perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH...

56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT KUNING (Curcuma longa) DALAM MENCEGAH KERUSAKAN HEPAR MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI ALKOHOL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran YUDHI PRASETYO G0006224 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT KUNING (Curcuma longa)

DALAM MENCEGAH KERUSAKAN HEPAR MENCIT (Mus musculus)

YANG DIINDUKSI ALKOHOL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

YUDHI PRASETYO

G0006224

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Yudhi Prasetyo, G0006224, 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) dalam Mencegah Kerusakan Hepar Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Alkohol. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan penelitian. Ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan menurunkan nekrosis sel hati yang diakibatkan dari metabolism alkohol. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) sebagai hepatoproteksi yang diinduksi alkohol. Metode penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only controlled group design. Sampel berupa mencit (Mus musculus) jantan, galur Swiss Webster berumur 2-3 bulan dengan berat badan +20gr. Sampel sebanyak 28 ekor dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor mencit. Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling. Kelompok kontrol (K), mencit diberi aquades 1ml peroral perhari selama 9 hari. Kelompok perlakuan 1 (PI), mencit diberi alkohol dengan persentase bertingkat 15%, 20%, 25% dan 30% dengan dosis 0,028ml/20gr bb mencit/hari. Kelompok perlakuan 2 (PII), mencit diperlakukan seperti PI dan diberi ekstrak kunyit kuning 0,14mg/20gr bb mencit/hari. Kelompok perlakuan 3 (PIII), mencit diperlakukan seperti PI dan diberi Ekstrak kunyit kuning 0,28mg/20gr bb Mencit/hari, mencit dikorbankan dengan cara dislokasi vertebra cervikalis kemudian organ hepar diambil dan dibuat preparat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE). Gambaran histologis hepar diamati dan dinilai berdasarkan kerusakan histologis yang berupa inti pyknosis, karyorrhexis, dan karyolysis, dimana dari setiap jenis kerusakan ini, masing-masing diberi skor 1. Data dianalisis dengan menggunakan uji One-Way ANOVA (Analysis of Variant) (α=0,05). Namun sebelumnya perlu dilakukan uji T-test Independent pada kelompok control dan P1 dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α=0,05). Hasil penelitian. Hasil uji Oneway ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara keempat kelompok perlakuan. Hasil uji Post Hoc menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara K-P I, K-P II, K-P III, P I-P II, P II-PIII, dan kelompok P I-PIII (p<0,05). Simpulan penelitian. Ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dapat mengurangi kerusakan sel hepar mencit (Mus musculus) akibat paparan alkohol tetapi pada peningkatan dosis ekstrak kunyit kuning, menjadi 2 kali dosis pertama tidak meningkatkan efek proteksinya terhadap kerusakan sel hepar mencit yang di induksi oleh alkohol (p<0,05).

Kata kunci: ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa), alkohol, kerusakan sel hepar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Yudhi Prasetyo, G0006224, 2010. The Effect of Curcumin Extract (Curcuma longa) on Liver Cell Damage Necrosis of Mice (Mus musculus) After Alcohol Induction. Script, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: Curcumin Extract (Curcuma longa) has antioxidant activity to protect liver cell damage resulting from free radicals activity produced by alcohol metabolism. The objective of this research was to investigate the hepatoprotection activity of curcumin extract on liver cell damage induced by alcohol. Methods: This was a laboratory experimental research with the post test only controlled group design. Samples in this research were twenty eight male mice (Mus musculus), Swiss Webster type, age 2-3 months old and +20gr of each weight. Samples divided into 4 groups, each group has seven mices. Mice for control group (K) was only given aquadest 1ml/20gr weight of mice for 9 days in a row. The first treatment group (PI) was treated and given alcohol with increment form 15%, 20%, 25%, and 30% with dose 0,028ml/20g weight of mice. The second treatment group (PII) will be given like PI and given curcumin extract dose I which consist of 0,14mg/20g weight of mice for 9 days in a row.The third treatment group (PIII) will be given like PI and given curcumin extract dose II which consist of 0,28mg/20gr weight of mice. Finally on day 9th, mice were sacrificed with vertebra cervicalis dislocation then liver was taken and stained with Hematoxillin Eosin (HE). Histologic preparation was observied and scored based on the hepatocyte nuclear appearance (pyknosis, karyorrhexis and karyolysis). And each one of them was given score 1. Data were analized by One-Way ANOVA test (α=0,05) and before that, the data form control and P1 group analized by T-Test Independent. The analysis was continued by Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) test (α=0,05). Results: Result of One-Way ANOVA showed that there was a significant difference among 4 groups. Result of Post Hoc Multiple Comparisons LSD method showed that there was a significant difference between K-P I, K-P II, K-P III, P I-P II, P II-PIII and P I-PIII (p<0,05). Conclusion: According to this research, we concluded that the feeding of Curcumin Extract (Curcuma longa) was able to decrease the liver cell damage of mice (Mus musculus) but the increase of curcumin extrac dose, twice of first dose was not followed by the increase of protection effect to the liver cell damage of mice which was induced by alcohol (p<0,05). Key words : extra curcumin (Curcuma longa) alcohol, liver cell damage.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 15 Desember 2010

Yudhi Prasetyo G0006224

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning

(Curcuma longa) dalam Mencegah Kerusakan Hepar Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Alkohol

Yudhi Prasetyo, NIM : G0006224, Tahun : 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Selasa, Tanggal 21 Desember 2010

Pembimbing Utama

Nama : Suyatmi,dr.,MBiomed,Sc NIP : 19720105 200102 2 001 (................................)

Pembimbing Pendamping Nama : Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si NIP : 19640220 199003 2 001 (................................) Penguji Utama Nama : Muthmainah,dr.,MKes NIP : 19660702 199802 2 001 (................................) Anggota Penguji Nama : Fitriyah, Dra. NIP : 19520624 198003 2 002 (................................)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) dalam Mencegah Kerusakan Hepar Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Alkohol” Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan ini. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret, Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret, Surakarta dan Penguji Utama yang telah memberi masukan dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Suyatmi,dr.,MBiomed,Sc, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi bagi penulis. 4. Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi bagi penulis. 5. Fitriyah, Dra., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta. 7. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

berkenan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Papa, mama, uwiek, de’nug dan saudara keluarga besar atas dukungan, doa, semangat dan

cinta kasih yang telah kalian berikan. 9. Rekan-rekan dalam penelitian ini, M.Yusuf Arrozhi, Chandra Bayu Sena, Haris NAA, Bagus

Aris M, Aditya P,Mohan A, Pradipta A, Reza F, Teddy S dan Adi PS. 10. Teman-teman kelompok PBL C3, kelompok panum B3, Kost Putera Dar Boedhi Ompoeng

dan sahabat seperjuangan atas inspirasinya. 11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik serta sumbang saran di masa mendatang untuk peningkatan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua.

Surakarta, 15 Desember 2010

Yudhi Prasetyo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

PRAKATA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi

DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii

DAFTAR TABEL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix

DAFTAR GAMBAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x

DAFTAR LAMPIRAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi

BAB I. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

B. Perumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

C. Tujuan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

D. Manfaat Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB II. LANDASAN TEORI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

A. Tinjauan Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

1. Hepar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 6

2. Kunyit Kuning (Curcuma longa) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... 8

3. Alkohol . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

4. Mekanisme kerusakan hepar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

B. Kerangka Pemikiran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

C. Hipotesis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

BAB III. METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

A. Jenis Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

B. Lokasi Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

C. Subyek Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

D. Teknik Sampling. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

E. Desain Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

F. Instrumen dan Bahan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

1. Alat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

2. Bahan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

G. Identifikasi Variabel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

1. Variabel Bebas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Variabel Terikat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

3. Variabel Luar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

1. Variabel Bebas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

2. Variabel Terikat : Kerusakan Hepar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

3. Variabel Luar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

a. Variabel Luar yang Dapat Dikendalikan. . . . . . . . . . . . .. . .25

b. Variabel Luar yang Tidak Dapat Dikendalikan. . . . . . . . . ..26

I. Cara Kerja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

1. Pembuatan dan Dosis Ekstrak Kunyit Kuning . . . . . . . . . . . . . . 27

2. Persiapan Bahan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .27

3. Persiapan Hewan Uji dan Tempat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . 28

4. Penimbangan Berat Badan Mencit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

5. Perlakuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

6. Pembuatan Preparat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29

7. Pengamatan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30

J. Teknik Analisis Data Statistik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30

BAB IV. HASIL PENELITIAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

A. Data Hasil Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

B. Analisis Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

BAB V. PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35

BAB VI.SIMPULAN DAN SARAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .41

A. Simpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

B. Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata-Rata Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit yang Diinduksi Alkohol pada Masing-Masing Kelompok

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05)

Tabel 3. Jumlah Inti Sel Hepar yang Mengalami Piknosis, Karyoreksis, Karyolisis dari Tiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler untuk Kelompok Kontrol Beserta Skornya.

Tabel 4. Jumlah Inti Sel Hepar yang Mengalami Piknosis, Karyoreksis, Karyolisis

dari Tiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler untuk Kelompok Perlauan I Beserta Skornya.

Tabel 5. Jumlah Inti Sel Hepar yang Mengalami Piknosis, Karyoreksis, Karyolisis

dari Tiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler untuk Kelompok Perlauan II Beserta Skornya.

Tabel 6. Jumlah Inti Sel Hepar yang Mengalami Piknosis, Karyoreksis, Karyolisis

dari Tiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler untuk Kelompok Perlauan III Beserta Skornya.

Tabel 7. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov untuk Skor Kerusakan Sel

Hepar Mencit pada 4 Kelompok Mencit. Tabel 8. Hasil Uji T-Test Independent untuk Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit

pada 4 Kelompok Mencit. Tabel 9. Hasil Uji Oneway ANOVA untuk Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit pada

4 Kelompok Mencit. Tabel 10. Hasil Uji LSD antara 4 Kelompok untuk Skor Kerusakan Sel Hepar

Mencit. Tabel 11. Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan

Tabel 12. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Secara Oral

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Fotomikrograf Zona 1 Lobulus Hepar Mencit Kelompok Kontrol (K) (Pengecatan HE, Perbesaran 268 X)

Gambar 2. Fotomikrograf Zona 1 Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan I

(P I) (Pengecatan HE, Perbesaran 268 X) Gambar 3. Fotomikrograf Zona 1 Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan II

(P II) (Pengecatan HE, Perbesaran 268 X) Gambar 4. Fotomikrograf Zona 1 Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan III

(P III) (Pengecatan HE, Perbesaran 268 X) Gambar 5. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian

Gambar 6. Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) dan Alkohol

Gambar 7. Akuades

Gambar 8. Mikroskop Elektrik yang Digunakan dalam Pengambilan Data

Gambar 9. Slide Preparat dan Alat Penghitung yang Digunakan dalam Pengambilan Data.

Gambar 10. Sonde Lambung Mencit dan Cara Memasukkan Sonde Lambung.

Gambar 11. Alkoholmetri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengamatan pada Kelompok Kontrol (K)

Lampiran 2. Hasil Pengamatan pada Kelompok Perlakuan I (P I)

Lampiran 3. Hasil Pengamatan pada Kelompok Perlakuan II (P II)

Lampiran 4. Hasil Pengamatan pada Kelompok Perlakuan III (P III)

Lampiran 5. Uji Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov untuk Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit

Lampiran 6. Uji Statistik T-Test Independent Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit Lampiran 7. Uji Statistik Oneway ANOVA Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit

Lampiran 8. Uji Statistik LSD Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit

Lampiran 9. Tabel Konversi Dosis Untuk Manusia dan Hewan

Lampiran 10. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji Pada Pemberian Secara Oral

Lampiran 11. Foto Preparat (Fotomikrograf)

Lampiran 12. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Minuman beralkohol telah digunakan sejak 5000 tahun yang lampau mulai

dari Mesir kuno sampai Bangsa Indian Amerika dengan berbagai tujuan, ada yang

menggunakan untuk komunikasi transdental dalam upacara adat dan ada pula yang

digunakan sebagai minuman untuk kenikmatan. Di beberapa tempat seperti di

daerah belahan bumi utara (Eropa, Asia Timur), minuman beralkohol pada

beberapa abad yang lalu bahkan secara salah kaprah digunakan sebagai

penghangat tubuh di musim dingin. Di daerah tertentu di Indonesia, penggunaan

alkohol erat kaitannya dengan upacara kepercayaan. Namun di manapun,

penggunaan alkohol sebagai minuman tetaplah lebih populer (Bachtiar, 2004).

Penggunaan alkohol sebagai minuman bisa mempengaruhi kondisi kejiwaan

seseorang, mengakibatkan kecanduan dan mempengaruhi fungsi organ tubuh

(Yayasan Cinta Anak Bangsa, 2004). Penderita keracunan alkohol di Indonesia

cukup banyak tetapi belum ada data konkret mengenai hal tersebut. Di Amerika

pada tahun 1979 saja terdapat 5-9 juta jiwa penderita kecanduan alkohol, angka

yang kurang lebih sama didapatkan di Denmark, Inggris Raya, Jerman dan Swiss

(Bachtiar, 2004).

Di beberapa negara alkohol sebagai minuman mudah didapatkan, sehingga

cenderung banyak disalahgunakan. Keracunan akut alkohol umumnya tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyebabkan gangguan fungsi hati menetap. Konsumsi secara kronik akan

menyebabkan berbagai kerusakan yang berhubungan dengan dosis. Efek dapat

berupa terjadinya infiltrasi lemak, hepatitis dan sirosis (Katzung, 2002).

Sebagaimana makanan dan minuman yang dikonsumsi, alkohol yang

diminum juga akan melewati saluran pencernaan kemudian oleh darah dibawa ke

organ tubuh seperti jantung, ginjal dan hati. Sembilan puluh persen alkohol yang

dikonsumsi akan dinetralkan di hati, yang menyebabkan perlemakan pada jaringan

hati. Suatu penelitiaan di negara barat menunjukkan bahwa separuh dari kasus-

kasus sirosis hepatis disebabkan oleh alkohol. Beberapa penelitian juga

menunjukkan kebiasaan minum-minuman beralkohol meningkatkan risiko kanker

hati (Bachtiar, 2004).

Kunyit kuning atau Curcuma longa, familia Zingiberaceae, merupakan

tanaman yang tumbuh di daerah tropik maupun subtropik di dunia, dan

dibudidayakan di negara-negara Asia, terutama: India, Cina, Malaysia dan

Indonesia. Tanaman tersebut secara tradisional digunakan sebagai bumbu

masakan, pewarna maupun obat (Firstya, 2007).

Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah zat

warna kurkuminoid (kurkumin, desmetoksikurkumin, dan

bisdesmetoksikurkumin), minyak atsiri, protein, fosfor, kalium, besi, vitamin C.

Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen

terbesar (Anand et al., 2008). Kadar total kurkuminoid sering dihitung sebagai

persentase kurkumin dan karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

maupun farmakologi lebih menekankan pada kurkumin (Sumiati dan Adyana,

2004).

Kurkumin [1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion]

merupakan bahan alami yang terdapat di berbagai spesies Curcuma. Kurkumin

merupakan komponen penting dari Curcuma longa yang memberikan warna

kuning yang khas. Kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol (Antony et al.,

2008). Polifenol merupakan senyawa yang bersifat antioksidan. Pada ekstrak

mentah rimpang kunyit kuning terkandung 70-76% kurkumin, sekitar 16%

desmetoksikurkumin dan sekitar 8% bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya

sering disebut sebagai kurkuminoid. Penelitian yang luas pada kurkumin telah

menunjukkan spektrum efek terapi yang luas, seperti antioksidan, antiinflamasi,

antibakteria, antivirus, anti jamur, anti tumor, antispasmodik, dan hepatoproteksi

(Kohli et al., 2004).

Kunyit kuning merupakan tumbuhan yang mudah ditemukan di Indonesia,

sedangkan penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti apakah pemberian ekstrak kunyit

dapat mengurangi kerusakan histologis hepar mencit yang diinduksi alkohol.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah pemberian Ekstrak Kunyit Kuning secara peroral dapat mengurangi

kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Apakah peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning dapat meningkatkan efek

proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh ekstrak kunyit

kuning sebagai hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi oleh alkohol.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Pengaruh pemberian ekstrak kunyit kuning dalam mengurangi kerusakan sel

hepar mencit yang diinduksi alkohol.

b. Pengaruh peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning terhadap peningkatan

efek proteksinya pada kerusakan sel hepar yang diinduksi alkohol.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

pengaruh pemberian ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dalam mencegah

kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Manfaat Aplikatif:

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat

untuk mengunakan ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) sebagai obat

alternatif untuk mencegah kerusakan hepar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hepar

Hepar adalah organ tubuh terbesar dan merupakan kelenjar terbesar,

beratnya ± 1,5 kilogram. Hepar terletak di rongga perut di bawah diafragma.

Sebagian besar darahnya dipasok dari vena porta, dan sebagian kecil dipasok

dari arteri hepatika. Posisi hepar dalam sistem sirkulasi optimal untuk

menampung, mengubah, menimbun metabolit, menetralisir dan mengeluarkan

substansi toksik (Juncqueira et al., 1998).

Hepar terdiri atas beberapa lobus dan tiap lobus hepar terbagi menjadi

struktur-struktur yang dinamakan lobulus, yang merupakan unit mikroskopis

dan fungsional organ. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri

atas lempeng-lempeng sel hepar berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi

vena sentralis. Di antara lempengan-lempengan sel hepar terdapat kapiler-

kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri

hepatika. Sinusoid ini dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer, yang berfungsi

seperti sistem monosit-makrofag. Selain cabang-cabang vena porta dan arteri

hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hepar, juga terdapat saluran

empedu (Price dan Wilson, 1997).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Lobulus Hepar

Pembagian lobulus hepar sebagai unit fungsional dibagi menjadi tiga zona:

Zona 1 : zona aktif, sel-selnya paling dekat dengan pembuluh darah,

akibatnya zona ini yang pertama kali dipengaruhi oleh perubahan darah yang

masuk.

Zona 2 : zona intermedia, sel-selnya memberi respons kedua terhadap

darah.

Zona 3 : zona pasif, aktivitas sel-selnya rendah dan tampak aktif bila

kebutuhan meningkat.

Lobulus hepar sebagai kesatuan histologis berbentuk prisma poligonal,

diameter 1-2 mm, penampang melintang tampak sebagai heksagonal dengan

pusatnya vena sentralis dan di sudut-sudut luar lobuli terdapat kanalis porta

(Leeson et al., 1996).

b. Parenkim Hepar

Parenkim hepar tersusun oleh sel polihedral dengan ukuran yang

berbeda-beda, nukleusnya lebar, bulat, berada di tengah, mengandung satu

atau lebih nukleoli serta terdapat bercak-bercak kromatin. Pada sel hepar tikus

dapat juga ditemui poliploid nukleus, binukleus dan multinukleus. Sitoplasma

sel hepar bervariasi dalam penampakkan, tergantung dari nutrisi dan status

fungsionalnya. Mengandung sejumlah besar ribonukleoprotein, mitokondria,

droplet lipid, lisosom, dan peroksisom (Bergman et al., 1996).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Sinusoid Hepar

Merupakan pembuluh tidak teratur, hanya terdiri dari satu lapis endotel

yang tidak kontinyu. Sel-sel endotel dipisahkan dari hepatosit yang

berdekatan oleh celah subendotel yang disebut celah Disse. Sinusoid juga

mengandung sel-sel fagosit dari retikuloendotelial yang dikenal sebagai sel

Kupffer dan sel-sel endotel (Juncqueira et al., 1998 ).

2. Kunyit Kuning (Curcuma longa)

Kunyit kuning termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari

wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke

daerah Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika (Firstya, 2007).

Kunyit kuning adalah tanaman rimpang yang biasa digunakan untuk pengobatan

tradisional. Tanaman ini tumbuh pada daerah yang bersuhu sekitar 20-300

Celsius, banyak terdapat di kawasan Asia.

Batang kunyit kuning dapat tumbuh sampai satu meter, dengan bunga

berbentuk terompet berwarna kuning pucat. Kunyit kuning berkembang biak

melalui rhizome. Rimpang kunyit berwarna kuning dan memiliki aroma yang

khas karena kandungan kurkumin dan memiliki rasa pahit. Ada sekitar 80-120

spesies dari genus curcuma tapi baru 80 spesies yang teridentifikasi dengan

baik (Erlich, 2007).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Klasifikasi kunyit kuning sebagai berikut (Rahmat, 1994) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiosspermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma longa

Beberapa kandungan kimia dari kunyit tediri atas (Sumiati dan Adyana, 2004) :

a. Zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4%

yang terdiri dari kurkumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan

bisdesmetoksi- kurkumin (Antony et al., 2008).

b. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana

turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon

kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen,

humulen.

c. Protein

d. Fosfor

e. Kalium

f. Besi

g. Vitamin C

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kurkumin [1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-

dion] merupakan komponen penting dari Curcuma longa yang memberikan

warna kuning yang khas. Kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol. Pada

ekstrak mentah rimpang kunyit kuning terkandung 70-76% kurkumin, sekitar

16% desmetoksikurkumin dan sekitar 8% bisdesmetoksikurkumin, yang

ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid (Araujo dan Leon, 2001).

Penelitian yang luas pada kurkumin telah menunjukkan spektrum efek

terapi yang luas. Sebagai antioksidan daya kerja kurkumin lebih kuat daripada

tokopherol, hal ini ditunjukkan dalam Antony (2008). Aktivitas kurkumin

sebagai antioksidan lebih kuat dari pada dehidrozingeron, analog kurkumin yang

didapatkan dari isolat Zingiber officinale Aktivitas antioksidan kurkumin

melalui pemberian infus lebih kuat daripada pemberian perasan (Dyatmiko,

2005). Kurkumin juga memiliki efek lainnya seperti antiinflamasi, antibakteria,

antivirus, antijamur, antitumor, antispasmodik dan hepatoproteksi (Kohli et al.,

2004). Sebagai antiinflamasi kurkumin telah menunjukkan penghambatan

metabolisme asam arakidonat, silkooksigenase, lipooksigenase, sitokin

(interleukin dan tumor necrosing factor), menghambat sintesis prostaglandin

dan melepaskan hormon steroid (Kohli et al,, 2004). Kurkumin juga

menunjukkan efek meningkatkan kerja obat antitumor (Antony, 2008).

Penggunaan kunyit kuning sebagai suatu formulasi dengan tanaman obat

lainnya menunjukkan efek perlindungan terhadap hepar (Kamble et al, 2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Alkohol

Di Amerika Serikat, kira-kira 75% dari populasi dewasanya

mengonsumsi minuman beralkohol secara teratur. Mayoritas dari populasi

peminum ini bisa menikmati efek memuaskan yang diberikan alkohol tanpa

menjadikannya sebagai risiko terhadap kesehatan. Bahkan fakta terbaru

menunjukkan bahwa konsumsi ethanol secukupnya bisa melindungi beberapa

orang terhadap penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, sekitar 10% dari populasi

umum di Amerika Serikat tidak mampu membatasi konsumsi ethanol mereka,

suatu kondisi yang dikenal sebagai penyalahgunaan alkohol. Individu-individu

yang terus meminum alkohol tanpa mempedulikan adanya konsekuensi yang

merugikan secara medis dan sosial yang berkaitan langsung dengan konsumsi

alkohol tersebut akan menderita alkoholisme, suatu gangguan kompleks yang

nampaknya ditentukan oleh faktor genetis dan lingkungan (Katzung, 2002).

Minuman beralkohol yang dikonsumsi dalam jangka panjang akan

mengakibatkan radang lambung, kerusakan hati, kerusakan otak, berkurangnya

daya ingat, kekacauan pola pikir, gangguan jantung dan darah, depresi dan

masalah sosial. Alkohol yang diminum ibu hamil dapat mengakibatkan

keguguran kandungan dan Sindrom Alkohol pada bayi, yaitu pertumbuhan bayi

yang lamban dalam kandungan dan setelah lahir, sehingga risiko cacat mental

pada bayi semakin besar ( Yayasan Cinta Anak Bangsa, 2004 ).

Alkohol merupakan penekan SSP paling kuat dibanding zat lain yang

juga banyak dikonsumsi masyarakat seperti kafein pada kopi. Alkohol juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyebabkan penekanan kerja obat-obat jantung, meningkatkan risiko

kematian, peradangan, erosi lambung dan melukai usus (Bachtiar, 2004).

Lebih dari 90% alkohol yang digunakan dioksidasi di dalam hati,

sebagian besar sisanya dikeluarkan lewat paru-paru dan urine (Katzung, 2002).

Jalur utama bagi metabolisme alkohol meliputi Alcohol Dehydrogenase (ADH),

yaitu enzim sitosol yang mengkatalisasi perubahan alkohol menjadi

acetaldehyde. Enzim ini terdapat terutama di dalam hati, tetapi juga ditemukan

di dalam organ-organ lain, misalnya otak dan perut (Katzung, 2002).

Selama perubahan ethanol menjadi acetaldehyde, ion hydrogen ditransfer

dari alkohol pada Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD+) untuk

membentuk NADH. Sebagai hasil akhir, oksidasi alkohol menyebabkan

penurunan ekuivalen yang berlebihan di dalam hati, terutama sebagai NADH.

Produksi NADH yang berlebihan inilah nampaknya yang mendasari sejumlah

gangguan metabolisme yang menyertai alkoholisme kronis (Katzung, 2002).

Sistem oksidasi dimikrosomal (MEOS), yang juga dikenal sebagai sistem

oksidasi campuran, menggunakan NADPH sebagai kofaktor dalam metabolisme

ethanol. Pada konsentrasi dalam darah di bawah 100 mg/dL (22 mmol/L),

sistem MEOS, yang memiliki Km relatif tinggi untuk alkohol, memberikan

sedikit pengaruh terhadap metabolisme ethanol. Akan tetapi, bila ethanol dalam

jumlah besar dikonsumsi, sistem alcohol dehydrogenase menjadi jenuh karena

pengosongan jumlah kofaktor yang dibutuhkan NAD+.. Bila konsentrasi ethanol

meningkat di atas 100 mg/dL, akan terjadi peningkatan peran dari sistem

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MEOS, yang mana tidak mengandalkan NAD+ sebagai kofaktor (Katzung,

2002).

Selama konsumsi alkohol secara kronis, aktivitas MEOS meningkat.

Induksi enzim ini dikaitkan dengan meningkatnya berbagai macam unsur pokok

retikulum endoplasma yang halus di dalam hati. Sebagai akibatnya, konsumsi

alkohol yang terus-menerus akan menyebabkan peningkatan yang berarti tidak

hanya dalam metabolisme ethanol tetapi juga dalam klirens obat-obat lain yang

dieliminasi oleh sistem enzim mikrosomal hepatis (Katzung, 2002).

Sebagian besar acetaldehyde yang dibentuk dari alkohol tampaknya akan

dioksidasi di dalam hati. Sementara itu, beberapa sistem enzim mungkin

bertanggung jawab atas reaksi ini, mithocondrial NAD+-dependent aldehyde

dehydrogenase nampaknya menjadi jalur utama bagi oksidasi acetaldehyde.

Produk dari reaksi ini adalah acetate, yang mana selanjutnya mengalami

metabolisme menjadi CO2 dan air. Konsumsi alkohol kronis akan menurunkan

kecepatan penurunan oksidasi acetaldehyde dalam mitikondria yang utuh

(Katzung, 2002).

a. Intoksisitas akut

Alkohol digunakan secara luas di masyarakat sebagai minuman atau

dalam industri, sehingga secara sengaja maupun tidak dapat menimbulkan

keracunan. Kadang-kadang alkohol diminum bersama obat lain dalam

percobaan bunuh diri. Dosis letalnya sulit ditentukan karena adanya toleransi

individual. Kadar alkohol setinggi 80 mg% akan menyebabkan gambaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mabuk yang jelas. Kadar 300 mg% berbahaya bagi kehidupan, tetapi toleransi

dapat timbul pada individu yang terbiasa minum alkohol, sehingga penilaian

klinis penting sekali. Sedangkan kadar rata-rata alkohol darah pada kasus

yang fatal ialah diatas 400 mg% (Katzung, 2002).

b. Intoksisitas kronik/alkoholisme

Penggunaan alkohol menyebabkan terjadinya toleransi secara

farmakokinetik dan farmakokinetik. Bila penggunaan alkohol dihentikan akan

timbul gejala putus obat yang menyebabkan toleransi dan ketergantungan.

Toleransi didefinisikan menurunnya respons fisiologik atau tingkah laku pada

penggunaan dosis alkohol yang sama. Ketergantungan fisik diperlihatkan

dengan gejala putus obat bila konsumsi alkohol dihentikan (Katzung, 2002).

4. Mekanisme Kerusakan Hepar yang di Akibatkan Oleh Alkohol dan

Mekanisme Hepatoprotektor Curcuma longa

Sebagian besar jaringan tubuh mengandung enzim-enzim untuk

metabolisme alkohol baik secara oksidatif maupun non-oksidatif. Di hati

merupakan tempat metabolisme alkohol yang terbesar. Metabolisme alkohol

di hepar dapat melalui sistem enzim (alkohol dehidrogenase) dan jalur

mikrosomal melalui enzim sitokrom P450/CYP2E1 (Bakry, 2007).

Hasil akhir metabolisme melalui sistem enzim (alkohol dehidrogenase)

adalah asetaldehid yang selanjutnya akan dimetabolisme menjadi asetat oleh

Asetaldehid Dehidrogenase (ALDH). Asetaldehid adalah metabolit reaktif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang dapat menimbulkan bermacam cedera melalui berbagai macam jalur

(Bakry, 2007).

Metabolisme etanol melalui jalur mikrosomal (CYP2E1) akan

menghasilkan produk berupa radikal bebas, superoxid dan hidroksiperoxida

yang bisa mengakibatkan terjadinya stress oksidatif (Bakry, 2007). . Pada

cedera herpar yang akut sel stellata membentuk kembali matriks ekstraselular

sehingga ditemukan pembengkakan pada hati. Peningkatan kadar Platelet

Derived Growth Factors (PDGF) dan Transforming Growth Factor Beta

(TGF-β) kemudian mengaktivasi sel stellata untuk memproduksi kolagen tipe

1 dan pada akhirnya ukuran hati menyusut(Bharat et al, 2005).

Metabolisme etanol melalui ADH (alkohol dehidrogenase) akan

menurunkan Peroxisome Proliferator-Activated Receptor (PPARg) yang

nantinya akan memicu aktivasi sel stelat (Bharat et al, 2005). Metabolisme

alkohol melalui usus akan meningkatkan permebilitas usus yang efeknya dapat

menyebabkan endotoksemia (Bakry, 2007). Akibat terjadinya endotoksemia

akan mengaktivasi sel kuppfer yang akan mengaktifkan nuclear factor (TNF

alfa) yang berperan terhadap nekrosis dan inflamasi pada hepar (Bakry, 2007).

Kunyit kuning (Curcuma longa) mengandung kurkumin sebagai

komponen utama. Kurkumin yang terkandung dalam ektrak mentah rimpang

kunyit sekitar 70-76%. Kurkumin memiliki efek penghambatan terhadap

sitokin proinflamasi TNF-α (Kohli et al., 2004). Ekstrak kurkumin juga dapat

meningkatkan PPARg sehingga menurunkan aktivasi sel stelat (Bharat et al,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2005). Kurkumin sebagai anti oksidan mempunyai efek menghambat radikal

bebas, superoxid dan hidroksiperoxida. Kurkumin juga mempunyai efek

menurunkan growth factor missal PDGF dan TGF-β (Bharat et al, 2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Permebialitas usus

Endotoksemia

Aktivasi sel kupffer

TNF-α

Peradangan

ADH

Asetaldehide

Kerusakan Hepatosit

CYP2E

Radikal bebas Superoxid Hidroksiperoxsida

Sters Oksidatif

Fibrosis

Nekrosis Sel Hepar

Ekstrak Kunyit Kuning

Kurkumin

Keterangan: : Memacu : Menghambat

PPARg ¯

Perlukaan hepar

PDGF dan TGF-β meningkat

Aktivasi Sel Stelata

KONSUMSI ALKOHOL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh pemberian Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) dalam

mengurangi kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol.

2. Ada pengaruh peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning dalam meningkatkan

efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Peneliti

mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu hewan coba

jenis berupa mencit (Mus musculus) jantan di laboratorium.

B. Lokasi Penelitian & Waktu

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta pada bulan Juli 2010.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi : Mencit (Mus musculus) jantan dengan galur Swiss webster

berusia 2-3 bulan dengan berat badan ± 20 gram.

2. Sampel : Menurut Purawisastra (2001), jumlah sampel yang digunakan

berdasarkan rumus Federer

(k-1)(n-1) > 15

(4-1)(n-1) >15

3 (n-1) >15

3n >15+3

n >6 ~7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan :

k : Jumlah kelompok

n : Jumlah sampel dalam tiap kelompok

Pada penelitian ini jumlah sampel untuk tiap kelompok ditentukan sebanyak

7 ekor mencit (n > 6), dan jumlah kelompok mencit ada 4 sehingga penelitian ini

membutuhkan 28 mencit dari populasi yang ada.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling. Sampel

diperoleh dengan mengambil begitu saja subyek penelitian yang ditemui dari

populasi yang ada.

E. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek dibagi dalam 4 kelompok ( setiap

kelompok terdiri dari 7 ekor Mencit ) secara acak, perlakuan diberikan kepada 3

kelompok dan satu kelompok sebagai kontrol, setelah perlakuan selama 9 hari,

keempat kelompok tersebut diobservasi kemudian hasil pengamatan dianalisis dan

dibuat suatu simpulan. Perbedaan hasil menunjukkan efek perlakuan, sehingga

rancangan penelitian ini menggunakan model Rancangan Eksperimental

Sederhana (the post test only control group design ) ( Pratiknya, 2001 ).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Skema Rancangan Penelitian :

Sampel 28 ekor Mencit

Dikelompokan menjadi 4 kelompok

7 ekor 7 ekor 7 ekor 7 ekor

K P1 P2 P3

H1 H2 H3 H4

Uji Oneway ANOVA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan :

K : Kelompok kontrol diberi Aquades 1 ml per oral per Mencit.

P1 : Kelompok perlakuan 1 diberi alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua,

20 % pada hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam

dan 30 % pada hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028

ml/20 gr BB Mencit/hari.

P2 : Kelompok perlakuan 2 diberi ekstrak kunyit kuning 0,14 mg/ 20 g selama 9

hari, ekstrak kunyit kuning diberikan 1 jam sebelum pemberian alkohol.

Selanjutnya diberikan alkohol alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua,

20 % pada hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam

dan 30 % pada hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028

ml/20 gr BB Mencit/hari.

P3 : Kelompok perlakuan 3 diberi ekstrak kunyit kuning 0,28 mg/ 20 g selama 9

hari, ekstrak kunyit kuning diberikan 1 jam sebelum pemberian alkohol.

Selanjutnya diberikan alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua, 20 %

pada hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam dan 30

% pada hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028 ml/20 gr

BB Mencit/hari.

H1 : Gambaran histologis hepar mencit pada kelompok kontrol.

H2 : Gambaran histologis hepar mencit pada kelompok perlakuan 1.

H3 : Gambaran histologis hepar mencit pada kelompok perlakuan 2.

H4 : Gambaran histologis hepar mencit pada kelompok perlakuan 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perlakuaan per oral dimulai dari hari pertama sampai hari ke-9. Observasi

semua kelompok pada hari ke 10.

F. Instrumentasi dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

a. Kandang mencit 4 buah masing-masing untuk 7 ekor mencit.

b. Timbangan hewan.

c. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, dan meja lilin).

d. Sonde lambung.

e. Alat untuk pembuatan preparat histologi.

f. Mikroskop cahaya medan terang.

g. Gelas ukur, mikro pipet dan pengaduk.

h. Kamera Canon

2. Bahan

Bahan yang akan digunakan sebagai berikut :

a. Alkohol 15 %, 20 %, 25 %, 30 %.

b. Makanan hewan percobaan (pellet ad libitus).

c. Akuades.

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE.

e. Ekstrak Kunyit Kuning.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

G. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas

Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning.

2. Variabel Terikat

Kerusakan sel hepar.

3. Variabel Luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan

Variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan

mencit semuanya diseragamkan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

Kondisi psikologis, reaksi hipersensitivitas dan keadaan awal hepar mencit.

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning.

Ekstrak Kunyit Kuning diberikan secara per oral 1 jam sebelum pemberian

alkohol dengan sonde lambung dalam 2 dosis yang diberikan selama 9 hari

berturut-turut

Dosis I : 0,14 mg/ 20 gr BB mencit/ hari

Dosis II : 0.28 mg/ 20 gr BB mencit/ hari

Ekstrak Kunyit Kuning yang digunakan diperoleh dari pembelian di BPTO.

Skala pengukuran variabel ini adalah ordinal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Variabel Terikat : Kerusakan histologis sel hepar.

Kerusakan hitologis sel hepar adalah gambaran mikroskopis sel hepar

mencit yang diinduksi alkohol setelah mendapatkan perlakuan dengan ekstrak

kunyit kuning. Gambaran mikroskopis dinilai dari jumlah sel hepar yang intinya

piknotik, karioreksis, dan kariolisis dari tiap 100 sel hepar yang dilihat pada

daerah zona 1.

Adapun tanda-tanda kerusakan sel (Price dan Wilson, 1997) :

a. Sel yang mengalami piknosis intinya kisut dan bertambah basofil, berwarna

gelap batasnya tidak teratur.

b. Sel yang mengalami karioreksis inti mengalami fragmentasi atau hancur

dengan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam

sel.

c. Sel yang mengalami kariolisis yaitu kromatin basofil menjadi pucat, inti sel

kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja.

Skala pengukuran variabel ini adalah rasio.

3. Variabel luar.

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan. Variabel ini dapat dikendalikan

melalui homogenisasi :

1) Variasi genetik.

Jenis hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dengan

galur Swiss webster.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Jenis kelamin.

Jenis kelamin mencit yang digunakan adalah jantan.

3) Umur.

Umur mencit pada penelitian ini adalah ± 2-3 bulan.

4) Suhu udara.

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu yang sama.

5) Berat badan.

Berat badan hewan percobaan ± 20 g.

6) Jenis makanan.

Makanan yang diberikan berupa pellet dan minuman dari air PAM.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : Kondisi psikologis, reaksi

hipersensitivitas dan keadaan awal hepar mencit.

1) Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Lingkungan yang terlalu ramai, pemberian perlakuan yang berulang kali,

dan perkelahian antar mencit dapat mempengaruhi kondisi psikologis

mencit.

2) Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi kepekaan

mencit terhadap zat yang digunakan.

3) Keadaan awal hepar mencit tidak diperiksa pada penelitian ini sehingga

mungkin saja ada mencit yang sebelum perlakuan heparnya sudah

mengalami kelainan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I. Cara Kerja

1. Pembuatan dan Dosis Ekstrak Kunyit Kuning

Ekstrak dibuat dengan metoda maserasi rimpang segar kunyit dengan

alkohol 76%. Maserat diuapkan dengan alat destilasi vakum, kemudian

dikentalkan dengan rotary evaporator, hingga diperoleh ekstrak kental dengan

bobot tetap. Simplisia dan ekstrak rimpang C.longa diperoleh dari BPTO.

Pembuatan suspensi ekstrak rimpang C.longa dosis 0,14 mg/20 gram BB

Mencit/hari dan 0,28 mg/20 gram BB Mencit/hari dilakukan dengan cara

memasukkan 2,8 mg dan 5,6 mg ekstrak rimpang C.longa ke dalam masing-

masing labu ukur 100 ml. Setelah itu, akuades ditambahkan ke dalam masing-

masing labu ukur 100 ml tersebut sampai tanda batas. Larutan tersebut

kemudian dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirrer tanpa

pemanasan selama 10 menit sampai terbentuk suspensi.

Jadi dosis ekstrak kunyit kuning yang dipakai nantinya dalam penelitian adalah:

Dosis I : 0,25 cc suspensi ekstrak kunyit kuning yang mengandung ekstrak

rimpang C.longa 0,14 mg/ 20 gr BB mencit/ hari.

Dosis II : 0,5 cc suspensi ekstrak kunyit kuning yang mengandung ekstrak

rimpang C.longa 0.28 mg/ 20 gr BB mencit/ hari.

2. Persiapan Bahan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian bahan yang akan digunakan yaitu ekstrak

kunyit kuning dan Alkohol 15 %, 20 %, 25 %, 30 % disiapkan di laboratorium.

Begit.1u juga makanan hewan uji.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Persiapan Hewan Uji dan Tempat Penelitian

Subyek penelitian adalah 28 ekor Mencit (Mus musculus) jantan berumur

3 bulan dengan berat badan rata-rata 20 gram. Sebelum perlakuan, Mencit

diadaptasikan terhadap lingkungan laboratorium selama 7 hari serta diberi

makan dan minum secara ad libitum. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok secara

acak sehingga tiap kelompok terdiri dari 7 ekor Mencit.

4. Penimbangan Berat Badan Mencit

Pada hari ke delapan dilakukan penimbangan berat badan dan penandaan

untuk menentukan dosis.

5. Perlakuan

Setelah penimbangan dan penentuan dosis selesai kemudian pada hari ke

Sembilan (ditetapkan sebagai hari pertama perlakuan) perlakuan terhadap subjek

penelitian dimulai. Kontrol dan perlakuan dilakukan selama 9 hari.

a. Kelompok kontrol diberi Akuades 1 ml per oral per Mencit.

b. Kelompok perlakuan 1 diberi alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua, 20

% pada hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam dan 30 %

pada hari ketujuh sampai hari kesembilan secara peroral dengan dosis 0.028

ml/20 gr BB Mencit/hari.

c. Kelompok perlakuan 2 diberi ekstrak kunyit kuning 0,14 mg/20 gr selama 9

hari, ekstrak kunyit kuning diberikan 1 jam sebelum pemberian alkohol.

Selanjutnya diberikan alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua, 20 % pada

hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam dan 30 % pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028 ml/20 gr BB

Mencit/hari.

d. Kelompok perlakuan 3 diberi ekstrak kunyit kuning 0,28 mg/ 20 g selama 9

hari, ekstrak kunyit kuning diberikan 1 jam sebelum pemberian alkohol.

Selanjutnya diberikan alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua, 20 % pada

hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam dan 30 % pada

hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028 ml/20 gr BB

Mencit/hari.

e. Diluar jadwal perlakuan mencit diberikan makan pellet dan air minum dari

PAM secara ad libitum.

f. Alasan perlakuan selama 9 hari karena dalam penelitian ini kita hanya akan

melihat efek akutnya terhadap hepar sedangkan tujuan pemberian alkohol

secara bertingkat adalah mengadaptasikan mencit terhadap pemberian alkohol

tersebut dengan dimulai dengan dosis yang rendah sampai dengan dosis yang

tinggi.

6. Pembuatan Preparat

Pembuatan preparat dengan menggunakan metode Block Paraffin dan

pengecatan HE. Dari tiap lobus kanan hepar dibuat 2 irisan dengan tebal tiap

irisan 3-8 um. Jarak antar irisan satu dengan yang lain kira-kira 25 irisan. Tiap

hewan percobaan dibuat 2 preparat. Kemudian diambil satu preparat secara acak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Pengamatan

Setelah pembuatan preparat selesai dilanjutkan dengan pengamatan.

Pengamatan terhadap seluruh lapang pandang dilakukan dengan pembesaran

mikroskop 100 kali sehingga bisa ditentukan daerah zona 1. Dari satu preparat

akan diamati 100 sel yang berasal dari 3 daerah zona 1 yang berbeda yang dipilih

secara acak (dengan perbesaran mikroskop 400 atau 1000 kali). Zona 1 yang

akan diamati ditentukan secara acak. Setelah diamati kemudian dihitung jumlah

sel yang normal, piknotik (inti tampak lebih gelap, memadat dan melisut),

karioreksis (inti terbagi-bagi menjadi fragmen-fragmen dan robek), dan kariolisis

(inti tampak pucat karena tidak lagi menyerap zat warna, tidak nyata).

J. Teknik Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan Uji Oneway

ANOVA (Analysis of Variant). Namun sebelumnya perlu uji T-Test Independent

untuk mengetahui efek alkohol terhadap kerusakan sel hati mencit. Jika terdapat

perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Derajat

kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Data diolah dengan program

komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh Ekstrak Kunyit Kuning

dalam mengurangi kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol, didapatkan

hasil pengamatan pada masing-masing kelompok perlakuan. Hasil pengamatan

jumlah inti sel hepar yang mengalami piknosis, karyoreksis dan karyolisis untuk

masing-masing kelompok dan jumlah total sel hepar yang rusak disajikan pada

Lampiran 1 – 4. Hasil rata-rata jumlah kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi

alkohol pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit yang Diinduksi Alkohol pada Masing-Masing Kelompok.

Kelompok Rerata Jumlah

Sel Rusak SD

K 33,10 6,457

P 1 66,29 3,875

P 2 45,52 2,786

P 3 54,67 1,983

Sumber : Data Primer, 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan :

K : Kelompok Kontrol

P 1 : Kelompok Perlakuan 1

P 2 : Kelompok Perlakuan 2

P 3 : Kelompok Perlakuan 3

Skor kerusakan yang paling tinggi adalah pada kelompok P 1 yaitu 66,29 ±

3,875 dan skor kerusakan paling rendah adalah pada kelompok K yaitu 33,10 ±

6,457.

Gambaran histologis (fotomikrograf) zona 1 lobulus hepar mencit

kelompok Kontrol (K), kelompok Perlakuan 1 (P 1), kelompok Perlakuan 2 (P 2),

kelompok Perlakuan 3 (P 3), yang ditandai dengan pyknosis, karyorrhexis dan

karyolisis dapat dilihat pada Lampiran 11.

B. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian mula-mula di uji statistik One-Sample

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data hasil penelitian terdistribusi

normal atau tidak. Dari uji tersebut terlihat bahwa nilai p yang diperoleh sebesar

0,866 (p > 0,05), ini berarti data hasil penelitian terdistribusi secara normal.

Perhitungan mengenai uji statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov dapat

dilihat pada Lampiran 5, selanjutnya dilakukan uji Homogeinity of Variances

untuk mengetahui apakah varians data sama atau tidak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sebaran data secara deskriptif dan hasil uji Homogeneity of Variances dapat

dilihat pada Lampiran 7. Didapatkan nilai uji Homogeneity of Variances adalah

0,000 di mana nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan varians antardata tiap kelompok atau tidak terdapat kesamaan varians

data antar kelompok.

Setelah dilakukan uji T-Test Independent untuk mengetahui efek alkohol

terhadap kerusakan sel hati mencit, yang dalam hal ini terdapat pada penelitian

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1, didapatkan t = -20.278 sig

0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna (p<0,05)

antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1.

Kemudian analisis data dilanjutkan dengan uji statistik One-Way ANOVA

dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari hasil perhitungan uji One-Way

ANOVA didapatkan nilai sig. adalah 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai

alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata

jumlah kerusakan histologis sel hepar yang bermakna antara kelompok kontrol,

kelompok perlakuan 1, 2, dan 3.

Didapatkan adanya perbedaan yang signifikan dari empat kelompok

tersebut maka uji statistik dilanjutkan dengan Uji Post Hoc untuk mengetahui

antar kelompok mana perbedaan rata-rata skor jumlah kerusakan histologis sel

hepar dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji LSD. Hasil uji Post

Hoc Multiple Comparisons atau LSD dapat dilihat Lampiran 8. Ringkasannya

adalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 2. Ringkasan hasil uji LSD (α = 0,05)

Kelompok

Keterangan Perbedaan

Rerata Jumlah Sel

Rusak

P

K – P 1 33,10 – 66,29 0,000

K – P 2 33,10 – 45,52 0,000

K – P 3 33,10 – 54,67 0,000

P 1 – P 2 66,29– 45,52 0,000

P 1 – P 3 66,29– 54,67 0,000

P 2 – P 3 45,52– 54,67 0,000

Sumber : Data Primer, 2010

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik LSD tampak

adanya perbedaan yang signifikan pada semua pasangan antar kelompok. Hasil

perhitungan Uji LSD secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

Sebagai organ utama yang memetabolisme dan mendetoksifikasi obat di tubuh,

hepar berpotensi mengalami kerusakan karena beragam bahan kimia terapeutik.

Kerusakan hepar karena pemakaian alkohol yang berlebih adalah nekrosis. Nekrosis

adalah kematian sel dan jaringan pada tubuh yang hidup. Pada nekrosis perubahan

tampak nyata pada inti sel (Robbins dan Kumar, 2003). Perubahan morfologis yang

mengarah kepada kematian sel dapat berupa inti sel piknotik (kariopiknosis) yaitu

pengerutan inti sel dan kondensasi kromatin, karioreksis yaitu pecahnya inti yang

meninggalkan pecahan-pecahan sisa inti berupa zat kromatin yang tersebar di dalam

sel, kariolisis yaitu penghancuran dan pelarutan inti sel sehingga inti sel menghilang,

dan dapat berlanjut menjadi pecahnya membran plasma, dan akhirnya nekrosis

(Damjanov dan Linder, 1996).

Pada pemberian alkohol yang ditambahkan Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma

longa), akan didapatkan derajat kerusakan sel hepar yang lebih sedikit dibandingkan

dengan pemberian alkohol tanpa Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) karena

ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) memiliki efek hepatoprotektif terhadap efek

toksik yang disebabkan alkohol. Kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding

terhadap kelompok alkohol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol hanya

diberikan akuades sebagai placebo dan diharapkan kerusakan sel hepar yang terjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

minimal, di mana derajat kerusakan pada kelompok kontrol akan dianggap sebagai

derajat normal.

Dari uji T-Test Independent antara kelompok kontrol dan kelompok P 1 yang

diberikan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak 0,028 ml/20 gr BB

mencit per oral selama 9 hari berturut-turut, untuk mengetahui efek alkohol terhadap

kerusakan sel hati mencit didapatkan t = -20.278 sig 0,000, didapatkan perbedaan

yang bermakna (p < 0,05) yang berarti alkohol dapat menginduksi kerusakan sel

hepar pada mencit.

Dari uji Oneway ANOVA didapatkan perbedaan yang bermakna antara

keempat kelompok perlakuan. Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan bermakna (p <

0,05) pada kelompok K - P 1, K - P 2, K - P 3, P 1 - P 2, P 2 – P3, dan P 1- P3.

Hasil uji LSD menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dari skor kerusakan

sel hepar antara kelompok K dan kelompok P I (p < 0,05). Hal ini disebabkan karena

pada kelompok P 1 terjadi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol dosis toksik.

Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa alkohol pada dosis toksik

mampu menginduksi kerusakan sel hepar (McCullough, 1998).

Pada kelompok K didapatkan pula gambaran inti sel hepar yang mengalami

piknosis, karyoreksis dan karyolisis. Hal ini kemungkinan dikarenakan proses

penuaan dan kematian sel secara fisiologis serta karena pengaruh variabel luar yang

tidak dapat dikendalikan.

Hasil analisis skor kerusakan sel antara kelompok P 1 – P 2 didapatkan

perbedaan yang bermakna. Kelompok P 2 merupakan kelompok perlakuan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diberikan ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dosis I 0,14 mg/20 g BB mencit

dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak 0,028 ml/20

gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut. Berdasarkan teori, pemberian

kunyit dapat mengurangi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol, pada

kelompok P 1 terdapat perbedaan yang bermakna dengan kelompok P2. Hal ini

berarti pemberian ekstrak kunyit kuning dosis I 0,14 mg/ 20 g BB mencit/ hari selama

9 hari berturut – turut dapat mengurangi jumlah kerusakan inti sel hepar akibat

pemberian alkohol.

Hasil analisa skor kerusakan sel antara kelompok P 1 – P 3 didapatkan

perbedaan yang bermakna. Kelompok P 3 merupakan kelompok perlakuan yang

diberikan ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dosis II 0,28 mg/20 g BB mencit

dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak 0,028 ml/20

gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut. Hal ini berarti pemberian ekstrak

kunyit kuning dosis II 0,28 mg/20 g BB mencit/ hari selama 9 hari berturut – turut

dapat mengurangi jumlah kerusakan inti sel hepar akibat pemberian alkohol.

Kunyit kuning (Curcuma longa) mengandung kurkumin sebagai komponen

utama. Kurkumin yang terkandung dalam ektrak mentah rimpang kunyit sekitar 70-

76%. Kurkumin memiliki efek penghambatan terhadap sitokin proinflamasi TNF-α

(Kohli et al., 2004). Ekstrak kurkumin juga dapat meningkatkan PPARg sehingga

menurunkan aktivasi sel stellata (Bharat et al, 2005). Kurkumin sebagai anti oksidan

mempunyai efek menghambat radikal bebas, superoxid dan hidroksiperoxida.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kurkumin juga mempunyai efek menurunkan growth factor missal PDGF dan TGF-β

(Bharat et al, 2005).

Hasil analisis kerusakan sel hepar pada kelompok K didapatkan perbedaan

bermakna dengan kelompok P 2. Kelompok P 2 merupakan kelompok perlakuan

yang diberikan ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dosis I 0,14 mg/20 gr BB

mencit dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak

0,028 ml/20 gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut. Hal ini berarti

pemberian ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dosis I 0,14 mg/ 20 g BB mencit

dapat mencegah kerusakan sel hepar mencit akibat pemberian alkohol tetapi tidak

dapat mengembalikan sel hepar ke kondisi seperti kelompok K.

Hasil analisis kerusakan sel hepar pada kelompok K didapatkan perbedaan

bermakna dengan kelompok P 3. Kelompok P 3 merupakan kelompok perlakuan

yang diberikan ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dosis II 0,28 mg/20 g BB

mencit dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak

0,028 ml/20 gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut.. Hal ini berarti

pemberian ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dosis II 0,28 mg/ 20 gr BB

mencit dapat mencegah kerusakan sel hepar mencit akibat pemberian alkohol tetapi

tidak dapat mengembalikan sel hepar ke kondisi seperti kelompok K.

Hasil analisis jumlah kerusakan sel hepar antara kelompok P2 – P3 didapatkan

perbedaan yang bermakna, di mana jumlah kerusakan sel hepar pada kelompok P3

lebih banyak dari pada kelompok P2. Kelompok P2 merupakan kelompok yang diberi

ekstrak kunyit kuning (Curcuma longa) dosis I yaitu 0,14 mg/ 20 g BB mencit/ hari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

selama 9 hari berturut – turut dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase

bertingkat sebanyak 0,028 ml/20 gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut.

Kelompok P 3 merupakan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak kunyit kuning

(Curcuma longa) dosis II 0,28 mg/20 gr BB mencit dan mendapatkan alkohol

dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak 0,028 ml/20 gr BB mencit per oral

selama 9 hari berturut-turut. Hal ini berarti peningkatan dosis ekstrak kunyit kuning

dari dosis I 0,14 mg/20 g BB mencit menjadi dosis II 0,28 mg/20 gr BB mencit tidak

lebih efektif dalam mengurangi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol

dibanding dosis I yang diberikan untuk kelompok P2. Efek ekstrak kunyit kuning

dalam mengurangi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol pada dosis II lebih

rendah dibanding dosis I.

Kerusakan sel hepar pada kelompok P2 (mean : 45,52) lebih rendah

dibandingkan dengan kerusakan sel hepar pada kelompok P3 (mean : 54,67). Hal ini

berarti peningkatan dosis ekstrak kunyit kuning tidak meningkatkan efek proteksi

terhadap kerusakan sel hepar mencit akibat pemberian alkohol karena diasumsikan

dosis yang diberikan pada kelompok P3 melebihi dosis optimal atau adanya efek

prooksidan bila ekstrak kunyit kuning diberikan dalam dosis yang lebih tinggi.

Obat memiliki dosis optimal. Kurva dosis dan efek berbentuk sigmoid sehingga

apabila dosis yang diberikan lebih dari maksimal, maka akan menurunkan fungsi obat

tersebut (Mycek et al., 2001). Hal tersebut sama halnya dengan pemberian ekstrak

kunyit kuning bila diberikan berlebihan, maka akan mengurangi efeknya dalam

mengurangi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kurkumin yang terkandung dalam ekstrak kunyit kuning pada kadar yang

rendah memiliki efek sebagai antioksidan tetapi pada kadar yang lebih tinggi

kurkumin dapat berefek sebagai prooksidan ( Lopez, 2008). Pada sel yang normal

kurkumin tidak dapat menginduksi kematian sel. Kurkumin dapat menginduksi

kematian sel tergantung dosis dan lama penggunaan (Sying – ai et al., 2004).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terbukti adanya efek

proteksi Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) terhadap hepar yang berupa

pengurangan kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol pada dosis Ekstrak

Kunyit Kuning (Curcuma longa) tertentu meskipun belum optimal karena hasilnya

belum sebanding dengan kelompok kontrol. Tetapi pada peningkatan dosis Ekstrak

Kunyit Kuning (Curcuma longa) sampai tingkat tertentu (dosis II) justru tidak

menunjukkkan peningkatan efek proteksi Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa),

oleh karenanya perlu dicari dosis yang tepat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) dengan dosis I 0,14

mg/20 gr BB mencit dan dosis II 0,28 mg/20 gr BB mencit selama 9 hari

berturut-turut mempunyai efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit

akibat paparan alkohol dosis 0,028 ml/20 gr BB mencit.

2. Peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) dari dosis I

sebesar 0,14 mg/20 gr BB mencit menjadi dosis II sebesar 0,28 mg/20 gr BB

mencit tidak meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit

akibat paparan alkohol.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif dalam

Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) dengan lama pemberian Ekstrak

Kunyit Kuning (Curcuma longa) yang lebih bervariasi sehingga diketahui

dosis dan waktu pemberian yang efektif untuk mencegah atau mengurangi

kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sarana dan prasarana yang lebih

canggih misalnya penelitian Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa) ditinjau

dari segi biomolekuler dan mikroskop yang lebih sensitif sehingga didapatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

data yang lebih lengkap tentang fungsi hepatoprotektor Ekstrak Kunyit

Kuning (Curcuma longa) dan fungsi dari masing-masing kandungan Ekstrak

Kunyit Kuning (Curcuma longa).

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping

penggunaan Ekstrak Kunyit Kuning (Curcuma longa)dalam jumlah dan

waktu tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Antony B., Merina B., Iyer V.S., Judy N., Lennert K., Joyal S. 2008. Apilot cross-

over study to evaluate human oralbioavaibility of BCM-95 (biocurcumaxTM); a novel bioenhanched preparation of curcumin.Indian J Pharm Sci. 70(4):445-449.

Araujo C.A.C and Leon, L.L., 2001, Biological Activities Curcuma longa L., Mem

Inst. Oswaldo Cruz,96(5) : 723-728. Bachtiar W.W.2000. Kenapa Miras Harus Dilarang.

http:///www.indomedia.com/bpost/01200/28/opini. (31 Januari 2010) Bakry F. 2007 Hepatitis Alkohol dalam BUku Ajar Ilmu Penyakit Hati ed Ali S

ulaiman dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp : 285-290 Bergman R. A., Afifi A. K., Heidger P. M. 1996. The Digestive System. In :

Saunders Text and Review Series Histology. Philadelphia: W. B. Saunders. p : 208.

Bharat B. Aggarwal, Anushree Kumar, Manoj S. Aggarwal, and Shishir Shishodia. 2005. Curcumin Derived from Turmeric (Curcuma longa) a Spice for All Seasons in Phytochemicals in Cancer Chemoprevention, CRC Press LLC, p. 250-379.

Damjanov I. dan Linder J. 1996. Anderson’s Pathology. Tenth Edition. Mosby_Year

Book Inc. Missouri. p: 374 Dyatmiko W. 2005. Aktivitas penangkapan radikal bebas dalam sistem mokuler dan

seluler sari air rimpang tanaman obat zingiberaceae. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-res-2005 dyatmikowa-1590&node=236&start=6&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffbdf67c (31 Januari 2010).

Erlich S.D. 2007. Turmeric. http://www.umm.edu/altmed/articles/turmeric-

000277.htm (24 Januari 2010). FirstyaP.2007.Tanaman Obat Indonesia.

http://toiusd.multiply.com/journal/item/222/aLL_aBoUt_CuRCuMa_DoMeSTiCa_068114016 (24 Januari 2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gultom E.T.M.2001. Efek Proteksi Kaptopril dan Losartan terhadap Cedera Sel Hati Tikus yang Diinduksi dengan Parasetamol, CCL4, dan Alkohol. http:///digilib.litbang.depkes.go.id (24 Maret 2010).

Hardianto N. 2005. Pengaruh Jus Brokoli (Brasissca oleracea L. Var.botrytis L.)

Terhadap Derajat Kerusakan Hepatosit Mencit (Mus musculus) Akibat Paparan Etanol. Skripsi. FK UNS, pp : 23-30

Juncqueira L.E., Carneiro J, Kelley R.O. 1998. Histologi Dasar.Edisi 8. Alih Bahasa:

Jan Tambayong. Jakarta: EGC,pp: 342-49. Kamble M.P., Dumbre R.K., Rangasi V.D. 2008. Hepatoprotective activity studies of

herbal formulations. Int J Green Pharmacy. 147-151. http://www.greenpharmacy.info (24 Januari 2010).

Katzung B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Alih Bahasa: Dripa

Sjabana, dkk.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp : 157-160. Kohli K., Ali J., Ansari M.J.,Raheman Z. 2004.Curcumin: A Natural

antiinflammatory Agent. Indian J Pharmacol.37: 141-47.http://www.ijp-online.com (31 Januari 2010).

Leeson C.R., Leeson T.S., Paparo A.A. 1996. Buku Teks Histologi. Alih Bahasa :

Yan Tambayong, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktean EGC . pp : 383-7.

Linawati, l. dan Lasmi, K. 2000.Bimbingan Pemantapan Kimia. Bandung : Penerbit

Yrama Widya. Hal : 74 Lopez L.M. 2008. Anticancer and carcinogenic properties of curcumin:

considerations for its clinical development as a cancer chemopreventive and chemotherapeutic agent. Mol Nutr Food Res. 52 Suppl 1:S103-27.

McCullough A.J., dan O’Connor, J.F. , 1998. Alcoholic liver disease: Proposed

recommendations for the American College of Gastroenterology. American Journal of Gastroenterology 93(11): 2022–2036. PMID: 9820369

Mycek M.J., Harvey R.A., Champe P.C. 2001.Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi

2. Alih Bahasa : Azwar Agoes. Jakarta: Widya Medika. pp :414-416. Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi.

Yogyakarta: Pusat Antar. Universitas Bioteknologi UGM, pp:94-152.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pratiknya A.W. 2001. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan kesehatan.

Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada. Hal 130. Price S. A. And Wilson, L., Mc Carty. 1997. Patofisiologi Konsep Klinis Proses

Penyakit. Jilid 1. Alih Bahasa : Peter Anugerah. Editor : Caroline Wijaya. Jakarta: . Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp : 36-54.

Rahmat Rukmana. 1994. Kunyit. Yogyakarta : Kanisius. Robbins S. L., Kumar V., Cotran R.S. 2003. Robbins Buku ajar Patologi I dan II.

Edisi 4. Alih Bahasa : Pendit B.U. Jakarta: EGC, pp: 663-90. Sumiati T., Adnyana. 2007. Kunyit, Si Kuning yang Kaya Manfaat.

http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/350-kunyit-si-kuning-yang-penuh-manfaat (24 Januari 2010).

Syng-Ai C., Kumari A.L., Khar A. 2004. Effect of curcumin on normal and

tumor cells: role of glutathione and bcl-2. Mol Cancer Ther;3: 1101–8.

Yayasan Cinta Anak Bangsa. 2004. Alkohol. http :///www.ycab.net/id/druginfo.asp. (24 Maret 2010).