mempunyai mutasi pada tiga gen esensial, yaitu gen W,
E, dan S. Vektor ini hanya dapat digunakan pada sel inang yang dapat menekan mutasi
tersebut.
Cara substitusi fragmen DNA asing pada daerah nonesensial membutuhkan dua
tempat pengenalan restriksi untuk setiap enzim restriksi. Jika suatu enzim restrisksi
memotong daerah nonesensial di dua tempat berbeda, maka segmen DNA λ di antara kedua
tempat tersebut akan dibuang untuk selanjutnya digantikan oleh fragmen DNA asing. Jika
pembuangan segmen DNA λ tidak diikuti oleh substitusi fragmen DNA asing, maka akan
terjadi religasi vektor DNA λ yang kehilangan sebagian segmen pada daerah nonesensial.
Vektor religasi semacam ini tidak akan mampu bertahan di dalam sel inang. Dengan
demikian, ada suatu mekanisme seleksi automatis yang dapat membedakan antara sel inang
dengan vektor rekombinan dan sel inang dengan vektor religasi.
Bakteriofag λ mempunyai dua fase daur hidup, yaitu fase litik dan fase lisogenik.
Pada fase litik, transfeksi sel inang (istilah transformasi untuk DNA fag) dimulai dengan
masuknya DNA λ yang berubah konformasinya menjadi sirkuler dan mengalami replikasi
secara independen atau tidak bergantung kepada kromosom sel inang. Setelah replikasi
menghasilkan sejumlah salinan DNA λ sirkuler, masing-masing DNA ini akan melakukan
transkripsi dan translasi membentuk protein kapsid (kepala). Selanjutnya, tiap DNA akan
dikemas (packaged) dalam kapsid sehingga dihasilkan partikel λ baru yang akan keluar dari
sel inang untuk menginfeksi sel inang lainnya. Sementara itu, pada fase lisogenik DNA λ
akan terintegrasi ke dalam kromosom sel inang sehingga replikasinya bergantung kepada
kromosom sel inang. Fase lisogenik tidak menimbulkan lisis pada sel inang.
Di dalam medium kultur, sel inang yang mengalami lisis akan membentuk plak
(plaque) berupa daerah bening di antara koloni-koloni sel inang yang tumbuh. Oleh karena
itu, seleksi vektor rekombinan dapat dilakukan dengan melihat terbentuknya plak tersebut.
Bakteriofag M13
Ada jenis bakteriofag lainnya yang dapat menginfeksi E. coli. Berbeda dengan λ yang
mempunyai struktur ikosahedral berekor, fag jenis kedua ini mempunyai struktur berupa
filamen. Contoh yang paling penting adalah M13, yang mempunyai genom berupa untai
tunggal DNA sirkuler sepanjang 6.408 basa. Infeksinya pada sel inang berlangsung melalui
pili, suatu penonjolan pada permukaan sitoplasma.
Ketika berada di dalam sel inang genom M13 berubah menjadi untai ganda sirkuler
yang dengan cepat akan bereplikasi menghasilkan sekitar 100 salinan. Salinan-salinan ini
membentuk untai tunggal sirkuler baru yang kemudian bergerak ke permukaan sel inang.
Dengan cara seperti ini DNA M13 akan terselubungi oleh membran dan keluar dari sel inang
menjadi partikel fag yang infektif tanpa menyebabkan lisis. Oleh karena fag M13
terselubungi dengan cara pembentukan kuncup pada membran sel inang, maka tidak ada
batas ukuran DNA asing yang dapat disisipkan kepadanya. Inilah salah satu keuntungan
penggunaan M13 sebagai vektor kloning bila dibandingkan dengan plasmid dan l.
Keuntungan lainnya adalah bahwa M13 dapat digunakan untuk sekuensing (penentuan urutan
basa) DNA dan mutagenesis tapak terarah (site directed mutagenesis) karena untai tunggal
DNA M13 dapat dijadikan cetakan (templat) di dalam kedua proses tersebut.
Meskipun demikian, M13 hanya mempunyai sedikit sekali daerah pada DNAnya yang
dapat disisipi oleh DNA asing. Di samping itu, tempat pengenalan restriksinya pun sangat
sedikit. Namun, sejumlah derivat M13 telah dikonstruksi untuk mengatasi masalah tersebut.
V. Vektor YACs
Seperti halnya kosmid, YACs (yeast artifisial chromosomes atau kromosom buatan
dari khamir) dikonstruksi dengan menggabungkan antara DNA plasmid dan segmen tertentu
DNA kromosom khamir. Segmen kromosom khamir yang digunakan terdiri atas sekuens
telomir, sentromir, dan titik awal replikasi. YACs dapat membawa fragmen DNA genomik
sepanjang lebih dari 1 Mb. Oleh karena itu, YACs dapat digunakan untuk mengklon gen utuh
manusia, misalnya gen penyandi cystic fibrosis yang panjangnya 250 kb. Dengan
kemampuannya itu YACs sangat berguna dalam pemetaan genom manusia seperti yang
dilakukan pada Proyek Genom Manusia.
Proses :
a YAC can be considered as a functional artificial chromosome (self replicating element),
since it includes three specific DNA sequences that enable it to propagate from one cell to its
offspring:
TEL: The telomere which is located at each chromosome end, protects the linear
DNA from degradation by nucleases.
CEN: The centromere which is the attachment site for mitotic spindle fibers, "pulls"
one copy of each duplicated chromosome into each new daughter cell.
ORI: Replication origin sequences which are specific DNA sequences that allow the
DNA replication machinery to assemble on the DNA and move at the replication
forks.
It also contains few other specific sequences like:
A and B: selectable markers that allow the easy isolation of yeast cells that have
taken up the artificial chromosome.
Recognition site for the two restriction enzymes EcoRI and BamHI.
While DNA cloning into a plasmid allows the insertion of DNA fragment of about 10,000
nucleotide base pairs, DNA cloning into a YAC allows the insertion of DNA fragments up to
1,000,000 nucleotide base pairs
Why is it so important to be able to clone such large sequences? To map the entire human
genome (3x1,000,000,000 nucleotide base pairs) it would require more than 100,000 plasmid
clones. In principle, the human genome could be represented in about 10,000 YAC clones.
Techniques for cloning genomic DNA into yeast artificial chromosomes (YAC) make it
possible to analyze very long DNA sequences like human genes.
Process cloning human genomic DNA into a YAC:
1. Genomic DNA is partially digested by the restriction enzyme EcoRI. Very large DNA
fragments are obtained.
2. The YAC is digested by the two restriction enzymes EcoRI and BamHI.
3. Those two elements recombine at the EcoRI sites and are covalently linked by the
DNA ligase.
4. A recombinant YAC vector, a yeast artificial chromosome with genomic DNA
inserted, is produced. This vector can be used to infect yeast cells and generated an
unlimited number of copies.
VI. Vektor Plasmid Ti
Agrobacterium adalah genus dari bakteri gram negatif yang ditemukan oleh H.J.Conn
yang digunakan untuk transfer gen secara horizontal yang menyebabkan
tumor. Agrobacterium tumefaciens adalahbakteri patogen pada tanaman yang banyak
digunakan untuk memasukkan gen asing ke dalam sel tanaman untuk menghasilkan
suatu tanaman transgenik. Secara alami, A. tumefaciens dapat menginfeksi tanaman
dikotil melalui bagian tanaman yang terluka sehingga menyebabkan crown gall tumor.
Bakteri yang tergolong ke dalam gram negatif ini memiliki sebuah plasmid besar (lebih dari
200 kb) yang disebut plasmid-Ti yang berisi gen penyandi faktor virulensi penyebab infeksi
bakteri ini pada tanaman.
Untuk memulai pembentukan tumor, A. tumefaciens harus menempel terlebih dahulu
pada permukaan sel inang dengan memanfaatkan polisakarida asam yang akan digunakan
untuk melakukan kolonisasi padasel tanaman. Selain tanaman dikotil, tanaman monokotil
seperti jagung, gandum, dan tebu telah digunakan untuk memasukkan sel asing ke dalam
genom tanaman.
Tumor yang disebabkan oleh Agrobacterium
Plasmid Ti adalah vektor alami yang digunakan untuk mentransfer DNA ke
dalam sel tanaman. Pada sebagian besar plasmid Ti, terdapat empat kompleks gen, yaitu :
1. T-DNA (bagian yang ditransfer dan menyatu dengan genom tanaman, gen virulen
(vir) yang terdiri dari 50 kilo-basa untuk mengatur proses transfer T-DNA ke dalam
DNA tanaman.
2. Gen tra/trb yang mengatur perpindahan plasmid Ti antarbakteri (conjugative
transfer)
3. Bagian yang mengatur sistem replikasi plasmid (ORI)
4. Bagian gen yang menyandikan katabolisme opine. Molekul opin ini akan dihasilkan
oleh jaringan tanaman yang terinfeksi bakteri pembawa plasmid Ti dapat berupa
octopine, nopaline, succinamopine, dan leucinopine.
Plasmid Ti ini memiliki 196 gen yang dikode oleh 195 protein, memiliki panjang
206,479 nukleotida, kandungan GC 56% dan 81% material yang dikode oleh gen.
Peta Ti plasmid Agrobacterium tumefaciens
Daerah virulensi (virulence region) terdiri gen virABCDEFG yang mengkode suatu
enzim yang bertanggung jawab untuk mentransfer T-DNA ke dalam sel tumbuhan, yaitu :
virA mengkode reseptor (transmembrane dimeric sensor protein) yang beraksi ketika adanya
senyawa phenolic berupa acetosyringone, syringealdehyde, atau acetovanillone yang
dikeluarkan dari kerusakan jaringan tumbuhan.
virB mengkode protein yang menghasilkan struktur seperti pilus
virC berikatan dengan enhancer pada T-region
virD1 dan virD2 mengenali T-DNA border dan menghasilkan endonuklease yang memotong
(nicking) ujung kiri dan ujung kanan dari T-DNA yang dimulai dari ujung kanan
virG adalah faktor transkripsi (trancriptional factor) yang mengaktifkan ekspresi gen Vir
setelah berikatan dengan sekuens yang cocok.
Di alam, Agrobacterium tertarik pada tumbuhan yang memiliki luka kecil yang
mengeluarkan senyawa phenolik seperti acetosyringone dan gula. Senyawa ini menginduksi
bakteri untuk berpindah dan melekat pada tumbuhan melalui berbagai macam receptor
permukaan sel. Induser yang sama mengaktifkan ekpresi gen vir yang terdapat pada Ti
plasmid yang bertanggung jawab untuk transfer ss- DNA menuju sel tumbuhan. Ini di bawah
kendali dua komponen sistem regulasi yaitu virA protein yang mengenali acetosyringone
yang dikode oleh gen virA di dalam Ti-plasmid dan chvE protein yang mengenali gula yang
dikode di dalam kromosom bakteri . Senyawa-senyawa tersebut mengeluarkan signal yang
dikenali oleh reseptor dimeric transmembran kompleks virA chvE. Pada permukaan sel,
sensor melakukan aktivasi Vir A dengan cara autophosphorilasi ketika mendeteksi senyawa
phenolic tumbuhan. Selanjutnya Vir A akan mengirimkan phosfat untuk pengikatan DNA
oleh protein Vir G sebagai faktor transkripsi yang mengaktifkan proses transkripsi
gen vir pada plasmid Ti yang akan mengekpresikan virC, virD, virE, virB, virF dan virH.
Dua gen yang dihasilkan VirD1 dan VirD2 yang mengenali 25 pb pada kedua ujung T-DNA
yang kemudian memotongnya (nicking) membentuk kompleks untai tunggal T yang belum
matang (immmature) yang disebut kompleks ssT-DNA-VirD2 . secara in vitro membuktikan
bahwa kehadiran dari virD1 sangat dibutuhkan untuk memotong ssT-DNAoleh virD2. VirD2
pada saat itu melekat pada ujung 5’ akhir dari T-DNA dan memotongnya secara
endonukleolitik sehingga akan membentuk gap (celah), dan helikase bakteri melepaskan T-
DNA dari plasmid. Celah (gap) untai tunggal pada plasmid tersebut akan segera diperbaiki.
Kemudian T-DNA akan ditempatkan pada suatu cekungan yang diselubungi dengan protein
VirE2 yang disebut dengan hollow cylindrical filament dengan struktur yang bergulung. Ini
adalah bentuk matang (mature) dari T-DNA yang siap masuk ke dalam sel tumbuhan.
Sebenarnya ada dua model teori pengiriman kompleks ssT-DNA-VirD2 yang telah
dikemukakan. Tetapi, yang banyak diterima adalah model penyelubungan untai tunggal oleh
protein VirE2 (single strand binding protein virE2) dan mesin transfer (virB) kemungkinan
tidak berinteraksi secara langsung dengan T-DNA. Pada alternatif model yang kedua,
kompleks ssT-DNA-VirD2 nampak telanjang karena tidak diselubungi oleh virE2 sehingga
terjadi interaksi langsung antara mesin transfer (virB) dengan kompleks ssT-DNA-VirD2,
sedangkan virE2 ditansfer secara independent oleh mesin transfer ke dalam sel tumbuhan.
Telah diketahui bahwa virE1 sangat dieprlukan untuk ekspor virE2 kedalam sel tumbuhan.
Strain bakteri yang telah dimutasi virE1 nya tidak dapat mengekspor virE2 sehingga
terakumulasi di dalam sel bakteri tersebut. T-DNA ditansfer ke tumbuhan sama halnya
dengan konjugasi bakteri. Pertama-tama Agrobacterium membentuk suatu pilus yang
merupakan ekpresi dari gen virB. Pilus ini menyerupai batang yang menghubungan dengan
sel tumbuhan dan membuka saluran yang siap ditansferkan secara aktif T-DNA ke dalam
sitoplasma tumbuhan. Pilus dan kompleks transport terdiri dari protein yang dihasilkan oleh
gen vir.
Kemudian, reseptor sitoplasma (plant cytosolic protein) tumbuhan mengenali signal
lokasi inti pada virE2 dan vir D2 yang akan membentuk suatu kompleks dan membawanya
menuju suatu lubang pada nukleus yang disebut nuclear uptake / nuclear pore dan
mentransfer kompleks ssT-DNA-VirD2 kedalam genom tumbuhan. T-DNA akan terintegrasi
kedalam genom tumbuhan secara illegitimate recombination (rekombinasi yang tidak ketahui
mekanismenya) dan berubah bentuk menjadi untai ganda (double-stranded). Integrasi ini
membutuhkan DNA ligase, polymerase, dan protein yang mengubahnya menjadi kromatin
(chromatin remodeling proteins) yang semuanya disediakan oleh tumbuhan. VirD2 sangat
diperlukan dalam ketepatan intergrasi ssT-DNA kedalam genom tumbuhan. Ekspresi dari
integrasi gen T-DNA ini adalah produksi dari auksin, sitokinin dan opine. Opine adalah
sekret yang dikeluarkan oleh sel tumbuhan dan dikonsumsi oleh Agrobacterium sebagai
nutrisinya.
Gen pada T-DNA akan diekspresikan sama halnya pada eukaryot yang memiliki promoters,
enhancer dan bagian poly (A). Oleh sebab itu, ekspresi dalam nukleus tumbuhan lebih baik
dibandingkan pada Agrobacterium. Protein ini akan menyandi sintesis dua hormon
pertumbuhan yang auksin dan sitokinin. Auksin membuat sel tumbuhan menjadi lebih besar
dan sitokinin berperan dalam pembelahan sel. Sel tumbuhan yang diinfeksikan ini akan
memulai tumbuh cepat dan tanpa kontrol sehingga menghasilkan tumor.
T-DNA juga membawa gen untuk mensintesis opine yang mana merupakan variasi
yang berbeda dari asam amino dan derivat gula fosfat. Opine dihasilkan oleh sel tumbuhan
yang dikandung T-DNA tetapi digunakan oleh bakteri sebagai sumber carbon, nitorgen dan
energi. Ini adalah cara bagaimana bakteri menggunakan tumbuhan untuk menghasilkan
sumber makanan bagi bacteri. Plasmid Ti selalu berada dalam Agrobacterium, membawa gen
yang menyediakan bakteri untuk mendapatkan opin.
Dalam prakteknya, Agrobacterium digunakan untuk mentransfer gen dari suatu
kepentingan kedalam tumbuhan menggunakan kultur jaringan. Tiap pemisahan sel tumbuhan
disebut protoplas atau sebuah bagian dari kalus yang di kultur
dengan Agrobacterium mengandung sebuah plasmid Ti yang dimodifikasi T-DNA nya.
Setelah kokultur, sel tumbuhan dipanen dan di inkubasi dengan herbisida dan antibiotik yang
digunakan sebagai marker selektif. Ini akan membunuh semua sel yang tidak
ditransformasikan T-DNA atau gagal untuk mengekspresikan gen pada T-DNA. Sel yang
telah ditransformasikan dapat di induksi untuk menghasilkan tunas dan jaringan akar dengan
mengubah kondisi hormon pada medium mudah diuraikan. Tumbuhan transgenik yang masih
kecil dapat dilindungi untuk level ekspresi transgen berikutnya.
Daerah T-DNA dari Ti plasmid dapat direkayasa genetika dengan menambah gen
resisten antibiotik (antiobiotic resistance gene (kanR)) dan DNA asing yang diinginkan.
Integrasi DNA asing kedalam sel tumbuhan mengganggu pembentukan tumor dan hanya sel
tumbuhan dengan genkanR yang dapat tumbuh pada kultur yang mengandung antibiotik.
Tumbuhan sangat mudah beregenerasi dari kultur sel (kalus) dan tumbuhan transgenik yang
telah dewasa mengekspresikan gen asing.
Agrobacterium merupakan sistem transformasi gen yang menguntungkan karena
efisiensinya tinggi dan integrasinya stabil. Agrobacterium tumefaciens dinyatakan dapat
membawa setiap gen yang diinginkan di dalam T-kompleks dan memasukkannya ke dalam
DNA target pada tanaman dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan
untai T-DNA Agrobacterium tumefaciens tidak seperti komponen genetik mobile pada
transposon dan retrovirus yang menyandikan fungsi bagi pergerakan dan integrasi DNA.
Transformasi dengan Agrobacterium juga memiliki beberapa keuntungan lain,
diantaranya bersifat dapat diulang (reproducible), relatif lebih murah, memberikan pola
integrasi yang tegas, jumlah salinan dalam genom sedikit (1-3 salinan) sehingga
memudahkan untuk membedakan sifat ekspresi tanaman transgenik itu sendiri. Pada awalnya
teknik transformasi dengan Agrobacterium hanya berhasil pada tanaman dikotil ketika
tanaman ini menghasilkan senyawa induser untuk menginduksi genvir ketika tanaman luka
dan mengeluarkan getah. Tanaman tembakau dan solanaceae adalah contoh pertama tanaman
dikotil yang berhasil ditransformasi.
Selain menyisipkan gen target untuk perubahan sifat tanaman tertentu yang
dikehandaki, transformasi genetik dengan Agrobacterium pada tanaman juga bermanfaat
untuk membuat populasi tanaman mutan. Dengan
menggunakan Agrobacterium memungkinkan diperoleh mutan dalam jumlah banyak dalam
suatu periode yang relatif singkat. Pembuatan mutan dilakukan dengan menggunakan elemen
loncat (transposon) misalnya transposon Ac/Ds. Transposon Ds akan berpindah posisi dalam
genom pada tempat berbeda dan tersisip pada gen-gen fungsional. Sedangkan
elemen Ac menyandikan suatu enzim yang mengaktifkan elemen Ds untuk bertransposisi.
Adanya penyisipan Ds ini memungkinan fenotipe tanaman menjadi beragam. Keragaman
mutan ini dapat dijadikan sebagai sumber plasma nutfah baru untuk selanjutnya dapat
dilakukan isolasi gennya.
Proses transformasi gen via Agrobacterium juga dapat dilakukan dengan sistem
vektor biner. Sistem vektor biner yang diterapkan dalam proses transformasi gen
via Agrobacterium dapat meningkatkan efisiensi transformasi. Sistem binary vector
merupakan penggunaan dua plasmid Ti secara bersama dan saling berhubungan untuk proses
tranfer gen. Kedua plasmid Ti tersebut terdiri dari satu plasmid pembawa range replikon yg
luas (ORI dari E.coli dan Agrobacterium tumefaciens, T-DNA yang mengandung multiple
cloning site, gen resistan antibiotik) sedangkan plasmid pasangannya mengandung gen
virulence (vir-region) tanpa T-DNA.
Umumnya Agrobacterium tumefaciens sebagai media transformasi gen relatif efisien
diterapkan pada spesies tumbuhan. Dilain pihak, ada beberapa spesies tanaman yang tingkat
keberhasilan transformasinya rendah, sebagian besar adalah jenis tanaman monokotil.
DAFTAR PUSTAKA
Access Excellence Resource Center. 2005. Cloning into a Yeast Artificial Chromosome
(YAC). Available online at http://www.accessexcellence.org/RC/VL/GG/YAC.php,
access at 30th of September 2014.
EJB Electronic Journal of Biotechnology. 1998. Plant Biotechnology. Available online at
http://www.ejbiotechnology.info/content/vol1/issue3/full/1/, accsess at 30th of
September 2014.
Kevinshe. 2004. The Big Bad BAC: Bacterial Artificial Chromosomes. Available online at
http://www.scq.ubc.ca/the-big-bad-bac-bacterial-artificial-chromosomes/ (diakses
tanggal 29 September 2014)
Mc Clean. 1998. Cloning and Cloning Vectors. Available online at
http://www.ndsu.edu/pubweb/~mcclean/plsc731/cloning/cloning3.html, access at 30th
of September 2014.
Susan and William D. 2002. Schaum’s Genetika Edisi IV. Erlangga:Jakarta
Wahyudi, Aris Tri. 2001. Perpustakaan Gen : Bagaimana Mengonstruksinya. Hayati, Volume
8 No.1, halaman 27-30