BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan...
7
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizal,dkk (2013) yang
kemudian dianalisis dengan menggunakan model panel data dengan tiga metode
yaitu Ordinary Least Square (common effect), Fixed Effect dan Random Effect.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa berdasarkan metode Fixed Effect maka dapat
diketahui Investasi pemerintah merupakan satu-satunya variabel yang memiliki
tingkat signifikansi α=1% baik dalam dalam scatter plot maupun dalam model
Common Effect, Random Effect dan Fixed Effect. Hal ini mencerminkan bahwa
Investasi pemerintah memiliki pengaruh yang kuat dan konsisten terhadap
pertumbuhan ekonomi. Variabel Investasi Pemerintah memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf α=1% dengan koefisien
0.035462. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen (rasio Belanja
Modal terhadap PDRB) akan memberikan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar
0.035462 persen. Hasil ini sesuai dengan teori Pertumbuhan Sollow bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari pembentukan modal atau kapital.
Penelitian yang kedua yaitu dilakukan oleh Junaidi (2013) dengan
menggunakan alat regresi berganda, Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
bersama-sama pengaruh investasi PMA dan PMDN yang terealisasi memberikan
pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan PDRB ADHK 2000
Provinsi Sulawesi Utara pada tingkat α = 0,01 dengan nilai Fhitung> Ftabel
(210,070 > 4,26). Perkembangan investasi PMA secara parsial mempunyai
8
pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan PDRB ADHK 2000
provinsi Sulawesi Utara selama periode tahun 2000-2011 pada tingkat α = 0,01
dengan nilai t hitung = 3,842 > ttabel = 3,250. Sementara itu untuk PMDN secara
parsial mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan PDRB
ADHK 2000 provinsi Sulawesi Utara pada tingkat α=0,01 dan t hitung = 5,653 >
t tabel = 3,250.
Penelitian terdahulu yang terakhir yaitu dilakukan oleh Bambang, dkk (2014)
dengan menggunakan persamaan regresi kuadrat terkecil atau Ordinary Least
Square (OLS) berupa Uji asumsi klasik seperti Normalitas, Multikolinieritas,
heteroskedastisitas, Autokorelasi dan pengujian statistik seperti Koefisien
Determinasi, Uji Statistik t, Uji Statistik F. Hasil penelitian berupa Koefisien dari
variabel realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri adalah 0.019724 dan nilai
tersebut berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi D.I.
Yogyakarta dan secara statistik tidak signifikan.
Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama
menganalisis tentang Investasi, pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah di Indonesia. Dalam penelitian ini, variabel yang
digunakan adalah PDRB Konstan, tenaga kerja, investasi, dan pengeluaran
pemerintah yang artinya penelitian ini masih bersifat asli (orisinil). Selain itu, alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model panel data, regresi
berganda, regresi kuadrat terkecil (OLS).
9
B. Landasan Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ( Economic Growth ) adalah perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro
ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi
barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada
umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang
sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari
pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan
ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 2010;9).
Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah
proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi
biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat
indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
10
b. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
1) Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik ada empat faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi
yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi
tergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutama
menitikberatkan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada
pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas
tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak
mengalami perubahan. Berdasarkan pada pemisalan ini selanjutnya dianalisis
bagaimana pengaruh pertambahan penduduk kepada tingkat produksi nasional
dan pendapatan.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik hukum hasil tambahan yang
semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti
pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila
penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat
kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif.
Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai
tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai,
ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stationary
State). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup
11
hidup. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik setiap masyarakat tidak
akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.
Berdasarkan kepada teori pertumbuhan Klasik tadi, dikemukakan suatu
teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah
penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Dari uraian
mengenai teori pertumbuhan Klasik telah dapat dilihat bahwa apabila terdapat
kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada
pendapatan per kapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan
pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk sudah semakin banyak,
hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi
produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh
karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin
lambat pertumbuhannya.
Penduduk yang terus bertambah akan memyebabkan pada suatu jumlah
penduduk yang tertentu produksi marjinal telah sama dengan pendapatan per
kapita. Pada keadaan ini pendapatan per kapita mencapai nilai yang
maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum.
Secara grafik teori penduduk optimum dapat ditunjukkan seperti dalam gambar
2.1. Kurva Ypk menunjukkan tingkat pendapatan per kapita pada berbagai
jumlah penduduk, dan M adalah puncak kurva tersebut. Maka penduduk
optimal adalah jumlah penduduk sebanyak N0, dan pendapatan per kapita yang
paling maksimum adalah Y0.
12
Y2
Ym
Y1 M Ym
N1 N2
Sumber: Sadono Sukirno. (2010)
Gambar 2.1. Teori Pertumbuhan Klasik
Dalam dua abad belakangan ini di negara-negara maju pertumbuhan
ekonomi tidak sepeti diramalkan oleh teori pertumbuhan Klasik. Pertumbuhan
ekonomi yang berlaku di negara Barat terutama disebabkan oleh
perkembangan teknologi. Efek dari pertumbuhan yang demikian kurva YPK
akan terus menerus bergerak ke atas (misalnya menjadi Y*PK). Perubahan
seperti ini menyebabkan dua hal berikut: (i) penduduk optimum akan bergeser
dari N0 ke kanan (misalnya menjadi N1) dan (ii) pada penduduk optimum N1
pendapatan per kapita lebih tinggi dari Y0 (yaitu menjadi Y1).
Pen
dap
atan
Per
Kap
ita
Jumlah Penduduk
13
2) Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya pengusaha di dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu dituunjukkan bahwa para
pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat
pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi:
memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi
dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-
pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan
mengadakan perubaha-perubahan dalam organisasi dengan tujuan
mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi baru
ini akan memerlukan investasi baru.
Di dalam teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisisnya dengan
memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang.
Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut
berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan
untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan
mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka
akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru
ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan
masyarakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat menjadi
bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan
lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dam melakukan penanaman
14
modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan kepada dua
golongan: penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh.
Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan oleh
kegiatan ekonomi yang timbul sebgai akibat kegiatan inovasi.
Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi
semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan
ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan
tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary state”. Dalam
pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat
pertumbuhan yang tinggi.
3) Teori Harrod-Domar
Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori
Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi
supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau
steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod-Domar menggunakan
pemisalan-pemisalan berikut: (i) barang modal telah mencapai kapasitas
penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (iii)
rasio modal-produksi (capital-output ratio) tetap nilainya, dan (iv)
perekonomian terdiri dari dua sektor.
Dalam analisis Harrod-Domar menunjukkan bahwa, walaupun pada suatu
tahun tertentu (misalnya tahun 2002) barang-barang modal sudah mencapai
15
Pendapatan maksimal yang dapat
Dihasilkan K barang modal Y=AE
AE1=C+I+ΔI
AE=C+I
E
AO°
0 Y YK1
kapasitas penuh, pengeluaran agregat dalam tahun 2002 yaitu AE = C + I, akan
menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun
berikutnya (tahun 2003). Dengan perkataan lain, investasi yang berlaku dalam
tahun 2002 akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan
barang dan jasa pada tahun 2003.
Sumber: Sadono Sukirno. (2010)
Gambar 2.2. Teori Harrod-Domar
Masalah yang dikemukakan oleh Harrod-Domar ditunjukkan dalam gambar
2.2. Pengeluaran agregat yang asal adalah AE = C + I. keseimbangan dicapai
di titik E yang menggambarkan: (i) pendapatan nasional adalah Y dan (ii) pada
pendapatan nasional tersebut ekonomi mencapai kapasitas penuh. Misalkan
jumlah barang modal pada keseimbangan ini adalah Ko. Seterusnya teori
Herrod-Domar menerangkan bahwa investasi yang dilakukan pada tahun
tersebut (2002) akan menyebabkan jumlah barang modal bertambah pada tahun
Pendapatan Nasional
Pen
gel
uar
an A
gre
gat
16
berikutnya 2003, yaitu jumlah barang modal menjadi K1 = Ko + I, di mana K1
adalah jumlah barang modal pada tahun 2003. Agar sepenuhnya barang modal
digunakan, pengeluaran agregat pada tahun itu harus mencapai AE1 = C + I +
∆I. Dengan pengeluaran agregat ini pendapatan nasional adalah YK1 dan nilai
ini sama dengan kapasitas barang modal sebanyak K1 untuk menghasilkan
pendapatan nasional. Dengan demikian kapasitas penuh tercapai kembali.
Analisis ini menunjukkan, dalam ekonomi dua sektor, investasi harus terus
mangalami kenaikan agar perekonomian tersebut diperlukan untuk
meningkatkan pengeluaran agregat. Dalam contoh di atas, pada tahun 2002
investasi adalah sebesar I dan pada tahun 2003 investasi perlu meningkat
menjadi (I + ∆I).
Dalam teori Harrod-Damor tidak diperhatikan syarat untuk mencapai
kapasitas penuh apabila ekonomi terdiri dari tiga sektor atau empat sektor.
Walau bagaimanapun berdasarkan teorinya di atas dengan mudah dapat
disimpulkan hal yang perlu berlaku apabila pengeluaran agregat meliputi
komponen yang lebih banyak, yaitu meliputi pengeluaran pemerintah dan
ekspor. Dalam keadaan yang demikian, barang-barang modal yang bertambah
dapat sepenuhnya digunakan apabila AE1 = C + I1 + G1 + (X-M)1 di mana I1
+ G1 + (X-M)1 sama dengan (I + ∆I).
Analisis di atas dapat pula disimpulkan bahwa analisis Harrod-Domar
merupakan pelengkap kepada analisis Keynesian. Dalam analisis Keynesian
yang diperhatikan adalah persoalan ekonomi jangka pendek. Manakala teori
17
Harrod-Domar memperhatikan proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat bahwa (i) dalam jangka panjang
pertambahan pengeluaran agregat yang berkepanjangan perlu dicapai untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi, dan (ii) pertumbuhan ekonomi yang
teguh hanya mungkin dicapai apabila I + G + (X-M) terus menerus bertambah
dengan tingkat yang menggalakkan.
4) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Sebagai suatu perluasan teori Keynes, teori Harrod-Domar melihat
persoalan pertumbuhan itu dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi hanya
akan berlaku apabila pengeluaran agregat melalui kenaikan investasi
bertambah secara terus menerus pada tingkat pertumbuhan yang ditentukan,
yaitu sebesar (I+∆I) seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.2.
Teori pertumbuhan Neo-Klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda,
yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh
Abrahamovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada
perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini
dinyatakan dengan persamaan:
∆Y = f (∆K, ∆L, ∆T)
Di mana
∆Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi.
18
∆K adalah tingkat pertumbuhan modal.
∆L adalah tingkat pertumbuhan penduduk.
∆T adalah tingkat pertumbuhan teknologi.
Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk
persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris
untuk menunjukkan kesimpulan berikut: Faktor terpenting yang mewujudkan
pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga
kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan
kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
Sumbangan terpenting dari pertumbuhan teori Neo-Klasik bukanlah dalam
menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi
dalam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan
penyelidikan empiris dalam menentukan peranan sebenarnya dari berbagai
faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam
penyelidikan mereka Abramovits dan Solow menunjukkan pertumbuhan
ekonomi Amerika Serikat terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi.
Di antara 80 hingga 90 persen dari pertumbuhan ekonomi yang berlaku di
Amerika Serikat di antara pertengahan abad ke-19 dan ke-20 disebabkan oleh
perkembangan teknologi.
Setelah itu beberapa ahli ekonomi lain melakukan penyelidikan yang sama
sifatnya. Salah satu studi yang terkenal adalah dilakukan oleh Denison yang
19
menganalisis faktor yang mengakibatkan perkembangan di negara maju di
antara tahun 1950-1962. Kesimpulannya adalah: pertambahan barang-barang
modal hanya mewujudkan 25 persen dari pertumbuhan ekonomi di Amerika
Serikat, 18 persen dari pertumbuhan ekonomi di Eropa Barat dan 21 persen
dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Inggris. Dengan kata lain studi
Denision menunjukkan bahwa bukan modal, tetapi teknologi dan
perkembangan ketrampilan yang menjadi faktor utama yang mewujudkan
pertumbuhan ekonomi.
2. Investasi
a. Pengertian Investasi
Menurut Sadono Sukirno (2010:121): “Investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian.”
Menurut Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan
suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek
raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan
datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal,
bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-
lain. Namun baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat yang diperoleh,
semua harus dikonversikan dalam nilai uang.
20
b. Teori Investasi
1) Teori Usaha Perlahan-lahan (Gradualist)
Menurut Drs. M. Suparmoko (2002: 151) Teori ini berpandapat bahwa
negara yang terbelakang sebaiknya jangan mengadakan industrialisasi cepat-
cepat, sebab resiko dan kekeliruan-kekliruan akan terlalu besar untuk dipikul
negara yang miskin tadi. Injeksi kapital yang banyak adalah kurang baik
sampai perekonomian di situ mampu menyerapnya. Pemilihan teknik-teknik
produksi dan investasi didasarkan pada biaya-biaya relatif daripada faktor-
faktor produksi. Harus diusahakan untuk memajukan industri-industri kecil,
pembangunan masyarakat desa dan lain-lain semacam ini yang menggunakan
kelebihan tenaga buruh. Kegiatan yang membutuhkan kapital yang banyak
akan diusahakan bila keuntungan melebihi dari kegiatan yang sifatnya padat
karya (labor intensive).
2) Teori Dorongan Besar (Big Push)
Menurut Drs. M. Suparmoko (2002: 151) Teori ini secara singkat
mengatakan bahwa bila hanya ada sedikit-sedikit usaha untuk menaikkan
pendapatan, hal ini hanya mendorong pertambahan penduduk saja, yang
nantinya akan menghambat kenaikan pendapatan per kapita. Oleh karena itu
usaha harus dilaksanakan secara besar-besaran untuk mengatasi perubahan-
perubahan penduduk. Implikasinya ialah: Harus diadakan investasi besar-
besaran untuk menghilangkan kemiskinan, memaksimumkan output dengan
menggunakan teknik yang paling produktif yang kadang-kadang
membutuhkan kapital yang besar. Konsentrasi pada investasi yang selanjutnya
21
menghasilkan alat-alat kapital untuk mempertahankan pendapatan dan
pertumbuhan output. Konsumsi sebaliknya ditekan, sehingga investasi dapat
terus ada. Titik berat pada “economies of scale” yang berupa produksi massa
(large scale production), dan tentunya juga membutuhkan kapital yang banyak.
3) Teori Lingkaran Setan (Vicious Circle)
Menurut Drs. M. Suparmoko (2002: 287) Di negara sedang berkembang
kapital merupakan faktor produksi yang langka. Kelangkaan kapital ini dapat
berarti mutlak dan dapat pula berarti relatif dalam hubungannya dengan
investasi yang menguntungkan. Karena produktivitas tenaga kerja di negara
sedang berkembang rendah, maka berarti bahwa pendapatan negara tersebut
juga rendah, sehingga tabungan sebagai sumber pembentukan kapital juga
rendah. Keadaan ini sering disebut dengan lingkaran setan (vicious circle) yang
dapat digambarkan dengan lebih jelas sebagai berikut.
Rendahnya produktivitas disebabkan karena rendahnya dana kapital yang
tersedia dan belum diolahnya sumber-sumber alam serta keterbelakangan
penduduknya. Ketiga hal yang terakhir ini disebabkan oleh rendahnya tingkat
investasi baik dalam bidang investasi manusia (human investment) maupun
investasi kapital (capital investment). Kemudian rendahnya tingkat investasi
itu disebabkan oleh lemahnya 2 kekuatan, yaitu rendahnya permintaan akan
barang-barang maupun rendahnya tingkat tabungan. Sedangkan dua faktor
yang terakhir ini lemah disebabkan karena rendahnya tingkat pendapatan dan
rendahnya tingkat pendapatan ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas.
22
Sumber: Drs. M. Suparmoko. (2002)
Gambar 2.3. Teori Lingkaran Setan
3. Tenaga Kerja
a. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
(MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2).
Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987) mengenai
arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja,
termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja
dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.
Investasi Kapital
rendah
Investasi
Kemanusiaan
rendah
Sumber alam belum banyak
diolah: penduduk
teterbelakang kekurangan
kapital
Produktivitas
rendah
Tabungan rendah
Konsumsi rendah
Pendapatan rendah
23
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong
tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja
yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut
pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja.
Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang
menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun,
bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah
termasuk tenaga kerja.
b. Klasifikasi Tenaga Kerja
1) Berdasarkan penduduknya
a) Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga
kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
24
b) Bukan tenaga kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak
mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang
Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia,
yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun.
Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan
anak-anak.
2) Berdasarkan batas kerja
a) Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun
yang sedang aktif mencari pekerjaan.
b) Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Contoh kelompok ini adalah:
anak sekolah dan mahasiswa
para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan
para pengangguran sukarela
25
3) Berdasarkan kualitasnya
a) Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian
atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan
formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
b) Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini
dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
c) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut,
pembantu rumah tangga, dan sebagainya.
4. Pengeluaran Pemerintah
a. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran Pemerintah Secara Makro yaitu suatu tindakan pemerintah
untuk mengatur jalannya seluruh perekonomian dengan cara menentukan
besarnya pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam
26
dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional.
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator
besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah.
Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula
pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.
Pembahasan tentang kegiatan ekonomi secara Makro. Contoh : Pendapatan
Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pengangguran, Investasi, dan
Kebijakan Ekonomi, dll.
Boediono (1999) mengungkapkan bahwa dalam teori ekonomi makro,
pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan
sebagai berikut:
a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai. Perubahan gaji pegawai
mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, di mana
perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara
tidak langsung.
c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment Transfer payment bukan
pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan
mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang
meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada
27
berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga
untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis
transfer payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos
gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda.
(Boediono, 1999)
b. Teori Makro Pengeluaran Pemerintah
1) Teori Rostow dan Musgrave
Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, ini
ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan
perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahapan-tahapan pembangunan
ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal
perkembangan ekonomi, menurut mereka rasio pengeluaran pemerintah
terhadap pendapatan nasional relatif besar. Hal ini dikarenakan pada tahap ini
persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sehingga
pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana seperti
pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya.
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap
diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Namun pada
tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan
pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang
semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar dan juga
menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam
jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap
28
ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor
yang semakin rumit. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh
perkembangan sektor industri, menimbulkan semakin tingginya tingkat
pencemaran udara dan air sehingga pemerintah harus turun tangan untuk
mengatur dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap masyarakat.
Pemerintah juga harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang lemah
agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Pada tahap lanjut, Rostow berpendapat bahwa pembangunan terjadi
peralihan aktivitas pemerintah dari penyediaan prasarana ekonomi ke
pengeluaran untuk layanan sosial seperti program kesejahteraan hari tua,
program pendidikan, program pelayanan kesehatan masyarakat dan
sebagainya. Sementara itu, Dalam satu proses pembangunan menurut
Musgrave, rasio investasi swasta terhadap GNP semakin besar. Tetapi rasio
investasi pemerintah terhadap GNP akan semakin kecil
Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari
pengamatan atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami banyak
negara tetapi tidak disadari oleh suatu teori tertentu. Selain tidak jelas apakah
tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap atau beberapa
tahap dapat terjadi secara simultan.
2) Teori Adolf Wagner ( Hukum Wagner )
Pengamat empiris oleh Adolf Wagner terhadap negara-negara Eropa,
Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke 19 menunjukan bahwa aktivitas
pemerintah dalam perekonomian cenderung semakin meningkat. Wagner
29
mengukur perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap PDB dengan
mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah
yang semakin besar dalam persentase terhadap PDB.
Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan
per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan
meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan
yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan
sebagainya.
Hukum tersebut dapat dirumuskan dengan notasi:
𝐺𝑝𝐶𝑡
𝑌𝑝𝐶𝑡>𝐺𝑝𝐶𝑡 − 1
𝑌𝑝𝐶𝑡 − 1>𝐺𝑝𝐶𝑡 − 2
𝑌𝑝𝐶𝑡 − 2……… >
𝐺𝑝𝐶𝑡 − 𝑛
𝑌𝑝𝐶𝑡 − 𝑛
Ket:
GpC : Pengeluaran pemerintah perkapita
YpC : Produk atau pendapatan nasional per kapita
t : Indeks waktu
Hukum tersebut memberi dasar akan timbulnya kegagalan pasar dan
eksternalitas. Sehingga Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya
perekonomian akan menyebabkan hubungan antara industri dengan industri
dan hubungan industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks.
Sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif semakin besar.
Berkaitan dengan hukum Wagner, dapat dilihat beberapa penyebab semakin
meningkatnya pengeluaran pemerintah ada 5 hal yaitu tuntutan peningkatan
perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan
30
Pengeluaran Pemerintah/
GDP
Kurva 1
Kurva 2
0 Waktu
masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan
ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang
mengiringi perkembangan pemerintahan.
Sumber: Guritno Mangkoesoebroto. (2001)
Gambar 2.4. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner
Kurva diatas menunjukkan secara relatif peranan pemerintah semakin
meningkat.Teori Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang
disebut organic theory of state yaitu teori organis yang menganggap
pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak terlepas dengan masyarakat
lain.
3) Teori Peacock dan Wiseman
Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori
mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Peacock dan
Wiseman mengemukakan pendapat lain dalam menerangkan perilaku
perkembangan pemerintah. Mereka mendasarkannya pada suatu analisis
penerimaan pengeluaran pemerintah. Pemerintah selalu berusaha memperbesar
31
pengeluarannya dengan mengandalkan memperbesar penerimaan dari pajak.
Padahal masyarakat tidak menyukai pembayaran pajak yang besar.
Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa
masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat
dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang
dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi
masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk
membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai tingkat
kesediaan masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi ini merupakan
kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-
mena. Menurut Peacock dan Wiseman adalah pertumbuhan ekonomi
menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak
tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran
pemerintah juga semakin meningkat.
Jadi dalam keadaan normal, kenaikan PDB menyebabkan baik penerimaan
maupun pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal jadi terganggu,
katakanlah karena perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa
harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan tersebut.
Konsekuensinya timbul tuntutan untuk memperoleh penerimaan pajak lebih
besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana swasta untuk
berinvestasi dan modal kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut efek
penggantian (displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan
aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah.
32
Pengentasan gangguan tidak hanya cukup dibiayai semata-mata dengan
pajak sehingga pemerintah harus meminjam dana dari luar negeri. Setelah
gangguan teratasi muncul kewajiban melunasi utang dan membayar bunga.
Pengeluaran pemerintah yang semakin bertambah bukan hanya karena GNP
bertambah tetapi karena adanya kewajiban baru tersebut. Akibat lebih lanjut
adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat semula meskipun gangguan
telah berakhir. Selain itu, masih banyak aktivitas pemerintah yang baru
kelihatan setelah terjadinya perang dan ini disebut efek inspeksi (inspection
effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya
konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah yang sebelumnya dilaksanakan oleh
swasta. Efek inilah disebut sebagai efek konsentrasi (concentration effect).
Dengan adanya ketiga efek tersebut menyebabkan bertambahnya aktivitas
pemerintah sehingga setelah perang selesai tingkat pajak tidak menurun
kembali pada tingkat sebelum terjadi perang. Jadi berbeda dengan pandangan
Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman
tidaklah berbentuk suatu garis,tetapi seperti tangga. Hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
33
Pengeluaran Pemerintah
GDP
b c p Pengeluaran Pemerintah
a d s Pengeluaran Swasta
e h
f g
damai perang pasca perang
0 t t+1 waktu
Sumber: Guritno Mangkoesoebroto. (2001)
Gambar 2.5. Kurva Teori Peacock dan Wiseman
Dalam keadaan normal, t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam persentase
terhadap GNP meningkat sebagaimana yang ditunjukan garis AP. Apabila pada
tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AB dan
kemudian meningkat seperti yang ditunjukan pada segmen BC. Setelah perang
selesai pada tahun t+1, pengeluaran pemerintah tidak menurun ke P. Hal ini
disebabkan setelah perang, pemerintah membutuhkan tambahan dana untuk
mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan
pembangunan.
Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi oleh masyarakat sehingga tingkat
toleransi pajak meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih
34
Pengeluaran Pemerintah/
GDP Wagner, Solow, Magrave
Peacock & Wiseman
0 Waktu
besar tanpa menimbulkan gangguan dalam masyarakat. Secara grafik,
perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman bukanlah
berpola seperti kurva mulus berslope positif sebagaimana tersirat dalam
pendapat Rostow dan Musgrave. Melainkan berslope positif dengan bentuk
patah-patah seperti tangga yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber: Guritno Mangkoesoebroto. (2001)
Gambar 2.6. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Berdasarkan
Pendapat
Rostow Mugrave dan Peacock Wiseman
Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman.
Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi
pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke
pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti
oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Akan
35
Pengeluaran Pemerintah/
GDP
b c p Pengeluaran Pemerintah
a d
s Pengeluaran Swasta
e h
f g
0 t t+1 waktu
tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah
terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan
semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan gejala dalam jangka
pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang.
Sumber: Guritno Mangkoesoebroto. (2001)
Gambar 2.7. Kurva Bird
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antara Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah adalah komponen dari
pengeluaran agregat. Maka kenaikan investasi secara langsung akan
mengakibatkan kenaikan pengeluaran agregat. Maka pada tahap pertama dari
36
proses multiplier, pertambahan investasi akan menaikkan pendapatan nasional
yang sama besarnya.(Sadono Sukirno, 2010).
2. Hubungan antara Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan
Ekonomi
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah untuk
membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Dalam teori Peacock dan Wiseman menyatakan perkembangan ekonomi
menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak
tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran
pemerintah juga semakin meningkat, oleh karena itu dalam keadaan normal
meningkatnya pendapatan nasional menyebabkan penerimaan pemerintah yang
semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin
besar (Guritno Mangkoesoebroto, 2001).
3. Hubungan antara Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono (1992) dalam Wihda, Bambang, (2014 : 3) bentuk umum
fungsi produksi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L) adalah sebagai berikut :
Q = f(K,L) ; dimana : Q = output K = stok kapital L = tenaga kerja. Persamaan
diatas menunjukan bahwa stok kapital dan tenaga kerja dapat meningkatkan
output. Apabila output meningkat pada periode tertentu, maka sebagian
kenaikan output akan diinvestasikan sehingga stok kapital akan bertambah
besar sebesar output yang diinvestasikan. Untuk tenaga kerja menandakan
adanya penciptaan kesempatan tenaga kerja akibat dari peningkatan output
37
tersebut. Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai partisipasi dalam
pembangunan, baik dalam arti memikul beban pembangunan maupun dalam
tanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan ataupun didalam menerima
kembali hasil pembangunan tersebut (Tumangkeng, 2011 dalam Wihda,
Bambang, 2014 : 3).
D. Kerangka Fikir
E. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan Timur.
2. Diduga Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di provinisi Kalimantan Timur.
3. Diduga Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan Timur.
Pengeluaran Pemerintah
(PP)
Tenaga Kerja (TK)
Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN)
Penanaman Modal
Asing (PMA) Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Kalimantan
Timur (Y)
38
4. Diduga Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
di provinsi Kalimantan Timur.
5. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal
Asing (PMA), Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga kerja secara bersama-
sama berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan
Timur.