REFERAT FORENSIK 2.docx

31
BAB I PENDAHULUAN Cannabis, yang lazim disebut ganja, mengacu pada varietas Cannabissativa, atau tanaman rami India, yang berisi obat psikoaktif Δ-9-tetrahydrocannabinol (THC). Cannabis dalam bentuk ganja (bahan resin kering dari daun ganja) atau cannabinoids lainnya dianggap sebagai zat ilegal yang paling umum digunakan di dunia. Efeknya telah dikenal selama ribuan tahun, dan digambarkan pada awal abad ke-5 SM, ketika sejarahwan Yunani Herodotus menceritakan tentang sebuah suku nomaden yang setelah menghirup asap dari biji rami, muncul dari tenda mereka dengan senang dan berteriak gembira. Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif, yang hanya larut dalam lemak. Karena tidak dapat larut dalam air, THC tinggal lama di dalam lemak jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga menyebabkan brain damage). Gambarannya yaitu kombinasi antara CNS-depresant, stimulansia dan halusinogenik. Survei terbaru dari National Institute of Drug Abuse (NIDA) 40% dari populasi yang melaporkan telah menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan mereka, 15% telah menggunakan zat terlarang pada tahun sebelumnya. Prevalensi seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%. 1

Transcript of REFERAT FORENSIK 2.docx

Page 1: REFERAT FORENSIK 2.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Cannabis, yang lazim disebut ganja, mengacu pada varietas Cannabissativa, atau

tanaman rami India, yang berisi obat psikoaktif Δ-9-tetrahydrocannabinol (THC).

Cannabis dalam bentuk ganja (bahan resin kering dari daun ganja) atau cannabinoids

lainnya dianggap sebagai zat ilegal yang paling umum digunakan di dunia. Efeknya telah

dikenal selama ribuan tahun, dan digambarkan pada awal abad ke-5 SM, ketika

sejarahwan Yunani Herodotus menceritakan tentang sebuah suku nomaden yang setelah

menghirup asap dari biji rami, muncul dari tenda mereka dengan senang dan berteriak

gembira.

Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif, yang hanya larut

dalam lemak. Karena tidak dapat larut dalam air, THC tinggal lama di dalam lemak

jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga menyebabkan brain damage).

Gambarannya yaitu kombinasi antara CNS-depresant, stimulansia dan halusinogenik.

Survei terbaru dari National Institute of Drug Abuse (NIDA) 40% dari populasi

yang melaporkan telah menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan

mereka, 15% telah menggunakan zat terlarang pada tahun sebelumnya. Prevalensi

seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%.

Disamping presentasi populasi yang melaporkan menggunakan satu atau lebih zat

terlarang dalam kehidupan mereka (hampir 40%) dan biaya yang mengejutkan pada

masyarakat (lebih 200 juta dolar pertahun). Fenomena penyalahgunaan zat memiliki

banyak implikasi pada penelitian otak dan psikiatri klinis. Beberapa zat dapat

mempengaruhi keadaan mental yang dirasakan dari dalam; seperti mood dan aktifitas

yang dapat diamati dari luar; yaitu perilaku. Zat dapat menyebabkan gangguan

neuropsikiatri yang tidak dapat dibedakan dengan gangguan psikiatri dengan penyebab

tidak diketahui (contohnya skizofrenia dan gangguan mood) dan sehingga gangguan

psikiatrik primer dan gangguan yang melibatkan panggunaan zat mungkin berhubungan.

Pada tahun 1999 penelitian kanabis di komisi White House of National Drug

Control Policy, peneliti-peneliti pada National Academy of Science menyimpulkan

diantaranya termasuk bahwa kanabionid memiliki peran alami dalam pengaturan sakit :

1

Page 2: REFERAT FORENSIK 2.docx

mengatur pergerakan dan ingatan; otak menjadi toleransi terhadap kanabis, memiliki

kemampuan untuk ketergantungan dan gejala putus obat ringan; memiliki nilai terapetik

ringan untuk menghilangkan nyeri, mual dan meningkatkan nafsu makan tapi penelitian

lebih lanjut diperlukan dan sebagai pengobatan yang efektif namun efek psikologis

seperti menurunkan cemas, sedasi dan euphoria mempengaruhi nilai terapeutik.

Hubungan antara kanabis dan manusia telah ada sedikitnya 10.000 tahun. Dari

asalnya di Cina atau Asia Tengah, di zanman neolitik, penamaan kanabis telah menyebar

hampir di selutuh dunia. Penggunaan pertama dari tanaman ini kemungkinan sebagai

bahan nutrisi sejak zaman neolitik (setelah 6500 sebelum masehi). Galen, Bapak

pengobatan menulis pada tahun 200 sebelum Masehi bahwa biasanya sekali-kali

memberikan kenikmatan dan kegembiraan.

Di Indonesia, terdapat antara 2-3 juta orang yang pernah mengisap ganja.

Pengguna pemula ganja, terutama dikalangan anak usia muda, meningkat tajam selama

4-5 tahun terakhir, karena ganja mudah diperoleh dimana – mana.

2

Page 3: REFERAT FORENSIK 2.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya

penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya,

tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya

mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Tanaman ganja

biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana.

. Semua bagian dari tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, dimana (-)-Δ9-

tetrahydrocannabinol (Δ9-THC) adalah yang paling banyak. Tanaman kanabis biasanya

dipotong, dikeringkan, dipotong kecil-kecil, selanjutnya digulung menjadi rokok

(biasanya disebut “joints”), yang selanjutnya dihisap seperti rokok. Nama yang umum

untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot, weed, tea, dan Mary Jane. Nama lain untuk

kanabis yang menggambarkan tipe kanabis dalam berbagai kekuatan, adalah hemp,

chasra, bhang, ganja, dagga, dan sinsemilla. Bentuk kanabis yang paling poten berasal

dari ujung tanaman yang berbunga atau dari eksudat resin yang dikeringkan dan berwarna

cokelat-hitam yang berasal dari daun, yang disebut sebagai hashish atau hash.

Efek euforia dari kanabis telah dikenali selama beribu-ribu tahun. Efek medis

yang potensial dari kanabis sebagai analgesik, antikonvulsan, dan hipnotis telah lama

dikenali pada abad ke-19 dan ke-20. belakangan ini kanabis dan komponen aktifnya yang

utama, Δ9-THC, telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder karena obat

terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan sindrom

imunodefisiensi (AIDS). Beberapa laporan yang kurang meyakinkan adalah tentang

penggunaan Δ9-THC dalam pengobatan glaukoma.

EPIDEMIOLOGI

Kanabis adalah zat gelap yang paling sering digunakan di Amerika Serikat. Di

tahun 1991 kira-kira sepertiga keseluruhan populasi telah menggunakan kanabis

sekurangnya satu kali, dan kira-kira 5 persen sekarang merupakan pemakai. Di dalam

kelompok usia 18 sampai 25 tahun, kira-kira 50 persen pernah menggunakan kanabis

3

Page 4: REFERAT FORENSIK 2.docx

sekurangnya satu kali, dan 13 persen sekarang merupakan pemakai. Di dalam kelompok

usia 12 sampai 17 tahun, kira-kira 13 persen pernah menggunakan kanabis sekurangnya

satu kali, dan 4 persen sekarang merupakan pemakai. Tetapi, pada umumnya,

penggunaan kanabis telah menurun dari tingkatnya yang tinggi di akhir tahun 1970-an.

Data epidemiologis tahun 1991 berikut ini berasal dari National Institute on Drug

Abuse (NIDA):

Prevalensi

Kira-kira sepertiga (32,2 persen) dari populasi yang dilaporkan pernah

menggunakan mariyuana satu kali atau lebih selama hidupnya, 9,5 persen pernah

menggunakannya di tahun terakhir, dan 4,8 persen pernah menggunakannya di bulan

terakhir.

Persentasi tersebut ditranslasikan menjadi 67,4 juta anggota populasi yang pernah

menggunakan mariyuana di dalam hidupnya, 19,2 juta dalam tahun terakhir, dan 9,7 juta

dalam bulan terakhir.

Orang dewasa yang berusia 26 sampai 34 tahun merupakan kelompok usia yang

paling mungkin pernah menggunakan mariyuana, tetapi mereka yang berusia 18 sampai

25 tahun merupakan yang paling mungkin menggunakan mariyuana dalam tahun terakhir

atau bulan terakhir. Kira-kira 60 persen orang dewasa yang berusia 26 sampai 34 tahun

pernah menggunakan mariyuana, dibandingkan dengan 51 persen orang dewasa yang

berusia 18 sampai 25 tahun, 24 persen orang dewasa yang berusia lebih dari 34 tahun,

dan 13 persen pemuda. Diperkirakan 13 persen dari orang dewasa yang berusia 18

sampai 25 tahun pernah menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir, dibandingkan

dengan 7 persen dari mereka yang berusia 26 sampai 34 tahun dan persentasi yang lebih

kecil pada kelompok usia lainnya.

Pemuda yang berusia 12 sampai 17 tahun merupakan kelompok usia yang paling

kecil kemungkinannya pernah menggunakan mariyuana selama hidupnya, dan orang

dewasa yang berusia 35 tahun dan lebih merupakan kelompok usia yang paling kecil

kemungkinannya pernah menggunakan mariyuana dalam tahun terakhir dan bulan

terakhir.

4

Page 5: REFERAT FORENSIK 2.docx

Hubungan Demografik

Jenis kelamin. Angka penggunaan mariyuana dalam bulan terakhir oleh laki-laki

adalah hampir dua kali dari angka pada wanita. Keseluruhan 6,1 juta laki-laki di dalam

populasi pernah menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir, dan demikian juga 3,6

juta wanita.

Ras dan etnisitas. Kulit hitam kira-kira 1,6 kali lebih mungkin menggunakan

mariyuana dalam bulan terakhir dibandingkan kulit putih atau Hispanik. Walaupun

golongan kulit putih secara proporsional lebih mungkin menggunakan mariyuana dalam

blan terakhir, hampir tiga perempat (73,4 persen) dari penggunaan saat ini (current user)

adalah kulit putih. Keseluruhan 7,1 juta kulit putih telah menggunakan mariyuana dalam

bulan terakhir, dibandingkan dengan 1,7 juta kulit hitam, 0,7 juta Hispanik, dan 0,2 juta

lainnya.

Kepadatan populasi. Penghuni daerah metropolitan besar dan kecil secara

bermakna lebih mungkin dibandingkan penduduk daerah Selatan atau Utara Tengah

untuk menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir. Lebih dari 2 juta penduduk masing-

masing daerah tersebut menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir.

Gambar 1. Kanabis ( ganja)

NEUROFARMAKOLOGI

Seperti yang disebutkan sebelumnya, komponen utama dari kanabis adalah Δ9-

THC; tetapi, tanaman kanabis mengandung lebih dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60

buah diantaranya secara kimiawi berhubungan dengan Δ9-THC. Pada manusia Δ9-THC

5

Page 6: REFERAT FORENSIK 2.docx

secara cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi-Δ9-THC, suatu metabolit yang aktif di

dalam sistem saraf pusat.

Suatu reseptor spesifik untuk kanabiol telah diidentifikasi, diklon (clonned), dan

dikarakterisasi. Reseptor adalah anggota dari keluarga reseptor yang berkaitan dengan

protein G. Reseptor kanabinoid diikat dengan protein G inhibitor (Gi), yang berikatan

dengan adenilil siklase di dalam pola menginhibisi. Reseptor kanabinoid ditemukan

dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalais, hipokampus, dan serebelum, dengan

konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral. Reseptor tidak ditemukan di batang

otak, suatu kenyataan yang konsisten dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi

pernafasan dan jantung. Penelitian pada binatang telah menemukan bahwa kanabinoid

mempengaruhi neuron monoamin dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

Sebagian besar penelitian telah menunjukkan bahwa binatang tidak menggunakan

kanabinoid dengan sendirinya, seperti yang mereka lakukan dengan zat yang

disalahgunakan lainnya. Selain itu, suatu perdebatan tentang apakah kanabinoid

menstimulasi yang disebut pusat kesenangan (reward centers) di otak, seperti neuron

dopaminergik dari area tegmental ventralis. Tetapi, toleransi terhadap kanabis memang

terjadi, dan ketergantungan fisikologi adalah tidak kuat. Gejala putus kanabis pada

manusia adalah terbatas samapi peningkatan ringan dalam iritabilitas, kegelisahan,

insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala tersebut ditemukan hanya jika

seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara mendadak.

Jika kanabis digunakan seperti rokok (smoked), efek euforia tampak dalam

beberapa menit, mencapai puncak dalam kira-kira 30 menit, dan berlangsung 2 sampai 4

jam. Beberapa efek motorik dan kognitif berlangsung selama 5 sampai 12 jam. Kanabis

juga dapat digunak peroral jika disiapkan dalam makanan, seperti brownies dan cakes.

Kira-kira harus digunakan dua sampai tiga kali lebih banyak kanabis yang digunakan

peroral untuk sama kuatnya dengan kanabis yang digunakan melalui inhalasi asapnya.

Banyak variabel yang mempengaruhi sifat psikoakttif dari kanabis, termasuk potensi

penggunaan kanabis, jalur pemberian, teknik mengisap, efek pirolisis dari kandungan

kanabinoid, dosis, lingkungan, pengalaman masa lalu pemakai, harapan pemakai, dan

kerentanan biologis unik dari pemakai terhadap efek kanabinoid.

6

Page 7: REFERAT FORENSIK 2.docx

CARA KERJA

THC terutama berpengaruh pada jaringan otak, system kardiovaskular, dan paru,

sifatnya akut dan reversible. THC bekerja pada reseptor Beta 1 dan Beta 2 yang terdapat

di seluruh otak, terutama korteks serebri , hipokampus, serebelum, dan striatum. Tubuh

menghasilkan agonis THC endogen, yaitu anandamida (suatu derivate asam arakhidonat)

dan N- palmito-etanolamida. Bila reseptor Beta 1 dan 2 distimulasi oleh THC atau agonis

endogen, hal ini akan menimbulkan perubahan pada second messenger dan terjadi

perubahan norepinefrin (NE) dan dopamine (DA) pada korteks prefrontal dan

mesolimbic, termasuk pada system opioida dan mengubah GABA reseptor sehingga

pengguna ganja memiliki potensi untuk menggunakan zat psikoaktif lain. Dapat terjadi

toleransi silang ringan dengan alkohol.

THC dapat dideteksi dalam air seni samapai seminggu setelah penggunaan

berakhir. Penelitian pada hewan dengan menggunakan THC yang bermuatan radioaktif,

menunjukan bahwa THC masih ditemukan dalam tubuh samoai satu bulan setelah

penggunaan terakhir.

DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS

Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat

ditegakkan berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia, Edisi III) dan DSM-IV (diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, Fourth Edition).

Efek fisik yang paling sering dari kanabis adalah dilatasi pembuluh darah

konjungtiva (yaitu, mata merah) dan takikardi ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi

ortostatik dapat terjadi.peningkatan nafsu makan-sering kali disebut sebagai pengunyah-

dan mulut kering adalah efek intoksikasi kanabis yang sering lainnya. Belum pernah

dicatat secara jelas kasus kematian yang disebabkan oleh intoksikasi kanabis saja, yang

mencerminkan tidak adanya efek dari zat pada kecepatan pernafasan. Efek merugikan

potensial yang paling serius dari dari penggunaan kanabis berasal dari inhalasi

hidrokarbon karsinogenik yang sama-sama ditemukan dalam tembakau konvensional,

dan beberapa data menyatakan bahwa penggunaan kanabis yang berat berada dalam

risiko mengalami penyakit pernafasan kronis dan kanker paru-paru. Praktik mengisap

7

Page 8: REFERAT FORENSIK 2.docx

rokok yang yang mengandung kanabis sampai sangat habis, yang disebut lipas (roach),

meningkatkan lebih lanjut asupan tar (yaitu, materi partikel). Banyak laporan menyatakan

bahwa penggunaan kanabis jangka panjang berhubungan dengan atrofi serebral,

kerentanan kejang, kerusakan kromosom, defek kelahiran, gangguan reaktivitas

kekebalan, perubahan konsentrasi testosteron, dan disregulasi siklus menstruasi; tetapi,

laporan tersebut belum secara pasti ditegakkan, dan hubungan antara efek tersebut

dengan penggunaan kanabis tidak pasti.

Diagnostic and Statistical Manual of MentalDisorders edisi keempat (DSM-IV)

menuliskan gangguan berhubungan dengan kanabis tetapi mempunyai kriteria spesifik

dalam bagian gangguan berhubungan dengan kanabis hanya untuk intoksikasi kanabis.

Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya ditemukan di

dalam bagian DSM IV yang memusatkan pada gejala fenomenologi utama- sebagai

contoh, gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSM- IV

tentang gangguan psikotik akibat zat.

Ketergantungan Kanabis dan Penyalahgunaan Kanabis

DSM-IV memasukkan diagnosis ketergantungan kanabis dan penyalahgunaan

kanabis. Data eksperimental dengan jelas menunjukkan toleransi terhadap banyak efek

kanabis; tetapi, data kurang mendukung adanya ketergantungan fisik. Ketergantungan

psikologis pada pemakaian kanabis terjadi pada pemakai jangka panjang.

Intoksikasi Kanabis

DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Kriteria

diagnostik menyebutkan bahwa diagnosis dapat diperkuat dengan kalimat ”dengan

gangguan persepsi”. Jika tes realitas yang intak tidak terdapat, diagnosis adalah gangguan

psikotik akibat kanabis.

Intoksikasi kanabis sering kali meninggikan kepekaan pemakai terhadap stimuli

eksternal, mengungkapkan perincian yang baru, membuat warna-warna tampak lebih

terang dari pada sebelumnya dan perlambatan waktu secara subjektif. Pada dosis tinggi,

pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi.

8

Page 9: REFERAT FORENSIK 2.docx

Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan pada

keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang.

Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu

gangguan keterampilan motorik yang mengganggu operasi kendaraan bermotor dan

mesin mesin berat lainnya. Selain itu, efek tersebut adalah aditif dengan efek alkohol,

yang sering kali digunakan dalam kombinasi dengan kanabis.

Delirium Intoksikasi Kanabis

Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-IV. Delirium yang

berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas

kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu

reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Dosis tinggi yang juga

menggangu tingkat kesadaran pemakai mempunyai efek nyata pada pengukuran kognitif

tersebut.

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis adalah didiagnosis dengan adanya psikosis

akibat kanabis. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid

sementara adalah lebih sering. Psikosis yang jelas agak sering di negara-negara di mana

orang-orangnya mempunyai jalur untuk mendapatkan kanabis dengan potensi yang

tinggi. Episode psikotik sering kali disebut sebagai kegilaan rami (hemp insenity).

Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk (bad-trip), yang

sering kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis

memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang

telah ada sebelumnya pada orang yang terkena.

Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis

Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis (cannabis-induced anxiety disorder)

adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang

mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran paranoid.

9

Page 10: REFERAT FORENSIK 2.docx

Dalam keadaan tersebut, serangan panik dapat diinduksi, didasarkan pada rasa takut yang

tidak jelas dan tidak terorganisir. Tampaknya gejala kecemasan berhubungan dengan

dosis dan merupakan efek merugikan yang paling sering terhadap pemakaian sedang

kanabis yang diisap seperti rokok (smoked). Pemakai yang tidak berpengalaman lebih

mungkin mengalami gejala kecemasan dibandingkan pemakai yang berpengalaman.

Gangguan Berhubungan Kanabis yang Tidak Ditentukan

DSM-IV tidak secara resmi mengenali gangguan mood akibat kanabis (cannabis-

induced mood isorder); dengan demikian, gangguan tersebut diklasifikasikan sebagai

gangguan akibat berhubungan yang tidak ditentukan (NOS; not other-wise specified).

Intoksikasi kanabis dapat disertai dengan gejala depresif, walaupun gejala tersebut dapat

mengarahkan pemakaian kanabis jangka panjang. Tetapi, hipomania, adlah gejala yang

sering pada intoksikasi kanabis.

DSM-IV juga tidak secara resmi mengenali gangguan tidur akibat kanabis atau

disfungsi seksual akibat kanabis; dengan demikian, keduanya diklasifikasikan sebagai

gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan (NOS). Jika ditemukan gejala

gangguan tidur maupun gejala disfungsi seksual dan berhubungan dengan penggunaan

kanabis, gejala tersebut hampir selalu menghilang dalam beberapa hari atau satu minggu

setelah menghentikan pemakaian kanabis.

Kilas balik (flash back). Kelainan persepsi yang menetap setelah penggunaan

kanabis tidak secara resmi diklasifikasikan di dalam DSM-IV, walaupun terdapat laporan

kasus orang yang mengalami sensasi berhubungan dengan intoksikasi kanabis-setelah

efek jangka pendek dari substansi telah menghilang. Perdebatan tentang apakah flash-

back berhubungan dengan penggunaan kanabis saja atau apakah berhubungan dengan

penggunaan bersama dengan halusinogen atau kanabis dicampur dengan phencyclidine

(PCP).

Sindrom Amotivasional. Sindrom berhubungan kanabis lain yang kontroversial

adalah sindrom amotivasional. Perdebatan adalah tentang apakah sindrom ini

berhubungan dengan penggunaan kanabis atau apakah mencerminkan sifat karakterologis

10

Page 11: REFERAT FORENSIK 2.docx

pada sekelompok orang, tidak tergantung pada penggunaan kanabis. Biasanya, sindrom

amotivasional telah dihubungkan dengan pemakaian kanabis jangka panjang dan berat

dan ditandai oleh ketidakmauan seseorang melakukan suatu tugas-mungkin di sekolah,

pada pekerjaan, atau tiap situasi yang memerlukan pemusatan perhatian atau keuletan

yang lama. Orang digambarkan sebagai menjadi apatik dan anerik, biasanya mengalami

peningkatan berat badan, dan tampak malas.

DAMPAK PEMAKAIAN GANJA

Sebenarnya pemakaian ganja mulai dari biji sampai daunnya memiliki dampak

negatif dan positif, berikut penjelasanya:

Dampak Positif

Pada biji ganja terdapat sumber makanan bergizi dengan protein kualitas tinggi,

bahkan lebih tinggi dari kacang kedelai.

Buah ganja dapat digunakan sebagai bahan bakar, biasa secara langsung atau bisa

juga diolah melalui proses pirolisis menjadi batu bara, metana, metanol, dan

bensin. Minyak ganja lebih baik daripada minyak bumi karena bersih dari unsur

logam dan belerang, sangat aman dan ramah lingkungan.

Bagian seratnya merupakan bahan istimewa untuk pembuatan kertas dan kain.

Karena tanaman ganja tidak rumit, pada jenis tanaman ganja membutuhkan sangat

sedikit pestisida dari bahan kapas, itulah istimewanya dan ini juga ramah

lingkungan.

Senyawa Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) yang terdapat pada tanaman ganja

dapat mencegah penyakit pembuluh darah atherosclerosis - misalnya akibat

nikotin pada rokok - menyebabkan munculnya reaksi kekebalan dari tubuh yang

memicu penimbunan lemak di pembuluh arteri.

Ganja memiliki potensi medis dalam pengobatan (meringankan rasa sakit, obat-

obatan dari ganja juga digunakan untuk menambah nafsu makan bagi penderita

anorexia, dan untuk melawan efek samping kemoterapi pada penderita kanker).

Di masyarakat Aceh, ganja digunakan sebagai penyedap masakan.

Secara umum ganja tidak menimbulkan ketagihan (withdrawal), tidak pernah

menimbulkan overdosis dan tidak menimbulkan sifat agresif.

11

Page 12: REFERAT FORENSIK 2.docx

Dampak Negatif

Pada kasus-kasus keracunan (pemakaian dalam jumlah sangat banyak) dapat

meningkatkan risiko terkena schizophrenia bagi para pecandunya, yakni adanya

peningkatan gejala seperti paranoid, depresi, dan halusinasi visual (mendengar

suara-suara dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada).

Senyawa THC diduga memiliki sifat menurunkan reaksi kekebalan. Dikatakan

oleh para peneliti, keuntungan penggunaan THC bagi penderita atherosclerosis

hanya didapatkan dalam dosis tertentu saja. Pada dosis yang terlalu tinggi atau

terlalu rendah, THC tidak memiliki efek pengobatan bagi penyumbatan pembuluh

darah.

Dapat terjadi kerusakan pada otak yang bersifat irreversible atau tak dapat diubah.

Pengkonsumsian ganja jangka panjang dapat menyababkan efek euforia, rasa

santai, mengantuk, ketakutan, mudah panik, depresi, kebingungan, membuat

orang menjadi malas, kurang waspada, menghilangkan daya konsentrasi, dan

berkurangnya interaksi sosial.

Dampak fisik: denyut nadi dan tekanan darah cenderung meningkat,

keseimbangan dan koordinasi tubuh menjadi buruk, batuk harian, dahak, bronkitis

dan kerentanan yang lebih tinggi terhadap selesma dahak.

Pemakaian ganja jangka panjang dapat merusak paru-paru karena tingkat karbon

monoksida pada ganja tiga sampai lima kali lebih tinggi daripada tembakau.

Penggunaan ganja oleh wanita hamil meningkatkan risiko melahirkan bayi

dengan berat badan rendah dan lebih rentan terhadap beberapa masalah kesehatan.

Ibu menyusui yang menghisap ganja menyebarkan THC pada bayinya melalui

ASI, dengan risiko pada pengembangan gerak si bayi.

Anak-anak yang menghisap ganja secara pasif menunjukkan lebih banyak tabiat

yang buruk, pengisapan ibu jari, dan kemarahan dibanding anak yang tidak

terpajan.

Sebab kematian : suicide, infeksi berat, dan tindak kekerasan (termasuk

kecelakaan lalu lintas).

12

Page 13: REFERAT FORENSIK 2.docx

Gambar 2. Penyalahgunaan ganja

Kriteria Diagnostik Intoksikasi Kanabis menurut PPDGJ III

A. Baru menggunakan kanabis

B. Takikardia

C. Paling sedikit terdapat satu dari gejala psikologik di bawah ini yang timbul dalam

waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu :

1. Euforia

2. Perasaan intensifikasi persepsi secara subjektif

3. Perasaan waktu berlalu dengan lambat

4. Apatis

D. Paling sedikit terdapat satu dari gejala fisik di bawah ini yang timbul dalam waktu

2 jam sesudah penggunaan zat itu :

1. Kemerahan konjungtiva

13

Page 14: REFERAT FORENSIK 2.docx

2. Nafsu makan bertambah

3. Mulut kering

E. Efek tingkah laku maladaptif, misalnya kecemasan berlebihan, kecurigaan atau

ide – ide paranoid, hendaya daya nilai, halangan dalam fungsi sosial atau

pekerjaan.

F. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya.

Gangguan Waham Kanabis

Kriteria Diagnostik menurut PPDGJ III

A. Baru menggunakan kanabis

B. Timbul Sindrom Waham Organik di dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat

itu

C. Gangguan itu tidak menetap sesudah lebih dari 6 jam penghentian zat itu

D. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENYALAHGUNAAN GANJA

Sesuai Undang-Undang No. 22 Tahun 1997, ganja di Indonesia termasuk ke

dalam jenis narkotika yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

(baik sintetis maupun semi sintetis) yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Menurut pakar

kesehatan narkoba, singkatan dari kata narkotika, psikotropika, dan zat adiktif berbahaya,

sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak

dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu

disalahgunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis. Maka dari itu

kepemilikan, penggunaan, dan pengedaran narkoba dilarang oleh negara. Hal itu diatur

lebih lanjut kedalam Undang-Undang tentang narkotika terbaru yaitu Undang-Undang

No. 35 Tahun 2009.

14

Page 15: REFERAT FORENSIK 2.docx

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan rutin untuk kanabis dan zat lainnya telah umum pada beberapa

keadaan seperti program pengobatan dan tempat penempatan tenaga kerja. Kebanyakan

laboratorium menggunakan Enzym-Multiplied Immunoassay Technique (EMIT),

meskipun Radi Immunoassay (RIA) adalah yang paling sering digunakan. Kedua tes di

atas relatif sensitif dan tidak mahal. Membantu sebagai penyaringan (screening) awal

karena jauh dari sempurna. Perbandingan terbaru menunjukkan ketidaksesuaian pada

positif palsu dan negatif palsu meskipun penyaringan dan kondisi laboratorium dalam

penerapan yang terbaik. Untuk mengkonfirmasi tes, digunakan Chromatography-Mas

Spectroscopy (GC-MS).

Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml

pada 42-72 jam setelah efek psikologis menurun. Karena metabolit kanabinoid adalah

larut lemak, menetap di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan

secara perlahan. Uji saring untuk kanabinoid pada individu yang menggunakan secara

iseng dapat memberikan hasil positif untuk 7-10hari dan pada pengguna kanabis berat

dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.

PENGOBATAN

Pengobatan pemakaian kanabis terletak pada prinsip yang sama dengan

pengobatan penyalah-gunaan substansi lain-abstinensia dan dukungan. Abstinensia dapat

dicapai melalui intervensi langsung, seperti perawatan di rumah sakit, atau melalui

monitoring ketat atas dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urine,

yang dapat mendeteksi kanabis selama tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian.

Dukungan dapat dicapai dengan menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan

kelompok. Pendidikan harus merupakan inti untuk program abstinensia dan dukungan,

karena pasien yang tidak mengerti alasan intelektual untuk mengatasi masalah

penyalahgunaan substansi menunjukkan sedikit motivasi untuk berhenti. Untuk beberapa

pasien suatu obat antiansietas mungkin berguna untuk menghilangkan gejala putus zat

jangka pendek. Untuk pasien lain penggunaan kanabis mungkin berhubungan dengan

gangguan depresi dasar yang mungkin berespons dengan terapi antidepresan spesifik.

15

Page 16: REFERAT FORENSIK 2.docx

PROGNOSIS

Ketergantungan kanabis terjadi perlahan, yang mana mereka akan

mengembangkan pola peningkatan dosis dan frekuensi penggunaan. Efek yang

menyenangkan dari kanabis sering berkurang pada penggunaan berat secara teratur.

Sejarah gangguan tingkah laku pada masa anak, remaja, dan gangguan

kepribadian antisosial adalah faktor resiko untuk berkembangnya gangguan terkait zat,

termasuk gangguan terkait kanabis. Sedikit data yang tersedia pada perjalanan efek

jangka panjang dari ketergantungan dan penyalahgunaan kanabis.

BAB III

KESIMPULAN

16

Page 17: REFERAT FORENSIK 2.docx

Ada tiga alasan yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat: Pertama, pertumbuhan dari periode kesehatan akut (the growth of acute health episodes). Kandungan THC yang tinggi tentunya membawa konsekuensi yang berbeda dengan pengguna ganja dengan THC yang rendah. Meskipun secara teoritis konsumsi bisa saja dikurangi untuk mendapatkan efek yang sama, namun dalam kenyataannya sangat sulit untuk dilakukan.

Alasan kedua, pertumbuhan kebutuhan tempat rehabilitasi. Peningkatan kadar THC akan berakibat semakin banyaknya pengguna ganja yang kemungkinan menjadi adiksi dan ketergantungan yang pada akhirnya memerlukan tempat untuk rehabilitasi. Sedangkan alasan ketiga adalah terjadinya perubahan pemahaman tentang dampak kesehatan dari konsumsi ganja. Beberapa opini masyarakat saat ini telah mengalami perubahan dimana mengkonsumsi ganja hanya sedikit bahayanya. Opini ini sesungguhnya cukup beralasan karena banyak ilmuwan menemukan kenyataan bahwa bahaya tembakau dan alkohol jauh lebih besar dari bahaya ganja.

Pandangan di atas tentu saja tidak sepenuhnya benar karena posisi ganja dengan tembakau dan alkohol adalah berbeda, sehingga kita belum bisa memprediksi jika kemudahan mendapatkan ganja ini menjadi semudah mendapatkan tembakau maka bagaimana dampaknya terhadap kesehatan masyarakat .Walaupun ada pandangan yang baru, namun World Drug Report (2006) masih tetap dengan keyakinan bahwa ganja adalah tidak baik untuk kesehatan.

Survei terbaru dari National Institute of Drug Abuse (NIDA) 40% dari populasi

yang melaporkan telah menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan

mereka, 15% telah menggunakan zat terlarang pada tahun sebelumnya. Prevalensi

seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%.

17

Page 18: REFERAT FORENSIK 2.docx

Angka penggunaan mariyuana dalam bulan terakhir oleh laki-laki adalah hampir

dua kali dari angka pada wanita. Kulit hitam kira-kira 1,6 kali lebih mungkin

menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir dibandingkan kulit putih atau Hispanik.

Penghuni daerah metropolitan besar dan kecil secara bermakna lebih mungkin

dibandingkan penduduk daerah Selatan atau Utara Tengah untuk menggunakan

mariyuana dalam bulan terakhir.

Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia

basalis, hipokampus, dan serebelum, dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks

serebral. Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu kenyataan yang konsisten

dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan jantung. Penelitian pada

binatang telah menemukan bahwa kanabinoid mempengaruhi neuron monoamin dan

gamma-aminobutyric acid (GABA).

Efek fisik yang paling sering dari kanabis adalah dilatasi pembuluh darah

konjungtiva (yaitu, mata merah) dan takikardi ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi

ortostatik dapat terjadi.peningkatan nafsu makan-sering kali disebut sebagai pengunyah-

dan mulut kering.

Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya

ditemukan di dalam bagian DSM IV yang memusatkan pada gejala fenomenologi utama-

sebagai contoh, gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSM-

IV tentang gangguan psikotik akibat zat. DSM-IV memasukkan diagnosis ketergantungan

kanabis dan penyalahgunaan kanabis. DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk

intoksikasi kanabis. Intoksikasi kanabis dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan

depersonalisasi dan derealisasi. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis,

dan gangguan pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif

telah menghilang. Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-IV.

Delirium yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif

dan tugas kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya

ingat, waktu reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Gangguan

psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah lebih sering.

Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk (bad-trip), yang

sering kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis

18

Page 19: REFERAT FORENSIK 2.docx

memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang

telah ada sebelumnya pada orang yang terkena. Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis

(cannabis-induced anxiety disorder) adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi

kanabis akut, dimana banyak orang mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering

kali dicetuskan oleh pikiran paranoid.

Kategori gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan ini adalah untuk

gangguan yang berhubungan dengan pemakaian kanabis yang tidak dapat

diklasifikasikan sebagai ketergantungan Kanabis, penyalahgunaan kanabis, intoksikasi

kanabis, delirium intoksikasi kanabis, gangguan psikotik akibat kanabis, atau gangguan

kecemasan akibat kanabis.

Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml

pada 42-72 jam. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap di cairan

tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring untuk

kanabinoid pada individu dapat memberikan hasil positif untuk 7-10 hari dan pada

pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.

Perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas dasar rawat jalan

dengan menggunakan skrining obat dalam urine, yang dapat mendeteksi kanabis selama

tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai dengan

menggunakan psikoterapi individual, keluarga dan kelompok.

19

Page 20: REFERAT FORENSIK 2.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H I and Saddock BJ, Sinopsis Psikiatri: ed saddock BJ. Vol. 1. 6 th

Edition. USA. William and Wilkins, 2010: 640-646

2. Kaplan H I and Saddock BJ, Comprehensive Textbook of Psychiatry: ed

saddock BJ. Vol. 1. 6th Edition. USA. William and Wilkins, 1995: 810-816.

3. Kusumawardani, dkk. Buku Ajar Psikiatri : ed Elvira, Hadisukanto. FKUI,

2010. 142-143.

4. Diagnostic and Statistics Manual of Mental Disorder edisi keempat.

5. Direktorat Kesehatan Jiwa, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia. Edisi III.. DepKes RI. 1993

6. Camellia V, Gangguan Sehubungan Kanabis. Tersedia di http://

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3396/1/10E00568.pdf.

diunduh pada 27 Desember 2012.

7. Cannabis Related Disorder. Tersedia di http://www.minddisorders.com/Br-

Del/Cannabis-and-related-disorders.html. diunduh pada 27 Desember 2012.

20