laporan iut PERBAIKAN 90%.docx

82
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo (γη) = bumi dan daisia / daiein (δαιω) = membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Sebenarnya istilah “Geometri” sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi, dimana geometri berasal dari bahasa Yunani, γεωμετρία = geo = bumi dan metria = pengukuran. Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri (lebih tepatnya ilmu spasial atau keruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi telah lazim disebutkan sebagai cabang ilmu matematika. Ilmu Geodesi dibagi dua bagian ditinjau dari tujuannya, yaitu Geodesi tinggi yang bertujuan ilmiah dimana mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi namun meliputi penentuan bentuk dan dimensi bumi baik dengan pengukuran di bumi maupun dengan bantuan satelit, sehingga objek dari Geodesi adalah masalah- masalah yang berkaitan dengan pengukuran atau “surveying” yang bertujuan untuk menentukan dan menggambarkan permukaan bumi baik yang bersifat alamiah maupun hasil budaya manusia dalam bentuk grafis maupun numeris. Geodesi rendah atau Ilmu Ukur Tanah yang mempunyai tujuan praktis yang mempelajari cara-cara pengukuran di bumi untuk berbagai keperluan Kelompok 1 Teknik Perancangan Jalan dan jembatan Page 1

description

pelajaran ilmu ukur tanah

Transcript of laporan iut PERBAIKAN 90%.docx

BAB IPENDAHULUAN

Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo () = bumi dan daisia / daiein () = membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Sebenarnya istilah Geometri sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi, dimana geometri berasal dari bahasa Yunani, = geo = bumi dan metria = pengukuran. Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri (lebih tepatnya ilmuspasialataukeruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi telah lazim disebutkan sebagai cabang ilmumatematika.Ilmu Geodesi dibagi dua bagian ditinjau dari tujuannya, yaitu Geodesi tinggi yang bertujuan ilmiah dimana mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi namun meliputi penentuan bentuk dan dimensi bumi baik dengan pengukuran di bumi maupun dengan bantuan satelit, sehingga objek dari Geodesi adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pengukuran atau surveying yang bertujuan untuk menentukan dan menggambarkan permukaan bumi baik yang bersifat alamiah maupun hasil budaya manusia dalam bentuk grafis maupun numeris. Geodesi rendah atau Ilmu Ukur Tanah yang mempunyai tujuan praktis yang mempelajari cara-cara pengukuran di bumi untuk berbagai keperluan seperti halnya pemetaan, penentuan posisi relatif dan sebagainya yang dilakukan pada daerah yang relatif sempit sehingga untuk kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan. Bagian penting pada pengukuran suatu bidang tanah adalah membuat garis lurus, garis lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus seperti di atas kertas. Garis lurus yang dibuat harus diketahui kedua titik ujungnya, oleh karena itu dalam menentukan garis lurus, harus ditentukan titik titik di lapangan yang letak di garis lurus, yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis lurus itu terlihat dengan jelas. Titik titik ini dapat dinyatakan dengan jalon. Syarat utama untuk mencapai ketelitian yang cukup besar, jalon harus diletakkan tegak lurusPengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur unsur (jarak dan sudut) titik atau bangunan yang ada diderah itu. Pengukuran ini dapat dialukan dengan cara pengukuran situasi dengan koordinat siku-siku.Pada penggunaan alat sipat datar yang baik, apabila gelembung nivo tabung berada tepat ditengah garis bidik, maka bidikan betul-betul mendatar. Jika keadaan tersebut tidak dapat dipenuhi sebelumnya, maka akan menimbulkan kesalahan dalam pembacaan rambu ukur. Namun kesalahan kolimasi dapat dikatakan biasa dalam penetapan bangunan. Kesalahan pada hasil pengukuran dapat sepenuhnya dihilangkan dengan pengambilan jarak muka sama dengan jarak belakang.

BAB II

MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN

2.1 Membuat Garis Lurus Dan Mengukur Jarak Di Lapangan

I. TUJUAN UMUM1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud suatu garis lapangan.2. Untuk mengenal dan dapat menggunakan alat-alat untuk membuat garis di lapangan.3. Untuk terampil membidik (mengincar) lurus dalam menancapkan jalon-jalon atau patok-patok di lapangan.4. Untuk mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesukaran-kesukaran dalam pembuatan garis di lapangan.5. Untuk menjadikan diri kreatif dan teliti dalam bekerja

II. TUJUAN KHUSUS1. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus antara dua titik di lapangan.2. Agar mahasiswa dapat memperpanjang garis lurus di lapangan.3. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak langsung.4. Agar mahasiswa dapat menentukan titik potong antara dua garis lurus di lapangan.

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPANNOALATJUMLAHGAMBARKETERANGAN DAN SPESIFIKASI

1Jalon10

Sebagai tanda suatu titik di lapangan.

2Pen ukur10

Sebagai tanda suatu titik di lapangan.

3Pita ukur1

Untuk mengukur suatu jarak.

4Unting-unting1Alat yang digunakan untuk menentukan suatu titik yang sejajar dengan titik lainnya

5Penta prisma1

Alat yang digunakan untuk melihat kesejajaran jalon.

IV. PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik1. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang.2. Tancapkan jalon di titik P dan Q pada titik yang telah ditentukan (lihat gambar 1,2,dan 3)3. Orang pertamaberdiri dibelakang salah satu jalon,misal P, 30 cm dan memandang ke arah titik Q, sambil memberi aba-aba kepada orang kedua.4. Orang kedua memegang jalon A dan mendirikannya diantara titik P dan Q sambil mengikuti aba-aba dari orang pertama, sehingga jalonnya berada segaris dengan jalon PQ, kemudian menancapkan jalon tersebut pada titik yang telah didaat.5. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon, apakah jalon PAQ benar-benar telah berimpit.6. Demikian untuk jalon-jalon B dan C.7. Apabila jalon-jalon telah berimpit, ukur jarak titik P dan Q pergi dan pulang.8. Ukur pula jarak antar titik P dan A, A dan B, B dan C, C dan Q pergi dan pulang.

Perhitungan Jarak PQ

1.

2.

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

HASIL PENGUKURAN

1. Apabila dilakukan pengukuran langsung jarak jalon PQ pergi dan pulang adalah sebesar 17,50 m2. Apabila dilakukan pengukuran jarak tiap jalon (P-A, A-B, B-C, dan C-Q )pergi dan pulang, maka jarak PQ:

NOJALONJARAK (m)PERGIJALONJARAK (m)PULANG

1P-A4,314C-Q4,21

2A-B5,5B-C3,225

3B-C3,91A-B5,5

4C-Q4,191P-A4,32

TOTAL17,915TOTAL17,255

KESIMPULAN

Jarak PQ adalah 17,542 m dan berdasarkan tabel di atas, jarak pengukuran pergi dan jarak pengukuran pulang adalah berbeda, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan.

B. Menentukan Titik Potong Antara Dua Garis Lurus Di Lapangan1. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh tiga orang.2. Tancapkan jalon di titik-titik A,B,P dan Q pada titik yang telah ditentukan. (lihat gambar 4)3. Orang pertama membidik jalon A ke B dan orang kedua membidik jalon P ke Q.4. Orang ketiga menempatkan jalon R segaris dengan AB (mengikuti aba-aba orang pertama)5. Orang ketiga memperpanjang garis AR kea rah B dan berhenti di titik S atas aba-aba orang kedua sedemikian rupa, sehingga titik S segaris dengan PQ.6. Titik S adalah titik potong garis AB dan PQ.

Gambar 4HASIL PENGUKURAN

NOJALONHASIL PENGUKURAN (m)

PERGIPULANG

1A-S5,965,93

2B-S7,327,3

3P-S6,66,6

4Q-S7,847,86

2.2 Membuat Garis Lurus Di Lapangan dengan Rintangan

I. TUJUAN UMUM1. Untuk dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus di lapangan.2. Untuk dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesukaran-kesukaran dalam melaksanakan pembuatan garis di lapangan.3. Agar menjadikan diri kita teliti, hati-hati kepada alat-alat maupun pekerjaannya.

II. TUJUAN KHUSUS1. Agar dapat membuat garis sejajar di lapangan.2. Agar dapat membuat garis tegak lurus di lapangan3. Agar dapat membuat garis lurus yang terhalang oleh bangunan/rintangan

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPANNOALATJUMLAHGAMBARKETERANGAN DAN SPESIFIKASI

1Jalon10

Sebagai tanda suatu titik di lapangan.

2Pen ukur10

Sebagai tanda suatu titik di lapangan.

3Pita ukur1

Untuk mengukur suatu jarak.

4Unting-unting1Alat yang digunakan untuk menentukan suatu titik yang sejajar dengan titik lainnya

5Penta prisma1

Alat yang digunakan untuk melihat kesejajaran jalon.

IV. PROSEDUR PELAKSANAANA. Membuat Garis Lurus di Lapangan dengan Rintangan Gedung1. Misal titik yang kita ukur itu titik P dan Q.2. Tancapkan jalon di titik P dan di titik Q tersebut.3. Buatlah garis sejajar dengan PQ.Cara Membuat Garis Sejajar:a. Tancapkan jalon sembarang di R, sehingga dapat melihat ke P dan Q.b. Bagi PR menjadi bagian-bagian yang sama, misal: 2 bagian, jadi RS=1/2 PR. Kemudian bagi QR juga menjadi 2 bagian yang sama, sehingga RT=1/2 QR.c. Hubungkan dan perpanjang ST, sekarang ST//PQ.4. Buatlah garis tegak lurus pada perpanjangan garis ST.Cara Membuat Garis Tegak Lurus:A. Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan segitiga siku-siku yang perbandingan sisinya 3:4:5a. Tancapkan jalon di titik A yang terletak pada perpanjangan garis TS.b. Buatlah garis AD=3 m, jalon D terletak pada garis lurus TS.c. Sisi A menghimpitkan nol ujung pita ukur atau rantai ukur pada titik S. Si E memegang rantai ukur atau pita ukur pada angka 4 meter, dan si D memegang rantai ukur/pita ukur pada angka 9 dan diimpitkan pada titik D.d. Bila satuan meter dari rantai ukur atau pita ukur tadi cukup tegang ke A=0, dan 12m. D=9m maka tancapkan jalon ke E=4 m.e. Sehingga segitiga AED merupakan segitiga siku-siku dimana AD:AE:DE=3:4:5. Sehingga garis AEtegak lurus pada perpanjangan garis TS.B. Membuat Garis Lurus dengan Menggunakan Segitiga sama kaki.a. Tancapkan jalon F di luar garis perpanjan ST.b. Melalui F kita buat segitiga sama kaki dengan F sebagai puncaknya.c. Buatlah FG=FHsedemikian rupa sehingga jalon G dan H terletak pada garis lurus perpanjangan garis ST.d. Bagi dua jarak GH sama panjang, maka terdapatlah titik B.e. Sehingga FB merupakan garis tegak lurus pada perpanjangan ST.C. Membuat Garis Tegak Lurus dengan Menggunakan Penta Prisma.a. Prisma dipegang diantara titik A dan S sedemikian rupa sehingga berda segaris lurus dengan AS dan kita kirakirakan tegak lurus ke arah P.b. Melalui lubang pembidik prisma, cari bayangan jalon A dan S, kemudian dihimpitkan.c. Dengan menggeser prisma sepanjang AS, dibidik jalon P dan dihimpitkan dengan bayangan jalon A dan S.d. Titik C ditentukan oleh unting-unting prisma (tongkat prisma) dan tandai dengan patok, maka PC tegak lurus AS.5. Perpanjang garis AE sehingga kita ukurkan AE sama panjangnya dengan PC. Perpanjang garis BF sehingga kita ukurkan B=PC.6. Pada titik S dan T dibuat garis tegak lurus seprti cara segitiga siku-siku dengan perbandingan 3:4:5, cara segitiga sama kaki atau dengan prisma, maka akan didapat SS dan ST sama dengan PC.7. Sehingga E, S, T, F segaris dengan titik P dan Q.

Gambar 5

HASIL PENGUKURANJarak antar patok(m)Hasil pengukuran(m)

P R = 7,8P S3,9

S R3,9

R Q = 9,26R T4,63

T Q4,63

P Q13,31

P - Q'13,31

KESIMPULAN

Dari kegiatan yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa, untuk membuat garis lurus di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :1. Menarik garis antara dua titik dengan cara menyisipkan beberapa jalon sebagai titik titik diantara kedua titik tersebut dengan jarak yang sembarang.2. Memperpanjang garis dengan cara menambahkan beberapa jalon pada ujung garis yang telah dibuat dengan jarak yang sembarang.3. Menggiring garis yang dibuat dengan beberapa jalon hingga benar benar dapat ditarik garis lurus dari kedua titik yang akan diukur.Dapat disimpulkan pula bahwa, untuk membuat suatu perpotongan garis dapat dilakukan dengan cara menempatkan jalon jalon pada titik yang apabila ditarik garis dari dua titik yang melewati jalon tersebut adalah sejajar. Dan dari dua titik yang lainnya apabila melewati jalon tersebut sejajar pula.Adapun yang menyukarkan dalam pembuatan garis lurus di lapangan adalah antara ujung dua titik didapat suatu bangunan seperti gedung, rumah rumah, atau taman taman, sehingga suatu titik ujung tidak terlihat dari titik ujung yang lainnya.Pembuatan garis lurus tersebut dapat dilakukan dengan dua cara :1. Dibuat suatu garis lurus lainnya yang sejajar dengan garis lurus yang pertama, sehingga jarak dari garis lurus pertama ke garis lurus yang kedua =P. Dengan demikian harus dibuat sudut antara kedua ujung garis pertama dan kedua sebesar 90 sehingga jarak kedua ujung titik tersebut dapat diukur. 2. Membuat suatu titik yang apabila ditarik garis dari kedua ujung titik akan membentuk bangun segitiga siku siku.Untuk menentukan jarak antara dua titik dapat dihitung dengan cara : jarak percobaan 1 + jarak percobaan 2 : 2.

2.3 Membuat Garis Lurus dengan Rintangan BukitI. TUJUAN UMUM1. Agar mahasiswa mengetahui suatu garis di lapangan .2. Mahasiswa dapat mengenal dan dapat menggunakan alat-alat untuk membuat garis di lapangan.3. Mahasiswa dapat membidik lurus dalam menancapkan jalon-jalon atau patok-patok dilapangan.4. Mahasiswa dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus dilapangan.5. Mahasiswa dapat mengetahui dan dapat mengatasai adanya kesukaran-kesukaran dalam melaksanakan pembuatan garis dilapangan.6. Mahasiswa menjadi teliti dan kreatif dalam bekerja serta hati-hati terhadap peralatan maupun pekerjaannya.

II. TUJUAN KHUSUS1. Mahasiswa dapat membuat garis lurus antara 2 titik dilapangan.2. Mahasiwa dapat membuat dan menentukan garis yang terhalang bukit.3. Mahasiswa mengetahui bagaimana caranya pengukuran praktek di lapangan

III. PERALATAN DAN PERLENGKAPANNOALATJUMLAHGAMBARKETERANGAN DAN SPESIFIKASI

1Jalon10

Sebagai tanda suatu titik di lapangan.

2Pen ukur10

Sebagai tanda suatu titik di lapangan.

3Pita ukur1

Untuk mengukur suatu jarak.

4Unting-unting1Alat yang digunakan untuk menentukan suatu titik yang sejajar dengan titik lainnya

5Penta prisma1

Alat yang digunakan untuk melihat kesejajaran jalon.

IV. PROSEDUR PELAKSANAAN1. Siapkan jalon, pasang di antara bukit yang dilakukan oleh 2 orang.2. Tentukan titik sembarang yang bisa terlihat kedua arah tinjauan.3. Lakukan hal yang sama pada titik tinjauan B.4. Tentukan secara teratur hal yang sama seperti diatas sampai menemukan jarak terdekat bukit yang tidak bisa melihat jalon

Gambar 6

HASIL PENGUKURAN

NOJALONJARAK (m)PERGIJARAK (m)PULANG

1P-B2,872,87

2B-A2,482,49

3A-C2,852,87

4C-D1,931,96

5D-Q2,032,01

TOTAL12,1612,16

JARAK PQ RATA-RATA

KESIMPULANDari data yang kami peroleh jarak PQ adalah = 12,16 meter.

BAB IIIALAT-ALAT WATERPAS

I. Dasar TeoriUntuk menentukan beda tinggi suatu permukaan tanah,digunakan alat yang bernama waterpass.pada praktikum ini, kita dituntut untuk mengenal dan mahir dalam menggunakan alat sipat datar ini.

II. Tujuan Umum1. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.2. Mahasiswa dapat membaca rambu ukur dengat tepat.

III. Tujuan Khusus1. Mahasiswa dapat menentukan koreksi garis bidik (salah kolimasi) dari alat ukur sipat datar.2. Mahasiswa dapat menentukan bacaan sebenarnya dari hasil koreksi garis bidik.

IV. Peralatan/Perlengkapan1. Alat ukur sipat datar (waterpass)1 buah2. Statip1 buah3. Meteran (ukuran 30 meter)1 buah4. Penjepit2 buah5. Rambu ukur2 buah6. Alat tulis dan formulir pengisian data

V. Petunjuk Umum1. Sebelum memulai pengukuran, tinjau terlebih dahulu keadaan dan situasi di lapangan.2. Selama pengukuran, alat sifat datar harus tetap di satu titik. Tidak diperkenankan mengubah letaknya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam pengukuran.3. Alat sifat datar harus terlindung dari panas maupun hujan karena akan mengakibatkan kerusakan dan proses pengukuran terganggu.4. Para Mahasiswa dianjurkan memakai pakaian praktek, sepatu dan topi/helm guna keselamatan kerja.

VI. Langkah Kerja1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 2 titik (P1, P2).2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu muka (P2).a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.b. Mengatur kaki statip agar seimbang.3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat.4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P1), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.6. Mengecek bacaan dengan rumus:

7. Mengarahkan teropong ke rambu muka (P2), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian. 8. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P1 dan P2 dinamakan slag 1, dimana pada setiap slag dilakukan dua kali pengukuran (posisi 1, posisi 2).9. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan benang 10. tengah, benang atas dan benang bawah baik untuk P1 maupun P2 pada formulir pengisian.11. Untuk pengukuran lebih dari satu slag, lakukan seperti langkah di atas juga. 12. Menghitung jarak P1, P2 baik untuk posisi 1 maupun posisi 2 dengan menggunakan rumus :

13. Menghitung salah kolimasi dari alat tersebut ().14. Menghitung bacaan sebenarnya.

Keterangan :BT= Benang TengahBB= Benang BawahBA = Benang Atasdb1 = Benang Tengah belakang pada posisi 1dm1 = Benang Tengah muka pada posisi 1db2 = Benang Tengah belakang pada posisi 2dm2 = Benang Tengah muka pada posisi 2db1 = jarak belakang pada posisi 1dm1 = jarak muka pada posisi 1db2 = jarak belakang pada posisi 2dm2=jarak muka pada posisi 2

1. Data Lapangan Hasil Pembacaan Muhammad Hadian Shidiq

Bacaan BenangPOSISI IPOSISI II

A (belakang)mB (muka)mA (belakang)MB (muka)m

BA1.6301.5951.6321.680

BT1.5951.5701.6141.640

BB1.5601.5451.5961.600

a Pengukuran Jarak

db1= (1.630-1.560) 100= 7.000 mdm1= (1.595-1.545) 100= 5.000 mdb2= (1.632-1.614) 100 = 1.800 mdm2= (1.680-1.600) 100= 8.000 m

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kelompok 1Teknik Perancangan Jalan dan jembatanPage 26

b Koreksi Garis Bidik

c Kemiringan Garis Bidik

d H Tiap Titik

m

2. Data Lapangan Hasil Pembacaan Dery Nurfian Permana

Bacaan BenangPOSISI IPOSISI II

A (belakang)mB (muka)mA (belakang)mB (muka)m

BA1.6051.6151.6251.610

BT1.5651.5901.5701.590

BB1.5251.5651.5151.570

a Pengukuran Jarak

db1= (1.605-1.525) 100= 8.000 mdm1= (1.615-1.565) 100= 5.000 mdb2= (1.625-1.515) 100 = 11.000 mdm2= (1.610-1.570) 100= 4.000 m

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

b Kelompok 1Teknik Perancangan Jalan dan jembatanPage 29

c Koreksi Garis Bidik

d Kemiringan Garis Bidik

e H Tiap Titik

m

3. Data Lapangan Hasil Pembacaan Dede Agung Ginanjar

Bacaan BenangPOSISI IPOSISI II

A (belakang)MB (muka)mA (belakang)mB (muka)m

BA2.4802.3002.4782.310

BT2.4402.2682.4402.270

BB2.4002.2362.4022.230

a Pengukuran Jarak

db1= (2.480-2.400) 100= 8.000 mdm1= (2.300-2.236) 100= 6.400 mdb2= (2.478-2.402) 100 = 7.600 mdm2= (2.310-2.230) 100= 8.000 m

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kelompok 1Teknik Perancangan Jalan dan jembatanPage 31

b Koreksi Garis Bidik

c Kemiringan Garis Bidik

d H Tiap Titik

m

4. Data Lapangan Hasil Pembacaan Berto Nozif

Bacaan BenangPOSISI IPOSISI II

A (belakang)MB (muka)mA (belakang)mB (muka)m

BA2.3301.9121.9082.315

BT2.3011.8651.8632.270

BB2.2721.8181.8182.230

a Pengukuran Jarak

db1= (2.330-2.272) 100= 5.800 mdm1= (1.912-1.818) 100= 9.400 mdb2= (1.908-1.818) 100 = 9.000 mdm2= (2.315-2.230) 100= 8.500 m

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

b Kelompok 1Teknik Perancangan Jalan dan jembatanPage 33

c Koreksi Garis Bidik

d Kemiringan Garis Bidik

e H Tiap Titik

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kelompok 1Teknik Perancangan Jalan dan jembatanPage 35

5. Data Lapangan Hasil Pembacaan Muhammad Hadian Shidiq

Bacaan BenangPOSISI IPOSISI II

A (belakang)MB (muka)mA (belakang)mB (muka)m

BA1.7050.9401.8051.015

BT1.6800.9001.7700.990

BB1.6550.8601.7350.965

a Pengukuran Jarak

db1= (1.705-1.655) 100= 5.000 mdm1= (0.940-0.860) 100= 8.000 mdb2= (1.805-1.735) 100 = 7.000 mdm2= (1.015-0.965) 100= 5.000 m

b c Koreksi Garis Bidik

d Kemiringan Garis Bidik

e H Tiap Titik

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kelompok 1Teknik Perancangan Jalan dan jembatanPage 37

6. Data Lapangan Hasil Pembacaan Kristina Murdiana Astri

Bacaan BenangPOSISI IPOSISI II

A (belakang)MB (muka)mA (belakang)mB (muka)m

BA1.7021.3191.5601.195

BT1.6601.2961.5241.158

BB1.6181.2731.4881.121

a Pengukuran Jarak

db1= (1.702-1.618) 100= 8.400 mdm1= (1.319-1.273) 100= 4.600 mdb2= (1.560-1.488) 100 = 7.200 mdm2= (1.195-1.121) 100= 7.400 m

b Koreksi Garis Bidik

c Kemiringan Garis Bidik

d H Tiap Titik

137 m

7. Data Lapangan Hasil Pembacaan Arif Ilham Rakhmat

Bacaan BenangPOSISI IPOSISI II

A (belakang)MB (muka)mA (belakang)mB (muka)m

BA1.7001.3171.5581.193

BT1.6581.2941.5221.156

BB1.6161.2711.4861.119

a Pengukuran Jarak

db1= (1.700-1.616) 100= 8.400 mdm1= (1.317-1.271) 100= 4.600 mdb2= (1.558-1.486) 100 = 7.200 mdm2= (1.193-1.119) 100= 7.400 m

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

b Kelompok 1Teknik Perancangan Jalan dan jembatanPage 60

c Koreksi Garis Bidik

d Kemiringan Garis Bidik

e H Tiap Titik

KESIMPULANDalam pengukuran koreksi garis bidik banyak bacaan bacaan benang yang kurang tepat, ini disebabkan garis nivo yang tidak sejajar dengan garis bidik, pengguanan waterpass yang kurang tepat, benang silang mendatar diafragma yang seharusnya tegak lurus dengan sumbu tegak teropong, dll.

BAB IVMEMBUAT LENGKUNG SEDERHANA DI LAPANGAN (KURVA)

I. Dasar TeoriPekerjaan di jalan raya banyak dijumpai tikungan atau belokan, untuk pekerjaan semacam ini perlu dilakukan pembuatan lengkungan di lapangan untuk menentukan alinyemen horizontal dari jalan tersebut. Pekerjaan semacam ini biasa dinamakan dengan pekerjaan untuk menentukan Geometrik jalan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan menggunakan alat alat ukur yang paling sederhana sampai yang paling mutakhir sekalipun. Dalam rangka pelatihan pekerjaan dilakukan dengan alat yang sederhana. Untuk pekerjaan Geometrik jalan, terutama pada daerah yang banyak memiliki tikungan jalan, maka perlu dilakukan pengukuran alinyemen horizontal dengan maksud agar kita dapat menentukan lengkungan atau kurvanya.Pekerjaan membuat lengkungan, dapat dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana dan tidak perlu menggunakan alat alat ukur sudut seperti teodolit apabila keadaan peralatan tersebut tidak ada.Pada pekerjaan membuat lengkungan sederhana dapat dilakukan dengan beberapa cara anatara lain : 1. Cara setengah, sperempat, sperdelapan bagian2. Cara koordinatNamun kali ini kita hanya menggunakan cara koordinat untuk membuat lengkungan sederhana di lapangan.

II. TUJUAN UMUM

1. Mahasiswa mengerti dan dapat membuat lengkungan sederhana di lapangan 2. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat untuk membuat lengkungan di lapangan 3. Mahasiswa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan mengenai pembuatan lengkungan di lapangan

III. TUJUAN KHUSUS

1. Mahasiswa dapat membuat lengkungan di lapangan2. Mahasiswa dapat menerapkan lengkungan sesuai dengan keperluannya

IV. PERALATAN

1. Pita ukur / rol meter2. Yalon dan petak3. Waterpass4. Unting unting5. Penta Prisma6. Alat Tulis

V. LANGKAH KERJA

4.1 Membuat Lengkung Sederhana di Lapangan

1. Arah satu tangen ditentukan diwakili oleh dua buah patok di lapangan R = 11 meter dan = 60o2. Dengan besaran yang diketahui. Tentukan arah tangen lainnya3. Ukur panjang tangen S-T1 dan S-T2 dari hasil perhitungan dengan rumus 4. a. Tentukan titk pusat lingkaran dengan jalan melingkarkan dari kedua titik T1 dan T2 dengan jari-jari R hinga berpotongan di titik C, titik C merupakan pusat lingkaranb. Menentukan titik pusat lingkaran dengan jalan membuat siku dari T1 dan T2 sebesar R5. Tentukan dan ukur S-M dari hasilperhitungan dengan rumus

6. Tentukan dan ukur M-D dari hasil perhitungan

7. Ukur panjang tali busur T1M dan T2M8. Buat sudut siku-siku di pertengahan tali busur T1M dan T2M, misalkan D1 dan D29. Ukur panjang D1M1=D2M2 dari hasil perhitungan

10. Tentukan pula titik S1 dan S2 dengan rumus sebagai engecekan apakah S1 dan S2 terletak pada ara garis T1S atau T2S11. Ukur panjang tali busur M2T2=M1T1=MM1-MM2 dari hasil perhitungan Lakukan seperti langah 7, 8, 9

gambar 7

HASIL PERHITUNGAN

Diketahui: = 60oR= 11 mPerhitungan :

4.2 Membuat Lengkungan Sederhana di Lapangan dengan cara koordinat

1. Ukur dari titik pusat (0,0) 12,990 m sepanjang sumbu X. Beri tanda X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X10, sesuai dengan ukuran yang telah dihitung.2. Dengan Patokan sumbu X ( 0 X10 ) tarik Y1 tegak lurus dengan X1 kekanan ,Y2 tegak lurus dengan X2, Y3 tegak lurus dengan X3, Y4 tegak lurus dengan X4, Y5 tegak lurus dengan X5, Y6 tegak lurus dengan X6, Y7 tegak lurus dengan X7, Y8 tegak lurus dengan X8, Y9 tegak lurus dengan X9 ukura, Y10 tegak lurus dengan X103. Tandai tiap koordinat masing masing, kemudian ukur lengkungannya.4. Tarik garis ukur (0,0) ke (X10,Y10), maka didapat tali busur sepanjang

HASIL PERHITUNGAN

NO TITIK (m) (m)

11,150,06

22,290,24

33,40,54

44,470,95

55,51,47

66,472,1

77,362,83

88,173,64

98,904,53

109,535,5

Gambar 8

KESIMPULAN

Pembuatan lengkungan ( kurva ) dengan cara sederhana sebenarnya cukup sulit dan memekan waktu yang cukup lama, selain itu ketelitiannya pun kurang akurat ( tidak sesuai dengan hitungan ). Maka dalam pembuatan lengkungan sederhana sebaiknya digunakan alat ukur seperti teodolit.

BAB V

PENGUKURAN PROPIL MEMANJANG DAN MELINTANG

5.1 Pengukuran Profil Memanjang

I. Dasar TeoriProfil Memanjang diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api, jalan raya, saluran air, pipa air minum, riool, dll. Dengan jarak dan beda tinggi titik-titik diatas permukaan bumi didapatlah irisan tegak lapangan yang dinamakan profil memanajng pada sumbu proyek. Dilapangan dipasang pancang-pancang dari kayu yang menyatakan sumbu proyek, dan pancang-pancang itu digunakan pada pengukuran menyipat datar yang memanjang untuk mendapatkan profil memanajng.

II. Tujuan Umum1. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.2. Mahasiswa dapat membaca rambu ukur dengat tepat.

III. Tujuan Khusus1. Mahasiswa dapat menentukan ketinggian titik-titik di permukaan bumi terhadap suatu ketinggian referensi tertentu (misal permukaan laut) dengan mengukur beda tinggi antara titik-titik tersebut.2. Mahasiswa dapat menentukan beda tinggi antara satu titik dengan titik lainnya, sehingga dengan diperolehnya beda tinggi antara titik-titik tersebut akan didapat ketinggian (elevasi) suatu titik terhadap muka laut rata-rata. 3. Mahasiswa dapat menggambarkan sket keadaan daerah yang diukur.

IV. Peralatan1. Alat ukur sipat datar (waterpass)1 buah2. Statip1 buah

3. Meteran (ukuran 30 meter)1 buah4. Penjepit2 buah5. Rambu ukur2 buah6. Alat tulis dan formulir pengisian data

V. Petunjuk Umum1. Sebelum memulai pengukuran, tinjau terlebih dahulu keadaan dan situasi di lapangan.2. Selama pengukuran, alat sipat datar harus tetap di satu titik. Tidak diperkenankan mengubah letaknya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam pengukuran.3. Alat sipat datar harus terlindung dari panas maupun hujan karena akan mengakibatkan kerusakan dan proses pengukuran terganggu.4. Para Mahasiswa dianjurkan memakai pakaian praktek, sepatu dan topi/helm guna keselamatan kerja.

VI. Langkah Kerja1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 5 titik (P1, P2, P3, P4, P5).2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu muka (P2).a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.b. Mengatur kaki statip agar seimbang.3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat.4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P1), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.

6. Mengecek bacaan dengan rumus:

Mengarahkan teropong ke rambu muka (P2), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian. 7. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P1 dan P2 dinamakan slag 1, dimana pada setiap slag dilakukan dua kali 8. pengukuran (posisi 1, posisi 2. Demikian juga antara P2 dan P3, kita beri nama slag 2, dan seterusnya.9. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan benang tengahnya saja baik untuk P1 maupun P2 pada formulir pengisian.10. Untuk pengukuran pada titik-titik lainnya lakukan seperti langkah di atas. 11. Menghitung jarak antara titik ke titik (P1, P2, P3, P4, P5) dengan menggunakan meteran.12. Menghitung beda tinggi antara P1 dan P2 dengan rumus:

H: Beda tinggiBTb : Benang tengah belakang (P1)BTm: Benang tengah muka (P2).

HASIL PERHITUNGAN

1. PERGITITIKPEMBACAAN BENANG (m)JARAK (m)BEDA TINGGI(m)

TENGAHATASBAWAHLANGSUNGANTARA

BLKMUKA

P11.6431.6751.6110.0010.00+0.046

P21.5971.6301.56410.00

P21.5651.6051.52510.0010.00-0.025

P31.5901.6151.56520.00

P32.4402.4802.40020.0010.00+0.172

P42.2682.3002.23630.00

P42.3012.3302.27230.0010.00+0.436

P51.8651.9121.81840.00

P51.6801.7051.65540.0010.00+0.780

P60.9000.9400.86050.00

P61.6601.7021.61850.0010.00+0.364

P71.2961.3191.27360.00

P71.6581.7001.61660.0010.00+0.364

P81.2941.3171.27170.00

2. PULANG

TITIKPEMBACAAN BENANG (m)JARAK (m)BEDA TINGGI(m)

TENGAHATASBAWAHLANGSUNGANTARA

BLKMUKA

P81.1561.1931.1190.0010.00-0.366

P71.5221.5581.48610.00

P71.1581.1951.12110.0010.00-0.366

P61.5241.5601.48820.00

P60.9901.0150.96520.0010.00-0.780

P51.7701.8051.73530.00

P51.8631.9081.81830.0010.00-0.407

P42.2702.3152.22540.00

P42.2702.3102.23040.0010.00-0.170

P32.4402.4782.40250.00

P31.5901.6101.57050.0010.00+0.020

P21.5701.6251.51560.00

P21.6331.6601,60660.0010.00-0.049

P11.6821.7241,64070.00

3. BEDA TINGGITITIKBEDA TINGGI

P10.0475

P2

P20.0225

P3

P30.171

P4

P40.4215

P5

P50.780

P6

P60.365

P7

P70.365

P8

PERHITINGAN BEDA TINGGI ( PEMBULATAN) DAN PEHITUNGAN TINGGI TITIK

TITIKBEDA TINGGITINGGI TITIK DARI DATUM

P10.048800.000

P2800.048

P20.023

800.048

P3800.070

P30.171

800.070

P4800.241

P40.422800.241

P5800.663

P50.780800.663

P6801.443

P60.365801.443

P7801.808

P70.365801.808

P8802.173

5.2 Pengukuran Profil Melintang

I. Dasar TeoriBanyaknya tanah yang digali sedapat mungkin dibuat sama dengan banyaknya tanah yang diperlukan untuk menimbuni. Untuk menghitung banyaknya tanah, baik untuk digali maupun untuk menimbuni, profil memanjang belum cukup. Maka diperlukan lagi profil melintang yang harus dibuat tegak lurus pada sumbu proyek dan pada tempat-tempat penting.

II. Tujuan Umum1. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.2. Mahasiswa dapat membaca rambu ukur dengat tepat.

III. Tujuan Khusus1. Mahasiswa dapat menentukan tinggi garis bidik tiap titik di permukaan bumi terhadap suatu ketinggian referensi tertentu (misal permukaan laut).2. Mahasiswa dapat menentukan tinggi titik untuk tiap titik ekstrim. 3. Mahasiswa dapat menggambarkan sket keadaan daerah yang diukur.

IV. Peralatan1. Alat ukur sipat datar (waterpass)1 buah2. Statip1 buah3. Meteran (ukuran 30 meter)1 buah4. Penjepit2 buah5. Rambu ukur2 buah6. Alat tulis dan formulir pengisian data

V. Petunjuk Umum1. Sebelum memulai pengukuran, tinjau terlebih dahulu keadaan dan situasi di lapangan.

1. Selama pengukuran, alat sipat datar harus tetap di satu titik. Tidak diperkenankan mengubah letaknya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam pengukuran.2. Alat sipat datar harus terlindung dari panas maupun hujan karena akan mengakibatkan kerusakan dan proses pengukuran terganggu.3. Para Mahasiswa dianjurkan memakai pakaian praktek, sepatu dan topi/helm guna keselamatan kerja.

VI. Langkah Kerja1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 5 titik (P1, P2, P3, P4, P5).2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu muka (P2).a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.b. Mengatur kaki statip agar seimbang.3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat.4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.5. Membuat sket profil melintang jalan dan saluran untuk titik P1 pada formulir pengisian. Dalam hal ini ditinjau berdasarkan arah pandangan dari P1 menuju P5.6. Setelah diperoleh arah melintangnya, letakkan rambu ukur pada titik-titik ekstrimnya dan pada titik itu sendiri lalu ukur jarak tiap titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya termasuk titik P1 dengan menggunakan meteran.7. Mengarahkan teropong ke rambu ukur di setiap titik ekstrim dan di titik P1 juga lalu baca dan catat bacaan benang tengahnya saja pada formulir pengisian.8. Untuk pengukuran titik-titik ekstrim pada arah melintang P2, P3, P4, P5 dilakukan sama seperti pengukuran di atas.

DATA PENGAMATANTITIKPEMBACAAN BENANG (m)JARAK (m)TINGGI DARI DATUM (m)

TENGAHANTARAGARIS BIDIKTITIKMUKA TANAH

BLKMUKA

A0.6970.500800.617

B1.145800.169

0.500

C1.1612799.702

0.800

D1.165800.149

0.200

E1.333799.981

2.300

P11.314801.314800.000

2.500

11.325799.984

2.500

21.094800.220

A1.128800.220

0.500

B1.752799.596

1.000

C1.300800.048

2.500

P21.300801.348800.048

2.500

11.290800.058

2.500

20.839800.509

A2.050800.37

1.300

B2.400800.02

2.700

P32.350802.420800.070

2.100

12.363800.057

2.300

21.200801.22

A1.913800.501

0.500

B2.532799.882

0.800

C1.918800.496

0.200

D2.180800.234

2.600

P42.173802.414800.241

2.300

12.187800.227

0.200

22.020800.394

2.500

31.162801.252

A0.965801.358

1.150

B1.425800.898

0.350

C2.100800.223

0.800

D1.435800.888

0.200

E1.705800.618

2.700

P51.660802.323800.663

2.300

11.645800.678

0.200

21.475800.848

2.500

31.130801.193

A0.322802.000

1.000

B0.800801.522

0.350

C1.298801.024

0.200

D0.811801.511

0.550

E0.843801.479

0.200

F0.925801.397

2.700

P60.879802.322801.443

2.300

10.840801.482

0.200

20.740801.582

2.500

30.731801.591

A1.130802.086

1.250

B1.185802.031

0.200

C1.910801.306

0.550

D1.245801.971

0.200

E1.420801.796

2.600

P71.408803.216801.808

2.300

11.400801.816

0.400

21.268801.948

2.000

31.235801.981

0.500

41.202802.014

A0.786802.773

1.600

B1.236802.323

0.280

C1.400802.159

3.120

P81.386803.559802.173

2.700

11.387802.172

2.300

21.385802.174

KESIMPULANPengukuran profil memanjang dan melintang cukup sulit untuk dilakukan, dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi. pengukuran profil memanjang dan melintang adalah untuk mengetahui beda tinggi setiap titik serta elevasinya.

LAMPIRAN