Referat Koriokarsinoma

23
BAB I PENDAHULUAN Neoplasia trofoblas gestasional (GTN), mencakup spektrum Penyakit dengan berbagai potensi neoplastik dan merupakan salah satu penyakit keganasan padat yang langka pada manusia yang dapat disembuhkan bahkan saat sudah tersebar secara luas. Alasan untuk keberhasilan ini yaitu suatu penanda sensitif, beta-human chorionic gonadotropin (β-hCG), dan kepekaan terhadap berbagai agen dan kemoterapi modalitas lain seperti pembedahan dan radiasi. Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) bisa jinak atau ganas. Secara histologis diklasifikasikan ke dalam mola hidatidosa, mola invasif (chorioadenoma destruens), koriokarsinoma, dan site plasenta trofoblastik tumor (PSTT). Mereka yang menyerang secara lokal atau metastasis secara kolektif dikenal sebagai neoplasia trofoblas gestasional (GTN). Mola hidatidosa adalah bentuk paling umum GTN. Sementara mola invasif dan koriokarsinoma adalah ganas, bentuk Molahidatidosa dapat bersifat ganas atau jinak. Pada tahun 1983, WHO, kelompok ilmiah pada penyakit trofoblas gestasional menerbitkan rekomendasi spesifik mengenai terminologi definisi, klasifikasi, dan stadium dari penyakit trofoblastik. Pada dasarnya, penyakit trofoblas gestasional dapat dibagi ke mola hidatidosa dan tumor trofoblastik gestasional. Istilah neoplasia trofoblas gestasional tidak lagi digunakan karena mola invasif tidak sebetulnya suatu neoplasia. 1

description

referat obsgyn

Transcript of Referat Koriokarsinoma

BAB I

PENDAHULUAN

Neoplasia trofoblas gestasional (GTN), mencakup spektrum Penyakit dengan

berbagai potensi neoplastik dan merupakan salah satu penyakit keganasan padat yang langka

pada manusia yang dapat disembuhkan bahkan saat sudah tersebar secara luas. Alasan untuk

keberhasilan ini yaitu suatu penanda sensitif, beta-human chorionic gonadotropin (β-hCG),

dan kepekaan terhadap berbagai agen dan kemoterapi modalitas lain seperti pembedahan dan

radiasi. Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) bisa jinak atau ganas.

Secara histologis diklasifikasikan ke dalam mola hidatidosa, mola invasif

(chorioadenoma destruens), koriokarsinoma, dan  site plasenta trofoblastik tumor (PSTT).

Mereka yang menyerang secara lokal atau metastasis secara kolektif dikenal sebagai

neoplasia trofoblas gestasional (GTN). Mola hidatidosa adalah bentuk paling umum GTN.

Sementara mola invasif dan koriokarsinoma adalah ganas, bentuk Molahidatidosa dapat

bersifat ganas atau jinak.

Pada tahun 1983, WHO, kelompok ilmiah pada penyakit trofoblas gestasional

menerbitkan rekomendasi spesifik mengenai terminologi definisi, klasifikasi, dan stadium

dari penyakit trofoblastik. Pada dasarnya, penyakit trofoblas gestasional dapat dibagi ke mola

hidatidosa dan tumor trofoblastik gestasional. Istilah neoplasia trofoblas gestasional tidak lagi

digunakan karena mola invasif tidak sebetulnya suatu neoplasia.

Koriokarsinoma adalah suatu bentuk kanker yang tumbuh cepat yang terjadi dalam

rahim wanita (rahim). Merupakan sel yang abnormal dalam jaringan yang biasanya menjadi

plasenta, organ yang berkembang selama kehamilan untuk memberi makan janin.

Angka kejadian tertinggi Koriokarsinoma di dunia ditemukan terbanyak pada daerah

Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Juga disebutkan bahwa angka kejadian rata-rata terendah

secara signifikan terlihat di daerah Amerika Utara, Eropa dan Australia.

Di Amerika angka kejadian Koriokarsinoma berkisar 1 dari 20-40 ribu kehamilan,

dimana diperkirakan angka kejadiannya 1 dari 40 kehamilan mola hidatidosa, 1 dari 5.000

kehamilan ektopik, 1 dari 15.000 kasus abortus, dan 1 dari 150.000 kehamilan normal.

Sedangkan di Indonesia sendiri disebutkan bahwa angka kejadian penyakit trofoblas secara

umum bervariasi, di antara 1/120 hingga 1/200 kehamilan. Oleh karena itu penting untuk

mengetahui kelainan yang terjadi pada koriokarsinoma mengingat cukup tingginya angka

kejadian koriokarsinoma di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya.

1

Koriokarsinoma adalah suatu bentuk dari PTG yang sifatnya ganas. Koriokarsinoma

merupakan kanker pada manusia yang seringkali dapat diatasi dengan pemberian kemoterapi

dan tidak jarang pasiennya dapat sembuh sekalipun penyakitnya sudah menyebar secara

luas.Koriokarsinoma dapat tumbuh dari berbagai bentuk konsepsi baik kehamilan normal

aterm, abortus, KET, kematian intrauterin, dan mola hidatidosa. Peluang terjadinya

koriokarsinoma pascamola sekitar 1000 kali lebih besar dari pada sesudah suatu kehamilan

normal.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Plasenta

Plasenta berbentuk bundar diskoid dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2-3 cm. Berat

plasenta rata-rata 500-1000 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya ditengah

(letak sentral). Keadaan ini disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini terletak agak ke

pinggir, maka disebut insersio lateralis, dan bila tepi plasenta, maka disebut insersio

marginalis. Kadang tali pusat berada diluar plasenta dan hubungan dengan plasenta terjadi

melalui selaput janin. Jika hal demikian terjadi, maka disebut insersio velamentosa.(1,2,3)

Plasenta yang matang terdiri dari dua bagian, yaitu sisi uterin atau maternal, dan sisi

janin. Kedua sisi ini dapat dibedakan dari keadaan fisiknya. Sisi janin lebih lembut dan licin

dengan adanya insersi tali pusat dari permukaannya, sedangkan sisi maternal berwarna lebih

merah dan permukaannya berbenjol-benjol karena adanya massa villi korionik yang terbenam

dalam endometrium (anchoring villi). Anchoring villi ini membagi plasenta kedalam 7-10

massa yang disebut kotiledon. (1,3)

Gambar 1. (A) Sisi Janin; (B) Sisi Maternal

Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu

dengan ruangan amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion

membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion, namun amnion hanya menempel saja,

tidak sampai melekat pada korion.

3

Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke

arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih

luas, sehingga lebih banyak tempat untuk implantasi. Bila diteliti baik-baik, maka plasenta

sebenarnya berasal dari sebagian besar bagian janin, yaitu villi koriales yang berasal dari

korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. (2,4,5)

Darah ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan

korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Disini tidak ada

percampuran antara darah ibu dan darah janin. Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat

dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut

lapisan Nitabuch. Pada proses persalinan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan

Nitabuch ini. Bila oleh sesuatu sebab pada abortus terjadi kuretase yang terlalu dalam, maka

jonjot-jonjot plasenta tumbuh diantara otot-otot miometrium (plasenta akreta) atau dapat pula

dijumpai plasenta perkreta yang dapat menimbulkan ruptura uteri spontan. (2)

Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di

desidua basalis. Pada sistol, darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg ke dalam

ruang interviller sampai mencapai lempeng korion (chorionic plate), yang merupakan

pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah membasahi seluruh villi koriales dan kembali

perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena desidua. (5,6)

2. 2. Fungsi Plasenta

Plasenta sebagai organ yang kompleks, melepaskan berbagai macam hormon dan

enzim ke dalam sirkulasi darah ibu. Selain itu, plasenta juga berfungsi sebagai organ transpor

untuk pertukaran oksigan dan CO2 antara janin dan ibu. Dapat dikemukakan bahwa fungsi

plasenta adalah sebagai berikut:

Fungsi nutritif (transpor zat-zat makanan bagi janin)

Fungsi ekskresi (mengeluarkan sisa metabolisme janin)

Fungsi respirasi (pertukaran oksigen dan karbondioksida)

Pembentukan hormon

Transpor antibodi, obat-obatan, dan berbagai zat. (2,5,6)

2.3 Definisi Koriokarsinoma

Koriokarsinoma adalah salah satu jenis dari Penyakit Trofoblastik Gestasional (PTG)

dimana merupakan suatu tumor ganas yang berasal dari sel-sel sito-trofoblas serta

4

sinsitiotrofloblas ( pembentuk plasenta ) yang menginvasi miometrium, merusak jaringan di

sekitarnya termasuk pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan. (7)

Koriokarsinoma ialah suatu keganasan, berasal dari jaringan trofoblas dan kanker

yang bersifat agresif, biasanya dari plasenta. Hal ini ditandai dengan metastase perdarahan

yang cepat ke paru-paru. (8)

Gambar 2. Koriokarsinoma dalam uterus.

Koriokarsinoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan yang mengandung

trofoblas, seperti: lapisan trofoblas ovum yang sedang tumbuh, vili dari plasenta, gelembung

mola, dan emboli sel-sel trofoblas dimanapun di dalam tubuh. (9)

“Korio” adalah istilah yang diambil dari vili korionik yaitu salah satu jenis selaput

pada rahim manusia. Istilah “Karsinoma” merupakan kanker yang berasal dari sel-sel

epithelial. Karena kanker ini merupakan kanker yang berasal dari salah satu plasenta yaitu

korion maka salah satu ciri khusus dari kanker ini adalah menghasilkan hormon hCG (Human

Chorionic Gonadothropin) yang sangat tinggi bahkan melebihi kadar hCG pada wanita hamil.

Koriokarsinoma bisa menyerang semua wanita yang pernah hamil termasuk wanita yang

pernah mengalami mola hidatidosa. Tidak seperti mola hidatidosa, korikarsinoma bisa

menyerang banyak organ dalam tubuh, seperti hati, limpa, paru-paru, tulang belakang, otak

juga dinding rahim.

2.4 Etiologi Koriokarsinoma

Etiologi terjadinya Koriokarsinoma belum jelas diketahui. Trofoblas normal

cenderung menjadi invasive dan erosi pembuluh darah berlebih-lebihan. Metastase sering

terjadi lebih dini dan biasanya sering melalui pembuluh darah jarang melalui getah bening.

Tempat metastase yang paling sering adalah paru-paru ﴾75%﴿ dan kemudian vagina ﴾50%﴿. Pada beberapa kasus metastase dapat terjadi pada vulva, ovarium, hepar, ginjal, dan otak﴿. (10)

5

Wikipedia, 2009 menyebutkan bahwa Koriokarsinoma selama kehamilan bisa

didahului oleh:

Mola hidatidosa ( 50% kasus )

Aborsi spontan ( 20% kasus )

Kehamilan ektopik ( 2% kasus )

Kehamilan normal ( 20-30% kasus ) (7)

Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain:

1. Faktor ovum

Ovum memang sudah patologik.

2. Immunoselektif dari trofoblast

Yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan

stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast.

3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada

akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada

terbentuknya mola hidatidosa.

4. Paritas tinggi

Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada

kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi

mola hidatidosa dan berikutnya menjadi Koriokarsinoma.

5. Infeksi virus dan faktor kromosom. (12)

2.5 Klasifikasi

Klasifikasi klinik penyakit trofoblas ganas ( PTG )

1. PTG non metastasis

2. PTG bermetastasis

a. Prognosis baik

hCG < 100.000 IU/urin 24 jam atau < 40.000 IU/ml serum

Simptom <4 bulan

Tidak ada metastasis di otak, liver

Belum pernah dapat kemoterapi

Bukan berasal dari kehamilan aterm

b. Prognosis buruk

hCG > 100.000 IU/ urin 24 jam atau > 40.000

6

Simptom > 4 bulan

Metastasis di otak, liver

Gagal dengan khemoterapi sebelumnya

Didahului kehamilan aterm (11)

Koriokarsinoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam bentuk, yaitu:

a. Koriokarsinoma Villosum

Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih rendah. Sifatnya

seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar. Sel-sel trofoblas

dengan villi korialis akan menyusup ke dalam miometrium kemudian tidak jarang

mengadakan perforasi pada dinding uterus dan menyebabkan perdarahan intra

abdominal. Walaupun secara lokal mempunyai daya invasi yang berlebihan, tetapi

penyakit ini jarang disertai metastasis. Invasive mola berasal dari mola hidatidosa.

b. Koriokarsinoma Non Villosum

Penyakit ini merupakan yang terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian besar

didahului oleh mola hidatidosa (83,3%) tetapi dapat pula didahului abortus atau

persalinan biasa masing-masing 7,6%. Tumbuhnya sangat cepat dan sering

menyebabkan metastasis ke organ-organ lain, seperti paru-paru, vulva, vagina,

hepar dan otak. Apabila tidak diobati biasanya pasien meninggal dalam 1 tahun.

Apabila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya,

Koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda, misalnya:

Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu jarak

waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan.

Sering menyerang wanita muda

Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan

pengobatan sitostatika

Dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.

c. Koriokarsinoma Klinis

Apabila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar hCG turun lambat

apalagi menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai penyakit

trofoblas ganas. Artinya ada sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh lagi di uterus atau

di tempat lain (metastasis) dan mengahasilkan hCG. Diagnosis keganasan tidak

ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh tingginya kadar hCG dan

adanya metastasis.

2.6 Stadium Koriokarsinoma

7

Berdasarkan jauhnya penyebaran Koriokarsinoma dibagi menjadi 4, yaitu:

Stadium I yang terbatas pada uterus

Stadium II, sudah mengalami metastasis ke parametrium, serviks dan vagina

Satadium III, mengalami metastasis ke paru-paru

Stadium IV, metastasis ke oragan lain, seperti usus, hepar atau otak.

Ada beberapa sistem yang digunakan untuk mengkategorikan penyakit trofoblas

ganas. Semua sistem mengkorelasikan antar gejala klinik pasien dan risiko

kegagalan pada kemoterapi. Sistem Skoring FIGO tahun 2000 merupakan

modifikasi sistem skoring WHO. (13)

Tabel I : Skoring Faktor Risiko Menurut FIGO (WHO) Dengan Staging FIGO

Skor faktor risiko

menurut FIGO (WHO)

dengan staging FIGO

0 1 2 4

Usia < 40 ≥ 40 - -

Kehamilan sebelumnya mola Abortus Aterm -

Interval dengan

kehamilan tersebut

(bulan)

<4 4-6 7-12 >12

Kadar hCG sebelum

terapi (mIU/mL)

< 10³ 1000-10000 > 10000 –

100000

>

100000

Ukuran tumor terbesar,

termasuk uterus

- 3-4 ≥ 5 cm -

Lokasi metastasis,

termasuk uterus

Paru-paru Limpa, ginjal Traktus

gastrointestin

al

Otak,

hepar

Jumlah metastasis yang

diidentifikasi

- 1-4 5-8 >8

Kegagalan kemoterapi

sebelumnya

- - Agen tunggal Agen

multipe

l

8

Klasifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Risiko rendah, skor total ≤ 4

2. Risiko sedang, skor total 5-7

3. Risiko tinggi, skor total ≥ 8 (13)

2.7 Tanda dan Gejala Koriokarsinoma

Karena Koriokarsinoma merupakan penyakit yang bisa menyerang banyak bagian

tubuh manusia, maka klienpun akan merasakan banyak tanda dan gejala, antara lain:

a. Peningkatan jumlah kadar ß-hCG

Kadar ß-hCG normal pada tiap umur kehamilan berbeda, dari 5-25 IU/ml.

Kadar ß-hCG yang dianggap mola < 100.000 IU/urine 24jam

Kadar ß-hCG yang dianggap kanker adalah > 100.000 IU/urine 24jam

>40.000 u/ml dalam interval lebih dari 4 bulan.

b. Perdarahan per vaginam

c. Batuk berdarah dan sesak nafas

d. X-ray dada menunjukkan adanya perembesan cairan di ujung kedua paru-paru

e. Sakit kepala dan hemiplegi

f. Sakit tulang belakang

g. Perut bengkak dan sklera menjadi kuning

h. Hilang selera makan dan berat badan turun (12)

Gambar 3. X-ray dada menunjukkan adanya perembesan cairan di ujung kedua paru-

paru.

2.8 Manifestasi klinis

Gejala Klinis :

1. Rahim membesar

2. Perdarahan dan syok

3. Ekspulsi gelembung mola

9

4. Anemis dan gejala sekunder.

Anamnesa/ keluhan

1. Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih parah dari

kehamilan biasa, seperti:

2. Kadang ada tanda toksemia gravidarum

3. Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, bewarna tengguli tua

atau kecoklatan

4. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan seharusnya (lebih besar)

5. Keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada)

yang merupakan diagnosa pasti

Pemeriksaan dalam

Terdapat pembesaran rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin,

terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan cavum vagina, serta

evaluasi keadaan serviks (14)

a. Inspeksi

1. Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning-kuningan yang

disebut muka mola (mola face)

2. Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat dengan jelas. (14)

b. Palpasi

1. Uterus lebih besar/membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba

lembek.

2. Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballottement juga gerakan janin.

3. Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus

uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru. (14)

c. Auskultasi

1. Tidak terdengar bunyi DJJ

2. Terdengan bising dan bunyi khas. (14)

Reaksi kehamilan

Karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan uji imunologik ( galli

mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi)

a. Galli mainini 1/3000 (+) maka suspect mola hidatidosa atau Koriokarsinoma

10

b. Galli mainini 1/2000 (+) maka kemungkinan mola atau hamil kembar. (14)

2.9 Patofisiologis

Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat dianggap sebagai suatu karsinoma

dari epitel korion, walaupun perilaku pertumbuhan dan metastasisnya mirip dengan sarkoma.

Faktor-faktor yang berperan dalam transformasi keganasan korion tidak diketahui. Pada

Koriokarsinoma, kecenderungan trofoblas normal untuk tumbuh secara invasif dan

menyebabkan erosi pembuluh darah sangatlah besar. Apabila mengenai endometrium, akan

terjadi perdarahan, kerontokan dan infeksi permukaan. Masa jaringan yang terbenam di

miometrium dapat meluas keluar , muncul di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang

akhirnya menembus peritoneum.

Gambaran diagnostik yang penting pada Koriokarsinoma, berbeda dengan mola

hidatidosa atau mola invasif adalah tidak adanya pola vilus. Baik unsur sitotrofoblas maupun

sinsitium terlibat, walaupun salah satunya mungkin predominan. Dijumpai anplasia sel,

sering mencolok, tetapi kurang bermanfaat sebagai kriteria diagnostik pada keganasan

trofoblas dibandingkan dengan pada tumor lain. Pada pemeriksaan hasil kuretase uterus,

kesulitan evaluasi sitologis adalah salah satu faktor penyebab kesalahan diagnosis

Koriokarsinoma. Sel-sel trofoblas normal di tempat plasenta secara salah di diagnosis sebagai

Koriokarsinoma. Metastasis sering berlangsung dini dan umumnya hematogen karena afinitas

trofoblas terhadap pembuluh darah.

Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik

atau kehamilan normal . tanda tersering, walaupun tidak selalu ada, adalah perdarahan

irreguler setelah masa nifas dini disertai subinvolusi uterus. Perdarahan dapat kontinyu atau

intermitten, dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang masif. Perforasi uterus akibat

pertumbuhan tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium.

Pada banyak kasus, tanda pertama mungkin adalah lesi metatatik. Mungkin ditemukan

tumor vagina atau vulva. Wanita yang bersangkutan mungkin mengeluh batuk dan sputum

berdarah akibat metastasis di paru. Pada beberapa kasus, di uterus atau pelvis tidak mungkin

dijumpai Koriokarsinoma karena lesi aslinya telah lenyap, dan yang tersisa hanya metastasis

jauh yang tumbuh aktif. Apabila tidak di terapi, Koriokarsinoma akan berkembang cepat dan

pada mayoritas kasus pasien biasanya akan meninggal dalam beberapa bulan. Kausa

kematian tersering adalah perdarahan di berbagai lokasi.

11

Pasien di golongkan beresiko tinggi jiika penyakit lebih dari 4 bulan, kadar

gonadotropin serum lebih dari 40.000 mIU/ml, metastasis ke otak atau hati, tumor timbul

setelah kehamilan aterm, atau riwayat kegagalan kemoterapi, namun menghasilkan anagka

kesembuhan tertinggi dengan kemoterapi kombinasi yanitu menggunakan etoposid,

metotreksat, aktinomisin, siklofosfamid, dan vinkristin. (14)

2.10 Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut The International Federation of Gynecology and Oncology (FIGO)

menetapkan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis PTG

termasuk Koriokarsinoma adalah:

1. Menetapnya kadar ß hCG pada empat kali penilaian dalam 3 minggu atau lebih

(misalnya hari 1,7, 14 dan 21)

2. Kadar ß hGC meningkat pada selama tiga minggu berturut-turut atau lebih

(misalnya hari 1,7 dan 14)

3. Tetap terdeteksinya ß hCG sampai 6 bulan pasca evakuasi mola.

4. Gambaran patologi anatomi adalah Koriokarsinoma (15)

b. Pemeriksaan Penunjang

a) Klinis :

– untuk kasus Kr yang berasal dari MHK, diagnosis lebih mudah dibuat karena

sebelumnya mereka pasti sudah diberi informasi tentang adanya kemungkinan

keganasan, dan diharuskan untuk melakukan follow up selama satu tahun. Bila selama

follow up ditemukan distorsi dari kurva regresi B-hCG sebelum minggu ke-12, atau

kenaikan lagi setelah pernah mencapai kadar normal, kemungkinan adanaya

keganasan sudah dapat dipikirkan, hanya saja tidak langsung disebut sebagai Kr,

melainkan Persistent Trophoblastic Disease (PTD), karena tidak dilakukan

pemeriksaan PA.

– untuk kasus yang didahului oleh jenis kehamilan lain seperti abortus, kehamilan

ektopik, atau aterm, diagnosis lebih sulit ditegakkan. Untuk itu, Acosta Sison

mengusulkan kriteria Hbes, yang berarti(1) :

H : having expelled a product of conception

B : Bleeding

es : enlargement and softness of the uterus

12

Jadi, menurut Acosta Sison, pada semua wanita yang pernah mengeluarkan hasil

kehamilan, apapun jenisnya, kemudian mengalami perdarahan pervaginam, yang

disertai adanya subinvolusi uterus, maka wanita tersebut patut dicurigai adanya

keganasan. Apalagi disertai dengan adanya kenaikan kadar B-hCG atau tanda-tanda

metastasis lainnya. (16)

b) Pemeriksaan laboratorium :

o adanya peninggian kadar B-hCG

o sebaiknya setiap kasus Kr, diperiksa juga T3, T4, dan TSH sehunbungan

dengan adanya penyulit tirotoksikosis. (16)

c) USG :

o biasanya akan tampak masa kompleks dengan disertai adanya neovaskularisasi

o kadang dapat juga menunjukkan adanya ancaman perforasi. (16)

d) Diagnosis pasti :

o ditentukan juga dari hasil PA. Pada umumnya gambaran PA nya menunjukkan

adanya sel-sel trofoblas yang atipik, tanpa vili korialis, disertai hemoragi dan

nekrosis. (16)

Gambar 4. Gambaran mikroskopis Koriokarsinoma

13

2.11 Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan terapi korikarsinoma bisa dilakukan dengan:

a. Kemoterapi

Koriokarsinoma merupakan tumor yang sensitif terhadap obat-obatan kemoterapi,

dari hasil survey menunjukkan bahwa dengan kemoterapi pasien dengan Koriokarsinoma

mengalami kesembuhan 90-95%.

Terapi dengan agen single methotrexate or actinomycin D

Terapi ini digunakan untuk Koriokarsinoma yang belum bermetastase meluas ke seluruh

tubuh atau dengan skala ringan.

Terapi kombinasi EMACO (etoposide, methotrexate, actinomycin D,

cyclosphosphamide and oncovin)

Terapi komplek ini digunakan untuk Koriokarsinoma dengan skala sedang atau berat.

b. Operasi

Tujuan operasi adalah :

1. mengontrol perdarahan

2. mengurangi atau menghilangkan masa tumor

3. mengurangi kompresi terhadap organ.

Operasi hanya merupakan tindakan tambahan saja, karena pada prinsipnya kita ingin

mempertahankan fungsi reproduksi. Indikasi dilakukannya tindakan operasi adalah :

a) indikasi absolut :

perdarahan pervaginam yang tidak terkontrol secara medikamentosa

perforasi uterus, terutama bila disertai akut abdomen

b) indikasi relatif

uterus lebih besar dari 14 minggu

ancaman perforasi uterus, berdasarkan hasil USG

kemoterapi gagal

jumlah anak cukup

Histerektomi bukanlah satu-satunya jenis operasi pada Kr. Pada keadaan dimana masa

tumor tidak terlalu besar, soliter, dan berkapsul yang jelas, dapat dipikirkan untuk melakukan

reseksi parsial uterus, terutama yang masih menginginkan fungsi repoduksi.

14

Jenis operasi lain yang bisa dilakukan adalah ekstirpasi metastasis di vulva/vagina,

lobektomi, atau kraniotomi untuk metastasis di paru-paru dan otak yang resisten terhadap

kemoterapi. Apapun jenis operasinya, selalu harus diikuti dengan pemberian kemoterapi.

Soper membagi tindakan histerektomi menjadi dua bagian, yaitu histerektomi primer,

bila dilakukan sebelum pemberian kemoterapi, dan histerektomi sekunder dilakukan bila

kemoterapi pertama dianggap gagal. Histerektomi primer akan lebih berhasil jika dilakukan

pada golongan resiko rendah yang sudah tidak memerlukan lagi fungsi reproduksinya.

Untuk tindakan ekstirpasi, yang umum dilakukan adalah dengan membuat pullstring

ligation pada dasar tangkai, baru kemudian memotong tangkai tersebut diatas ikatan tadi.

Cara ini banyak dilakukan pada kasus dengan tangkai yang tidak terlalu besar, dan

hubungannya dengan dinding vagina tidak terlalu erat. Teknik ini akan sukar jika metastasis

pada vaginanya berdasar lebar. Untuk itu, sebaiknya mukosa vagina diatas tumor dibuka, lalu

masa tersebut dikeluarkan secara digital. Setelah perdarahan dirawat, mukosa vagina ditutup

kembali. Hati-hati dengan perdarahan, karena banyak metastasis berdasar lebar yang disertai

vaskularisasi yang berlebihan. Karena itu, setelah tindalan ekstirpasi selalu harus dipasang

tampon vagina selama 24 jam. (16)

c. Radiasi

Radioterapi banyak digunakan pada stadium IV dengan metastasis di otak. Begitu

diagnosis ditegakkan, langsung dilakukan ”whole brain irradiation”, dengan dosis 3000 cGy.

Dosis tersebut diberikan dalam 10 kali fraksi.

Radiasi ini sebaiknya diberikan bersamaan dengan kemoterapi, karena radiasi

berfungsi sebagai hemostatika dan tumorisidal untuk mengurangi resiko terjadinya

perdarahan spontan.

2.12 Prognosis

Koriokarsinoma merupakan varian TTG yang paling ganas. Dahulu, wanita yang

menderita penyakit ini hampir selalu diikuti dengan kematian. Namun,sekarang di negara

maju, 90% dari kasus Kr dapat diobati secara tuntas.

15