tinjauan pustaka

5
Minyak sawit merupakan sumber karotenoid alami yang paling besar. Kadar karotenoid dalam minyak sawit yang belum dimurnikan berkisar antara 500-700 ppm dan lebih dari 80%- nya adalah α dan β karoten. Dilihat dari kadar aktivitas provitamin A, kadar karotenoid minyak sawit mempunyai aktivitas 10 kali lebih besar dibanding wortel dan 300 kali lebih besar dibanding tomat (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1997). Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal dengan minyak kasar atau Crude Palm Oil (CPO), sedangkan minyak yang berasal dari inti sawit dikenal dengan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) (Fauzi, dkk, 2008). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman yang berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Tanaman ini berkeping satu yang termasuk famili Palmae, genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani, sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menanam tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea (Kataren, 2005). Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 Ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara–negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Semangun, 2003). Kelapa sawit biasanya berbuah setelah umur 2,5 tahun, buahnya menjadi masak 5,5bulan setelah penyerbukan. Buah matang panen adalah adanya buah yang

description

a

Transcript of tinjauan pustaka

Page 1: tinjauan pustaka

Minyak sawit merupakan sumber karotenoid alami yang paling besar. Kadar

karotenoid dalam minyak sawit yang belum dimurnikan berkisar antara 500-700 ppm

dan lebih dari 80%-nya adalah α dan β karoten. Dilihat dari kadar aktivitas provitamin

A, kadar karotenoid minyak sawit mempunyai aktivitas 10 kali lebih besar dibanding

wortel dan 300 kali lebih besar dibanding tomat (Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 1997).

Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging buah

yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal dengan

minyak kasar atau Crude Palm Oil (CPO), sedangkan minyak yang berasal dari inti

sawit dikenal dengan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) (Fauzi, dkk, 2008).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman yang berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Tanaman ini berkeping satu yang termasuk famili Palmae, genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani, sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menanam tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea (Kataren, 2005).

Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 Ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara–negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Semangun, 2003).

Kelapa sawit biasanya berbuah setelah umur 2,5 tahun, buahnya menjadi masak 5,5bulan setelah penyerbukan. Buah matang panen adalah adanya buah yang lepas dari tandan(membrondol) sekurang–kurangnya 5 buah untuk tandan yang beratnya kurang dari 10 kg,atau sekurang–kurangnya 5 buah untuk tandan yang beratnya 10 kg atau lebih (Setyamidjaja,1991).

Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak kelapa sawit maupun minyak inti sawit yang melalui proses fraksinasi, rafinasi, hidrogenasi. Produksi CPO diindonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai bahan baku untuk minyak makan. Minyak kelapa sawit biasanya digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati. Sebagai bahan pangan, minyak kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lainnya, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Disamping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng yang bersifat awet dan makanan yang digoreng dengan minyak sawit tidak cepat tengik.(Fauzi, 2002)

Page 2: tinjauan pustaka

Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyaknabati lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif murah, selain itu komponenyang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam seperti kandungan asam palmitat yang tinggi yaitu sekitar 40%. Dari aspek kesehatankandungan kolestrolnya lebih rendah. Saat ini, banyak pabrik yang memproduksiminyak goreng yang berasal dari kelapa sawit dengan kandungan kolestrol yang rendah (Winarno, 1999).

Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang berlainan sifatnya, yaitu minyak sawit mentah/CPO (Crude Palm Oil/CPO) yang berasal dari sabut/daging kelapa sawit dan minyak inti sawit/PKO (Palm Kernel Oil/PKO) yang berasal dari inti buah sawit (Rondang, 2006). CPO mempunyai ciri-ciri fisik agak kental, berwarna kuning jingga kemerah-merahan, dan CPO yang telah dimurnikan mengandung asam lemak bebas (ALB) sekitar 5% dan karoten atau pro-vitamin E (800-900 ppm). Sebaliknya PKO mempunyai ciri-ciri fisik minyak berwarna putih kekuning-kuningan dengan kandungan asam lemak bebas sekitar 5% (Liang, 2009).

Minyak sawit kasar ( Crude Palm Oil ) mengandung sekitar 500 – 700 ppm β - caroten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu CPO berwarna merah jingga. Disamping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak sawit ini diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar tersebut menyebabkan minyak sawit kasar tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan maupun non pangan. ( Ketaren, 2005 )

Minyak inti sawit merupakan hasil pengolahan biji inti sawit dengan cara ekstraksi terutama secara mekanis (mechanical extraction). Metode ekstraksi dilakukan dengan menggunakan mesin screw press (press ulir), hasil dari ekstraksi ini kemudian ditampung dalam bak penampungan yang kemudian dilanjutkan dengan proses penyaringan menggunakan oil filter. Setelah diperoleh minyak inti sawit kemudian dilakukan analisis mutu produk, hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditentukan analisis mutu minyak inti sawit meliputi analisis kadar air (maks 0,5%), kadar kotoran (maks 0,05%), kadar FFA (maks 5,00%) dan bilangan peroksida (maks 2,2 meq) (Herlinda, 2003)

Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang, pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak,protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53%. (Mangoensoekardjo.S., 2003)

Page 3: tinjauan pustaka

Senyawa β karotein merupakan senyawa karbohidrat yang sangat mudah teroksidasi disamping merupakan senyawa non trigliserida yang tidak diharapkan dalam minyak karena dapat mengakibatkan warna merah kekuning-kuningan pada minyak sawit sehingga tidak disukaioleh konsumen. (Sudarmadji. 1989)

DOBI yang tinggi akan membuat lebih baik harga jual CPO di pasaran domestik dan internasional. Disamping itu pula menunjukkan proses pengolahan dari kebun – pabrik – refineri berlangsung dengan baik. Adanya sinergi ini menunjukkan kualitas tim kerja dari kebun – pabrik – refineri terjaga dengan baik. Dan ke semuanya bermuara pada nilai jual perusahaan sebagai perusahaan yang mengedepankan kualitas standar internasional.

Untuk menganalisa DOBI dan beta karoten dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang range visible dan range UV, dimana DOBI adalah perbandingan absorbansi pada range visible dan absorbansi pada range UV, sedangkan beta karoten adalah pigmen fotosintesis berwarna orange yang penting untuk fotosintesis. Penentuan panjang gelombang maksimum pada range visible dan UV dilakukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang 420 nm sampai dengan 470 nm dan 256 nm dampai dengan 270 nm. Setelah dilakukan pengukuran (kalibrasi) maka diperoleh panjang gelombang maksimum pada range visible dan UV adalah 446 nm dan 269 nm.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press.

Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Penerbit Gramedia.Yan, Fauzi, dkk. 2002. “Kelapa Sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan

Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi.Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Pasaribu, Nurhaida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. e-USU RepositoryYahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Bahan Kuliah

Tanaman Perkebunan Utama. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.

Sebayang, S. Y., E. S. Sutarta dan I. Y. Harahap., 2004. Penggunaan Mucuna bracteata Pada Kelapa Sawit: Pengalaman Di Kebun Tinjowan Sawit II, PT. Perkebunan Nusantara IV. Warta PPKS 2004, Vol. 12(2-3) 15-22.

Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : LibertiDachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Padang: Andalas University Press.Mulja, M, Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University

Press.Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2005. Kelapa Sawit:

Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.