67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air
-
Upload
nurul-fuadi-pratiwi -
Category
Documents
-
view
112 -
download
4
Transcript of 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH ANALIS KIMIA BOGOR
Kelas 11-4/α2
Arrovi Septian (07)
Daniel Pardomuan (11)
Elsa Nur Annisa (16)
Muhammad Fariz Ramzy (31)
Riska Haryati (41)
Shendiane Rimandani (46)
Tamara Dayu (50)
Aplikasi Analisis Air
2 | P a g e
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya laporan khusus ini. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas laporan dari laboatorium voumetri setelah penulis melakukan praktikum.
Laporan ini berjudul aplikasi analisis air secara analisis volumetri dan berisikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam melakukan praktikum apliikasi analisis air seperti pendahuluan, dasar, tujuan, reaksi, alat dan bahan, data pengamatan, perhitungan, kesimpulan dan termasuk informasi- informasi lain yang berkaitan dengan praktikum aplikasi analisis total air.
Kami berharap laporan ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis tetapi juga dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan di masa yang akan datang.
Bogor, Mei 2011
Penulis
Aplikasi Analisis Air
3 | P a g e
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................................. 3
Penetapan Alkalinitas Dalam Air Sungai Secara Asidimetri ................................................ 4
Penetapan Kadar CO2 Bebas Dalam Air Sungai ................................................................ 17
Penetapan Kadar TOM dalam Air secara Permanganatometri ........................................ 23
PENETAPAN KADAR DO (Dissolve Oxygen) ....................................................................... 40
Aplikasi Analisis Air
4 | P a g e
Penetapan Alkalinitas Dalam Air Sungai Secara Asidimetri
A. Pendahuluan
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralisir asam. Alkalinitas juga
diartikan sebagai konsentrasi total dari unsur-unsur basa yang terkandung dalam
air dan biasa dinyatakan dalam mg/L atau setara dengan CaCO3. Pada umumnya
alkalinitas air ditentukan berdasarkan kandungan ion bikarbonat (HCO3 -),
karbonat (CO3 2-), hidroksil (OH-), serta garam-garam dari asam lemah, seperti
borat, silikat, dan posfat.
Alkalinitas ditetapkan karena ia memegang peranan penting untuk proses
pengolahan limbah industri maupun limbah domestik. Dengan alkalinitas dapat
dihitung jumlah bahan kimia yang ditambahkan pada pengolahan air limbah.
Selain itu, alkalinitas juga berperan dalam penentuan kemampuan air untuk
mendukung pertumbuhan ganggang dan biota-biota perairan lainnya.
Penetapan alkalinitas ini dilakukan secara asidi alkalimetri atau
netralisasi. Reaksi dasarnya adalah reaksi penetralan, karena yang berperan
sebagai titran adalah H2SO4 maka pekerjaan ini disebut asidimetri. Karena sifat
dari larutan titran yang tidak stabil maka diperlukan proses standarisasi dengan
bahan baku primer untuk penetapan normalitas asam, yaitu Na2CO3. Karena
larutan titran bersifat asam kuat dan titratnya adalah garam basa, maka indikator
yang paling cocok digunakan SM dengan rentang pH 3,1 - 4,5.
B. Dasar
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralisir asam. Pengukuran
alkalinitas menggunakan metode titrasi asidimetri. Sampel ditritasi dengan asam
kuat H2SO4 memakai indicator BCG dengan titik akhir kuning seulas dan titik akhir
pada pH ± 4,5.
Aplikasi Analisis Air
5 | P a g e
C. Tujuan
1. Untuk menetapkan alkalinitas suatu sampel dengan metode aplikasi
dari titrasi asidimetri.
2. Untuk menstandarisasi H2SO4 dengan bahan baku soda kering atau
Na2CO3.
D. Reaksi
Penetapan standarisasi H2SO4 0,02N dengan bahan BPP Na2CO3.
Na2CO3 + H2SO4 Na2SO4 + H2O + CO2
Penetapan alkalinitas
HCO3- + H+ H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
E. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan
1. Pipet volumetri 50 ml
2. Pipet volumetri 10 ml
3. Erlenmeyer
4. Piala gelas 400 ml
5. Piala gelas 800 ml
6. Buret 50 ml
7. Corong kaca
8. Statif dan Klem
9. Pembakar Teklu
10. Kaki tiga
11. Kasa asbes
12. Labu ukur 100ml
13. Kaca arloji
14. Labu semprot
15. Pipet tetes
16. Alas titar
17. Alas baca buret
18. Tissue/kertas saring
19. Kertas penyangga corong
20. Neraca digital
Bahan-bahan yang digunakan
1. Sampel air sungai daerah
ciheuleut (siang hari)
2. Air suling
3. Larutan Na2SO3 0,1N
4. Larutan H2SO4 0,02N
5. Hablur Na2CO3
6. Indikator PP (phenol ptalin)
7. Indikator BCG (Bromo Cresol
Green)
8. Indikator SM (Sindur Metil)
Aplikasi Analisis Air
6 | P a g e
F. Cara Kerja
Standarisasi larutan H2SO4 0,02 N dengan BBP Na2CO3
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ditimbang sebanyak 0,1 gram Na2CO3 dengan menggunakn kaca arloji.
3. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dengan bantuan pengaduk dan corong.
4. Dibilas pengaduk, corong, dan kaca arloji dengan air suling.
5. Dilarutkan sedikit demi sedikit dengan penambahan air suling.
6. Ditambahkan air hingga ±1 cm dibawah tanda tera.
7. Diseka dengan menggunakan kertas saring.
8. Dihimpitkan sampai tanda tera. Dan kemudian dihomogenkan sebanyak 12 kali.
9. Dipipet sebanyak 10,00 ml dengan menggunakan pipet volumetri.
10. Dimasukkan dalam Erlenmeyer
11. Ditambahkan air suling ±75 ml dan ditambahkan 2-3 tetes indicator SM.
12. Dititar dengan menggunakan H2SO4 0,02 N sampai sindur.
13. Kemudian dipanaskan , dan didinginkan kembali. Jika larutan tidak berubah warna
maka penitaran selesai dan baca volume peitar pada buret. Jika larutan berubah
warna, maka penitaran dilanjutkan kembali sampai TA yaitu larutan berwarna
sindur.
14. Pengerjaaan dilakukan 2x. (duplo)
Penetapan alkalinitas
Prosedur A
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
2. Larutan sampel limbah dipipet sebanyak 50,00 ml, lalu dimasukkan ke Erlenmeyer.
3. Ditambahkan 2-3 tetes indicator PP dan I tetes Na2CO3 0,1 N.
4. Warna larutan dicek. Bila berwarna merah, larutan dititar dengan H2SO4. Dan bila
tidak berwarna , maka larutan langsung mendapatkan perlakukan prosedur B.
Prosedur B
1. Larutan prosedur A ditambahkan ±3 tetes indicator BCG.
2. Larutan dititar dengan H2SO4 0,02 N sampai TA yaitu larutan berwarna kuning muda
seulas.
3. Volume penitar dicatat dan pengerjaan dilakukan sebanyak 2 x.
Aplikasi Analisis Air
7 | P a g e
G. Data Pengamatan
1. Penetapan Standarisasi H2SO4 0,02 N dengan BPP Na2CO3
a) Data Penimbangan
Sampel : Hablur Na2CO3
Bobot kaca arloji + sampel = 20,6520 gram
Bobot kaca arloji kosong = 20,5410 gram +
Bobot sampel = 0,1110 gram
b) Data Penitaran
Titran Titrat Volume
titran
Volume
titrat lndikator Awal TA
H2SO4
0,02 N Na2CO3
12,20 ml 10,00 ml
SM kuning Sindur 12,80 ml 10,00 ml
12,20 ml 10,00 ml
2. Penetapan alkalinitas
a) Data Penitaran
Titran Titrat Volume
titran
Volume
titrat lndikator Awal TA
H2SO4
0,02
N
Air
Sungai
2,02 ml 50,00 ml PP dan
BCG
Biru
Kehijauan
Kuning
Muda
Seulas 1,98 ml 50,00ml
H. Perhitungan
1. Penetapan Standarisasi H2SO4 0,02 N dengan BBP Na2CO3
Diketahui :
- Bobot contoh : 0,1110 gram
: 111,0 mg
- ̅̅ ̅
Aplikasi Analisis Air
8 | P a g e
- Bst Na2CO3 : 1/2 Mr Na2CO3
: 1/2 106
: 53
- FP :
Ditanyakan :
N H2SO4 ?
Jawab :
N H2SO4 : pP FbstV
contohbobot
: 0170,0105320,12
0,111
N
2. Penetapan alkalinitas
Diketahui :
- Bst CaCO3 : 50
- Volume contoh : 50,00 ml
- Vp PP : 0,00 ml
- VP BCG :
Ditanyakan:
Alkalinitas PP dan Alkalinitas total ?
Jawab :
a) Alkalinitas PP
ppm 00,000,50
1000 x 50 x 0,0170 x 00,0
b) Akalinitas Total
Aplikasi Analisis Air
9 | P a g e
I. Pembahasan
A. Definisi Alkalinitas
Alkalinitas merupakan penyangga(buffer) perubahan pH air dan indikasi
kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas
air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts
dan Ir. S. Sumetri. S).
Alkalinitas juga diartikan sebagai konsentrasi total dari unsur-unsur basa yang
terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/L atau setara dengan CaCO3 . pada
umumnya, alkalinitas air ditentukan berdasarkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-),
karbonat (CO32-), hidroksil (OH-), serta garam-garam dari asam lemah seperti borat,
silikat, dan fospat. Secar khusus alkalinitas sering disebut juga sebagai besaran yang
menunjukan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat dan sampai tahap tertentu ion
karbonta dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi
dengan ion hydrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH.
Alkalinitas setara dengan jumlah-jumlah larutan-larutan basa secara
stoikhiometri. Selain Karen adanya ion-ion bikarbonat, karbonat dan hidroksida ion-ion
seperti borat, silikat, dan fospat juga berpengaruh terhadap total alkalinitas air. Unsur-
unsur alkalinitas dapat bertindak sebagai buffer. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan
membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hydrogen sehingga keadaan menjadi
netral. Sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat dalam air akan mengalami
hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hirogen oksida yang bersifat basa,
sehingga keadaan menjadi netral. Reaksinya adalah :
HCO3↔H+ + CO3
-
CO32- + H2O↔HCO3
- + OH-
Seingkali alkalinitas air harus diketahui untuk menghitung jumlah bahan kimia
yang harus ditambahkan dalam penanganan air. Alkalinitas air yang tinggi sering
memiliki pH yang tinggi dan pada umumnya mengandung padatan terlarut yang
kadarnya tinggi. Sifat air seperti itu dapat merugikan jika digunkan sebagai air untuk
pendidihan, proses pembuatan makanan dan system air perkotaan . alkalinitas bekerja
seperti dan sebagai tempat persediaan karbon anorganik.
Alkalinitas dapat diukur dengan menitar sampel dengan asam kuat sehingga
semua ion-ion yang mempengaruhi nilai alkalinitas telah habis. Biasanya eksperimen ini
Aplikasi Analisis Air
10 | P a g e
dilakkan oada pH 4,5. Pada kondisi ini, seluruh basa sudah mengion, karena itu basa-
basa itu tidak menyebabkan alkalinitas lagi. Sebagai contoh, reaksi-reaksi ini terjadi
selama penambahan asam kedalam larutan sampel limbah :
HCO32- + H+ CO2 + H2O
CO32- + 2H+ CO2 + H2O
B(OH)4- + H+ B(OH)3 + H2O
OH- + H+ H2O
PO43- + 2H+ H2PO4
-
HPO42- + H+ H2PO4
-
[SiO(OH)3-] + H+ [Si(OH)4
+]
Dari reaksi-reaksi di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata senyawa basa membutuhkan
1 proton (H+) agar menjadi netral.
Alkalinitas pada umumnya digambarkan sebagai alkalinitas PP, yaitu hubungan
dengan titrasi dengan asam pada pH dimana HCO3- adalah jenis karbonat yang dominan
(pH 8,3). Sedangkan alkalinitas total adalah alkalinitas yang berhubungan dengan titrasi
dengan asam menggunakan indicator metal orange (pH 4,3) dimana kedua proses
bikarbonat sudah diubah menjadi CO2.
Alkalinitas PP ditetapkan dengan titrasi hingga titik akhir pada pH 8,3. Reaksi
yang terjadi adalah reaksi antara ion hidroksida dalam sampel dan larutan titran H2SO4.
2OH- + H2SO4 2H2O + SO42-
Namun, pada saat titik akhir, ion karbonat akan berubah menjadi bikarbonat
2CO32- + H2SO4 2HCO3
- + SO42-
Pada penitaran yang dilanjutkan hingga pH 4,5, ion-ion karbonat dan bikarbonat
akan menjadi asam karbonat.
2HCO3- + H2SO4 2 H2CO3 + SO4
2-
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan
pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH
air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta
disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya.
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah
sebagai berikut.
1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
Aplikasi Analisis Air
11 | P a g e
2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton
tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga
alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air
Alkalinitas menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menerima ion
hidrogen dan merupakan suatu lawan langsung dari kemasaman. Alkalinitas juga
merupakan suatu ukuran dari konsentrasi total senyawa-senyawa alkalin (basa)
yang terlarut dalam air. Anio-anion basa (ion basa bermuatan negatif) yang
terlibat terutama adalah :
•ion karbonat (CO4-)
•ion bikarbonat (HCO3-)
•ion OH-
Dan dicerminkan dalam termasuk konsentrasi setara kalsium karbonat
(CaCO3).
Alkalinitas diukur dengan cara titrasi dengan asam yang distandarisasi sampai
titik akhir methyl orange (MO) pada sekitar pH 4.3 dan dicerminkan sebagai mg/L
sebagai CaCO3. Sebagian besar air beralkalinitas tinggi juga mempunyai pH
alkalin (pH >7) dan konsentrasi TDS yang tinggi.
H2SO4 yang digunakan perlu distandarisasi terlebih dahulu, karena
sifatnya yang tidak stabil. Bahan baku primer yang digunakan adalah Na2CO3 .
B. Efek terhadap kehidupan biota-biota alam
Alkalinitas dari suatu suplai air hatchery punya efek langsung dan tidak
langsung terhadap kesehatan ikan. Alkalinitas menyediakan kapasitas
menyangga (buffer) yang dibutuhkan untuk melindungi ikan yang dibudidayakan
secara intensif melawan goyangan lebar pH air yang akan terjadi dikarenakan
respirasi ikan dan tanaman akuatik. Sodium bikarbonat pada dosis 10-20 lbs per
acre seringkali ditambahkan ke kolam ikan air hangat (tropis) untuk secara
Aplikasi Analisis Air
12 | P a g e
temporer memperbaiki alkalinitas rendah dan memperbaiki masalah NH3 dan
CO2 yang muncul dari pH rendah atau tinggi. Untuk budidaya ikan intensif,
alkalinitas 100-150 mg/L direkomendasikan untuk menyediakan kapasitas
menyangga (buffer) yang diperlukan untuk :
• mencegah fluktuasi pH yang lebar,
• mendukung produksi algae,
• mencegah pelepasan logam berat, dan
• untuk memungkinkan penggunaan senyawa tembaga untuk treatment
penyakit.
Kesadahan total dari suatu suplai air hatchery terutama merupakan suatu
ukuran dari jumlah garam-garam kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang ada,
juga diekspresikan sebagai konsentrasi setara kalsium karbonat (CaCO3). Batuan
karbonat yang sama yang bertanggung jawab untuk sebagian besar alkalinitas
dalam air adalah sumber utama dari kalsium dan magnesium juga, sehingga nilai
alkalinitas dan kesadahan sering sangat serupa ketika semuanya dicerminkan
sebagai setara (ekuivalen) CaCO3.
Logam-logam terlarut divalen (bervalensi dua) lainnya seperti besi,
tembaga, seng, dan timah dapat juga menambah ke kesadahan total, tetapi
mereka secara alamiah ada dalam air hanya dalam jumlah yang sangat sedikit
(trace) yang sesuai untuk budidaya ikan sehingga kontribusi mereka biasanya
minimal.
Seperti alkalinitas, kesadahan juga secara umum diambil sebagai suatu
ukuran dari kapasitas menyangga (buffer). Air lunak biasanya adalah asidik
(masam) sedangkan air keras cenderung untuk menjadi alkalin. Pada banyak
kasus, nilai-nilai kesadahan total dan alkalinitas akan menjadi serupa. Air alamiah
dapat diklasifikasikan kedalam istilah kesadahan total demikian:
mg/L CaCO3 Istilah
0 – 50 Lunak
50 – 100 Cukup Lunak
100 – 200 Agak Keras
Aplikasi Analisis Air
13 | P a g e
200 – 300 Cukup Keras
300 – 450 Keras
> 450 Sangat Keras
Air lunak mengandung kalsium dan mineral-mineral lain yang dibutuhkan
untuk kesehatan ikan, dalam jumlah kecil, tetapi ini dapat ditolerir jika
kebutuhan gizinya mencukupi. Sampai batas tertentu, air yang lebih keras adalah
lebih menguntungkan untuk kesehatan ikan karena :
ia menyediakan kalsium yang dibutuhkan dan
menurunkan kerja osmotik yang dibutuhkan untuk menggantikan elektrolit
darah yang secara kontinyu hilang dalam jumlah banyak melalui urin ikan air
tawar
masalah toksisitas dengan logam berat dan therapeutant penyakit yang
mengandung tembaga akan juga diminimalkan pada air yang lebih keras
(>150 mg/L).
Ikan pada air keras mungkin sedikit kurang rentan (atau sedikit lebih kuat)
terhadap infeksi virus necrosis pancreatik dan penyakit ginjal bacterial. Sindrom
ulcerative epizootic, suatu penyakit yang mempengaruhi ikan bandeng dan ikan-
ikan air tropis lainnya yang dibudidayakan di Asia Tenggara, muncul untuk
menjadi lebih parah/hebat pada air yang kesadahan totalnya rendah. Sebagai
suatu pedoman, air dalam kisaran 50-200 mg/L dengan pH 6,5-9 dan alkalinitas
100-200 mg/L sebagai CaCO3 dianggap sesuai untuk budidaya intensif ikan air
tropis.
A. Pengaruh alkalinitas dan ph air minum
Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang
menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap
tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air
akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan
menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm
Aplikasi Analisis Air
14 | P a g e
disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm
disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang.Pada umumnya lingkungan
yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.
Kapasitas pem-buffer-an.Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan
sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu
juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan
dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH. Pertahanan pH air terhadap
perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb:
CO2 + H2O <==> H2CO3 <==> H+ + HCO3- <==> CO3-- + 2H+
CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air.
Sedangkan H(+) merupakan sumber kemasaman. Mekanisme diatas merupakan
reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan H+)
atau ke arah kiri (menghasilkan CO2). Oleh karena itu, apabila seseorang
mencoba menurunkan pH dengan memberikan "asam-asaman" artinya
menambahkan H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+ tersebut
akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 ini
akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur
rendah, tapi setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke
kiri,pH akan kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam, dan karena
itu pulalah kita masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat sekarang.
Dengan demikian penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan
penambahan asam saja. Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan
alkalinitasnya. Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka
jumlahnya harus diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi
alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas.
B. pH
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H.
Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air
tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Karena untuk menuliskan
Aplikasi Analisis Air
15 | P a g e
0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan
angka tersebut sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif)
dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang
mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6.
Oleh karena itu, pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion
H".
pH = - log (H+)
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya
perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Dengan demikian, apabila selisih
angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat.
Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau
1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000
(sepersejuta). Dengan demikian kalau kita menurunkan pH dari 6 ke 5 artinya kita
meningkatkan kepekatan iob H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu
gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan
tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada sebelumnya.
Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk
itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak
terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. sistem pertahanan ini dikenal
sebagai kapasitas pem-buffer-an.Ph sangat penting sebagai parameter kualitas
air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam
air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH
tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air
tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.Besaran pH
berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH
kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7
menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai
netral.Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila
alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke
nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan pH. Dengan demikian
Aplikasi Analisis Air
16 | P a g e
kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat
kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih
mudah dilakukan.
J. Kesimpulan
Dari analisis hasil pengamatan praktikum “Penetapan Alkalinitas”, diperoleh
hasil bahwa nilai alkaliitas total dari sampel adalah 34 ppm. Nilai alkalinitas yang
diperoleh jauh dibawah alkalinitas optimal, yaitu pada nilai 90-150 ppm.Karena
sampel air sungai yang dianalisis mempunyai kandungan akalinitas kurang dari
100 ppm maka disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Air sungai
kurang baik untuk pertumbuhan ikan karena alkainitasnya rendah. Alkalinitas
rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm.
K. Daftar Pustaka
Alkalinitas.html
kesadahan.html
parameter_air.html
pengaruh_alkalinitas_dan_ph_air_minum.html
Aplikasi Analisis Air
17 | P a g e
Penetapan Kadar CO2 Bebas Dalam Air Sungai
A. Pendahuluan
CO2 dalam perairan merupakan hasil dari proses respirasi dan penguraian
bahan organik.CO2 di dalam air terdapat juga dalam bentuk karbonat (CO3) 2-
yang larut sebagian (HCO3-) yang tidak begitu stabil dan alga dapat dapat
mengunakan sebagian (HCO3-) untuk fotosintesis.
Bila kandungan CO2 tinggi, maka ph akan rendah dan bila kandungan CO2
rendah maka ph akan tinggi. Pengaruh yang merugikan dari kandungan CO2 pada
pembudidayaan ikan adalah akan terjadinya penungkatan konsentrasi CO2
selama priode oksigen terlarut rendah sehingga dapat mengganggu
metabolisme ikan.
B. Dasar
Karbondioksida bersifat asam dan larut dalam air. Dengan Natrium karbonat
terjadi reaksi netralisasi melalui penitaran hingga titik akhir berwarna merah
muda seulas dengan penggunaan indikator PP yang mempunyai trayek pH 8,0-
9,8.
C. Tujuan
Menentukan kadar CO2 bebas dalam suatu sampel.
Menentukan suatu sampel layak digunakan atau tidak dilihat dari kadar
CO2 nya.
D. Reaksi
Na2CO3 + CO2 + H2O → 2 NaHCO3
Aplikasi Analisis Air
18 | P a g e
E. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan:
1. Pipet volumetri 50 ml
2. Erlenmeyer 250 ml
3. Buret 50 ml
4. Labu semprot plastik
5. Statif + Klem
6. Corong
7. Piala gelas 400 ml
8. Piala gelas 400 ml
9. Kertas saring
10. Pipet tetes
11.Tissue
Bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut.
1. Sampel air
2. Larutan Na2CO3
3. Indikator PP
4. Air suling
F. Cara Kerja
Penetapan kadar CO2 bebas dalam sampel air sungai.
1. Memipet 50 ml sampel air sungai dengan pipet volumetri kedalam
erlenmeyer 250 ml.
2. Menambahkan beberapa tetes indikator PP, lalu homogenkan.
3. Apabila warna larutan menjadi merah, berarti tidak ada CO2 dan
pengerjaan dihentikan. Apabila warna larutan tak berwarna, maka
dilanjutkan ke tahap penitaran.
4. Menitar larutan dengan Na2CO3 0,02N hingga didapat TA, yakni larutan
berwarna merah muda seulas.
Penetapan normalitas Na2CO3 0,02N dengan BBS H2SO4.
1. Memipet 10 ml H2SO4 0,02N dengan pipet volumetri kedalam erlenmeyer
250 ml.
2. Mengencerkannya dengan air suling hingga volumenya ± 100 ml.
3. Menambahkan beberapa tetes indikator SM dan menghomogenkannya.
Aplikasi Analisis Air
19 | P a g e
4. Menitar larutan dengan Na2CO3 0,02N hingga diperoleh TA, yakni larutan
berwarna sindur.
5. Memanaskan larutan hingga mendidih dengan pembakar teklu.
6. Jika larutan tidak berubah warna maka penitaran dihentikan dan dicatat
volume penitarnya. Dan jika larutan berwarna kuning maka dilakukan
penitaran kembali hingga sindur.
Penetapan normalitas H2SO4 0,02N dengan BBP Na2CO3.
1. Menimbang ± 0,1000g Na2CO3 dengan neraca digital.
2. Melarutkannya kedalam labu ukur 100 ml dengan air suling.
3. Memipet 10 ml larutan Na2CO3 dengan pipet volumetri kedalam
erlenmeyer 250 ml.
4. Mengencerkannya dengan air suling hingga volumenya ± 100 ml.
5. Menambahkan beberapa tetes indikator SM dan menghomogenkannya.
6. Menitar larutan dengan H2SO4 0,02N hingga diperoleh TA, yakni larutan
berwarna sindur.
7. Memanaskan larutan hingga mendidih dengan pembakar teklu.
8. Jika larutan tidak berubah warna maka penitaran dihentikan dan dicatat
volume penitarnya. Dan jika larutan berwarna kuning maka dilakukan
penitaran kembali hingga sindur.
G. Data Pengamatan
Penetapan kadar CO2 bebas
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran
Indikator TA
Air
sungai
Na2CO3
0,02N
50,00 ml 1,22 ml PP Merah muda
seulas 1,20 ml
Penetapan normalitas Na2CO3 0,02N dengan BBS H2SO4
Titran Titrat Volume
titran
Volume
titrat lndikator Awal TA
H2SO4 Na2CO3 12,20 ml 10,00 ml SM kuning Sindur
Aplikasi Analisis Air
20 | P a g e
0,02 N 12,80 ml 10,00 ml
12,20 ml 10,00 ml
Penetapan normalitas H2SO4 0,02N dengan BBP Na2CO3.
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran
Indikator TA
Na2CO3
0,02N
H2SO4
0,02 N
10,00 ml 10,20 ml SM Sindur
10,10 ml
Data penimbangan BBP Na2CO3
Bobot kaca arloji + Na2CO3 = 20,6520 gram
Bobot kaca arloji kosong = 20,5410 gram
Bobot Na2CO3 = 0,1110 gram
H. Perhitungan
1. Penetapan Standarisasi H2SO4 0,02 N dengan BBP Na2CO3
Diketahui :
- Bobot contoh : 0,1110 gram
: 111,0 mg
- ̅̅ ̅
- Bst Na2CO3 : 1/2 Mr Na2CO3
: 1/2 106
: 53
- FP :
Ditanyakan :
N H2SO4 ?
Jawab :
Aplikasi Analisis Air
21 | P a g e
N H2SO4 : pP FbstV
contohbobot
: 0170,0105320,12
0,111
N
Perhitungan Normalitas Na2CO3 0,02N
NCONNa
xCONNa
COVNa
SOHVxNCONNa
SOHVxNCONaVxN
0223,0
37,8
0187,010
)(
)()(
32
32
32
4232
4232
Perhitungan Kadar CO2
Lmg
ppmppmCO
xxx
ppmCO
xVsampel
COxBSTNaCOVpxNNappmCO
/47,13
47,13
100000,50
530223,021,1
1000
2
2
32322
I. Pembahasan
Karbondioksida merupakan parameter kualitas air yang dapat meracuni ikan
apabila kandungan oksigen tterlarut rendah
Konsentari yang tingggi dari CO2 ini memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap kehidupan aquatic karena akan menghambat pernapasan dan
pertukaran gas, terutama bagi hewan perairan, bahkan dapat mengakibatkan
kematian .
Dalam perairan alami, gas CO2 di hasilkan dari peguraian bahan- bahan
organik oleh bakteri. Ganggang yang menggunakan CO2 dalam fotosintesis juga
menghasilkan CO2 melalui proses metabolisme tanpa cahaya.
Aplikasi Analisis Air
22 | P a g e
Pada perairan yang mengandung oksigen terlarut sebanyak 2 ppm, maka
kadar CO2 yang masih dapat di toleransi oleh ikan adalah sebanya 12 ppm.
J. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan dalam meneteapkan
kadar CO2 pada sampel air sungai, didapatkan hasil kadar CO2 sebesar 13,47ppm.
Apabila kandungan CO2 tinggi, maka pH akan rendah dan apabila kandungan CO2 rendah,
maka pH akan tinggi. Kandungan CO2 yang tinggi tidak baik untuk kehidupan organisme
perairan dan juga sebagai sumber air untuk rumah tangga.
Aplikasi Analisis Air
23 | P a g e
Penetapan Kadar TOM dalam Air secara Permanganatometri
1. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi semua
makhluk hidup di alam. oleh karena itu, kita harus senantiasa menjaga kualitas
sumber air di sekitar kita. Limbah yang dibuang ke sungai dapat mencemari air.
Limbah-limbah ini diantaranya berupa senyawa organik yang dapat berbahaya
bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi. Untuk menganalisa banyaknya pengotor
yang berupa senyawa organik dapat dilakukan dengan analisis TOM (Total
Organic Matter).
2. DASAR
Zat organik terlarut dalam air dapat dioksidasikan oleh KMnO4 berlebih
dalamsuasana asam. Sisa KMnO4 direduksikan oleh asam oksalat yang
ditambahkan berlebih, kemudian kelebihan asam oksalat tersebut dititar oleh
larutan baku KMnO4 hingga didapat sebuah titik akhir dari warna merah menjadi
merah muda seulas.
3. TUJUAN
Menetapkan kadar senyawa organik dalam sampel air.
4. REAKSI
5CaHbOc + 3MnO4- (berlebih)+ 9H+ → 5CO2 + 3Mn2+ +7H2O
2MnO4- (sisa) + C2O4
2- (berlebih) + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ +8H2O
2MnO4- + 5C2O4
2- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Aplikasi Analisis Air
24 | P a g e
5. ALAT dan BAHAN
1. Alat yang digunakan :
2. Labu ukur 100 ml
3. Labu semprot
4. Pipet volume
5. Erlenmeyer
6. Gelas ukur
7. Teklu
8. Kaki tiga
9. Kasa asbes
10. Corong
11. Buret
12. Klem dan statif
13. Piala gelas
14. Cover glass
Bahan yang digunakan :
1. Sampel air limbah
2. H2SO4 4N
3. KMnO4 ) 0,1N
4. (COOH)2.2H2O
5. Air suling
6. CARA KERJA
I. Total Materi Organik Dalam Air Limbah
1. Diambil 100 ml sampel air limbah dengan labu ukur;
2. Dimasukkan sampel ke dalam Erlenmeyer;
3. Ditambahkan ±10 ml H2SO4 4N;
4. Ditambahkan 5 ml KMnO4 0,1N;
5. Larutan dipanaskan ±40°selama 5 menit;
6. Ditambahkan asam oksalat 0,1N hingga jernih terukur (±10 ml);
7. Larutan dititar dengan KMnO4 0,1N hingga TA berwarna merah
muda seulas.
II. Faktor KMnO4
1. Diambil 100 ml air suling dengan labu ukur, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer;
2. Ditambahkan ±10 ml H2SO4 4N dan 5 ml KMnO4 0,1N;
3. Larutan dipanaskan ±40° selama 5 menit;
Aplikasi Analisis Air
25 | P a g e
4. Ditambahkan asam oksalat sebanyak penambahannya pada
penetapan kadar TOM dengan sampel;
5. Larutan dititar dengan KMnO4 0,1N hingga TA berwarna merah
muda seulas.
7. PENGAMATAN
Normalitas KMnO4 0,01 N dengan BBP asam oksalat
a. Data penimbangan :
Bobot kaca arloji + sample : 21,1763 g
Bobot kaca arloji kosong : 20,5409 g
Bobot sample asam oksalat : 0,6354 g
b. Data penitaran :
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran
Warna TA
(COOH)2.2H2O KMnO4 10,00 ml 10,28 ml Merah muda seulas
(COOH)2.2H2O KMnO4 10,00 ml 10,06 ml Merah muda seulas
(COOH)2.2H2O KMnO4 10,00 ml 10,30 ml Merah muda seulas
Kadar TOM dalam sample
Volume KMnO4 0,1N : 5 ml (a ml)
Volume (COOH)2.2H2O : 10 ml
Titrat Titran Volume Titrat Volume Titran Warna TA
Air sungai KMnO4 100 ml 5,70 ml Merah muda
seulas
Air sungai KMnO4 100 ml 5,68 ml Merah muda
seulas
Aplikasi Analisis Air
26 | P a g e
Faktor KMnO4
Titrat Titran Volume Titrat Volume Titran Warna TA
Air suling KMnO4 100 ml 5,46 ml Merah muda
seulas
Air suling KmnO4 100 ml 5,54 ml Merah muda
seulas
8. PERHITUNGAN
Normalitas KMnO4 0,01 N dengan BBP asam oksalat
N =
OH2COOH
OH2.COOH
2.2
22
4BstxFpxV
mg
KMnO
= 63 10 21,10
4,635
xx = 0,0988 N
Faktor KMnO4
i. ml KMnO4 = 5,00 (a ml)
ii. ml KMnO4 = 5,52
54,546,5
(b ml)
iii. ml (COOH)2 = 10 ml
Faktor KMnO4 = 95,050,500,5
1010
ba ml
TOM (Total Organic Matter)
1. ml KMnO4 = 00,5 ml (a ml)
2. ml KMnO4 = 5,52
54,546,5
(b ml)
3. ml (COOH)2 = 10,00 ml (c ml)
TOM =
sampelvolume
xcKMnOfaktorxbax
316,0 1000 4
Aplikasi Analisis Air
27 | P a g e
=
100
316,0 00,10,950 50,500,5 1000 xxx
= -0,079
9. PEMBAHASAN
Zat-zat organik yang terkandung dalam air bermanfaat besar bagi
mikroorganisme di dalamnya, namun zat-zat tersebut ada kalanya racun dan
berbahaya bagi kehidupan. Terutama bila zat-zat organic tersebut merupakan
limbah yang tercemar. Karena hal itu, perlu dilakukan analisis TOM.
Adanya zat organik dalam air dapat menjadi indicator bahwa air tersebut
telah tercemar. Nilai/faktor KMnO4 adalah total KMnO4 untuk mengoksidasikan
zat organik yang terdapat dalam 1 liter contoh air dengan pemanasan selama
kurang lebih 5 menit. Keberadaan bahan-bahan organik tersebut merupakan
indicator kuat behwa air tersebut telah tercemar. Pencemaran oleh bahan-bahan
organik menyebabkan bau yang tidak sedap serta menyebabkan korosif pada
benda-benda logam.
Dalam pengerjaan sampel, diambol dalam volume besar (100 ml) hal ini
dikarenakan keberadaan pengotor/limbah terdapat pada skela kecilo, sehingga
untuk mengurangi tingkat kesalahan diambil volume yang cukup besar dari
sampel air yang akan dianalisis.
Penambahan asam (H2SO4) dilakukan untuk mengasamkan lingkungan
(permanganatometri bekerja pada suasana asam). H2SO4 encer digunakan kerena
penambahan HCL akan menambah pengotor, sementara jika digunakan H2SO4
pekat atau HNO3 dikhawatirkan zat organik yang terkandung dalam sampel akan
teroksidasi sebelum bereaksi dengan KMnO4.
Penambahan KMnO4 berlebih terukur adalah untuk memastikan bahwa
zat-zat organik telah teroksidasi sempurna. Untuk mempercapat reaksi dan
membantu proses oksidasi dilakukan pemanasan tidak lebih dari 80˚C. Suhu
diatas 80˚C dapat merusak fungsi KMnO4 sebagai oksidator.
Kelebihan KMnO4 akan mengoksidasi (COOH)2.2H2O yang turut
ditambahkan berlebih terukur.
Aplikasi Analisis Air
28 | P a g e
5CaHbOc + 3MnO4- (berlebih)+ 9H+ → 5CO2 + 3Mn2+ + 7H2O
2MnO4- (sisa) + C2O4
2- (berlebih) + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ +8H2O
Kelebihan (COOH)2.2H2O inilah yang dititar oleh KMnO4 0,1N hingga berwarna
merah muda seulas.
2MnO4- + 5C2O4
2- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
10. KESIMPULAN
Dari praktikum analisis air yeng telah dilakukan, didapatkan Total Organic
Matter (TOM) pada sampel sebesar –0,079. Angka negatif yang dihasilkan bisa
dikarenakan oleh kesalahan pembacaan dalam praktikum.
Aplikasi Analisis Air
29 | P a g e
Penetapan Kadar COD cara Dikromatometri
1. Pendahuluan
COD (Chemical Oxygen Demand) atau KOK (Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik dalam 1 liter
contoh air. Uji COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organic
yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologi. Ion-ion
klorida dioksidasi oleh kalium dikhromat dalam suasana asam. Dalam penetapan
ini dilaksanakan dengan berdasarkan metode dikhromatometri. Metode
dikhromatometri adalah salah satu metode dari analisis volumetric dengan reaksi
redoks, yaitu reaksi serah terima elektron atau perpindahan elektron. Sebagai
pengoksidasi digunakan K2Cr2O7 (Kalium Dikhromat). Seperti biasanya, dilakukan
standarisasi larutan FAS dengan menggunakan bahan baku primer K2Cr2O7.
Dengan indikator ferroin. Pada penerapannya nanti, ketentuan dan ketetapan
tes COD adalah 2-3 kali lebih tinggi dar tes BOD.
2. Dasar
Dalam suasana asam sulfat panas, zat-zat organik yang ada didalam contoh
dioksidasikan menjadi CO2 dan H2O oleh K2Cr2O7. Kemudian dititrasi oleh larutan
standar FAS (Ferro Ammonium Sulfat) sengan menggunakan indikator ferroin,
hingga diperoleh titik akhir dengan perubahan warna dari kuning kehijauan
menjadi merah coklat.
3. Reaksi
CnHnOn + Cr2O72- + H+
CO2 + H2O+ Cr3+
zat organik kuning hijau
Cr2O72- +6Fe2++14H+
6Fe3++2Cr3++7
4. Tujuan
Untuk menetapkan kadar COD dalam air limbah secara dikhromatometri. Dan
untuk menetapkan normlitas FAS dengan metode dikhromatometr.
Aplikasi Analisis Air
30 | P a g e
5. Alat dan Bahan
a) Alat-alat yang digunakan:
Buret 50 ml
Erlenmeyer 250 ml
Statif dan klem
Pipet volume 10 ml dan 25
ml
Gelas ukur
Corong
Kaki tiga
Kasa asbes
Pembakar teklu
Pipet tetes
Piala gelas 400 ml dan 800
ml
Labu semprot
Neraca
Kaca arloji
Labu ukur
Pengaduk
b) Bahan
Sampel air
Asam sulfat 4 N
Larutan K2Cr2O7 0,25 N
Indikator ferroin
Larutan FAS 0,1 N
Batu didih
Air suling
Aplikasi Analisis Air
31 | P a g e
6. Cara Kerja o Standarisasi larutan FAS 0,05 N
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ditimbang ±0,49 gram K2Cr2O7.
3. Dilarutkan hingga 100 ml dalam labu ukur. Himpitkan, homogenkan.
4. Dipipet 10 ml larutan, masukan ke Erlenmeyer.
5. Ditambahkan 5 ml H2SO4 4 N.
6. Diencerkan dengan ±100 ml air suling.
7. Ditambah 1-2 tetes indikator ferroin.
8. Dititar dengan FAS 0,1 N hingga TA:merah coklat.
9. Dilakukan minimal pekerjaan duplo.
o Penetapan Kadar COD
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dipipet 25 ml sampel, masukan ke Erlenmeyer.
3. Ditambahkan 20 ml H2SO4 4 N.
4. Masukan batu didih dan 10 ml K2Cr2O7 0,25 N.
5. Dipanaskan hingga mendidih.
6. Dinginkan larutan, lalu tambahkan 1-2 tetes indikator ferroin.
7. Diencerkan dengan ±50 ml air suling.
8. Dititar dengan FAS 0,1 N hingga TA:merah coklat.
9. Dilakukan minimal pekerjaan duplo.
o Blanko
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dipipet 25 ml air suling, masukan ke Erlenmeyer.
3. Ditambahkan 20 ml H2SO4 4 N.
4. Masukan batu didih dan 10 ml K2Cr2O7 0,25 N.
Aplikasi Analisis Air
32 | P a g e
5. Dipanaskan hingga mendidih.
6. Dinginkan larutan, lalu tambahkan 1-2 tetes indikator ferroin.
7. Diencerkan dengan ±50 ml air suling.
8. Dititar dengan FAS 0,1 N hingga TA:merah coklat.
9. Dilakukan minimal pekerjaan duplo.
Aplikasi Analisis Air
33 | P a g e
7. Data Pengamatan
o Data penimbangan K2Cr2O7
Bobot kaca arloji + sampel : 26,0253 gram Bobot kaca arloji kosong : 24,7988 gram Bobot sampel K2Cr2O7 : 1,2265 gram
o Data penitaran standarisasi FAS
Titrat Volume Titran Volume Indikator TA
K2Cr2O7 5,00 ml FAS 0,05N 6,60 ml Ferroin Merah Coklat
K2Cr2O7 5,00 ml FAS 0,05N 6,62 ml Ferroin Marah Coklat
o Data penitaran penetapan COD
Titrat Volume Titran Volume Indikator TA
Sampel 25,00 ml FAS 0,05N 25,86 ml Ferroin Merah Coklat
Sampel 25,00 ml FAS 0,05N 26,10 ml Ferroin Marah Coklat
o Blanko
Titrat Volume Titran Volume Indikator TA
Air
Suling
25,00 ml FAS 0,05N 26,23 ml Ferroin Merah Coklat
25,00 ml FAS 0,05N 26,39 ml Ferroin Merah Coklat
Aplikasi Analisis Air
34 | P a g e
8. Perhitungan
o Standarisasi FAS 0,1 N
Diketahui :
mg K2Cr2O7 = 1.226,5 mg Volume titran = 6,61 ml
fp =
=
bst K2Cr2O7 = 49
Ditanyakan : Normalitas FAS?
Jawab:
o Penetapan COD
Diketahui :
Volume titran =25,98 ml
Volume titrat =25,00 ml
Volume blanko =26,31 ml
Ditanyakan : Kadar COD?
Jawab :
Aplikasi Analisis Air
35 | P a g e
9. Pembahasan
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia, adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik
dalam 1 liter contoh air. Dimana pengoksidasi kalium dikhromat digunakan
sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan angka dari
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan
antara angka COD dengan BOD dapat ditetapkan.
Tidak semua zat-zat organik dalam air buangan maupun air permukaan
dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Table berikut menunjukan jenis
zat organik dan anorganik yang dapat atau tidak dapat dioksidasikan melalui tes
COD atau BOD :
Jenis zat organik/anorganik Dapat dilakukan melalui tes
COD BOD
Zat organik yang biogradable (protein, gula, dsb.) V V
Selulosa, dsb. V -
Zat anorganik yang biogradable (protein, dsb.) V V
Zat anorganik yang non-biogradable (NO22-, Fe2+,
S2-, Mn3+)
V -
NH4 bebas nitrifikasi - V
Hidrokarbon aromatik dan rantai V -
Keterangan
1. Biogradable : dapat dicerna atau diuraikan.
2. Mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor.
3. Dapat dioksidasikan karena adanya katalisator Ag2SO4.
Aplikasi Analisis Air
36 | P a g e
Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasikan oleh larutan
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang panas dengan reaksi :
CnHnOn + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O +
Cr3+
zat organik kuning Ag2SO4
hijau
Selama reaksi yang berlangsung ±2 jam ini, uap di refluks dengan alat
kondensor agar zat organik berupa gas tidak lenyap ke udara.
Perak sulfat (Ag2SO4) ditambahkan sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi. Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk mengurangi
gangguan klorida yang pada umumnya ada pada air buangan. Untuk memastikan
bahwa hamper semua zat organik habis teroksidasi, maka zat pengoksidasi
K2Cr2O7 masih harus tersisa setelah di refluks. K2Cr2O7 yang tersisa didalam
larutan tersebut di gunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah
terpakai. Sisa K2Cr2O7 ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat
(FAS), dimana reaksi yang berlangsung adalah :
Cr2O72- +6Fe2+ +14H+ 6Fe3++2Cr3+ +7H2O
Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu saat
warna hijau-kuning larutan berubah menjadi warna merah. Sisa K2Cr2O7 dalam
larutan blanko adalah K2Cr2O7 yang awal karena diharapkan blanko (air suling)
tidak mengandung zat organik yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.
Kadar klorida dalam sampel lebih dari 2000mg/L, dapat mengganggu
bekerjanya katalisator Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu dapat teroksidasi oleh
dikhromat, sesuai reaksi :
6Cl- + Cr2O72- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O
Aplikasi Analisis Air
37 | P a g e
Gangguan ini dihilangkan dengan penambahan merkuri sulfat pada
sampel, sebelum penambahan reagen lainnya. Ion merkuri bergabung dengan
ion klorida membentuk merkuri klorida.
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan
tidak mengganggu oksidasi zat organik dalam tes COD.
Nitrit (NO2-) juga teroksidasi menjadi nitrat (NO3
-). 1mg NO2-N ~ 1,1 mg
COD. NO2-N adalah nitrit nitrogen, yaitu jumlah mg N yang terikat dalam bentuk
NO2-. Jika konsentrasi NO2-N > 2mg/L, maka harus ada penambahan 10mg asam
sulfamat per mg NO2-N baik dalam sampel maupun dalam blanko. Namun dalam
penetapan ini hanya dilakukan penambahan H2SO4 4N sejumlah 20ml, atau
H2SO4 (p) sebanyak 5ml, dan pendidihan dengan bantuan batu didih. Batu didih
yang digunakan berasal dari kaca porselen dan berguna dalam pemeralan panas.
Keuntungan tes COD, dibandingkan dengan tes BOD antara lain:
1. Analisis COD tidak membutuhkan waktu yang lama. Tidak seperti BOD
yang membutuhkan waktu 5 hari.
2. Untuk menganalisa COD antara 50-80 mg/L.
3. Ketentuan dan ketetapan (reproducibility) tes COD adalah 2-3 kali lebih
tinggi dari tes BOD.
4. Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes
BOD tidak menjadi masalah pada tes COD.
Kekurangan dari tes COD ini adalah tes ini hanya merupakan angka yang
menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan reaksi biologis (yang
sebenarnya terjadi di alam), sehingga merupakan suatu prndekatan saja. Karena
hal tersebut, maka tes COD tidak dapat membedakan antara zat-zat yang
sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis.
Penyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg O2/L. Penyimpangan
Aplikasi Analisis Air
38 | P a g e
maksimum dari suatu analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih
diperkenankan.
Dalam pengambilan sampel, gunakan botol kaca bila memungkinkan.
Penggunaan botol plastik harus bersih dari zat-zat organik yang munkin masih
tersisa didalamnya. Sampel yang mengandung lumpur harus dikocok sampai
merata sebelum di analisa, karena lumpurnya terdiri dari zat-zat organic yang
harus dioksidasikan dalam tes COD untuk mendapatkan angka COD yang benar.
Sampel yang tidak stabil atau sampel yang mengandung bakteri atau sampel
yang mengandung Fe2+ yang tinggi, harus dianalisa segera. Sampel dapat
diawetkan dengan penambahan asam sulfat pekat sampai pH 2 (±0,8 ml asam
sulat pekat per liter sampel).
Untuk membuat larutan standar kalium dikhromat 0,2500 N, kita harus
melarutkan 12,25 gram kalium dikhromat pro analysis kedalam labu takar 1L.
dan kalium dikhromat sudah dikeringkan di oven dengan suhu ±105o C selama 2
jam dan didinginkan di dalam desikator. Ditambah air suling 1000 ml dan
dihomogenkan.
Sedangkan larutan standar ferro ammonium sulfat (FAS), dibuat dengan cara
melarutkan 2,9 gram garam mohr dan dilarutkan dalam 500ml air suling
kemudian ditambahkan ±20ml asam sulfat pekat (eksoterm, larutan menjadi
hangat). Larutan didinginkan dengan memasukan labu takar kedalam wadah
yang berisi air mengalir. Larutan ini harus distandarisasikan dengan kalium
dikhromat. Karena sebagai pereduksi, larutan ini akan dioksidasi perlahan-lahan
oleh oksigen terlarut dari udara. Perlu diperhatikan bahwa dalam penambbahan
indikator ferroin jangan pada keadaan panas, diusahakan hangat. Karena
dikhawatirkan ferroin mengurai sehingga tidak mampu menunjukan warna yang
tepat atau tajam pada saat nilai titik akhir tercapai.
Aplikasi Analisis Air
39 | P a g e
10. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum penetapan kadar COD (Chemical Oxygen
Demand) yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
Normalitas FAS= 0,0473 N
Kadar COD = 19,828 mg/L
11. Daftar Pustaka
a. Pedoman Pengamatan Kualitas Air, Dir. Penyelidikan Masalah Air,
Departemen PU, Jakarta.1981
b. R.S. Ramdho, Introduction of Wastewater Treatment Processes,
Academic Press, New York.1977
Sri, D.G, Ir , dkk. 1984. Metode Penelitian Air, Surabaya : Usaha Nasional
Aplikasi Analisis Air
40 | P a g e
Penetapan Kadar Oksigen Terlarut (Dissolve Oxygen)
1. PENDAHULUAN
Di dalam air, terkandung jumlah oksigen terlarut yang berbeda- beda. Tinggi
rendahnya jumlah oksigen tang terlarut dapt dilihat secar perkiraan melalui
pengamatan organisme dalam suatu sample tersebut.
Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai jumlah oksigen terlarut kita
perlu melakukan suatu metode analisis, metode yang dapat digunakan dalam
analisis DO ini adalah menggunakan cara “ winkler “.
Metode titrasi winkler untuk analisis DO ini didasarkan pada metode
yodometri yang tergolong dalam indirect titration, yaitu merupakan salah satu
metode analisis berdasarkan cara penitarannya dimana dihasilkan zat ketiga yang
kemudian bereaksi dengan titran. Cara ini dilaksanakan apabila zat yang berada
dalam sample tidak bereaksi dengan larutan baku atau bereaksi sanagt lamban.
Dalam hal ini, oksigen yang terlarut dalm sample bereaksi denagn mangan sulfat dan
alkali iodida azida sehingga melepaskan gas yang kemudian dititar dengan tio.
2. DASAR
Oksigen dalam sample akan mengoksidasikan MnSO4 yang ditambahkan
dalam larutan dalam keadaan basa, sehingga terjadi endapan MnO2. Dengan
penambahan asam sulfat pekat dan alkali iodide azida, maka akan dibebaskan iod
yang ekivalen dengan oksigen yang terlarut. Iod yang dibebaskan kemudian
dianalisis dengan metode titrasi iodometri dengan larutan standar tiosulfat dan
indikator kanji.
3. TUJUAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar dari oksigen
terlarut dalam suatu sample dengan melakukan pekerjaan yang baik dan benar.
Aplikasi Analisis Air
41 | P a g e
4. REAKSI
MnSO4 + 2KOH → Mn (OH)2 + H2SO4
Mn (OH)2 + ½ O2 → MnO2 + H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
5. ALAT dan BAHAN
Alat yang digunakan :
1. Botol winkler
2. Ember
3. Pipet volume
4. Bulb merah
5. Erlenmeyer asah
6. Buret
7. Statif dan klem
8. Corong
9. Piala gelas
Bahan yang digunakan :
1. Sampel air sungai
2. Larutan MnSO4
3. Alkali iodide azida
4. H2SO4 4 N
5. Indikator kanji
6. Larutan tio 0,1 N
6. CARA KERJA
1. Lakukan strandarisasi dengan menggunakan bahn baku K2Cr2O7.
2. Botol winkler direndam dalam ember berisi air sungai dan diusahakan tidak
ada gelembung.
3. Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml alkali iodida azida, akan terbentuk
endapan coklat.
4. larutan dikocok dan didiamkan sampai endapan turun semua.
5. larutan yang jernih dituangkan pada erlenmayer asah.
6. Endapan dilarutkan dengan H2SO4, kemudian dituangkan pada Erlenmeyer
asah.
7. larutan dititar dengan tio sampai berwarna kuning muda seulas.
Aplikasi Analisis Air
42 | P a g e
8. larutan ditambahkan dengan indikator kanji, sehingga larutan berwarna biru.
9. Larutan dititar dengan didapatkan TA : tak berwarna.
7. PENGAMATAN
Standarisasi Na2S203 dengan BBP K2Cr2O7
1. Data penimbangan :
Bobot kaca arloji + sample : 26,0599 g
Bobot kaca arloji kosong : 24,7987 g
Bobot sample asam oksalat : 1,2612 g
2. Data penitaran :
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran Indikator Titik Akhir
K2Cr2O7 Na2S203 10 ml 7,05 ml
Kanji Hijau kebiruan 7,00 ml
Penetapan DO
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran Indikator Titik Akhir
Sample
Air Na2S2O3 250 ml
1,350 ml Kanji Tak berwarna
1,450 ml
Aplikasi Analisis Air
43 | P a g e
8. PERHITUNGAN
Normalitas Na2S2O3
722
722
OCrKbst
OCrK
322xFpxV
mgN
OSNa
N 3533,049 x 10 x 025,7
2,1216
Penetapan DO
4 x botol volume
1000 x OBst x N x VDO ppm
2NaNa 322322 OSOS
ppm 9569,34 x 250
1000 x 8 x 0,3533 x 40,1
9. PEMBAHASAN
Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari udara dan dari hasil fotosintesis
tumbuhan air. Terlarutnya oksigen didalam air tergantung pada temperature dan
kadar mineral yang terkandung didalam air tersebut.
Gangguan yang ada pada penetapan ini yaitu adanya pereduksi dan
pengoksidasi yang dapat mengganggu proses reaksi pada saat analisa :
1. Zat yang mengoksidasi iodide dapat mengganggu reaksi.
2. zat yang dapat mereduksi iodine dapat mengganggu reaksi.
Metode modifikasi Alster dengan menggunakan natrium azida akan
menehilangkan gangguan nitrit tersebuy. Kadar zat tersuspensi yang tinggi dapat
mengganggu analisa dan dapat dihilangkan dengan penyaringan larutan sample
pada saringan kertas.
Penyimpanan baku 20 mg / liter pada sample air bersih dan 100 mg pada
sample air buangan masih diperkenankan untuk analisa yang dilakukan dengan baik.
Pengambilan sample secara baik dan repsentatif harus diperhatikan sample air
Aplikasi Analisis Air
44 | P a g e
untuk keperluan analisa oksigen terlarut dituangkan dengan hati- hati ke dalam
botol khusus, biasanya disebut botol winkler. Botol tersebut mempunyai volume
250- 300 ml, leher sempit dengan tutup dari bahan gelas.
10. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari praktikum ini didapatkan hasil normalitas sebesar
0.3533 N dan didapatkan ppm DO sebesar 3,9569 ppm.
Aplikasi Analisis Air
45 | P a g e
Penetapan Kadar BOD (Biological Oxygen Demand ) dalam Air
Sungai secara Iodometri
1. Pendahuluan
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen
yang diperlukan oleh organism pada saat pemecahan bahan organic,pada suatu
kondisi aerobik. BOD juga dapat diartikan sebagai ukuran empiris keperluan oksigen
dari limbah – limbah pembuangan industry.
Parameter BOD untuk analisis limbah secara umumbanyak digunakan untuk
menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk
menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan
BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya
oksigen yang digunakan oleh organism selama organism tersebut menguraikan
bahan organik yang ada dalam suau perairan, pada kondisi yang hampir sama
dengan kondisi yang ada dialam.
Metode yang digunakan pada penetapan ini adalah titrasi yodometri, dimana
digunakan natrium tiosulfatsebagai penitar. Pengerjaan BOD0 dilakukandengan
dengan menambahkan pereaksi – pereaksi seperti MnSO4 dan alkali iodida. Asam
kuat H2SO4 digunakan untuk melarutkan endapan.BOD5 dikerjakan lima hari setelah
sampel diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20., Ketika larutan telah dititar dengan tio
dan warnanya berubah menjadi kuning muda sekali, ditambahkan indikator kanji,
hingga mencapai titik akhir tak berwarna. Dilakukan pengerjaan dengan blanko
dengan mengganti sampel dengan aquadest.
2. Dasar
BOD dapat ditetapkan atas dasar reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen
dalam air yang terjadi secara alamiah dengan kehadiran bakteri aerobik. Oksidasi zat
– zat organik akan menghasilkan air dan karbondioksida. Reaksi BOD diakukan pada
temperatur 200 selama 5 hari.
Aplikasi Analisis Air
46 | P a g e
3. Tujuan
Agar siswa dapat mengetahui aplikasi air tentang biologial oksygen demand
atau BOD dalam sampel air.
4. Reaksi
Mnso4 + 2KOH → Mn (OH)2 + H2SO4
Mn (OH)2 + ½ O2 → MnO2 + H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Botol winkler
2. Ember
3. Pipet volume
4. Bulb merah
5. Erlenmeyer asah
6. Buret
7. Statif dan klem
8. Corong
9. Piala gelas
10. Pipet tetes
Bahan yang digunakan:
1. Sampel air sungai
2. MnSO4
3. Alkali iodide azida
4. H2SO4 4 N
5. Indikator kanji
6. Larutan tio
Aplikasi Analisis Air
47 | P a g e
Cara kerja
Penetapan kadar BOD dalam air sungai
1. Lakukan strandarisasi dengan menggunakan bahn baku K2Cr2O7
2. Botol winkler direndam dalam ember berisi air sungai dan diusahakan
tidak ada gelembung.
3. Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml alkali iodida azida, akan terbentuk
endapan coklat.
4. larutan dikocok dan didiamkan sampai endapan turun semua.
5. larutan yang jernih dituangkan pada erlenmayer asah.
6. Endapan dilarutkan dengan H2SO4, kemudian dituangkan pada
Erlenmeyer asah.
7. larutan dititar dengan tio sampai berwarna kuning muda seulas.
8. larutan ditambahkan dengan indikator kanji, sehingga larutan berwarna
biru.
9. larutan dititar dengan didapatkan TA : tak berwarna.
Data pengamatan
A. Standarisasi larutan tio denagn BBP K2Cr2O7
Data Penimbangan :
Bobot K2Cr2O7 (Do) : 12,25 gram/L
Bobot K2Cr2O7 (D7) :
Kaca arloji + sample : 22,0993 gr
Kaca arloji kosong : 21,9758 gr -
Sampel : 0,1235 gr
Data penitaran normalitas Na2S2O3 (Do) :
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran Indikator Titik Akhir
K2Cr2O7
fp=1000 Tio 10,00 ml
7,05 ml Kanji Hijau kebiruan
7,00 ml
Aplikasi Analisis Air
48 | P a g e
Data penitaran normalitas Na2S2O3 (D7) :
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran Indikator Titik Akhir
K2Cr2O7
fp=10
Tio
0,025 N 10,00 ml
18,22 ml Kanji Hijau kebiruan
18,25 ml
B. Penetapan BOD ( Biological Oxygen Demand )
)( 0DSampel
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran Indikator Warna TA
Air Sungai 322 OSNa
0,025 N
250 ml 1,350 ml Kanji Tak
Berwarna Air Sungai 250 ml 1,450 ml Kanji
)( 0DBlanko
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran Indikator Warna TA
Air suling 322 OSNa
0,025N 250 ml 1,500 ml Kanji
Tak
Berwarna
Aplikasi Analisis Air
49 | P a g e
)( 7DSampel
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran Indikator Warna TA
Air Sungai 322 OSNa
0,025N 250 ml 0,525 ml Kanji
Tak
Berwarna
)( 7DBlanko
Titrat Titran Volume
Titrat
Volume
Titran
Indikator Warna TA
Air Suling 322 OSNa
0,025N
250 ml 0,550 ml Kanji Tak
Berwarna
Perhitungan
Aplikasi Analisis Air
50 | P a g e
ppm11,0
)25,074,1(24,062,1
)BB(DDBOD *
ppm 25,0
246
1000 x 8 x 0,01380,550x
4 - botol V
1000 x O 2
1bst x Np x d Blanko) ( B
ppm 0,24
246
1000 x 8 x 0,0138 x 0.525
4 - botol V
1000 x O 2
1bst x Np x c sampel)(D
ppm74,1
246
1000 x 8 x 0,0356 x 1,500
4 - botol V
1000 x O2
1bst x Np x b (Blanko) B
ppm62,1
246
0,0356x8 x 1,400 x 1000
4 - botol V
Obst x Np x a x 1000sampel)(D
blanko70sampel70
2
7
2
7
2
0
20
Pembahasan
Air dikatakan sebagai air terpolusi jika konsentrasi oksigen terlarut
menurun dibawah batas yang dibutuhkan biota. Penyebab utama berkurangnya DO
dalam air adalah adanya bahan-bahan yang mudah dibusukan atau dipecah dengan
adanya oksigen. Oksigen yang tersedia dalam air teresbut dikonsumsi oleh bakteri
yang aktif memecah bahan-bassshan tersebut.
Mikroorganisme seperti bakteri bertanggung jawab untuk mendekomposisi
limbah organik. Bila bahan organik seperti tanaman mati, daun, kliping rumput,
pupuk, kotoran, atau bahkan sampah makanan hadir dalam pasokan air, bakteri
akan memulai proses pemecahan limbah ini. Ketika ini terjadi, banyak yang tersedia
Aplikasi Analisis Air
51 | P a g e
oksigen terlarut dikonsumsi oleh bakteri aerobik, organisme air lainnya merampok
oksigen yang mereka butuhkan untuk hidup.
Biologi Oxygen Demand (BOD) adalah ukuran oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan limbah iniJika ada jumlah besar sampah organik
dalam air, juga akan ada banyak bakteri ini bekerja untuk menguraikan limbah ini.
Dalam hal ini, permintaan oksigen akan tinggi (karena seluruh bakteri) sehingga
tingkat Direksi akan tinggi. Sebagai limbah yang dikonsumsi atau tersebar melalui
air, tingkat Direksi akan mulai menurun.
Nitrat dan fosfat dalam tubuh air dapat berkontribusi terhadap tingkat BOD
yang tinggi. Nitrat dan fosfat adalah nutrisi tanaman dan dapat menyebabkan
kehidupan tanaman dan ganggang untuk tumbuh dengan cepat. Jika tanaman
tumbuh dengan cepat, mereka juga mati dengan cepat. Ini berkontribusi pada
limbah organik di dalam air, yang kemudian terurai oleh bakteri. Hal ini
menyebabkan tingkat BOD yang tinggi. Para suhu air juga dapat berkontribusi untuk
tingkat BOD yang tinggi. Sebagai contoh, air hangat biasanya akan memiliki tingkat
BOD lebih tinggi daripada air dingin. Seiring dengan peningkatan suhu air, laju
fotosintesis oleh ganggang dan tanaman lainnya di dalam air juga meningkat. Ketika
ini terjadi, tanaman tumbuh lebih cepat dan juga mati lebih cepat. Ketika tanaman
mati, mereka jatuh sampai ke dasar di mana mereka terurai oleh bakteri. Bakteri
yang membutuhkan oksigen untuk proses ini sehingga Direksi tinggi di lokasi ini.
Oleh karena itu, peningkatan suhu air akan mempercepat dekomposisi bakteri dan
menghasilkan tingkat BOD lebih tinggi.
Ketika Direksi tingkat tinggi, oksigen terlarut (JANGAN) tingkat penurunan
karena oksigen yang tersedia di dalam air sedang dikonsumsi oleh bakteri. kurang
oksigen terlarut Sejak tersedia dalam air, ikan dan organisme air lainnya tidak
mungkin bertahan hidup.
Dalam preaktikum ini uji BOD juga dilakukan setelah melalui inkubasi selama
5 hari, pada suhu 20⁰C dengan aggapan selama waktu itu presentasi reaksi cukup
Aplikasi Analisis Air
52 | P a g e
besar dari total BOD. Pengukuran ini hanya menghitung sebanyak 60-70% bahan
organic yang teroksidasi. Untuk mencapai 95-99% diperlukan waktu selama 20 hari.
Dalam penetapan ini didapatkan hasil blanko 0 ml setelah diinkubasi selama
5 hari, hal ini terjadi karena semua oksigen yang terkandung dalam sampel telah
habis digunakan oleh bakteri untuk mendegradasikan zat-zat organik yang terdapat
dalam sampel. Hal ini dapat terlihat karena setelah diinkubasi selama 5 hari dan
dititar oleh larutan tio tidak ada endapan yang terbentuk.
Berikut ini merupakan table yang menunjukan tingkatan BOD yang berada dalam
sampel serta kelayakan sampel:
BOD Level
(Dalam ppm) Kualitas Air
1 - 2
Sangat Baik
Tidak akan ada banyak hadir limbah
organik dalam penyediaan air.
3-5 Sedang
6 - 9
Poor: Somewhat Polluted
Biasanya menunjukkan adanya bahan
organik dan bakteri pengurai limbah ini.
100 atau lebih Very Poor: Very Polluted
Mengandung limbah organik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum ini didapatkan hasil normalitas sebesar
0.051599 N dan didapatkan ppm BOD sebesar -0,11 ppm. Dan bila dibandingkan
dengan table kelayakan air berdasarkan tes BOD, tidak dapat ditentukan karena
memiliki hasil yang negatif.