67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

52
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI SEKOLAH MENENGAH ANALIS KIMIA BOGOR Kelas 11-4/α2 Arrovi Septian (07) Daniel Pardomuan (11) Elsa Nur Annisa (16) Muhammad Fariz Ramzy (31) Riska Haryati (41) Shendiane Rimandani (46) Tamara Dayu (50)

Transcript of 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Page 1: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI

SEKOLAH MENENGAH ANALIS KIMIA BOGOR

Kelas 11-4/α2

Arrovi Septian (07)

Daniel Pardomuan (11)

Elsa Nur Annisa (16)

Muhammad Fariz Ramzy (31)

Riska Haryati (41)

Shendiane Rimandani (46)

Tamara Dayu (50)

Page 2: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

2 | P a g e

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya laporan khusus ini. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas laporan dari laboatorium voumetri setelah penulis melakukan praktikum.

Laporan ini berjudul aplikasi analisis air secara analisis volumetri dan berisikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam melakukan praktikum apliikasi analisis air seperti pendahuluan, dasar, tujuan, reaksi, alat dan bahan, data pengamatan, perhitungan, kesimpulan dan termasuk informasi- informasi lain yang berkaitan dengan praktikum aplikasi analisis total air.

Kami berharap laporan ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis tetapi juga dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan di masa yang akan datang.

Bogor, Mei 2011

Penulis

Page 3: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

3 | P a g e

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2

Daftar Isi .............................................................................................................................. 3

Penetapan Alkalinitas Dalam Air Sungai Secara Asidimetri ................................................ 4

Penetapan Kadar CO2 Bebas Dalam Air Sungai ................................................................ 17

Penetapan Kadar TOM dalam Air secara Permanganatometri ........................................ 23

PENETAPAN KADAR DO (Dissolve Oxygen) ....................................................................... 40

Page 4: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

4 | P a g e

Penetapan Alkalinitas Dalam Air Sungai Secara Asidimetri

A. Pendahuluan

Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralisir asam. Alkalinitas juga

diartikan sebagai konsentrasi total dari unsur-unsur basa yang terkandung dalam

air dan biasa dinyatakan dalam mg/L atau setara dengan CaCO3. Pada umumnya

alkalinitas air ditentukan berdasarkan kandungan ion bikarbonat (HCO3 -),

karbonat (CO3 2-), hidroksil (OH-), serta garam-garam dari asam lemah, seperti

borat, silikat, dan posfat.

Alkalinitas ditetapkan karena ia memegang peranan penting untuk proses

pengolahan limbah industri maupun limbah domestik. Dengan alkalinitas dapat

dihitung jumlah bahan kimia yang ditambahkan pada pengolahan air limbah.

Selain itu, alkalinitas juga berperan dalam penentuan kemampuan air untuk

mendukung pertumbuhan ganggang dan biota-biota perairan lainnya.

Penetapan alkalinitas ini dilakukan secara asidi alkalimetri atau

netralisasi. Reaksi dasarnya adalah reaksi penetralan, karena yang berperan

sebagai titran adalah H2SO4 maka pekerjaan ini disebut asidimetri. Karena sifat

dari larutan titran yang tidak stabil maka diperlukan proses standarisasi dengan

bahan baku primer untuk penetapan normalitas asam, yaitu Na2CO3. Karena

larutan titran bersifat asam kuat dan titratnya adalah garam basa, maka indikator

yang paling cocok digunakan SM dengan rentang pH 3,1 - 4,5.

B. Dasar

Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralisir asam. Pengukuran

alkalinitas menggunakan metode titrasi asidimetri. Sampel ditritasi dengan asam

kuat H2SO4 memakai indicator BCG dengan titik akhir kuning seulas dan titik akhir

pada pH ± 4,5.

Page 5: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

5 | P a g e

C. Tujuan

1. Untuk menetapkan alkalinitas suatu sampel dengan metode aplikasi

dari titrasi asidimetri.

2. Untuk menstandarisasi H2SO4 dengan bahan baku soda kering atau

Na2CO3.

D. Reaksi

Penetapan standarisasi H2SO4 0,02N dengan bahan BPP Na2CO3.

Na2CO3 + H2SO4 Na2SO4 + H2O + CO2

Penetapan alkalinitas

HCO3- + H+ H2CO3

H2CO3 H2O + CO2

E. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan

1. Pipet volumetri 50 ml

2. Pipet volumetri 10 ml

3. Erlenmeyer

4. Piala gelas 400 ml

5. Piala gelas 800 ml

6. Buret 50 ml

7. Corong kaca

8. Statif dan Klem

9. Pembakar Teklu

10. Kaki tiga

11. Kasa asbes

12. Labu ukur 100ml

13. Kaca arloji

14. Labu semprot

15. Pipet tetes

16. Alas titar

17. Alas baca buret

18. Tissue/kertas saring

19. Kertas penyangga corong

20. Neraca digital

Bahan-bahan yang digunakan

1. Sampel air sungai daerah

ciheuleut (siang hari)

2. Air suling

3. Larutan Na2SO3 0,1N

4. Larutan H2SO4 0,02N

5. Hablur Na2CO3

6. Indikator PP (phenol ptalin)

7. Indikator BCG (Bromo Cresol

Green)

8. Indikator SM (Sindur Metil)

Page 6: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

6 | P a g e

F. Cara Kerja

Standarisasi larutan H2SO4 0,02 N dengan BBP Na2CO3

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Ditimbang sebanyak 0,1 gram Na2CO3 dengan menggunakn kaca arloji.

3. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dengan bantuan pengaduk dan corong.

4. Dibilas pengaduk, corong, dan kaca arloji dengan air suling.

5. Dilarutkan sedikit demi sedikit dengan penambahan air suling.

6. Ditambahkan air hingga ±1 cm dibawah tanda tera.

7. Diseka dengan menggunakan kertas saring.

8. Dihimpitkan sampai tanda tera. Dan kemudian dihomogenkan sebanyak 12 kali.

9. Dipipet sebanyak 10,00 ml dengan menggunakan pipet volumetri.

10. Dimasukkan dalam Erlenmeyer

11. Ditambahkan air suling ±75 ml dan ditambahkan 2-3 tetes indicator SM.

12. Dititar dengan menggunakan H2SO4 0,02 N sampai sindur.

13. Kemudian dipanaskan , dan didinginkan kembali. Jika larutan tidak berubah warna

maka penitaran selesai dan baca volume peitar pada buret. Jika larutan berubah

warna, maka penitaran dilanjutkan kembali sampai TA yaitu larutan berwarna

sindur.

14. Pengerjaaan dilakukan 2x. (duplo)

Penetapan alkalinitas

Prosedur A

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.

2. Larutan sampel limbah dipipet sebanyak 50,00 ml, lalu dimasukkan ke Erlenmeyer.

3. Ditambahkan 2-3 tetes indicator PP dan I tetes Na2CO3 0,1 N.

4. Warna larutan dicek. Bila berwarna merah, larutan dititar dengan H2SO4. Dan bila

tidak berwarna , maka larutan langsung mendapatkan perlakukan prosedur B.

Prosedur B

1. Larutan prosedur A ditambahkan ±3 tetes indicator BCG.

2. Larutan dititar dengan H2SO4 0,02 N sampai TA yaitu larutan berwarna kuning muda

seulas.

3. Volume penitar dicatat dan pengerjaan dilakukan sebanyak 2 x.

Page 7: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

7 | P a g e

G. Data Pengamatan

1. Penetapan Standarisasi H2SO4 0,02 N dengan BPP Na2CO3

a) Data Penimbangan

Sampel : Hablur Na2CO3

Bobot kaca arloji + sampel = 20,6520 gram

Bobot kaca arloji kosong = 20,5410 gram +

Bobot sampel = 0,1110 gram

b) Data Penitaran

Titran Titrat Volume

titran

Volume

titrat lndikator Awal TA

H2SO4

0,02 N Na2CO3

12,20 ml 10,00 ml

SM kuning Sindur 12,80 ml 10,00 ml

12,20 ml 10,00 ml

2. Penetapan alkalinitas

a) Data Penitaran

Titran Titrat Volume

titran

Volume

titrat lndikator Awal TA

H2SO4

0,02

N

Air

Sungai

2,02 ml 50,00 ml PP dan

BCG

Biru

Kehijauan

Kuning

Muda

Seulas 1,98 ml 50,00ml

H. Perhitungan

1. Penetapan Standarisasi H2SO4 0,02 N dengan BBP Na2CO3

Diketahui :

- Bobot contoh : 0,1110 gram

: 111,0 mg

- ̅̅ ̅

Page 8: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

8 | P a g e

- Bst Na2CO3 : 1/2 Mr Na2CO3

: 1/2 106

: 53

- FP :

Ditanyakan :

N H2SO4 ?

Jawab :

N H2SO4 : pP FbstV

contohbobot

: 0170,0105320,12

0,111

N

2. Penetapan alkalinitas

Diketahui :

- Bst CaCO3 : 50

- Volume contoh : 50,00 ml

- Vp PP : 0,00 ml

- VP BCG :

Ditanyakan:

Alkalinitas PP dan Alkalinitas total ?

Jawab :

a) Alkalinitas PP

ppm 00,000,50

1000 x 50 x 0,0170 x 00,0

b) Akalinitas Total

Page 9: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

9 | P a g e

I. Pembahasan

A. Definisi Alkalinitas

Alkalinitas merupakan penyangga(buffer) perubahan pH air dan indikasi

kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas

air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts

dan Ir. S. Sumetri. S).

Alkalinitas juga diartikan sebagai konsentrasi total dari unsur-unsur basa yang

terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/L atau setara dengan CaCO3 . pada

umumnya, alkalinitas air ditentukan berdasarkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-),

karbonat (CO32-), hidroksil (OH-), serta garam-garam dari asam lemah seperti borat,

silikat, dan fospat. Secar khusus alkalinitas sering disebut juga sebagai besaran yang

menunjukan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat dan sampai tahap tertentu ion

karbonta dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi

dengan ion hydrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH.

Alkalinitas setara dengan jumlah-jumlah larutan-larutan basa secara

stoikhiometri. Selain Karen adanya ion-ion bikarbonat, karbonat dan hidroksida ion-ion

seperti borat, silikat, dan fospat juga berpengaruh terhadap total alkalinitas air. Unsur-

unsur alkalinitas dapat bertindak sebagai buffer. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan

membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hydrogen sehingga keadaan menjadi

netral. Sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat dalam air akan mengalami

hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hirogen oksida yang bersifat basa,

sehingga keadaan menjadi netral. Reaksinya adalah :

HCO3↔H+ + CO3

-

CO32- + H2O↔HCO3

- + OH-

Seingkali alkalinitas air harus diketahui untuk menghitung jumlah bahan kimia

yang harus ditambahkan dalam penanganan air. Alkalinitas air yang tinggi sering

memiliki pH yang tinggi dan pada umumnya mengandung padatan terlarut yang

kadarnya tinggi. Sifat air seperti itu dapat merugikan jika digunkan sebagai air untuk

pendidihan, proses pembuatan makanan dan system air perkotaan . alkalinitas bekerja

seperti dan sebagai tempat persediaan karbon anorganik.

Alkalinitas dapat diukur dengan menitar sampel dengan asam kuat sehingga

semua ion-ion yang mempengaruhi nilai alkalinitas telah habis. Biasanya eksperimen ini

Page 10: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

10 | P a g e

dilakkan oada pH 4,5. Pada kondisi ini, seluruh basa sudah mengion, karena itu basa-

basa itu tidak menyebabkan alkalinitas lagi. Sebagai contoh, reaksi-reaksi ini terjadi

selama penambahan asam kedalam larutan sampel limbah :

HCO32- + H+ CO2 + H2O

CO32- + 2H+ CO2 + H2O

B(OH)4- + H+ B(OH)3 + H2O

OH- + H+ H2O

PO43- + 2H+ H2PO4

-

HPO42- + H+ H2PO4

-

[SiO(OH)3-] + H+ [Si(OH)4

+]

Dari reaksi-reaksi di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata senyawa basa membutuhkan

1 proton (H+) agar menjadi netral.

Alkalinitas pada umumnya digambarkan sebagai alkalinitas PP, yaitu hubungan

dengan titrasi dengan asam pada pH dimana HCO3- adalah jenis karbonat yang dominan

(pH 8,3). Sedangkan alkalinitas total adalah alkalinitas yang berhubungan dengan titrasi

dengan asam menggunakan indicator metal orange (pH 4,3) dimana kedua proses

bikarbonat sudah diubah menjadi CO2.

Alkalinitas PP ditetapkan dengan titrasi hingga titik akhir pada pH 8,3. Reaksi

yang terjadi adalah reaksi antara ion hidroksida dalam sampel dan larutan titran H2SO4.

2OH- + H2SO4 2H2O + SO42-

Namun, pada saat titik akhir, ion karbonat akan berubah menjadi bikarbonat

2CO32- + H2SO4 2HCO3

- + SO42-

Pada penitaran yang dilanjutkan hingga pH 4,5, ion-ion karbonat dan bikarbonat

akan menjadi asam karbonat.

2HCO3- + H2SO4 2 H2CO3 + SO4

2-

Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan

pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH

air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta

disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya.

Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah

sebagai berikut.

1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;

Page 11: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

11 | P a g e

2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton

tinggi.

Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung

pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :

1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;

2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga

alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air

Alkalinitas menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menerima ion

hidrogen dan merupakan suatu lawan langsung dari kemasaman. Alkalinitas juga

merupakan suatu ukuran dari konsentrasi total senyawa-senyawa alkalin (basa)

yang terlarut dalam air. Anio-anion basa (ion basa bermuatan negatif) yang

terlibat terutama adalah :

•ion karbonat (CO4-)

•ion bikarbonat (HCO3-)

•ion OH-

Dan dicerminkan dalam termasuk konsentrasi setara kalsium karbonat

(CaCO3).

Alkalinitas diukur dengan cara titrasi dengan asam yang distandarisasi sampai

titik akhir methyl orange (MO) pada sekitar pH 4.3 dan dicerminkan sebagai mg/L

sebagai CaCO3. Sebagian besar air beralkalinitas tinggi juga mempunyai pH

alkalin (pH >7) dan konsentrasi TDS yang tinggi.

H2SO4 yang digunakan perlu distandarisasi terlebih dahulu, karena

sifatnya yang tidak stabil. Bahan baku primer yang digunakan adalah Na2CO3 .

B. Efek terhadap kehidupan biota-biota alam

Alkalinitas dari suatu suplai air hatchery punya efek langsung dan tidak

langsung terhadap kesehatan ikan. Alkalinitas menyediakan kapasitas

menyangga (buffer) yang dibutuhkan untuk melindungi ikan yang dibudidayakan

secara intensif melawan goyangan lebar pH air yang akan terjadi dikarenakan

respirasi ikan dan tanaman akuatik. Sodium bikarbonat pada dosis 10-20 lbs per

acre seringkali ditambahkan ke kolam ikan air hangat (tropis) untuk secara

Page 12: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

12 | P a g e

temporer memperbaiki alkalinitas rendah dan memperbaiki masalah NH3 dan

CO2 yang muncul dari pH rendah atau tinggi. Untuk budidaya ikan intensif,

alkalinitas 100-150 mg/L direkomendasikan untuk menyediakan kapasitas

menyangga (buffer) yang diperlukan untuk :

• mencegah fluktuasi pH yang lebar,

• mendukung produksi algae,

• mencegah pelepasan logam berat, dan

• untuk memungkinkan penggunaan senyawa tembaga untuk treatment

penyakit.

Kesadahan total dari suatu suplai air hatchery terutama merupakan suatu

ukuran dari jumlah garam-garam kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang ada,

juga diekspresikan sebagai konsentrasi setara kalsium karbonat (CaCO3). Batuan

karbonat yang sama yang bertanggung jawab untuk sebagian besar alkalinitas

dalam air adalah sumber utama dari kalsium dan magnesium juga, sehingga nilai

alkalinitas dan kesadahan sering sangat serupa ketika semuanya dicerminkan

sebagai setara (ekuivalen) CaCO3.

Logam-logam terlarut divalen (bervalensi dua) lainnya seperti besi,

tembaga, seng, dan timah dapat juga menambah ke kesadahan total, tetapi

mereka secara alamiah ada dalam air hanya dalam jumlah yang sangat sedikit

(trace) yang sesuai untuk budidaya ikan sehingga kontribusi mereka biasanya

minimal.

Seperti alkalinitas, kesadahan juga secara umum diambil sebagai suatu

ukuran dari kapasitas menyangga (buffer). Air lunak biasanya adalah asidik

(masam) sedangkan air keras cenderung untuk menjadi alkalin. Pada banyak

kasus, nilai-nilai kesadahan total dan alkalinitas akan menjadi serupa. Air alamiah

dapat diklasifikasikan kedalam istilah kesadahan total demikian:

mg/L CaCO3 Istilah

0 – 50 Lunak

50 – 100 Cukup Lunak

100 – 200 Agak Keras

Page 13: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

13 | P a g e

200 – 300 Cukup Keras

300 – 450 Keras

> 450 Sangat Keras

Air lunak mengandung kalsium dan mineral-mineral lain yang dibutuhkan

untuk kesehatan ikan, dalam jumlah kecil, tetapi ini dapat ditolerir jika

kebutuhan gizinya mencukupi. Sampai batas tertentu, air yang lebih keras adalah

lebih menguntungkan untuk kesehatan ikan karena :

ia menyediakan kalsium yang dibutuhkan dan

menurunkan kerja osmotik yang dibutuhkan untuk menggantikan elektrolit

darah yang secara kontinyu hilang dalam jumlah banyak melalui urin ikan air

tawar

masalah toksisitas dengan logam berat dan therapeutant penyakit yang

mengandung tembaga akan juga diminimalkan pada air yang lebih keras

(>150 mg/L).

Ikan pada air keras mungkin sedikit kurang rentan (atau sedikit lebih kuat)

terhadap infeksi virus necrosis pancreatik dan penyakit ginjal bacterial. Sindrom

ulcerative epizootic, suatu penyakit yang mempengaruhi ikan bandeng dan ikan-

ikan air tropis lainnya yang dibudidayakan di Asia Tenggara, muncul untuk

menjadi lebih parah/hebat pada air yang kesadahan totalnya rendah. Sebagai

suatu pedoman, air dalam kisaran 50-200 mg/L dengan pH 6,5-9 dan alkalinitas

100-200 mg/L sebagai CaCO3 dianggap sesuai untuk budidaya intensif ikan air

tropis.

A. Pengaruh alkalinitas dan ph air minum

Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang

menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap

tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air

akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan

menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium

karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm

Page 14: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

14 | P a g e

disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm

disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang.Pada umumnya lingkungan

yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.

Kapasitas pem-buffer-an.Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan

sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu

juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan

dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH. Pertahanan pH air terhadap

perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb:

CO2 + H2O <==> H2CO3 <==> H+ + HCO3- <==> CO3-- + 2H+

CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air.

Sedangkan H(+) merupakan sumber kemasaman. Mekanisme diatas merupakan

reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan H+)

atau ke arah kiri (menghasilkan CO2). Oleh karena itu, apabila seseorang

mencoba menurunkan pH dengan memberikan "asam-asaman" artinya

menambahkan H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+ tersebut

akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 ini

akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur

rendah, tapi setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke

kiri,pH akan kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam, dan karena

itu pulalah kita masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat sekarang.

Dengan demikian penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan

penambahan asam saja. Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan

alkalinitasnya. Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka

jumlahnya harus diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi

alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas.

B. pH

pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam

air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H.

Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air

tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Karena untuk menuliskan

Page 15: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

15 | P a g e

0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan

angka tersebut sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif)

dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang

mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6.

Oleh karena itu, pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion

H".

pH = - log (H+)

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya

perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Dengan demikian, apabila selisih

angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat.

Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau

1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000

(sepersejuta). Dengan demikian kalau kita menurunkan pH dari 6 ke 5 artinya kita

meningkatkan kepekatan iob H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu

gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan

tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada sebelumnya.

Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk

itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak

terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. sistem pertahanan ini dikenal

sebagai kapasitas pem-buffer-an.Ph sangat penting sebagai parameter kualitas

air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam

air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH

tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air

tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.Besaran pH

berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH

kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7

menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai

netral.Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila

alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke

nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan pH. Dengan demikian

Page 16: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

16 | P a g e

kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat

kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih

mudah dilakukan.

J. Kesimpulan

Dari analisis hasil pengamatan praktikum “Penetapan Alkalinitas”, diperoleh

hasil bahwa nilai alkaliitas total dari sampel adalah 34 ppm. Nilai alkalinitas yang

diperoleh jauh dibawah alkalinitas optimal, yaitu pada nilai 90-150 ppm.Karena

sampel air sungai yang dianalisis mempunyai kandungan akalinitas kurang dari

100 ppm maka disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Air sungai

kurang baik untuk pertumbuhan ikan karena alkainitasnya rendah. Alkalinitas

rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm.

K. Daftar Pustaka

Alkalinitas.html

kesadahan.html

parameter_air.html

pengaruh_alkalinitas_dan_ph_air_minum.html

Page 17: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

17 | P a g e

Penetapan Kadar CO2 Bebas Dalam Air Sungai

A. Pendahuluan

CO2 dalam perairan merupakan hasil dari proses respirasi dan penguraian

bahan organik.CO2 di dalam air terdapat juga dalam bentuk karbonat (CO3) 2-

yang larut sebagian (HCO3-) yang tidak begitu stabil dan alga dapat dapat

mengunakan sebagian (HCO3-) untuk fotosintesis.

Bila kandungan CO2 tinggi, maka ph akan rendah dan bila kandungan CO2

rendah maka ph akan tinggi. Pengaruh yang merugikan dari kandungan CO2 pada

pembudidayaan ikan adalah akan terjadinya penungkatan konsentrasi CO2

selama priode oksigen terlarut rendah sehingga dapat mengganggu

metabolisme ikan.

B. Dasar

Karbondioksida bersifat asam dan larut dalam air. Dengan Natrium karbonat

terjadi reaksi netralisasi melalui penitaran hingga titik akhir berwarna merah

muda seulas dengan penggunaan indikator PP yang mempunyai trayek pH 8,0-

9,8.

C. Tujuan

Menentukan kadar CO2 bebas dalam suatu sampel.

Menentukan suatu sampel layak digunakan atau tidak dilihat dari kadar

CO2 nya.

D. Reaksi

Na2CO3 + CO2 + H2O → 2 NaHCO3

Page 18: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

18 | P a g e

E. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan:

1. Pipet volumetri 50 ml

2. Erlenmeyer 250 ml

3. Buret 50 ml

4. Labu semprot plastik

5. Statif + Klem

6. Corong

7. Piala gelas 400 ml

8. Piala gelas 400 ml

9. Kertas saring

10. Pipet tetes

11.Tissue

Bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut.

1. Sampel air

2. Larutan Na2CO3

3. Indikator PP

4. Air suling

F. Cara Kerja

Penetapan kadar CO2 bebas dalam sampel air sungai.

1. Memipet 50 ml sampel air sungai dengan pipet volumetri kedalam

erlenmeyer 250 ml.

2. Menambahkan beberapa tetes indikator PP, lalu homogenkan.

3. Apabila warna larutan menjadi merah, berarti tidak ada CO2 dan

pengerjaan dihentikan. Apabila warna larutan tak berwarna, maka

dilanjutkan ke tahap penitaran.

4. Menitar larutan dengan Na2CO3 0,02N hingga didapat TA, yakni larutan

berwarna merah muda seulas.

Penetapan normalitas Na2CO3 0,02N dengan BBS H2SO4.

1. Memipet 10 ml H2SO4 0,02N dengan pipet volumetri kedalam erlenmeyer

250 ml.

2. Mengencerkannya dengan air suling hingga volumenya ± 100 ml.

3. Menambahkan beberapa tetes indikator SM dan menghomogenkannya.

Page 19: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

19 | P a g e

4. Menitar larutan dengan Na2CO3 0,02N hingga diperoleh TA, yakni larutan

berwarna sindur.

5. Memanaskan larutan hingga mendidih dengan pembakar teklu.

6. Jika larutan tidak berubah warna maka penitaran dihentikan dan dicatat

volume penitarnya. Dan jika larutan berwarna kuning maka dilakukan

penitaran kembali hingga sindur.

Penetapan normalitas H2SO4 0,02N dengan BBP Na2CO3.

1. Menimbang ± 0,1000g Na2CO3 dengan neraca digital.

2. Melarutkannya kedalam labu ukur 100 ml dengan air suling.

3. Memipet 10 ml larutan Na2CO3 dengan pipet volumetri kedalam

erlenmeyer 250 ml.

4. Mengencerkannya dengan air suling hingga volumenya ± 100 ml.

5. Menambahkan beberapa tetes indikator SM dan menghomogenkannya.

6. Menitar larutan dengan H2SO4 0,02N hingga diperoleh TA, yakni larutan

berwarna sindur.

7. Memanaskan larutan hingga mendidih dengan pembakar teklu.

8. Jika larutan tidak berubah warna maka penitaran dihentikan dan dicatat

volume penitarnya. Dan jika larutan berwarna kuning maka dilakukan

penitaran kembali hingga sindur.

G. Data Pengamatan

Penetapan kadar CO2 bebas

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran

Indikator TA

Air

sungai

Na2CO3

0,02N

50,00 ml 1,22 ml PP Merah muda

seulas 1,20 ml

Penetapan normalitas Na2CO3 0,02N dengan BBS H2SO4

Titran Titrat Volume

titran

Volume

titrat lndikator Awal TA

H2SO4 Na2CO3 12,20 ml 10,00 ml SM kuning Sindur

Page 20: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

20 | P a g e

0,02 N 12,80 ml 10,00 ml

12,20 ml 10,00 ml

Penetapan normalitas H2SO4 0,02N dengan BBP Na2CO3.

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran

Indikator TA

Na2CO3

0,02N

H2SO4

0,02 N

10,00 ml 10,20 ml SM Sindur

10,10 ml

Data penimbangan BBP Na2CO3

Bobot kaca arloji + Na2CO3 = 20,6520 gram

Bobot kaca arloji kosong = 20,5410 gram

Bobot Na2CO3 = 0,1110 gram

H. Perhitungan

1. Penetapan Standarisasi H2SO4 0,02 N dengan BBP Na2CO3

Diketahui :

- Bobot contoh : 0,1110 gram

: 111,0 mg

- ̅̅ ̅

- Bst Na2CO3 : 1/2 Mr Na2CO3

: 1/2 106

: 53

- FP :

Ditanyakan :

N H2SO4 ?

Jawab :

Page 21: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

21 | P a g e

N H2SO4 : pP FbstV

contohbobot

: 0170,0105320,12

0,111

N

Perhitungan Normalitas Na2CO3 0,02N

NCONNa

xCONNa

COVNa

SOHVxNCONNa

SOHVxNCONaVxN

0223,0

37,8

0187,010

)(

)()(

32

32

32

4232

4232

Perhitungan Kadar CO2

Lmg

ppmppmCO

xxx

ppmCO

xVsampel

COxBSTNaCOVpxNNappmCO

/47,13

47,13

100000,50

530223,021,1

1000

2

2

32322

I. Pembahasan

Karbondioksida merupakan parameter kualitas air yang dapat meracuni ikan

apabila kandungan oksigen tterlarut rendah

Konsentari yang tingggi dari CO2 ini memberikan pengaruh yang cukup besar

terhadap kehidupan aquatic karena akan menghambat pernapasan dan

pertukaran gas, terutama bagi hewan perairan, bahkan dapat mengakibatkan

kematian .

Dalam perairan alami, gas CO2 di hasilkan dari peguraian bahan- bahan

organik oleh bakteri. Ganggang yang menggunakan CO2 dalam fotosintesis juga

menghasilkan CO2 melalui proses metabolisme tanpa cahaya.

Page 22: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

22 | P a g e

Pada perairan yang mengandung oksigen terlarut sebanyak 2 ppm, maka

kadar CO2 yang masih dapat di toleransi oleh ikan adalah sebanya 12 ppm.

J. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan dalam meneteapkan

kadar CO2 pada sampel air sungai, didapatkan hasil kadar CO2 sebesar 13,47ppm.

Apabila kandungan CO2 tinggi, maka pH akan rendah dan apabila kandungan CO2 rendah,

maka pH akan tinggi. Kandungan CO2 yang tinggi tidak baik untuk kehidupan organisme

perairan dan juga sebagai sumber air untuk rumah tangga.

Page 23: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

23 | P a g e

Penetapan Kadar TOM dalam Air secara Permanganatometri

1. PENDAHULUAN

Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi semua

makhluk hidup di alam. oleh karena itu, kita harus senantiasa menjaga kualitas

sumber air di sekitar kita. Limbah yang dibuang ke sungai dapat mencemari air.

Limbah-limbah ini diantaranya berupa senyawa organik yang dapat berbahaya

bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi. Untuk menganalisa banyaknya pengotor

yang berupa senyawa organik dapat dilakukan dengan analisis TOM (Total

Organic Matter).

2. DASAR

Zat organik terlarut dalam air dapat dioksidasikan oleh KMnO4 berlebih

dalamsuasana asam. Sisa KMnO4 direduksikan oleh asam oksalat yang

ditambahkan berlebih, kemudian kelebihan asam oksalat tersebut dititar oleh

larutan baku KMnO4 hingga didapat sebuah titik akhir dari warna merah menjadi

merah muda seulas.

3. TUJUAN

Menetapkan kadar senyawa organik dalam sampel air.

4. REAKSI

5CaHbOc + 3MnO4- (berlebih)+ 9H+ → 5CO2 + 3Mn2+ +7H2O

2MnO4- (sisa) + C2O4

2- (berlebih) + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ +8H2O

2MnO4- + 5C2O4

2- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Page 24: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

24 | P a g e

5. ALAT dan BAHAN

1. Alat yang digunakan :

2. Labu ukur 100 ml

3. Labu semprot

4. Pipet volume

5. Erlenmeyer

6. Gelas ukur

7. Teklu

8. Kaki tiga

9. Kasa asbes

10. Corong

11. Buret

12. Klem dan statif

13. Piala gelas

14. Cover glass

Bahan yang digunakan :

1. Sampel air limbah

2. H2SO4 4N

3. KMnO4 ) 0,1N

4. (COOH)2.2H2O

5. Air suling

6. CARA KERJA

I. Total Materi Organik Dalam Air Limbah

1. Diambil 100 ml sampel air limbah dengan labu ukur;

2. Dimasukkan sampel ke dalam Erlenmeyer;

3. Ditambahkan ±10 ml H2SO4 4N;

4. Ditambahkan 5 ml KMnO4 0,1N;

5. Larutan dipanaskan ±40°selama 5 menit;

6. Ditambahkan asam oksalat 0,1N hingga jernih terukur (±10 ml);

7. Larutan dititar dengan KMnO4 0,1N hingga TA berwarna merah

muda seulas.

II. Faktor KMnO4

1. Diambil 100 ml air suling dengan labu ukur, dimasukkan ke dalam

erlenmeyer;

2. Ditambahkan ±10 ml H2SO4 4N dan 5 ml KMnO4 0,1N;

3. Larutan dipanaskan ±40° selama 5 menit;

Page 25: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

25 | P a g e

4. Ditambahkan asam oksalat sebanyak penambahannya pada

penetapan kadar TOM dengan sampel;

5. Larutan dititar dengan KMnO4 0,1N hingga TA berwarna merah

muda seulas.

7. PENGAMATAN

Normalitas KMnO4 0,01 N dengan BBP asam oksalat

a. Data penimbangan :

Bobot kaca arloji + sample : 21,1763 g

Bobot kaca arloji kosong : 20,5409 g

Bobot sample asam oksalat : 0,6354 g

b. Data penitaran :

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran

Warna TA

(COOH)2.2H2O KMnO4 10,00 ml 10,28 ml Merah muda seulas

(COOH)2.2H2O KMnO4 10,00 ml 10,06 ml Merah muda seulas

(COOH)2.2H2O KMnO4 10,00 ml 10,30 ml Merah muda seulas

Kadar TOM dalam sample

Volume KMnO4 0,1N : 5 ml (a ml)

Volume (COOH)2.2H2O : 10 ml

Titrat Titran Volume Titrat Volume Titran Warna TA

Air sungai KMnO4 100 ml 5,70 ml Merah muda

seulas

Air sungai KMnO4 100 ml 5,68 ml Merah muda

seulas

Page 26: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

26 | P a g e

Faktor KMnO4

Titrat Titran Volume Titrat Volume Titran Warna TA

Air suling KMnO4 100 ml 5,46 ml Merah muda

seulas

Air suling KmnO4 100 ml 5,54 ml Merah muda

seulas

8. PERHITUNGAN

Normalitas KMnO4 0,01 N dengan BBP asam oksalat

N =

OH2COOH

OH2.COOH

2.2

22

4BstxFpxV

mg

KMnO

= 63 10 21,10

4,635

xx = 0,0988 N

Faktor KMnO4

i. ml KMnO4 = 5,00 (a ml)

ii. ml KMnO4 = 5,52

54,546,5

(b ml)

iii. ml (COOH)2 = 10 ml

Faktor KMnO4 = 95,050,500,5

1010

ba ml

TOM (Total Organic Matter)

1. ml KMnO4 = 00,5 ml (a ml)

2. ml KMnO4 = 5,52

54,546,5

(b ml)

3. ml (COOH)2 = 10,00 ml (c ml)

TOM =

sampelvolume

xcKMnOfaktorxbax

316,0 1000 4

Page 27: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

27 | P a g e

=

100

316,0 00,10,950 50,500,5 1000 xxx

= -0,079

9. PEMBAHASAN

Zat-zat organik yang terkandung dalam air bermanfaat besar bagi

mikroorganisme di dalamnya, namun zat-zat tersebut ada kalanya racun dan

berbahaya bagi kehidupan. Terutama bila zat-zat organic tersebut merupakan

limbah yang tercemar. Karena hal itu, perlu dilakukan analisis TOM.

Adanya zat organik dalam air dapat menjadi indicator bahwa air tersebut

telah tercemar. Nilai/faktor KMnO4 adalah total KMnO4 untuk mengoksidasikan

zat organik yang terdapat dalam 1 liter contoh air dengan pemanasan selama

kurang lebih 5 menit. Keberadaan bahan-bahan organik tersebut merupakan

indicator kuat behwa air tersebut telah tercemar. Pencemaran oleh bahan-bahan

organik menyebabkan bau yang tidak sedap serta menyebabkan korosif pada

benda-benda logam.

Dalam pengerjaan sampel, diambol dalam volume besar (100 ml) hal ini

dikarenakan keberadaan pengotor/limbah terdapat pada skela kecilo, sehingga

untuk mengurangi tingkat kesalahan diambil volume yang cukup besar dari

sampel air yang akan dianalisis.

Penambahan asam (H2SO4) dilakukan untuk mengasamkan lingkungan

(permanganatometri bekerja pada suasana asam). H2SO4 encer digunakan kerena

penambahan HCL akan menambah pengotor, sementara jika digunakan H2SO4

pekat atau HNO3 dikhawatirkan zat organik yang terkandung dalam sampel akan

teroksidasi sebelum bereaksi dengan KMnO4.

Penambahan KMnO4 berlebih terukur adalah untuk memastikan bahwa

zat-zat organik telah teroksidasi sempurna. Untuk mempercapat reaksi dan

membantu proses oksidasi dilakukan pemanasan tidak lebih dari 80˚C. Suhu

diatas 80˚C dapat merusak fungsi KMnO4 sebagai oksidator.

Kelebihan KMnO4 akan mengoksidasi (COOH)2.2H2O yang turut

ditambahkan berlebih terukur.

Page 28: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

28 | P a g e

5CaHbOc + 3MnO4- (berlebih)+ 9H+ → 5CO2 + 3Mn2+ + 7H2O

2MnO4- (sisa) + C2O4

2- (berlebih) + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ +8H2O

Kelebihan (COOH)2.2H2O inilah yang dititar oleh KMnO4 0,1N hingga berwarna

merah muda seulas.

2MnO4- + 5C2O4

2- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

10. KESIMPULAN

Dari praktikum analisis air yeng telah dilakukan, didapatkan Total Organic

Matter (TOM) pada sampel sebesar –0,079. Angka negatif yang dihasilkan bisa

dikarenakan oleh kesalahan pembacaan dalam praktikum.

Page 29: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

29 | P a g e

Penetapan Kadar COD cara Dikromatometri

1. Pendahuluan

COD (Chemical Oxygen Demand) atau KOK (Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik dalam 1 liter

contoh air. Uji COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organic

yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologi. Ion-ion

klorida dioksidasi oleh kalium dikhromat dalam suasana asam. Dalam penetapan

ini dilaksanakan dengan berdasarkan metode dikhromatometri. Metode

dikhromatometri adalah salah satu metode dari analisis volumetric dengan reaksi

redoks, yaitu reaksi serah terima elektron atau perpindahan elektron. Sebagai

pengoksidasi digunakan K2Cr2O7 (Kalium Dikhromat). Seperti biasanya, dilakukan

standarisasi larutan FAS dengan menggunakan bahan baku primer K2Cr2O7.

Dengan indikator ferroin. Pada penerapannya nanti, ketentuan dan ketetapan

tes COD adalah 2-3 kali lebih tinggi dar tes BOD.

2. Dasar

Dalam suasana asam sulfat panas, zat-zat organik yang ada didalam contoh

dioksidasikan menjadi CO2 dan H2O oleh K2Cr2O7. Kemudian dititrasi oleh larutan

standar FAS (Ferro Ammonium Sulfat) sengan menggunakan indikator ferroin,

hingga diperoleh titik akhir dengan perubahan warna dari kuning kehijauan

menjadi merah coklat.

3. Reaksi

CnHnOn + Cr2O72- + H+

CO2 + H2O+ Cr3+

zat organik kuning hijau

Cr2O72- +6Fe2++14H+

6Fe3++2Cr3++7

4. Tujuan

Untuk menetapkan kadar COD dalam air limbah secara dikhromatometri. Dan

untuk menetapkan normlitas FAS dengan metode dikhromatometr.

Page 30: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

30 | P a g e

5. Alat dan Bahan

a) Alat-alat yang digunakan:

Buret 50 ml

Erlenmeyer 250 ml

Statif dan klem

Pipet volume 10 ml dan 25

ml

Gelas ukur

Corong

Kaki tiga

Kasa asbes

Pembakar teklu

Pipet tetes

Piala gelas 400 ml dan 800

ml

Labu semprot

Neraca

Kaca arloji

Labu ukur

Pengaduk

b) Bahan

Sampel air

Asam sulfat 4 N

Larutan K2Cr2O7 0,25 N

Indikator ferroin

Larutan FAS 0,1 N

Batu didih

Air suling

Page 31: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

31 | P a g e

6. Cara Kerja o Standarisasi larutan FAS 0,05 N

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Ditimbang ±0,49 gram K2Cr2O7.

3. Dilarutkan hingga 100 ml dalam labu ukur. Himpitkan, homogenkan.

4. Dipipet 10 ml larutan, masukan ke Erlenmeyer.

5. Ditambahkan 5 ml H2SO4 4 N.

6. Diencerkan dengan ±100 ml air suling.

7. Ditambah 1-2 tetes indikator ferroin.

8. Dititar dengan FAS 0,1 N hingga TA:merah coklat.

9. Dilakukan minimal pekerjaan duplo.

o Penetapan Kadar COD

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Dipipet 25 ml sampel, masukan ke Erlenmeyer.

3. Ditambahkan 20 ml H2SO4 4 N.

4. Masukan batu didih dan 10 ml K2Cr2O7 0,25 N.

5. Dipanaskan hingga mendidih.

6. Dinginkan larutan, lalu tambahkan 1-2 tetes indikator ferroin.

7. Diencerkan dengan ±50 ml air suling.

8. Dititar dengan FAS 0,1 N hingga TA:merah coklat.

9. Dilakukan minimal pekerjaan duplo.

o Blanko

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Dipipet 25 ml air suling, masukan ke Erlenmeyer.

3. Ditambahkan 20 ml H2SO4 4 N.

4. Masukan batu didih dan 10 ml K2Cr2O7 0,25 N.

Page 32: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

32 | P a g e

5. Dipanaskan hingga mendidih.

6. Dinginkan larutan, lalu tambahkan 1-2 tetes indikator ferroin.

7. Diencerkan dengan ±50 ml air suling.

8. Dititar dengan FAS 0,1 N hingga TA:merah coklat.

9. Dilakukan minimal pekerjaan duplo.

Page 33: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

33 | P a g e

7. Data Pengamatan

o Data penimbangan K2Cr2O7

Bobot kaca arloji + sampel : 26,0253 gram Bobot kaca arloji kosong : 24,7988 gram Bobot sampel K2Cr2O7 : 1,2265 gram

o Data penitaran standarisasi FAS

Titrat Volume Titran Volume Indikator TA

K2Cr2O7 5,00 ml FAS 0,05N 6,60 ml Ferroin Merah Coklat

K2Cr2O7 5,00 ml FAS 0,05N 6,62 ml Ferroin Marah Coklat

o Data penitaran penetapan COD

Titrat Volume Titran Volume Indikator TA

Sampel 25,00 ml FAS 0,05N 25,86 ml Ferroin Merah Coklat

Sampel 25,00 ml FAS 0,05N 26,10 ml Ferroin Marah Coklat

o Blanko

Titrat Volume Titran Volume Indikator TA

Air

Suling

25,00 ml FAS 0,05N 26,23 ml Ferroin Merah Coklat

25,00 ml FAS 0,05N 26,39 ml Ferroin Merah Coklat

Page 34: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

34 | P a g e

8. Perhitungan

o Standarisasi FAS 0,1 N

Diketahui :

mg K2Cr2O7 = 1.226,5 mg Volume titran = 6,61 ml

fp =

=

bst K2Cr2O7 = 49

Ditanyakan : Normalitas FAS?

Jawab:

o Penetapan COD

Diketahui :

Volume titran =25,98 ml

Volume titrat =25,00 ml

Volume blanko =26,31 ml

Ditanyakan : Kadar COD?

Jawab :

Page 35: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

35 | P a g e

9. Pembahasan

Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia, adalah

jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik

dalam 1 liter contoh air. Dimana pengoksidasi kalium dikhromat digunakan

sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan angka dari

pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan

melalui proses mikrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut

dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan

antara angka COD dengan BOD dapat ditetapkan.

Tidak semua zat-zat organik dalam air buangan maupun air permukaan

dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Table berikut menunjukan jenis

zat organik dan anorganik yang dapat atau tidak dapat dioksidasikan melalui tes

COD atau BOD :

Jenis zat organik/anorganik Dapat dilakukan melalui tes

COD BOD

Zat organik yang biogradable (protein, gula, dsb.) V V

Selulosa, dsb. V -

Zat anorganik yang biogradable (protein, dsb.) V V

Zat anorganik yang non-biogradable (NO22-, Fe2+,

S2-, Mn3+)

V -

NH4 bebas nitrifikasi - V

Hidrokarbon aromatik dan rantai V -

Keterangan

1. Biogradable : dapat dicerna atau diuraikan.

2. Mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor.

3. Dapat dioksidasikan karena adanya katalisator Ag2SO4.

Page 36: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

36 | P a g e

Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasikan oleh larutan

K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang panas dengan reaksi :

CnHnOn + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O +

Cr3+

zat organik kuning Ag2SO4

hijau

Selama reaksi yang berlangsung ±2 jam ini, uap di refluks dengan alat

kondensor agar zat organik berupa gas tidak lenyap ke udara.

Perak sulfat (Ag2SO4) ditambahkan sebagai katalisator untuk

mempercepat reaksi. Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk mengurangi

gangguan klorida yang pada umumnya ada pada air buangan. Untuk memastikan

bahwa hamper semua zat organik habis teroksidasi, maka zat pengoksidasi

K2Cr2O7 masih harus tersisa setelah di refluks. K2Cr2O7 yang tersisa didalam

larutan tersebut di gunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah

terpakai. Sisa K2Cr2O7 ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat

(FAS), dimana reaksi yang berlangsung adalah :

Cr2O72- +6Fe2+ +14H+ 6Fe3++2Cr3+ +7H2O

Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu saat

warna hijau-kuning larutan berubah menjadi warna merah. Sisa K2Cr2O7 dalam

larutan blanko adalah K2Cr2O7 yang awal karena diharapkan blanko (air suling)

tidak mengandung zat organik yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.

Kadar klorida dalam sampel lebih dari 2000mg/L, dapat mengganggu

bekerjanya katalisator Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu dapat teroksidasi oleh

dikhromat, sesuai reaksi :

6Cl- + Cr2O72- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O

Page 37: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

37 | P a g e

Gangguan ini dihilangkan dengan penambahan merkuri sulfat pada

sampel, sebelum penambahan reagen lainnya. Ion merkuri bergabung dengan

ion klorida membentuk merkuri klorida.

Hg2+ + 2Cl- HgCl2

Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan

tidak mengganggu oksidasi zat organik dalam tes COD.

Nitrit (NO2-) juga teroksidasi menjadi nitrat (NO3

-). 1mg NO2-N ~ 1,1 mg

COD. NO2-N adalah nitrit nitrogen, yaitu jumlah mg N yang terikat dalam bentuk

NO2-. Jika konsentrasi NO2-N > 2mg/L, maka harus ada penambahan 10mg asam

sulfamat per mg NO2-N baik dalam sampel maupun dalam blanko. Namun dalam

penetapan ini hanya dilakukan penambahan H2SO4 4N sejumlah 20ml, atau

H2SO4 (p) sebanyak 5ml, dan pendidihan dengan bantuan batu didih. Batu didih

yang digunakan berasal dari kaca porselen dan berguna dalam pemeralan panas.

Keuntungan tes COD, dibandingkan dengan tes BOD antara lain:

1. Analisis COD tidak membutuhkan waktu yang lama. Tidak seperti BOD

yang membutuhkan waktu 5 hari.

2. Untuk menganalisa COD antara 50-80 mg/L.

3. Ketentuan dan ketetapan (reproducibility) tes COD adalah 2-3 kali lebih

tinggi dari tes BOD.

4. Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes

BOD tidak menjadi masalah pada tes COD.

Kekurangan dari tes COD ini adalah tes ini hanya merupakan angka yang

menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan reaksi biologis (yang

sebenarnya terjadi di alam), sehingga merupakan suatu prndekatan saja. Karena

hal tersebut, maka tes COD tidak dapat membedakan antara zat-zat yang

sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis.

Penyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg O2/L. Penyimpangan

Page 38: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

38 | P a g e

maksimum dari suatu analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih

diperkenankan.

Dalam pengambilan sampel, gunakan botol kaca bila memungkinkan.

Penggunaan botol plastik harus bersih dari zat-zat organik yang munkin masih

tersisa didalamnya. Sampel yang mengandung lumpur harus dikocok sampai

merata sebelum di analisa, karena lumpurnya terdiri dari zat-zat organic yang

harus dioksidasikan dalam tes COD untuk mendapatkan angka COD yang benar.

Sampel yang tidak stabil atau sampel yang mengandung bakteri atau sampel

yang mengandung Fe2+ yang tinggi, harus dianalisa segera. Sampel dapat

diawetkan dengan penambahan asam sulfat pekat sampai pH 2 (±0,8 ml asam

sulat pekat per liter sampel).

Untuk membuat larutan standar kalium dikhromat 0,2500 N, kita harus

melarutkan 12,25 gram kalium dikhromat pro analysis kedalam labu takar 1L.

dan kalium dikhromat sudah dikeringkan di oven dengan suhu ±105o C selama 2

jam dan didinginkan di dalam desikator. Ditambah air suling 1000 ml dan

dihomogenkan.

Sedangkan larutan standar ferro ammonium sulfat (FAS), dibuat dengan cara

melarutkan 2,9 gram garam mohr dan dilarutkan dalam 500ml air suling

kemudian ditambahkan ±20ml asam sulfat pekat (eksoterm, larutan menjadi

hangat). Larutan didinginkan dengan memasukan labu takar kedalam wadah

yang berisi air mengalir. Larutan ini harus distandarisasikan dengan kalium

dikhromat. Karena sebagai pereduksi, larutan ini akan dioksidasi perlahan-lahan

oleh oksigen terlarut dari udara. Perlu diperhatikan bahwa dalam penambbahan

indikator ferroin jangan pada keadaan panas, diusahakan hangat. Karena

dikhawatirkan ferroin mengurai sehingga tidak mampu menunjukan warna yang

tepat atau tajam pada saat nilai titik akhir tercapai.

Page 39: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

39 | P a g e

10. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum penetapan kadar COD (Chemical Oxygen

Demand) yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.

Normalitas FAS= 0,0473 N

Kadar COD = 19,828 mg/L

11. Daftar Pustaka

a. Pedoman Pengamatan Kualitas Air, Dir. Penyelidikan Masalah Air,

Departemen PU, Jakarta.1981

b. R.S. Ramdho, Introduction of Wastewater Treatment Processes,

Academic Press, New York.1977

Sri, D.G, Ir , dkk. 1984. Metode Penelitian Air, Surabaya : Usaha Nasional

Page 40: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

40 | P a g e

Penetapan Kadar Oksigen Terlarut (Dissolve Oxygen)

1. PENDAHULUAN

Di dalam air, terkandung jumlah oksigen terlarut yang berbeda- beda. Tinggi

rendahnya jumlah oksigen tang terlarut dapt dilihat secar perkiraan melalui

pengamatan organisme dalam suatu sample tersebut.

Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai jumlah oksigen terlarut kita

perlu melakukan suatu metode analisis, metode yang dapat digunakan dalam

analisis DO ini adalah menggunakan cara “ winkler “.

Metode titrasi winkler untuk analisis DO ini didasarkan pada metode

yodometri yang tergolong dalam indirect titration, yaitu merupakan salah satu

metode analisis berdasarkan cara penitarannya dimana dihasilkan zat ketiga yang

kemudian bereaksi dengan titran. Cara ini dilaksanakan apabila zat yang berada

dalam sample tidak bereaksi dengan larutan baku atau bereaksi sanagt lamban.

Dalam hal ini, oksigen yang terlarut dalm sample bereaksi denagn mangan sulfat dan

alkali iodida azida sehingga melepaskan gas yang kemudian dititar dengan tio.

2. DASAR

Oksigen dalam sample akan mengoksidasikan MnSO4 yang ditambahkan

dalam larutan dalam keadaan basa, sehingga terjadi endapan MnO2. Dengan

penambahan asam sulfat pekat dan alkali iodide azida, maka akan dibebaskan iod

yang ekivalen dengan oksigen yang terlarut. Iod yang dibebaskan kemudian

dianalisis dengan metode titrasi iodometri dengan larutan standar tiosulfat dan

indikator kanji.

3. TUJUAN

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar dari oksigen

terlarut dalam suatu sample dengan melakukan pekerjaan yang baik dan benar.

Page 41: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

41 | P a g e

4. REAKSI

MnSO4 + 2KOH → Mn (OH)2 + H2SO4

Mn (OH)2 + ½ O2 → MnO2 + H2O

MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6

5. ALAT dan BAHAN

Alat yang digunakan :

1. Botol winkler

2. Ember

3. Pipet volume

4. Bulb merah

5. Erlenmeyer asah

6. Buret

7. Statif dan klem

8. Corong

9. Piala gelas

Bahan yang digunakan :

1. Sampel air sungai

2. Larutan MnSO4

3. Alkali iodide azida

4. H2SO4 4 N

5. Indikator kanji

6. Larutan tio 0,1 N

6. CARA KERJA

1. Lakukan strandarisasi dengan menggunakan bahn baku K2Cr2O7.

2. Botol winkler direndam dalam ember berisi air sungai dan diusahakan tidak

ada gelembung.

3. Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml alkali iodida azida, akan terbentuk

endapan coklat.

4. larutan dikocok dan didiamkan sampai endapan turun semua.

5. larutan yang jernih dituangkan pada erlenmayer asah.

6. Endapan dilarutkan dengan H2SO4, kemudian dituangkan pada Erlenmeyer

asah.

7. larutan dititar dengan tio sampai berwarna kuning muda seulas.

Page 42: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

42 | P a g e

8. larutan ditambahkan dengan indikator kanji, sehingga larutan berwarna biru.

9. Larutan dititar dengan didapatkan TA : tak berwarna.

7. PENGAMATAN

Standarisasi Na2S203 dengan BBP K2Cr2O7

1. Data penimbangan :

Bobot kaca arloji + sample : 26,0599 g

Bobot kaca arloji kosong : 24,7987 g

Bobot sample asam oksalat : 1,2612 g

2. Data penitaran :

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran Indikator Titik Akhir

K2Cr2O7 Na2S203 10 ml 7,05 ml

Kanji Hijau kebiruan 7,00 ml

Penetapan DO

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran Indikator Titik Akhir

Sample

Air Na2S2O3 250 ml

1,350 ml Kanji Tak berwarna

1,450 ml

Page 43: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

43 | P a g e

8. PERHITUNGAN

Normalitas Na2S2O3

722

722

OCrKbst

OCrK

322xFpxV

mgN

OSNa

N 3533,049 x 10 x 025,7

2,1216

Penetapan DO

4 x botol volume

1000 x OBst x N x VDO ppm

2NaNa 322322 OSOS

ppm 9569,34 x 250

1000 x 8 x 0,3533 x 40,1

9. PEMBAHASAN

Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari udara dan dari hasil fotosintesis

tumbuhan air. Terlarutnya oksigen didalam air tergantung pada temperature dan

kadar mineral yang terkandung didalam air tersebut.

Gangguan yang ada pada penetapan ini yaitu adanya pereduksi dan

pengoksidasi yang dapat mengganggu proses reaksi pada saat analisa :

1. Zat yang mengoksidasi iodide dapat mengganggu reaksi.

2. zat yang dapat mereduksi iodine dapat mengganggu reaksi.

Metode modifikasi Alster dengan menggunakan natrium azida akan

menehilangkan gangguan nitrit tersebuy. Kadar zat tersuspensi yang tinggi dapat

mengganggu analisa dan dapat dihilangkan dengan penyaringan larutan sample

pada saringan kertas.

Penyimpanan baku 20 mg / liter pada sample air bersih dan 100 mg pada

sample air buangan masih diperkenankan untuk analisa yang dilakukan dengan baik.

Pengambilan sample secara baik dan repsentatif harus diperhatikan sample air

Page 44: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

44 | P a g e

untuk keperluan analisa oksigen terlarut dituangkan dengan hati- hati ke dalam

botol khusus, biasanya disebut botol winkler. Botol tersebut mempunyai volume

250- 300 ml, leher sempit dengan tutup dari bahan gelas.

10. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari praktikum ini didapatkan hasil normalitas sebesar

0.3533 N dan didapatkan ppm DO sebesar 3,9569 ppm.

Page 45: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

45 | P a g e

Penetapan Kadar BOD (Biological Oxygen Demand ) dalam Air

Sungai secara Iodometri

1. Pendahuluan

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen

yang diperlukan oleh organism pada saat pemecahan bahan organic,pada suatu

kondisi aerobik. BOD juga dapat diartikan sebagai ukuran empiris keperluan oksigen

dari limbah – limbah pembuangan industry.

Parameter BOD untuk analisis limbah secara umumbanyak digunakan untuk

menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk

menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan

BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya

oksigen yang digunakan oleh organism selama organism tersebut menguraikan

bahan organik yang ada dalam suau perairan, pada kondisi yang hampir sama

dengan kondisi yang ada dialam.

Metode yang digunakan pada penetapan ini adalah titrasi yodometri, dimana

digunakan natrium tiosulfatsebagai penitar. Pengerjaan BOD0 dilakukandengan

dengan menambahkan pereaksi – pereaksi seperti MnSO4 dan alkali iodida. Asam

kuat H2SO4 digunakan untuk melarutkan endapan.BOD5 dikerjakan lima hari setelah

sampel diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20., Ketika larutan telah dititar dengan tio

dan warnanya berubah menjadi kuning muda sekali, ditambahkan indikator kanji,

hingga mencapai titik akhir tak berwarna. Dilakukan pengerjaan dengan blanko

dengan mengganti sampel dengan aquadest.

2. Dasar

BOD dapat ditetapkan atas dasar reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen

dalam air yang terjadi secara alamiah dengan kehadiran bakteri aerobik. Oksidasi zat

– zat organik akan menghasilkan air dan karbondioksida. Reaksi BOD diakukan pada

temperatur 200 selama 5 hari.

Page 46: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

46 | P a g e

3. Tujuan

Agar siswa dapat mengetahui aplikasi air tentang biologial oksygen demand

atau BOD dalam sampel air.

4. Reaksi

Mnso4 + 2KOH → Mn (OH)2 + H2SO4

Mn (OH)2 + ½ O2 → MnO2 + H2O

MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

1. Botol winkler

2. Ember

3. Pipet volume

4. Bulb merah

5. Erlenmeyer asah

6. Buret

7. Statif dan klem

8. Corong

9. Piala gelas

10. Pipet tetes

Bahan yang digunakan:

1. Sampel air sungai

2. MnSO4

3. Alkali iodide azida

4. H2SO4 4 N

5. Indikator kanji

6. Larutan tio

Page 47: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

47 | P a g e

Cara kerja

Penetapan kadar BOD dalam air sungai

1. Lakukan strandarisasi dengan menggunakan bahn baku K2Cr2O7

2. Botol winkler direndam dalam ember berisi air sungai dan diusahakan

tidak ada gelembung.

3. Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml alkali iodida azida, akan terbentuk

endapan coklat.

4. larutan dikocok dan didiamkan sampai endapan turun semua.

5. larutan yang jernih dituangkan pada erlenmayer asah.

6. Endapan dilarutkan dengan H2SO4, kemudian dituangkan pada

Erlenmeyer asah.

7. larutan dititar dengan tio sampai berwarna kuning muda seulas.

8. larutan ditambahkan dengan indikator kanji, sehingga larutan berwarna

biru.

9. larutan dititar dengan didapatkan TA : tak berwarna.

Data pengamatan

A. Standarisasi larutan tio denagn BBP K2Cr2O7

Data Penimbangan :

Bobot K2Cr2O7 (Do) : 12,25 gram/L

Bobot K2Cr2O7 (D7) :

Kaca arloji + sample : 22,0993 gr

Kaca arloji kosong : 21,9758 gr -

Sampel : 0,1235 gr

Data penitaran normalitas Na2S2O3 (Do) :

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran Indikator Titik Akhir

K2Cr2O7

fp=1000 Tio 10,00 ml

7,05 ml Kanji Hijau kebiruan

7,00 ml

Page 48: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

48 | P a g e

Data penitaran normalitas Na2S2O3 (D7) :

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran Indikator Titik Akhir

K2Cr2O7

fp=10

Tio

0,025 N 10,00 ml

18,22 ml Kanji Hijau kebiruan

18,25 ml

B. Penetapan BOD ( Biological Oxygen Demand )

)( 0DSampel

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran Indikator Warna TA

Air Sungai 322 OSNa

0,025 N

250 ml 1,350 ml Kanji Tak

Berwarna Air Sungai 250 ml 1,450 ml Kanji

)( 0DBlanko

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran Indikator Warna TA

Air suling 322 OSNa

0,025N 250 ml 1,500 ml Kanji

Tak

Berwarna

Page 49: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

49 | P a g e

)( 7DSampel

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran Indikator Warna TA

Air Sungai 322 OSNa

0,025N 250 ml 0,525 ml Kanji

Tak

Berwarna

)( 7DBlanko

Titrat Titran Volume

Titrat

Volume

Titran

Indikator Warna TA

Air Suling 322 OSNa

0,025N

250 ml 0,550 ml Kanji Tak

Berwarna

Perhitungan

Page 50: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

50 | P a g e

ppm11,0

)25,074,1(24,062,1

)BB(DDBOD *

ppm 25,0

246

1000 x 8 x 0,01380,550x

4 - botol V

1000 x O 2

1bst x Np x d Blanko) ( B

ppm 0,24

246

1000 x 8 x 0,0138 x 0.525

4 - botol V

1000 x O 2

1bst x Np x c sampel)(D

ppm74,1

246

1000 x 8 x 0,0356 x 1,500

4 - botol V

1000 x O2

1bst x Np x b (Blanko) B

ppm62,1

246

0,0356x8 x 1,400 x 1000

4 - botol V

Obst x Np x a x 1000sampel)(D

blanko70sampel70

2

7

2

7

2

0

20

Pembahasan

Air dikatakan sebagai air terpolusi jika konsentrasi oksigen terlarut

menurun dibawah batas yang dibutuhkan biota. Penyebab utama berkurangnya DO

dalam air adalah adanya bahan-bahan yang mudah dibusukan atau dipecah dengan

adanya oksigen. Oksigen yang tersedia dalam air teresbut dikonsumsi oleh bakteri

yang aktif memecah bahan-bassshan tersebut.

Mikroorganisme seperti bakteri bertanggung jawab untuk mendekomposisi

limbah organik. Bila bahan organik seperti tanaman mati, daun, kliping rumput,

pupuk, kotoran, atau bahkan sampah makanan hadir dalam pasokan air, bakteri

akan memulai proses pemecahan limbah ini. Ketika ini terjadi, banyak yang tersedia

Page 51: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

51 | P a g e

oksigen terlarut dikonsumsi oleh bakteri aerobik, organisme air lainnya merampok

oksigen yang mereka butuhkan untuk hidup.

Biologi Oxygen Demand (BOD) adalah ukuran oksigen yang digunakan oleh

mikroorganisme untuk menguraikan limbah iniJika ada jumlah besar sampah organik

dalam air, juga akan ada banyak bakteri ini bekerja untuk menguraikan limbah ini.

Dalam hal ini, permintaan oksigen akan tinggi (karena seluruh bakteri) sehingga

tingkat Direksi akan tinggi. Sebagai limbah yang dikonsumsi atau tersebar melalui

air, tingkat Direksi akan mulai menurun.

Nitrat dan fosfat dalam tubuh air dapat berkontribusi terhadap tingkat BOD

yang tinggi. Nitrat dan fosfat adalah nutrisi tanaman dan dapat menyebabkan

kehidupan tanaman dan ganggang untuk tumbuh dengan cepat. Jika tanaman

tumbuh dengan cepat, mereka juga mati dengan cepat. Ini berkontribusi pada

limbah organik di dalam air, yang kemudian terurai oleh bakteri. Hal ini

menyebabkan tingkat BOD yang tinggi. Para suhu air juga dapat berkontribusi untuk

tingkat BOD yang tinggi. Sebagai contoh, air hangat biasanya akan memiliki tingkat

BOD lebih tinggi daripada air dingin. Seiring dengan peningkatan suhu air, laju

fotosintesis oleh ganggang dan tanaman lainnya di dalam air juga meningkat. Ketika

ini terjadi, tanaman tumbuh lebih cepat dan juga mati lebih cepat. Ketika tanaman

mati, mereka jatuh sampai ke dasar di mana mereka terurai oleh bakteri. Bakteri

yang membutuhkan oksigen untuk proses ini sehingga Direksi tinggi di lokasi ini.

Oleh karena itu, peningkatan suhu air akan mempercepat dekomposisi bakteri dan

menghasilkan tingkat BOD lebih tinggi.

Ketika Direksi tingkat tinggi, oksigen terlarut (JANGAN) tingkat penurunan

karena oksigen yang tersedia di dalam air sedang dikonsumsi oleh bakteri. kurang

oksigen terlarut Sejak tersedia dalam air, ikan dan organisme air lainnya tidak

mungkin bertahan hidup.

Dalam preaktikum ini uji BOD juga dilakukan setelah melalui inkubasi selama

5 hari, pada suhu 20⁰C dengan aggapan selama waktu itu presentasi reaksi cukup

Page 52: 67878657 Makalah Aplikasi Analisis Air

Aplikasi Analisis Air

52 | P a g e

besar dari total BOD. Pengukuran ini hanya menghitung sebanyak 60-70% bahan

organic yang teroksidasi. Untuk mencapai 95-99% diperlukan waktu selama 20 hari.

Dalam penetapan ini didapatkan hasil blanko 0 ml setelah diinkubasi selama

5 hari, hal ini terjadi karena semua oksigen yang terkandung dalam sampel telah

habis digunakan oleh bakteri untuk mendegradasikan zat-zat organik yang terdapat

dalam sampel. Hal ini dapat terlihat karena setelah diinkubasi selama 5 hari dan

dititar oleh larutan tio tidak ada endapan yang terbentuk.

Berikut ini merupakan table yang menunjukan tingkatan BOD yang berada dalam

sampel serta kelayakan sampel:

BOD Level

(Dalam ppm) Kualitas Air

1 - 2

Sangat Baik

Tidak akan ada banyak hadir limbah

organik dalam penyediaan air.

3-5 Sedang

6 - 9

Poor: Somewhat Polluted

Biasanya menunjukkan adanya bahan

organik dan bakteri pengurai limbah ini.

100 atau lebih Very Poor: Very Polluted

Mengandung limbah organik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari praktikum ini didapatkan hasil normalitas sebesar

0.051599 N dan didapatkan ppm BOD sebesar -0,11 ppm. Dan bila dibandingkan

dengan table kelayakan air berdasarkan tes BOD, tidak dapat ditentukan karena

memiliki hasil yang negatif.