LP DM + DF
-
Upload
silviyanthi -
Category
Documents
-
view
90 -
download
13
description
Transcript of LP DM + DF
KONSEP DASAR DIABETES MILITUS
1. PROSES DM
Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar
penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut
pulau-pulau Langerhans yang berisi sel β yang memproduksi insulin yang
sangat berperan dalam mengatur kadar gula darah.Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat
membuka pintu masuknya gula ke dalam sel, untuk kemudian didalam sel
gula tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga (kalori). Bila insulin tidak
ada, maka gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
kadar gula dalam darah meningkat. Keadaan ini terjadi pada diabetes
melitus tife-1.Pada keaadaan diabetes melitus tife-2, jumlah insulin bisa
normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin
di permukaan sel kurang. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang
kunci masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tife-2, jumlah lubang
kuncinya (reseptor) kurang, maka gula yang masuk ke dalam sel sedikit,
sehingga sel kekurangan bahan bakar (gula) dan kadar gula darah
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tife-
1, bedanya adalah pada DM tife-2 disamping kadar gula tinggi dalam
darah juga kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tife-2 juga bisa
ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik,
sehingga gagal membawa gula ke dalam sel. Disamping penyebab diatas,
DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel
sehingga gula gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme
energy.
2. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada pasien DM adalah :
1. Poliuria.
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang yang sering dan dalam jumlah yang
banyak akan sangat mengganggu pasien, terutama pada waktu malam
hari.
2. Polidipsi.
Akibat volume urie yang sangat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstra sel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi
ekstrasel karena air intrasel akan berdifusin keluar sel mengikuti gradien
konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH (Anti Diuretic Hormone) dan
menimbulkan haus. Rasa haus amat sering dialami oleh pasien karena
banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering
disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus adalah udara yang panas atau
beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu pasien
minum banyak.
3. Polifagia.
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolismekan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, pasien selalu
merasa lapar.
4. Penurunan BB dan rasa lemah.
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal
ini disebabkan karena glukosa dalam darah tidak bisa masuk ke dalam
sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari
cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya pasien kehilangan
jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
5. Gangguan saraf tepi / kesemutan.
Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur.
6. Gangguan penglihatan.
Pada fase awal penyakit DM sering dijumpai gangguan penglihatan yang
sering mendorong pasien mengganti kacamatanya, agar dapat melihat
dengan baik.
7. Gatal / bisul.
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula
keluhan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat
terjadi akibat yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau peniti.
8. Gangguan ereksi.
Gangguan ini menjadi masalah tersembunyi. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang tabu membicarakan masalah seks, apalagi
menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
9. Keputihan.
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan, bahkan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.
3. PATOFIS
A. Pathway
B. Komplikasi Diabetes Militus
1) Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang
disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat
ringan berupa gelisah sampai berat koma disertai kejang.
Penyebab tersering adalah akibat pemakaian obat
hiperglikemik oral golongan sulfonilurea (klorpropamida
dan glibenklamid). Hipoglikemia sering pula terjadi pada
pengobatan dengan insulin, tetapi biasanya ringan. Begitu
pula dengan penggunaan insulin drip.
1) Penyebab dari hipoglikemia antara lain : makan
kurang dari aturan yang ditentukan, berat badan
turun, sesudah olah raga, sesudah melahirkan,
sembuh dari sakit, makan obat yang mempunyai
sifat serupa, pemberian suntikan insulin yang tidak
tepat.
2) Tanda–tanda hipoglikemia : mulai muncul bila
glukosa darah, 50 mg/dl, meskipun dapat pula
terjadi pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi,
berbeda pada orang seorang. Adapun tanta-tanda
hipoglikemia adalah :
a) Stadium parasimpatik : lapar, mual, dan
tekanan darah turun
b) Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu,
sulit bicara, dan kesulitan menghitung
sederhana
c) Stadium simpatik : keringat dingin pada
muka terutama di hidung, bibir atau tangan,
dan berdebar-debar
d) Stadium gangguan otak berat : koma (tidak
sadar) dengan atau tanpa kejang.
3) Pencegahan untuk pasien yang menggunakan
insulin :
a) Dosis insulin tepat
b) Menyuntik di bawah kulit, jangan terlalu
dalam
c) Kurangi dosis insulin bila ada perubahan
seperti makan agak kurang, olah raga,
sesudah operasi, dan melahirkan.
4) Pengobatan :
a) Stadium permulaan (sadar) : pemberian gula
murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop,
permen dan makanan yang mengandung
hidrat arang.
b) Stadium lanjut (koma hipoglikemi) :
Penangan keadaan gawat darurat ini harus
cepat dan tepat. Berikan glukosa 40%
sebanyak 2 flakon, IV setiap 10–20 menit
hingga pasien sadar disertai pemberian
cairan dextrose 10% per infus, 6 jam perkolf
untuk mempertahankan nilai glukosa darah
normal atau di atas normal. Bila belum
teratasi dapat diberikan antagonis insulin
seperti: adrenalin, kortison dosis tinggiatau
glukagon 1 mg IV, tetapi sebaiknya
penggunaan adrenalin perlu dibatasi
mengingat efek sampingnya.
b. Hiperglikemia
Kelompok hiperglikemia, dari anamnese ditemukan masukan
kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang
didahului oleh stress akut. Tanda khas adalah kesadaran menurun
disertai dehidrasi berat. Pada sub kelompok ketoasidosis diabetik
(KAD) ditemukan hiperglikemia berat dengan ketosis atau
asidosis. Patogesis keduanya berbeda hanya dalam derajat
defisiensi insulin.
1) Pengobatan : pemberian cairan untuk mengatasi dehidrasi
terutama pada HNK. Pemberian cepat cairan NaCl ½
normal dengan insulin dosis kecil akan memperbaiki
keadaan.
2) Ketoasidosis Diabetik (KAD) merupakan defisiensi insulin
berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM.
Timbulnya KAD merupakan ancaman kematian bagi
penyandang DM. Faktor yang mempengaruhi angka
kematian tersebut antara lain terlambat ditegakkan diagnosa
karena biasanya penyandang DM dibawa setelah koma;
pasien belum tahu mengidap diabetes; sering ditemukan
bersama-sama dengan komplikasi lain yang berat, seperti :
sepsis, renjatan, infark miobard, dan CVD.
3) Pengobatan : Rehidrasi, insulin, Bikarbonas, Kalium,
Antibiotika, Pada KAD dengan infus insulin dosis rendah.
c. Hiperglikemik Non-Ketotik (HNK)
HNK ditandai dengan hiperglikemia berat non ketotik atau ketotik
dan asidosis ringan. Pada keadaan lanjut dapat mengalami koma.
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan
ekstra selkarena banyak diekskresi lewat urine.
1) Patogenesis : mekanisme terjadinya HNK hampir sama
dengan KAD. Pada awalnya sel beta pankreas gagal atau
terhambat mensekresi insulin adekuat oleh beberapa
keadaan stres, terjadi peningkatan hormon glukagon
sehingga pembentukan gula akan meningkat dan pemakaian
gula perifer akan terhambat, yang akhirnya akan
menimbulkan hiperglikemia. Perjalanan selanjutnya terjadi
diuresis osmotik yang menyebabkan cairan dan elektrolit
tubuh berkurang, perfusi ginjal menurun dan akibatnya
sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul
hiperosmolar hiperglikemik.
2) Pada pemeriksaan fisik ditemukan : pasien dalam keadaan
apatis sampai koma; tanda-tanda dehidrasi berat sering
diikuti kelainan neurologis, turgor kulit menurun, hipotensi
postural, bibir dan lidah kering. Gambaran laboratorium :
GD . 600mg%, osmolalitas serum 350 mOsm/kg dan reaksi
keton dengan nitroprusid positif lemah. Perlu diperhatikan
pula hipernatremia, hipertkalemia, azetomia, BUN, dan
kreatinin.
3) Pengobatan : Cairan NaCl, Glukosa 5%, Insulin, Kalium,
(Hindari infeksi sekunder suntikan, pemasangan infus,
kateter, dll).
2) Komplikasi Kronik
Jika kadar glukosa darahnya tetap tinggi akan dapat timbul
beberapa penyulit pada berbagai organ kulit, seperti pada :
a. Pembuluh darah otak : Stroke
b. Pembuluh darah mata : Kebutaan
c. Pembuluh darah jantung : Penyakit jantung koroner
d. Pembuluh darah ginjal : Penyakit ginjal kronik
e. Pembuluh darah kaki : Luka sukar sembuh
Penyulit Kronik DM :
a. Mikrovaskular : Ginjal dan retina mata
b. Makrovaskular : Jantung koroner, pembuluh darah
kaki, dan pembuluh
darah otak
c. Neuropati : Mikro dan makrovaskular
d. Rentan infeksi : Mikro dan makrovaskular
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama, usia (DM Tipe 1 Usia< 30 tahun. DM Tipe 2 Usia> 30 tahun,
cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), jenis kelamin, status, agama,
alamat, tanggal MRS, diagnose masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang
dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola
makan yang salah .Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan .Penyakit ini
biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas
fisik yang sedikit.
2. KeluhanUtama
a. Kondisi hiperglikemi
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi,
suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit
kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan
kesadaran.
1. Riwayat penyakit sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat
badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM,
baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti
glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen.
3. Riwayat kesehatan keluarga
karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
menghasilkan insulin dengan baik dan pada keturunan DM lebih besar
dampaknya untuk mengalami penyakit DM juga.
4. Data subjektif dan data objektif
Adapun data yang perlu dikaji pada pasien Diabetes Mellitus adalah :
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan
keluhan pasien pada pasien Diabetes Mellitus. Data subyektif
yang ditemukan antara lain :
1) Pasien mengeluh lemah.
2) Pasien mengeluh kesemutan pada ekstremitasnya.
3) Pasien mengatakan nafsu makannya menurun.
4) Pasien mengeluh banyak kencing.
5) Pasien mengeluh nyeri pada bagian tubuh yang sakit.
6) Pasien meraskan oksigen.
7) Pasien mengeluh banyak makan.
8) Pasien mengeluh banyak minum.
9) Pasien mengeluh pusing.
10) Pasien mengeluh gangguan pengelihatan.
b. Data obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh berdasarkan
pengamatan atas kondisi pasien. Data yang dijumpai pada pasien
Diabetes Mellitus adalah :
1) Penurunan kekuatan otot
2) Takikardi
3) Kulit kering
4) Hipertensi
5) Penurunan berat badan
6) Polidipsi (sering kencing)
7) Polipagi (sering makan)
8) Polidipsi (sering minum)
9) Disorientasi
10) Batuk
11) GDS > 200 mg/dl
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Meliputi keadaan penderita mungkin tampak lemah atau pucat.
Tingkat kesadaran apakah sadar, koma, disorientasi.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan reguler
ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan, respiration rate (RR)
normal 15-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi
reguler atau ireguler, adanya takikardia, denyutan kuat atau lemah.
Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi.
c. Pemeriksaan kulit
Kulit kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung sembuh.
Adanya akral dingin, CRT < 2 detik, adanya pitting edema.
d. Pemeriksaan kepala
Raut wajah : pengkajian kontak mata saat diajak berkomunikasi, fokus
atau tidak fokus. Mata : simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya,
terdapat gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopati
diabetik. Telinga : fungsi pendengaran mungkin menurun. Hidung :
adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman saraf penghidung
menurun. Mulut : mukosa bibir kering.
e. Neuro sensori : Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan
memori, kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
f. Kardiovaskuler : Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan
TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
g. Pernafasan : Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak
nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung
ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar
kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
h. Gastro intestinal : Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi
abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
i. Eliminasi : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau
busuk, diare (bising usus hiper aktif).
j. Reproduksi/sexualitas : Rabbas vagina (jika terjadi infeksi),
keputihan, impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita
k. Muskuloskeletal : Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot,
ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.
l. Integumen : Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,
turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
6. PemeriksaanDiagnostik
1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM ( mg/dl ).
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
Plasma vena < 100 100 – 199 > 200
Darah kapiler < 90 90 – 199 > 200
Kadar glukosa
darah puasa
Plasma vena < 100 100 – 125 > 126
Darah kapiler < 90 90 – 99 > 100
2. Glycosatet Hemoglobin/Hemoglobin glkosilasi (Hb A1C). Berguna untuk
memantau kadar gula darah rata – rata selama lebih dari 3 bulan. Nilai
normal < 8%. Setiap penurunan 1% menurunkan risiko gangguan
mikrovaskuler 35% dan menurunkan risiko komplikasi lain dan kematian
21%.
3. Aseton plasma (keton) : positif.
4. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
5. Osmolaritas serum : meningkat tetapi bisanya kurang dari 330 Mosm/L.
6. Ureum/ kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal.)
7. Kadar insulin darah : biasanya menunjukan pH darah rendah dan
penurunan HCO2 (acidosis).
8. Trombosit darah : HT mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap infeksi.
7. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Pasien dapat mengalami takipnoe pada keadaan istirahat/dengan
aktifitas, sesak nafas, RR > 24 x/menit.
b. Makan dan minum
Pasien mengalami peningkatan napsu makan.
c. Eliminas
Pasien biasanya mengalami diare dan poliuria.
d. Aktivitas
Dalam aktivitasnya, pasien yang mengalami DM akan mengalami
pembatasan dalam aktivitas untuk mengurangi resiko cidera.
e. Rekreasi
Pasien tetap dapat berekreasi tetapi rekreasi yang tidak menyebabkan
cidera.
f. Istirahat dan tidur
Pasien DM akan mengalami gangguan tidur karena terganggu oleh
poliuria dan kencing pada malam hari.
g. Kebersihan diri
Pada pasien DM diharuskan lebih menjaga dan merawat diri untuk
mencegah terjadinya ulkus.
h. Pengaturan suhu
Pasien DM tidak mengalami perubahan suhu, kecuali bagi pasien
yang mengalami komplikasi.
i. Rasa nyaman
Pasien akan merasa tidak nyaman terutama pada pasien yang sudah
mengalami ulkus pada tubuhnya.
j. Rasa aman
Pasien akan merasa tidak aman dengan makanan yang dimakan dan
aktivitas yang dilakukannya, karena banyak faktor yang
menyebabkan DM.
k. Belajar
Pasien akan belajar mengenai penyakit DM agar, anggota
kelurganya yang lain tidak mengalami penyakit yang sama dengan
pasien.
l. Prestasi
Dapat mengetahui cara pencegahan dari penyakit DM.
m. Hubungan sosial
Pasien biasanya susah berkomunikasi terutama pada pasien yang
sudah mengalami gangren pada bagian tubuhnya.
n. Ibadah
Pasien susah untuk melaksanakan ibdahah sebagaimana mestinya
pasien beribadah.
B. DIAGNOSA
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mengabsorbs imakanan
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuretic osmotik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan system kekebalan
tubuh
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan, dengan perubahan kondisi
metabolik
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses metabolisme yang
terganggu
C. INTERVENSI
1. Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
ketidak mampuan
mengabsorbsi
makanan
NOC :
1. Nutritional status : food
and fluid intake
2. Nutrional status : nutrient
intake
Kriteria Hasil :
1. adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan
tujuan
2. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
3. mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. tidak ada tanda tanda
malnutrisi
5. menunjukan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin c
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan kepada ahli gizi )
8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
9. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
10. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
5. Monitor kaloridan intake nutrisi
2. Defisit vilume cairan
berhubungan dengan
diuretic osmotik
NOC :
1. Fluid balance
2. Hydration
3. Nutritional Status :
Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan urine
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine
normal.
2. Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas
normal
3. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
NIC :
Fluid Management
1. Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik), jika
diperlukan
3. Monitot Vital Sign.
4. Kolaborasi pemberian cairan IV.
5. Monitor status nutrisi
6. Dorongmasukan oral
7. Berikan penggantian nasogatrik sesuai
output (50 – 100cc/jam)\
8. Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin output setiap
8 jam
3. Resiko infeksi b/d
ketidakadekuatan
system kekebalan
tubuh
NOC :
1. Immune Status
2. Knowledge : Infection
control
3. Risk control
Kriteria Hasil :
1. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
2. Menunjukkan
kemampuan untuk
NIC :
Infection Control
1. Pertahankanteknikaseptif
2. Batasipengunjung bila perlu
3. Cucitangansetiapsebelum dan
sesudahtindakankeperawatan
4. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
5. Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
mencegah timbulnya
infeksi
3. Jumlah leukosit dalam
batas normal
4. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
V
6. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
7. Tingkatkan intake nutrisi
Infection Protection
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Pertahankan teknik isolasi k/p
3. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
4. Monitor adanya luka
5. Dorong masukan cairan
6. Dorong istirahat
7. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
8. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
4. Kerusakan
integritas kulit b/d
perubahan kondisi
metabolik
NOC:
1. Tissue Integrity :
Skin and Mucous
Membranes
2. Hemodyalis Akses
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang
baik bisa
dipertahankan
2. Melaporkan adanya
gangguan sensasi
atau nyeri pada
NIC :
Pressure Management
1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan padaa tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya
kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pada derah yang tertekan
daerah kulit yang
mengalami
gangguan
3. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
4. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
10. Inspeksi kulit terutama pada tulang-
tulang yang menonjol dan titik-titik
tekanan ketika merubah posisi
pasien.
11. Jaga kebersihan alat tenun.
5. Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan proses
metabolisme yang
terganggu
NOC:
1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self care : ADLs
Kriteria Hasil:
1. Berparti sipasi
dalam aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah nadi dan RR
Mampu melakukan aktiitas
sehari hari secara mandiri
NIC :
Activity therapy
1. Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medic dalam
merencanakan program terapi yang
tepat
2. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda ,
krek
5. Bantu pasien / keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
6. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
7. Monitor responfisik , emosi, social
dan spiritual
D. IMPLEMENTASI
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakitan giopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a.Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c.Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi
atau ditambah
2) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
4. Obat
a.Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bias dipakai pada pasien
yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
o Menghambat absorpsi karbohidrat
o Menghambat glukoneogenesis di hati
o Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pasca reseptor: mempunyai efek
intraselluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
3) DM kehamilan
4) DM dangan gguanfaal hati yang berat
5) DM dangan gguaninfeksiakut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
E. EVALUASI
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
4. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
5. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
6. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association., 2012. Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 : 64-71.
American Diabetes Association., 2013. Standards of Medical Care in Diabetes
2013. Diabetes Care Volume 36 Supplement 1 : 11-66.
Anonim. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan DM. Available at:
http://askepmedia.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan.html. Opened on 18 Mei 2014
Hardiman, Djoko. Sutedjo, Isbianto. Salim, Indrawati. 2013. Tumbuh (Teduh
Untuk Sembuh). Jakarta: Media Komunikasi RS. Dr. Oen Surakarta.
Kurniadi, Rizki. 2013. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus. Available at:
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-
keperawatan-diabetes-melitus.html. Opened on 18 Mei 2014
Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
DiagnosaMedis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta : ECG
Perkeni. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kaki Diabetik. Jakarta : PB.
PERKENI
Ragil. 2012. Kumpulan Nanda NIC NOC. Available at:
http://dummiesboy.wordpress.com/2012/10/26/kumpulan-nanda-nic-
noc/. Opened on 18 Mei 2014