Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan...
-
Upload
doannguyet -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan...
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 80
berpengaruh pada surface tension juga menjadi limitasi terjadi pembentukan gas
lanjutan.
Gambar IV. 18 Penampang melintang produk, yang memperlihatkan sel porositas yang
mengalami penggabugan dan pecahnya sel (cell rupture)
Lubang dan Sobekan Dalam beberapa produk aluminium terdapat adanya lubang dan sobekan yang terlalu
besar bila dibandingkan dengan porositas yang lain. Terlihat dalam gambar..., cacat
ini terjadi saat proses pembuatan, dan bukan dipengaruhi oleh faktor-faktor stabilitas
sel yang telah dijelaskan sebelumnya. Penyebab cacat lubang atau sobekan adalah
karena terbentuknya lipatan aluminium saat pengadukan aluminium cair. Diperkirakan
pada lipatan tersebut foaming agent berkumpul terlalu banyak. Oleh karena itu, saat
terjadi dekomposisi foaming agent, maka yang terbentuk pada daerah tersebut adalah
semacam lubang yang berukuran besar.
Gambar IV. 19 Produk aluminium foam yang mengalami cacat produk lubang atau sobekan
Cacat lubang atau sobekan
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 81
Untuk menghindari terjadi cacat ini tentunya perlu diperhitungkan kembali geometri
pengaduk yang paling tepat sehingga dapat mendispersikan foaming agent secara
merata tanpa menyebabkan terjadinya lipatan aluminium cair.
IV.4 Analisa Proses Foaming dengan Kalsium Karbonat Pada proses foaming dengan menggunakan foaming agent CaCO3, pembentukan gas
CO2 melalui reaksi : 3( ) ( ) 2( )s s gCaCO CaO CO→ + , ternyata tidak terjadi saat proses
berlangsung. Hal ini dikarenakan secara termodinamika tidak terjadi reaksi (ΔG<0)
saat temperatur prosesnya T<9000C. Selain itu, saat tekanan parsial CO2 meningkat,
kondisi ini akan menghambat proses dekomposisi berlangsung. Maka dari itu,
diperlukan reaksi lain yang berlangsung saat proses foaming pada temperatur
T<9000C dilakukan. Agar dekomposisi termal dapat berlangsung secara
berkelanjutan, maka diperlukan reaksi antara gas CO2 yang telah terbentuk dengan
logam di permukaan sel sehingga terjadi pengurangan tekanan parsial CO2. Menurut
teori yang ada, tekanan parsial CO2 dibawah 10-2 atm diperlukan agar pada
temperatur 6500C, reaksi dekomposisi secara termodinamika dapat berlangsung. [10]
IV.4.1 Reaksi yang Terjadi Pada Gas Hasil Dekomposisi Foaming Agent. Beberapa reaksi dapat mungkin terjadi. Gas CO2(g) dapat direduksi oleh Al(l) menjadi
CO(g) pada permukaan sel, membentuk lapisan Al2O3(s). Reaksi ini secara
termodinamika dapat terjadi pada temperatur 6500C dengan ΔG0 = -779 kJ mol-1.
( ) 2( ) 2 3( ) ( )2 3 3l g s gAl CO Al O CO+ → + ΔG0 (kJ mol-1) = -840+0.066.T(K)
Dua persamaan termodinamika diatas, dapat digabungkan sebagai reaksi satu tahap
antara CaCO3 dengan aluminium cair, menjadi:
( ) 3( ) 2 3( ) ( ) ( )2 3 3l s s s gAl CaCO Al O CaO CO+ → + + ΔG0 (kJ mol-1) = -300+0.417.T(K)
Energi bebas untuk beberapa reaksi ini digambarkan melalui kurva fungsi dari
temperatur pada gambar IV.20 berikut,
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 82
Gambar IV. 20 Energi bebas gibbs terhadap temperatur pada beberapa reaksi [10]
Pada reaksi satu tahap, memang terjadi batasan untuk dekomposisi CaCO3 dapat
berlangsung. Hal ini dikarenakan daerah kontak antara solid-liquid yang kecil, akibat
terbentuknya oksida aluminium yang melapisi area permukaan sel. Keberadaan
oksida aluminium ini terlihat melalui gambaran SEM pada permukaan sel. Terlihat
pada gambar IV.20 dibawah, terdapat partikel CaCO3 yang tersisa pada permukaan.
Hal ini membuktikan bahwa ketika lapisan Al2O3 terbentuk melapisi permukaan, maka
reaksi lanjutan akan terhambat.
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 83
Gambar IV. 21 Sisa CaCO3 pada permukaan sel, sampel Rasio=10:3, T=6500C
Pada pemakaian paduan aluminium untuk sebagai bahan baku produksi, beberapa
unsur paduan mempunyai aktifitas reaksi dengan CO2(g) yang tinggi. Seperti halnya
Mg dan Fe, yang dapat mereduksi tekanan parsial CO2(g), melalui reaksi dengan
CO2(g) membentuk oksida magnesium, MgO(s) atau FeO(s), menurut reaksi sebagai
berikut:
( ) 2( ) ( ) ( )l g s gMg CO MgO CO+ → + ΔG0 (kJ mol-1) = -321+0.037.T(K)
IV.4.2 Hasil Uji X Ray Diffraction Pengujian X Ray Diffraction (XRD) dilakukan untuk mengetahui keberaadaan dan
jenis oksida yang terdapat pada permukaan sel. Kemungkinan reaksi yang terjadi
antara gas foaming agent dan aluminium cair, dibuktikan melalui pengujian ini. Hasil
uji XRD memperlihatkan kurva posisi derajat 2Ө terhadap intensitas. Berikut hasil uji
yang didapat, gambar IV.22.
CaCO3 yang tersisa
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 84
Gambar IV. 22 Hasil uji XRD sampel produk dengan rasio 10:3, dan T = 6500C
Pada spesimen dengan temperatur proses 6500C, memperlihatkan peak aluminium
pada posisi 2Ө = 38.402[0]; 44.505[0]; 65.036[0]; 78.124[0]. Kemudian terdapat pula
peak yang dimiliki oleh oksida besi FeO, yaitu 41.834[0]; 72.586[0]. Lalu CuFeS2
mempunyai peak dengan posisi 2Ө = 29.332[0]; 49.890[0]. Kemudian Mg(OH)3
mempunyai peak yang berinterferensi dengan Al dan FeO, yaitu pada posisi 2Ө =
38.402[0]; 72.586[0]; dan peak yang lain di 50.184[0].
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 85
Gambar IV. 23 Hasil uji XRD sampel produk dengan rasio 10:3, dan T = 7500C
Pada spesimen dengan temperatur proses 7500C terdapat 4 peak Aluminium pada
posisi 2Ө = 38.402[0]; 44.621[0]; 64.961[0]; 78.135[0]. Kemudian terdapat pula peak
CuFeS2 pada 2Ө = 18.605[0]; 29.312[0]; 64.961[0]. Lalu oksida aluminium Al(OH)3
mempunyai peak pada posisi 2Ө = 18.605[0]; 29.312[0]; 40.767[0]; 41.731[0].
Penghitungan kuantitas senyawa didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel IV. 4 Tabel penghitungan kuantitas senyawa sampel T=6500C
Tabel IV. 5 Tabel penghitungan kuantitas senyawa sampel T=7500C
Sampel uji XRD, sebelumnya sempat bereaksi dengan air, saat dilakukan pengujian
densitas menggunakan prinsip archimedes (celup), sehingga terdapat senyawa baru
yang muncul dari hasil reaksi. Senyawa oksida yang didapatkan dari uji XRD, untuk
spesimen 6500C adalah FeO dan Mg(OH)2. Maka dapat diprediksi, bahwa senyawa
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 86
yang sebenarnya terbentuk pada permukaan sel setelah proses foaming adalah MgO.
Adapun reaksi antara oksida magnesium dan air adalah : MgO(s) + H2O(l) =
Mg(OH)3(s). Melalui hasil XRD, terbukti bahwa terjadi reduksi CO2(g) melalui reaksi
unsur paduan Mg(s) dan Fe(s) dengan CO2(g).
Serupa halnya dengan spesimen 7500C, ternyata didapatkan senyawa Al(OH)3 pada
permukaan sel, yang sebenarnya merupakan hasil reaksi Al2O3(s) + H2O(l) = Al(OH)3(s).
Maka, dari hasil uji XRD, terbuktilah bahwa reaksi antara CaCO3(s) dengan Al(l)
terjadi.
IV.4.3 Gambaran Permukaan Sel a) b)
Gambar IV. 24 a) permukaan sampel 7500C dengan lapisan oksida Al2O3 yang berpori, dan
b) permukaan sampel 6500C dengan lapisan oksida FeO dan MgO yang berkerut
Kedua gambar diatas, IV.24, memperlihatkan hasil SEM untuk permukaan sel sampel
dengan T=7500C dan 6500C. Pada sampel T=7500C terbentuk oksida Al2O3 yang
berbentuk pori dan tidak nampak terdapat kerutan. Hal ini menandakan bahwa
lapisan oksida cukup kuat dan tebal untuk menahan laju pembesaran sel. Berbeda
halnya dengan sampel T=6500C, terdapat lapisan oksida FeO dan MgO yang
berkerut. Kerutan tersebut menandakan bahwa lapisan oksida tidak terlalu kuat untuk
menahan laju pembesaran sel. Sekilas dari penjelasan tersebut, dapat diprediksi
bahwa sel dengan lapisan oksida Al2O3 mempunyai kekuatan dan sifat getas yang
lebih tinggi.
Penjelasan mengenai perbedaan lapisan yang terbentuk pada kedua sampel dengan
temperatur proses yang berbeda belum dapat dipahami lebih lanjut. Hal ini,
dikarenakan termodinamika hanya dapat memprediksikan kemungkinan reaksi yang
Lapisan oksida aluminium Kerutan
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 87
terjadi menurut tingkat energi bebas gibbs nya. Diperlukan kajian kinematika
mengenai perbedaan pembentukan oksida. Meskipun saja, jika kita melihat kurva
energi gibbs pada gambar IV.20, maka dapat diprediksikan bahwa pada temperatur
yang semakin tinggi (T=7500C), maka reaksi yang dipilih adalah yang mempunyai
energi gibbs lebih rendah (pembentukan Al2O3).
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 88
IV. 5 Hasil Pengujian Tekan IV.5.1 Analisa Kelakuan Spesimen Produk Alumnium Foam Saat Penekanan
Gambar IV. 25 Penekanan spesimen dengan % reduksi yang bertahap
Gambar IV.25 memperlihatkan kelakukan ketiga spesimen produk aluminium foam
yang diberi pembebanan tekan, dengan kecepatan penekanan crosshead sebesar 1
mm/menit. Sesuai teori sebelumnya, saat penekanan terjadi 3 tahapan utama dalam
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 89
skala utuh, yaitu tahap deformasi elastis, tahap perambatan pemampatan pita
deformasi, dan tahap densifikasi spesimen.
Pada tahap deformasi elastis, reduksi 0%-2%, pada dasarnya merupakan mekanisme
deformasi plastis yang terlokalisasi pada beberapa sel sehingga membentuk bakal
pita deformasi. Pada pengujian ini, sulit dilihat bakal pita deformasi yang terbentuk,
karena hanya melibatkan perubahan kecil pada dimensi sel.
Pada tahapan selanjutnya, gambar reduksi 15%, deformasi plastis pada skala makro
telah terlihat melalui terbentuknya pita deformasi. Diperkirakan pada daerah ini
memiliki densitas lokal yang paling rendah, sehingga deformasi terlokalisasi disana.
Pita ini merupakan deretan sel seluas penampang spesimen yang mengalami
kegagalan. Pada reduksi sebesar 15%, telah terlihat pita deformasi pada ketiga
spesimen. Tidak dapat ditentukan dimana pita tersebut akan muncul pertama kali,
karena hal itu tergantung pada struktur sel pori yang terbentuk.
Disekitar pita deformasi tersebut (gambar reduksi 15-30%), terlihat adanya sel-sel
yang memampat. Hal ini membuktkan bahwa setelah kegagalan plastis terjadi maka
akan didampingi dengan daerah yang mengalami deformasi elastis. Kemudian saat
kegagalan sel pada pita deformasi pertama terjadi, maka akan diiringi dengan
penggagalan deretan sel tetanggnya. Mekanisme ini terjadi secara berkelanjutan,
yang mengindikasikan adanya perambatan deformasi atau penggagalan pada setiap
deretan sel yang ada. Selama perambatan terbentuknya pita deformasi plastis, maka
yang akan terlihat di kurva uji adalah daerah datar. Pada daerah inilah proses
penyerapan energi mekanik sebenarnya terjadi.
Pada gambar reduksi 45%, pita deformasi semakin banyak dan kemudian akan
memasuki tahapan densifikasi. Efisiensi penyerapan energi mekanik tergantung pada
kemampuan foam untuk merambatkan pita deformasi secara rapi. Saat reduksi 30-
45%, produk foam 7000C mengalami keretakan searah dengan arah penekanan.
Keretakan ini dimungkinkan oleh struktur sel yang lemah pada daerah tersebut. Data
aspek rasio produk 7000C, yang memilki nilai dan kisaran (range) paling tinggi,
mungkin dapat menjelaskan kenapa hal ini terjadi.
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 90
Diatas reduksi 45% dan 60%, ketiga produk memperlihatkan tahapan densifikasi.
Yaitu, ketika semua bagian dari pori telah rusak dan memampat. Pada tahapan ini,
terjadi kenaikan tegangan yang signifikan. Hal ini, disebabkan oleh terjadinya strain
hardening dan penambahan dimensi spesimen pada setiap penambahan reduksi.
Saat tahap reduksi ini juga, perlu diperhatikan lebih lanjut pecahnya beberapa bagian
pada spesimen 7000C akibat keretakan struktur sel. Pecahnya spesimen ini akan
berpengaruh pada profil kurva, yang nanti akan dijelaskan lebih lanjut.
IV.5.2 Kurva Pengujian Tekan
Gambar IV. 26 Kompilasi kurva uji tekan
Hasil pengujian tekan memperlihatkan perbedaan profil kurva yang signifikan diantara
ketiga produk foam. Sampel produk foam untuk pengujian ini mempunyai densitas
yang tidak terlalu jauh berbeda. Data densitas dan kekuatan produk foam disajikan
sebagai berikut. Meskipun, secara teori mengatakan bahwa parameter awal untuk
membedakan kelakukan aluminium foam terhadap pembebanan tekan ditentukan
oleh densitas, ternyata hal itu belumlah cukup.
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 91
Tabel IV. 6 Data pengujian tekan T proses
(0C) Densitas ρ (gr/cc) ρ* / ρs σUpper (MPa) σlower (MPa)
6500C 0.406 0.150 1.44 - 7000C 0.401 0.148 1.35 1.01 7500C 0.416 0.154 2.31 1.72
Produk foam 6500C dan 7000C menunjukkan profil yang serupa, dengan kekuatan
tekan yang berdekatan. Meskipun saja, pada keduanya juga terjadi perbedaan
gradien kenaikan tegangan diatas 30% reduksi. Gradien kenaikan pada produk 6500C
dikarenakan mulai terjadinya strain hardening dan densifikasi. Sedangkan pada
7000C, gradiennya tidak setinggi produk 6500C karena terjadi perpatahan pada
bagian sel yang searah dengan arah penekanan. Hal ini menyebabkan dimensi luas
penampang menjadi kecil. Sebagai akibatnya, bentuk tidak memperlihatkan kenaikan
gradien tegangan sebenarnya.
Pada produk 7500C mengalami profil kurva yang berbeda dengan kedua produk yang
lain. Selain mempunyai kekuatan yang lebih tinggi, produk ini memperlihatkan profil
gerigi yang lebih banyak dan tajam. Tidak terjadi gradien kenaikan tegangan yang
signifikan saat densifikasi mulai berlangsung. Diperkirakan, produk mengalami jenis
kegagalan yang berbeda, yang akan dijelaskan kemudian.
a, Analisa Profil Kurva Uji tekan Ilustrasi 2 dimensi dari foam dengan rute melt based, dijelaskan secara skematik di
gambar berikut ini. Meskipun pada umumnya, distribusi keseragaman sel hanya
ditemukan dalam skala lokal, namun derajat ketidakseragaman ukuran, bentuk dan
konfigurasi sel seperti halnya dengan densital lokal juga perlu diperhatikan. Gambar
IV.27 menunjukkan daerah tengah spesimen, yang mempunyai sel lebih kecil dan
ketebalan dinding sel yang lebih tebal, menjadikan daerah tersebut mempunyai
densitas lokal yang lebih tinggi.
Pada tahap pertama saat pembebanan tekan, yaitu ketika regangan dapat kembali ke
awal, deformasi elastis lazimnya terlokalisasi pada satu atau lebih pita sel yang tegak
lurus pada arah penekanan, diperlihatkan pada gambar IV.27.
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 92
Gambar IV. 27 Pemodelan awal penekanan aluminium foam[10]
Saat permulaan deformasi plastis, diperlukan kegagalan yang terjadi pada seluruh
bidang sel spesimen secara melintang. Penekukan (buckling) pada permukaan sel,
dan sisi datar pita sel, diperlihatkan secara skematik di gambar IV.28, dimana garis
putus-putus menunjukkan area dimana kegagalan terjadi.
Gambar IV. 28 Pemodelan penekanan aluminium foam saat pita deformasi mulai terbentuk[10]
Permulaan gagal karena penekukan (buckling) yang simultan di sepanjang
penampang area spesimen akan mengurangi pembebanan yang ditahan oleh foam.
Pada penekanan dengan laju konstan, maka yang terlihat di kurva tegangan
regangan adalah penurunan yang tajam, terlihat pada gambar IV.28.
Gambar IV. 29 Pemodelan kegagalan aluminium foam secara getas dan ulet[10]
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 93
Kegagalan yang berkelanjutan setelah tahapan ini dapat dilanjutkan dengan
perpatahan getas, atau dengan penekukan (buckling), terlihat pada gambar IV.29.
Jika tidak dengan mekanisme kegagalan, sisi yang berlawanan dari pita yang telah
rusak, pada saat tertentu akan saling bertemu.
Secara alami sturuktur sel yang dibuat melalui rute melt based, mempunyai deviasi
kisaran lokal densitas, ukuran sel, dan konfigurasi sel yang besar. Hal ini, berakibat
pada pita sel yang rusak tidak mampu menahan densifikasi secara simultan
sepanjang lebar spesimen. Maka densifikasi akan lebih muncul pada suatu bagian
penampang melintang spesimen sebelum yang lain. Hal ini diilustrasikan pada
gambar IV.30, dimana daerah yang mempunyai sel yang lebih kecil, akan memadat
sebelum area yang mengelilinginya, lalu tegangan ditransfer ke sel-sel tetangganya.
Gambar IV. 30 Pemodelan penekanan aluminium foam saat perambatan pita deformasi[10]
Secara alami, tipe struktur sel yang seperti ini, kontaknya akan bermula secara lokal.
Hampir semua pembebanan eksternal yang diaplikasikan pada spesimen akan
disangga oleh bagian penampang melintang dari spesimen. Hal, ini menyebabkan
peluluhan yang terlokalisasi pada daerah dimana tegangan terkonsentrasikan. Yaitu,
pada daerah dimana pembebanannya lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk
menyebabkan peluluhan yang simultan pada sebuah pita sel sepanjang penampang
melintang spesimen.
Dari sini, akan terjelaskan bahwa bila hanya terdapat satu pita sel yang rusak
sehingga terbentuk gerigi pertama, maka gerigi itu diperkirakan yang paling menonjol.
Untuk semua tahapan selanjutnya, terutama untuk foam yang mempunyai keragaman
sel pada penampang melintang, maka beragam pita sel lokal juga akan mengalami
kegagalan pada derajat regangan yang berbeda. Spesimen foam akan
memperlihatkan kekuatan sisa setelah gerigi pertama, karena pada regangan yang
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 94
diberikan, beberapa daerah pada sel akan mengalami puncak tegangan sebelum
akhirnya gagal.
Pada gambar IV.31, permulaan pita gagal lain yang terpisah dimanapun pada
spesimen tersebut, akan memerlukan tegangan tekan yang lebih tinggi diatas
permulaan tegangan plateau, yaitu ketika terjadi sampai permulaan densifikasi.
Gambar IV. 31 Pemodelan perambatan pita deformasi[10]
b. Pengaruh Ukuran dan Keberagaman Sel terhadap Profil Kurva
Menurut teori yang dikemukakan oleh Curran, bahwa rasio d/D (diameter sel/panjang
spesimen) yang semakin kecil akan mempengaruhi profil kurva yang lebih halus[10].
Dari ketiga foam tadi, dapat dibedakan dari kisaran keberagaman ukuran sel yang
terbentuk. Dilihat dari morfologinya, kisaran diameter, luas area, dan aspek rasio
produk 7000C adalah yang paling tinggi. Meskipun secara rata-rata hampir
berdekatan, tetapi dengan terdapatnya ukuran sel yang jauh lebih besar pada produk
ini, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan dan profil kurvanya.
Produk 6500C dan 7000C, gambar IV.26, memperlihatkan profil kurva yang serupa
tapi tak sama. Perbedaan profil terdapat pada gerigi yang dibentuk pada kurva uji
tersebut. Pada produk 7000C terlihat adanya penurunan kurva saat pertama kali
terdefomasi (lower yield) dan profil gerigi pada daerah plastis. Sedangkan pada
produk 6500C, tidak terdapat lower yield dan profil daerah plastis terlihat sangat halus.
Bila dibandingkan dengan statistik diameter rata-rata, luas area sel, dan aspek rasio,
yang menunjukkan bahwa produk 7000C mempunyai kisaran lebih tinggi, maka
terbukti bahwa penjelasan tersebut sesuai.
Penjelasan serupa dapat digunakan untuk membedakan profil gerigi yang terlihat
jelas pada produk 7000C dibanding dengan 6500C. Sesuai dengan ilustrasi gambar
diatas (gambar IV.27-31), bahwa ketika terdapat densitas lokal yang berbeda dan
lebih tinggi disekitar pita deformasi, maka pada daerah tersebut akan mengalami
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 95
deformasi plastis. Deformasi ini mengakibatkan adanya konsentrasi tegangan yang
baru, sehingga untuk menggagalkan daerah ini diperlukan pembebanan yang lebih
tinggi. Pembebanan ini diperlihatkan dengan adanya kenaikan tegangan setelah
sebelumnya terjadi penurunan, atau dengan kata lain adanya bentuk gerigi yang lebih
jelas.
c. Modus Kegagalan Ulet dan Getas
(a) T=6500C (b) T=7500C
Gambar IV. 32 Profil kurva dengan kegagalan ulet T=6500C dan kegagalan getas pada T=7500C
Perbedaan yang mencolok terjadi pada profil kurva produk 7500C, gambar IV.32 (b).
Produk ini memperlihatkan kekuatan tekan yang lebih tinggi, juga penurunan
tegangan setelahnya yang lebih curam. Pada bagian plateau terlihat bentuk gerigi
yang besar dan tajam, dan tidak diikuti oleh kenaikan tegangan yang signifikan saat
memasuki tahapan densifikasi. Profil ini sesuai dengan penjelasan mengenai modus
kegagalan getas pada bagian II.4.4
Bentuk gerigi yang tajam memperlihatkan kenaikan dan penurunan tegangan yang
dibutuhkan ketika menghancurkan pita deformasi. Berbeda dengan bentuk gerigi
yang lebih halus pada produk dengan T=6500C, gambar IV.32 (a). Diperkirakan
produk ini mengalami kegagalan ulet. Dibuktikan dengan kenaikan gradien tegangan
yang konstan, yang menunjukkan terjadinya deformasi plastis pada sel yang gagal.
Kegagalan sel yang terjadi lebih menunjukkan penekukan daripada perpatahan. Maka
dari sini dapat disimpulkan kenaikan gradien tegangan disebabkan karena terjadinya
strain hardening pada setiap sel yang terdeformasi.
Beberapa penjelasan mengenai modus kegagalan getas atau ulet belum dapat
membuktikan pengaruh morfologi sel terhadap modus yang terjadi. Prediksi kuat
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8-2
0
2
4
6
8
10
12
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 96
mengarah pada kelakuan material sel itu sendiri. Karena, bahan baku awal yang
digunakan adalah sama, maka kemungkinan yang terjadi adalah pembentukan oksida
yang dapat mempengaruhi kegetasan produk. Untuk itu, masih diperlukan
karakterisasi lebih lanjut pada terbentuknya oksida saat proses foaming terjadi.
IV.5.3 Kelakuan Penyerapan Energi Mekanik
Untuk mendapatkan besaran energi mekanik yang dapat diserap oleh spesimen
aluminium foam, maka yang dilakukan adalah menghitung luas dibawah kurva pada
tahap deformasi elastis dan plastis (plateau curve). Untuk menghitung, dilakukan
dengan cara mendekati kurva dengan persamaan polynomial, lalu diintegralkan
dengan batas bawah 0 dan batas atasnya adalah regangan saat densifikasi mulai
terjadi. Penghitungan disajikan sebagai berikut:
Gambar IV. 33 Kurva dan pedekatan polynomial spesimen T=6500C
Gambar IV. 34 Kurva dan pedekatan polynomial spesimen T=7000C
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 97
Gambar IV. 35 Kurva dan pedekatan polynomial spesimen T=7500C
Tabel IV. 7 Penyerapan energi mekanik oleh spesimen aluminium foam
T (0C) ε
pemampatan (mm/mm)
σ pemampatan
(Mpa)
Energi yang diserap /volume (MJ/m3)
650 0.53 4.98 1.382 700 0.66 3.248 1.383 750 0.7 3.172 1.83
Dari tabel IV.7, dapat dilihat bahwa energi yang diserap oleh spesimen 6500C dan
7000C menunjukkan nilai yang sama. Dalam aplikasi, penggunaan yang paling sesuai
ditentukan kriteria kekuatan tekan, kekuatan densifikasi dan regangan yang cocok.
Pada spesimen 7500C, energi yang diserap menunjukkan nilai yang lebih tinggi. Baik
dari kekuatan tekan dan regangan yang bisa dipenuhi sampai terjadinya densifikasi.
Hanya saja kekurangan dari kurva jenis ini adalah gerigi yang tajam tersebut sulit
diprediksi. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian yang lebih, karena produk foam jenis
ini tidak mudah diprediksikan kegagalannya.
Berikut ini, gambar IV.36, yang menunjukkan energi penyerapan/unit volume untuk
beberapa produk komersial. Terlihat pada gambar, ketiga produk aluminium foam
yang telah dibuat, berada dalam kisaran produk komersil.
Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV 2008 Data dan Analisa
Muhammad Fida Helmi 13703040 98
Gambar IV. 36 Desain material antara energi/unit volume dan tegangan tekan saat 25%
reduksi