ABSTRAK EKSTRAK BIJI PRANAJIWA MANIS (STERCULIA … · Pada hari ke-36 diambil darah untuk...
Transcript of ABSTRAK EKSTRAK BIJI PRANAJIWA MANIS (STERCULIA … · Pada hari ke-36 diambil darah untuk...
ix
ABSTRAK
EKSTRAK BIJI PRANAJIWA MANIS (STERCULIA JAVANICA R. BR)
MENINGKATKAN SPERMATOGENESIS MELALUI PENINGKATAN
TESTOSTERON, EKSPRESI RESEPTOR ANDROGEN PADA SEL
SERTOLI DAN SEL LEYDIG
MENCIT (MUS MUSCULUS) USIA TUA
Biji pada tanaman Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) mengandung
flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, dan β-sitosterol. Kandungan tersebut
mengandung steroid dan antioksidan cukup tinggi yang diduga dapat
mempengaruhi spermatogenesis. Spermatogenesis adalah suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel spermatogenik yang membelah beberapa
kali dan akhirnya berdiferensiasi menghasilkan spermatozoa. Spermatogenesis
terjadi pada tubulus seminiferus berlangsung di bawah kontrol follicle stimulating
hormone dan testosterone, yang melibatkan poros hypothalamus-hipofise-testis.
Androgen dan androgen receptor sangat penting dalam spermatogenesis dan
keberadaan androgen receptor pada testis dapat dideteksi pada sel Sertoli,
sebagian besar pada sel myoid peritubular dan sel-sel pada ruang interstitial sel
Leydig dan sel-sel otot polos di perivascular testis. Secara alamiah, setiap mahluk
hidup menjadi tua dan penuaan pada pria disertai dengan penurunan kadar
testosteron, yang terkait dengan penurunan jumlah reseptor androgen sel Leydig
pada testis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak
biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) 10% dapat meningkatkan
spermatogenesis melalui peningkatan testosteron, ekspresi reseptor androgen pada
sel Sertoli dan Leydig pada testis mencit (Mus musculus) usia tua.
Penelitian dilakukan dengan “randomized post test only control group
design”, menggunakan 36 ekor mencit jantan strain Balb/c umur 15-16 bulan
dengan berat badan 32-37 gram, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kontrol, diberi makanan standar dan aqua ad libitum serta carboxy
methylcellulose 0,1% sebanyak 0,1 ml per oral setiap siang hari selama 35 hari.
Kelompok perlakuan mencit diberi makanan standar dan aqua ad libitum serta
ekstrak biji Pranajiwa 10% sebanyak 0,1 ml per oral setiap siang hari selama 35
hari. Pada hari ke-36 diambil darah untuk pemeriksaan kadar hormon testosterone
dengan pemeriksaan ELISA, kemudian mencit dieuthanasia untuk diambil
jaringan testisnya lalu diamati sel-sel spermatogenik dengan pewarnaan
Hematoxylin-Eosin, sedangkan ekspresi reseptor androgen pada sel Sertoli dan
Leydig dengan metode imunohistokimia. Data yang didapat dianalisis dengan
independent-sampel T test dan uji Mann Whitney.
Hasil uji fitokimia dari ekstrak ini mengandung flavonoid sebesar 4,70 %
b/b, saponin 0,19 % b/b, steroid ekuivalen β-sitosterol sebesar 73,85 %, alkaloid,
tannin dan steroid/triterpen. β-sitosterol pada spermatogenesis bekerja
menghambat enzim yaitu 5 α-reductase dan aromatase sehingga kadar hormon
testosteron akan dipertahankan dalam testis, yang sangat dibutuhkan untuk
x
spermatogenesis. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah sel
spermatogonium A, spermatosit primer, spermatid 1 dan spermatid 16, disertai
dengan peningkatan kadar hormon testosteron, ekspresi reseptor androgen pada
sel Sertoli dan Leydig yang bermakna pada kelompok perlakuan (p ˂ 0,05).
Simpulan penelitian ini adalah pemberian ekstrak biji Pranjiwa Manis
(Sterculia javanica R. Br.) 10% meningkatkan spermatogenesis melalui
peningkatan hormon testosteron, ekspresi reseptor androgen sel Sertoli dan sel
Leydig pada mencit usia tua.
Kata Kunci: ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) 10%, β-
sitosterol, spermatogenesis, testosteron, ekspresi reseptor androgen sel
Sertoli, ekspresi reseptor androgen sel Leydig, mencit usia tua
xi
ABSTRACT
SWEET PRANAJIWA SEED EXTRACT (STERCULIA JAVANICA R. BR)
INCREASES SPERMATOGENESIS THROUGH INCREASED
TESTOSTERONE, EXPRESSION OF ANDROGEN RECEPTORS IN
SERTOLI AND LEYDIG CELLS IN AGED MICE (MUS MUSCULUS)
Sweet Pranajiwa seed (Sterculia javanica R. Br) contains flavonoids,
alkaloids, saponins, tannins, and β-sitosterol. It has high levels of steroids and
antioxidants which may affect spermatogenesis. Spermatogenesis is a process of
growth and development of spermatogenic cells that divide several times and
eventually differentiate to produce spermatozoa. Spermatogenesis occurs in the
seminiferous tubules under control by the follicle stimulating hormone and
testosterone, which involves the hypothalamus-pituitary-testis axis. Androgens
and androgen receptors are very important in spermatogenesis as well as the
presence of androgen receptors in the testes can be detected in Sertoli cells,
mostly in peritubular myoid cells, in the interstitial space of Leydig cells, and
smooth muscle cells in the perivascular testis. Naturally, every living thing gets
old and aging in men is accompanied by a decrement in testosterone levels, which
is associated with the decreasing of the number of Leydig cells androgen receptors
in the testes. This study aims to provide evidence that 10% of of Sweet Pranajiwa
seed extract (Sterculia javanica R. Br.) may increase spermatogenesis by
enhancing testosterone level, expression of androgen receptor on Sertoli and
Leydig cells in aged mice testis.
This study was a randomized post-test only control group design, using 36
male mice balb/c strain, aged 15-16 months and body weight 32-37 gram, divided
into two groups: control group, given standard food and aqua ad libitum and 0.1
ml of 0.1% carboxymethylcellulose orally every day for 35 days. The treatment
group was given standard food and aqua ad libitum and 0.1ml of 10% Sweet
Pranajiwa seed extract orally every day for 35 days. On the 36th day, blood was
sampled for examination of testosterone level with ELISA methods, then the mice
were euthanized to take their testicular tissue and then observed spermatogenic
cells with Hematoxylin-Eosin staining, while the expression of androgen receptors
on Sertoli and Leydig cells with immunohistochemical methods. Independent-
sampel T test and Mann Whitney test were applied in data analysis.
Phytochemical results of this extract contains flavonoids of 4.70% w/w,
0.19% saponin w/w, steroid equivalent β-sitosterol of 73.85%, alkaloids, tannins
and steroids/triterpene. β-sitosterol in spermatogenesis works inhibiting enzyme
that is 5 α-reductase and aromatase so that testosterone level will be maintained in
testis, which is needed for spermatogenesis. The results showed an increase in the
number of spermatogonium A cells, primary spermatocytes, spermatids 1 and
spermatids 16 and testosterone hormone. Additionally, it was accompanied by
increased expression of androgen receptors on Sertoli and Leydig cells
significantly in the treatment group (p ˂ 0,05).
xii
This study found that 10% of Sweet Pranajiwa seed extract (Sterculia
javanica R. Br.) increased spermatogenesis by enhancing testosterone levels,
expression of androgen receptors on Sertoli and Leydig cells in aged mice.
Keywords: 10% of Sweet Pranajiwa seed extract (Sterculia javanica R. Br.), β-
sitosterol, spermatogenesis, testosterone level, expression of androgen
receptors on Sertoli, expression of androgen receptors on Leydig, aged
mice
xiii
RINGKASAN
Gangguan kesuburan (infertilitas) meningkat seiring dengan mundurnya
usia pernikahan pada sebagian orang. Satu dari sepuluh pasangan usia subur
mengalami gangguan kesuburan. Infertilitas yang terjadi pada pria sekitar 40%,
pada wanita sekitar 45%, dan infertilitas idiopatik (tidak jelas) sebesar 15% atau
pada kedua pihak berkisar 40%. Penuaan pada pria disertai dengan penurunan
kadar testosteron dengan gejala dan tanda yang berbeda yang dikenal sebagai
andropause. Menurunnya level serum testosteron akibat penuaan akan mengubah
seluruh komponen dan regulasi dari aksis hipotalamus-hipofisis-gonadal termasuk
berkurangnya steroidogenesis testis pada sel Leydig dan sebaliknya mekanisme
umpan balik akan meningkat. Terjadi pula pengurangan jumlah mitokondria dari
sel Leydig dan penurunan kadar protein steriodogenic acute regulatory protein
(StAR) yang berhubungan dengan berkurangnya aktivitas steroidogenesis dari
testis, serta peningkatan radikal bebas dan reactive oxygen species (ROS) yang
terjadi pada laki-laki usia tua. Dengan semakin meningkatnya masalah infertilitas
pria pada akhir-akhir ini maka perlu ditempuh alternatif lain yaitu dengan
fitofarmaka untuk dapat meningkatkan kemampuan reproduksi pada laki-laki.
Biji dari tanaman Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.)
mengandung flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, dan β-sitosterol. Kandungan
biji dari tanaman ini mengandung steroid dan antioksidan yang diduga dapat
mempengaruhi spermatogenesis. Penelitian terhadap biji Pranajiwa Manis
(Sterculia javanica, R. Br.) dengan metode tiosianat didapatkan kandungan
antioksidan cukup tinggi. Senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tannin berperan
sebagai antioksidan memiliki dua mekanisme yaitu menghambat kerja enzim yang
terlibat dalam reaksi anion superoksida dan karena memiliki gugus hidroksil yang
dapat melepaskan proton dalam bentuk ion hidrogen sehingga dapat menstabilkan
radikal bebas yang reaktif.
Spermatogenesis sangat menentukan fertilitas seorang pria yang akan
memegang peranan penting dalam kelangsungan kehidupan manusia.
Spermatogenesis adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sel-sel
spermatogenik yang membelah beberapa kali dan akhirnya berdiferensiasi
menghasilkan spermatozoa. Testosteron adalah androgen utama dalam testis yang
mengatur spermatogenesis dan fertilitas, yang diproduksi oleh sel Leydig sebagai
respon terhadap stimulasi hormon luteinizing hormone (LH) dan bertindak
sebagai faktor parakrin yang berdifusi ke dalam tubulus seminiferus testis.
Spermatogenesis terjadi pada tubulus seminiferus berlangsung di bawah kontrol
follicle stimulating hormone (FSH) dan testosterone, yang melibatkan poros
hypothalamus-hipofise-testis. Androgen dan androgen receptor (AR) memiliki
peranan penting dalam hal ini dan keberadaan ekspresi AR pada testis dapat
dideteksi pada sel Sertoli, sel peritubular myoid dan sel-sel pada ruang interstitial
sel Leydig dan sel-sel otot polos di perivascular testis. AR menstransmisikan
testosteron pada sel Sertoli melalui dua jalur, yaitu jalur klasik dan non klasik.
Aktivasi jalur klasik ini membutuhkan setidaknya 30 sampai 45 menit untuk
memulai perubahan ekspresi gen. Sedangkan aktivasi jalur non klasik, isyarat
xiv
menterjemahkan sinyal ke dalam perubahan fungsi seluler dalam hitungan detik
sampai beberapa menit.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) per oral terhadap
spermatogenesis dan perilaku seksual pada mencit jantan, strain Balb/c, usia 1,5
bulan dan berat badan 25 ± 3 gram. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan
carboxymethylcellulose (CMC) 0,1% pada kelompok kontrol dan memberikan
ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) dengan konsentrasi 2,5%,
5%, dan 10% pada masing-masing kelompok perlakuan dengan dosis 0,1 ml
setiap siang hari selama 35 hari. Sedangkan untuk mengetahui perilaku seksual
dilakukan pengamatan perubahan perilaku seksual berupa mounting, intromission,
waktu mounting dan waktu intromission pada masing-masing kelompok pada sore
hari setiap 10 hari. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan informasi bahwa
pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) dengan
konsentrasi (2,5%, 5% dan 10%) meningkatkan spermatogenesis dan perilaku
seksual mencit (Mus musculus).
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak biji
Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) 10% dapat meningkatkan
spermatogenesis melalui peningkatan testosteron, ekspresi reseptor androgen pada
sel Sertoli dan Leydig pada testis mencit (Mus musculus) usia tua. Penelitian
dilakukan dengan rancangan “randomized post test only control group design”,
dengan menggunakan 36 ekor mencit jantan strain Balb-c usia 15-16 bulan
dengan berat badan 32-37 gram, yaitu kelompok kontrol, diberi CMC 0,1%
sebanyak 0,1 ml per oral setiap siang hari selama 35 hari. Kelompok perlakuan
mencit diberi ekstrak biji Pranajiwa Manis 10% sebanyak 0,1 ml per oral setiap
siang hari selama 35 hari. Pada hari ke-36 diambil darah untuk pemeriksaan kadar
hormon testosteron dengan enzym-linked immunosorbent asssay (ELISA),
kemudian mencit dieuthanasia untuk diambil jaringan testisnya lalu diamati sel-
sel spermatogenik dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin, ekspresi reseptor
androgen pada sel Sertoli dan Leydig dengan metode imunohistokimia. Data yang
didapat dianalisis dengan independent-sampel T test dan uji Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah sel-sel
spermatogenik (spermatogonium A, spermatosit primer, spermatid 1 dan
spermatid 16), disertai dengan peningkatan kadar hormon testosteron, ekspresi
reseptor androgen pada sel Sertoli dan Leydig yang bermakna pada kelompok
perlakuan (p˂0,05).
Simpulan penelitian ini adalah pemberian ekstrak biji Pranjiwa Manis
(Sterculia javanica R. Br.) 10% meningkatkan spermatogenesis melalui
peningkatan kadar hormon testosteron, ekspresi reseptor androgen pada sel Sertoli
dan sel Leydig pada mencit usia tua.
xv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.......................................................................................... i
PRASYARAT GELAR .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME......................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................vi
ABSTRAK ....................................................................................................ix
ABSTRACT ..................................................................................................xi
RINGKASAN ............................................................................................. xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH ...................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xxiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10
2.1 Tanaman Pranajiwa ...................................................................... 10
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Pranajiwa Manis ................................. 11
2.1.2 Biologi Tanaman Pranajiwa Manis ...................................... 11
2.1.3 Kandungan dan Manfaat Biji Pranajiwa .............................. 13
2.2 Penuaan dan Stres Oksidatif .......................................................... 16
2.3 Embriologi Testis ......................................................................... 22
2.4 Anatomi Testis Mencit .................................................................. 25
2.5 Spermatogenesis pada Mencit ....................................................... 29
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis ..................... 42
2.7 Hormon Testosteron dan Metabolisme Testosteron ....................... 45
2.8 Reseptor Androgen pada Testis ..................................................... 53
2.9 Hubungan Testosteron dan Reseptor Androgen dalam
Spermatogenesis ........................................................................... 56
2.10 Prinsip-prinsip Uji ELISA untuk Pemeriksaan Testosteron ......... 59
2.11 Uji Imunohistokimia untuk Pemeriksaan Reseptor Androgen ...... 61
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ................................................................................. 65
3.1. Kerangka Berpikir ....................................................................... 65
3.2 Konsep Penelitian ........................................................................ 66
3.3. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 67
xvi
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 68
4.1. Rancangan Penelitian ................................................................... 68
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 69
4.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 70
4.3.1. Populasi Penelitian ............................................................. 70
4.3.2. Kriteria Sampel .................................................................. 70
4.3.3. Besar Sampel ..................................................................... 71
4.3.4. Tehnik Penentuan Sampel .................................................. 71
4.4. Variabel Penelitian....................................................................... 72
4.4.1. Variabel Bebas ................................................................... 72
4.4.2. Variabel Tergantung........................................................... 72
4.4.3. Variabel Kendali ................................................................ 72
4.4.4. Hubungan antar Variabel .................................................... 72
4.5. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 73
4.6. Bahan dan Instrumen Penelitian ................................................... 75
4.7. Prosedur Penelitian ...................................................................... 77
4.7.1. Pembuatan Ekstrak n-hexana Biji Pranajiwa ...................... 77
4.7.2. Pemberian Ekstrak Biji Pranajiwa Manis ............................ 78
4.7.3. Persiapan Hewan Percobaan ............................................... 78
4.7.4. Pemberian Perlakuan .......................................................... 79
4.7.5. Penghitungan Sel-sel Spermatogenik .................................. 80
4.7.6. Pengukuran Hormon Testosteron ....................................... 82
4.7.7. Pengukuran Ekspresi Reseptor Androgen pada Sel Sertoli
dan Sel Leydig Testis .......................................................... 84
4.7.8. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 86
4.7.9. Alur Penelitian ................................................................... 87
4.8. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 88
BAB V HASIL ............................................................................................. 89
5.1 Hasil Fitokimia Biji Pranajiwa Manis ........................................... 89
5.2 Jumlah Sel Spermatogenik ............................................................ 90
5.3 Kadar Hormon Testosteron dalam Serum ...................................... 93
5.4 Ekspresi Reseptor Androgen pada Sel Sertoli dan Leydig Testis... 95
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................ 101
6.1 Fitokimia Biji Pranajiwa Manis .................................................. 101
6.2 Pemberian Ekstrak Biji Pranajiwa Manis Meningkatkan Sel-sel
Spermatogenik pada Mencit Usia Tua ........................................ 107
6.3 Pemberian Ekstrak Biji Pranajiwa Manis Meningkatkan
Spermatogenesis Melalui Peningkatan Testosteron, Reseptor
Androgen pada Sel Sertoli dan Sel Leydig Mencit Usia Tua ....... 111
6.4 Kebaharuan Penelitian (Novelty) ................................................. 115
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 118
LAMPIRAN ............................................................................................... 13 1
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Uji Fitokimia Biji Pranajiwa Manis ........................................ 90
Tabel 5.2 Rerata Ekspresi Reseptor Androgen Antar Kelompok ............ 98
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br) .............. 12
Gambar 2.2 Biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br) ..................... 12
Gambar 2.3 Penampang Horisontal Testis pada Minggu Kedelapan........... 23
Gambar 2.4 Androgen Action pada Level Selular ....................................... 25
Gambar 2.5 Anatomi Testis ....................................................................... 27
Gambar 2.6 Morfologi Histologi Tubulus Seminiferus .............................. 28
Gambar 2.7 Diferensiasi Sel Germinal pada Tikus ..................................... 30
Gambar 2.8 Spermatogenesis pada Mencit ................................................ 36
Gambar 2.9 Poros Hipotalamus-Hipofis-Testis .......................................... 38
Gambar 2.10 Spermatozoa Mencit ............................................................... 40
Gambar 2.11 Jalur Biosintesis Testosteron .................................................. 51
Gambar 2.12 Jalur Mekanisme Testosteron pada Sel Sertoli ........................ 57
Gambar 3.1 Bagan Konsep Penelitian ........................................................ 66
Gambar 4.1 Bagan Skema Rancangan Penelitian ....................................... 68
Gambar 4.2 Bagan Hubungan Antara Variabel .......................................... 73
Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian ............................................................ 87
Gambar 5.1 Sel Spermatogenik Mencit Usia Tua Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol .......................................................... 91
Gambar 5.2 Grafik Peningkatan Rerata Sel-sel Spermatogenik
Setelah Pemberian Ekstrak Biji Pranajiwa Manis
(Sterculia Javanica R. Br.) 10% ............................................. 92
Gambar 5.3 Grafik Peningkatan Testosteron Setelah Pemberian Ekstrak
Biji Pranajiwa Manis (Sterculia Javanica R. Br.) 10%............ 92
Gambar 5.4 Ekspresi Reseptor Androgen pada Sel Sertoli Mencit Usia
Tua......................................................................................... 94
Gambar 5.5 Grafik Peningkatan Reseptor Androgen Setelah Pemberian
Ekstrak Biji Pranajiwa Manis (Sterculia Javanica R. Br.)
10% ....................................................................................... 95
xix
Gambar 5.6 Ekspresi Reseptor Androgen Pada Sel Leydig Mencit Usia
Tua......................................................................................... 96
Gambar 6.1 Gugus Kimia Saponin, Alkaloid, dan Testosteron ................... 105
xx
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis Spermatogenesis ........................................................................ 131
.2. Analisis Hormon Testosteron .................................................................. 137
3. Analisis Reseptor Androgen .................................................................... 140
4. Tabel Konversi Perhitungan Dosis .......................................................... 145
5. Grafik Konversi Umur Mencit dengan Manusia ...................................... 146
6. Foto Penelitian ........................................................................................ 147
7. Keterangan Kelaikan Etik ....................................................................... 151
8. Surat Keterangan Idenfikasi .................................................................... 152
9. Uji Fitokimia ........................................................................................... 153
10. Laporan Hasil Uji ................................................................................... 154
11. Aktivitas Antioksidan terhadap DPPH .................................................... 157
12. Analisis Hormon .................................................................................... 158
xxi
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN ATAU ISTILAH
1. A4M : American Academy of Anti-Aging Medicine
2. Ab : antibodi
3. ABP : androgen binding protein
4. Ag : antigen
5. AMH : antimullerian hormone
6. AR : androgen receptor
7. ARE : androgen-responsive enhancer
8. BTB : blood testis barrier
9. C : celcius
10. CAT : catalase
11. cAMP : cyclic adenosine monophosphate
12. Cc : centicubik
13. cm : centimeter
14. CMC : carboxy methyl cellulosa
15. CREB : cAMP response element binding protein
16. CYP51 : cytochrome P450 lanosterol 14α-demethylase
17. DAG : diacylglycerol
18. DHT : dihydrotestosterone
19. DHEA : dehydroepiandrosterone
20. DNA : deoxyribonucleat acid
21. DPPH : 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
22. EGFR : epidermal growth factor receptor
23. ERK : extracellular-signal regulating kinase
24. ERα : estrogen receptor alpha
25. ERβ : estrogen receptor beta
26. ELISA : enzym-linked immunosorbent asssay
27. FF-MAS : follicular fluid meiosis-activating sterol
28. FGF9 : fibroblast growth factor 9
29. FSH : follicle stimulating hormone
xxii
30. FSH-RH : follicle stimulating hormone-releasing hormone
31. FTI : free testosterone index
32. GH : growth hormone
33. GnRH : gonadotropin releasing hormone
34. GPCR : G protein couple receptor
35. GPX : glutathione peroxidase
36. GST : glutathione S-transferase
37. HE : hematoxyilin-eosin
38. HRP : horse radish peroxidase
39. HSP : heat shock protein
40. IC 50 : inhibitory concentration (half)
41. IHC : immunohistochemistry
42. IP3 : phosphotidylinositol triphosphate
43. ITB : indeks testosterone bebas
44. KLT : kromatografi lempeng tipis
45. LH : luteinizing hormone
46. LH-RH : luteinizing hormone- releasing hormone
47. LOD : limite of detection
48. MAP kinase : mitogen-activated protein kinase
49. MAS : meiosis-activating sterols
50. MIS : mullerian inhibiting substance
51. mm : millimeter
52. ml : milliliter
53. mRNA : messeger ribonucleat acid
54. μg : microgram
55. NOS : nitric oxide synthase
56. ng : nanogram
57. NR3C4 : nuclear receptor 3, group C, member 4
58. NRF2 : nuclear factor erythroid 2 related factor 2
59. PIP2 : phosphotidylinositol 4,5 biphosphate
60. PLC : phospholipase C
xxiii
61. POV : peroksida value
62. ppm : parts per million
63. PTM : peritubular myoid
64. α : alpha
65. β : beta
66. Ǿ : diameter
67. OD : optical density
68. POV : value of peroxida
69. SDS PAGE : sodium dodecyl sulfate gel electrophoresis
70. SF-1 : steroidogenic factor-1
71. SHBG : sex hormone binding globulin
72. SOD : superoksida dismutase
73. SOX9 : SRY-box 9 (sex-determining region on Y-box 9)
74. SSP : susunan saraf pusat
75. SRY : sex-determining region on Y
76. StAR : steriodogenic acute regulatory protein
77. TeBG : testosteron-estrogen binding globulin
78. T-MAS : testis meiosis-activating sterol
79. TST : testosterone supplementation therapy
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Ketidakmampuan dalam memberikan keturunan dapat mengakibatkan disharmoni
kehidupan seksual pada pasangan suami-istri dan hal ini dapat pula
mengakibatkan masalah yang besar dalam kehidupan rumah tangga. Bila tidak
ditanggulangi sejak awal masalah ini, tak jarang akan menyebabkan keretakan
rumah tangga yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perceraian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehidupan Keagamaan
Kementerian Agama menyebutkan, angka perceraian di Indonesia dalam lima
tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2010 sampai 2014, dari sekitar 2 juta
pasangan menikah, 15 persen diantaranya bercerai. Angka perceraian yang
diputus Pengadilan Tinggi Agama seluruh Indonesia pada tahun 2014 mencapai
382.231 kasus, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak
251.208 kasus. Faktor penyebab perceraian memang bermacam-macam, salah satu
diantaranya karena infertilitas atau ketidaksuburan pasangan suami-istri.
Menurut World Health Organization (WHO) 2012, kasus infertilitas di
dunia terjadi sekitar 50-80 juta pasangan. Infertilitas di negara maju hanya 5-8%
sedangkan di negara berkembang lebih tinggi yaitu sekitas 30% (Masoumi et al.,
2013). Pada Konsensus Penanganan Infertilitas tahun 2013, dikatakan bahwa
prevalensi infertilitas yang terjadi di Asia sebesar 30,8% di Kamboja, 43,7% di
Turkmenistan dan 21,3% di Indonesia.
2
Data sensus penduduk 2013 menunjukkan bahwa angka ketidaksuburan
pasangan suami-istri usia subur (di bawah 30 tahun) sekitar 10-15%. Jumlah
pasangan usia subur di Indonesia mencapai 7,18 juta, yang artinya sekitar 800.000
pasangan mengalami infertilitas. Dapat dikatakan, satu dari sepuluh pasangan usia
subur mengalami gangguan kesuburan. Infertilitas yang terjadi pada pria sekitar
40%, pada wanita sekitar 45%, dan infertilitas idiopatik (tidak jelas) sebesar 15%
atau pada kedua pihak berkisar 40%. Gangguan kesuburan ini akan meningkat
seiring mundurnya usia menikah pada sebagian orang (Nakita, 2013). Dengan
semakin meningkatnya masalah infertilitas pria pada akhir-akhir ini maka perlu
ditempuh alternatif lain untuk dapat meningkatkan kemampuan reproduksi pria.
Secara alamiah, setiap mahluk hidup atau orgamisne akan sampai pada
proses menjadi tua. Proses menjadi tua normal terjadi bila datangnya tepat waktu
dan tidak dapat kita hindari, namun terkadang proses penuaan terlalu cepat terjadi.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetik, gaya hidup,
lingkungan, mutasi gen, rusaknya kekebalan tubuh dan radikal bebas. Dari faktor
tersebut, teori radikal bebas paling sering diungkapkan (Bartosz and Bartosz,
2014).
Menua merupakan suatu proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua sudah
mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa dan sebenarnya tidak
ada batas yang tegas pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun.
Penuaan pada pria disertai dengan penurunan kadar testosteron dengan gejala dan
tanda yang berbeda yang dikenal sebagai andropause (Zen, 2009; Inegbenebor
3
and Ebomoyi, 2010; Barbutska et al., 2013). Turunnya produksi testosteron oleh
sel Leydig pada umur 45-59 tahun, disertai dengan peningkatan sekresi luteinizing
hormone (LH). Hal ini terkait dengan penurunan jumlah reseptor androgen pada
sel Leydig atau peningkatan LH pada sel Leydig yang menyebabkan sumbu
hipotalamus-hipofise-testis tidak bekerja secara optimal (Pangkahila, 2007). Pada
pria, kadar testosteron serum tetap stabil sampai kira-kira 40 tahun, setelah itu
total testosteron yang bersirkulasi dan tingkat testosteron bebas secara biologis
menurun setiap tahun sebesar 1-3%. Pria yang berusia 60-69 tahun kadar
testosteron total dan testosteron indeks bebasnya menurun yaitu sekitar 20-35%.
Penurunan kadar testosteron total tampaknya stabil pada usia sekitar 70 tahun
(Araujo et al., 2007 and Wu et al., 2008).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Neves et al., 2017 membuktikan berat
dan volume testis tikus yang direseksi menunjukkan penurunan seiring
bertambahnya usia. Pada kelompok tikus yang berusia 24 bulan menunjukkan
penurunan volume inti sel Leydig sedangkan tikus berusia 18 dan 24 bulan terjadi
pengurangan yang signifikan dalam volume sitoplasma dan volume total sel
Leydig. Jumlah sel Leydig tidak berbeda secara signifikan dengan usia. Jadi
penuaan pada tikus akan mengalami pengurangan volume nukleus sel, sitoplasma,
dan total sel Leydig namun tidak ada perubahan dalam jumlah sel-sel ini selama
penuaan.
Spermatogenesis sangat menentukan fertilitas seorang pria yang pada
akhirnya akan memegang peranan penting dalam kelangsungan kehidupan
manusia (O`Hara and Smith, 2015). Spermatogenesis adalah suatu proses
4
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel spermatogenik yang membelah beberapa
kali dan akhirnya berdiferensiasi menghasilkan spermatozoa (Sadler, 2011).
Spermatogenesis terjadi pada tubulus seminiferus di bawah kontrol Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan testosteron, yang melibatkan poros hipotalamus-
hipofise-testis. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipothalamus
merangsang sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH). FSH berpengaruh langsung terhadap sel Sertoli dalam tubulus
seminiferous sedangkan LH mempengaruhi spermatogenesis melalui testosteron
yang dihasilkan oleh sel Leydig, yang terletak di jaringan interstisium testis.
Hormon testosteron ini penting bagi pertumbuhan dan pembagian sel-sel
germinativum dalam membentuk spermatozoa (Johnson, 2013).
Hormon steroid yang penting dalam pemeliharaan spermatogenesis dan
menentukan ekspresi fenotip pada laki-laki, termasuk pada perkembangan
karakteristik seks sekunder serta inisiasi dan pemeliharaan spermatogenesis
adalah hormon androgen (Barbutska, 2013). Hormon androgen dimediasi oleh
androgen receptor (AR), dan fungsi AR adalah sebagai faktor transcription-ligan
dependent, mengatur ekspresi berbagai gen androgen-responsif. Androgen dan
AR memiliki peranan penting dalam spermatogenesis dan fertilitas (Wang et al.,
2009; O`Hara and Smith, 2015). Ekspresi AR pada testis dapat dideteksi pada sel
Sertoli, sebagian besar pada sel peritubular myoid dan sel-sel pada ruang
interstitial termasuk sel Leydig dan sel-sel otot polos di perivascular testis
(Walker, 2011; De Gendt and Verhoeven, 2012; Keber et al., 2013; Smith and
McEwan, 2013).
5
Salah satu penanganan untuk meningkatkan spermatogenesis dan kualitas
spermatozoa dapat dilakukan dengan penggunaan medikamentosa (obat-obatan)
dan fitofarmaka. Obat yang sering dipakai pada medikamentosa adalah hormon,
khususnya yang mengalami defisiensi akan diberikan Androgen replacement
therapy (ART). Untuk ART digunakan testosteron yang telah terbukti dapat
meningkatkan dorongan seksual atau libido, meningkatkan fungsi ereksi penis dan
spermatogenesis, serta efektif juga untuk penderita hipogonadisme dan pada usia
lanjut (Surampudi, et al., 2012; Konaka et al., 2016; Bhasin et al., 2018).
Sementara itu, penggunaan bahan fitofarmaka mulai banyak dikembangkan dan
telah lama digunakan secara luas, dan telah diuji secara empiris maupun klinis
yang didasari atas kajian-kajian secara ilmiah. Beberapa tumbuhan yang telah
teruji secara klinis (dalam dosis tertentu) seperti: Tribulus terrestis L, Panax
ginseng, Siberian ginseng, Muria puama (Ptychopetalum olacoides), Damiana
(Turnera aphrodisiaca) dan Corynanthe yohimbe.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati
yang cukup tinggi. Tidak kurang dari 30.000 spesies tumbuhan ada di hutan tropis
Indonesia. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies yang diketahui memiliki
khasiat obat. Sekitar 200 spesies saja yang telah digunakan sebagai bahan baku
industri obat tradisional. Pemanfaatan tanaman sebagai bahan baku obat juga
belum dilakukan secara maksimal di level global. Dari sekitar 250.000-500.000
spesies tumbuhan yang ada di dunia, hanya sekitar 15% dilaporkan telah diteliti
secara fitokimia. Sementara itu, untuk tanaman yang telah diuji aktivitas
biologisnya baru sekitar 6% saja. Data penelitiannya menunjukkan 122 senyawa
6
yang telah digunakan sebagai obat, dari 94 spesies tanaman dan sekitar 80%
diantaranya telah digunakan sebagai obat rakyat (Ratna, 2018). Salah satu
tanaman obat adalah tanaman Pranajiwa Manis yang nama latinnya Sterculia
javanica R. Br. (Heyne, 1987).
Penelitian pernah dilakukan oleh Astuti pada tahun 2003, bahwa
pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) konsentrasi
5%, 10% dan 15% selama 7 hari secara oral pada tikus jantan menunjukkan
adanya efek aphrodisiak. Penelitian lain mengenai pemberian ekstrak biji
Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) dengan konsentrasi 5%, 10% dan
15% selama 7 hari secara oral pada tikus jantan menunjukkan adanya efek
androgen (Kartika, 2004).
Penelitian juga pernah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) per oral terhadap
spermatogenesis dan perilaku seksual pada mencit jantan, strain Balb-C, usia 1,5
bulan dan berat badan 25 ± 3 gram. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan
carboxymethylcellulose (CMC) 0,1% per oral pada kelompok kontrol dan
memberikan ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) dengan
konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% pada masing-masing kelompok perlakuan dengan
dosis 0,1 ml per oral setiap siang hari selama 35 hari. Perilaku seksual dilakukan
pengamatan perubahan perilaku seksual berupa mounting, intromission, waktu
mounting dan waktu intromission pada masing-masing kelompok setiap 10 hari.
Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok pre-test dan kontrol tidak
didapatkan perubahan spermatogenesis dan perubahan perilaku seksual.
7
Sedangkan pada kelompok pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia
javanica R. Br.) dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% didapat peningkatan
spermatogenesis dan perilaku seksual yang cukup bermakna. Peningkatan baik
spermatogenesis maupun perilaku seksual ini terjadi seiring dengan peningkatan
konsentrasi (Widianti et al., 2018). Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
didapatkan informasi bahwa pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia
javanica R. Br.) dengan perbedaan konsentrasi (2,5%, 5% dan 10%)
meningkatkan spermatogenesis dan perilaku seksual mencit (Mus musculus).
Diduga androgen dan reseptor androgen memiliki peranan penting dalam
spermatogenesis, oleh karena itu pada penelitian ini akan dibuktikan bahwa
kandungan dalam ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) 10%
dapat meningkatkan spermatogenesis melalui peningkatan testosteron, ekspresi
reseptor androgen pada sel Sertoli dan sel Leydig pada testis mencit (Mus
musculus) usia tua.
1.2. Rumusan Masalah
Berlatar belakang dari hal tersebut di atas dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Apakah pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R.
Br.) 10% meningkatkan spermatogenesis pada testis mencit (Mus
musculus) usia tua
2. Apakah pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R.
Br.) 10% meningkatkan hormon testosteron pada mencit (Mus musculus)
usia tua
8
3. Apakah pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R.
Br.) 10% meningkatkan ekspresi reseptor androgen sel Sertoli pada testis
mencit (Mus musculus) usia tua
4. Apakah pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R.
Br.) 10% meningkatkan ekspresi reseptor androgen sel Leydig pada testis
mencit (Mus musculus) usia tua
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum:
Untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis
(Sterculia javanica R. Br.) 10% meningkatkan spermatogenesis,
hormon testosteron, ekspresi reseptor androgen sel Sertoli dan sel
Leydig pada testis mencit (Mus musculus) usia tua.
1.3.2 Tujuan khusus:
1. Untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis
(Sterculia javanica R. Br.) 10% meningkatkan spermatogenesis pada
testis mencit (Mus musculus) usia tua.
2. Untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis
(Sterculia javanica R. Br.) 10% meningkatkan hormon testosteron
mencit (Mus musculus) usia tua.
3. Untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis
(Sterculia javanica R. Br.) 10% meningkatkan ekspresi reseptor
androgen sel Sertoli pada testis mencit (Mus musculus) usia tua.
9
4. Untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak biji Pranajiwa Manis
(Sterculia javanica R. Br.) 10% meningkatkan ekspresi reseptor
androgen sel Leydig pada testis mencit (Mus musculus) usia tua.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari aspek pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat
menjelaskan mekanisme baru dari pemberian ekstrak biji dari tanaman
Pranajiwa Manis (Sterculia javanica R. Br.) 10% terhadap
peningkatan spermatogenesis melalui peningkatan hormon testosteron,
ekspresi reseptor androgen pada sel Sertoli dan sel Leydig testis
mencit (Mus musculus) usia tua.