BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA -...
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hiperglikemia
2.1.1 Definisi Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kadar gula darah yang tinggi dengan nilai lebih dari
normal dikarenakan tubuh tidak memproduksi insulin atau insulin tidak bekerja
dengan baik (Hess-Fischl, 2016).
Pada keadaan normal, glukosa diperlukan sebagai stimulator sel β
pancreas dalam meproduksi insulin. Kadar glukosa darah yang meningkat akan
ditangkap oleh sel β melalui glucose transporter 2 (GLUT2). Glukosa akan
mengalami fosforilase menjadi glukosa-6 fosfat (G6P) dengan bantuan enzim
penting, yaitu glukokinase. Glukosa 6 fosfat kemudian akan mengalami glikolisis
dan akhirnya akan menjadi asam piruvat. Dalam proses glikolisis ini akan
dihasilkan 6-8 ATP. Penambahan ATP akan menyebabkan menutupnya kanal
kalium. Dengan demikian kalium akan tertumpuk dalam sel dan terjadi
depolarisasi membran sel pankreas, sehingga kanal kalsium terbuka dan kalsium
akan masuk ke dalam sel. Dengan meningkatnya kalsium intrasel, akan terjadi
translokasi granul insulin ke membran dan insulin akan dilepaskan ke dalam darah
(Merentek, 2006).
2.1.2 Patofisiologi Hiperglikemia
Penyerapan glukosa ke dalam sel diawali dengan penangkapan insulin oleh
insulin receptor substrat-1 (IRS-1) yang kemudian memberikan sinyal pada GLUT
4 untuk memindahkan glukosa dari luar ke dalam sel. Keadaan hiperglikemia
7
kronis menyebabkan terjadinya glucose toxicity yang berakibat pada penurunan
ambilan glukosa di membrane sel otot oleh karena terjadinya gangguan
translokasi pada GLUT 4, penurunan aktifitas IRS-1 sehingga terjadi resistensi
pada insulin. Hal ini menyebabkan glukosa plasma akan meningkat. Resistensi
insulin awalnya dapat ditoleransi dengan peningkatan sekresi insulin yang apabila
terjadi terus menerus akan menyebabkan kelelahan pada sel beta pancreas yang
mengakibatkan destruksinya sel beta sehingga berdampak pada penurunan sekresi
insulin (Campos, 2012).
2.1.3. Stres Oksidatif pada Hiperglikemia
Kondisi hiperglikemia menyebabkan autooksidasi glukosa, glikasi protein
dan aktivasi jalur metabolism poliol yang selanjutnya akan mempercepat
pembentukan ROS (reactive oxygen species). Pembentukan ROS tersebut dapat
meningkatkan modifikasi lipid, DNA, dan protein pada berbagai jaringan.
Modifikasi molecular di berbagai jaringan mengakibatkan ketidakseimbangan
antara antioksidan protektif (pertahanan antioksidan) dan pengingkatan produksi
radikal bebas. Hal ini merupakan awal kerusakan oksidatif yang dikenal sebagai
stress oksidatif (Setiawan dan Suhartono, 2005) . Keadaan hiperglikemia kronis
dapat menyebabkan terjadinya glucose toxicity yang meningkatkan terbentuknya
ROS dengan berbagai cara antara lain:
1. Oksidasi glukosa dalam proses glikolisis akan menghasilkan
superoxide radical (O2-), yang merupakan jenis dari ROS
8
2. Glukosa yang berlebih akan mengalami reduksi menjadi polyalcohol
sorbitol yang reaksinya dapat menurunkan gluthatione, yaitu enzim
antioksidan alami tubuh untuk melawan radikal bebas.
3. Aktivasi jalur pembentukan advanced glycation end products (AGEs),
glukosa yang berlebih akan berikatan dengan asam amino bebas yang
akan membentuk AGEs. AGEs akan berikatan dengan reseptornya di
berbagai jaringan yang dapat menghasilkan ROS.
4. Kelebihan glukosa akan menyebabkan aktivasi jalur heksosamin, di
mana glukosa berlebih akan diubah menjadi fructose-6-phosphatase
dan acetilglucosamine yang dapat mensistesi glikoprotein. Proses ini
juga dapat menhasilkan H2O2 yang merupakan jenis dari ROS.
5. Hiperglikemi dalam sel akan meningkatkan sintesis molekul diasil
gliserol yang merupakan kofaktor penting pada aktifasi protein kinase-
C (PKC), yang akan meningkatkan NAD(P)H oxydased pada
membran sel yang mengkatalis terbentuknya radical superoxyde
Meningkatnya ROS pada kondisi hiperglikemia akan menyebabkan
berbagai kerusakan termasuk pada sel β pancreas sehingga dapat
menurunkan produksi insulin (Campos, 2012).
2.2. Malondialdehid (MDA)
2.2.1. Definsi Malondialdehid (MDA)
Malondialdehid (MDA) merupakan generasi dari radikal bebas dengan
komponen organic dengan formula CH2(CHO)2 dan produk akhir dari
peroksidasi PUFA di dalam sel. MDA sebagai komponen reaktif dapat
menyebabkan stress toxic terhadap berbagai sel. Meningkatnya radikal bebas
9
dikarenakan produksi MDA yang berlebihan, sehingga kadar MDA digunakan
sebagai tanda adanya stress oksidatif (Gawel S, 2004).
2.2.2 Hubungan MDA dengan Hiperglikemia
Kadar gula darah yang meningkat atau kondisi hiperglikemia selalu
disertai dengan meningkatnya kadar radikal bebas yang nanti dapat meningkatkan
stress oksidatif yang dapat berkontribusi untuk menimbulkan berbagai macam
kerusakan sel, jaringan dan organ yang akan menyebabkan timbulnya berbagai
komplikasi (Manohar SM et al, 2013).
2.2.3. Peroksidasi Lipid oleh ROS (Reactive Oxygen Species)
Salah satu akibat dari tidak terkontrolnya stres oksidatif (tidak seimbang
antara radikal bebas dan antioksidan) dapat merusukan berbagai sel, jaringan dan
organ yang disebabakan oleh adanya kerusakan oksidatif. Meningkatnya radikal
bebas atau ROS (Reactive Oxygen Species) dapat menimbulkan kerusakan lipid
secara langsung. Hidroxyl radical (HO) dan hydroperoxyl (HO2) meruapakan
komponen ROS yang dapat menyebabkan peroksidasi lipid. Hydroxyl radical
terbentuk saat terjadi reaksi redoks oleh rekasi fenton, dimana Fe2+
bereaksi
dengan hidroksi peroksida (H2O2) yang mengahsilkan rekasi Haber-Weiss ketika
superoxide bereaksi dengan FE3+.
Kerusakan lipid dan kondisi dyslipidemia juga
berkontribusi dalam meningkatkan stress oksidatif. Sehingga adanya peroksidasi
lipid dengan kondisi stress oksidatif menyebabkan terbentuknya malondialdehid
(MDA) (Ayala A et al, 2014) .
10
2.4. Kenikir (Cosmos Caudatus)
2.4.1. Taksonomi Kenikir
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Cosmos
Spesies : Cosmos Caudatus
(Mangestuti, 2012)
2.4.2. Morfologi Kenikir
Kenikir termasuk keluarga Asteraceae. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan
herbal semusim dengan tinggi antara 0,5-1,5 m. Batang tegak, beralur, dan
mempunyai banyak percabangan serta berwarna hijau terang keunguan. Daunnya
lembut dan tajam. Ketika malah hari, daun melipat untuk menutup kuncup
terminal. Daun majemuk berbentuk lanset dengan ujung yang meruncing dan
berwarna hiaju dengan tepi daun bergerigi. Bunga dari tumbuhan ini ditemukan
soliter atau berkumpul dalam kelompok (majemuk) pada satu tangkai. Bunga
majemuk mempunyai tingkat bunga berbentuk seperti cawan berwarna kuning. Di
bagian bawah bunga terdapat daun pembalut berwarna hijau benbentuk seperti
12
Tabel 2.1 Perbandingan kapasitas total antioksidan (AEAC value) pada
beberapa tumbuhan
(Cheng Shi-Hui, Mohd, Joseph Anthony dan Amin, 2015)
Terdapat beberapa komponen kimia daun kenikir yang telah dilaporkan
sebelumnya seperti quercetin, proantocyanidin, chlorogenic acid, neo-chlorogenic,
dan cryptochlorogenic acid (Sukrasno et al, 2011). Saponin, terpenoid, alkaloid,
tannin, dan minyak atsiri merupakan kandungan fitokimia pada daun kenikir
berpotensi sebagai antimikroba (Liliwirianis et al, 2011).
Tabel 2.2 Kandungan aktif biologis pada Cosmos Caudatus per 100
gra
m
(Cheng Shi-Hui, Mohd, Joseph Anthony dan Amin, 2015)
13
2.4.4 Manfaat Kenikir sebagai Antioksidan
Kenikir memiliki kadar antioksidan yang tinggi. Kenikir kaya akan
senyawa fenol seperti flavonoid yang menunjukkan aktivitas antioksidan yang
kuat (Abdullah et al, 2015). Pada penelitian sebelumnya menunjukkan daun
kenikir mengandung kadar flavonoid tertinggi dibandingkan dengan tanaman
herbal lainnya. Flavonoid telah dilaporkan memiliki antioksidan yang kuat dan
aktivitas radikal, yang mana memiliki manfaat untuk mencegah timbulnya
penyakit degeneratif. Komponen utama flavonoid pada daun kenikir adalah
quercetin (Sukrasno et al, 2011).
Quercetin merupakan antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari
paparan radikal bebas yang diproduksi selama metabolisme normal oksigen atau
adanya induksi kerusakan eksogen. Quercetin mencegah radikal bebas untuk
menginduksi kerusakan jaringan melalui beberapa cara. Quercetin juga
merupakan inhibitor dari enzim aldose reductase, yang mana berfungsi mengubah
glukosa menjadi sorbitol di dalam tubuh. Orang dengan diabetes akan
berkembang menjadi masalah sekunder seperti neuropati, retinopati, katarak
diabetic dan nefropati yang disebabkan oleh karena meningkatnya kadar sorbitol
di dalam tubuh (Lakhanpal et al, 2007).
2.5. Aloksan
2.5.1. Pengertian Aloksan
Aloksan adalah larutan encer yang memiliki suatu substrat yang secara
struktur adalah derivate dari pirimidin sederhana. Aloksan merupakan analog dari
14
glukosa yang dapat terakumulasi di sel β pancreas melalui transporter glukosa
(GLUT 2) yang dapat menyebabkan diabetes. Nama aloksan berasal dari kata
allantonin dan oksalurea (asam oksalurik). Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6-
tetraxypirimidin, 2,4,5,6-primidinetetron dengan rumus kimia adalah C4H2N2O4.
Aloksan berasal dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Aloksan adalah senyawa
yang tidak stabil dan bersifat hidrofilik. Waktu paruh aloksan pada pH 7,4 dan
suhu 37o C adalah 1,5 menit.
2.5.2. Fase Induksi Diabetes pada Aloksan
Aloksan telah digunakan pada penelitian untuk menginduksi diabetes
secara selektif dengan merusak sel beta pancreas yang memproduksi insulin.
Aloksan memiliki bentuk molekul yang mirip dengan glukosa. Sehingga ketika
aloksan diinduksikan ke tubuh tikus, maka glukosa transporter GLUT 2 pada sel β
pancreas akan mengenali aloksan sebagai glukosa dan aloksan akan dibawa
menuju ke sitosol (Lenzen, 2008). Aloksan yang diinduksikan berespon
menyebabkan perubahan pada konsentrasi insulin plasma dengan diikuti
perubahan struktural sel beta yang mengarah pada kematian sel.
Gambar 2.2 Struktur kimia Aloksan
(Lenzen, 2008)
15
Aloksan dapat menginduksi diabetes dalam beberapa fase. Fase pertama
terjadi beberapa menit setelah induksi aloksan maksimal hingga menit ke-30 yang
menyebabkan kondisi hipoglikemia akut. Karena struktur aloksan yang mirip
dengan glukosa menyebabkan menigkatnya konsentrasi insulin plasma dan
peningkatan ATP yang dapat menghambat proses glukosinase. Fase kedua terjadi
setelah 1 jam induksi aloksan dan akan berlangsung 2-4 jam yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dan penurunan sekresi insulin plasma. Fase ketiga
terjadi hipoglikemi 4-8 jam setelah induksi aloksan. Banyaknya insulin di
sirkulasi terajadi akibat induksi aloksan mengakibatkan ruptur membrane sel pada
kondisi hipoglikemia. Perubahan tersebut bersifat irreversible dengan ditandai
kematian sel pancreas. Fase keempat merupakan fase akhir terjadinya
hiperglikemi permanen ditandai dengan degranulasi komplit dan hilangnya
integritas dari sel beta setelah 24-48 jam induksi aloksan (Rohilla et al, 2012).
2.5.3 Mekanisme Kerja Aloksan
Diabetes induksi Aloksan umumnya digunakan sebagai model eksperimen
dari insulin dependent diabetes melitus. Beberapa studi eksperimen menyebutkan
bahwa aloksan meningkatkan sekresi insulin secara tiba-tiba dengan ada atau
tidak ada glukosa. Partikel aloksan menginduksi rilisnya insulin dengan durasi
yang pendek. Proses reduksi terjadi di beta sel pancreas dengan mereduksi
glutation, cysteine, askorbat, dan protein binding sulfihidryl. Asam dialuric
merupakan hasil reduksi aloksan yang dapat di reoksidasi menjadi aloksan lagi
(proses redoks).
Proses redoks ini mengakibatkan terbentuknya ROS (Reactive Oxygen
Species). Terbentuknya ROS akan menyebabkan depolarisasi membran sel beta
16
dan peningkatan Ca2+, sehingga sitosol akan mengaktivasi berbagai enzim yang
menyebabkan peroksidasi lipid, fragmentasi DNA, dan fragmentasi protein.
Akibatnya sel beta pankreas menjadi nekrosis, sehingga fungsinya untuk sintesis
dan sekresi insulin menurun (Lenzen, 2008).
2.6. Pengaruh Ekstrak Daun Kenikir Terhadap Penurunan Kadar
Malondialdehid (MDA)
Tingginya kadar MDA disebabkan oleh karena hiperglikemia
menyebabkan pembentukan radikal bebas. MDA merupakan biomarker utama
dari radikal bebas yang berhubungan dengan kerusakan lipid dan stress oksidatif
(Tiwari et al, 2013). Hiperglikemia meningkatkan produksi radikal bebas melalui
tiga mekanisme, yaitu peningkatan aktivitas jalur poliol, glukoautooksidasi, dan
glikasi protein. Pembentukan senyawa oksigen reaktif tersebut dapat
meningkatkan modifikasi lipid, DNA, dan protein pada berbagai jaringan.
Modifikasi molekuler pada berbagai jaringan mengakibatkan ketidakseimbangan
antara antioksidan protektif (pertahan antioksidan) dan peningkatan produksi
radikal bebas. Hal ini merupakan awal kerusakan oksidatif yang dikenal sebagai
stress oksidatif. Dampaknya akan terjadi reaksi rantai yang disebut peroksidasi
lipid. Akibat akhir dari rantai reaksi adalah terputusnya rantai asam lemak
menjadi beberapa senyawa toksik, salah satunya Malondialdehid (MDA) (Kadri et
al, 2010).
Daun Kenikir (Cosmos Caudatus) memiliki kandungan antioksidan yang
tinggi. Antioksidan merupakan senyawa yang mampu melindungi sel dari radikal
bebas sehingga terbentuknya radikal bebas yang berpotensi untuk merusak
jaringan yang berdampak pada timbulnya suatu penyakit dapat dicegah.
17
Kandungan antioksidan tertinggi dalam daun kenikir merupakan flavonoid. Telah
diketahui bahwa flavonoid mengandung komponen utama berupa quercetin
(Abdullah et al, 2015).