BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan...

32
7 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizal,dkk (2013) yang kemudian dianalisis dengan menggunakan model panel data dengan tiga metode yaitu Ordinary Least Square (common effect), Fixed Effect dan Random Effect. Hasil pengujian menunjukkan bahwa berdasarkan metode Fixed Effect maka dapat diketahui Investasi pemerintah merupakan satu-satunya variabel yang memiliki tingkat signifikansi α=1% baik dalam dalam scatter plot maupun dalam model Common Effect, Random Effect dan Fixed Effect. Hal ini mencerminkan bahwa Investasi pemerintah memiliki pengaruh yang kuat dan konsisten terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel Investasi Pemerintah memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf α=1% dengan koefisien 0.035462. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen (rasio Belanja Modal terhadap PDRB) akan memberikan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.035462 persen. Hasil ini sesuai dengan teori Pertumbuhan Sollow bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari pembentukan modal atau kapital. Penelitian yang kedua yaitu dilakukan oleh Junaidi (2013) dengan menggunakan alat regresi berganda, Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama pengaruh investasi PMA dan PMDN yang terealisasi memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan PDRB ADHK 2000 Provinsi Sulawesi Utara pada tingkat α = 0,01 dengan nilai Fhitung> Ftabel (210,070 > 4,26). Perkembangan investasi PMA secara parsial mempunyai

Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan...

7

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizal,dkk (2013) yang

kemudian dianalisis dengan menggunakan model panel data dengan tiga metode

yaitu Ordinary Least Square (common effect), Fixed Effect dan Random Effect.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa berdasarkan metode Fixed Effect maka dapat

diketahui Investasi pemerintah merupakan satu-satunya variabel yang memiliki

tingkat signifikansi α=1% baik dalam dalam scatter plot maupun dalam model

Common Effect, Random Effect dan Fixed Effect. Hal ini mencerminkan bahwa

Investasi pemerintah memiliki pengaruh yang kuat dan konsisten terhadap

pertumbuhan ekonomi. Variabel Investasi Pemerintah memiliki pengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf α=1% dengan koefisien

0.035462. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen (rasio Belanja

Modal terhadap PDRB) akan memberikan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar

0.035462 persen. Hasil ini sesuai dengan teori Pertumbuhan Sollow bahwa

pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari pembentukan modal atau kapital.

Penelitian yang kedua yaitu dilakukan oleh Junaidi (2013) dengan

menggunakan alat regresi berganda, Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

bersama-sama pengaruh investasi PMA dan PMDN yang terealisasi memberikan

pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan PDRB ADHK 2000

Provinsi Sulawesi Utara pada tingkat α = 0,01 dengan nilai Fhitung> Ftabel

(210,070 > 4,26). Perkembangan investasi PMA secara parsial mempunyai

8

pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan PDRB ADHK 2000

provinsi Sulawesi Utara selama periode tahun 2000-2011 pada tingkat α = 0,01

dengan nilai t hitung = 3,842 > ttabel = 3,250. Sementara itu untuk PMDN secara

parsial mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan PDRB

ADHK 2000 provinsi Sulawesi Utara pada tingkat α=0,01 dan t hitung = 5,653 >

t tabel = 3,250.

Penelitian terdahulu yang terakhir yaitu dilakukan oleh Bambang, dkk (2014)

dengan menggunakan persamaan regresi kuadrat terkecil atau Ordinary Least

Square (OLS) berupa Uji asumsi klasik seperti Normalitas, Multikolinieritas,

heteroskedastisitas, Autokorelasi dan pengujian statistik seperti Koefisien

Determinasi, Uji Statistik t, Uji Statistik F. Hasil penelitian berupa Koefisien dari

variabel realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri adalah 0.019724 dan nilai

tersebut berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi D.I.

Yogyakarta dan secara statistik tidak signifikan.

Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama

menganalisis tentang Investasi, pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, dan

pengeluaran pemerintah di Indonesia. Dalam penelitian ini, variabel yang

digunakan adalah PDRB Konstan, tenaga kerja, investasi, dan pengeluaran

pemerintah yang artinya penelitian ini masih bersifat asli (orisinil). Selain itu, alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model panel data, regresi

berganda, regresi kuadrat terkecil (OLS).

9

B. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi ( Economic Growth ) adalah perkembangan kegiatan

dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan

dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro

ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi

barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada

umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang

sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari

pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan

ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 2010;9).

Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah

proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi

biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat

indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.

10

b. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

1) Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik ada empat faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok

barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi

yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi

tergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutama

menitikberatkan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada

pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas

tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak

mengalami perubahan. Berdasarkan pada pemisalan ini selanjutnya dianalisis

bagaimana pengaruh pertambahan penduduk kepada tingkat produksi nasional

dan pendapatan.

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik hukum hasil tambahan yang

semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti

pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila

penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat

kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif.

Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai

tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai,

ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stationary

State). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup

11

hidup. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik setiap masyarakat tidak

akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.

Berdasarkan kepada teori pertumbuhan Klasik tadi, dikemukakan suatu

teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah

penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Dari uraian

mengenai teori pertumbuhan Klasik telah dapat dilihat bahwa apabila terdapat

kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada

pendapatan per kapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan

pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk sudah semakin banyak,

hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi

produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh

karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin

lambat pertumbuhannya.

Penduduk yang terus bertambah akan memyebabkan pada suatu jumlah

penduduk yang tertentu produksi marjinal telah sama dengan pendapatan per

kapita. Pada keadaan ini pendapatan per kapita mencapai nilai yang

maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum.

Secara grafik teori penduduk optimum dapat ditunjukkan seperti dalam gambar

2.1. Kurva Ypk menunjukkan tingkat pendapatan per kapita pada berbagai

jumlah penduduk, dan M adalah puncak kurva tersebut. Maka penduduk

optimal adalah jumlah penduduk sebanyak N0, dan pendapatan per kapita yang

paling maksimum adalah Y0.

12

Y2

Ym

Y1 M Ym

N1 N2

Sumber: Sadono Sukirno. (2010)

Gambar 2.1. Teori Pertumbuhan Klasik

Dalam dua abad belakangan ini di negara-negara maju pertumbuhan

ekonomi tidak sepeti diramalkan oleh teori pertumbuhan Klasik. Pertumbuhan

ekonomi yang berlaku di negara Barat terutama disebabkan oleh

perkembangan teknologi. Efek dari pertumbuhan yang demikian kurva YPK

akan terus menerus bergerak ke atas (misalnya menjadi Y*PK). Perubahan

seperti ini menyebabkan dua hal berikut: (i) penduduk optimum akan bergeser

dari N0 ke kanan (misalnya menjadi N1) dan (ii) pada penduduk optimum N1

pendapatan per kapita lebih tinggi dari Y0 (yaitu menjadi Y1).

Pen

dap

atan

Per

Kap

ita

Jumlah Penduduk

13

2) Teori Schumpeter

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya pengusaha di dalam

mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu dituunjukkan bahwa para

pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat

pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi:

memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi

dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-

pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan

mengadakan perubaha-perubahan dalam organisasi dengan tujuan

mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi baru

ini akan memerlukan investasi baru.

Di dalam teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisisnya dengan

memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang.

Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut

berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan

untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan

mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka

akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru

ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan

masyarakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat menjadi

bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan

lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dam melakukan penanaman

14

modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan kepada dua

golongan: penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh.

Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan oleh

kegiatan ekonomi yang timbul sebgai akibat kegiatan inovasi.

Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi

semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan

ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan

tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary state”. Dalam

pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat

pertumbuhan yang tinggi.

3) Teori Harrod-Domar

Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori

Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi

supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau

steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod-Domar menggunakan

pemisalan-pemisalan berikut: (i) barang modal telah mencapai kapasitas

penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (iii)

rasio modal-produksi (capital-output ratio) tetap nilainya, dan (iv)

perekonomian terdiri dari dua sektor.

Dalam analisis Harrod-Domar menunjukkan bahwa, walaupun pada suatu

tahun tertentu (misalnya tahun 2002) barang-barang modal sudah mencapai

15

Pendapatan maksimal yang dapat

Dihasilkan K barang modal Y=AE

AE1=C+I+ΔI

AE=C+I

E

AO°

0 Y YK1

kapasitas penuh, pengeluaran agregat dalam tahun 2002 yaitu AE = C + I, akan

menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun

berikutnya (tahun 2003). Dengan perkataan lain, investasi yang berlaku dalam

tahun 2002 akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan

barang dan jasa pada tahun 2003.

Sumber: Sadono Sukirno. (2010)

Gambar 2.2. Teori Harrod-Domar

Masalah yang dikemukakan oleh Harrod-Domar ditunjukkan dalam gambar

2.2. Pengeluaran agregat yang asal adalah AE = C + I. keseimbangan dicapai

di titik E yang menggambarkan: (i) pendapatan nasional adalah Y dan (ii) pada

pendapatan nasional tersebut ekonomi mencapai kapasitas penuh. Misalkan

jumlah barang modal pada keseimbangan ini adalah Ko. Seterusnya teori

Herrod-Domar menerangkan bahwa investasi yang dilakukan pada tahun

tersebut (2002) akan menyebabkan jumlah barang modal bertambah pada tahun

Pendapatan Nasional

Pen

gel

uar

an A

gre

gat

16

berikutnya 2003, yaitu jumlah barang modal menjadi K1 = Ko + I, di mana K1

adalah jumlah barang modal pada tahun 2003. Agar sepenuhnya barang modal

digunakan, pengeluaran agregat pada tahun itu harus mencapai AE1 = C + I +

∆I. Dengan pengeluaran agregat ini pendapatan nasional adalah YK1 dan nilai

ini sama dengan kapasitas barang modal sebanyak K1 untuk menghasilkan

pendapatan nasional. Dengan demikian kapasitas penuh tercapai kembali.

Analisis ini menunjukkan, dalam ekonomi dua sektor, investasi harus terus

mangalami kenaikan agar perekonomian tersebut diperlukan untuk

meningkatkan pengeluaran agregat. Dalam contoh di atas, pada tahun 2002

investasi adalah sebesar I dan pada tahun 2003 investasi perlu meningkat

menjadi (I + ∆I).

Dalam teori Harrod-Damor tidak diperhatikan syarat untuk mencapai

kapasitas penuh apabila ekonomi terdiri dari tiga sektor atau empat sektor.

Walau bagaimanapun berdasarkan teorinya di atas dengan mudah dapat

disimpulkan hal yang perlu berlaku apabila pengeluaran agregat meliputi

komponen yang lebih banyak, yaitu meliputi pengeluaran pemerintah dan

ekspor. Dalam keadaan yang demikian, barang-barang modal yang bertambah

dapat sepenuhnya digunakan apabila AE1 = C + I1 + G1 + (X-M)1 di mana I1

+ G1 + (X-M)1 sama dengan (I + ∆I).

Analisis di atas dapat pula disimpulkan bahwa analisis Harrod-Domar

merupakan pelengkap kepada analisis Keynesian. Dalam analisis Keynesian

yang diperhatikan adalah persoalan ekonomi jangka pendek. Manakala teori

17

Harrod-Domar memperhatikan proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat bahwa (i) dalam jangka panjang

pertambahan pengeluaran agregat yang berkepanjangan perlu dicapai untuk

mewujudkan pertumbuhan ekonomi, dan (ii) pertumbuhan ekonomi yang

teguh hanya mungkin dicapai apabila I + G + (X-M) terus menerus bertambah

dengan tingkat yang menggalakkan.

4) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Sebagai suatu perluasan teori Keynes, teori Harrod-Domar melihat

persoalan pertumbuhan itu dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi hanya

akan berlaku apabila pengeluaran agregat melalui kenaikan investasi

bertambah secara terus menerus pada tingkat pertumbuhan yang ditentukan,

yaitu sebesar (I+∆I) seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.2.

Teori pertumbuhan Neo-Klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda,

yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh

Abrahamovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada

perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini

dinyatakan dengan persamaan:

∆Y = f (∆K, ∆L, ∆T)

Di mana

∆Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi.

18

∆K adalah tingkat pertumbuhan modal.

∆L adalah tingkat pertumbuhan penduduk.

∆T adalah tingkat pertumbuhan teknologi.

Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk

persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris

untuk menunjukkan kesimpulan berikut: Faktor terpenting yang mewujudkan

pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga

kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan

kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.

Sumbangan terpenting dari pertumbuhan teori Neo-Klasik bukanlah dalam

menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi

dalam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan

penyelidikan empiris dalam menentukan peranan sebenarnya dari berbagai

faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam

penyelidikan mereka Abramovits dan Solow menunjukkan pertumbuhan

ekonomi Amerika Serikat terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi.

Di antara 80 hingga 90 persen dari pertumbuhan ekonomi yang berlaku di

Amerika Serikat di antara pertengahan abad ke-19 dan ke-20 disebabkan oleh

perkembangan teknologi.

Setelah itu beberapa ahli ekonomi lain melakukan penyelidikan yang sama

sifatnya. Salah satu studi yang terkenal adalah dilakukan oleh Denison yang

19

menganalisis faktor yang mengakibatkan perkembangan di negara maju di

antara tahun 1950-1962. Kesimpulannya adalah: pertambahan barang-barang

modal hanya mewujudkan 25 persen dari pertumbuhan ekonomi di Amerika

Serikat, 18 persen dari pertumbuhan ekonomi di Eropa Barat dan 21 persen

dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Inggris. Dengan kata lain studi

Denision menunjukkan bahwa bukan modal, tetapi teknologi dan

perkembangan ketrampilan yang menjadi faktor utama yang mewujudkan

pertumbuhan ekonomi.

2. Investasi

a. Pengertian Investasi

Menurut Sadono Sukirno (2010:121): “Investasi dapat diartikan sebagai

pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk

membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk

menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

tersedia dalam perekonomian.”

Menurut Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan

suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek

raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan

datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal,

bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-

lain. Namun baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat yang diperoleh,

semua harus dikonversikan dalam nilai uang.

20

b. Teori Investasi

1) Teori Usaha Perlahan-lahan (Gradualist)

Menurut Drs. M. Suparmoko (2002: 151) Teori ini berpandapat bahwa

negara yang terbelakang sebaiknya jangan mengadakan industrialisasi cepat-

cepat, sebab resiko dan kekeliruan-kekliruan akan terlalu besar untuk dipikul

negara yang miskin tadi. Injeksi kapital yang banyak adalah kurang baik

sampai perekonomian di situ mampu menyerapnya. Pemilihan teknik-teknik

produksi dan investasi didasarkan pada biaya-biaya relatif daripada faktor-

faktor produksi. Harus diusahakan untuk memajukan industri-industri kecil,

pembangunan masyarakat desa dan lain-lain semacam ini yang menggunakan

kelebihan tenaga buruh. Kegiatan yang membutuhkan kapital yang banyak

akan diusahakan bila keuntungan melebihi dari kegiatan yang sifatnya padat

karya (labor intensive).

2) Teori Dorongan Besar (Big Push)

Menurut Drs. M. Suparmoko (2002: 151) Teori ini secara singkat

mengatakan bahwa bila hanya ada sedikit-sedikit usaha untuk menaikkan

pendapatan, hal ini hanya mendorong pertambahan penduduk saja, yang

nantinya akan menghambat kenaikan pendapatan per kapita. Oleh karena itu

usaha harus dilaksanakan secara besar-besaran untuk mengatasi perubahan-

perubahan penduduk. Implikasinya ialah: Harus diadakan investasi besar-

besaran untuk menghilangkan kemiskinan, memaksimumkan output dengan

menggunakan teknik yang paling produktif yang kadang-kadang

membutuhkan kapital yang besar. Konsentrasi pada investasi yang selanjutnya

21

menghasilkan alat-alat kapital untuk mempertahankan pendapatan dan

pertumbuhan output. Konsumsi sebaliknya ditekan, sehingga investasi dapat

terus ada. Titik berat pada “economies of scale” yang berupa produksi massa

(large scale production), dan tentunya juga membutuhkan kapital yang banyak.

3) Teori Lingkaran Setan (Vicious Circle)

Menurut Drs. M. Suparmoko (2002: 287) Di negara sedang berkembang

kapital merupakan faktor produksi yang langka. Kelangkaan kapital ini dapat

berarti mutlak dan dapat pula berarti relatif dalam hubungannya dengan

investasi yang menguntungkan. Karena produktivitas tenaga kerja di negara

sedang berkembang rendah, maka berarti bahwa pendapatan negara tersebut

juga rendah, sehingga tabungan sebagai sumber pembentukan kapital juga

rendah. Keadaan ini sering disebut dengan lingkaran setan (vicious circle) yang

dapat digambarkan dengan lebih jelas sebagai berikut.

Rendahnya produktivitas disebabkan karena rendahnya dana kapital yang

tersedia dan belum diolahnya sumber-sumber alam serta keterbelakangan

penduduknya. Ketiga hal yang terakhir ini disebabkan oleh rendahnya tingkat

investasi baik dalam bidang investasi manusia (human investment) maupun

investasi kapital (capital investment). Kemudian rendahnya tingkat investasi

itu disebabkan oleh lemahnya 2 kekuatan, yaitu rendahnya permintaan akan

barang-barang maupun rendahnya tingkat tabungan. Sedangkan dua faktor

yang terakhir ini lemah disebabkan karena rendahnya tingkat pendapatan dan

rendahnya tingkat pendapatan ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas.

22

Sumber: Drs. M. Suparmoko. (2002)

Gambar 2.3. Teori Lingkaran Setan

3. Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan

pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari

pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.

(MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2).

Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987) mengenai

arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja,

termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja

dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.

Investasi Kapital

rendah

Investasi

Kemanusiaan

rendah

Sumber alam belum banyak

diolah: penduduk

teterbelakang kekurangan

kapital

Produktivitas

rendah

Tabungan rendah

Konsumsi rendah

Pendapatan rendah

23

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong

tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja

yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut

pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja.

Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang

menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun,

bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah

termasuk tenaga kerja.

b. Klasifikasi Tenaga Kerja

1) Berdasarkan penduduknya

a) Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat

bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut

Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga

kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

24

b) Bukan tenaga kerja

Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak

mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang

Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia,

yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun.

Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan

anak-anak.

2) Berdasarkan batas kerja

a) Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun

yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun

yang sedang aktif mencari pekerjaan.

b) Bukan angkatan kerja

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang

kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.

Contoh kelompok ini adalah:

anak sekolah dan mahasiswa

para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan

para pengangguran sukarela

25

3) Berdasarkan kualitasnya

a) Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian

atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan

formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

b) Tenaga kerja terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam

bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini

dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai

pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.

c) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar

yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut,

pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

4. Pengeluaran Pemerintah

a. Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah Secara Makro yaitu suatu tindakan pemerintah

untuk mengatur jalannya seluruh perekonomian dengan cara menentukan

besarnya pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam

26

dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional.

Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator

besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah.

Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula

pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.

Pembahasan tentang kegiatan ekonomi secara Makro. Contoh : Pendapatan

Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pengangguran, Investasi, dan

Kebijakan Ekonomi, dll.

Boediono (1999) mengungkapkan bahwa dalam teori ekonomi makro,

pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan

sebagai berikut:

a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai. Perubahan gaji pegawai

mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, di mana

perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara

tidak langsung.

c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment Transfer payment bukan

pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan

mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang

meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada

27

berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga

untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis

transfer payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos

gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda.

(Boediono, 1999)

b. Teori Makro Pengeluaran Pemerintah

1) Teori Rostow dan Musgrave

Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, ini

ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahapan-tahapan pembangunan

ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal

perkembangan ekonomi, menurut mereka rasio pengeluaran pemerintah

terhadap pendapatan nasional relatif besar. Hal ini dikarenakan pada tahap ini

persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sehingga

pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana seperti

pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Namun pada

tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan

pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang

semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar dan juga

menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam

jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap

28

ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor

yang semakin rumit. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh

perkembangan sektor industri, menimbulkan semakin tingginya tingkat

pencemaran udara dan air sehingga pemerintah harus turun tangan untuk

mengatur dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap masyarakat.

Pemerintah juga harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang lemah

agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pada tahap lanjut, Rostow berpendapat bahwa pembangunan terjadi

peralihan aktivitas pemerintah dari penyediaan prasarana ekonomi ke

pengeluaran untuk layanan sosial seperti program kesejahteraan hari tua,

program pendidikan, program pelayanan kesehatan masyarakat dan

sebagainya. Sementara itu, Dalam satu proses pembangunan menurut

Musgrave, rasio investasi swasta terhadap GNP semakin besar. Tetapi rasio

investasi pemerintah terhadap GNP akan semakin kecil

Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari

pengamatan atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami banyak

negara tetapi tidak disadari oleh suatu teori tertentu. Selain tidak jelas apakah

tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap atau beberapa

tahap dapat terjadi secara simultan.

2) Teori Adolf Wagner ( Hukum Wagner )

Pengamat empiris oleh Adolf Wagner terhadap negara-negara Eropa,

Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke 19 menunjukan bahwa aktivitas

pemerintah dalam perekonomian cenderung semakin meningkat. Wagner

29

mengukur perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap PDB dengan

mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah

yang semakin besar dalam persentase terhadap PDB.

Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan

per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan

meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan

yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan

sebagainya.

Hukum tersebut dapat dirumuskan dengan notasi:

𝐺𝑝𝐶𝑡

𝑌𝑝𝐶𝑡>𝐺𝑝𝐶𝑡 − 1

𝑌𝑝𝐶𝑡 − 1>𝐺𝑝𝐶𝑡 − 2

𝑌𝑝𝐶𝑡 − 2……… >

𝐺𝑝𝐶𝑡 − 𝑛

𝑌𝑝𝐶𝑡 − 𝑛

Ket:

GpC : Pengeluaran pemerintah perkapita

YpC : Produk atau pendapatan nasional per kapita

t : Indeks waktu

Hukum tersebut memberi dasar akan timbulnya kegagalan pasar dan

eksternalitas. Sehingga Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya

perekonomian akan menyebabkan hubungan antara industri dengan industri

dan hubungan industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks.

Sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif semakin besar.

Berkaitan dengan hukum Wagner, dapat dilihat beberapa penyebab semakin

meningkatnya pengeluaran pemerintah ada 5 hal yaitu tuntutan peningkatan

perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan

30

Pengeluaran Pemerintah/

GDP

Kurva 1

Kurva 2

0 Waktu

masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan

ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang

mengiringi perkembangan pemerintahan.

Sumber: Guritno Mangkoesoebroto. (2001)

Gambar 2.4. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner

Kurva diatas menunjukkan secara relatif peranan pemerintah semakin

meningkat.Teori Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang

disebut organic theory of state yaitu teori organis yang menganggap

pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak terlepas dengan masyarakat

lain.

3) Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori

mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Peacock dan

Wiseman mengemukakan pendapat lain dalam menerangkan perilaku

perkembangan pemerintah. Mereka mendasarkannya pada suatu analisis

penerimaan pengeluaran pemerintah. Pemerintah selalu berusaha memperbesar

31

pengeluarannya dengan mengandalkan memperbesar penerimaan dari pajak.

Padahal masyarakat tidak menyukai pembayaran pajak yang besar.

Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa

masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat

dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang

dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi

masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk

membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai tingkat

kesediaan masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi ini merupakan

kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-

mena. Menurut Peacock dan Wiseman adalah pertumbuhan ekonomi

menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak

tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran

pemerintah juga semakin meningkat.

Jadi dalam keadaan normal, kenaikan PDB menyebabkan baik penerimaan

maupun pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal jadi terganggu,

katakanlah karena perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa

harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan tersebut.

Konsekuensinya timbul tuntutan untuk memperoleh penerimaan pajak lebih

besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana swasta untuk

berinvestasi dan modal kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut efek

penggantian (displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan

aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah.

32

Pengentasan gangguan tidak hanya cukup dibiayai semata-mata dengan

pajak sehingga pemerintah harus meminjam dana dari luar negeri. Setelah

gangguan teratasi muncul kewajiban melunasi utang dan membayar bunga.

Pengeluaran pemerintah yang semakin bertambah bukan hanya karena GNP

bertambah tetapi karena adanya kewajiban baru tersebut. Akibat lebih lanjut

adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat semula meskipun gangguan

telah berakhir. Selain itu, masih banyak aktivitas pemerintah yang baru

kelihatan setelah terjadinya perang dan ini disebut efek inspeksi (inspection

effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya

konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah yang sebelumnya dilaksanakan oleh

swasta. Efek inilah disebut sebagai efek konsentrasi (concentration effect).

Dengan adanya ketiga efek tersebut menyebabkan bertambahnya aktivitas

pemerintah sehingga setelah perang selesai tingkat pajak tidak menurun

kembali pada tingkat sebelum terjadi perang. Jadi berbeda dengan pandangan

Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman

tidaklah berbentuk suatu garis,tetapi seperti tangga. Hal ini dapat dilihat pada

gambar berikut ini :

33

Pengeluaran Pemerintah

GDP

b c p Pengeluaran Pemerintah

a d s Pengeluaran Swasta

e h

f g

damai perang pasca perang

0 t t+1 waktu

Sumber: Guritno Mangkoesoebroto. (2001)

Gambar 2.5. Kurva Teori Peacock dan Wiseman

Dalam keadaan normal, t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam persentase

terhadap GNP meningkat sebagaimana yang ditunjukan garis AP. Apabila pada

tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AB dan

kemudian meningkat seperti yang ditunjukan pada segmen BC. Setelah perang

selesai pada tahun t+1, pengeluaran pemerintah tidak menurun ke P. Hal ini

disebabkan setelah perang, pemerintah membutuhkan tambahan dana untuk

mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan

pembangunan.

Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi oleh masyarakat sehingga tingkat

toleransi pajak meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih

34

Pengeluaran Pemerintah/

GDP Wagner, Solow, Magrave

Peacock & Wiseman

0 Waktu

besar tanpa menimbulkan gangguan dalam masyarakat. Secara grafik,

perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman bukanlah

berpola seperti kurva mulus berslope positif sebagaimana tersirat dalam

pendapat Rostow dan Musgrave. Melainkan berslope positif dengan bentuk

patah-patah seperti tangga yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: Guritno Mangkoesoebroto. (2001)

Gambar 2.6. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Berdasarkan

Pendapat

Rostow Mugrave dan Peacock Wiseman

Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman.

Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi

pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke

pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti

oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Akan

35

Pengeluaran Pemerintah/

GDP

b c p Pengeluaran Pemerintah

a d

s Pengeluaran Swasta

e h

f g

0 t t+1 waktu

tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah

terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan

semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan gejala dalam jangka

pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang.

Sumber: Guritno Mangkoesoebroto. (2001)

Gambar 2.7. Kurva Bird

C. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan antara Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah adalah komponen dari

pengeluaran agregat. Maka kenaikan investasi secara langsung akan

mengakibatkan kenaikan pengeluaran agregat. Maka pada tahap pertama dari

36

proses multiplier, pertambahan investasi akan menaikkan pendapatan nasional

yang sama besarnya.(Sadono Sukirno, 2010).

2. Hubungan antara Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan

Ekonomi

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah untuk

membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang

harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Dalam teori Peacock dan Wiseman menyatakan perkembangan ekonomi

menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak

tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran

pemerintah juga semakin meningkat, oleh karena itu dalam keadaan normal

meningkatnya pendapatan nasional menyebabkan penerimaan pemerintah yang

semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin

besar (Guritno Mangkoesoebroto, 2001).

3. Hubungan antara Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Boediono (1992) dalam Wihda, Bambang, (2014 : 3) bentuk umum

fungsi produksi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L) adalah sebagai berikut :

Q = f(K,L) ; dimana : Q = output K = stok kapital L = tenaga kerja. Persamaan

diatas menunjukan bahwa stok kapital dan tenaga kerja dapat meningkatkan

output. Apabila output meningkat pada periode tertentu, maka sebagian

kenaikan output akan diinvestasikan sehingga stok kapital akan bertambah

besar sebesar output yang diinvestasikan. Untuk tenaga kerja menandakan

adanya penciptaan kesempatan tenaga kerja akibat dari peningkatan output

37

tersebut. Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai partisipasi dalam

pembangunan, baik dalam arti memikul beban pembangunan maupun dalam

tanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan ataupun didalam menerima

kembali hasil pembangunan tersebut (Tumangkeng, 2011 dalam Wihda,

Bambang, 2014 : 3).

D. Kerangka Fikir

E. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan Timur.

2. Diduga Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi di provinisi Kalimantan Timur.

3. Diduga Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan Timur.

Pengeluaran Pemerintah

(PP)

Tenaga Kerja (TK)

Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN)

Penanaman Modal

Asing (PMA) Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Kalimantan

Timur (Y)

38

4. Diduga Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

di provinsi Kalimantan Timur.

5. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal

Asing (PMA), Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga kerja secara bersama-

sama berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan

Timur.