BAB I Thalasemia
-
Upload
muhammad-ricky-julian-adhetia -
Category
Documents
-
view
62 -
download
3
description
Transcript of BAB I Thalasemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. 1. Defenisi Thalasemia
Thalasemia adalah kelompok dari anemia herediter yang diakibatkan oleh
berkurang nya sintesis salah satu rantai globin yang mengkombinasikan
hemoglobin (HbA, α 2 β 2). Disebut hemoglobinopathies, tidak terdapat
perbedaan kimia dalam hemoglobin. Nolmalnya HbA memiliki rantai polipeptida
α dan β, dan yang paling penting thalasemia dapat ditetapkan sebagai α - atau β -
thalassemia.
2. Epidemiologi Thalasemia
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia. Fakta
ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak;
menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh
negara di dunia.
Beberapa tipe thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia.
Thalassemia-β lebih sering ditemukan di negara-negara Mediteraniam seperti
Yunani, Itali, dan Spanyol. Banyak pulau-pulau Mediterania seperti Ciprus,
Sardinia, dan Malta, memiliki insidens thalassemia-β mayor yang tinggi secara
signifikan. Thalassemia-β juga umum ditemukan di Afrika Utara, India, Timur
16
Tengah, dan Eropa Timur. Sebaliknya, thalassemia-α lebih sering ditemukan di
Asia Tenggara, India, Timur Tengah, dan Afrika.
3. Patofisiologi Thalasemia
Thalassemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari gangguan
produksi rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin
tertentu (α,β,) akan menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan
ketidakseimbangan dengan terjadinya produksi rantai globin lain yang normal.
Karena dua tipe rantai globin (α dan non-α) berpasangan antara satu
sama lain dengan rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan
terjadi produksi berlebihan dari rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi
rantai tersebut di dalam sel menyebabkan sel menjadi tidak stabil dan
memudahkan terjadinya destruksi sel. Ketidakseimbangan ini merupakan suatu
tanda khas pada semua bentuk thalassemia. Karena alasan ini, pada sebagian
besar thalassemia kurang sesuai disebut sebagai hemoglobinopati karena pada
tipe-tipe thalassemia tersebut didapatkan rantai globin normal secara struktural
dan juga karena defeknya terbatas pada menurunnya produksi dari rantai globin
tertentu.
Tipe thalassemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi.
Reduksi bervariasi dari mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama
sekali (complete absence). Sebagai contoh, apabila rantai β hanya sedikit
diproduksi, tipe thalassemia-nya dinamakan sebagai thalassemia-β+, sedangkan
17
tipe thalassemia-β° menandakan bahwa pada tipe tersebut rantai β tidak
diproduksi sama sekali. Konsekuensi dari gangguan produksi rantai globin
mengakibatkan berkurangnya deposisi Hb pada sel darah merah (hipokromatik).
Defisiensi Hb menyebabkan sel darah merah menjadi lebih kecil, yang mengarah
ke gambaran klasik thalassemia yaitu anemia hipokromik mikrositik. Hal ini
berlaku hampir pada semua bentuk anemia yang disebabkan oleh adanya
gangguan produksi dari salah satu atau kedua komponen Hb : heme atau globin.
Namun hal ini tidak terjadi pada silent carrier, karena pada penderita ini jumlah
Hb dan indeks sel darah
Tipe thalassemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi.
Reduksi bervariasi dari mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama
sekali (complete absence). Sebagai contoh, apabila rantai β hanya sedikit
diproduksi, tipe thalassemia-nya dinamakan sebagai thalassemia-β+, sedangkan
tipe thalassemia-β° menandakan bahwa pada tipe tersebut rantai β tidak
diproduksi sama sekali. Konsekuensi dari gangguan produksi rantai globin
mengakibatkan berkurangnya deposisi Hb pada sel darah merah (hipokromatik).
Defisiensi Hb menyebabkan sel darah merah menjadi lebih kecil, yang mengarah
ke gambaran klasik thalassemia yaitu anemia hipokromik mikrositik. Hal ini
berlaku hampir pada semua bentuk anemia yang disebabkan oleh adanya
gangguan produksi dari salah satu atau kedua komponen Hb : heme atau globin.
18
Namun hal ini tidak terjadi pada silent carrier, karena pada penderita ini jumlah
Hb dan indeks sel darah merah berada dalam batas normal.
Dalam bentuk yang berat, seperti thalassemia-β mayor atau anemia Cooley,
berlaku patofisiologi yang sama dimana terdapat adanya substansial yang
berlebihan. Kelebihan rantai α bebas yang signifikan akibat kurangnya rantai β
akan menyebabkan terjadinya pemecahan prekursor sel darah merah di sumsum
tulang (eritropoesis inefektif).
4. Klasifikasi Thalasemia dan Manifestasi Klinis
A. Thalasemia α
Delesi gen globin-α menyebabkan sebagian besar kelainan ini.Terdapat empat
gen globin-α pada individu normal, dan empat bentuk thalassemia-α yang
berbeda telah diketahui sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat
gen ini.
Tabel 1. Thalasemia α
Genotype α Jumlah Gen Presentasi Klinis Hemoglobin Elektrofoesis
Lahir >6 blnαα / αα 4 Normal N N-α / αα 3 Silent carier 0-3% HbBart’s N
- - / αα atau -α / -α 2 Trhait Thal- α 2-10 HbBart’s N-- / - α 1 Penyakit Hb H 15-30%HbBart’s Hb H-- / -- 0 Hydrop Fetalis > 75% Hb Bart’s -
Silent carrier thalasemia-α19
Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya ditemukan
secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-Amerika.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen α yang terletak pada
kromosom 16.
Pada tipe silent carrier, salah satu gen α pada kromosom 16
menghilang, menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara
hematologis, hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel darah merah) yang
rendah dalam beberapa pemeriksaan. Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat
dipastikan dengan pemeriksaan elektroforesis Hb, sehingga harus dilakukan
tes lain yang lebih canggih. Bisa juga dicari akan adanya kelainan hematologi
pada anggota keluarga (misalnya orangtua) untuk mendukung diagnosis.
Pemeriksaan darah lengkap pada salah satu orangtua yang menunjukkan
adanya hipokromia dan mikrositosis tanpa penyebab yang jelas merupakan
bukti yang cukup kuat menuju diagnosis thalasemia.
Triat thalasemia-α
Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah
yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen α pada satu
kromosom 16 atau satu gen α pada masing-masing kromosom. Kelainan mini
sering ditemukan di Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.
20
Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (γ4) dapat
ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak
terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.
Gambar 1. Thalasemia-α Menurut Hukum Mendel
Penyakit HbH
Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin α, merepresentasikan
thalassemia-α intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali,
ikterus, dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah
tepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah
merah yang diinklusi oleh rantai tetramer β (Hb H) yang tidak stabil dan
terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkangambaran golf ball.
Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz bodies.
21
Gambar 2. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang menunjukkan Heinz-Bodies
Thalasemia-α mayor
Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen
globin-α, disertai dengan tidak ada sintesis rantai α sama sekali. Karena Hb F,
Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai α, maka tidak satupun dari
Hb ini terbentuk. Hb Barts (γ4) mendominasi pada bayi yang menderita, dan
karena γ4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-bayi itu
mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb
embrional normal (Hb Portland = ζ2γ2), yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen.
Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi
yang lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat
hidropik, dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang
22
dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat
bergantung dengan transfuse.
B. Thalasemia-β
Sama dengan thalassemia-α, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-
β; antara lain :
Silent carrier thalassemia-β
Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit yang
rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan merepresentasikan suatu
thalassemia-β+. Bentuk silent carrier thalassemia-β tidak menimbulkan
kelainan yang dapat diidentifikasi pada individu heterozigot, tetapi gen untuk
keadaan ini, jika diwariskan bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-β°,
menghasilkan sindrom thalassemia intermedia.
Gambar 3. Thalasemia-β menurut Mendel
Traits Thalasemia-β
23
Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan
elektroforesis Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2,
Hb F, atau keduanya.
Gambar 4. Pewarnaan darah tepi pada Traits Thalasemia-β
Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah
sebagai anemia defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat
dengan preparat besi selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu
dengan trait thalassemia-β mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti
(3,4%- 7%). Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan
HbF, sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas,
dijumpai Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%,
yang mewakili thalassemia tipe δβ.
Thalasemia-β yang terkait dengan variasi stuktural rantai β
Presentasi klinisnya bervariasi dari seringan thalassemia media hingga
seberat thalassemia-β mayor. Ekspresi gen homozigot thalassemia (β+)
menghasilkan sindrom mirip anemia Cooley yang tidak terlalu berat
24
(thalassemia intermedia). Deformitas skelet dan hepatosplenomegali timbul
pada penderita ini, tetapi kadar Hb mereka biasanya bertahan pada 6-8 gr/dL
tanpa transfusi.
Kebanyakan bentuk thalassemia-β heterozigot terkait dengan anemia
ringan. Kadar Hb khas sekitar 2-3 gr/dL lebih rendah dari nilai normal
menurut umur. Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan poikilositosis,
ovalositosis, dan seringkali bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga
ditemukan tapi biasanya tidak mencolok dan tidak spesifik untuk thalassemia.
MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg). Penurunan
ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga dapat diperlihatkan, tetapi tanda
hemolisis biasanya tidak ada. Kadar besi serum normal atau meningkat
Thalasemia-β0 Homozigot ( anemia colley, anemia mayor )
Bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan
kedua kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada penderita ini
untuk mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang
disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita meninggal pada
tahun pertama kehidupan.
Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang
menerima transfusi pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan
eritropoetik disumsum tulang maupun di luar sumsum tulang. Tulang-tulang
25
menjadi tipis dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum
tulang di wajah dan tengkorak menghasilkan bentuk wajah yang khas.
Gambar 5. Deformitas tulang pada thalassemia beta mayor (Facies Cooley)
Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat
kekuningan. Limpa dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler
dan hemosiderosis. Pada penderita yang lebih tua, limpa mungkin sedemikian
besarnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan mekanis dan
hipersplenisme sekunder.
26
Gambar 7. Splenomegali pada thalassemia
Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat
atau tidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang
disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung,
termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh
siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal.
Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia-β° homozigot
yang tidak ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan
mikrositosis berat, banyak ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh (sel
bizarre) dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi,
terutama setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang merupakan
presipitasi kelebihan rantai α, juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun
secara cepat menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat transfusi. Kadar serum besi
tinggi dengan saturasi kapasitas pengikat besi (iron binding capacity).
27
Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar HbF yang sangat
tinggi dalam eritrosit.
5. Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut
setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan
kecuali memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan
apabila nilai Hb yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai. Diperlukan
konseling pada semua penderita dengan kelainan genetik, khususnya mereka
yang memiliki anggota keluarga yang berisiko untuk terkena penyakit
thalassemia berat.
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen
transfuse darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup.
Transfusi darah harus dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala
dan setelah periode pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat
mempertahankan nilai Hb dalam batas normal tanpa transfusi.
a. Transfuse Darah
Hal ini bertujuan untuk mempertahankan Hb tetap pada leve 9-9,5 gr/dl.
Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat,
menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan
dan perkembangan penderita.
28
Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB
untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl. Dibutuhkan suatu pemeriksaan lengkap
untuk keperluan pretransfusi, meliputi fenotip sel darah merah, vaksinasi
hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan hepatitis. Pertimbangkan pemberikan
asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfuse untuk mencegah demam
dan reaksi alergi.
Komplikasi Transfusi Darah
Komplikasi utama dari transfusi adalah yang berkaitan dengan transmisi
bahan infeksius ataupun terjadinya iron overload. Penderita thalassemia
mayor biasanya lebih mudah untuk terkena infeksi dibanding anak normal,
bahkan tanpa diberikan transfusi. Beberapa tahun lalu, 25% pasien yang
menerima transfusi terekspose virus hepatitis B. Saat ini, dengan adanya
imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang.
Terapi Khelasi
Apabila diberikan sebagai kombinasi dengan transfusi, terapi khelasi
dapat menunda onset dari kelainan jantung dan, pada beberapa pasien, bahkan
dapat mencegah kelainan jantung tersebut. Chelating agent yang biasa dipakai
adalah DFO yang merupakan kompleks hidroksilamin dengan afinitas tinggi
terhadap besi. Rute pemberiannya sangat penting untuk mencapai tujuan
terapi, yaitu untuk mencapai keseimbangan besi negatif (lebih banyak
diekskresi dibanding yang diserap). Karena DFO tidak diserap di usus, maka
29
rute pemberiannya harus melalui parenteral (intravena, intramuskular, atau
subkutan).
b. Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH)
TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk thalassemia yang
saat ini diketahui. Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan
adanya hepatomegali, fibrosis portal, dan terapi khelasi yang inefektif
sebelum transplantasi dilakukan.
Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga karakteristik ini adalah
59%, sedangkan pada penderita yang tidak memiliki ketiganya adalah 90%.
Meskipun transfusi darah tidak diperlukan setelah transplantasi sukses
dilakukan, individu tertentu perlu terus mendapat terapi khelasi untuk
menghilangkan zat besi yang berlebihan. Waktu yang optimal untuk
memulai pengobatan tersebut adalah setahun setelah TSSH. Prognosis
jangka panjang pasca transplantasi , termasuk fertilitas, tidak diketahui.
Biaya jangka panjang terapi standar diketahui lebih tinggi daripada biaya
transplantasi. Kemungkinan kanker setelah TSSH juga harus
dipertimbangkan.
Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi
penderita thalasemia dengan lebih dari seribu penderita thalasemia mayor
berhasil tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya akumulasi besi dan
hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti pada anak usia dibawah
30
15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok dengan
saudara kandungnya di anjurkan untuk melakukan transplantasi ini.
c. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita,
menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya
rupture.
hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam
satu tahun.
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih
dari 200-250 mL / kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10
gr / dL karena dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.
Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur
sekarang dilakukan dengan laparoskopi. Biasanya, prosedur ditunda bila
memungkinkan sampai anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif
dengan antibiotik harus selalu diberikan untuk setiap keluhan demam sambil
menunggu hasil kultur. Dosis rendah Aspirin setiap hari juga bermanfaat jika
platelet meningkat menjadi lebih dari 600.000 /μL pasca splenektomi.
31
6. Diagnosis Banding
Sifat α-Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe
mikrositik termasuk defisiensi besi dan α-thalasemia minor. Berbeda pada anak
anak dengan defisiensi besi, juga dengan sifat α-Thalasemia yang memiliki Hb
elektroporesis normal setelah usia 4-6 bulan. Akhirnya, perjalanan dari
rendahnya MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb bart’s pada hemoglobinopati
neonatal, screening tes memperlihatkan α-Thalasemia. Anak anak dengan HbH
memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan kelainan tersebut harus
disingkirkan dari hemolitik anemia lain nya. Kunci diagnosis adalah
meningkatnya MCV dan memperlihatkan hipokrom pada apusan darah. Dengan
pengecualian pada β-thalasemia, memiliki kelainan hemolitik berupa normal atau
peningkatan MCV dan tidak hipokromik.
β-Thalasemia minor harus dibedakan dari penyebab lain dari mikrositik
ringan, hipokromik anemia, defisiensi besi dan β-thalasemia. Berbeda dengan
penderita anemia difisiensi besi, mereka dengan β-thalassemia minor memiliki
peningkatan jumlah eritrosit dan index MCV dibagi eritrosit dengan hasil di
bawah 13. Secara umum, ditemukannya peningkatan Hb A2 merupakan
diagnosis. Namun rendahnya HbA2 juga dapat disebabkan oleh defesiensi besi
yang terjadi secara bersamaan. Sehingga dapat mengaburkan diagnosis dan
sering salah diagnosis dengan anemia defesiensi besi.
32
β-Thalassemia major sering sangat beda dari kelainan lain. Hb
elektroporesis dan study keluarga membuktikan mudah membedakan dengan Hb
E-β-Thalassemia, yang paling penting adalah tranfusi rutin merupakan poin
penting diagnosa β-Thalassemia.
7. komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah
yang berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
sangat tinggi, sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar,
limpa, kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat
tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma
ringan. Kadang kadang thalasemia disertai tanda hiperspleenisme seperti
leukopenia dan trompositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan
gagal jantung.
Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah
diperiksa terlebih dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis
hepatis, diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada
hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin.
8. Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari
ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
33
B. 1. Defenisi Diare
Diare adalah buang air bsar dengan konsistensi yang lebih lunak atau cair yang
terjadi dengan frekuensi sama dengan atau lebih dari kali dalam 24 jam. Diare
dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan lama terjadinya diare dan
patomekanismenya. Diare berdasarkan lama berlangsungnya dibedakan
menjadi diare akut, yaitu diare yang berlangsung dalam waktu kurang dari 14
hari dan diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari atau sama
dengan 14 hari.
2. Epidemiologi
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di negara
berkembang, baik pada dewasa maupun anak terutama balita. Hal ini
disebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang disebabkan oleh diare masih
tinggi, yaitu diperkirakan sekitar 2 juta setiap tahunnya pada anak usia dibawah
5 tahun. Angka kejadian diare rata-rata dilaporkan sekitar 6-7 episode setiap
anak dalam satu tahunnya di negara berkembang. Hal ini jauh berbeda bila
dibandingkan dengan angka kejadian di negara maju sebesar 1,3-2,3 episode.
Kejadian diare pada bayi usia ≤11 bulan sekitar 3,8 dan 2,1 pada anak usia 1-4
tahun. Di amerika serikat, dilaporkan bahwa jumlah perawatan anak usia di
bawah 5 tahun di rumah sakit sebesar 9-10% disebabkan oleh penyakit diare. Di
Indonesia, prevalens diare pada anak usia di bawah 5 tahun adalah 11% dengan
angka prevalens tertinggi terdapat pada bayi, yaitu sekitar 19,4%. Insidens diare
34
yang meningkat dipengaruhi oleh fasilitas kesehatan yang terbatas dan
ketersediaan air bersih.
3. Etiologi
Pada awal tahun 1970, kuman penyebab diare hanya dapat diidentifikasi sekitar
15-20% kasus diare. Saat ini, pemeriksaan untuk etiologi diare telah banyak
dikembangkan, maka kuman penyebab dapat di identifikasi sebanyak 60-80%
kasus diare.
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan
oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), malabsorbsi (karbihidrat), alergi (misalnya
terhadap susu sapi), dan keracunan makanan. Keracunan makanan dapat terjadi
karena makanan tersebut mengandung zat kimia beracun atau mengandung
miokroorganisme yang mengeluarkan toksin (Clostridium spp, yang dapat
dideteksi melalui pemeriksaan enzyme immunoassay).
Rotavirus merupakan penyebab diare paling sering pada anak, salah satu
literature menyebutkan bahwa diare yang disebabkan Rotavirus terjadi sekitar
70-80% dari seluruh kasus diare di negara berkembang. Virus lain penyebab
diare juga sering ditemukan, antara lain Norwalk-like virus, Enteric Adenovirus,
Astrovirus, dan Calicivirus. Bakteri pathogen yang sering menyebabkan diare
adalah sebagai berikut Shigella, Salmnella, Yersinia, Campylobacter, dan
berbagai strain dari Eschericia coli. Bakteri sebagai penyebab diare didapatkan
pada 10-20% kasus. Sdang parasit penyebab diare yang sering ditemukan
35
adalah Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Crptosporidium.
Diamerika serikat, saah satu penelitian melaporkan kejadian diare yang
disebabkan oleh Giardia lamblia ditemukan sekitar 6,8-10%.
4. Patofisiologi
Berdasarkan patomekanismenya, diare dibedakan menjadi:
a. Diare skeretorik
Terjadi akibat aktifnya enzim anedil siklase, yang akan mengubah adenosise
triphosphate (ATP) menjadi cyclic adenosine monphosphate (cAMP).
Akumulasi dari cAMP intraseluler menyebabkan sekresi aktif air, ion klorida,
natrium kalium, dan bikarbonat kedalam lumen usus. Adenil siklase ini
terutama diaktifkan oleh toksin dengan cara meningkatkan konsentrasi cAMP,
cGMP, atau kalsium yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase yang
dapat menyababkan fosforilasi membrane protein sehingga mengakibatkan
perubahan saluran ion, yang akan menyebabkan klorida di kripta keluar. Selain
itu, terjadi peningkatan pompa natrium, sehingga natrium masuk ke dalam
lumen usus bersama klorida.
b. Diare invasive
Terjadi akibat adanya invasi mikroorganisme ke dalam lumen mukosa usus
sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare ini terbagi
mennjadi dua, yaitu diare dysentriform berupa diare berdarah yang biasanya
36
disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella, dan EIEC serta non dysentriform
atau diare tidak berdarah.
c. Diare Osmotik
Disebabkan karena tingginya tekanan osmotic di dalam lumen usus sehingga
menarik cairan dari intraseluler ke dalam lumen usus, sehingga menimbulkan
watery diarrhea. Paling sering disebabkan oleh malabsorpsi karbohidrat.
Laktosa akan di fermentasi oleh enzim disakaridase atau lactase sehingga dapat
diansorpsi di dalam usus halus. Apabila terjadi defisiensi enzim disakaridase
ini, maka akumulasi laktosa pada lumen usus akan menimbulkan osmotic
pressure yang tinggi sehingga terjadi diare.
5. Gejala Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya
bila terjadi komplikasi ekstraintestinal. Gejala gastrointestinal dapat berupa
diare, kram perut, dan muntah.
Penderita dengan diare cair mengeuarkan tinja yang mengandung
sejumlah elektrolit ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air juga
meningkat bila gejala disertai panas badan. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipikalemi. Dehidrasi merupakan keadaan
yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler, dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Berdasarkan
37
derajat dehidrasinya, maka dehidrasi dapat digolongkan ke dalam tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, atau dehidrasi berat.
Bila terdapat gejala panas badan, hal ini dimungkinkan peradangan atau
akibat dehidrasi. Gejala nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi
pada perut bagian bawah serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar.
Mual dan muntah adalah gejala yang non spesifik, muntah kemungkinan
disebabkan oleh karena organism yang menginfeksi saluran cerna bagian atas
seperti enteric virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan
Cryptosporodium.
Untuk menilai apakah anak menderita dehidrasi atau tidak, dapat dinilai
melalui tanda dan gejala yang ditimbulkannya. Agar pengobatan yang
dilakukan dapat disesuaikan dengan tingkat keparahan dehidrasinya.
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak dengan Diare
Klasifikasi Tanda atau GejalaDehidrasi Berat Terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah ini:
Letargis/tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas minum Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥2 detik) Penurunan BB >10%
Dehidrasi Ringan/Sedang Terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini: Rewel;, gelisah Mata cekung Minum dengan sangat lahap, haus Cubitan kulit kembali lambat Penurunan BB 5-10%
Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau berat
38
6. Tatalaksana
Tatalaksana pengobata diare berdasarkan panduan WHO sudah banyak
diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi
dalam tatalaksana diare, melainkan dengan memperbaiki kondisi usus dan juga
menghentikan diare. Depatemen Kesehatan menerapkan lima pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik
yang dirawat di rumah maupun yang sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi
a. Dehidrasi Berat
Pada anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena
menggunakan Riger Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB secara cepat
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik sebanyak ± 5ml/kgBB/jam.
Tabel 3. Pemberian Cairan Intravena bagi anak dengan dehidrasi berat
Usia Pertama, berikan 30 ml/kg dalam:
Selanjutnya, berikan 70 ml/kg dalam:
< 12 bulan 1 jam* 5 jam≥ 12 bulan 30 menit* 2 ½ jam*ulangi kembali jika denyut nadi radial masih lemah atau tidak teraba
b. Dehidrasi Ringan –Sedang
Penderita dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dan oralit. Beri cairan
intravena secepatnya, berikan 70 ml/kgBB cairan Ringer Laktat atau
Ringer Asetat (NaCl, jika tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut:
39
Tabel 4. Pemberian cairan intravena anak dengan dehidrasi ringan-sedang
Usia Pemberian 70 ml/kgBB selamaBayi (di bawah umur 12
bulan)5 jam
Anak (12 bulan sampai 5 tahun)
2 ½ jam
b. Tanpa dehidrasi
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberikan cairan untuk
mencegah dehidrasi, seperti: air tajin, larutan garam-gula, kuah sayur-
sayuran, dan sebagainya. Pengobatan dilakukan di rumah oleh
keluarganya. Untuk mencegah terjadinya diare, nasihati ibu untuk
memberikan cairan tambahan sebanyak yang anak dapat minum:
Tabel 5. Pemberian cairan tambahan bagi anak diare tanpa dehidrasi
Usia Banyaknya pemberian cairan:< 2 tahun 50-100 ml setiap kali anak BAB> 2 tahun 100-200 ml setiap kali anak BAB
Berikan cairan sedikit-sedikit tetapi sering, jika anak muntah,
tunggu 10 menit dan kemudian lanjutlan pemberian cairan dengan lebih
lambat sampai diare berhenti.
2. Pemberian tanblet Zinc
Zinc merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan
anak. Zinc hulang dalam umlah banyak selama diare. Penggantian zinc yang
hilang ini sangat penting untuk membantu kesembuhan anak dan menjaga anak
40
tetap sehat di bulan-bulan berikutnya. Telah dibuktikan bahwa pemberian zinc
dapat mengurangi lama dan tingkat keparahan diare dan menurunka kejadian
diare pada 2-3 bulan berikutnya. Berdasrkan bukti ini maka semua anak
dengan diare hatus dierikan zinc, segera setelah anak tidak muntah.
Tabel 6. Panduan pemberian zinc pada diare
Usia Dosis pemberian< 6 bulan ½ tablet (10 mg/hari)> 6 bulan 1 tablet (20 mg/hari)
3. ASI dan makanan lain tetap diteruskan.
Pemberian makan selama anak diare harus terus dilakukan dan perlu
ditingkatkan setelah anak sembuh. Tujuan pemberian makan ini adalah
mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuannya
menerima dan mengabsorpsi berbagai nutrient, sehingga dapat mencegah
memburuknya status gizi.
Makanan yang diberikan disesuaikan denga usia, jenis makanan yang disukai
dan pola makan sebelum sakit. Prinsip dari diet ini adalah pemberian makan
yang rendah serat serta pemberiannya denga porsi kecil namun sering. Pada
bayi yang masih menerima ASI diteruskan sesering mungkin dan selama anak
masih mau. Selain itu diperlukan juga makanan lain yang kaya akan zat gizi
beberapa minggu setelah diare teratasi untuk memperbaiki kekurangan gizi dan
memepertahankan pertumbuhan normal.
41
4. Antibiotic selektif.
Pemberian antibiotic pada diare tergantung pada kuman penyebab. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelusuran mengenai keadaan klinis, epidemiologi dan
bukti laoratorium. Pada umumnya pemberian antibiotic tidak diperlukan
karena sebagian besar penyebab diare adalah Rotavirus yang bersifat self
limiting diseases.
Antibiotic diberikan jika pada feses ditemukan sel darah merah ataupun putih
pada pemeriksaan feses, serta perlu dilakukan kultur feses untuk mengetahui
jenis bakteri penyebabnya.
Tabel 7. Antibiotic yang direkomendasikan pada diare
Penyebab Antibiotic pilihan Antibiotic alternatifKolera Tetracycline 50 mg/kgBB/hari,
dibagi dalam 4 dosis selama 2-3 hari
Eritromisin 50 mb/kgBB/hari, dibagi dalam 4 disis, selama 3 hari
Shigella dysentri Kotrimoksazol 50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari
Cefixime 10 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 disis, selama 3-5 hari
Amoubiasis, Giardiasis Metronidazol 30-50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 disis, selama 5-10 hari
5. Pemberian probiotik
Probiotik adalah suatu mikroorganisme hidup yang terkandung dalam berbagai
jenis produk, termasuk makanan obat-obatan, dan suplemen makanan sehari-
hari, yang di fermentasiuntuk menunjang kesehatan melalui terciptanya
keseimbangan mikroflora intestinal yang lebuh baik.spesies Lactobacillus dan
Bifidobacterium paling sering digunakan sebagai probiotik, tetapi jenis lain
42
seperti jamur saccharomyces cerevisiae dan beberaa spesies E. Coli serta
Bacillus juga digunakan sebagai probiotik.
Kemungkinan mekanisme efek probiotik terhadap mikroflora intestinal adalah
menurunkan PH intestinal, produksi terhadapa bahan anti mikroba terhadapa
beberapa pathogen usus seperti asam organic (asam laktat, asam asetat dan
asam butirat), kompetisi nutrient, mencegah adhesi pathogen dengan enterosit,
modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus
melalui penyediaan nutrient dan imunomadulasi, serta berikatan dengan
metabolit toksik.
43