BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1...

27
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Pengertian Kata “diabetesberasal dari bahasa Yunani yag artinya orang yang berdiri mengangkangkan kedua belah kakinya atau selang untuk memindahkan air. Makna tersebut berkembang dan ditafsirkan menjadi peristiwa kencing. Pada 1675 Thomas Willis menambahkan kata mellituspada istilah tersebut, meskipun lebih sering disebut diabetes saja. Meldalam bahasa Latin berarti madu; untuk memaksudkan urin dan darah penderita diabetes yang mengandung glukosa yang berlebihan. Diabetes melitus berarti kondisi dimana seseorang mengeluarkan urin yang mengandung glukosa tinggi. Pada masa Cina kuno, orang pernah mengamati bahwa semut tertarik pada urin penderita DM karena manis, sehingga muncul istilah penyakit kencing manis (Ardhi, 2010). 2.1.2 Klasifikasi Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, membagi DM menjadi 4 tipe, yaitu :

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

8 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian

Kata “diabetes” berasal dari bahasa Yunani yag

artinya orang yang berdiri mengangkangkan kedua

belah kakinya atau selang untuk memindahkan air.

Makna tersebut berkembang dan ditafsirkan menjadi

peristiwa kencing. Pada 1675 Thomas Willis

menambahkan kata “mellitus” pada istilah tersebut,

meskipun lebih sering disebut diabetes saja. “Mel”

dalam bahasa Latin berarti madu; untuk memaksudkan

urin dan darah penderita diabetes yang mengandung

glukosa yang berlebihan. Diabetes melitus berarti

kondisi dimana seseorang mengeluarkan urin yang

mengandung glukosa tinggi. Pada masa Cina kuno,

orang pernah mengamati bahwa semut tertarik pada

urin penderita DM karena manis, sehingga muncul

istilah penyakit kencing manis (Ardhi, 2010).

2.1.2 Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association (ADA)

tahun 2005, membagi DM menjadi 4 tipe, yaitu :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

9

a. Diabetes Mellitus tipe I (DM yang Tergantung

Insulin).

Pada DM tipe I umumnya terjadi pada umur

yang lebih muda mulai dari anak-anak. Hal ini

disebabkan oleh adanya proses autoimun yang

merusak sel beta (β) pankreas, sehingga produksi

insulin hilang atau sangat sedikit. Akibatnya pasien

menjadi tergantung dengan pemberian insulin dari

luar untuk mempertahankan hidupnya. Kalau tidak

mendapat insulin dari luar, akan terjadi komplikasi

DM akut yang segera dapat menyebabkan

kematian (ketoasidosis diabetik).

b. Diabetes Mellitus tipe II (DM Tidak Tergantung

Insulin).

DM tipe II umumnya terjadi lebih perlahan

dan sering bahkan tidak diketahui adanya sampai

bertahun-tahun. Kebanyakan onset DM tipe II

terjadi di atas usia 30 tahun antara umur 50 – 60

tahun dan muncul secara perlahan – lahan. Hal ini

berkaitan dengan peningkatan prevalensi obesitas

sebagai faktor resiko terpenting (Bnyton, 2008).

Walaupun demikian tidak berarti bahwa DM tipe II

ini tidak berbahaya. Meskipun tidak ada keluhan,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

10

kalau tetap dibiarkan kadar glukosanya tinggi, tentu

akan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi

menahun DM yang dapat mengenai berbagai organ

tubuh dan menyebabkan kematian. Banyak

penyandang DM tipe II datang terlambat dan

sudah mengidap komplikasi DM saat pertama kali

didiagnosis sebagai penyandang DM (Waspadji,

2005).

c. Diabetes Melitus Akibat Induksi Obat

Pada DM tipe III umumnya juga terjadi

secara perlahan, hampir seperti DM tipe II.

Penyebab dan dasar kelainannya sudah diketahui,

umumnya pada tingkat kelainan biomolekuler,

misalnya karena obat-obatan, bahan kimia, infeksi

dan penyebab lainnya. Walaupun sudah diketahui

mekanisme dasar kelainannya, belum berarti

bahwa kelainan tersebut dapat diperbaiki.

Penyebab kelainan dasarnya umumnya menetap

(Waspadji, 2005).

d. Diabetes Melitus pada Kehamilan

DM pada kehamilan dapat terjadi karena

proses kehamilan itu sendiri, dan dapat juga karena

DM tipe II yang diidapnya sebelum hamil. Pada tipe

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

11

ini setelah melahirkan kadar glukosa darahnya

akan kembali menjadi normal atau dapat

berkembang dan menetap menjadi DM. Diabetes

pada kehamilan terjadi karena perubahan metabolik

fisiologis yang terjadi pada saat kehamilan.

Perubahan tersebut mengarah pada terjadinya

resistensi insulin. Apabila sel beta pankreas tidak

dapat mengimbangi perubahan tersebut, tentu akan

terjadi DM pada kehamilan. Setelah melahirkan,

karena terjadi perubahan fisiologis pada saat hamil

hilang, maka wanita tersebut tentu akan menjadi

normal kembali. Sebaliknya, kalau seorang wanita

sebelumnya sudah menyandang DM, dan baru

diketahui adanya DM saat hamil, maka nantinya

setelah melahirkan ia akan tetap DM (Waspadji,

2005).

2.1.3 Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar

pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak

dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna

penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah

yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara

enzimatik dengan bahan darah plasma vena.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

12

Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan

dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan

glukosa darah kapiler dengan glukometer (Parkeni,

2011).

Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia,

polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan sebabnya.

Berdasarkan Konsensus Perkeni tahun 2011

tentang Pengelolaan DM tipe 2, diagnosis DM dapat

ditegakkan melalui 3 cara, yaitu :

a. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma

sewaktu > 200 mg/dL sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis DM.

b. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma

puasa ≥ 126 mg/dL sudah cukup menegakkan

diagnosis DM. Puasa diartikan pasien tak

mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.

c. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200

mg/dL. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

menggunakan standar WHO, menggunakan

beban glukosa setara dengan 75 gram glukosa

anhydrous yang dilarutkan ke dalam air.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

13

Menurut American Diabetes Association tahun

2011, pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % (haemoglobin

glikosilat) menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika

dilakukan pada laboratorium yang telah terstandarisasi

dengan baik. Pemeriksaan HbA1c dilakukan setiap 3 –

6 bulan, minimal 2 kali dalam setahun (Konsensus

Pengelolaan dan Pencegahan DM Type II di Indonesia

tahun 2011, PERKENI)

2.1.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Menurut Waspadji (2005), DM mempunyai

gambaran klinis yang sangat bervariasi dari yang tidak

bergejala sama sekali dan baru diketahui pada saat

pemeriksaan general check up sampai yang

mempunyai gejala spesifik DM. Gejala spesifik DM

adalah banyak kencing (poliuria), haus dan banyak

minum (polidipsia), banyak makan (polifagia), dan

badan lemah serta berat badan turun. Penderita dapat

datang pertama kali dengan keluhan dan gejala akibat

komplikasi DM seperti gatal, pandangan kabur,

kesemutan, keputihan, atau luka yang sukar sembuh.

Selain itu penderita datang karena komplikasi akut

kesadaran menurun sampai tidak sadar penuh atau

koma pada ketoasidosis diabetik.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

14

2.1.5 Penyebab Diabetes Melitus

1. Faktor genetik atau keturunan

DM cenderung diturunkan, bukan ditularkan.

Anggota keluarga DM atau diabetisi memiliki

kemungkinan lebih besar mendapatkan penyakit ini

dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak

menderita DM. DM merupakan penyakit yang terpaut

kromosom seks atau jenis kelamin. Biasanya pria

menjadi penderita, sedangkan wanita sebagai pihak

yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-

anaknya

2. Virus dan bakteri

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps,

dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme

infeksi sitolitik dalam sel beta pankreas, virus ini

mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa

juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas

yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel

beta. Namun demikian, DM akibat bakteri masih

belum bisa dideteksi.

3. Bahan toksik atau beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel

beta pankreas secara langsung adalah alloxan,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

15

pyrinuron (rodentisida), dan streptozotocin (produk

dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang

berasal dari singkong.

4. Nutrisi

Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) juga

merupakan faktor resiko pertama yang diketahui

menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih

atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin

besar kemungkinan seseorang terjangkit DM.

2.1.6 Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi DM dapat muncul secara akut dan

secara kronik yaitu timbul beberapa bulan atau

beberapa tahun sesudah mengidap DM.

Komplikasi akut DM:

a. Reaksi Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul

akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda

rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing dan

sebagainya.

Dalam keadaan hipoglikemia, bila penderita masih

sadar, harus segera diberi air mengandung

glukosa. Jika keadaan ini tidak segera diobati,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

16

penderita akan tidak sadarkan diri. Karena ini

disebabkan oleh kekurangan glukosa di dalam

darah, koma ini disebut koma hipoglikemia.

Penderita koma hipoglikemia harus segera dibawa

ke rumah sakit dan perlu mendapat suntikan

glukosa 40 % dan infuse glukosa. Diabetisi yang

mengalami reaksi hipoglikemia, biasanya

disebabkan oleh obat anti diabetes yang diminum

dengan dosis terlalu tinggi atau terlambat makan

atau juga karena latihan fisik yang berlebihan.

b. Koma Diabetik

Berlawanan dengan koma hipoglikemia, koma

diabetik ini timbul karena kadar glukosa dalam

darah terlalu tinggi, biasanya >600mg/dL, yang

ditandai dengan :

a. Nafsu makan menurun, biasanya diabetisi

mempunyai nafsu makan yang besar.

b. Penurunan kesadaran, kencing banyak.

c. Rasa mual, muntah, pernafasan cepat dan

dalam, serta berbau aseton, dan

d. Sering disertai panas karena ada infeksi.

(Tjokroprawiro, 2006).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

17

c. Komplikasi kronik diabetes mellitus, sering disebut

Angiopati Diabetik

a. Mikroangiopati diabetik, yaitu angiopati yang

terjadi pada kapiler dan arteriol. Proses adhesi

dan agregasi trombosit yang kemudian terbentuk

mikrotrombus merupakan basis biokimiawi

utama. Yang termasuk dalam komplikasi ini

adalah retinopati diabetik (mengenai organ

mata) dan nefropati diabetik (mengenai organ

ginjal)

b. Makroangiopati diabetik, yaitu penebalan dan

hilangnya elastisitas dinding arteri. Yang

termasuk dalam komplikasi ini adalah penyakit

jantung koroner, gangguan pembuluh darah

kaki, dan gangguan pembuluh darah otak

(Waspadji, 2006).

2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Berdasarkan Konsensus Perkeni (2011)

penatalaksanaan DM meliputi :

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

18

a. Edukasi

Untuk mendapatkan manfaat pengobatan yang

maksimal, sangat diperlukan pengertian dan

memahami seluk beluk tentang DM. Prinsip yang

perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes

adalah :

a. Memberikan dukungan dan nasehat yang

positif serta hindari terjadinya kecemasan.

b. Memberikan informasi secara bertahap, dimulai

dengan hal-hal yang sederhana.

c. Melakukan pendekatan untuk mengatasi

masalah dengan melakukan simulasi.

d. Diskusikan program pengobatan secara

terbuka. Memberikan penjelasan sederhana

dan lengkap tentang program pengobatan yang

diperlukan pasien.

e. Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan

pengobatan dapat diterima.

f. Memberikan motivasi dengan memberikan

penghargaan.

g. Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses

edukasi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

19

h. Memperhatikan kondisi jasmani dan psikologi

serta tingkatkan pendidikan pasien dan

keluarganya.

i. Mengunakan alat bantu audio visual.

b. Terapi Gizi

Terapi Nutrisi Medis merupakan bagian dari

penatalaksanaan DM secara total. Kunci

keberhasilannya adalah keterlibatan secara

menyeluruh anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas

kesehatan lain serta pasien dan keluarganya).

Berdasarkan Konsensus Perkeni tahun 2011,

ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah

santapan dalam komposisi yang seimbang dalam hal

persentase karbohidrat, protein, dan sayuran sesuai

dengan kecukupan gizi yang baik sebagai berikut :

Tabel 2.1 Terapi Nutrisi Medis

Karbohidrat Protein Lemak Kolesterol Natrium Serat Pemanis

45 – 65 % total asupan energi 10 – 20 % total asupan energi 20 – 25 % total asupan energi < 200 mg/hari < 3000 mg/hari, bila ada hipertensi <2400 mg/hari 25 g/hari dapat digunakan secukupnya

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

20

Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan pada

kebutuhan kalori basal yang besarnya 25 – 30

kal/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung

pada beberapa faktor, seperti : jenis kelamin, umur,

aktivitas, berat badan, dan lain-lain.

Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan

rumus Brocca yang dimodifikasi menjadi BBI = (TB -

100) - 10 % sehingga BB dikatagorikan sebagai

berikut :

Tabel 2.2 Berat Badan Ideal

BB normal BB kurus BB gemuk Obesitas

BB ideal 90 - 110 % BB ideal < 90 % BB ideal > 110 % BB ideal >120 %

Sedangkan perhitungan BBI menurut Indeks Massa

Tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus : IMT =

BB (kg) / TB2 (m). Adapun klasifikasi BBI menurut

IMT adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Indeks Massa Tubuh

BB normal BB kurus BB gemuk Dengan resiko Obes I Obes II

18,5 – 22,9 < 18,5 ≥ 23 23,0 – 24,9 25 – 29,9 >30

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

21

c. Latihan Fisik

Pada waktu melakukan latihan fisik

(exercise), ambilan (uptake) glukosa oleh otot yang

sedang bekerja dapat mencapai kenaikan sampai

15-20 kali lipat, karena peningkatan laju metabolik

pada otot yang aktif (Yunir & Soebardi, 2006).

Latihan jasmani sehari-hari dilakukan secara

teratur, 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30

menit dapat memperbaiki profil lemak, menurunkan

berat badan, dan menjaga kebugaran. Latihan

jasmani selain untuk kebugaran, juga untuk

menurunkan berat badan akan meningkatkan

sensitivitas insulin, sehingga akan menurunkan

glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan

berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti

jalan kaki, senam, sepeda santai, jogging dan

berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan

dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hal

yang sangat penting adalah menghindari kebiasaan

hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

22

(Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Type

II di Indonesia tahun 2011, PARKENI).

d. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan

pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup

sehat). Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan. Obat hipoglikemik oral, berdasarkan

cara kerjanya dibagi menjadi 5 kategori yang

selengkapnya dijelaskan dalam tabel 2.4.

Tabel 2.4 Obat Hipoglikemik Oral

Obat Fungsi

Pemicu sekresi insulin Peningkat sensitivitas insulin Penghambat glukoneogenesis Penghambat absorpsi glukosa DPP-IV inhibitor

Sulfonilurea dan Glinid Metformin dan Tiazolidindion Metformin Penghambat Glukosidase alfa

2.2 Glukosa Darah

2.2.1 Pengertian

Gula darah (GD) adalah glukosa yang

terdapat dalam darah (Kamus Kedokteran Dorland

2010). Kadar GD sewaktu sudah normal sekitar

<150 mg/dL (Waspadji, 2006).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

23

2.2.2 Metabolisme Gula Darah

Metabolisme gula adalah proses

pembentukan energi dari makanan menjadi bahan

bakar bagi sel-sel tubuh agar berfungsi normal.

Setelah makan, enzim pencernaan memecah

protein, lemak, dan karbohidrat menjadi asam

amino, asam lemak, dan gula sederhana. Nutrisi

sederhana ini akan diserap ke dalam darah untuk

digunakan sebagai energi saat tubuh

membutuhkannya. Sedang sumber bahan bakar

paling penting adalah gula sederhana yang disebut

glukosa, juga dikenal sebagai gula darah.

Penyerapan makanan seperti tepung-

tepungan (karbohidrat) di usus yang akan

menyebabkan kadar GD meningkat. Peningkatan

kadar GD ini akan merangsang pengeluaran hormon

insulin. Oleh pengaruh hormon insulin ini, glukosa

dalam darah sebagian besar akan masuk ke dalam

berbagai macam sel tubuh (terbanyak sel otot), dan

akan dipergunakan sebagai bahan energi atau

tenaga dalam sel tersebut. Dalam sel otot, sebagian

akan diubah menjadi glikogen sebagai cadangan

energi dalam otot. Sebagian lagi glukosa akan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

24

diubah menjadi lemak dan ditimbun sebagai

cadangan energi. Sehingga kadar GD akan turun

sampai batas normal kembali. Dalam waktu 2 jam,

bila jumlah insulin yang disekresikan pankreas

terpenuhi maka kadar GD sudah normal kembali

sekitar <150 mg/dL (Waspadji, 2006).

2.2.3 Faktor Pencetus Hiperglikemia

Faktor pencetus hiperglikemia antara lain :

a. Infeksi, meliputi 20- 55 % kasus hiperlikemia

disebabkan oleh infeksi.

b. Stress, pada saat stress di dalam tubuh akan

terjadi pemecahan gula darah, sehingga akan

meningkatkan kadar gula darah meskipun

sudah mengkonsumsi obat obat hipoglikemik

oral

(manadotoday.com/forum/index.php?topic=189

6.0).

c. Obat – obatan, seperti kortikosterid, diuretic.

d. Pola makan yang salah, pola makan yang tidak

seimbang yang lebih banyak mengandung

karbohidrat.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

25

2.2.4 Cara Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Menurut Konsensus Perkeni tahun 2011, ada

3 cara yaitu :

a. Pemeriksaan Glukosa Urine

Pengukuran glukosa urine memberikan

penilaian yang tidak langsung. Hanya digunakan

pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau

memeriksa kadar glukosa darah. Batas ekskresi

glukosa renal rata-rata sekitar 180 mg/dL, dapat

bervariasi pada beberapa pasien. Hasil

pemeriksaan sangat bergantung pada fungsi

ginjal dan tidak dapat dipergunakan untuk

menilai keberhasilan terapi.

b. Pemantauan Benda Keton

Pemantauan benda keton dalam darah

maupun dalam urine cukup penting terutama

pada penyandang DM tipe II yang buruk (kadar

glukosa darah > 300mg/dL). Pemeriksaan

benda keton juga diperlukan pada penderita DM

yang sedang hamil. Tes benda keton urine

mengukur kadar asetoasetat, sementara benda

keton yang penting adalah asam beta hidroksi

butirat. Setelah ini dapat dilakukan pemeriksaan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

26

kadar asam beta hidroksi butirat dalam darah

secara langsung dengan menggunakan strip

khusus.

c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)

Untuk memantau kadar glukosa darah

dapat dipakai darah kapiler, dengan alat

pengukur glukosa darah reagen kering yang

sederhana dan mudah dipakai serta dapat

dipercaya hasilnya. PGDM dianjurkan bagi

pasien dengan pengobatan insulin atau pemicu

sekresi insulin. Waktu pemeriksaan yang

dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2

jam setelah makan, menjelang waktu tidur dan di

antara siklus tidur. PGDM terutama dianjurkan

pada :

a. Penderita DM dengan terapi insulin.

b. Penderita DM direncanakan mendapat terapi

insulin.

c. Wanita hamil dengan hiperglikemia

d. Kejadian hipoglikemia berulang.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

27

2.3 Senam Diabetes

Gaya hidup tidak sehat seperti kegemukan, kurang

aktifitas fisik dan konsumsi makanan rendah serat akan

menyebabkan peningkatan faktor resiko penyakit DM,

terutama DM tipe II. Penderita yang telah mengalami

komplikasi kronik DM, akan terganggu kualitas hidupnya.

Pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan

mengubah pola hidup yang lebih sehat dengan melakukan

perencanaan makan, latihan fisik secara teratur, terkontrol

dan berkesinambungan serta mengkonsumsi obat diabetik

oral yang sesuai dengan anjuran dokter (Waspadji, 2006).

Insulin dan GLUT 04 adalah hormon yang berfungsi

untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Di dalam sel,

glukosa akan mengalami metabolisme dan selanjutnya

dihasilkan energi yang akan digunakan untuk aktivitas

tubuh sehari - hari. Bila terdapat gangguan pada produksi

insulin ataupun gangguan pada reseptor insulin di berbagai

jaringan tubuh serta GLUT maka glukosa tidak dapat

masuk ke dalam sel, sehingga terjadilah hipoglikemia di

dalam sel. Sebaliknya glukosa akan menumpuk di dalam

darah dan kadar gula darah penderita DM lebih tinggi

(hiperglikemia).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

28

Latihan jasmani membantu meningkatkan

sensitivitas reseptor insulin, sehingga glukosa dapat masuk

ke dalam sel, untuk memenuhi kebutuhan sumber energi

bagi tubuh pasien. Olahraga selama 30-40 menit, dapat

meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel sebesar 7-

20 kali lipat, dibandingkan tanpa latihan fisik. Penambahan

pemasukan glukosa ke dalam sel bergantung pada

intensitas latihan yang dilakukan. Sebagai hasil akhir

latihan fisik yang teratur adalah kontrol kadar gula darah

lebih baik dan mencegah komplikasi DM yang tidak

diinginkan.

Latihan fisik yang tepat bagi penderita DM harus

memperhatikan frekuensi, intensitas, durasi dan jenis

olahraga :

1. Frekuensi Latihan

Frekuensi latihan adalah frekuensi latihan setiap

minggu. Latihan fisik yang dilakukan 3 kali dalam

seminggu memberikan efek yang cukup baik, dan

latihan fisik yang dilakukan 4 kali seminggu memberikan

efek yang lebih baik. Latihan yang dianjurkan adalah 3-

5 kali seminggu (Ilyas, 2006).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

29

2. Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan faktor terpenting

dalam latihan fisik. Untuk mengetahui apakah intensitas

latihan yang dilakukan sudah cukup, secara sederhana

dapat diukur dengan menghitung detak nadi pada saat

melakukan latihan fisik. Intensitas latihan fisik dapat

ditentukan berdasarkan penentuan DNM (Denyut Nadi

Maksimal) terlebih dahulu. DNM adalah 220 – umur

pasien. Dalam setiap kali melakukan latihan fisik harus

mencapai 72 – 87 % DNM. Selanjutnya ditetapkan

intensitas latihan pasien melalui prosentase terhadap

DNM. Misalnya DNM 75 % artinya 0,75 x (220-50) =

128 kali/menit dan ini yang disebut sebagai Denyut Nadi

Sasaran (DNS). Selama melakukan latihan fisik, denyut

nadi pasien DM yang berusia 50 tahun, mencapai

namun tidak lebih dari 128 kali/menit. Penentuan

prosentase ini didasarkan pada tingkat kesehatan dan

kebugaran penderita DM (Asdie, 2004).

3. Lama Latihan

Durasi yang dianjurkan adalah 30 – 60 menit

setiap kali berolahraga. Sebaiknya penderita DM

melakukan latihan fisik tidak lebih dari 60 menit, karena

dapat menimbulkan hipoglikemia. Prinsip yang lain yang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

30

perlu diperhatikan adalah setiap latihan fisik terdiri atas

3 tahapan berturut-turut, pemanasan (5-10 menit),

latihan inti (20-40 menit) dan pendinginan (5-10 menit).

Jenis olahraga yang dianjurkan untuk penderita

DM adalah aerobic low impact dan ritmic. Senam

Diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmic,

gerakannya menyenangkan dan tidak membosankan,

serta dapat diikuti oleh semua kelompok umur sehingga

menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub

diabetes.

1. Manfaat Senam Diabetes

a. Menurunkan kadar glukosa darah dan mencegah

kegemukan.

Pada keadaan istirahat, metabolisme otot hanya

sedikit membutuhkan glukosa sebagai sumber

energi. Tapi pada saat latihan fisik, glukosa dan

lemak merupakan sumber energi utama. Setelah

berolah raga 10 menit, dibutuhkan glukosa 15

kalinya dibanding pada saat istirahat.

b. Menekan terjadinya komplikasi (gangguan lipid

darah atau pengendapan lemak di dalam pembuluh

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

31

darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi

darah atau penggumpalan darah).

2. Indikasi dan Kontra Indikasi Senam Diabetes

a. Indikasi : Senam diabetes dapat diberikan

pada seluruh penderita DM tipe I maupun tipe II.

b. Kontra Indikasi

a. Penderita mengalami perubahan fungsi fisiologi

seperti dispnoe atau nyeri dada.

b. Orang yang depresi, khawatir atau cemas.

3. Gerakan Senam Diabetes

Gerakan senam menurut Widianti dan Proverawati

tahun 2010, yaitu :

a. Pemanasan I

Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke atas

selurus bahu. Kedua tangan bertautan. Lakukan

bergantian dengan posisi kedua tangan di depan

tubuh.

b. Pemanasan II

Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke depan

tubuh hingga lurus bahu. Kemudian, gerakkan

kedua jari tangan seperti hendak meremas. Lalu,

buka lebar. Lakukan secara bergantian, namun

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

32

tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus

bahu.

c. Inti I

Posisi berdiri tegap. Kaki kanan maju selangkah ke

depan. Kaki di tempat. Tangan kanan diangkat ke

kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri

ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada.

Lakukan secara bergantian.

d. Inti 2

Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga

paha dan betis membentuk sudut 90 derajat. Kaki

kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat ke

kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri

ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada.

Lakukan secara bergantian.

e. Pendinginan 1

Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan

kiri lurus ke depan selurus bahu. Tangan kanan

ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.

f. Pendinginan 2.

Posisi kaki bentuk huruf V terbalik. Kedua tangan

direntangkan ke atas dengan membentuk huruf V

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

33

2.4 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 2.1 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hupo yang berarti

sementara kebenarannya dan thesis artinya pernyataan

atau teori. Jadi hipotesis merupakan pernyataan

sementara yang perlu diuji kebenarannya.

Hipotesis dalam penelitian ini meliputi :

1. Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis nol juga sering disebut dengan hipotesis

statistik yaitu merupakan hipotesis yang menyatakan

tidak ada hubungan antara variabel satu dengan

variabel yang lain atau hipotesis yang menyatakan

tidak ada perbedaan suatu kejadian antara dua

kelompok.

SENAM

DIABETES

KADAR GULA

DARAH

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6715/2/T1_462008044_BAB II… · merusak sel beta (β) pankreas, ... infeksi dan penyebab

34

Ho dalam penelitian ini adalah :

“ Tidak ada pengaruh senam diabetes terhadap kadar

gula darah Diabetisi pada Komunitas Persadia Kota

Salatiga”.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif.

Hipotesis alternatif dapat langsung di rumuskan

apabila ternyata pada suatu penelitian, hipotesis nol

ditolak. Hipotesis ini merupakan hipotesis yang

menyatakan ada hubungan antara variabel satu

dengan variabel yang lain atau hipotesis yang

menyatakan ada perbedaan sesuatu kejadian antara

dua kelompok.

Ha dalam penelitian ini adalah :

“ Ada pengaruh senam diabetes terhadap kadar gula

darah Diabetisi pada Komunitas Persadia Kota

Salatiga”.