UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASIL Nigella...

download UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASIL Nigella …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29346/1/Teguh... · oral selama 14 hari dan sampel darah diambil pada hari ke-7,

If you can't read please download the document

Transcript of UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASIL Nigella...

  • UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASILEKSTRAKSI DARI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)

    TERHADAP TOTAL LEUKOSIT, JUMLAH LIMFOSITDAN MONOSIT, SERTA INTERLEUKIN-1 PADA

    MENCIT BALB/C

    Skripsi

    Diajukan untuk memenuhi syarat gelar sarjana farmasi (S.Far)

    TEGUH PRIYANTO

    NIM : 108102000074

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015

  • i

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASILEKSTRAKSI DARI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)

    TERHADAP TOTAL LEUKOSIT, JUMLAH LIMFOSITDAN MONOSIT, SERTA INTERLEUKIN-1 PADA

    MENCIT BALB/C

    Skripsi

    Diajukan untuk memenuhi syarat gelar sarjana farmasi (S.Far)

    TEGUH PRIYANTO

    NIM : 108102000074

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    ABSTRAK

    Judul : Uji imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi dari jinten hitam(nigella sativa L.) terhadap total leukosit, jumlah limfosit dan monosit, serta interleukin-1 pada mencit BALB/C

    Nigella sativa L merupakan tanaman yang banyak mengandung zat-zat yang sangatampuh dalam mengobati penyakit. Bahkan tanaman ini direkomendasikan olehRasulullah SAW penggunaanya terutama dalam hal medisinal. Penelitian inibertujuan untuk menguji efek imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi Nigellasativa L. melalui pengukuran total leukosit, jumlah limfosit dan monosit, sertakadar Interlekuin 1 pada mencit Balb/c. Sebanyak 20 mencit yang diuji dibagimenjadi 4 kelompok: kontrol, dosis rendah (1,25 mg/BB mencit ), dosis sedang (2,5mg/BB mencit), dan dosis tinggi ( 5 mg/BB mencit). Polisakarida diberikan secaraoral selama 14 hari dan sampel darah diambil pada hari ke-7, ke-14 dan ke-21.Hasil rata-rata analisis statistik ANOVA menunjukan bahwa pemberian ekstrakpolisakarida pada ketiga dosis mampu meningkatkan total leukosit dan jumlahlimfosit secara signifikan dibandingkan kontrol, namun tidak mampumempengaruhi jumlah monosit. Dosis tinggi 5 mg / BB mencit memiliki aktifitasimunomodulator terbaik. Sedangkan pada uji interlekuin 1, mencit diberikanpolisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. secara oral selama 5 hari. Pada harikelima, dua jam setelah pemberian hasil ekstraksi Nigella sativa L. disuntikansecara i.p LPS 20 ug / BB mencit lalu diambil sampel darahnya setelah 6 jam. Hasiluji statistik kruskal Wallis menunjukan bahwa pemberian polisakarida Nigellasativa L. tidak mempengaruhi kadar interleukin -1 secara signifikan (p >0.05)

    Kata kunci : Nigella sativa L., polisakarida, imunomodulator, mencit Balb/C.

  • vi

    ABSTRACT

    Title : The immunomodulator assay of polysaccharide, the result extraction ofblack seed (Nigella sativa L.) toward the total number of leukocytes,lymphocytes and monocytes, and interleukin 1 on mice BalB/C

    Nigella sativa L. is a plant that contains many substances that very effective to treatthe disease. Moreover this plant was recommended by Rasulullah SAW to useespecially in medicinal treatment. This research is aim to test the effect ofimmunomodulator polysaccharide, the result extraction of black seed (Nigellasativa L.) through measuring the total number of leukocytes, lymphocytes andmonocytes, and the level of interleukin 1 on mice BALB/C. as many as 20 micethat have to test were divided into 4 groups : control, low doses (1,25 mg/BW mice),medium doses (2,5 mg/BW mice), and high doses (5 mg/BW mice). Polysaccharideextract was given orally during 14 days and the blood sample was taken in day 7th,14th, and 21th. The average result of statistical analysis ANOVA indicate that thegiving of polysaccharide extract on high doses can increase the total number ofleukocytes and lymphocytes significantly (P>0,05) if compared with control group,however it can not give effect to total number of monocytes. The high doses (5mg/BW mice) have the best immunomodulator activity. While for The test ofinterleukin-1, mice was given polysaccharide the result extraction Nigella sativaL. orally during 5 days. In day 5th, two hours after giving the result extractionNigella sativa L. that have been injection by i.p LPS 20 g/BW mice then the bloodsample was taken after 6 hours. The result of statistical Kruskal Wallis showed thatthe treatment of polysaccharides Nigella sativa L. not affect levels of interleukin1 significantly. (P>0,05).

    Keyword : Nigella sativa L., Polysaccharide extract, Immunomodulator, Balb/Cmice.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa taala, yang telah memberikan

    pertolongan dan kasih sayang-Nya sehingga kami penulis dapat menyelesaikan

    penulisan skripsi ini. Makalah skripsi yang berjudul Uji Imunomodulator

    Polisakarida hasil ekstraksi Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Terhadap Total

    Leukosit, Jumlah Limfosit, Jumlah Monosit, Dan Jumlah Interleukin-1 Pada

    Mencit Balb/C dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Skripsi, salah satu syarat

    untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Pada penulisan ini, penulis juga ingin mengucapkan penghargaan dan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    (1) Farida Sulistiawati M.Si,Apt selaku dosen pembimbing pertama yang telah

    menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam menuntun penulis dalam

    penyusunan skripsi ini.

    (2) Drs. Umar Mansur M.Sc selaku dosen pembimbing kedua sekaligus Kepala

    Program Studi Farmasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    (3) Zilhadia M.Si, Apt selaku dosen pembimbing akademik selama pendidikan.

    (4) Para dosen Farmasi UIN yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan

    wawasannya.

    (5) Kementrian Agama dan pemerintah kabupaten Musi banyuasin yang telah

    memberikan dukungan moril dan materil selama pendidikan. Ucapan beribu

    terimakasih, semoga ilmu yang saya terima dapat bermanfaat.

    (6) Orangtua, kakak, adik dan keluarga besar yang selalu memberi dukungan,

    semangat dan doa, Love you all.

    (7) Rekan penelitian Zikriah, Sinti ayesa, Nia yuliani dewi, dan Azhari zikro yang

    telah bersama dalam suka dan duka. Sahabat-sahabat Sukron, Farhan, Lukman

    dll, yang telah memberikan dukungan dan keceriaan sehingga saya

    bersemangat dan bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

    (8) Teman-teman seangkatan Farmasi 2008 yang telah menempuh pendidikan

    bersama selama empat tahun, Semoga semangat dan kesuksesan bersama-sama

    dengan kita semua.

  • viii

    (9) Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

    kelancaran pembuatan skripsi, Saya ucapkan terimakasih.

    Saya menyadari bahwa dalam makalah skripsi ini masih terdapat banyak

    kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun

    sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini dan melaksanakan perbaikan di masa

    yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi

    dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

    Ciputat, 3 April 2015

    TEGUH PRIYANTO

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................HALAMAN PERNTAAN ORISINALITAS .............................................HALAMAN PERSETUJUAN PPEMBIMBING......................................LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................ABSTRAK ................................................................................xABSTRACT .............................................................................. xiKATA PENGANTAR................................................................................ iDAFTAR ISI .............................................................................. iiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................vDAFTAR TABEL .............................................................................. viDAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii

    BAB I PENDAHULUAN.........................................................................11.1 Latar Belakang ................................................................................11.2 Perumusan Masalah .......................................................................31.3 Tujuan Penelitian ............................................................................31.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................42.1 DESKRIPSI TANAMAN JINTAN HITAM (Nigella sativa L.).....4

    2.1.1 Klasifikasi Tanaman.............................................................42.1.2 Nama Daerah .......................................................................42.1.3 Ciri-ciri tanaman ..................................................................42.1.4 Kandungan tanaman ............................................................52.1.5 Khasiat dan Kegunaan .........................................................7

    2.2 EKSTRAK ................................................................................72.3 METODE EKSTRAKSI .................................................................8

    2.3.1 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut..............................82.3.2 Metode Ekstraksi Lainnya ..................................................9

    2.4 IMUNOMODULATOR.................................................................102.5 LEUKOSIT ...................................................................................11

    2.5.1 Limfosit ...........................................................................132.5.2 Monosit ...........................................................................132.5.3 Neutrofil ..........................................................................14

    2.6 Interleukin 1 .................................................................................152.7 ELISA .....................................................................................162.8 HEWAN UJI (MENCIT/ Mus Muskulus) .....................................17

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................193.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.....................................193.2 BAHAN DAN ALAT ..................................................................19

    3.2.1 Bahan ...................................................................................19a. bahan uji ..............................................................................19b. bahan kimia ........................................................................19

  • x

    c. hewan uji ............................................................................193.2.2 Alat .....................................................................................19

    3.3 PROSEDUR PENELITIAN ........................................................203.3.1 Optimasi Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L................20

    a. Metode Ekstraksi Pertama (Hailat, et al. 1998 ) ..........20b. Metode Ekstraksi Kedua (Toneli, et al. 2008 )

    3.3.2 Preparasi sampel ................................................................201. Pembuatan Larutan Na-CMC 5 % ...............................202. Penentuan Dosis (hussein el-taher, et al. 2006) ...........20

    3.3.3 Perlakuan Hewan Uji .........................................................21a. Perlakuan Untuk Uji Total Leukosit, persentase Limfosit

    Dan Persentase Monosit ..................................................21b. Perlakuan Untuk Uji Interlekuin 1 .................................22c. Pengambilan Darah (permatasari, 2012) ..........................23

    3.3.4 Metode Uji ..........................................................................23a. Uji Total Leukosit, persentase limfosit, dan persentase

    Monosit ..........................................................................23b. uji kadar Uji Interlekuin 1 ..............................................25

    3.4 ANALISA DATA .........................................................................25

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................264.1 HASIL OPTIMASI EKSTRAKSI ................................................264.2 TOTAL LEUKOSIT .....................................................................294.3 JUMLAH LIMFOSIT ...................................................................334.4 JUMLAH MONOSIT ...................................................................374.5 KADAR INTERLEUKIN 1 ........................................................40

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................425.1 KESIMPULAN ..............................................................................425.2 SARAN ..............................................................................42

    DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................43LAMPIRAN ..............................................................................47

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2. 1 Bentuk batang dan bunga Nigella sativa L .............................. 5Gambar 2.2 Komponen terbesar Nigella sativa L. (Paarrakh M, 2010) ........ 7Gambar 2.3 Beberapa jenis penampakan mikroskop dari leukosit

    (Anonim, 2013) ......................................................................... 11Gambar 2.4 Bagan Pembentukan Sel Darah Dari Stema Sel (Theml, et al, 2004).

    ................................................................................................... 12Gambar 2.5 Limfosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 13Gambar 2.6 Monosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 14Gambar 2.7 Monosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 15Gambar 2.8 Skema Ilustrasi Uji ELISA (Sino biological.inc, 2015)........... 16Gambar 2.9 Mencit Balb/C (Sino biological.inc, 2015) .............................. 17Gambar 3.1 Kamar hitung neubauer (Eki Putra, 2008) ............................... 24Gambar 3.2 Alur pengamatan microskop pada gelas objek ........................ 24Gambar 4.1 Hasil Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L metode pertama ...

    ................................................................................................ 24Gambar 4.2 Hasil uji Barfoed polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L ..

    ........................................................................................................ 27Gambar 4.3 Hasil uji benedict polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L

    (terbentuk warna merah bata pada tabung tengah).................... 27Gambar 4.4 Hasil ekstraksi polisakarida metode kedua ............................. 28Gambar 4.5 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-7............................. 30Gambar 4.6 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-14........................... 31Gambar 4.7 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-21 .......................... 32Gambar 4.8 Grafik peningkatan jumlah hari ke-7 ...................................... 34Gambar 4.9 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-14 ...................... 34Gambar 4.10 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-21 .................... 35Gambar 4.11 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-7...................... 38Gambar 4.12 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-14.................... 38Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Monosit hari ke-21 ................................. 39Gambar 4.14 Grafik hasil uji interleukin 1 ................................................ 41

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Konstituen Umum Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al 2006).......................................................................................................... 6

    Tabel 2.2 Konstituen Minyak Nigella sativa (Hussein El- taher, et al 2006)................................................................................................................... 6

    Tabel 3.1. Perlakuan kelompok uji total leukosit, limfosit, dan monosit................................................................................................................. 21

    Tabel 3.2 Perlakuan Kelompok Uji Interlekuin 1 ..................................... 22Tabel 4.1 Hasil perhitungan total leukosit ................................................... 29Tabel 4.2 Rataan Jumlah Limfosit. .............................................................. 33Tabel 4.3 Rataan Jumlah Monosit................................................................ 37Tabel 4.4 Rata-rata Jumlah Nilai Il-1........................................................ 40

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................47Lampiran 2. Bagan ekstraksi pertama ....................................................................... 48Lampiran 3. Bagan ekstraksi kedua .....................................................................49Lampiran 4. Surat keterangan mencit ...................................................................50Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Abu Dan Kadar Air. ...............................................51Lampiran 6. Kegiatan Pengukuran Kadar Abu Dan Kadar Air ............................52Lampiran 7. Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi pertama ..............................53Lampiran 8: Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi kedua ..................................54Lampiran 9. Penentuan Besar Dosis .....................................................................55Lampiran 10. Pembuatan Larutan Induk................................................................56Lampiran 11. Kegitan penelitian : Pengambilan Darah .........................................57Lampiran 12. Kegitan penelitian : Pembuatan sediaan apus..................................60Lampiran 13. Kegitan penelitian : Penghitungan Leukosit....................................62Lampiran 14. Metode Uji ELISA .............................................................................63Lampiran 15. Hasil Pengamatan Mikroskop................................................................... 65Lampiran 16. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan

    Limfosit hari ke -7................................................................................... 68Lampiran 17. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan

    Limfosit hari ke-14 .........................................................................69Lampiran 18. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan

    Limfosit hari ke-21 .........................................................................70Lampiran 19. Hasil uji interleukin 1-beta .............................................................71Lampiran 20. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-7......................72Lampiran 21. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-7 ..................................73Lampiran 22. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total leukosit

    hari ke-7..........................................................................................74Lampiran 23. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-14....................75Lampiran 24. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-14 .................................76Lampiran 25. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total leukosit

    hari ke-14........................................................................................77Lampiran 26. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit pada hari ke-21. .........78Lampiran 27. Hasil Uji non parametrik kruskal wallis Total Leukosit Hari ke-

    21 ....................................................................................................79

    Lampiran 28. Uji homogenitas perbandingan uji total leukosit perminggu...........80Lampiran 29. Uji ANOVA total leukosit per minggu...........................................81Lampiran 30. Uji Turkey HSD total leukosit perbandingan antar kelompok

    perminggu ......................................................................................82Lampiran 31. Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke-7......................83Lampiran 32. Hasil Uji ANOVA jumlah limfosit hari ke-7 ..................................84Lampiran 33. Hasil uji turkey HSD jumlah limfosit hari ke-7 ..............................85Lampiran 34. Hasil uji homogenitas data limfosit hari ke-14................................86Lampiran 35. Hasil uji Anova jumlah limfosit hari ke-14 ....................................87Lampiran 36. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) jumlah

    limfosit hari ke-14 .........................................................................88Lampiran 37. Hasil uji homogenitas jumlah limfosit hari ke-21. ..........................89

  • xiv

    Lampiran 38. Hasil uji kruskal wallis jumlah limfosit hari ke-21 .........................90Lampiran 39. Uji homogenitas data rata-rata limfosit perminggu.........................91Lampiran 40. Uji ANOVA data rata-rata perminggu limfosit. ..............................92Lampiran 41. Uji Turkey HSD rata-rata perminggu limfosit. ..............................93Lampiran 42. Uji homogenitas data monosit hari ke-7..........................................94Lampiran 43. Uji ANOVA Monosit hari ke-7 .......................................................95Lampiran 44. Uji kruskal walis monosit hari ke-7 ................................................96Lampiran 45. Uji Homogenitas Hari Ke-14 .........................................................97Lampiran 46. Uji ANOVA monosit hari ke-14 .....................................................98Lampiran 47. Uji kruskal walis monosit ke-14......................................................99Lampiran 48. Uji homogenitas data monosit hari ke-21......................................100Lampiran 49. Uji ANOVA monosit hari ke-21 ..................................................101Lampiran 50. Uji kruskal walis monosit hari ke-21.............................................102Lampiran 51. Uji homogenitas interleukin 1 .....................................................103Lampiran 52. Uji kruskal wallis interleukin 1 ...................................................104

  • 1UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Tubuh manusia memiliki suatu sistem keamanan yang melindungi

    tubuh dari bahaya lingkungan luar tubuh. Lingkuangan di sekitar manusia

    banyak mengandung berbagai jenis patogen, seperti : jamur, bakteri, virus,

    protozoa, dan, parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

    Infeksi yang terjadi pada manusia pada umumnya terjadi dalam waktu yang

    singkat dan jarang menimbulkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan

    karena adanya sistem imun yang melindungi tubuh dari unsur-unsur patogen

    tersebut.

    Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan

    memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan

    yang fungsinya berlebihan (Handayani, 2010). Penggunaan

    imunomodulator sering digunakan saat tubuh terserang suatu infeksi.

    Senyawa ini diharapkan dapat membantu sistem imun tubuh dalam

    mengatasi patogen yang masuk kedalam tubuh manusia.

    Nigella sativa L. yang telah dikenal dengan nama jinten hitam

    termasuk dalam family Ranunculaceae, telah banyak digunakan di berbagai

    negara sebagai imunomodulator, termasuk negara-negara barat maupun

    negara-negara timur (Haq A. et al, 1995). Berdasarkan sejarah, penelitian

    mendalam mengenai jinten hitam (Nigella sativa L.) pertama kali

    dikemukakan oleh Grenish melalui publikasi jurnalnya pada tahun 1880.

    Dalam Nigella sativa L. terkandung 37 % minyak dan 4,1 % abu (garam

    kalsium) (Hussein, et al., 2006).

    Penggunaan jinten hitam (Nigella sativa L.) sebagai bahan obat

    memang sudah tidak diragukan lagi, bahkan dalam suatu hadits Nabi

    Muhammad SAW disebutkan bahwa jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat

    mengobati berbagai macam penyakit, kecuali kematian. Disebutkan di

    dalam kitab Ath-thibun Nabawi, karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dari

    riwayat Ibnu Umar, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :

  • 2

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    .Hendaklah kalian mengkonsumsi jinten hitam, karena

    sesungguhnya terkandung obat penyembuh dari segala macam penyakit,

    kecuali kematian (HR. Ibnu Majah dan Nasai) (Ibn Qayyim Al-Jauziyah.

    2003).

    Jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat meningkatkan jumlah, mutu,

    kualitas dan aktivitas sel yang berfungsi sebagai imun tubuh. Sebagai

    contoh pada pengujian tiga macam frase jinten hitam (Nigella sativa L.)

    (ekstrak etanol, polisakarida, dan, volatil oil) terhadap respon antibodi tikus

    yang telah divaksinasi dengan vaksin Brucella menunjukkan hasil yang

    signifikan sebagai bahan tambahan vaksin Brucella Melitensis. Dari

    percobaan tersebut ketiga fraksi memiliki peran yang signifikan

    meningkakan titer antibodi, meskipun sebagai bahan tambahan dalam

    vaksin. Hasil dari penelitian tiga frase diperoleh polisakarida sebagai fraksi

    hasil ekstraksi yang paling paling efektif (Hailat, et al 1998).

    Penelitian Nabil Hailat pada tahun 1998 menunjukkan bahwa

    polisakarida jinten hitam (Nigella sativa L.) sebagai adjuvan memiliki

    kemampuan yang lebih signifikan dibanding ekstrak lain. Sejauh ini

    penelitian imunomodulator frase polisakarida tunggal belum pernah

    dilakukan.

    Polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.)

    diharapkan dapat berkhasiat sebagai imunomodulator yang dapat

    meningkatan sistem respon imun secara humoral maupun selular dan

    menurunkan reaksi sistem imun yang berlebih sehingga sistem imun tubuh

    berada dalam kondisis seimbang. Peningkatan jumlah leukosit total

    menunjukkan respon imun secara humoral dan selular dalam mengatasi

    adanya zat asing (Erlinger, 2004). Pada penelitian Camalia G Michael dkk

    tahun 2010 juga menyebutkan bahwa jinten hitam (Nigella sativa L.) juga

    dapat menurunkan kadar interleukin-1 yang diinduksi CCl4. Senyawa ini

  • 3

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    merupakan salah satu turunan sitokin yang berfungsi sebagai mediator

    inflamasi.

    Pada penelitian ini kami akan mencoba mengetahui efektifitas

    imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa

    L.) terhadap mencit Balb/C melalui penghitungan total leukosit, jumlah

    limfosit dan monosit serta pengukuran kadar IL-1.

    1.2 PERUMUSAN MASALAH

    1. Apakah polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.)

    mempengaruhi total leukosit, jumlah limfosit, jumlah monosit dan IL-

    1?

    2. Dosis polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.)

    manakah yang akan memberikan efek imunomodulator yang lebih baik?

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Mengetahui kemampuan polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam

    (Nigella sativa L.) sebagai imunomodulator.

    2. Mengetahui dosis polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella

    sativa L.) yang memiliki efek imunomodulator terbaik.

    1.4 MANFAAT PENELITIAN

    Mengetahui gambaran umum tentang manfaat jinten hitam (Nigella sativa

    L.) terhadap respon imun melalui total leukosit, jumlah limfosit dan

    monosit, serta kadar IL-1.

  • 4UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. DESKRIPSI TANAMAN JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)

    2.1.1. Klasifikasi Tanaman

    Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman jinten hitam

    adalah sebagai berikut (Junaidi, et al 2011):

    Kingdom : Plantae

    Sub Kingdom : Traceabionta

    Divisi : Spermatophyta

    Kelas : Magnoliopsida dicotyledon

    Subkelas : Magnolidae

    Ordo : Ranunculales

    Famili : Ranunculaceae

    Genus : Nigella L.

    Spesies : Nigella sativa L.

    2.1.2. Nama Daerah

    Jinten hitam dikenal dengan banyak nama, beberapa negara

    mengenalnya dengan sebutan Black cummin atau Black caraway seed. Nabi

    Muhammad SAW menyebutnya dengan sebutan Habbat Al-Baroka,

    sedangkan di Rusia dan Rumania dikenal dengan sebutan Charmuska. Di

    India dan Pakistan jinten hitam dikenal dengan nama Kalonji (Goreja,

    2003). Bahasa yang akan digunakan agar tidak membingungkan dalam

    bahasan ini adalah Nigella sativa L.

    2.1.3. Ciri-Ciri Tanaman

    Nigella sativa L. merupakan tanaman terna setahun berbatang tegak.

    Batang tanaman biasanya berusuk dan berbulu kasar, rapat atau jarang-

    jarang dan disertai dengan bulu. Daun bulu berkelenjar. Bentuk daun lanset

    terbentuk garis panjang 1,5 cm sampai 2 cm. Ujung lancip terdapat tulang

    daun. Daun bagian bawah bertangkai dan bagian atas duduk. Daun

  • 5

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    pembalut bunga kecil. Kelopak bunga 5, bundar telur ujungnya agak

    melancip sampai agak tumpul pangkal mengecil membentuk sudut yang

    pendek dan besar. Mahkota bunga pada umumnya berjumlah 8, agak

    memanjang lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek;

    berbibir dua, bibir bagian atas pendek, lanset, ujung memanjang berbentuk

    benang. Ujung bibir bunga bagian bawah tumpul, benang sari banyak,

    gundul; kepala sari jorong dan sedikit tajam, berwarna kuning. Buah bulat

    telur atau agak bulat. Biji hitam, jorong bersudut tiga tak beraturan dan

    sedikit berbentuk kerucut, panjang 3 mm berkelenjar (Junaidi, et al 2011).

    Gambar 2. 1 Bentuk batang dan bunga Nigella sativa L.

    2.1.4. Kandungan Tanaman

    Nigella sativa L. mengandung banyak sekali zat-zat aktif

    yang sangat berguna dalam kehidupan manusia. Zat-zat tersebut

    termasuk golongan antioksidan, imunomodulator, antikanker,

    antihistamin dan zat-zat lainnya. Berdasarkan penelitian Greenish

    melalui publikasi jurnalnya pada tahun 1880, dalam Nigella sativa L.

    terkandung 37 % minyak dan 4,1 % abu / garam kalsium. Komposisi

    secara umum Nigella sativa L. adalah sebagai berikut:

  • 6

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    Tabel 2.1 Konstituen Umum Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al

    2006).

    Konstituen % Range (w/w)

    Oil 31 35,5

    Protein 16 - 19,5

    Karbohidrat 33 34

    Fibrate 4,5 6,5

    Ash 3,7 7

    Saponin 0,013

    Moisture 5 7

    Sedangkan komposisi minyak dari Nigella sativa L. termasuk

    senyawa volatilnya adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.2 Konstituen Minyak Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al

    2006).

    Konstituen % range (w/w)

    Linoleic acid 44,7 56

    Oleic acid 20,7 24,6

    Linolenic acid 0,6 1,8

    Arachidic acid 2 3

    Palmitoleic acid 3

    Eicosadic Acid 2 2,5

    Palmitic acid 12 14,3

    Stearic acid 2,7 3

    Myristic acid 0,16

    Sterol 0,5

  • 7

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    Nigella sativa L. juga dilaporkan mengandung nigellone, Struktur

    dari konstituen terbesar yang terisolasi seperti yang terlihat pada gambar

    struktur di bawah ini :

    Gambar 2.2 Komponen terbesar Nigella sativa L. (Paarrakh M,

    2010).

    2.1.5 Khasiat dan Kegunaan

    Penelitian tentang manfaat Nigella sativa L. telah banyak dilakukan

    dan banyak juga yang telah dipublikasikan. Dari sekian jurnal yang telah

    dipublikasikan membuktikan efek positif yang menunjukkan betapa

    besarnya potensi kegunaan dari Nigella sativa L.

    Biji dari Nigella sativa L. yang telah dibuat bubuk yang diberikan

    ke beberapa volunter pada dosis 1 g dua kali sehari selama 4 minggu

    memberikan efek peningkatan rasio dari sel T helper ke sel T supressor

    hingga 72 % dan meningkatkan fungsi dan jumlah dari Sel T Killer (Hussein

    El- taher, et al 2006).

    2.2. EKSTRAK

    Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

    senyawa aktif dari simplisia nabati dan simplisia hewani menggunakan

    pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan

    dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

    memenuhi baku yang ditentukan, Sedangkan ekstraksi adalah kegiatan

    penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan

  • 8

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI, 2010). Senyawa aktif

    yang terdapat dalam simplisia dapat di golongkan dalam golongan minyak

    asiri, alkaloid, flavanoid, dan lain-lain.

    2.3. METODE EKSTRAKSI

    Ekstraksi memiliki banyak metode tergantung pada sifat-sifat ekstrak

    yang akan diambil.

    2.3.1 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut

    1. Maserasi

    Maserasi adalah metode ekstraksi simplisia dengan menggunakan

    pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

    temperatur ruangan.

    2. Perkolasi

    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

    sempurna (exhause extraction) yang umumnya dilakukan pada

    temperatur ruangan. Proses biasanya terdiri dari tahapan pengembangan

    bahan tahap maserasi antara tahap perkolasi sebenarnya, terus menerus

    hingga diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

    3. Refluks

    Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut dengan titik didihnya,

    selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relatif

    konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

    pengulangan proses pada residu pertama sampai 3 -5 kali sehingga dapat

    termasuk proses ekstraksi sempurna.

    4. Sokhlet

    Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

    yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstaksi

    kontinu. Dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya

    pendingin balik.

  • 9

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    5. Digesti

    Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi

    dari temperatur ruangan yaitu biasanya dilakukan pada temperatur 40

    500C.

    6. Infus

    Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanas

    air (bejana infus tercelup dalam bejana mendidih, temperatur terukur 96-

    98o C) selama waktu tertentu. Selama waktu tertentu (15-20 menit).

    7. Dekok

    Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (> 30 menit) dan

    temperatur sampai pada titik didih air.

    2.3.2 Metode Ekstraksi Lainnya

    Beberapa cara ekstraksi dengan menggunakan cara-cara yang telah

    dibahas di atas, ada juga ekstraksi yang lain sebagai cara penarik zat aktif

    dari simplisianya, cara-cara yang digunakan diantaranya adalah: destilasi

    uap, ekstraksi energi listrik, ekstraksi ultrasonik,dan superkritikal

    karbondioksida.

    Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

    asiri) dari bahan (segar atau simplisianya) dengan uap air berdasarkan

    peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air

    dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi

    fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi

    destilat air bersama kandungan senyawa yang memisah sempurna atau

    memisah sebagian. Simplisia benar benar tidak larut dalam air namun benar-

    benar dilalui uap air sehingga senyawa kandungan ikut terdestilasi (Depkes

    RI, 2000).

    Ekstraksi energi menggunakan medan listrik, ultrasonik dan

    superkritikal karbon dioksida memiliki tujuan untuk memberikan tekanan

    dan peningkatan permeabilitas dinding sel dari simplisia sehingga sehingga

    zat aktif dari simplisia dapat di ambil.

  • 10

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    2.4 IMUNOMODULATOR

    Sistem imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistem imun kongenital atau

    non spesifik dan sistem imun didapat atau adaptif atau spesifik. Mekanisme

    pertahanan tubuh oleh sistem imun kongenital bersifat spontan, tidak spesifik,

    dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah

    paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistem imun didapat

    muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang

    tergantung pada paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistem imun

    kongenital memungkinkan respons imun dini untuk melindungi tubuh selama

    4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan untuk mengaktifkan limfosit

    (Bratawidjaja, 2002).

    Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan

    memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang

    fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara,

    yaitu melalui:

    Imunorestorasi

    Imunorestorasi adalah suatu cara mengembalikan fungsi sistim

    imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistim imun,

    seperti : imunoglobulin dalam bentuk immune serum globulin (ISG),

    hyperimmune serum globulin (HSG), plasma, transplantasi sumsum tulang,

    jaringan hati, timus, plasmaferesis, dan leukoferesis (Djajakusumah, 2010).

    Imunostimulasi

    Imunostimulasi adalah cara memperbaiki fungsi sistim imun dengan

    menggunakan bahan yang merangsang sistim tersebut. Bahan yang

    termasuk imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut :

    1. Biologik, seperti hormon timus, limfokin, interferon, antibodi

    monoklonal, transfer factor/ekstrak leukosit, sel LAK, bahan biologik

    asal bakteri dan asal jamur.

    2. Sintetik seperti levamisol, isoprinosin, muramil dipeptid (MDP),

    biological respons modifier (BRM), hidroksiklorokuin, arginin,

    antioksidan dan bahan-bahan lain seperti bahan yang masih dalam

  • 11

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    percobaan klinik antara lain azimekson, siamekson, bestati, tuftsin,

    maleic anhydride,divynil ether copolymer, dan 6-phenyl-pyrimidinole

    (Djajakusumah, 2010).

    Imunosupresi

    Merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun.

    Kegunaannyadi klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi

    penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan

    kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau auto-inflamasi

    (Bratawidjaja, 2002).

    Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up

    regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation (Bratawidjaja,

    2002).

    2.5 LEUKOSIT.

    Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel

    darah putih. Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-

    rata 5000-9000 sel/mm3 (Efendi,Z 2003). Jika dilihat dalam mikroskop

    cahaya maka akan terlihat inti dalam sitoplasmanya yang mempunyai bentuk

    inti bermacam-macam, Ada kalanya tidak mempunyai granula,

    sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.

    Gambar 2.3 Beberapa jenis penampakan mikroskop dari leukosit (Anonim,

    2013)

  • 12

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    Menurut dr Zurkesti Efendi, leukosit terbagi menjadi 2 jenis yaitu

    granular (memiliki granula) dan agranular (tidak memiliki granula).

    Leukosit granular terbagi menjadi 3 macam turunan leukosit (diferensial

    leukosit) yaitu: neutrofil, basofil dan eusinofil. Sedangkan leukosit agranular

    Terdapat dua: limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar

    mengandung sitoplasma lebih banyak.

    Pada dasarnya seluruh sistem darah dalam tubuh manusia berasal

    dari turunan stema sel. Dengan adanya faktor tempat terbentuknya dan faktor

    humoral, stema sel berubah menjadi beberapa bentuk sel. erythropoiesis dan

    thrombopoiesis dibentuk secara tersendiri setelah fase stema sel, sedangkan

    monocytopoiesis dan granulocytopoiesis berkaitan antara keduanya.

    Pembentukan limfosit tidak terkait dengan pembentukan sel-sel lainnya.

    Granulosit, monosit dan limfosit secara bersamaan membentuk sel leukosit

    (Theml, H et al, 2004).

    Gambar 2.4 Bagan pembentukan sel darah dari stema sel (theml, H

    et al, 2004).

  • 13

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    2.5.1 Limfosit

    Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8 um, 20-30%

    leukosit darah. Normal, inti relatif besar, bulat sedikit cekungan pada satu

    sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan elektron mikroskop.

    Limfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12 um ukuran

    yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak (Efendi,Z

    2003).

    Gambar 2.5 Limfosit (Theml, H et al, 2004)

    Leukosit mempunyai peran dalam pertahanan seluler dan humoral

    organisme terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan

    amuboid dan melalui proses diapedisis leukosit dapat meninggalkan kapiler

    dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus jaringan

    penyambung. Jumlah leukosit pada manusia permikroliter adalah 4000-

    11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari keempat turun sampai

    12000. Pada usia 4 tahun jumlah leukosit akan sesuai kadar normal

    (Efendi,Z 2003).

    2.5.2 Monosit

    Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit

    normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai

    20 um atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam

    berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini

    merupakan sifat tetap monosit Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan

    wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan

    lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma

  • 14

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus

    Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus

    pada daerah identasi inti (Efendi,Z 2003).

    Gambar 2.6 Monosit (Theml, H et al, 2004)

    Monosit dapat ditemukan di dalam darah, jaringan penyambung, dan

    rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong mononuklear fagosit (sistem

    retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan

    membrannya untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit memfagosit

    mikroorganisme, sel mati, partikel asing (contohnya debu yang masuk ke

    dalam paru-paru). Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding

    kapiler kemudian masuk ke dalam jaringan penyambung.

    Monosit dalam sistem imun berfungsi sebagai makrophage, yaitu

    menelan dan menghancurkan sel, mikroorganisme dan benda asing yang

    bersifat patogen dengan cara menelan dan menghancurkannya. Monosit

    akan merespon adanya tanda-tanda inflamasi dengan cara bergerak cepat

    (kira-kira 8-12 jam) ke tempat yang terinfeksi, mengirimkan makrofag

    untuk merangsang respons imun, dan mengeluarkan substansi yang

    mempengaruhi terjadinya proses peradangan kronik (Lestari, et al, 1993).

    2.5.3 Neutrofil

    Neutrofil berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam

    sirkulasi, sel-sel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis

    tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus (Efendi, Z, 2003).

  • 15

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    Gambar 2.7 Neutrofil (Theml, H et al, 2004)

    Neutrofil berfungsi untuk fagositosis yaitu menghancurkan benda

    asing dari luar tubuh. Proses ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu kemotaksis,

    perlekatan, penelanan, dan pencernaan. Apabila ada infeksi neutrofil akan

    bergerak menuju tempat infeksi. Pergerakan ini dinamakan proses

    kemotaksis. Respons terjadi apabila ada substansi yang dihasilkan oleh

    bakteri sehingga merangsang neutrofil untuk mendekat, selain itu opsonin

    atau antibodi juga akan merangsang proses kemotaksis.

    2.6 INTERLEUKIN 1

    Interleukin-1 secara umum pada mulanya dikenal sebagai polipeptida

    yang merupakan derivat dari fagosit mononuklear yang meningkatkan

    respons dari timosit terhadap aktivator poliklonal khususnya sebagai ko-

    stimulasi dari aktifasi sel T (Syamhudi, et la 2005). IL-1 diproduksi

    terutama antara lain oleh : makrofag, sel endotel, limfosit granuler, sel B,

    fibroblas, sel epitel, astrosit, dan osteoblas. IL-1 juga dapat disintesis oleh

    hampir semua sel berinti. IL-1 bekerja terutama sebagai mediator pada

    imunitas non-spesifik bersama interferon dan tumor necrosis factor. IL-1

    termasuk dalam golongan Sitokinin.

    Saat ini telah jelas bahwa fungsi IL-1 secara umum adalah sebagai

    mediator dari respons inflamasi imunitas natural yaitu mengaktifkan sel T,

    merangsang sel T untuk memproduksi limfokin, co-factor untuk haemoptik

  • 16

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    growth factor, menimbulkan panas, pelepasan ACTH, neutrofil dan respons

    akut sistemik lainnya, merangsang sintesis limfokin kolagen dan

    kolagenase, mengaktifkan sel endotel dan makrofag, perantara dalam

    inflamasi, proses katabolik dan resistensi non spesifik terhadap bakteri.

    2.7 ELISA

    ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay) merupakan metode

    analisis yang diguanakan untuk menganalisa sitokin dan sejenisnya secara

    spesifik dan mempunyai sensitifitas yang tinggi. Metode ini pertam kali

    diterapkan pada tahun 1971 dan semenjak tahun tersebut metode ini banyak

    digunkan secara luas.

    Uji ini menyertakan monoclonal antibody yang digunakan sebagai

    pelapis microtiter plate. Setelah penambahan sampel, antibodi yang spesifik

    yang ada di plate akan menangkap protein yang yang sesuai. (misal : sitokin)

    lalu monoclonal antibody yang digunakan sebagai pendeteksi akan mengikat

    epitop yang lain pada protein tersebut. Deteksi antibodi diberi label dengan

    biotin, yang memungkinkan ikatan subsquen enzim streptavidin-terkonjugasi.

    reagen yang tidak berikatan akan terbuang saat proses washing. Setelah

    penambahan substrat, reaksi warna yang terbentuk berbanding lurus dengan

    jumlah protein terikat. Konsentrasi protein dalam sampel ditentukan denagn cara

    dibandingkan dengan kurva standar konsentrasi protein yang telah dibuat

    berdasarkan standar (Sino biological.inc, 2015).

    Gambar 2.8 Skema ilustrasi uji ELISA (Sino biological.inc, 2015).

    Ada beberapa macam jenis ELISA yang biasa digunakan dalam analisis,

    diantaranya yaitu :

  • 17

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    1. Direct ELISA

    Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik

    ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi

    antigen pada sampel ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik

    (monoklonal) untuk mendetaksi keberadaan antigen yang diinginkan pada

    sampel yang diuji.

    2. Indirect ELISA

    ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal) serta

    antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan

    antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji.

    3. Competitive ELISA

    Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu competitor

    ke dalam lubang mikrotiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat

    diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi.

    4. Sandwich ELISA

    Teknik ELISA yang menggunakan dua antibodi (primer dan sekunder). Pada

    teknik ELISA ini, antibodi kedua (sekunder) akan dikonjugasikan dengan

    enzim yang berfungsi sebagai signal.

    2.8 HEWAN UJI ( Mencit / Mus Muskulus )

    Penggunaan hewan uji dalam penelitian terus digunakan hingga massa

    sekarang, penggunaannya bertujuan sebagai model dari subjek yang

    sebenarnya. Dalam penelitian ini hewan yang akan digunakan sebagai objek

    percobaan adalah mencit.

    Gambar 2.9 Mencit Balb/C (Sino biological.inc, 2015)

  • 18

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    Mencit adalah hewan pengerat, yang termasuk golongan mamalia. Hal

    tersebut akan lebih jelas pada taksonomi mencit berikut :

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Cordata

    Sub phylum : Vertebrta

    Class : Mamalia

    Ordo : Rodentin

    Sub ordo : Myomorpha

    Family : Muridae

    Sub family : Murinae

    Genus : Mus

    Spesies : Musculus

    Morfologi mencit yang kecil memiliki panjang tubuh 75 100

    milimeter dan luas permukaan tubuh 36 cm2 pada berat badan 20 gram

    sehingga dalam ruangan yang relatif kecil dapat dipelihara atau digunakan

    untuk penelitian dalam jumlah yang banyak (Harkness, 1983).

  • 19UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

    Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Animal House FKIK UIN

    Jakarta, laboratorium Bioavaibility & Bioequivalensi (PBB) UIN Jakarta dan

    laboratorium Drugs Research & Development (PDR) UIN Jakarta pada Bulan

    Oktober sampai Bulan Desember 2013.

    3.2 BAHAN DAN ALAT

    3.2.1 Bahan

    a. Bahan Uji

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji

    Nigella sativa L yang diperoleh dari PT. Lantabura Internasional, Depok,

    berasal dari negara Etiopia.

    b. Bahan Kimia

    n-heksan, etanol p.a 96 %, eter, larutan NaCl, pewarna giemsa,

    minyak emersi, metanol, pewarna gentian violet, asam asetat glasial,

    aquadest, Na-CMC, LPS (lipopolysacharide) dari bakteri E coli (Sigma

    aldrich).

    c. Hewan Uji

    Sebanyak 20 Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    mencit galur balb/c berumur 6 8 minggu dengan berat badan 25 30 gram

    yang diperoleh dari laboratorium terpadu UGM dan diberikan makan berupa

    berupa butiran (pelet) dan minuman ad libitum.

    3.2.2 Alat

    Alat yang digunakan adalah perangkat gelas yang biasa digunakan

    dalam laboratorium, Elysa kit (Foster biological Technology.,LTD),

    timbangan analitik (wiggen hauser), mikroskop (nikon), kamar hitung

    (hematocyte) (mariendfeld germany), pipet Micro, timbangan hewan,

    kandang hewan uji, pipa kapiler (hematokrit), Rotary evaporator (eyela),

    sentrifugator (ependorf centrifuge 5417 R), blender, tabung EDTA, tabung

    ependorf.

  • 20

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    3.3 PROSEDUR PENELITIAN

    3.3.1 Optimasi Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L

    a. Metode Ekstraksi pertama (Hailat, et al. 1998 ).

    Sebanyak 500 mg biji jinten hitam (Nigella sativa L.) yang telah

    dikeringkan diblender (dihaluskan) kemudian diekstraksi dengan

    menggunakan sodium bicarbonat 5% (perbandingan pelarut dan serbuk

    jinten hitam adalah 3 : 1) pada suhu ruangan selama 24 jam. Larutan

    hasil ekstraksi 24 jam disaring dan hasil saringanya di endapkan dengan

    etanol 96 % sebanyak 3 liter (perbandingan larutan dan etanol adalah 1

    : 1)

    b. Metode Eksraksi kedua (Toneli, et al 2008)

    Polisakarida diperoleh dengan cara 30 gram serbuk Nigella

    sativa L. (telah dihilangkan lemaknya dengan n-heksan) dipanaskan

    dengan 2,1 L aquadest (1 :70) dalam waterbath suhu 800C selama 1 jam

    dan biarkan semalam. Larutan disentrifus pada 5000 rpm selam 20

    menit dan disaring. Supernatan ditambahkan etanol 90 % (1 : 1) dan

    dibiarkan semalam hingga terbentuk endapan. Endapan kemudian

    diuapkan dengan evaporator.

    3.3.2 Preparasi sampel

    1. Pembuatan Larutan Na CMC 5 %

    Sebanyak 500 mg Na CMC ditimbang dan dilarutkan dengan

    aquadest hangat. Kemuadian larutan terus diaduk dan ditambahkan

    aquadest hingga diperoleh volume 100 ml.

    2. Penentuan Dosis (Hussein El- taher, et al 2006)

    Penentuan besar dosis polisakarida Nigella sativa L. Diperoleh

    dari penelitian terhadap rasio sel limposit T helper. Serbuk Nigella sativa

    L. diberikan kepada beberapa volunter pada dosis 1 g dua kali sehari

    yang diberikan selama 4 minggu. Hasil dari penelitian tersebut Nigella

    sativa L terbukti dapat meningkatkan rasio sel limposit T helper. Dari

    hasil penelitian tersebut dijadikan dasar penentuan dosis. Dosis manusia

    2 gram sehari diubah kedalam dosis mencit, kemudian setelah diperoleh

  • 21

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    dosis mencit lalu disesuaikan dengan hasil rendemen polisakarida hasil

    ekstraksi (Lampiran 10).

    3.3.3 Perlakuan Hewan Uji Dan Metode Uji

    Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, mencit balb/c

    diaklimatisasi terlebih dahulu selama 30 hari agar dapat beradaptasi dengan

    lingkungan laboratorium hewan dan dapat dikontrol kondisi kesehatannya.

    a. Perlakuan Untuk Uji Total Leukosit, Limfosit, Dan Monosit

    Jumlah sampel setiap kelompok berdasarkan Research Guidelines

    For Evaluation The Safety And Efficiacy Of Herbal Medicines dari WHO

    tiap kelompok adalah 5 ekor, sehingga mencit balb/c yang digunakan untuk

    penelitian uji leukosit, limfosit dan monosit adalah 5 ekor perkelompok.

    Mencit yang telah diaklimatisasi ditimbang berat badanya dan

    dicatat untuk ditentukan besar dosis ekstrak yang diberikan. Setelah data

    berat badan mencit diperoleh, mencit diberi polisakarida hasil ekstraksi

    Nigella sativa L berdasarkan kelompok dosis dan berat badannya selama 14

    hari percobaan. Setelah itu dilakukan pengambilan darah pada hari ke-7, ke-

    14, dan ke-21.

    Tabel 3.1. Perlakuan kelompok uji total leukosit, limfosit, dan monosit

    No Kelompok Perlakuan

    1 Kontrol negatif Hanya diberi Na Cmc

    2 Dosis rendah Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L

    dengan dosis 1,25 mg / g BB mencit selama

    14 hari. Kemudian diambil darahnya hari ke-

    7, ke-14, dan ke-21

    3 Dosis sedang Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L

    dengan dosis 2,5 mg / g BB mencit selama 14

    hari. Kemudian diambil darahnya pada hari

    ke-7, ke-14, dan ke-21

    4 Dosis tinggi Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L

    dengan dosis 5 mg / g BB mencit selama 14

  • 22

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    hari. Kemudian diambil darahnya pada hari

    ke-7, ke-14, dan ke-21

    b. Perlakuan untuk uji interlekuin 1

    Untuk uji interlekuin 1 jumlah mencit untuk tiap kelompok jumlah

    sampel 5. Setelah diaklitimasi selama 1 minggu, mencit diberikan ekstrak

    polisakarida secara oral selama 5 hari. Pada hari ke-5 mencit disuntik

    dengan LPS 20 g/mencit setelah 2 jam pemberian ekstrak, kemudian 6

    jam sesudahnya diambil darahnya untuk diambil plasmanya. Tabung yang

    digunakan untuk menampung darahnya adalah tabung EDTA. Kemudian

    ditentukan nilai Il-1 menggunakan ELISA kit.

    Tabel 3.2. Perlakuan Kelompok Uji Interlekuin 1.

    No Kelompok Perlakuan

    1 Normal Hanya diberi Na Cmc secara oral, pada hari

    ke-5 diambil darahnya.

    2 Kontrol negatif Diberi Na Cmc secara oral disuntikan secara

    i.p LPS. setelah 6 jam diambil darahnya.

    2 Dosis rendah Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L

    dengan dosis 1,25 mg / g BB mencit selama 5

    hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu

    setelah 6 jam diambil darahnya.

    3 Dosis sedang Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L

    dengan dosis 2,5 mg / g BB mencit selama 5

    hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu

    setelah 6 jam diambil darahnya.

    4 Dosis tinggi Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L

    dengan dosis 5 mg / g BB mencit selama 5

    hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu

    setelah 6 jam diambil darahnya.

  • 23

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    c. Pengambilan Darah (Permatasari, 2012 )

    1. Sebelum pengambilan darah persiapkan terlebih dahulu eter, handscon,

    kapas dan tisu.

    2. Mencit yang akan diambil darahnya dianestesi menggunakan eter.

    3. Posisikan mencit dengan nyaman dengan memegang tengkuk dan

    kepala agar tidak banyak bergerak, kemudian Mikrohematokrit

    digoreskan pada medial canthus mata di bawah bola mata ke arah

    foramen opticus.

    4. Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5 kali

    maka harus dikembalikan 5 kali.

    5. Tampung darah yang keluar melalui kapiler di tabung EDTA hingga

    mencapai 500ul. Setelah mikrohematokrit dilepas mata mencit dilap

    dengan tisu agar darah yang masih keluar segera berhenti.

    3.3.3 Metode Uji

    a. Uji Total Leukosit, Persentase Limfosit, dan Presentase Monosit

    Darah dihisap dengan pipet leukosit sampai pada tanda 0,5 pada

    pipet dan disusul dengan larutan turk sampai pada tanda 11, kemudian

    salah satu ujung pipet ditutup dengan menggunakan satu ibu jari dan

    yang lain dengan telunjuk selama 1- 3 menit, satu sampai dua tetes

    pertama dibuang kemudian pipet ujung mikro ditempelkan pada salah

    satu sisi bilik hitung yang telah diberi gelas penutup dan kertas tisu pada

    sisi lawannya. Darah yang ada pada 4 bilik W (white) diamati di bawah

    microskop dengan perbesaran 400. Perhitungan terhadap leukosit yang

    terdapat dalam persegi 1, 2, 3, 4 atau kamar hitung hemacytometer.

    Jumlah leukosit tersebut dihitung per mm3 dengan ketentuan rumus yang

    telah ditentukan rumus untuk menghitung jumlah leukosit per mm3 darah

    dengan ketentuan :

    Luas persegi panjang : 4 mm2

    tinggi kamar hitung : 0,1 mm

    pengenceran : 20 kali

    N : Jumlah Total Leukosit

  • 24

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    jumlah leukosit per mm3 adalah , x 20 x N = 50 N (Suharti,et al 2010)

    Gambar 3.1 Kamar hitung neubauer (Eki putra, 2008)

    Untuk uji limfosit dan monosit Sampel darah segar diteteskan pada

    gelas obyek dan dibuat preparat hapus dengan menggunakan tangan kanan

    diletakkan gelas obyek lain di depan tetesan darah tersebut dengan sudut 30

    - 400 C. Gelas obyek kedua didorong ke depan hingga membentuk hapus

    tipis. Setelah kering preparat hapus tersebut difiksasi dengan metanol

    selama 3-5 menit, dibiarkan mengering di udara. Preparat kemudian

    diwarnai dengan larutan Giemza dengan pengenceran 1 : 9 selama 30 menit

    (pH bufer fosfat 6,8 - 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan

    dibiarkan mengering di atas rak. Setelah kering preparat diperiksa di bawah

    mikroskop dengan perbesaran 100x dihitung setiap jenis leukosit

    menggunakan blood counter tabulator. Sel yang dihitung paling sedikit 100

    sel dan dilakukan perhitungan jumlah monosit dan limfosit (Suharti, et al

    2010).

    Gambar 3.2 Alur pengamatan mikroskop pada gelas objek

  • 25

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    b. Uji Kadar Il-1

    Untuk menentukan kadar Interlekuin-1 dalam penelitian ini

    digunakan ELISA Kit (Mouse IL-1 ELISA Kit, Foster biological

    Technology.,LTD). Prosedur ELISA pada tahap ini mengikuti Protokol For

    ELISA Kit yang disertakan pada paket ELISA Kit.

    3.4 ANALISA DATA

    Untuk mengetahui efektivitas imunomodulator polisakarida Nigella

    sativa L melalui pengukuran jumlah Interleukin 1 , jumlah total leukosit,

    limfosit, dan monosit mencit balb/c digunakan uji analisa varian (ANOVA)

    satu arah. Sebelum diuji menggunakan ANOVA data terlebih dahulu diuji

    tingkat kenormalan homogenitas data dan varian datanya terlebih dahulu.

    Kemudian dilihat tingkat signifikan datanya menggunakan uji turkey HSD

    (Pratisto, 2010).

    Hipotesis :

    Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antar tiap kelompok

    Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan antar tiap kelompok

    Kriteria Pengujian :

    Bila nilai sig < 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan yang signifikan

    Bila nilai sig > 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan yang

    signifikan.

  • 26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 HASIL OPTIMASI EKSTRAKSI

    Bahan Nigella sativa L. yang digunakan untuk penelitian ini telah diuji

    pada penelitian sebelumnya dan telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense,

    pusat penelitian biologi LIPI, Bogor Jawa barat. Hasil determinasi menunjukan

    bahwa sampel yang digunakan adalah jinten hitam (Nigella sativa L.) famili

    Ranunculae (Alawiyah, 2012 ).

    Metode ekstraksi pertama dilakukan dengan menggunakan metode

    penelitian Nabil Hailat tahun 1998. Dari 500 gram Nigella sativa L yang

    digunakan untuk proses ekstraksi didapat rendemen sebanyak 200 gram

    polisakarida. Hasil ekstraksi polisakarida hitam pekat dengan bau khas Nigella

    sativa L.

    Gambar 4.1 Hasil ekstraksi polisakarida Nigella sativa L metode pertama.

    Identifikasi awal polisakarida hasil ekstraksi ini adalah dengan uji

    kualitatif. Uji pertama yang digunakan adalah metode reaksi Barfoed. Uji ini

    dilakukan dengan cara menambahkan 1 ml larutan polisakarida dengan larutan

    Barfoed sebanyak 2 ml, kemudian dipanaskan hingga beberapa saat. Jika

    terdapat kandungan sakarida akan terbentuk endapan warna merah bata.

    Semakin lama terbentuknya lapisan merah bata menunjukan semakin komplek

    susunan sakarida yang ada di dalam larutan. Hasil uji ini menunjukan bahwa

    ada warna merah bata pada lapisan ekstrak. Hal ini menunjukan adanya

    karbohidrat jenis tertentu.

  • 27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.2 Hasil uji Barfoed polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L.

    Warna merah bata terbentuk karena adanya gugus aldehid atau keton

    (gula pereduksi) bebas dalam molekul karbohidrat. Umumnya yang

    teridentifikasi dengan uji ini adalah golongan monosakarida dan disakarida.

    Selain uji Barfoed dilakukan juga uji Benedict. Uji ini tidak berbeda

    jauh hasilnya dengan uji barfoed. Hasil uji ini juga menunjukan hasil warna

    merah bata pada hasil ekstraksi polisakarida yang diperoleh.

    Gambar 4.3 Hasil uji Benedict polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L.

    (terbentuk warna merah bata pada tabung tengah)

    Uji selanjutnya dengan metode kuantitatif. Pengujian ini dilakukan di

    laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech, Bogor. Metode yang digunakan

    untuk mengetahui kadar polisakarida terutama karbohidratnya adalah dengan

    menggunakan metode luff schoorl. Hasil uji menunjukan kadar karbohidrat

    total yang diperoleh dari metode ekstraksi ini adalah sebesar : 3,81 %,

  • 28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    sedangkan kadar inulin sebesar : 0,08 % yang diperoleh dengan metode

    pengukuran dengan alat HPLC.

    Metode ekstraksi polisakarida yang kedua menggunakan metode

    penelitian Toneli pada tahun 2008. Ekstraksi polisakarida Nigella sativa L.

    dilakukan sebanyak 3 kali (90 gram) ekstraksi, hasil dari ekstraksi sebanyak

    14,5 gram polisakarida (rendemen hasil ekstraksi sebesar16,5 %). Polisakarida

    hasil ekstraksi yang dihasilkan berwarna putih keabu-abuan memiliki bau

    khas Nigella sativa L.

    Gambar 4.4 Hasil Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L.

    Pengukuran kadar air yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah

    18,12 %. Pengujian kadar air dilakukan untuk menetapkan residu air setelah

    proses pengentalan atau pengeringan. Kadar air merupakan standar acuan

    sebagai indikasi mutu ekstrak. Hasil ekstraksi polisakarida Nigella sativa L ini

    merupakan ekstrak kental sesuai dengan kriteria dari VOIG yaitu 5 30 %.

    Kadar abu polisakarida yang diperoleh dari hasil ekstraksi ini

    adalah sebesar 6,8 %. Kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberi gambaran

    kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari Kadar abu yang

    diperoleh dari proses awal sampai akhir terbentuknya ekstrak. Pada proses ini

    ekstrak dipanaskan pada suhu senyawa organik terdekstruksi hingga tersisa

    unsur mineral dan anorganik saja. Data ini menunjukkan bahwa kadar abu

    polisakarida jinten hitam (Nigella sativa L.) dibawah kadar maksimal

    persentase kadar abu untuk ekstrak berdasarkan materia medika indonesia

    sebesar 14 % (Depkes, 1980).

  • 29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Dari hasil uji analisa di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech

    bogor diperoleh hasil kadar karbohidrat dari metode ekstraksi kedua ini adalah

    sebesar 3,98 %, sedangkan inulin sebesar 3,19 %. Hasil ini lebih besar

    dibandingkan dengan metode ekstraksi pertama, sehingga dalam penelitian ini

    metode yang kedua digunakan sebagai metode baku yang dipakai untuk

    ekstraksi polisakarida karena diduga inulin merupakan zat aktif yang

    berkhasiat sebagai imunomodulator.

    4.2 TOTAL LEUKOSIT

    Setelah dilakukan penelitian selama 21 hari maka diperoleh data

    sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Hasil perhitungan total leukosit

    Setelah dilakukan penghitungan, jumlah total leukosit berkisar antara

    3,8 + 0,4 hingga 8,6 + 3,0 x 103 per mm3. Jumlah terkecil terlihat pada

    kelompok kontrol pada hari ke-7, sedangkan nilai tertinggi terlihat pada

    kelompok dosis tinggi hari ke-21. Peningkatan tersebut sesuai dengan

    peningkatan dosis yang diberikan dan lamanya pemberian ekstrak.

    Berdasarkan penelitian Arrington tahun 1972, kisaran normal jumlah total

    leukosit pada mencit Balb/C adalah 4 12 x 103 per mm3.

    Hasil penghitungan jumlah total leukosit hari ke-7 dianalisa dengan

    menggunakan program SPSS 16. Hasil uji homogenitas data menunjukkan

    bahwa homogenitas data hari ke-7 memenuhi syarat untuk dilakukan uji

    ANOVA (p>0,05). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

    yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok uji p=0,000

    (p

  • 30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok

    kontrol dengan dosis rendah (p=0,049), kelompok kontrol dengan dosis sedang

    (p=0,016), dan kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi (p=0,000).

    Gambar 4.5 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-7

    Jumlah total leukosit pada hari ke-14 pemberian polisakarida hasil

    ekstraksi Nigella sativa L. pada dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi

    yang dibandingkan dengan kelompok kontrol berada dalam kisaran jumlah

    normal total leukosit. Kenaikan jumlah total leukosit sejalan dengan

    peningkatan dosis polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. yang diberikan

    ke mencit. Pada kelompok dosis tinggi menghasilkan jumlah total leukosit

    tertinggi dibanding kelompok dosis lainya.

    Hasil uji homogenitas data untuk analisa hari ke-14 menunjukkan nilai

    probabilitas lebih besar dari 0,05 (p=0,602). Hasil ini menunjukkan bahwa

    semua kelompok uji memiliki varian yang sama sehingga memenuhi syarat

    untuk uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitasnya lebih

    kecil dari 0,05 (p=0,000). Hasil uji ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

    yang bermakna antara kontrol dengan kelompok uji. Kemudian untuk

    mengetahui tingkat kemaknaan antar kelompok dilakukan uji turkey HSD.

    Hasil uji ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok

    3830

    5400 5705

    7030

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    hari ke 7

    per m

    m3

    perbandingan kelompok dosis

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

  • 31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    kontrol dengan dosis rendah (p=0,015), kelompok kontrol dengan dosis sedang

    (p=0,001), dan kelompok kontrol dengan dosis tinggi (p=0,000).

    Gambar 4.6 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-14

    Pemberian ekstrak diberikan selama 14 hari, setelah itu pemberian

    ekstrak dihentikan. Namun pengambilan darah dilakukan hingga hari ke 21.

    Jumlah total leukosit pada hari ke 21 memiliki kisaran yang masih normal. Jika

    diperhatikan jumlah total leukosit meningkat berdasarkan besar dosis dan lama

    hari pemberian. Kelompok dosis tinggi memiliki jumlah total leukosit paling

    tinggi dibanding kelompok lainya.

    Hasil uji total leukosit hari ke-21 dianalisa menggunakan uji

    homogenitas data. Hasil uji menunjukkan nilai homogenitas hari ke-21

    memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 (p=0,022). Nilai probabilitas uji

    homogenitas data hari ke-21 tidak memenuhi syarat untuk uji ANOVA. Uji

    analisa dilakukan dengan metode kruskal wallis agar diketahui kemaknaan

    nilai total leukosit kontrol dengan dosis uji. Hasil Uji Kruskal Wallis

    menunjukkan nilai dibawah 0,05 (p=0,037). Hasil uji ini menunjukkan bahwa

    pemberian kelompok dosis pada hari ke-21 memiliki efek yang bermakna

    terhadap kelompok kontrol mencit Balb/C.

    4120

    61856890

    7975

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    9000

    hari ke 14

    per m

    m3

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

  • 32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.7 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-21

    Perbandingan rata-rata kelompok total leukosit pada hari ke-7 hari ke-

    14 dan hari ke-21 yang di analisa dengan uji ANOVA memiliki nilai bermakna

    tiap minggunya (p=0,001). Setelah dilakukan analisa tingkat kemaknaan rata-

    rata antar kelompok menggunakan turkey HSD diketahui bahwa terdapat

    perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan dosis rendah

    (p=0,025), kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi (p=0,045),

    dan kelompok kontrol dengan dosis tinggi (p=0,001).

    Dari pemaparan data diatas menunjukkan bahwa pemberian

    polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L pada mencit Balb/C mampu

    meningkatkan jumlah total leukosit, dan semakin tinggi dosis pemberian

    ekstrak jumlah total leukosit semakin meningkat. Peningkatan jumlah sel ini

    tidak melebihi rentang jumlah sel leukosit normal untuk mencit Balb/C.

    Leukosit merupakan mekanisme pertahanan imun non spesifik tubuh.

    Umumnya sel ini berperan dalam mempertahankan tubuh dari penyusupan

    benda asing (Sadikin, 2002). Jumlah total leukosit yang berada pada batas

    tertinggi normal menunjukkan sistem imun memproduksi jumlah total leukosit

    yang cukup dalam sirkulasi darah untuk melawan infeksi. Peningkatan jumlah

    total leukosit menunjukkan kemampuan sistem imun untuk melawan infeksi

    atau benda asing (Viera, 2011 ).

    4170

    6695 6935

    8640

    0100020003000400050006000700080009000

    10000

    hari ke 21

    per m

    m3

    perbandingan perlakuan kelompok dosis

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

  • 33

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.3 JUMLAH LIMFOSIT

    Setelah penghitungan total leukosit penelitian dilanjutkan dengan

    menghitung kembali jumlah limfosit. Dari pengamatan didapatkan hasil dalam

    bentuk persentase lalu dikalikan dengan jumlah total leukosit. Sehingga

    didapatkan data jumlah limfosit dalam bentuk rata-rata perkelompok sebagai

    berikut:

    Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Limfosit.

    Hasil uji menunjukkan bahwa nilai limfosit mencit Balb/C pada tabel

    diatas berada pada kisaran normal jumlah limfosit pada mencit Balb/C. yaitu

    3.300 - 14.250 per mm3 (research animal resources university of minnesota).

    Jumlah limfosit hari ke-7 dianalisa menggunakan SPSS 16. Analisa

    dimulai dengan uji homogenitas. Uji ini untuk mengetahui uji yang sesuai

    dipakai untuk melihat kemaknaan antara kontrol dengan kelompok pemberian

    dosis.

    Hasil uji homogenitas data hari ke-7 menunjukkan nilai

    probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=0,449). Hal ini menunjukkan dari

    setiap kelompok uji memiliki varian yang sama, sehingga bisa dilakukan uji

    ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai probabilitas data yang

    diperoleh lebih kecil dari 0,05 (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

    perbedaan yang bermakna antara kelompok uji dengan kelompok kontrol.

    Kemudian untuk mengetahui kemaknaaan antar kelompok masing masing hasil

    penelitian dianalisa menggunakan uji Turkey HSD. Hasil uji ini menunjukkan

    bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan

    kelompok dosis renda (p=0,043), kontrol dengan dosis sedang (p=0,039), dan

    kontrol dengan dosis tinggi (p=0,000).

    DosisRata-rata jumlah total limfosit (x 103 per mm3)

    Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

    Kontrol 3,4 + 0,5 3,8 + 0,5 4,4 + 0,6

    Dosis rendah 4,8 + 0,7 5,5 + 1,4 6,6 + 0,8

    Dosis sedang 4,8 + 1,2 5,5 + 1,08 6,8 + 2,5

    Dosis tinggi 6,2 + 1,1 7,0 + 1,2 8,5 + 4,3

  • 34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.8 Grafik peningkatan jumlah hari ke-7

    Pada uji homogenitas data hari ke-14 diperolah nilai probabilitas

    data sebesar 0,935, sehingga bisa dilakukan Uji ANOVA. Setelah dilakukan

    uji ANOVA didapatkan hasil nilai probabilitas datanya lebih kecil dari 0,05

    (p=0,003). Hasil ini menunujukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

    antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis. Kemudian uji dilanjutkan

    dengan uji Turkey HSD untuk mengetahui tingkat kemaknaan antar

    kelompoknya. Hasil analisis Turkey HSD yang diperoleh menunjukkan bahwa

    kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis tinggi

    (p=0,001).

    Gambar 4.9 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-14

    3416,4

    4827,6 4894,9

    6256,7

    0,0

    1000,0

    2000,0

    3000,0

    4000,0

    5000,0

    6000,0

    7000,0

    hari ke 7

    per m

    m3

    perbandingan antar kelompok dosis limfosit

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

    3807

    5542 5526

    7114

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    hari ke 14

    per m

    m3

    perbandingan antar kelompok dosis limfosit

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

  • 35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Hasil uji homogenitas data hari ke-21 menunjukkan bahwa nilai

    homogenitas datanya dibawah 0,05 (p=0,039), hal ini menunjukkan bahwa

    hasil pengamatan hari ke-21 tidak dapat diuji menggunakan Uji ANOVA,

    alternatif uji yang digunakan untuk mengetahui kemaknaan suatu analis setelah

    Uji ANOVA adalah uji Krusskal Wallis. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan

    bahwa nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=0,063). Data hasil uji

    ANOVA dan Kruskal Wallis tidak menunjukkan hasil yang signifikan untuk

    pengamatan hari ke-21, namun jika diamati hasil grafiknya hasil uji hari ke-21

    memiliki grafik yang meningkat.

    Gambar 4.10 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-21

    Perbandingan rata-rata peningkatan limfosit tiap kelompok hari ke-

    7, hari ke-14 dan hari ke-21 diuji menggunakan ANOVA menunujukan hasil

    yang signifikan (p=0,011). Dari beberapa dosis yang diberikan ke mencit

    Balb/C, dosis tinggi (5mg/g BB mencit) memberikan efek yang paling

    signifikan (p=0,007). Peningkatan efek imunostimulan tersebut berbanding

    lurus dengan besar dosis yang diberikan.

    Limfosit adalah sel yang menghasilkan antibodi terhadap berbagai

    benda atau senyawa asing (Sadikin, 2002). Sel-sel limfosit ini mempunyai

    peran yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan atau imunitas spesifik.

    4119,96

    6641,44 6879,52

    8588,16

    0100020003000400050006000700080009000

    10000

    hari ke 21

    per m

    m3

    perbandingan antar kelompok dosis limfosit

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

  • 36

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Sel limfosit tubuh terdiri dari tiga macam sel yaitu: natural killer cell, limfosit

    T, dan limfosit B (lichman, et al. 2007). Sel-sel ini dihasilkan di sumsum

    tulang, namun tempat pematangan selnya berbeda. Limfosit T dimatangakan

    di timus setelah keluar dari sumsum tulang. Sel ini akan bekerja secara selular

    dan akan menyerang antigen yang ada di sel. Berdasarkan fungsinya limfosit T

    dibedakan menjadi 3 macam : sel T helper,sel T killer, dan supresor sel T. Sel

    B yang dimatangkan di susmsum tulang mempunyai fungsi imunitas secara

    humoral. Sel ini menghasilkan antibodi serta dapat menyimpan memori untuk

    mengenali antigen yang pernah masuk dalam tubuh. Sedangkan sel natural

    killer memiliki sifat yang tidak spesifik, sel ini kan mendestruksi sel sel yang

    terinfeksi.

    Pada penelitian ini polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L.

    dapat meningkatkan jumlah dari sel limfosit secara signifikan. Dari pemaparan

    sebelumnya peningkatan sel limfosit terlihat mulai dari pengamatan hari ke-7.

    Hal ini menunjukan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. sangat

    efektif dalam peningkatan imun spesifik. Pada pengamatan hari ke-14 jumlah

    limfosit terus meningkat berbanding lurus dengan jumlah dosis yang diberikan.

    Sedangakan pada hari ke-21 jumlah limfosit terus meningkat namun secara

    statistik nlainya tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena jumlah limfosit

    pada beberapa individu mencit mulai mencapai jumlah maksimal nilai normal

    limfosit, sedangkan limfosit memiliki rentang umur yang panjang yaitu

    berkisar antara 1 minggu hingga beberapa bulan (Britanica, 2015). Nilai

    limfosit terus berada pada kisaran normal karena jumlah limfosit dijaga

    kestabilanya oleh limfosit T supresor, jumlah limfosit akan terus pada kondisi

    normal selama tidak ada paparan patogen.

  • 37

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.4 JUMLAH MONOSIT

    Penghitungan jumlah monosit yang dilakukan dengan metode yang sama

    pada penghitungan limfosit didapatkan hasil sebagai berikut:

    Tabel 4.3 Rata-rata Jumlah Monosit.

    Hasil perhitungan jumlah monosit dari pengamatan hari ke-7, hari ke-

    14, dan hari ke-21 menunjukkan bahwa Jumlah monosit terkecil terlihat pada

    kelompok dosis tinggi hari ke-21, sedangkan nilai tertinggi terlihat pada

    kelompok dosis tinggi hari ke-14. Rata-rata jumlah monosit mencit normal

    berada pada kisaran antara 0,060 0,600 x103 per mm3 (Research animal

    resources, University Of Minnesota). Untuk mengetahui pengaruh aktifitas

    polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. terhadap jumlah monosit mencit

    Balb/C maka dilakukan analisa uji statistik. Uji ini diawali dengan uji

    homogenitas data kemudian jika memenuhi syarat dilakukan uji ANOVA, dan

    jika nilai homogenitas data tidak memenuhi syarat uji ANOVA, maka

    dilakukan uji kruskal wallis (Sopiyudin, 2001).

    Hasil uji honogenitas data hari ke-7 menunjukkan nilai probabilitas uji

    homogenitas data hasil pengamatan lebih besar dari 0,05 (p=0,166), nilai ini

    memenuhi untuk uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai

    probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=380). Karena nilai probabilitas data

    lebih besar dai 0,05 uji dilanjutkan ke uji non parametrik kruskal wallis. Hasil

    uji kruskal wallis menunjukkan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05

    (p=0,555). Hal ini menunjukkan tingkat dosis hari ke-7 tidak mempengaruhi

    jumlah monosit.

    Dosis

    Rata-rata jumlah jumlah monosit (x 103 per

    mm3)

    Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

    Kontrol 0,25 + 0,08 0,26 + 0,23 0,05 + 0,08

    Dosis rendah 0,51 + 0,28 0,50 + 0,283 0,053 + 0,156

    Dosis sedang 0,45 + 0,27 0,52 + 1,174 0,055 + 0,08

    Dosis tinggi 0,49 + 0,314 0,54 + 0,527 0,034 + 0,034

  • 38

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.11 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-7

    Uji homogenitas data hari ke-14 menunjukkan nilai probabilitas

    datanya lebih besar dari 0,05 (p=0,075). Kemudian dilanjutkan uji ANOVA.

    Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih besar dari

    0,05 (p=0368). Karena nilai uji anova tidak memenuhi syarat, maka uji

    dilanjutakn ke uji non parametrikKruskal wallis. Hasil uji kruskal wallis

    menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih besar dari 0,05 (p=0,128). Hasil

    uji ini menunjukkan bahwa Variasi dosis yang diberikan ke mencit Balb/C

    tidak mempengaruhi kadar jumlah monosit.

    Gambar 4.12 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-14

    252,78

    518,4456,4

    492,1

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    hari ke 7

    per m

    m3

    perbandingan antar kelompok dosis monosit

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

    263,68

    507,17 523,64542,3

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    hari ke 14

    per m

    m3

    perbandingan antar kelompok dosis monosit

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

  • 39

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Uji homogenitas data hari ke-21 menunjukkan bahwa nilai

    probabilitas datanya lebih besar dari 0,243. Hasil uji ini memenuhi syarat uji

    ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih

    besar dari 0,05 (p=0,910). Karena hasil uji ANOVA nilai probabilitasnya

    terlalu besar, maka uji dilanjutkan ke uji non parametrik kruskal wallis. Hasil

    uji kruskall wallis menunjukkan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05

    (p=0,128). Hai ini menunjukan bahwa pengujian polisakarida hasil ekstraksi

    Nigella sativa L. pada hari ke-21 tidak memiliki pengaruh yang signifikan

    terhadap jumlah monosit mencit Balb/C.

    Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Monosit hari ke-21

    Monosit berfungsi sebagai fagosistik mononuklear. Sel ini

    dimatangkan di sum-sum tulang selama 1 sampai 3 hari, kemudian bersirkulasi

    di darah sangat singkat (kurang lebih 1,5 hari) dan akhirnya berpindah ke

    jaringan untuk mengambil peranya sebagai makrofag (Nicholis, et al 1971).

    Sel makrofag memiliki peran melakukan fagositosis dan menghancurkan

    partikel asing dan jaringan mati serta mengolah bahan asing tersebut untuk

    dapat merangsang sistem tanggap kebal di tubuh sehingga terbentuk komplek

    antigen antibodi (Eki Putra, 2008). Hal inilah yang diindikasikan mengapa

    jumlah leukosit pada hari ke-21 mengalami penurunan. Sel-sel monosit yang

    ada di darah telah berpindah ke jaringan karena siklus hidup monosit memang

    sangat pendek ada di darah. Selain itu, lamanya penelitian (selama 21 hari)

    50,0453,56 55,48

    34,56

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    hari ke 21

    per m

    m3

    perbandingan antar kelompok dosis monosit

    kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi

  • 40

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    memicu mencit menjadi lemah sehingga mempercepat proses perpindahan

    monosit ke jaringan.

    4.5 KADAR INTERLEUKIN 1

    Analisa Interlekuin 1 tidak dilakukan pengulangan seperti pada uji

    total leukosit. Pengujian hanya dilakukan pada hari ke 5 saja.

    Tabel 4.4 Rata-rata Jumlah Nilai Il-1

    Hasil uji ELISA menunjukan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella

    sativa L. terlihat meningkatkan kadar interleukin 1 dalam darah mencit.

    Peningkatan ini berbanding lurus dengan bertambah besarnya dosis yang

    diberikan. Kelompok kontrol negatif yang telah diinduksi dengan LPS

    menunjukan peningkatan jumlah interleukin-1 sebesar 71,3 % (27,2 g/ml)

    dari jumlah total interleukin kelompok kontrol (7,8 g/ml). Peningkatan ini

    karena pemberian lipopolisakarida dari dinding sel yang memicu terjadinya

    inflamasi dalam tubuh mencit. Pada reaksi inflamasi dalam sistem imun terjadi

    pelepasan sitokin pro inflamasi (TNF dan IL 1). Pelepasan sel-sel ini dalam

    tubuh dimaksudkan untuk memacu vasodilatasi, melonggarkan hubungn sel-

    sel endotel, meningkatkan adhesi neutrofil dan migrasi sel-sel ke jaringan

    sekitar untuk memakan mikroba (bratawijaya, 2010). Meskipun perkembangan

    respon inflamasi efektif berperan penting pada pertahanan tubuh namun respon

    tersebut menimbulkan kerusakan. Alergi, penyakit auto imun, infeksi mikroba,

    transplantasi dan luka bakar dapat mengawali respon inflamasi kronis

    (Bratawijaya, 2010). Dalam penelitian ini diharapkan pemberian ekstrak

    DosisRata-rata jumlah total Interleukin 1

    (g/ml)

    Normal 7,8 (+ 0,0)

    Kontrol negatif 27,2 ( + 25,9)

    Dosis rendah 33,8 ( + 22,0)

    Dosis sedang 158,4 ( + 136,2)

    Dosis tinggi 262,5 ( + 264,1)

  • 41

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. diharapkan dapat menekan

    produksi interleukin 1 pada mencit balb/c yang telah diinduksi dengan LPS.

    Pada pemberian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. kelompok

    dosis rendah menunjukkan bahwa ekstrak ini tidak dapat menurunkan jumlah

    kadar interleukin-1. Hasil pengamatan pada dosis rendah ini justru

    menunjukan hasil sebaliknya. Hasil pengamatan menunjukan peningkatan

    kadar sebesar 33,8 (g/ml). Peningkatan kadar interleukin-1 juga terjadi pada

    kelompok dosis sedang dan pada dosis tinggi sebesar 158,4 (g/ml) dan 262,5

    (g/ml).

    Gambar 4.14 Grafik hasil uji interleukin 1.

    Jika dianalisa berdasarkan hasil uji statistika, nilai homogenitas data

    uji kadar interleukin 1 memiliki nilai lebih kecil dari alfa (p=0,000). Hal ini

    mengindikasikan bahwa data tidak dapat dilakukan uji ANOVA. Uji statistik

    untuk data yang homogenitasnya tidak normal adalah menggunakan krusial

    Wallis. Namun setelah dilakukan uji statistik krusial-Wallis nilai

    probabilitasnya lebih besar dari alfa (P=0,319), sehingga dapat diambil

    kesimpulan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. tidak memiliki

    pengaruh yang bermakna terhadap jumlah kadar interleukin 1.

    7,827,2 33,8

    158,4

    262,5

    0,0

    50,0

    100,0

    150,0

    200,0

    250,0

    300,0

    (g/

    ml)

    kadar interleukin

    normal kontrol negatif dosis 1 dosis 2 dosis 3

  • 42UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN

    1. polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. dosis 1,25 mg/BB mencit,

    2,5 mg /BB mencit dan 5 mg /BB mencit mampu mempengaruhi jumlah

    total leukosit dan jumlah limfosit dan tidak mempengaruhi jumlah

    monosit.

    2. Dosis polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. yang memiliki efek

    imunomodulator paling baik adalah dosis tinggi (5 mg/BB mencit).

    3. Pada uji interleukin 1 belum bisa disimpulkan datanya, karena

    berdasarkan analisa statistika datanya tidak sigifikan.

    5.2 SARAN

    Perlu dilakukan uji lanjutan terhadap hewan percobaan yang lebih

    besar seperti tikus guna melihat terjadinya penurunan jumlah total leukosit

    dan limfosit setelah pemberian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L.

  • 43

    UIN Syarif hidayatullah Jakarta

    DAFTAR PUSTAKA

    Alawiyah arifiani, Aulina. 2012. Karakterisasi Simplisia Dan Standardisasi

    Ekstrak Etanol Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa L.). Program Studi

    Farmasi, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

    Bratawidjaja, Imunologi dasar. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ;2002.

    Bratawidjaja, Immunologi Dasar. Edisi 9 Jakarta: Balai Penerbit FKUI ;2010.

    Britanica, Ensikl