Post on 26-Dec-2015
description
BAB II
TENJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
II.1.1. Pengertian Emulsi
- Emulsi adalah sistm terdispersi yang mengandung paling sedikit dua
fase cairan yang tidak saling bercampur. Kebanyakan emulsi yang
berlaku dalam farmasi menggunakan partikel terdispersi dengan jarak
diameter dari , 0,1 - 100 μm (1 ; 298, 1534).
- Emulsi adalah sistm dua fase yang disiapkan oleh penggabungan dua
cairan yang tidak saling campur, dimana salah satunya terdispersi
seragam dalam cairan lainnya terdiri dari globul-globul dengan
diameter yang sama atau lebih besar dari partikel koloidal yang paling
besar
2. LACHMAN ; 502
Emulsi adalah campuran yang tidak stabil secara termodinamika
yang pada dasarnya mengandung dua cairan yang tidak saling campur.
3. FI III ; 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dngan
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
4. SCOVILLE’S ; 314
Emulsi digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang terdiri dari
dua cairan yang tidak saling bercampur, dimana salah satunya terdispersi
secara seragam, sebagai tetesan kecil dalam pelarut lainnya.
5. FARFIS ; 553
Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika terdiri
dari dua atau lebih fase larutan yang tidak saling bercampur, dimana
salah satunya terdispersi sebagai globul-globul dalam fase cair lainnya.
Kesimpulan : Emulsi adalah sediaan semipadat atau cair yang mengandung
bahan obat cair terdiri dari 2 fase cair yang tidak
bercampur yang tidak stabil secara termodinamika dimana
terdispersi sebagai globul dengan jarak diameter 0,1 – 100
μm mengandung fase pendisprsi yang distabilkan dengan
pengemulsi.
Emulsi Dikatakan Sistem Yang Tidak Stabil Secara Termodinamika
(Lachman; 504)
Dispersi halus dari minyak dan air memerlukan daerah kontak
antarmuka yang luas dan untuk mnghasilkan hal ini memerlukan kerja yang
sama dengan hasil dari tegangan antarmuka dan perubahan luas. Berbicara
tentang termodinamika, kerja ini adalah energi bebas antarmuka yang
diberikan ke sistem. Suatu energi bebas antarmuka yang tinggi cenderung
untuk mengurangi daerah antarmuka, pertama dengan membuat tetesan
yang dianggap sebagai suatu bentuk bulat (luas permukaan minimum untuk
diberikan volume) dan kemudian membuat tetsan-tetesan tersebut
bergabung (dengan hasil yang menurun dan jumlah tetesan). Ini adalah
alasan untuk menerangkan kata “tidak stabil secara termodinamika” dalam
defenisi emulsi klasik.
Pembentukan dan Pemecahan Tetesan Cair Terdispersi (RPS 18th ; 299)
Suatu emulsi ada sebagai hasil dari dua proses yang berlawanan,
yaitu dispersi dari salah satu cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan
dan dengan kombinasi dari tetesan ini untuk membentuk kembali cairan
massa awal, proses pertama meningkatkan energi bebas sistem, sementara
yang kedua untuk menurunkan energi bebas. Karena itu, proses kedua
terjadi secara spontan dan berlanjut hingga pemecahan sempurna atau fase
massa terbentuk kembali.
Hal ini sedikit digunakan unrtuk membentuk emulsi yang terdispersi
dengan baik jika pemecahannya cepat. Demikian pula, kecuali perhatian
cukup diberikan untuk mencapai dispersi yang optimal selama penyediaan,
kestabilan dari sitem emulsi dapat dikompromikan dari awal. Dispersi dibuat
dengan mesin yang didesain dan dioperasikan dngan baik, mampu
mengahasilkan tetsan dalam periode waktu yang relatif pendek.
Proses Dispersi untuk Membentuk Tetesan
Dianggap 2 fase cair yang tidak saling bercapur dalam tabung uji.
Untuk mendispersikan cairan yang sah sebagai tetesan dalam cairan yang
lain antarmaka antara cairan harus diganggu dan saling memasuki sampai
tingkat yang cukup sehingga jari-jari atau benang dari cairan yang sah
melewati cairan yang ke dua dan sebaliknya. Benang-benang ini tidak stabil
dan menjadi bentangan. Bentangan-bentangan ini memisah dan menjadi
bulat seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tergantungan dari pengadukan,
kecepatan geser yang digunakan. Tetesan yang lebih besar juga terpisah
menjadi benang-benang kecil yang kemudian menghasilkan tetesan yang
lebih kecil.
Waktu pengadukan adalah penting. Ukuran dari tetesan-tetesan
menurun secara cepat pada beberap detik pertama dari pengadukan. Range
batasan ukuran secara umum dicapai 1 sampai dengan 5 menit dan
dihasilkan dari jumlah koalesen tetesan yang ekuivalen terhadap jumlah
tetesan baru yang terbentuk, sehingga tidak ekonomis untuk kelanjutan
pengadukan.
Emulgator
Parrot; 313
Bahan pengemulsi adalah bahan aktif permukaan ysng mengurangi
tegangan antarmuka antara minyak dan air disekitar tetesan terdispersi
dalam lapisan kuat mencegah koalesen dan pemisahan dari fase terdispersi.
Ensiklopedia; 144
Bahan pengemulsi adalah bahan yang digunakan baik untuk
mempermudah proses emulsifikasi pada waktu pembuatan dan mengontrol
stabilitas selama shelf life (umur sediaan) dapat bervariasi dari beberapa hati
untuk emulsi yang disiapkan secara sederhana sampai beberapa bulan atau
beberapa tahun untuk sediaan komersial.
Kesimpulan : Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang membantu
emulsifikasi dan mengontrol umur sediaan dengan cara
menunjukkan tegangan antara minyak dan air.
Mekanisme Emulgator (Lachman; 504)
Stabilitas tetesan. Dua konsep alternatif yang ada untuk membuat emulsi
yang kenampakannya seperti susu, seperti dispersi yang dapat membentuk
dan distabilkan dengan menurunkan tegangan antar muka dan atau dengan
mencegah tetesan koalesen. Menurut teori emulsi klasik, bahan aktif
permukaan mampu membentuk kedua objek. Bahan aktif permukaan
mengurangi tegangan antar muka dan bereaksi sebagai barier (penghalang)
menjadi tetesan koalesen diabsorpsi dan permukaan atau lebih tepatnya.
Pada permukaan tetesan tersuspensi. Bahan pengemulsi membantu
pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme :
1. Mengurangi tegangan antar muka – kestabilan termodinamik.
2. Membentuk lapisan antarmuka yang kaku – mekanisme penghalang
untuk koalesens.
3. Membentuk suatu lapisan listrik rangkap – penghalang listrik untuk
mendekatkan partikel.
Tegangan antar muka. Meskipun pengurangan tegangan antar muka
menurunkan energi bebas permukaan yang dihasilkan pada proses dispersi,
ini merupakan hal yang paling penting. Hal ini dapat dilihat dengan jelas
pada salah satu yang dipertimbangkan banyak bahwa polimer dan padatan
yang terbagi halus, tidak efisien dalam mengurangi tegangan antar muka
yang baik, bereaksi untuk menghindari koalesen dan juga digunakan sebagai
bahan pengemulsi.
Lapisan antarmuka. Pembentukan lapisan-lapisan oleh bahan emulgator
pada permukaan tetesan air dan tetesan minyak telah dipelajari secara
mendetail. Konsep dari lapisan (monomolekuler) dari bahan pengemulsi
pada permukaan dari fase internal suatu emulsi adalah dasar yang penting
untuk menahan sebagian besar teori emulsifikasi. Skema berikut
menggambarkan bagaimana bahan-bahan emulgator dipercaya untuk
mengelilingi tetesan dari fase internal.
MEKANISME AKSI (RPS 18th; 300 – 301)
Bahan pengemulsi dapat diklasifikasi berdasarkan jenis lapisan yang
dibentuk pada antarmuka antara dua fase :
Lapisan monomolekuler
Bahan 2 aktif permukaan yang mampu menstabilkan emulsi dengan cara
membentuk lapisan tunggal dari ion atau molekul teradsorpsi beda
antarmuka minyak cair. Berdasarkan hukum Gibbs adanya kelebihan
antaramuka membutuhkan penurunan tegangan antarmuka, hal ini
menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sebagai
energi bebas permukaan. Pengulangan ini bukan merupakan faktor
utama yang meningkatkan stabilitas yang lebih penting adalah kenyataan
bahwa tetesan-tetesan dikelilingi oleh lapisan tunggal (monoplayer)
terionisasi, adanya muatan yang kuat dan tetesan yang saling tolak
menolak mengakibatkan stabilitas sistem. Dengan bahan aktif permukaan
nonionik yang tidak terionisasi, partikel masih dapat membawa muatan,
hal ini timbul dari absorpsi dan ion-ion atau ion spesifik dari larutan.
Lapisan multimolekuler
Koloid lipofilik terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler disekitar
tetesan minyak terdispersi. Penggunaan bahan-bahan ini menurun pada
tahun-tahun belakangan ini karena besarnya jumlah bahan aktif
permukaan sinttik yang tersedia yang memiliki sifat-sifat pengemulsi yang
baik ketika koloid hidrofilik ini tidak menyebabkan suatu penurunan
tegangan permukaan, yang berarti. Tetapi efisiensinya tergantung
kemampuannya untuk membentuk lapisan multimolekuler sejenis yang
kuat. Aksinya sebagai pelindung disekitar tetesan menyebabkan
resistensi terhadap koalesen yang tinggi, bahkan dalam tidak adanya
pengembang potensial permukaan yang baik. Lebih lanjut, kebanyakan
hidrokoloid yang tidak diadsorpsi pada antarmuka meningkatkan
viskositas fase kontinyu berair, hal ini meningkatkan stabilitas emulsi.
Lapisan partikel padat
Partikel-partikel padat yang kcil yang membasahi beberapa serabut oleh
fase cair berair dan tidak berair bertindak sebagai bahan pengmulsi. Jika
partikel-partikel
sangat hidrofilik, partikel-partikel tetap dalam fase air. Jika sangat
hidrofobik partikel-partikl yang memiliki ukuran partiekl yang lebih kecil
daripada tetesan pada fase terdispersi.
Gambar Tipe lapisan yang dibentuk oleh bahan pengemulsi
pada antarmuka minyak/air. Gambaran itu
ditunjukkan oleh emulsi O/W
Minyak = Air =
Muatan listrik (DOM : 514)
Ketika salah satu cairan terdispersi ke dalam cairan lainnya. Partikel
terdispersi akan ditemukan memiliki muatan listrik. Sifat listrik dari partikel
Lapisan monomolekuler
Lapisan multimolekuler
Lapisan partikel padat
terdispersi menolong untuk menstabilkan sistem dan mengikat koalesen.
Muatan partikel terdispersi dapat berasal dalam satu dari 3 cara berikut :
1. Ionisasi molekul-molekul pada permukaan partikel.
2. Adsorbsi ion-ion oleh partikel dari medium sekitarnya.
3. Kontak antar bagian partikel dengan medium disekitarnya.
Saat ini sangat sukar untuk menandai dengan jaminan nyata bahwa metode
muatan bertanggung jawab untuk muatan dan paling banyak contoh dari
muatan kemungkinan hasil dan kombinasi 2 atau lebih metode diatas.
Aspek teoritis dari karakteristik listrik dari tetesan emulsi yang esensial
yang ditemukan oleh penemu yang mengembangkan secara ekstensif
daerah dan koloid hidrotobils dalam beberapa kasus berbentuk padatan
bulat. Aspek dan teori ini dapat diaplikasikan dalam sistem emulsi.
Syarat-syarat pengemulsi (RPS 18th; 300)
Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengemulsi harus :
1. Harus aktif pada prmukaan dan mngurangi tegangan permukaan sampai
di bawah 10 dyne/cm.
2. Diabsorbsi secara tepat disekitar tetesan terdisprsi sebagai lapisan
kental, monoadehren dimana akan mencegah koalesen.
3. Harus meningkatkan viskositas emulsi.
4. Harus efektif pada konsentrasi yang tinggi.
5. Memberikan tetesan-tetsan yang potensial listriknya cukup sehingga
terjadi saling tolak menolak.
Tidak ada bahan pengemulsi yang memenuhi sifat-sifat ini pada
tingkat yang sama, nyatanya tidak semua emulgator yang baik perlu memiliki
sifat ini. Lebih lanjut lagi, tidak ada bahan pengemulsi yang ideal karena sifat
yang diinginkan tergantung sebagian pada sifat dua fase yang tidak
bercampur dalam sistem tertentu dibawah pertimbangan.
JENIS-JENIS PENGEMULSI (RPS 18 th ; 301)
Bahan-bahan pengemulsi dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur
kimianya .Ada hubungan antara klasifikasi ini yang didasarkan pada
mekanisme aksi. Sebagai contoh : kebanyakan bahan pengemulsi yang
membentuk lapisan monomolekular adalah sintetik, bahan-bahan organik.
Kebanyakan dari bahan pengemulsi yang membentuk lapisan multimolekuler
diperoleh dari sumber-sumber atom, adalah organik. Kelompok ketiga
tersusun dari partikel padat termasuk inorganik, yang membentuk lapisan
yang tersusun dari partikel–partikel padat terbagi halus. Klasifikasi yang
diambil membagi dalam bahan pengemulsi ke dalam sintetik, natural, dan
padatan terdispersi halus. Kelompok keempat bahan-bahan khusus adalah
bahan pengemulsi lemah. Bahan-bahan yang tertera menggambarkan tipe-
tipe yang tresedia, bahan-bahan ini tidak dijelaskan secara mendalam.
Tabel : Klasifikasi bahan pengemulsi.
Tipe Tipe lapisan ContohSintetik (bahan
aktif
permukaan)
Monomolekuler Anionik :
Sabun
Alami
Padat terbagi
halus
Multimolekuler
Monomolekuler
Partikel padat
Kalium laurat, trietanolamin starat sulfat
Sodium lauril sulfat, alkil polioksietilen
sulfat
Sulfonat
Dioktil sodium sulfosuksinat
Kationik :
Campuran amonium kuartrner
Setil trimetil amonium bromida
Lauril dimetil benzil amonium klorida
Non ionik :
Lemak polioksi etilen alkohol eter
Ester asam lemak sorbitan
Polioksietilen ester asam sorbitan
Koloidihidrofilik : Akasia,gelatin
Lecithin, kolsterol
Lecithin, koloid
Tanah liat koloid, bentonit, veegum
Hidroksida logam, Mg - OH
RPS 18th ; 298
Emulsi yang stabil paling stabil harus mengandung paling sedikit 3
komponen, yaitu fase terdispersi medium pendispersi, dan bahan
pengemulsi. Tanpa kecuali, satu dari dua cairan yang tidak bercampur
adalah cairan sementara yang kedua adalah minyak fase air atau fase
minyak menjadi fase terdispersi tergantung bahan pengemulsi yang secara
utama digunakan dan jumlah relatif dari 2 fase cairan. Oleh karena itu, suatu
emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan dalam fase berair
diistilahkan sebagai tipe minyak dalam air o/w. Saat air adalah fase
terdispersi dan minyak sebagai fase pendispersi, emulsi tersebut tipe air
dalam minyak w/o. Kebanyakan emulsi farmasetik dibuat untuk pemberian
oral adalah tipe o/w, pengemulsi lotio dan krim adalah o/w maupun w/o
tergantung pada penggunaannya, mentega dan kream salad adalah emulsi
w/o.
Akhir-akhir ini yang disebut sebagai emulsi ganda telah dikembangkan
dengan sedikit memperlambat pelepasan bahan aktif. Dalam tipe ini, ada tiga
fase emulsi yaitu emulsi yang memiliki bentuk w/o/w atau o/w/o. Dalam hal
ini “emulsi dengan emulsi”, kebanyakan obat ada dalam fase yang paling
dalam yang harus melalui dua fase disekelilinginya untuk mencapai fase
eksternal, kontinyu.
Ini penting bagi ahli farmasi untuk mngetahui tipe emulsi yang
disiapkannya, atau yang disetujui, karena itu mempengaruhi sifat dan
penampilannya. Sayangnya, beberapa metode yang ada dapat memberikan
hasil yang tidak berair, dan juga tipe emulsi ditentukan oleh suatu metode
harus selalu dikonfirmasikan dengan pengertian metode kedua.
LACHMAN ; 502
Tipe emulsi yang umum dari emulsi farmasetik dan kosmetik
mengandung air sebagai salah satu fase dan minyak atau lemak sebagai
fase lainnya, jika tetesan minyak didispersikan dalam fase kontinu berair
emulsi diistilahkan minyak dalam air (o/w). Jika minyak adalah fase kontinu,
emulsi adalah tipe air dalam minyak (w/o). telah diamati bahwa emulsi o/w
kadang-kadang berubah menjadi emulsi w/o dan sebaliknya. Perubahan tipe
emulsi ini disebut inversi.
Sejak kira-kira 1978, dua tipe emulsi ditambahkan, diklasifikasikan
sebagai emulsi ganda. Perhatian diterima dari permukaan kimia. Ini secara
keseluruhan untuk menyiapkan emulsi ganda dengan sifat minyak dalam air
dalam minyak o/w/o, atau air dalam minyak dalam air w/o/w. beberapa
emulsi juga dapat berubah, meskipun selama perubahan itu biasanya
membentuk emulsi yang sederhana. Jadi emulsi w/o/w normalnya berubah
menjadi emulsi o/w.
CARA MEMPERKIRAKAN TIPE EMULSI
DOM Martin ; 509
Beberapa metode yang cocok untuk menentukan tipe emulsi.
Beberapa metode yang umum meliputi pengenceran tetesan , kelarutan,
warna, pembentukan kimia, konduktifitas listrik dan test fluorosensi.
Pengenceran tetesan
Metode III didasarkan pada prinsip bahwa emulsi bercampur dengan fase
luarnya. Akibatnya jika air ditambahkan ke dalam emulsi o/w, air akan
terdispersi secara tepat ke dalam emulsi. Jika minyak ditambahkan
minyak tidak akan terdispersi tanpa pengadukan yang kuat, begitu pula
sebaliknya emulsi w/o.
Uji kelarutan warna
Uji didasarkan pada prinsip bahwa warna terdisprsi secara seragam ke
dalam emulsi, jika pewarna larut dalam fase eksternal. Amaranth
pewarna larut air mewarnai emulsi tipe o/w tetapi tidak pada emulsi tipe
w/o. Sudan (III) larut dalam minyak mewarnai emulsi tipe w/o tetapi tidak
pada emulsi tipe o/w.
Uji pembentuksn creaming
Creaming adalah fenomena pembentukan dua emulsi yang terpisah dari
emulsi adanya dengan satu diantaranya mengapung di atas salah satu
emulsi yang terpisah dibanding yang lain. Jika BJ dua fase diketahui,
pembentukan creaming dari tipe emulsi yang terbentuk. Jika cream
emulsi ke atas emulsi adalah tipe o/w, sebaliknya jika cream ke bawah
maka emulsi adalah tipe w/o. Ini didasarkan pada anggapan bahwa
minyak BJ-nya kurang dari air.
Uji konduktivitas listrik
Uji ini didasarkan pada prinsip bahwa air menghantarkan arus listrik
semntara minyak tidak. Jika elektroda ditempatkan dalam suatu emulsi
maka menghantarkan arus listrik, ini diindikasikan sebagai emulsi o/w.
Jika sistem tidak menghantarkan arus listrik emulsi adalah tipe w/o.
Uji fluorosensi
Kebanyakan minyak saat dipaparkan dengan cahaya UV akan
terpendar/berfluorosensi. Jika tetesan emulsi diuji pada sinar fluorosensi
di bawah mikroskop dan seluruh bagiannya terpendar, berarti emulsi tipe
w/o. Bagaimanapun emulsi tipe o/w maka fluorosensinya berupa bercak.
Lachman ; 507
Untuk memprediksikan tipe emulsi yang terbentuk di bawah kumpulan
kondisi tertentu, interaksi berbagai tolak ukur harus diperkirakan. Perkiraan
ini hampir tidak mungkin dan hanya berupa aturan umum serta aturan
berupa empiris dapat diberikan.
1. Jika amfipil pada dasarnya larut dalam air atau misalnya, sabun kalium
polioksil etilen lebih dari lima unit etilen oksida, amfipil tersebut biasanya
akan cenderung menghasilkan emulsi o/w. Jika surfaktan terutama larut
dalam lemak (sabun kalsium, polioksietilen eter dngan kurang dari lima
unit etilen oksida) . Amfipil tersebut dapat menghasilkan emulsi w/o jika
kondisi lainnya baik.
2. Bagian-bagian polar dari molekul pengemulsi umumnya merupakan batas
yang lebih baik sebagai penggabungan daripada rekannya, hidrokarbon.
Oleh karena itu emulsi o/w mungkin dapat dibuat dengan volum fase
dalam yang relatif tinggi. Disamping itu emulsi w/o (dimana batas tersebut
merupakan bahan hidrokarbon) dibatasi dalam hal ini dan mengubah atau
menginversi dengan mudah. Jika air terdapat dalam jumlah yang berarti
sebagai contoh, sisteem air minyak sorbitan monooleat, yang biasanya
diharapkan membntuk mulsi w/o karena kurangnya satuan etilen oksida,
terjadi demikian jika jumlah air yang terdapat kurang dari 90% volume.
Pada jumlah air yang lebih banyak hanya emulsi o/w yang terbentuk.
3. Walaupun pada konsentrasi 20-30% , emulsi w/o dibentuk hanya jika air
ditambahkan dalam minyak dengan pngocokan. Penambahan dua fase
bersama-sama diikuti oleh pengocokan cenderung membentuk emulsi
w/o pada berbagai konsentrasi air di atas 10%.
4. Akhirnya tipe emulsi yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh viskositas
dari masing-masing fase. Penambahan viskositas dalam suatu fase
memudahkan fase tersebut menjadi fase luar.
Meskipun ada kesulitan ini, seseorang dapat mngharapkan suatu
pengemulsi yang larut dalam air secara dahulu membentuk emulsi tipe o/w.
Sedangkan kebalikannya adalah benar untuk surfaktan yang pada dasarnya
yang larut dalam minyak . Kadang-kadang perlu ditentukan tipe emulsi yang
terbentuk, metode untuk tujuan ini terlihat dalam tabel.
Tabel : Metode untuk penentuan tipe emulsi.
Uji Pengamatan KeteranganUji pengenceran Emulsi dapat diencerkan
dengan fase luar
Zat warna padat yang larut
Hanya berguna untuk
emulsi cairan
bisa gagal jika ada
Uji warna
CaCl2/kertas
saring
Fluorosensi
Daya hantar
dalam air hanya mewarnai
emulsi o/w dan sebaliknya
dan pengamatan
mikroskopik biasanya
membantu
Kertas saring dijenuhkan
dengan CaCl2 dan
dikeringkan (belum)
berubah menjadi merah
muda bila emulsi o/w
ditambahkan
Karena minyak
berfluorosensi di bawah
sinar UV, emulsi o/w
menunjukkan pada titik-titik,
emulsi w/o berfluorosensi
seluruhnya
Aliran listrik dihantarkan oleh
emulsi o/w karena adanya
zat-zat ionik dalam air
pengemulsi ionik
Bisa gagal jika emulsi
tidak stabil atau pecah
dengan adanya
elektrolit
Tidak selalu dapat
diterapkan
Bagai dalam emulsi
o/w nonionik
RPS 18th ;299
Adalah penting bagi seorang farmasis untuk diketahui tipe emulsi
yang disiapkannya uatau disetujui karena dapat mempengaruhi sifat dan
penampilannya. Sayangnya beberapa metode yang ada dapat memberikan
hasil yang tidak tepat dan tipe emulsi yang ditentukan dengan suatu metode
harus dikonfirmasikan dengan arti metode kedua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gennaro, A. F, Et, all, 1990., " Remingtons Pharmaceutical Science", 18 th
Edition Mack Publishing Co, Easton.
2. Ditjen POM., 1975, " Farmakope Indonesi", Edisi III, DEPKES RI. Jakarta.
3. Parrot, e.l., 1978, " Pharmaceutical Technology", Burges Publishing
Company, Town City.
4. Lachman, dkk. 1957, " Pharmaceutical Dosage Form", Vol 11 2 th Edition,
Maccel Dekker inc, New York
5. Ganiswara, dkk., 1995, " Farmakologi dan Terapi", Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
6. Eric W Marsin, 1971, " Dispensing Of Medication", Edition, Mack
Publishing Company, Easton.
7. Tjay, T.H. dan Kirana, Raharja, 1991, " Obat-Obat Penting", Edisi IV,
Penerbit Jakarta.
8. Boyclen, sc, etill, 1986, " Hand Book Of Pharmaceutical Excipient",
American Pharmaceutical Asepcition Washington.
Uji pengenceran. Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi
o/w dapat diencerkan dengan air dan emulsi w/o dengan minyak. Saat
minyak ditambahkan dalam emulsi o/w atau air ke emulsi w/o yang
ditambahkan tidak akan tercampur ke dalam emulsi dan akan nampak
pemisahan nyata. Uji ini telah banyak diperbaiki jika penambahan air atau
minyak diamati secara mikroskopik.
Uji konduktifitas . Emulsi yang mana fase kontinyunya adalah cair dapat
dianggap memiliki konduktivitas yang tinggi dibanding emulsi yang mana
fase kontinyunya adalah minyak. Berdasarkan semuanya terjadi jika
sepasang elektroda dihubungkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik,
dimasukkan ke dalam emulsi o/w lampu akan menyala karena
menghantarkan arus antara dua elektroda. Jika lampu tidak menyala
diasumsikan bahwa sistem adalah tipe w/o.
Uji kelarutan warna. Pernyataan bahwa suatu pewarna larut air akan larut
dalam emulsi tipe o/w. Sementara zat warna larut minyak akan larut dalam
emulsi minyak, menghasilkan metode ketiga dari penentuan tipe emulsi. Jika
ketiga pengujian mikroskopik menunjukkan bahwa zat warna larut air telah
ditarik untuk fase kontinyu, kita setuju itu adalah emulsi tipe o/w. Jika zat
warna tidak tinggal dalam fase kontinyu, uji ini diulangi mrnggunakan
sejumlah kecil dari pewarna larut minyak. Pewarnaan fase kontinyu
menunjukkan tipe w/o.
METODE PEMBUATAN EMULSI
RPS18th ; 306
* Pembuatan emulsi skala kecil
1. Lumpang dan alu
Pendekatan ini tidak tetap, digunakan hanya untuk emulsi yang
distabilkan dengan adanya lapisan multimolekuler (seperti aksia,
tragakan, agar, dan chondrus) pada permukaan. Ada dua metode dasar
untuk membuat emulsi dngan lumpang dan alu yatiu metode gom basah
(metode inggris) dan metode kering (metode kontinental).
2. Metode Gom basah
Pada metode ini bahan pengemulsi ditempatkan dalam lumpang dan
didispersikan dalam air menjadi bentuk mucilago. Minyak ditambahkan
dalam jumlah kecil dengan triturasi secara kontinyu, tiap ion dari minyak
diemulsikan dalam jumlah kecil sebelum penambahan bahan
tambahan selanjutnya. Akasia paling sering digunakan sebagai bahan
pengemulsi saat emulsi disiapkan dengan lumpang dan alu. Bahan
pengemulsi minyak tertentu, ratio optimum dari minyak : air : akasia
untuk menyiapkan emulsi awal adalah 4 : 2 : 1. jadi penyiapan 60 ml dari
40 % mulsi minyak hati ikan kod adalah sebagai berikut :
Minyak hati ikan kod 24 g
Akasia 6 g
Air q.s 60 ml
Mucilago akasia dibentuk dengan penambahan 12 ml air dan 6 g akasia
dalam lumpang dan triturasi 24 g minyak ditambahkan dalam jumlah
yang meningkat dari 1-2 g dan didispersikan. Produk pada tahap ini
dikatahui sebagai emulsi dasar atau nukleus. Emulsi dasar seharusnya
ditriturasi selama paling kurang 5 menit setelah itu ditambahkan air
secukupnya untuk volume akhir produk 60 ml.
3. Metode gum kering
Metode ini disukai oleh farmasis, gum ditambahkan kedalam minyak
lebih baik daripada air dngan metode gum basah. Selanjutnya,
pertimbangan untuk penyiapan emulsi dasar dari produk dapat diperoleh
dengan melarutkan dengan fase kontinyu. Jika pengemulsi adalah
akasia dan minyak tertntu diemulsikan, perbandingan minya : air : gum
adalah 4 : 2 : 1 lagi.
Penyiapan dispersi dari akasia dalam minyak dicukupkan, metode gum
kering dapat menjamin untuk menghasilkan emulsi yang diinginkan,
karena penambahan salah satu komponen tidak ditingkatkan, penyiapan
emulsi dari metode ini cepat.
Dengan metode kedua, ratio minyak : air : gum bervariasi tergantung
pada tipe minyak yang akan diemulsikan dan bahan pengemulsi yang
digunakan. Biasanya ratio untuk tragakan dan akasia ditunjukkan pada
tabel.
Penyiapan emulsi dan kedua metode gum basah dan kering dapat
dicampur dalam botol lebih baik daripada dengan lumpang dan alu.
Tabel : Perbandingan dari minyak air dan gum yang digunakan untuk menghasilkan
emulsi.
Sistem akasia tragakanFixed oil (cairan petrolatum dan linseed oil)
Air
Gum
Minyak menguap
Air
Gum
4
2
1
2 – 3
2
1
40
20
1
20 – 30
20
1
4. Metode lain
Peningkatan jumlah emulsi yang diformulasi dengan bahan pengemulsi
sintetik, khususnya tipe non ionik. Komponen seperti formulasi
dipisahkan kedalam yang larut minyak dan yang larut air, dilarutkan
dalam pelarutnya masing-masing dengan pemanasan sekitar 70°
sampai 75°. Ketika melarut sempurna., dua fase dicampur dan produk
diatur sampai dingin. Metode ini tidak membutuhkan alat lain selain 2
beker, termometer dan sumber panas, digunakan dalam penyiapan
sampel yang mengandung wax dan bahan lain yang mempunyai titik
lebur tinggi, harus dilebur sebelum didispersikan dalam emulsi.
Metodologi sederhana secara relatif meliputi penggunaan pengemulsi
tipe surfaktan sintetik adalah salah satu faktor penggunaan luas dalam
sediaan emulsi. Ini menyebabkan penurunan dalam bahan emulgator
alam.
Dengan penghomogen tangan, emulsi awalnya dibentuk dengan triturasi
dalam lumpang atau pengadukan dalam botol. Emulsi dalam beberapa
waktu melalui homogenizer. Reduksi ukuran partikel diterima sebagai
beberapa waktu dengan daya melalui penyempitan rongga didalam
teknik. Harusnya homogenizer untuk menghasilkan produk adequate,
formulasi, lebih baik dari teknik,seharusnya diperkirakan.
REKOMENDASI TAMBAHAN (Lachman : 523)
Pada laboratorium, perkembangan emulsi umumnya praktis
disiapkan , fase minyak mengandung semua bahan yang larut dalam minyak
dan dipanaskan pada temperatur yang sama dan kemudian dua fase
dicampur. Beker berisi emulsi panas tersebut mendingin dengan cepat pada
temperatur kamar, tetapi tank produksi berisi beratus-ratus gallon bahan
panas mendingin dengan lambat kecuali jika bagian luar didinginkan.Ini salah
satu alasan sederhana proses perpindahan lab pada produksi. Diperlukan
studi ekstensif dari waktu pendinginan dan pengadukan. Juga disarankan
untuk menggunakan peralatan pelindung untuk sediaan emulsi skala besar,
jadi siklus pemanasan dan pendinginan dapat dikontrol dengan hati-hati.
Pada sediaan anionik atau kationik emulsi o/w, biasanya ditambahkan
fase air kedalam fase minyak. Pada kasus emulsi non ionik menunjukkan PIT
yang tidak dibutuhkan ketika temperatur tunggal dapat digunakan untuk
mengontrol tahap emulsifikasi ini. Jika sabun digunakan sebagai bahan
pengemulsi, biasanya disiapkan in situ dengan kombinasi alkali dalam fase
air dan asam lemak dalam fase minyak. Serupa pula, pengemulsi larut
minyak umumnya ditambahkan dalam fase minyak. Pengemulsi larut air
dilarutkan dalam fase air. Kadang-kadang ini memberi keuntungan untuk
memasukkan pengemulsi larut air kedalam fase minyak. Pada penyiapan
emulsi w/o, paling selalu membutuhkan pnambahan fase air secara lambat
dalam campuran pengemulsi minyak.
Untuk mencegah kehilangannya, pengaroma yang mudah menguap
atau parfum lebih disukai ditambahkan pada temperatur yang lebih rendah
yang mana percampurannya dalam emulsi adalah mungkin (biasanya 45-
55°C).
Jika gum dikerjakan, seharusnya ditriturasi atau dilarutkan scara
sempurna dalam fase cair sebelum tahap emulsifikasi. Jika gum yang
digunakan sensitif terhadap pemanasan, percampuran larutan gum emulsi
telah terbentuk. Penggunaan dua gum organik berbeda dapat menyebabkan
incompabilitas. Sebagai catatan bahwa pengemulsi anionik dan kationik yang
sama jarang menghasilkan emulsi yang diinginkan.
Diduga, emulsi didesain untuk penggunakan parenteral dapat
disiapkan hanya dibatasi jumlah dan bahan pengemulsi (lihat tabel). Ketika
digunakan pengawet konvensional dikontraindikasikan, seperti sediaan
dibuat setril pada temperatur tinggi tetapi masih menghasilkan emulsi yang
dapat diterima setelah siklus pemanasan atau pendinginan.
Direkomendasikan bahwa emulsi parenteral khususnya didesain untuk
infeksi intravena, dihomogenkan sampai ukuran partikel cukup diterima.
Emulsi yang dibentuk dengan penurunan suhu, kehilangan air dalam
penguapan harus diatur. Ini paling baik dilakukan dengan pengatur “berat
akhir” dengan air buat emulsi dngan suhu 35°C.
Tabel Klasifikasi surfaktan untuk emulsi farmasetik
Tipe pemberian ulang PenggunaanKelompok anionik
Asam karboksilat
Sulfur dan Ester
Sulfonal alkil dan alkil
aril
Ester asam fosfat
Subtitusi alkilamida
Sabun
Lactylates
Kondensasi polipeptida
Sulfat monogliserin
Alkil sulfat
Deodesil benzen sulfonat
Trioleil fosfat
Sarcosinate
Laurat
T
TO
T
TO
TO
T
T
TO
T
TO
Hemiesters
Kelompok kationik
Amina
Quartener
Kelompok amfoter
Amonium karboksilat
Amonium fosfat
Kelompok anionik
Polioksi ester
Polialkoksi ester
Polioksi amidel
Ester asam lemak
alkohol
Alkohol lemak
Sulfosuksinat
Lakoksialkilamin
Benzalkonium klorida
N-alkilaminoacid
Lecitin
Polioksietilenalkil/asil eter
Polioksietilen polioksipropilen
blok polimer
Polioksietilen ester asam
lemak
Polioksietilen asam ester
sorbitan
Ester sorbitan
Ester gliseril
Ester sukrosa
Lauril alkohol
TO
TOP
T
TOP
TO
TO
T
TO
TO
TO
T
T : Topikal
O : Oral
P : Parenteral
INTERMITTEN SHAKING / PENGOCOKAN BERSELANG (RPS18th; 299)
Cairan diaduk atau dikocok dengan beberapa maksud. Pngocokan
umumnya dilakukan untuk bahan dengan viskositas rendah. Pngocokan
berselang lebih efisien daripada pengocokan terus menerus, mungkin karena
interval waktu yang singkat sehingga kekuatan menyilang antar muka untuk
memecah kedalam tetesan-tetesan kemudian dijerat pada fase yang
berlawanan. Selanjutnya, pengadukan tepat tergantung dari pemecahan ini
kedalam bentuk tetesan. Lumpang dan alu sering digunakan dalam
penyiapan emulsi. Ini adalah teknik yang sangat tidak efisien dan tidak dapat
digunakan dalam skala besar. Peningkatan dispersi diterima dengan
penggunaan mikser dngan kecepatan tinggi, blendere, melalui koloid dan
penghomogn teknik ultrasonik juga telah dilakukan.
KESTABILAN EMULSI (RPS18th; 307)
Ada beberapa kriteria yang ditemui dalam pembuatan emulsi.
Mungkin yang paling penting dan nyata adalah emulsi yang memiliki
stabilitas fisik adequate, tanpa ini, emulsi akan segera kembali menjadi dua
bagian fase. Sebagai tambahan, jika produk emulsifikasi mempunyai
aktivitas antimikroba (seperti lotio pengobatan), harus dijamin bahwa
formulasi memiliki derajat aktivitas. Sering bahan menunjukkan aktivitas
antimokroba rendah dalam emulsi daripada dalam larutan. Umumnya ini
karena pembagian efek antara fase minyak dan fase air yang mana
menyebabkan penurunan konsentrasi “efektif” dari bahan aktif. Pembagian
juga diambil kedalam jumlah dimana pengawet dipertimbangkan untuk
mencegah mikrobiologi yang mengganggu pada emulsi. Akhirnya stabilitas
kimia dari bahan bervariasi pada emulsi seharusnya diterima dngan
beberapa perhatian, seperti bahan mungkin mudah mengalami degradasi
pada tahap emulsifikasi daripada ketika berada pada fase baik.
Pada diskusi, pertimbangan detail akan batasan pertanyaan dari
stabilitas fisik diulang pada topik ini setelah dipublikasikan oleh Garret dan
Kitchnrer dan Musseilwhite. Untuk informasi pada pengaruh bahwa
emulsifikasi dapat mempunyai aktivitas biologi dan kimia dari material dalam
emulsi.
Teori dari stabilitas emulsi telah didiskusikan oleh Eccleston dalam
percobaan untuk situasi yang dimengerti pada kedua emulsi sederhana o/w
dan w/o, dan sistem komersial kompleks.
Tiga fenomena besar dengan stabilitas fisik, adalah :
1. Perpindahan keatas atau kebawah dari tetesan terdispersi relatif pada
fase kontinyu, diistilahkan dengan kriming atau sedimentasi.
2. Agregat dan koalesens, dispersi tetesan untuk pemisahan kembali
menjadi fase massa.
3. Inversi, perubahan emulsi o/w menjadi emulsi w/o dan sebaliknya
Kriming dan Sedimentasi (RPS 18th; 307)
Kriming adalah perpindahan ke atas dari tetesan terdispersi relatif
dalam fase kontinyu, sedangkan sedimentasi adalah proses kebalikan yakni
gerakan ke bawah dari partikel. Pada emulsi satu proses atau lebih,
bergantung dari berat jenis dari fase terdispersi dan fase kontinyu. Ini tidak
diinginkan pada produk farmasi dimana keseragaman adalah pnting pada
pmberian dosis yang tepat dan seragam. Kriming dan sedimentasi membawa
partikel-partikel berdekatan bersama dan mungkin memudahkan masalah
yang lebih serius dari koalisens.
Kecepatan pada mana tetesan bulat atau endapan partikel dalam
suatu cairan diatur oleh hukum Stokes. Sementara persamaan lain telah
dikembangkan untuk sistem massa. Hukum Stokes masih digunakan ketika
faktor berpengaruh pada jumlah sedimentasi atau kriming. Diameter dari
tetesan terdispersi, viskositas medium pensuspensi dan perbedaan antara
berat jenis antara fase terdispersi dan medium pendispersi.
Biasanya hanya digunakan dua faktor utama adalah ,mungkin
mempengaruhi kriming atau sedimentasi. Pengurangan kontribusi ukuran
partikel mungkin meningkatkan atau mengurang kriming, ketika jumlah
perpindahan adalah fungsi akar kuadrat dari diameter partikel.
Bagaimanapun teknik yang sulit dalam mengurangi diameter tetesan
dibawah 0,1 μm. Paling sering digunakan untuk meningkatkan viskositas dari
fase kontinyu, meskipun ini dapat dilakukan hanya secara luas pada emulsi
masih dapat dipercepat beberapa derajat dari wadah dan atau diberikan
dengan baik sekali
Agregat dan Koalesens (RPS 18 th ; 307)
Setiap kriming dan sedimentasi yang tidak diinginkan, tidak
dibutuhkan hasil dalam pemecahan emulsi. Ketika tetesan terdispersi dalam
bentuk tunggal, selanjutnya tetesan dapat didispersikan dngan pengadukan
sedang. Stabilitas serius dari emulsi adalah proses agregat dan koalesens.
Pada agregasi (flokulasi), tetesan terdispersi, bersama tapi tidak menyatu.
Koalesens, tetesan menyatu sempurna. Keduanya berperan penting untuk
mengurangi jumlah tetesan dan pemisahan menjadi dua fase yang tidak
saling bercampur. Agregasi mndahului koalesens dalam emulsi. Agregasi
adalah perluasan yang dapat balik, sementara koalesens cukup serius,
koalesens akan mempercepat kriming atau sedimentasi, ketika agregat
menunjukkan tetesan tunggal.
Agregat berhubungan dengan potensial listrik pada tetesan, koalesens
bergantung pada sifat struktur lapisan antarmuka. Stabilitas emulsi dapat
mengemulsi tipe surfaktan pembentuk lapisan monomolekuler. Koalesens
bertentangan dengan elastisitas dan kohesif dari lapisan antara dua tetesan.
Pada kenyataannya, dua tetesan bersentuhan tidak menyatu karena adanya
lapis tipis dan akhirnya hilang, Lapisan multimolekuler dan partikel padat
memberikan emulsi dengan resistensi derajat yang tinggi terhadap koalesens
karena kekuatan mekaniknya.
Inversi Fase (RPS 18 th; 307)
Emulsi dikatakan mengalami inversi ketika berubah dari emulsi o/w ke
w/o atau sebaliknya. Inversi kadang-kadang dapat dibawa dengana
penambanhan elektrolit atau dengan perubahan rasio volume fase. Sebagai
contoh, emulsi o/w diberikan natrium stearat sebagai pengemulsi yang dapat
berubah dengan penambahan kalsium klorida, karena kalsium stearat
membentuk pengemulsi lipofilik dan membentuk hasil w/o.
Inversi sering dapat diperlihatkan ketika emulsi disiapkan dengan
pemanasan dan percampuran dua fase saat didinginkan. Ini kira-kira karena
tergantung dari perubahan temperatur dalam larutan dari bahan pengemulsi.
Temperatur fase inversi (PIT) dari surfaktan nonionik telah ditunjukkan oleh
Shinoda dkk, dipengaruhi oleh nilai HLB dan nilai PIT surfaktan yang lebih
tinggi memberikan resistensi yang lebih besar terhadap inversi.
Bagian dari nilai PIT kerja metabolit telah dikeluarkan pada proses
inversi. Mungkin kelihatan bahwa pengaruhnya dapat dikurangi dengan
menggunakan bahan pengemulsi yang pantas dalam konsentrasi adequate.
Mungkin volume fase terdiri dari seharusnya tidak melebihi 50% dari volume
total emulsi.
KESTABILAN EMULSI (Lachman; )
Kestabilan termodinamika emulsi berbeda dari kestabilan yang
didefenisikan oleh pembuat formula atau pemakai berdasarkan
pertimbangan subjektif secara menyeluruh. Kestabilan yang dapat diterima
dalam bentuk sediaan farmasi tidak membutuhkan kestabilan termodinamika.
Jika suatu emulsi membentuk creaming diatas atau dibwah, emulsi bisa tetap
dapat diterima secara farmasetik selama emulsi tersebut dapat dibentuk
kembali dengan pengocokan biasa. Pertimbangan serupa dapat digunakan
untuk emulsi kosmetik tetapi dalam kosmetik pembentukan krim biasanya
tidak dapat diterima, karena tiap pemisahan yang tidak bagus dipandang
membuat produk tidak elegan secara kosmetik. Oleh karena itu penting
untuk mengingat bahwa standar kestabilan sebagian besar tergantung pada
pengamat, karena pengamatan subjektif atau opini dengan sendirinya tidak
mencukupi untuk menentukan aturan seperti kestabilan tang dapat diterima.
Kestabilan harus didefnisikan dalam arti yang diberikan oleh barret, yaitu
berdasarkan tujuan objektif murni. Shelf life (umur sediaan) adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan evaluasi kestabilan subjektif.
Umur sediaan suatu produk busa secara langsung dihubungkan
dengan kestabilan kinetiknya. Kestabilan kinetik berarti sifat-sifat fisika kimia
dari suatu emulsi tidak berubah secara berarti selama periode waktu yang
cuikup lama. Dilain pihak, kestabilan termodinamik dari tipe yang
dipostulatkan secara umum untuk sistem terlarut atau mikroemulsi umumnya
tergantung pada temperatur. Dengan demikian, setelah suhu dari suatu
produk terlarut diganggu, akhirnya akan kembali ke keadaan aslinya (dalam
hal ini jernih atau transparan) bila temperatur dikembalikan ke normal.
Termodinamika tidak dapat meramalkan bagaimana keadaan asli (jernih)
dikembalikan dengan cepat.
Gejala ketidakstabilan,
1. Pembentukan krim
2. Flokulasi
3. Penggumpalan
Cara Menaksir Umur Sediaan (Lachman)
Tidak ada metode yang cepat dan sensitif untuk menentukan
ketidakstabilan potensi dalam suatu emulsi yang tersedia bagi formulator.
Malah formulator terpaksa harus menunggu pada waktu yang tidak terbatas
pada kondisi lingkungan sebelum tanda shelf life yang buruk tampak jelas
dalam emulsi. Untuk mempercepat program kestabilannya, pembuat formula
biasanya menempatkan emulsi pada semacam tekanan. Cara lain, ia bisa
mencari suatu uji atau tipe yang lebih sensitif untuk deteksi ketidakstabilan
daripada hanya pengamatan mikroskopik saja.
Kondisi yang dipaksakan atau ditekan,
Kondisi ini biasa digunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi
meliputi :
1. Umur sediaan
2. Sentrifugasi
3. Pengocokan atau pengadukan
Tipe Kimia
Perlunya untuk kestabilan kimia dari komponen-komponen emulsi
telah dikenal. Masalah khas yang meliputi adanya PEG atau derivat-derivat
PEG adalah kecenderungannya terhadap autooksidasi. Fenomena ini dapat
menyebabkan pembentukan bau yang tidak dikehendaki, senyawa asam,
dan semua tipe produk sampingan yang bersifat oksidatif. Ketidakstabilan
ester-ester nonionik yang mengakibatkan degradasi hidrolitik bisa
mnghasilkan perubahan dalam konstanta dielektrik dari emulsi tersebut.
Feenomena ini sejalan dengan pengamatan ketidakstabilan fisik dan
dilengkapi dengan pembentukan asam stearat misalnya polisorbat 80.
Tipe Fisika
Tipe yang paling berguna yang biasanya diukur untuk menaksir
pengaruh kondisi tekanan pada emulsi meliputi :
1. Pemisahan fase
2. Viskositas
3. Sifat-sifat elektrofonetik
4. Analisis ukuran partikel serta bilangan partikel
TEORI TENTANG SHAMPO
Definisi Shampo (Balsam II;74)
Harry (3) mendefinisikan shampoo sebagai “sediaan dari surfaktan”
(bahan aktif permukaan) dalam bentuk yang sesuai-cair,padat, atau serbuk,
dimana jika digunakan di bawah kondisi khusus dapat menghilangkan
lemak, kotoran dan kulit terkelupas pada permukaan dari rambut dan kulit
kepala tanpa menimbulkan efek merugikan bagi rambut, kulit kepala atau
kesehatan dari yang menggunakan.
Fungsi shampo
Menurut Balsam II;75
Fungsi utama dari shampo adalah membersihkan rambut dan kulit
kepala, kotoran rambut termasuk sekresi alami dari kulit, kulit kepala yang
terkelupas, penumpukan kotoran dari lingkungan dan sisa dari produk
perawatan rambut yang digunakan oleh konsumen. Setelah aksi
pembersihan sempurna dapat memberikan kepuasan bagi pemakai.
Shampo akan menghasilkan rambut yang lembut, berkilau, dan mudah
diatur. Formulasi dari shampo dapat pula berupa campuran yang
ditekankan untuk beberapa kemampuan khusus seperti meminimalkan rasa
perih pada mata, mengontrol ketombe atau memberikan keharuman yang
menarik untuk bau wangi yang dapat diterima.
Menurut Formulary Of Cosmetic Preparation;26
Fungsi shampo adalah untuk membersihkan lemak (seperti sebum) dan
melapisi rambut dari kotoran tersebut yang terikat pada rambut dan kulit
kepala. Evaluasi shampo berdasarkan kriteria berikut:
1. Keefektifan dari deterjen
2. Kemampuannya berbusa dalam air sadah
3. Kemampuan shampoo untuk dapat terdistribusi pada rambut
4. Kemampuan untuk membersihkan lemak
5. Keharuman yang menyenangkan
6. Mudah untuk dibilas
7. Kemampuan untuk memberikan busa dan kelembutan pada rambut
8. Tidak mengiritasi
Tipe-tipe Shampo (Balsam II;75)
Shampo tersedia dalam beberapa varietas bentuk dan tipe. Beberapa
Metode dari klasifikasi disesuaikan dengan keperluan dan berubah –ubah
sesuai dengan sudut pandang. Klasifikasi menurut bentuk produk terdiri
dari cairan jernih, lotion, pasta, gel, dan akhirnya aerosol dan produk
kering. Shampo lebih lanjut dibedakan berdasarkan pertimbangan khusus
yang komponennya tidak biasa atau kombinasi dari komponen yang
tersedia, sebagai contoh: Shampo untuk rambut dan kulit kepala dengan
kondisi khusus, shampoo untuk anak-anak, atau bayi, shampoo untuk laki-
laki, dll.
1. Shampo cair jernih (Jellineck;247)
Produk ini pada dasarnya mengandung larutan berair dari
deterjen, yang memiliki konsentrasi surfaktan bervariasi antara 10% dan
30%. Selain dari persyaratan umum yang harus ditemui pada semua
shampoo; dua atau lebih ditambahkan disini.
Sediaan harus memiliki konsistensinya yang sesuai. Jika
sediaan terlalu encer, sediaan tersebut terlalu mudah mengalir dari kulit
kepala menuju ke wajah (mata!) dan turun ke leher. Jika sediaannya
terlalu kental, sediaan itu sangat lambat (susah dituang dari botol dan
tidak akan mudah tercampur dengan air pada rambut sehingga sediaan
tersebut kehilangan keefektifan penuhnya. Sediaan harus tetap jernih
pada kondisi penyimpanan normal. Titik kabutnya harus berada di
bawah 5oC.
Untuk memberikan sifat yang diinginkan pada shampoo cair,
beberapa zat tambahan seringkali digunakan. Zat tambahan tersebut
dapat dibagi menjadi kelompok di bawah ini tergantung pada
keefektifannya:
a. Bahan pendispersi garam kalsium
Tujuan dari produk ini adalah untuk mencegah pengendapan
sabun kalsium dan perlekatanatau rambut yang lepek yang
disebabkan oleh bahan ini. Aksi ini menyebabkan peningkatan busa.
Bahan pendispersi garam kalsium adalah secara khusus penting
pada sabun shampoo. Tapi bahan inijuga digunakan dengan alkil aril
sulfonat dan sarkosida. Diantara bahan-bahan ini adalah Igenon T,
produk asam lemak alylolamine terkondensasi, alkil polioksietilen
fenol, dan bahan etylen oksida terkondensasi non ionik lainnya.
b. Bahan sequestrant
Bahan-bahan ini juga untuk mencegah pengendapan garam
kalsium dan karenanya menjadi sangat penting dalam shampoo
busa. Mengingat keefektifan bahan pendispersi tergantung pada
aktifitas permukaannya, sequestrant memiliki efek kimia murni.
Sequestrant menahan kalsium dan ion logam polyvalent lainnya
menjadi kompleks larut air yang stabil, dan melalui cara ini
mencegah pembentukan garam kalsium yang tidak larut.
Bahkan penambahan sejumlah kecil (± 1%) dari
sequestrant akan menjernihkan semua kabut karena air yang kaya
akan kalsium dari sabun shampoo dan juga mencegah flokulasi
yang dapat terjadi pada botol oleh pelepasan garam kalsium.
c. Pelarut
Seperti yang telah dilihat pada bab 2, sudah menjadi sifat
yang melekat pada deterjen bahwa deterjen tidak mudah larut dalam
air, dan bagian molekul yang tidak larut dalam air harus cukup kuat
untuk membawa molekul ke antar muka dari larutan. Dalam
penyiapan dari konsentrasi shampoo kadang-kadang dibutuhkan
untuk mendekati batas dari larutan dimana larutan akan menjadi
berkabut. Bagaimanapun shampoo yang jernih secara absolut dapat
berkabut setelah pengocokan yang kuat atau diletakkan pada suhu
rendah. Pelarut-pelarut ini ditambahkan untuk mencegah sifat
pengkabutan ini. Yang paling sering digunakan adalah alkohol (ethyl
n-propil atau isopropyl alkohol) , glikol (1,2-propilenglikol, 1,3-
butilenglikol, polyglikol) dan gliserol. Pelarut sering meningkatkan
aksi pembusaan dari shampoo kecuali yang berviskositas lebih
rendah.
d. Bahan pengental
Dalam penambahan bahan-bahan yang secara umum
diguanakan untuk mengentalkan larutan berair (alginate, polivinil
alkohol, metilseslulosa, dan silikat koloidal). Beberapa tipe lainnya
adalah garam inorganic yang cocok (ammonium klorida) yang paling
efektif dan paling umum digunakan;( walaupun ammonium klorida
meningkatkan sedikit aroma amoniak yang harus ditutupi dengan
menggunakan parfum), ester polietilen glikol (ex. Polietilenglikol 400
distearat) . Konsistensi yang diminta mungkin juga dicapai melalui
campuran dari surfaktan sebagai dasar shampoo, minyak kastor
tersulfonkan sebagai contoh, meningkatkan dari shampoo
tergantung pada minyak zaitun tersulfonkan dan dasar shampoo alkil
aril trietanolamin sulfonat dapat ditingkatkan oleh penambahan
garam ammonium.
e. Bahan pelembut rambut dan kulit
Karena sebelumnya telah diterangkan beberapa deterjen
mempunyai efek menghilangkan lemak yang kuat pada rambut. Ini
dengan demikian tidak menyenangkan; bila dalam penambahan
surfaktan cenderung untuk diserap pada rambut. Ini dapat
menyebabkan rambut rapuh dan rambut menjadi susah diatur.
Lanolin dan turunan lanolin, cetyl dan oleat alkohol mempunyai
efek yang baik tetapi harus digunakan dengan hemat; konsentrasi di
atas 2% biasanya memberikan efek pembentukan busa dari
shampoo. Lanolin sering memberi efek rambut menjadi jarang yang
nyata pada konsistensinya pada shampoo.
f. Bahan finishing
Beberapa bahan pelembut juga memperbaiki kilapan dari
rambut setelah pencucian; rambut berminyak tidak menghasilkan
busa. Dispersi sequestrant dan sabun kalsium juga mencegah
rambut menjadi tidak mengkilap setelah shampoo tertentu
digunakan.
g. Pembentuk busa
Sequestrant dalam sabun shampoo memperbaiki busa dengan
menghambat pembentukan dari sabun kalsium dimana menekan
pembentukan busa. Dalam shampoo yang didasarkan pada lemak
alkohol tersulfonkan dengan penambahan 1-2% bebas alkoho, (ex.
Cetyl alkohol) dapat menurunkan volume busa tetapi membuat
padat dan lebih stabil. Bagian kecil dari asam lemak alkil amin
dipertimbangkan untuk ditambahkan ke dalam deterjen anionic untuk
mencapai pembentukan kabut dan busa padat yang cepat. Derivat
amfoterik dapat memberikan efek yang sama.
h. pengawet
menurut Bryce & Smart, shampoo komersial yang tersedia
sering mengandung jumlah yang besar dari bakteri gram negatif.
Garam fenil merkuri dan formaldehid kadang-kadang digunakan,
walaupun kestabilan keduanya tidak cukup. Bryce & Smart
merekomendasikan penggunaan 2-bromo-2 nitropropan-1,3 diol.
2. Shampo Krim
Shampo krim dipertimbangkan, sebuah kesalahan estetika
yang serius jika cairan shampoo emulsi mengkabut setelah
penyimpanan jangka panjang atau pendinginan yang kuat. Ahli kimia
kosmetika membatasi formula ini dengan persyaratan bahwa sisa
produk jelas di bawah keadaan sekitar yang normal. Beberapa deterjen
dapat ditambahkan hanya dalam konsentrasi yang terbatas; sebagai
contoh, beberapa kelas dari lemak alkohol sulfat dengan kandungan
tinggi garam sulfat (yang mana kristalisasi pada temperatur rendah).
Pengabutan dapat lebih kuat dicegah dengan penambahan lemak lebih
dari 5%.
3. Sabun shampoo
Shampo sabun cair yang biasa adalah larutan berair garam
kalium dari minyak kelapa mudah larut dan dikembangkan cukup
berbusa yang berhubungan dengan asam laurat yang dikandung cukup
besar oleh minyak. Minyak kelapa dapat keseluruhan atau sebagian
digantikan oleh minyak palm yang juga tinggi kadar asam lauratnya tapi
mengandung sedikit asam kaprilat dan asam kaproat. Penambahan
minyak zaitun (mengandung kebanyakan rioleine) memberi tekstur yang
halus, busa lebih stabil dan aksi meredakan iritasi kulit darti sabun
minyak kelapa; Ada 3 cara untuk menyiapkan shampoo sabun:
(1) dasar sabun yang lengkap dapat dilarutkan dalam air
(2) Asam lemak bebas dapat dinetralisasi dengan alkali
(3) Sabun dapat disiapkan dengan mensaponifikasi lemak bebas
4. Shampo Gel
Jika kandungan bahan pengental dalam shampoo cair atau
krim secara kuat ditingkatkan, hasilnya produk seperti jelly yang
transparan. Menurut Djikstra, dasar yang baik untuk tipe ini dari
penyiapannya terdiri dari bagian seimbang dari TEA lauryl sulfat dan
TEA miristat.
5. Shampo Kering
Shampo kering menghasilkan jenis yang paling murah dari
sediaan pembersih rambut. 5 g serbuk deterjen cukup untuk satu
penggunaan dan harga kemasan yang rendah juga lebih praktis, lebih
lagi, mudah untuk mengemas dalam bagian penggunaan tunggal yang
pasti untuk keuntungan (shampoo cair jernih dan shampoo cair krim
juga dapat terdapat dalam kemasan tunggal, walaupun metode ini
pengemasannya terhitung mahal. Ini lebih popular khususnya di Eropa).
Pada pihak lain, ini adalah keuntungan shampoo kering yang bahan
kondisionernya rambut dapat ditambahkan pada batas jumlah yang
dipilih. Dari deterjen aktif, shampoo ini biasanya juga mengandung
beberapa garam inorganic, karena garam ini mempunyai reaksi alkali
lemah dalam larutan (soda bikarbonat, borax), dapat meningkatkan
kekuatan pembersihan untuk tinghkat tertentu. Fungsi utamanya,
bagaimanapun adalah pengaruh fisiologis pada pembeli. Mereka
meningkatkan volume serbuk. Pengguna menemukan hanya satu
sendok teh penuh dari serbuk dalam kemasan shampoo sehingga
pengguna merasa ditipu.
Formulasi Shampo (Modern Cosmet;378)
Setelah penggambaran sebelumnya dari banyak deterjen yang
berharga untuk shampoo, bagian formualsi tidak lengkap, hanya
diindikasikan dari tipe. Dimana formula yang diberikan didasarkan
pada beberapa deterjen khusus, ini biasanya diasumsikan bahwa
deterjen lain atau campuran malahan dapat digunakan, membolehkan
untuk beberapa bahan karena kelarutannya, dsb. Dengan pengertian
ini formula sederhana yang digunakan sebagai dasar untuk formula
berikutnya.
Sebagai catatan penting, bahwa konsumen di negara yang
berbeda mempunyai ide yang berbeda mengenai konsentrasiideal
untuk shampoo. Di Inggris, untuk contoh, kebanyakan konsumen lebih
menyukai sejumlah besar shampoo cair. Dimana di Jerman tampak
bahwa konsumen mengharapkan untuk memperoleh beberapa
shampoo dari kemasan kecil yang agak baik. Perbedaan ini dalam
kebiasaan social dan permintaan membuat sulit untuk
direkomendasikan tingkat deterjen yang mana akan cocok secara
universal. Formula yang ditemukan mengikuti hak paten Inggris dari
12-20 ml per kepala.
Tipe shampoo di pasaran mengikuti kategori berikut:
(a) Shampo cair jernih
(b) Shampo krim cair
(c) Shampo krim padat
(d) Shampo serbuk
(e) Shampo aerosol
(f) Shampo kering (tipe serbuk)
(g) Shampo kering (tipe cair
(a) Shampo cair jernih
Shampo ini ada pada kebanyakan tipe yang popular,
dan mempunyai variasi penampilan dari formulasi yang paling
baik. Dimana tidak ada gambaran yang sangat jelas dari
mayarakat yang mengharapkan shampoo cair jernih, hal ini dapat
dilihat bahwa formula ini dapat dibagi secara kasar ke dalam dua
bagian besar dari kekuatan membersihkan untuk rambut
berminyak (yang mana dikategorikan sebagai shampoo
pembersih) dan karena dengan janji dari pembersihan, mereka
menyarankan bahwa rambut berada dalam keadaan baik setelah
penyampoan. Hal ini popular pada konsumen dengan rambut
kering dan dapat disebut sebagai “shampoo kosmetik”.
Tipe pembersih lebih mudah diformulasikan, karena
hanya cocok untuk larutan dari deterjen seperti TEA lauril sulfat
atau lauril eter sulfa; TEA lauril sulfat biasanya digunakan 30-
33% Larutan dan 50 bagian dari ini, parfum, pewarna, dan air
hingga 100 bagian akan membuat bergerak, larutan jernih
dengan kekuatan pembusaan yang baik untuk produk yang lebih
kental, eter sulfat mungkin digunakan.
Kebanyakan shampoo pengobatan di pasaran termasuk
dalam kelas ini dan mereka dibuat dengan dasar “pembersihan”
dan penambahan germisida. Shampo yang tertinggal pada kulit
kepala dan rambut untuk waktu yang singkat, germisida harus
pada tipe yang nyata, sehingga dapat meninggalkan kulit kepala
dan menghasilkan aksi. Bahan yang cocok adalah Hexacloropen
pada 0,2-1%, lebih detail dapat ditemukan pada chapter
antiseptik dan pengawet.
Tipe kosmetik dari shampoo cair dapat diformulasikan
dengan mengoleksi deterjen direkomendasikan untuk efek baik
setelahnya seperti metil laurina, amfoterik, dsb. Dan juga dari
lauril sulfat dengan penggunaan tambahan alkohol amida.
(b) Shampo krim cair
Shampo bentuk ini adalah bentuk yang khusus dari
kelas “kosmetik”, karena masyarakat berharap shampoo ini
menjadi sangat lembut dalam aksinya pada rambut. Kemunculan
dari krim cair ini diperhitungkan untuk memberi kelembutan,
karena tidak bijaksana untuk memasukkan sangat banyak bahan
berlemak ke dalam produk seperti ini, atau rambut akan menjadi
berminyak lagi setelah penggunaan Pengopak biasanya
ditambahkan untuk mengubah shampoo, “kosmetik” tipe cair
jernih ke dalam shampoo krim cair adalah stearat non ionic,
seperti propilenglikol stearat, polietilenglikol 400 distearat atau
dietilenglikol stearat, bersama dengan logam stearat yang tidak
larut, seerti Mg, Zn, atau Cu stearat; penambahan yang terakhir
ini karena ester glikol cenderung larut kembali dalam shampoo
pada suhu yang panas kemudian shampoo lebih berkabut
daripada krim (Mod. Cosmet:378)
Sementara krim cair secara nyata adalah emulsi, lotion susu ini
adalah emulsi yang sangat larut dan dengan melarutkannya
dianggap bahwa tidakakan mempunyai sifat warna putih dari
emulsi atau merupakan larutan atau dispersi dari bahan –bahan
dalam air. Jadi, untuk alasan ini, pengopak ditambahkan untuk
memberikan penampilan putih seperti susu.
Shampo krim cair dan shampoo lotion susu adalah tipe yang
sama secara essensial, yang pertama biasanya adalah sesuatu
yang mempunyai kekentalan lebih tinggi daripada yang terakhir.
Utamanya shampoo ini adalah emulsi. Bagaimanapun pada saat
ini bahwa pengopak ditambahkan dan menghasilkan produk dan
biasanya dipilih sebagai lotion atau shampoo susu. Ada
beberapa deterjen digunakan dalam formulasi cair ini, dan ini
sama baiknya dengan tipe pasta, sedikit pilihan ditunjukkan untuk
lemak alkohol sulfat. Bahan pelembut rambut ditambahkan dalam
kasus ini, juga adalah bahan yang didesain untuk memberikan
bentuk dan untuk pengemulsi adanya lemak. Kebanyakan krim
cair ini mempunyai beberapa polietilenglikol larut air sebagai
bahan pembentuk, pendispersi, dan penstabil busa, biasanya
bahan pengemulsi yang digunakan adalah TEA, etanolamin lain
yang berhubungan dari amino glikol, 2-amino 2-metil-1,3
propandiol. Sebagai contoh bahan pelembut tertentu
ditambahkan dalam emulsifikasi sebagai deterjen (Keithler; 196).
Anatomi Rambut
Rambut adalah bagian tubuh yang terdiri dari satu bagian
muncul dalam kulit (akarnya), dan satu bagian keluar dari kulit (batang
rambut), dimulai dari luar, penampang melintang dari rambut dapat dilihat
mengandung tiga lapis:
(1) Kutikula terdiri dari sel keratin tipis pada sebelah dalam dan
bekerja sebagai proteksi/pelindung untuk mencegah kekeringan
dan penetrasi dari bahan-bahan asing. Kutikula dapat rusak oleh
tekanan mekanik.
(2) Korteks, terdiri dari serta yang tersusun secara longitudinal yang
berikatan bersama. Menurut Astbury, serat ini terjadi secara
normal dalam bentuk lipatan alfa. Jika rambut dilembutkan dan
direnggangkan, rambut ini dapat tertarik menjadi bentuk beta dan
jika ini dilakukan secara lambat suatu serat dapat diperpanjang
1,5 dari panjang aslinya. Lapisan ini mengandung bagian utama
dari pigmen rambut dan ruang udara. Korteks dapat ada pada
bagian utama rambut, strukturnya menentukan tipenya (luirus,
keriting, ikal).
(3) Medula disusun atas 3-4 lapisan seperti sel kubus yang
mengandung keratohialin, granul lemak, dan ruang udara.
Lapisan tipis tidak mempunai medulla.
Menurut Mod. Cosmet;301
(1) Batang rambut adalah bagian yang memanjang ke luar pada
permukaan kulit. Batang rambut terdiri dari lapisan luar dari sel-
selyang cenderung membelah, seperti kutikula, disekeliling
lapisan sel epitel tipis terdapat pigmen (ke korteks). Pusat dari
korteks dilewati oleh sebuah kolom dari sel yang sangat besar
yang dibebankan (medulla) dalam bentuk kanal pusat, yang
mana inti yang dekat dengan papilla akan kehilangan intinya
dengan bertambahnya jarak. Larugo mengatakan bahwa rambut
halus tidak mempunyai medulla.
(2) Akar rambut, yaitu bagian yang tertanam dinamakan akar. Akar
mengandung pada bagian paling bawahnya sebuah bola (konkau
pada bagian bawah permukaan), membentuk jalan melalui
papilla dimana darah akan mengalir untuk memberi nutrisi pada
rambut. Setiap rambut dikandung di bawah permukaan kulit
dalam suatu invasinasi dari kulit yang disebut folikel. Ini terdiri
dari kantung sempit dibentuk sebagian oleh dermis dan sebagian
oleh epidermis. Bahan pelapis yang paling luar yang disambung
ke bawah oleh lapisan malphigi, sementara yang paling dalam
diperoleh dari lapisan tanduk dari epidermis. Folikel ini
bersambung dengan rambut, dan jika yang terakhir terlepas
dengan terpaksa pembentukannya mengikuti itu dan kemudian
terlihat dengan mata telanjang. Dasar dari kantung ini
mengandung penampakan yang seperti jari, yang terdiri dari
jaringan penghubung dimana rambut baru akan tumbuh disebut
sebagai papilla.
Folikel tidak berada dalam kulit kepala tetapi folikel duduk pada
sudut sehingga bagian dari rambut di bawah permukaan memiliki
kemiringan yang alami dengan yang lain. Ikatan pada sisi bawah pada
setiap kemiringan folikel rambut adalah otot kecil tidak mengelupas.
Arrector pili, disebut karena dia adalah otot yang menyebabkan
rambut akhirnya tegak saat dikontraksi oleh rasa takut, dll.
Kelenjar sebaseus adalah struktur yang bulat terletak dalam
dermis dan berhubungan dengan folikel rambut, kecuali pada
kelenjarpenis, kulit khatom, labia minor, dan bagian merah dari bibir.
Kelenjar sebaceous mensekresi senyawa lemak yang disebut sebum,
tempat dimana rambut akan menyerap dengan efek kapiler dan
berfungsi memberikan busa dan lunak, dan menjaga permukaan kulit
lembut dan liat. Kondisi dari kelenjar endokrin yang memberikan
pengaruh yang baik dalam sekresi. Pada puberitas kelenjar ini akan
lebih efektif tetapi aktivitasnya biasanya menurun setelah umur
pertengahan.
Bahan Utama (Balsam II)
Karena komponen utama dalam shampoo adalah surfaktan (sabun
dan deterjen sintetik) maka tepat untuk mengulang kegunaan masing-
masing, poerbedaan,dan keuntungannya.
Sabun, Umumnya didefinisikan sebagai garam dari asam lemak.
Asalnya sabun diperoleh dengan saponifiksi lemak alamimhewan dan
lemak tumbuhan/nabati dan minyak dengan alkali, seperti NaOH dan
KOH. Baru-baru ini alkanolamida telah digunakan.
Setelah beberapa tahun mungkin untuk memformulasikan
shampoo sabun yang didasarkan campuran dari minyak, sehingga
diperoleh bagian yang meragukan dari asam lemak.
Deterjen sintetik, Kecenderungan dari shampoo sabun untuk
membentuk garam yang tidak larut karena adanya gugus karboksilat
terikat pada ujung rantai panjang hidrokarbon. Dengan menghilangkan
gugus ini,m bayak surfaktan yang mencegah pembusaan dan
pembersihan negatif dari sabun yang telah dikembangkan.
Deterjen sintetik secara normal, diklasifikasikan dengan
kealamian gugus hidrofiliknya . Anionik yang paling luas digunakan,
dengan nono ionic sebagai pilihan kedua.
Anionik
Bagian hidrofilik dari surfaktan anionic membawa muatan
negatif dalam larutan. Deterjen ini umumnya lebih bagus dari
kelas alin dalam istilah pembusaannya, pembersihandan hasil
akhir. Beberapa anggota kelas ini; o Alkil benzen sulfonat; o
alkil sulfat primer; o alkohol sulfat kedua; o alkil benzen
polioksietilen sulfonat; o monogliserida tersulfat; o alkohol eter
sulfat; o Sarkosina; o sulfasuksinat; o igepon; o Maypon.
Kationik
Deterjen kationik dipertimbangkan kurang terkenal dari
anionic. Dengan gugus ini, bagian hidrofilik dari senyawa ini
bermuatan positif, biasanya adalah garam ammonium
kuartener.Kationik adalah deterjen yang umumnyakurang
aksinya, kasar untuk kulit dan mata, dan lebih mahal. Satu
keuntungan bahwa kationik memiliki aktivitas bakterisida.
Beberapa tipe kationik adalah distearil dimesik, ammonium
klorida, dilauril dimetil ammonium klorida, diiso butyl
penoksietoksi etil dimetil benzil ammonium klorida, cetil trimetril
ammonium bromida, N-cetil piridin bromida dan benzetonium
klorida.
Ketika anionic dan kationik dikombinasikan, sering sifat
yang paling banyak/buruk dari keduanya dihasilkan. Anionik
kehilangan sifat pembusaannya dan kationik kehilangan
aktivitas bakterisidnya yang mungkin telah dimiliki.
Amfoter
Meskipun kationik dan anionic tidak bercampur, mungkin
untuk mengkombinasikan gugus pembentuk anion dengan
gugus pembentuk kation dalam molekul deterjen yang sama
dan memperoleh produk yang berguna. Ini disebut deterjen
amfoterik (amfofilik) atau zwitter ion.
Non ionic
Kelas kedua yang paling luas digunakan dari deterjen
sintetik adalah nonionic. Non ionic busanya rendah,
bagaimanapun telah dibatasi penggunaannya sebagai
komponen utama formula. Non ionic mempunyai ketahanan
yang sangat baik terhadap air sadah, juga air laut, sama
efektifnya dalam larutan alkali/basa, dan umumnya lembut
pada kulit.
Kombinasi sabun-deterjen sintetik
Kebanyakan shampoo didasarkan pada kombinasi
formula sabun dan deterjen sintetik, kekurangan air sadah dari
sabun dapat diatasi secara baik dan sifat kosmetik dari
shampoo yang dihasilkan adalah modifikasi dari kombinasi ini.
Zat tambahan Shampo
Peningkatan jumlah senyawa yang telah dikembangkan memperbesar
pada penampilan dari shampoo. Ini dapat mempengaruhi busa, perasaan,
konsistensi atau hasil akhir yang diberikan untuk shampoo. Kebanyakan
dilindungi oleh hak paten, dan ilmu pengetahuan lainnya dirahasiakan.
Beberapa zat tambahan yang paling dikenal adalah sebagai berikut menurut
fungsinya:
Pembentuk busa
Pembentuk busa atau penstabil busa adalah bahan yang ketika
ditambahkan ke dalam formulasi meningkatkan kualitas, volume, dan
kestabilan busa. Sering bahan ini juga keran viskositas dan
memberikan sedikit efek melembutkan pada rambut. Dasar dari
pembentuk busa adalah asam lemak alkalonamida (seperti lauril
dietanolamida, lauil monoetanolamida, coconut monoetanolamida),
“super” amida, lemak alkohol dalam konsentrasi rendah dan pada
jumlah sedikit sarkosinat, dan fosfat.
Bahan pelembut
Perbedaan antara surfaktan yang biasanya dengan hampo
terletak pada aksi akhir atau pelembutan dari shampoo. Kebanyakan
surfaktan membersihakn rambut dengan baik sehingga menjadi
bercahaya dan mengkilap. Bahan pelembut menyaluti rambut dengan
sejumlah kecil bahan yang memperbaiki sifat penanganan dari serat
rambut atau melicinkan rambut untuk tergelincir dan kehalusannya.
Bahan pengopak
Karena shampoo krim dan lotio mencatat untuk bagian yang
besar dari konsumsi total shampoo, ada ketertarikan yang besar pada
bahan ini. Pengopak yang paling dikenal termasuk alkohol tinggi,
sepertio stearil dan cetil alkohol, dan asam kuat seperti asam beneat
(22 karbon).
Bahan penjernih
Kebutuhanakan bahan penjernih sama besarnya dengan bahan
pengopak, karena shampoo jernih merupakan bentukyang paling
popular. Umumnya Bahan pelarut membentuk, memelihara kejernihan
shampoo pada range suhu yang luas. Pemeliharaan harus dilatih
dalam pemilihan seragam dari tipe ini. Bahan ini harus dicek untuk
kemungkinan iritasi mata dan toksisitasnya. Beberapa contoh dari
bahan ini adalah butyl alkohol, isopropyl alkohol, terpineol,
dietilenglikol, propilenglikol, dan dietil carbitol.
Bahan sequestrant
Untuk mencegah pembentukan kapur sabun, ada dua
pertimbangan, yaitu pembentukan sabun kalsium/magnesium tidak
larut saat shampoo dicampur dengan air sadah, dan pengendapan
lapisan sabun kapur saat rambut bershampo dibilas dengan air sadah.
Pada kasus terakhir, batas-batas bagian shampoo mungkin dibilas
denagn sebanyak 25-50 bagian akhir.
Bahan anti ketombe
Ada banyak shampoo a ntiketombe di pasaran, kebanyakan
didasarkan pada bahan antimikroba dalam alam. Shampoo
mengandung sejumlah kecil bahan efektif ini, yang berhubungan
dengan kulit kepala dalam waktu singkat. Agar menjadi efektif bahan
aktif ini harus bekerja di lingkungan minyak-air pada kulit kepala dan
berada di kulit kepala untuk melanjutkan aktivitasnya. Karena itu,
mudah dimengerti mengapa shampoo antiketombe tidak cukup
keefektifannya. Senyawa antiketombe tradisional termasuk belerang,
asam salisilat, hexakloroform, resorsinol, dan tar.
Bahan pengental
Masalah dalam kekentalan shampoo adalah tidak sesederhana
dalam memilih gum sintetik atau gum alam yang tepat. Karena banyak
ester dan amida yang baik juga memperbesar viskositas shampoo.
Pada umumnya gum alam ex. Tragakan, gum akasia, dan gum locust
bean juga digantikan oleh gum sintetik seperti hidroksietilselulosa,
metil selulosa, karboksimetilselulosa, dan carbopol, suatu karboksi
polimer vinil, tetapi jumlah sintetik ini harus digunakan dengan
beberapa pemeliharaan karena gum sintetik dapat membentuk lapisan
pada rambut.
Pengawet
Ada masalah yang muncul dalam melindungi shampoo dari
keburukan oleh aksi bakteriatau jamur. Larutan atau bahan dari
pemilihan pengawet yang tepat dari daftar yang mungkin termasuk
formaldehid, etanol, metil, propil, butyl hidroksibenzoat, fenil merkuri
asetat, fenil merkuri nitrat,. Alkil anisol, alkil kresol, zat tambahan
amida, dan beberapa zat seperti parfum menunjukkan beberapa
Aktivitas antibakteri.
Bahan penstabil lainnya
Kadang-kadang dibutuhkan untuk melindungi shampoo dengan
menambahkan pesntabil yang diantaranya adalah antioksidan,
sunscreen, bahan pensuspensi, dan bahan pengontrol pH.
Bahan pereduksi melindungi produk dari kehilangan warna
atau perubahan bau atau karena oksidasi. Sunscreen, seperti
benzophenol atau turunan benzotriazol mempunyai sifat
mengabsorbsi radiasi UV dan kemudian menurunkan kerusakan
produk dari paparan cahaya matahari. Bahan pensuspensi seperti
veegum dan bentonit lain, menstabilkan shampoo dimana partikel
padat disuspensikan dalam cairan. Variasi bahan pengontrol yang
dapat sesederhana asam dan basa umum, melindungi produk dari
perubahan warna, bau, atau tingkat iritasi karena perubahan dalam
pH.
Zat tambahan kosmetik lain
Semua shampoo memiliki parfum dan zat warna, untuk
meyakinkan konsumennya tentang penerimaan kosmetiknya dan
beberapa kandungan zat tambahan seperti pemberi warna atau
pigmen seperti mutiara, untuk mempengaruhi penerimaan
kosmetiknya.
Formula I
I. Formula Asli
Cleansing lutio
II. Rancangan Formula
Tiap 100 ml mengandung:
Parafin cair 50 %
Cetyl alcohol 1 %
Lanolin anhidrat 3 %
Tween 40 ( 51,7 % ) 5 %
Span 40 ( 48,3 % )
Na-CMC 1 %
Metil paraben 0,05 %
Propil paraben 0,045 %
Tokoferol 0,1 %
Rose oil 0,0005 %
Tritrosin 0,5 %
Air suling ad 100 ml
III. Master Formula
Nama produk : SARI’S ® Cleansing lotion
Jumlah produk : 1 botol 100 ml
Tanggal produksi : 17 Maret 2004
Nomor registrasi : POM CD. 1003001512
Nomor batch : D 151281
Prduksi GenTazyl ® lotio
Bidadari Lab’s tgl formula tgl Produksi Dibuat oleh Disetujui
oleh
MKS – INA 17 Maret 2003 17 Maret 2004 Bidasari Nur
Ida S.si
No. Kode bahan Nama bahan Fungsi bahan Per batch
Per dosis
1. PC - 01 Parafin cair Pembersih 40 g
2. CA - 02 Cetyl alcohol Emolien 1
3. LA - 03 Lanolin anhidrat Emolien 3
4. AS - 04 Asam stearat Emulgator 5
5. GL - 05 Gliserin Humektan 2
6. NA - 06 Na-CMC Pengental 1
7. TEA- 07 Trietanolamin Emulgator 3
8. MP - 08 Metil paraben Pengawet 0,2
9. PP - 06 ropil paraben Pengawet 0,02
10. TK - 10 Tokoferol Antioksidan 0,5
11. RO - 11 Rose oil Parfum 0,5
12. ET - 12 Eritrosin Pewarna 0,5
13. A - 13 Air suling Pelarut 100 ml
IV. DASAR FORMULASI
Alasan dibuat clensing lotio
Cleansing lotio disediakan lebih seragam dan mudah digunakan
dibandinkan cream, karena lotio tersebar pada lapisan tipis dan
kadang- kadang lebih
ekonomis digunakan . ( Balsam I : 20 )
Cleansing crem dan lotio bertujuan membersihkan make up wajah dari
debu serta mimyak pada muka dan leher ( Jellinek : 203 )
Parafin ( Pembersih )
- Minyak mineral : pelarut yang umum adalah minyak yang mengikat
debu make up yang melekat pada kulit. Kemampuan membersihkan
krim , lotio berhubungan dengan kandungan minyak mineral .
Minyak mineral mempunyai keuntungan bila tertingggal cukup lama
dikulit. Dapat dihilangkan secara mekanik dengan menggunakan
tissue ( Balsam I : 7 ).
- Pada dasarnya meskipun semua range pada minyak mineral
digunakan dalam krim kosmetik kebanyakan cocok untuk krem
pembersih dengan dasar viskositas yang rendah dan sedang.
Viskositas yang tinggi menghasilkan lapisan yang tidak mudah
mengalir pada kulit ( Balsam, I : 7 )
Cetil alcohol ( emollient )
- Cetil alcohol dalam bagian kira-kira 1 % bereaksi sebagai emollient
dan penstabil emulsi . Harus diperhatikan untuk tidak menggunakan
terlalu banyak karena krim akan berkurang / hilang kerapatannya.
- Emollient digunakan untuk mencegah kekeringan pada permukaan
kulit yang melindungi kulit ( Balsam I : 27 ).
- Dalam lotio, krem dan salep digunkan Cetil alcohol sebagai emolient,
penyerap air, dan bahan pengemulsi. Penembahan cetil alcohol
membantu kestabilan memperbaiki jaringan dan meningkatkan
konsisitensi sifat emollient diberikan oleh cetil alcohol yang diabsorsi
dan dikembalikan oleh epidermis yang melembutkan kulit seperti
beludru ( exp : 65 ).
- Minyak emollient meliputi cairan hidrokarbon, silicon, dan minyak
tumbuhan dan hewan ester alkil. ( Balsam I : 7 )
- Digunakan dalam formula larut air dan minyak, jika dicampur dengan
minyak nabati yang sesuai dengan paraffin yang lembut ,
memberikan krim emollient yang dapat berpenetrasi pada kulit, dapat
mengabsorsi 30 % air
( MD 31 th : 1411).
- Konsentrasi : 2-5 % ( Keitler : 300 )
Bagian lanolin umumnya digunakan dalam krim dan lotio, hampir
kurang lebih 75 %. Alasan penambahan ini adalah sifat lengket yang
diberikan pada produksi akhir jika konsentrasi terlalu tinggi
( Balsam : 182 ).
Asam stearat
- Gliseril monostearat, alcohol lemak, dan asam stearat disintesi dari
tumbuhan yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan
emulsi ( Balsam : 120 )
Digunakan sebagai lubrikan pada tablet atau kapsul, bahan pengemulsi
dan bahan Solubilisasi.
- Bahan pengental lipofilik : penstabil untuk O /w lotio dan salep
membentuk
emulsi yang nyata ketika bereaksi dengan alkali ( RPS 18 th : 350 )
Gliserin (humektan)
- Bahan humektan, pelarut, lubrikan, emollient, dan pengawet ( exp :
123 )
- Konsentrasi emollient : Humektan sampai 30 % ( exp : 123 )
- Humektan berfungsi sebagai krim tangan dan lotio . zat ini juga adalah
penyalut yang bagus dan kadar akhir lotio dalam humektan
ditentukan oleh jumlah dan tipe padatan ysng prlu disalut. Kriam atau
lotio yang ssalut akan deigunakan dengan baik dan seragam. Dan
gejala caking dapat dicegah. Kemampuan humektan untuk
melepaskan air . Pelahan-lahan paling bagus dikombinasikan selama
proses penggunaan krim pada tangan . Hilangnya air perlahan-lahan.
Paling bagus dimungkinkan selama proses penggunaan krim pada
tangan . hilangnya air perlahan-lahan dari emulsi memungkinknan
inversi yang halus sehingga mencegah emulsi dan rasa berair yang
tidak diinginkan
(Balsam I :199)
Trietanolamin (TEA)
- Digunakan sebagai bahan pengemulsi dan bahan pelarut ( exp : 334 )
- TEA membentuk sabun dengan asam lemak bebas, sabun
mempunyai sifat berharga sebagai detergen dan pengemulsi.
Bersifat netral ( pH sekitar 8 ) dan seharusnya bebas efek infeksi
terhadap kulit .
- Sabun membentuk emulsi stabil dari kebanyakan minyak lemak atau
untuk penggunaan luar ( exp : 335 )
- Konsentrasi yang umum digunakan dalam emulsi : 2-4 %,
trietanolamin dan
2-5 kali banyaknya dari minyak lemak ( exp : 335 )
- TEA stearat dalam praktek umumnya dibentuk melalui proses
emulsifikasi dengan menggunakan kesetaraan baku dari TEA dan
asam staerat kira-kira 2 bagian ( asam stearat digunakan untuk 2
bagiab TEA ) Asam stearat ditambahkan dengan minyak danTEA
dengan air ( Balsam I : 21 )
- PH TEA : 8 ( MD 29 th : 49 )
Konsentrasi TEA stearat sekitar 2-10 % ditambahkan pada emulsi
( Amphar : 255 )
Kombinasi TEA dengan asam lemak bebas membentuk massa yang
netral dan membentuk emulsi a/ m yang stabil dalam penggunaan
secara luas
( Scov : 372 )
Metil Paraben dan Propil Paraben (pengawet)
- Kombinasi pengawet sering dilakukan karena kombinsi tersebut
meningkatkan efektifitas kerja pengawet, baik dengan penambahan
spetrum aktifitas atau beberapa sifat sinergis ( Lach : 622 ).
- Seringkali kombinasi dari 2 ester asam N- hidroksi benzoat digunakan
untuk mencapai efek antimikroba yng dikehendaki. Sebagai
contoh : asam metil dan propil hidroksi bnezoat sering digunakan
dengan perbandingan 10 : 1 penggunaaan lebih dari 1 ester
memungkinkan konsentrasi pengawet total lebih tinggi karena
masing-masing berefek antimikroba .
- Pengwet metil paraben dan propil paeraben paling terkenal karena
melawan bakteri khamir dan jamur. . kombinasi 0,2 % propil
poarabwen sebagai kombinasi ( Presc : 225 )
- Kombinasi 0,02 % propil paraben dengan 0,2 % metip paraben
( DOM :518)
- Metil parabenb digunakan sebagai antiseptik dan pengawet yang
digunakan dalam sediaan farmasi dalam konsentrasi bervariasi
( 0,05 – 0,25 % ) , juga digunakan dalm sediaan kosmetik yang
mengandung lemak tumbuhan dan hewan serta minyak yang muda
terurai.
Span 80
- Digunakan sebagai bahan pengemulsi dan atau bahan
pensolubilisasi
( exp : 281 )
- Span merupakan bahan suspensi nonionic ( exp :281 )
- Pengemulsi ini umumnya menghasilkan tipe emulsi w/o karena sifat
yang lebih besar pada bagian hidrofobik ( DOM : 527 )
- Tween 80 digunakan sendiri dalam emulsi A/M 1-15 % ( exp : 327 )
- Tween 80 : Pengendapan dapat terjadi dengan beberapa bahan
khususnya fenol, tannin, tar dan senyawa seperti tar ( exp : 27 )
Tokoferol (antioksidan)
- Digunakan sebagai antioksi dan ( lach: 1068 )
- Antioksidan bias digunakan pada konsentrasi yang berkisar darin
0,001 %- 0,1 % (lachman : 1066 )
- Pada antioksidan, minyak tidak jernih seperti minyak nabati,
menimbulkan ketengikan dengan bau dan rasa yang tidak
menyenankan ( lach : 1067 ).
Rose Oil (pengaroma)
- Pemilihan farfum untuk kream dan lutio tangan berdasarkan nilai
estetika
( balsam : 208 )
- Bahan pengaroma ditambahkan untuk memperbaiki penerimaan
( Parrot : 365 )
- Konsentrasi farfum 0,25 %- 0,5 % ( Lachman I I : 16 )
- Incomp dengan larutan berair pada pH dibawah 4 ( exp : 81).
Na-CMC (pengental)
- Bahan pengental hidrofilik dan penstabil untuk emulsi tipe O/W
( RPS 18 th : 302)
- Bahan penambah kekentalan atau bahan pensuspensi
- Konsentrasi sebagai bahan pengemulsi 0,25 % - 10 % ( exp : 48 )
- Dalam larutan berair menunjukkan aliran yang resisten terhadap
komposisi
Bakteri danmenghsilkan viskositas yang seragam dalam range
standar (Balsam I : 72 ).
V. Uraian bahan
1. Cetyl alcohol
Nama resmi : Cetyl alcohol
Nama lain : Cetanol
RM : CH3(CH2) 14 CH2)H
Pemerian : Serpihan putih, granul berwarna redup, rasa
yang lemah seperti rasa lilin dari lemak alcohol
Kelerutan : Tidak larut dalam air, larut dalam alcohol,
kloroform,
Dan eter
Penyimpanan : Dalam wadah terutup baik
Kegunaan : Memberiksn tekstur yang lembut bagi kulit.
2. Natrium CMC
Nama resmi : Natrium Carboksimetil celulosa
Nama lain : Carboksi metil selulosa sodium
RM : ( (C6H7O2(OH)3-x(OCH2-COONa)x )n
BM : 90.000-700.000
Pemerian : Putih atau kuning, tidak berbau, granul atau
serbuk yang higroskopis
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat
Kegunaaan : Pengental
3. Lanolin anhidrat
Nama resmi : Adeps lannae
Nama lain : Lanolin anhidrat
Pemerian : Bahan berwarna pitih kekuningan menyerupai
salep, rapuh, bau khas.
Kelarurtan : Praktis tidak larut dalam air, larut sebagian
dalam alcohol
Titik leleh : 38-44 o C
Kegunaan : Sebagai emollient
4. Air
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquadest
RM/ BM : H20 / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
5. Gliserin
Nama resmi : Glycerin
Nama lain : Gliserin, gliserol
RM/BM : C3H9O3 / 92,09
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, , tidak berwarna, tidak
berbau, higroskopis, membentuk massa hablur
pada penyimpanan lama, rasa manis
Kelarurtan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,
tidak larut dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai humektan
Stabilitas : Gliserin mudah terurai dengan pemanasan
6. Metyl paraben
Nama resmi : Metylis pharabenum
Sinonim : Metil paraben
RM/BM : C8 H18 O3 / 76,09
Pemerian : Serbuk hablur tidak berwarna , tidak berbau dan
sedikit rasa seperti terbakar
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam brnzen dan
kloroform, mudah larut dalam Etanol dan eter
Kegunaan : Sebagai pengawet
Penyimpanan : dalam wadah terturup baik
Incomp : Metil paeraben menjadi tidak nberwarna dengan
adanya besi dan Dihidrolisis oleh basa lemah dan
asam kuat ( exp : 185 )
Kestabilan : Metil paraben disimpan dalam wadah , larutan
berair pada pH 3-6, dapat disterilkan pada 120 o C
selama 20 menit mengubah posisinya
V. Perhitungan bahan
Dibuat 100 ml dilebihkan 10 % = 110 ml
Liquid paraffin = 50 % x 110 ml = 55 g
Cetyl zlkohol = 1 % x 110 ml = 1,1 g
Lanolin anhydrat = 3 % x 110 ml = 3,6 g
Propilen glikol = 10 % x 110 ml = 11 g
Tween 40 = 49,8 % x 110 ml = 2,7 g
Span 40 = 30,2 % x 110 ml = 2,8 g
Na- CMC = 1 % x 110 ml = 1,1 g
Metil paraben = 0,9 % x 110 ml = 0,99 g
Propil paraben = 0,09 % x 110 ml = 0,099 g
Tokoferol = 0,1 % x 110 ml = 0,1 g
Rose oil = 0,5 % x 110 ml = 0,55 ml
Eritrosin = 0,0005 % x 110 ml = 0,55 mg
Air = 100 % - ( 50 % + 1 % + 3 % + 10 % + 5 % + 1 % +
0,3 %
+ 0,09 % + 0,1 % + 0,5 % + 0,0005 % )
= 28,41 g
Perhitungan pengenceran
- Propil paraben
22 mg x 15 = 330 mg
330 mg 15 ml ( parafinn cair )
1 g ( 22 mg ) = 0,22 g
- Eritrosin
( 0,55 mg x 30 = 16,5 g )
165 mg 10 g air
1 g 30 g air
1 g ( 2,55 mg )
VI. CARA KERJA
Dibuat pemisahan bahan fase air dan minyak :
A. fase air
- Propilenglikol
- Ween 40
- Na- CMC
- Metil paraben
- Air suling
B. bahan fase minyak
- Liquit parafin
- Cetyl alcohol ( 40 –50 o C )
- Span 40
- Propil paraben ( 95 – 98 o C )
- Tokoferol
- Eritrosin
CARA KERJA
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Ditimbang bahan sesui perhitungan
3. Dibuat pengenceran eritrosin dengan cara ditimbang 165
mg lalu dilarutkan dalam 100 mg air lalu diambil 1 ml,larutkan dan
addkan sampai 30 g air lalu ambil 1 g
4. Dilarutkan bahan dan pengemulsi larut minyak dalam
minyak :
Cetyl alcohol dilebur pada suhu 70 o C + Lanolin anhidrat + liquid
parafin + lalu tambahkan span 40 . propil paraben dan alfa
tokoferol panaskan pada suhu sampai suhu 70 o C.
5. Dilarutkan bahan –bahan larut air dalam sejumlah air yang cukup,
panaskan air hingga suhu 70 o C, dispersikan Na CMC dalam
27,41 mg air + metil paraben + tween 40 + propilenglikol +
eritrosin.
6. Setelah mencapai 70 o C tambahkan fase internal ( fase minyak
no. 4 ) ke dalam fase air dengan pengadukan menggunakan mixer
secara intermiten
Shakin ( 2 menit istirahat 20 detik ), lalu ditambahkan minyak
mawar
7. Dimasukkan dalam wadah diberi brosur dan etiket
Formula II
I. Formula Asli (Shampo)
Na lauril sulfat q.s
Pengopak as required
Other additives for shampoo as required
Pure water to make 100 ml
II. Formula yang disetujui
Tiap 100 ml mengandung:
Na lauril sulfat 30%
Trietanolamin 3%
Asam sterat 6%
Cetyl alkohol 1%
Propil gallat 0,1%
Na-EDTA 0,1%
Metil paraben 0,2%
Propil paraben 0,02%
Jasmin oil 0,5%
PEG 400 distearat 2%
Mg stearat 1%
Pure water ad 100 ml
III. Master Formula
Nama produk : SARI’S ®Shampo
Jumlah produk : 1 botol @100 ml
No. Registrasi : Depkes RI No. POM CD 06020004150
No. Batch : CD 160304
Produksi : SARI’S® Shampo
Pharmacy-2k
MKS-INA
Kode bahan
Tgl.formula
16 Maret 03
Tgl. produk
16 Maret 04
Dibuat oleh
Pharmacy 2k
Disetujui
oleh
Asisten
Nama bahan kegunaan Perbatch perdosis
NAL-01
TEA-02
AST-03
CAL-04
PGT-05
NET-06
MPN-07
PPN-08
JML-09
P4D-10
MgS-11
ARS-12
Na lauril sulfat
Trietanolamin
Asam sterat
Cetyl alkohol
Propil gallat
Na-EDTA
Metil paraben
Propil paraben
Jasmin oil
PEG400distearat
Mg stearat
Air suling
Pembersih
Emulgator
Emulgator
Penstabil
Antioksidan
Sequestrant
Pengawet
Pengawet
Pengaroma
Pengopak
Pengopak
Pelarut
30%
3%
6%
1%
0,1%
0,1%
0,2%
0,02
%
0,5%
2%
1%
ad 100
ml
IV. DASAR FORMULASI
Alasan pemilihan shampoo krim
o Shampo bentuk ini adalah bentuk yang khusus dari kelas
“kosmetik”, karena masyarakat berharap shampoo ini menjadi
sangat lembut dalam aksinya pada rambut (Mod. Cosmet;378)
o Shampo krim dipertimbangkan karena kesalahan estetis yang
serius jika shampoo cair mulai berkabut setelah penyimpanan
yang lama serta pendinginan yang kuat(Jellineck;254)
o Shampoo krim mempunyai keuntungan lain, konsistensi baru
dapat dicapai, viskositas dari shampoo cair jernih berkisar dari
cairan seperti air sampai sirup kental, sedangkan shampoo krim
cair /padat dapat diatur sehingga tidak mengalir atau tidak terlalu
kental tetapi dapat dengan mudahnya cepat tercampur dengan air
(Jellineck;254)
o Shampo krim umumnya lebih mahal untuk diproduksi karena itu
harganya lebih mahal dari sediaan cair. Shampo krim juga
mengandung bahan pengopak (Jellineck;254)
Na Lauril Sulfat
o Deterjen sintetik secara normal diklasifikasikan berdasarkan
kealamiahan gugus hidrofiliknya, adalah anionic yang paling luas
digunakan. Bagian hidrofilik dari surfaktan anionic membawa
muatan negatif dalam larutan. Deterjen umumnya lebih bagus
daripada kelas lain dalam hal pembusaan, pembersihan, dan hasil
akhir (BalsamII;88)
o Asam laurat sebagai contoh sabun yang kehilangan aktivitasnya
dalam air sadah. Akan tetapi, dengan mereduksi asam laurat
menjadi lauril alkohol dan selanjutnya tersulfat. Mengandung Na
lauril sulfat deterjen yang paling unggul dalam bahan shampoo,
secara lengkap efektif dengan air sadah. Banyak shampoo
tergantung popularitasnya pada kondisi alkil sulfat, mudah diberi
parfum, bebas dari ketengikan/mudah dibilas dari rambut yang
membantu penjualannya di pasaran shampoo (Balsam II;89-90)
o Kebanyakan deterjen sintetik untuk shampoo yang paling sering
digunakan adalah garam alkil sulfat terutama Na dan TEA lauril
sulfat. Mudah dibuat, ekonomis, memiliki aksi deterjen yang kuat
dan berbusa pada bagus pada air sadah. Bahan ini memiliki
kelarutan yang baik dalam air yang menghasilkan aksi pada
rambut dan membantu pembilasan. Na lauril sulfat paling sering
digunakan pada deterjen sintetik. Kekurangan yang paling penting
dari Na lauril sulfat adalah efek menghilangkan minyak dan
cenderung mengabsorbsi pada batang rambut yang membuat
rambut terasa kering dan kaku. Efek ini bagaimanapun dapat
dikurangi dengan bahan tambahan yang cocok (Jellineck;243)
o Konsentrasi Na Lauril sulfat –deterjen dalam shampoo pengobatan
9-45% (Exp;272)
o Konsentrasi Na lauril sulfat –shampo krim cair 50% & 49% dalam
contoh formula (Keithler;201)
o Konsentrasi Na lauril Sulfat 10% dalam contoh formula (Mod.
Cosmet;303)
o Deterjen yang paling umum digunakan pada shampoo krim adalah
Na lauril sulfat pada bentuk yang sangat berat pada aturan umum
shampoo yang dibuat dengan Na lauril sulfat kadang-kadang
mengandung 40% pasta dan paling umum hingga 50%
(Keithler;195)
Trietanolamin & Asam stearat (TEA Stearat)
o TEA membentuk sabun dengan asam lemak bebas. Sabun ini
mempunyai sifat sebagai deterjen dan emulsi sabun ini TEA dengan
asam lemak bebas adalah netral (pH kira-kira 8,0) dan kemudian
membentuk efek iritasi pada kulit. Sabun membentuk emulsi yang
sangat stabil dari kebanyakan minyak,lemak atau lilin untuk
pengunaan luar. Konsentrasi biasanya digunakan untuk pengemulsi
2-5% dari TEA dan 2-5 kali banyaknya asam lemak. Sediaan dibuat
dengan sabun TEA cenderung menjadi gelap pada penyimpanan.
Hindari dari cahaya dan kontak dengan logam dapat menghilangkan
warna (EXP;335)
o Banyak shampoo didasarkan pada kombinasi sabun dan deterjen
sintetik. Kerugian dalam air sadah dari shampoo dapat diatasi dan
sifat kosmetik yang dihasilkan dari shampoo yang dimodifikasi
dengan kombinasi (Balsam II;97)
o Saat TEA direaksikan dengan asam stearat, sabun yang dibentuk
akan bertindak sebagai emulgator o/w yang sangat baik (Presc;220)
o TEA stearat umumnya dalam praktek dibentuk selama proses
emulsifikasi dengan menggunakan kesetaraan halus dari TEA dan
asam stearat kira-kira 2 bagian asam asam stearat digunakan untuk
1 bagian TEA (Balsam I;21)
o Asam stearat ditambahkan dengan minyak dan TEA dengan air
(Balsam I;21)
Cetyl alkohol
o Kekurangan yang paling penting dari Na lauril sulfat adalah efek
menghilangkan minyak dan cenderung mengabsorbsi pada batang
rambut yang membuat rambut terasa kering dan kaku. Efek ini
bagaimanapun dapat dikurangi dengan bahan tambahan yang
cocok (Jellineck;243)
o Emolien adalah bahan yang digunakan untuk mencegah kekeringan
permukaan sama baiknya untuk perlindungan bagi kulit (Balsam
I;27)
o Cetil alkohol kadang-kadang ditambahkan p[ada shampoo krim,
mempunyai kecenderungan untuk penstabil busa dan mungkin
untuk memperlama busa. Cetil alkohol mungkin ditemukan
mempunyai kecenderungan untuk mengurangi efek kekeringan dari
shampoo alkaline kuat (keithler;198)
o Cetil alkohol dalam bagian kira-kira 1% sebagai emolien dan
penstabil (Balsam I;8)
o Konsentrasi cetyl alkohol sebagai emolien 2-5% (EXP;65)
Antioksidan (Propil Gallat) & Sequestrant (Na-EDTA)
o Penyebab ketengikan: Secara kimia, ketengikan adalah degradasai
dari asam lemak dengan BM tinggi dengan oksidasi secara umum
dihasilkan dengan oksigen atmosfir (Jellineck;125)
o Mekanisme ketengikan: mekanisme dari efek ini dapat dijelaskan
mengapa antioksidan dibutuhkan untuk mencegah oksidasi dari
campuran lemak. Secara teoritis kasus oksidasi dari semua asam
lemak tak jenuh dalam campuran lemak akan terjadi dalam molekul
suatu rantai dari antioksidan yang akan cukup untuk memutuskan
rantai (Jellineck;127)
o Reaksi oksidasi dapat dihambat dengan bahan berikut
(Kenneth;39):
(1) Bahan pengkhelat untuk ion logam darireaksi oksidasi molekul
besar,
(2) Bahan pereduksi adalah substansi yang dapat mengurangi
oksidasi obat,
(3) Bahan pencegah oksidasi adalah bahan yang lebih cepat
dioksidasi dari bahan yang dilindunginya
(4) Rantai terminator adalah bahan yang mungkin bereaksi dengan
radikal dalam larutan untuk mengurangi spesies baru, radikal
rantai terminal, yang tidak masuk kembali dalam siklus
propagasi radikal . radikal baru mungkin stabil secara intrinsic
atau dimerisasi membentuk membentuk molekul yang stabil.
o Kadang-kadang dibutuhkan untuk melindungi shampoo dengan
penambahan penstabil yang mana adalah antioksidan,
sunscreen, bahan pensuspensi dan bahan penontrol pH (Balsam
II;101)
o Keamanan BHT : Toleransi local dan sistemik; bahan padat agak
mengiritasi kulit atau mata jika tidak dihilangkan dengan cepat.
Pada hewan dosis toksik akut dari BHT meningkatkan salvias,
miosis sedang, kegelisahan, hiper reaksi, keadaan tidak tenang,
meningkatkan urinasi, tremor, paralysis. Kontak sensitisasi alergi
dari BHT telah dilaporkan (Exp;22)
o BHA/BHT dapat mengiritasi kulit mata dan membran mukosa dan
dapat menyebabkan depigmentasi. Hasil dari reaksi
hipersensitivasi lambat (tipe IV) dan reaksi kulit nonimunogenik
berpengaruh pada darah. Hasil dari methaemoglobineamia
berhubungan dengan antioksidan (BHA/BHT dan propil gallat)
digunakan untuk pengawet minyak dalam makanan bayi (MD
32th;1104-1105)
o Ester gallat adalah satu kelas antioksidan yang paling penting.
Ester propil adalah hanya satu zat yang diizinkan dalam industri
makanan pada kebanyakan negara-negara (Belanda
membiarkan penggunaan ester oktil dan dodekil) tetapi metil, etil,
propil, oktil dan dodecyl gallat umumnya digunakan dalam
kosmetik. Asam gallat sendiri adalah antioksidan yang paling
kuat, tetapi cenderung menjadi biru dengan adanya besi (Mod.
Cosmet;618)
o Konsentrasi propil gallat umumnya dikatakan pada tingkat 0,01-
0,1% (Mod. Cosmet;620)
o Alkil ester dari asam gallat (3,4,5-asam trihidroksibenzoat)
mempunyai sifat antioksidan dan juga digunakan sebagai
pengawet dalam farmasetik. Alkil gallat juga digunakan sebagai
antioksidan dalam makanan dan berguna dalam mengubah
keburukan dan ketengikan dari lemak dan minyak.
Penggunaannya pada konsentrasi 0,01-0,1% (Mod. Cosmet;620)
o Untuk meningkatkan penerimaan dan kemanjuran, alkil gallat
sering digunakan dalam kombinasi dengan antioksidan lain
seperti BHA atau BHT dan dengan sequestrant dan
sinergisseperti asam sitrat (MD 32th;1101)
o Penambahan sequestrant seperti asam sitrat, Versene 100, atau
Nullapon (yaitu garam dari EDTA) mencegah pembentukan
sabun kapur, disediakan dengan bagian sampai 1% digunakan
(Balsam II;93)
o Na-EDTA; Antioksidan sinergis –Edetat telah digunakan sebagai
sequester untuk ion logam, khususnya Cu, Fe dan Mn, yang
dapat digunakan untuk mengkatalisis reaksi autooksidasi.
Digunakan baik sendiri dan dalam kombinasi dengan antioksidan
sebenarnya, range konsentrasi 0,005-0,1% telah digunakan
(EXP;110)
o PH dari Na-EDTA 6,5-8,0
o Kelarutan : 1 dalam 11 bagian air, agak larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam kloroform dan eter P.
Metil paraben & Propil paraben
o Kombinasi pengawet sering digunakan karena hal tersebut
berarti meningkatkan efektivitas kerja pengawetbaik dengan
penambahan spectrum aktivitas atau dengan beberapa sifat
sinergis (Lachman;522)
o Seringkali kombinasi dari dua atau lebih ester asam
parahidrokisbenzoat digunakan untuk mencapai efek
antimikroba yang dikehendaki sebagai contoh asam metil dan
propil hidroksibenzoat seringkali digunakan bersama dalam
perbandingan 10:1. Penggunaan lebih dari 1 ester
memungkinkan konsentrasi pengawet total lebih tinggi karena
kelarutan bebas masing-masing bertindak memperkuat efek
antimikroba (Lachman;962)
o Pengawet metil paraben dan propil paraben paling terkenal
karena melawan bakteri, khamir dan jamur, kombinasi 0,2%
metil paraben dan 0,02% propil paraben sebagai pilihan
kombinasi (Presc;275)
o Alasan penggunaan pengawet: Emulsi seringkali mengandung
bahan seperti karbohidrat, protein, dan fosfatida dan semua
bahan yang menunjang pertumbuhan berbagai mikroorganisme
dengan adanya salah satu bahan yang disebutkan berikut.
Adanya suatu campuran lemak dan air yang bersentuhan
seringkali memungkinkan mikroorganisme meneta, karena itu
penggunaan pengawet merupakan hal yang perlu dalam proses
pemisahan (Lachman;530)
o Suibstrat yang mudah ditumbuhi mikroba dalam kosmetik
(Balsam II;349):
(1) Karbohidrat dan glikosida; gom alam, mucilage, pectin,
pati
(2) Alkohol, gliserol, manitol, dan lemak alkohol
(3) Asam lemak dan ester-esternya, lemak hewan, dan
tumbuhan, minyak dan lilin
(4) Steroid, kolesterol, lanolin
(5) Protein, pepton, asam amino
(6) Vitamin
PEG 400 distearat & Mg Stearat
o PEG 400 distearat sebagai pengopak bersama dengan logam Mg
stearat (Mod. Cosmet;380)
o Pengopak biasanya ditambahkan untuk mengubah shampoo,
“kosmetik” tipe cair jernih ke dalam shampoo krim cair adalah
stearat non ionic, seperti propilenglikol stearat, polietilenglikol 400
distearat atau dietilenglikol stearat, bersama dengan logam stearat
yang tidak larut, seerti Mg, Zn, atau Cu stearat; penambahan yang
terakhir ini karena ester glikol cenderung larut kembali dalam
shampoo pada suhu yang panas (Mod. Cosmet:378)
o Fungsi pengopak
(1) Pengaruh pengopak ketika konsentrasi dikontrol secara
hati-hati jadi sebagai saltiong out surfaktan tanpa
menyebabkan gelatin atau pemisahan (Balsam II;98)
(2) Pengopak ditambahkan untuk memberikan penampakan
warna seperti susu pada shampoo (Keithler;96)
Jasmin Oil
o Bahan pengaroma ditambahkan untuk memperbaiki penerimaan
(parrot;365)
o Digunakan sebagai parfum, juga sebagai bahan tambahan dalam
salep dan kosmetik (RPS 18th;1298)
o Semua shampoo mempunyai parfum dan warna untuk
meyakinkan kosmetik untuk diterima dan mengandungn bahan
tambahan seperti pewarna dan pigmen penerang untuk
memperbaiki penampakan kosmetik (Balsam II;101)
o Konsentrasi parfum 0,25-0,5% (Balsam II;16)
V. Uraian Bahan
1. Natrium lauril Sulfat (RPS 18th;1307, FI III;713)
Nama resmi : Sodium lauryl sulfate
Nama lain : Sulfonic acid menodecyl ester sodium
RM/BM : C12H25OSO3Na
Pemerian : kristal putih atau kuning muda, memiliki bau yang
khas,
bongkahan hablur; putih
Kelarutan : 1 g dalam 10 ml air, membentuk suatu larutan yang
sangat
mudah larut dalam air, membentuk larutan
berkabut, larut
dalam etanol (95%) P
Incomp : Bereaksi dengan bahan aktif permukaan kationik
dengan kehilangan aktivitas, dengan konsentrasi
yang terlalu rendah menyebabkan pengendapan.
Tidak seperti sabun, Na lauril sulfat bersifat
kompatibel dengan larutan asam dan ion natrium dan
Mg.
Kegunaan : Sebagai pembersih (deterjen sintetik anionic)
2.Asam stearat (FI III;57, EXP;298)
Nama resmi : Acidum stearicum
Nama lain : asam stearat
RM/BM : C18H36O2/284,47
Pemerian : Cairan kental, kekuningan sampai coklat muda , bau
dan rasa khas
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol
(95%) P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam eter
minyak tanah
Kestabilan : Stabil dalam bentuk murni, mengandung hidroksi
tanena terbutilasi (0,005%) sebagai antioksidan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh,terlindung
dari cahaya
Incomp : Incomp kebanyakan dengan metil hidroksida
TL : 69 – 70o C
3. Cetyl alkohol (Exp;63, RPS 18th;1312)
Nama resmi : Cetyl alkohol
Nama lain : Cetanon, palmytil alkohol
RM/BM : CH3(CH2)14CH2OH
Pemerian : Serpihan putih, granul, kubus, atau berwarna redup,
bau khas dan rasa yang lunak, mempunyai rasa
seperti lilin, terdiri dari lemak alkohol
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, kloroform,
eter dan minyak nabati
Kestabilan : Stabil dalam kehadiran asam atau alkali, cahaya dan
udara dan tidak menajdi tengik
Penyimpanan : dalam wadah yang tertutup baik
Incomp : Tidak ada literature yang menyebutkan
Kegunaan : Sebagai penstabil dan emolien
4. Trietanolamin (FI III;612, EXP;334)
Nama resmi : Trietanolamin
Nama lain : Trihidroksietilamin, TEA
RM/BM : (CHO-CH2CH3)3 = N/ 149,19
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna atau kuning
lemah, dan bau seperti amonia
Kelarutan : Bercampur dengan air, methanol, aseton
TL : 21,2oC
Kestabilan : Akan berwarna jika ada absorbsi dari O2 tidak
masalah jika ditangani secara normal
Incomp : Akan bereaksi dengan asam untuk membentuk garam
dan esterTEA bereaksi dengan tembaga untuk
membentuk garam yang kompleks. Perubahan
warna terjadi jika ada logam berat
Kegunaan : Sebagai emulgator 2-4%
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
dan suhu tidak lebih dari 50oC
5. Metil paraben ( EXP;284, FI III;378)
Nama resmi : Methylis parabenum
Nama lain : Nipagin
RM/BM : C8H8O3/152,15
Rumus bangun : COOCH3
OH
Pemerian : Serbuk hablur halus putih; hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air , dalam 20 bagian air
mendidih. Dalam 3,5 ml etanol (95%) P dan dalam 3
bagain aseton P, mudah larut dalam eter P dan
dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 600
bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas
Kestabilan : Metil paraben harus disimpan dalam tempat yang
tertutup baik . Larutan berair pada pH 5-6 disterilkan
pada 120oC selama 20 menit tanpa penguraian
larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%
penguraian) selama hampir 4 tahun pada suhu
kamar
Incomp : Bahan antimikroba dari bahan metil paraben
dikurangi dengan adanya surfaktan non ionic.
Kegunaan : Sebagai pengawet
6. Propil paraben (Exp;244, FI III;535)
Nama resmi : Propylis parabenum
Nama lain : Nipasol
RM/BM : C10H12O3/180,21
Rumus bangun : COOC3H7
OH
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%) P, dan 3 bagian aseton P, dalam 140
bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak,
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
Kestabilan : Larutan berair pada pH 3-6 dapat disterilkan pada 20
menit tanpa penguraian
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pengawet
7. Propil gallat (MI;1017)
Nama resmi : Propyl gallate
Nama lain : Gallat acid propil ester
TL : 150o
Kelarutan : dalam air 25o = 0,35 g/100 ml; alkohol =103
g/100g; eter= 83 g/100g; minyak cottoseed =
1,23 g/100 g
Pemerian : Kristal, gelap dengan kehadiran besi dan
garam besi
Kegunaan : antioksidan untuk makanan, lemak, minyak,
dan eter, emulsi, lilin, dan minyak transformer
8. PEG 400 distearat (RPS 18th;1314)
Nama resmi : Polietilenglicolum-400
Nama lain : Makrogol-400
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis
tidak berwarna, bau khas lemah, agak
higroskopik
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%)P,
dalamaseton, dan glikol lain dan dalam
hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam
eter P dan dalam hidroksrbon alifatik
Kegunaan : Sebagai pengopak
9. EDTA (FI III)
Nama resmi : Dinatrium etilendiaminatertraasetat dihidrat
Nama lain : Dinatrium Edetat
RM/BM : C10H14N2Na2O8.2H2O/372,24
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau, rasa agak
asam
Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air, sukar larut dalam
etanol (95%)P, praktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam eter P
Kegunaan : Sebagai titran
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
10.Air suling (6)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,m tidak berbau,
Tidak mempunyai rasa
VI. Perhitungan Bahan
Shampo dibuat 100 ml + 10 % = 110 ml
1. Na lauril sulfat = 30% x 110 ml = 33 g
2. Trietanolamin = 3% x 110 ml = 3,3 g
3. Asam sterat = 6% x 110 ml = 6,6 g
4. Cetyl alkohol = 1% x 110 ml = 1,1 g
5. Propil gallat = 0,1% x 110 ml = 0,11 g
6. Na-EDTA = 0,1% x 110 ml = 0,11 g
7. Metil paraben = 0,2% x 110 ml = 0,22 g
8. Propil paraben = 0,02% x 110 ml = 0,022 g
9. Jasmin oil = 0,5% x 110 ml = 0,55 g
10. PEG 400 distearat = 2% x 110 ml = 2,2 g
11. Mg stearat = 1% x 110 ml = 1,1 g
12. Pure water = 66,08%x 110 ml = 72,69 g
Perhitungan pengenceran
Untuk propil paraben
22 mg x 160 mg = 70,4 mg = 70 mg 50 mg
Ditimbang propil paraben 50 mg di adkan hingga 160 mg dengan
Mg stearat lalu digerus kemudian diambil 70 mg. Jadi: Mg
stearat yang digunakan untuk pengenceran: 70 mg – 22 mg = 48
mg
VII.Cara kerja
Fase air Fase minyak
Metil paraben
Na lauriul sulfat
Trietanolamin
Na-EDTA
Asam stearat (54o)
Cetyl alkohol (45-50o)
PEG 400 distearat
Mg stearat
Propil paraben danPropil gallat
1. Alat dan bahan disiapkan
2. bahan ditimbang sesuai perhitungan
3. Fase minyak dibuat dengan cara melebur: PEG
400 distearat + Mg stearat + cetyl alkohol + asam stearat
hingga suhu 70oC lalu + Hp Propil paraben + propil gallat
4. Fase air dibuat dengan cara melarutkan metil
paraben + Na-EDTA dalam air suling 70oC kemudian
ditambahkan Na lauril sulfat, + TEA diaduk hingga homogen
5. Fase minyak dituang ke dalm fase air lalu
dimixer dengan intermittten shaking (dimixer selama 1 menit
istirahat selama 20 detk) dilakukan sebanyak 5 X
6. Ditambahkan pengaroma jasmine oil pada suhu
450, aduk ad homogen
7. Dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket