LP DM + DF

36
KONSEP DASAR DIABETES MILITUS 1. PROSES DM Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel β yang memproduksi insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar gula darah.Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya gula ke dalam sel, untuk kemudian didalam sel gula tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga (kalori). Bila insulin tidak ada, maka gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar gula dalam darah meningkat. Keadaan ini terjadi pada diabetes melitus tife-1.Pada keaadaan diabetes melitus tife-2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tife-2, jumlah lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka gula yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (gula) dan

description

a

Transcript of LP DM + DF

Page 1: LP DM + DF

KONSEP DASAR DIABETES MILITUS

1. PROSES DM

Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar

penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat

kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut

pulau-pulau Langerhans yang berisi sel β yang memproduksi insulin yang

sangat berperan dalam mengatur kadar gula darah.Insulin yang

dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat

membuka pintu masuknya gula ke dalam sel, untuk kemudian didalam sel

gula tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga (kalori). Bila insulin tidak

ada, maka gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat

kadar gula dalam darah meningkat. Keadaan ini terjadi pada diabetes

melitus tife-1.Pada keaadaan diabetes melitus tife-2, jumlah insulin bisa

normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin

di permukaan sel kurang. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang

kunci masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tife-2, jumlah lubang

kuncinya (reseptor) kurang, maka gula yang masuk ke dalam sel sedikit,

sehingga sel kekurangan bahan bakar (gula) dan kadar gula darah

meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tife-

1, bedanya adalah pada DM tife-2 disamping kadar gula tinggi dalam

darah juga kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tife-2 juga bisa

ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik,

sehingga gagal membawa gula ke dalam sel. Disamping penyebab diatas,

DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel

sehingga gula gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme

energy.

Page 2: LP DM + DF

2. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada pasien DM adalah :

1. Poliuria.

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyak kencing. Kencing yang yang sering dan dalam jumlah yang

banyak akan sangat mengganggu pasien, terutama pada waktu malam

hari.

2. Polidipsi.

Akibat volume urie yang sangat besar dan keluarnya air yang

menyebabkan dehidrasi ekstra sel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi

ekstrasel karena air intrasel akan berdifusin keluar sel mengikuti gradien

konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel

merangsang pengeluaran ADH (Anti Diuretic Hormone) dan

menimbulkan haus. Rasa haus amat sering dialami oleh pasien karena

banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering

disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus adalah udara yang panas atau

beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu pasien

minum banyak.

3. Polifagia.

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolismekan menjadi

glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, pasien selalu

merasa lapar.

4. Penurunan BB dan rasa lemah.

Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus

menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan

penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal

ini disebabkan karena glukosa dalam darah tidak bisa masuk ke dalam

sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.

Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari

cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya pasien kehilangan

jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

Page 3: LP DM + DF

5. Gangguan saraf tepi / kesemutan.

Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu

malam, sehingga mengganggu tidur.

6. Gangguan penglihatan.

Pada fase awal penyakit DM sering dijumpai gangguan penglihatan yang

sering mendorong pasien mengganti kacamatanya, agar dapat melihat

dengan baik.

7. Gatal / bisul.

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau

daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula

keluhan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat

terjadi akibat yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau peniti.

8. Gangguan ereksi.

Gangguan ini menjadi masalah tersembunyi. Hal ini terkait dengan

budaya masyarakat yang tabu membicarakan masalah seks, apalagi

menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.

9. Keputihan.

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering

ditemukan, bahkan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang

dirasakan.

Page 4: LP DM + DF

3. PATOFIS

A. Pathway

Page 5: LP DM + DF

B. Komplikasi Diabetes Militus

1) Komplikasi Akut

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang

disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat

ringan berupa gelisah sampai berat koma disertai kejang.

Penyebab tersering adalah akibat pemakaian obat

hiperglikemik oral golongan sulfonilurea (klorpropamida

dan glibenklamid). Hipoglikemia sering pula terjadi pada

pengobatan dengan insulin, tetapi biasanya ringan. Begitu

pula dengan penggunaan insulin drip.

1) Penyebab dari hipoglikemia antara lain : makan

kurang dari aturan yang ditentukan, berat badan

turun, sesudah olah raga, sesudah melahirkan,

sembuh dari sakit, makan obat yang mempunyai

sifat serupa, pemberian suntikan insulin yang tidak

tepat.

2) Tanda–tanda hipoglikemia : mulai muncul bila

glukosa darah, 50 mg/dl, meskipun dapat pula

terjadi pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi,

berbeda pada orang seorang. Adapun tanta-tanda

hipoglikemia adalah :

a) Stadium parasimpatik : lapar, mual, dan

tekanan darah turun

b) Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu,

sulit bicara, dan kesulitan menghitung

sederhana

c) Stadium simpatik : keringat dingin pada

muka terutama di hidung, bibir atau tangan,

dan berdebar-debar

d) Stadium gangguan otak berat : koma (tidak

sadar) dengan atau tanpa kejang.

Page 6: LP DM + DF

3) Pencegahan untuk pasien yang menggunakan

insulin :

a) Dosis insulin tepat

b) Menyuntik di bawah kulit, jangan terlalu

dalam

c) Kurangi dosis insulin bila ada perubahan

seperti makan agak kurang, olah raga,

sesudah operasi, dan melahirkan.

4) Pengobatan :

a) Stadium permulaan (sadar) : pemberian gula

murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop,

permen dan makanan yang mengandung

hidrat arang.

b) Stadium lanjut (koma hipoglikemi) :

Penangan keadaan gawat darurat ini harus

cepat dan tepat. Berikan glukosa 40%

sebanyak 2 flakon, IV setiap 10–20 menit

hingga pasien sadar disertai pemberian

cairan dextrose 10% per infus, 6 jam perkolf

untuk mempertahankan nilai glukosa darah

normal atau di atas normal. Bila belum

teratasi dapat diberikan antagonis insulin

seperti: adrenalin, kortison dosis tinggiatau

glukagon 1 mg IV, tetapi sebaiknya

penggunaan adrenalin perlu dibatasi

mengingat efek sampingnya.

b. Hiperglikemia

Kelompok hiperglikemia, dari anamnese ditemukan masukan

kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang

didahului oleh stress akut. Tanda khas adalah kesadaran menurun

disertai dehidrasi berat. Pada sub kelompok ketoasidosis diabetik

(KAD) ditemukan hiperglikemia berat dengan ketosis atau

Page 7: LP DM + DF

asidosis. Patogesis keduanya berbeda hanya dalam derajat

defisiensi insulin.

1) Pengobatan : pemberian cairan untuk mengatasi dehidrasi

terutama pada HNK. Pemberian cepat cairan NaCl ½

normal dengan insulin dosis kecil akan memperbaiki

keadaan.

2) Ketoasidosis Diabetik (KAD) merupakan defisiensi insulin

berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM.

Timbulnya KAD merupakan ancaman kematian bagi

penyandang DM. Faktor yang mempengaruhi angka

kematian tersebut antara lain terlambat ditegakkan diagnosa

karena biasanya penyandang DM dibawa setelah koma;

pasien belum tahu mengidap diabetes; sering ditemukan

bersama-sama dengan komplikasi lain yang berat, seperti :

sepsis, renjatan, infark miobard, dan CVD.

3) Pengobatan : Rehidrasi, insulin, Bikarbonas, Kalium,

Antibiotika, Pada KAD dengan infus insulin dosis rendah.

c. Hiperglikemik Non-Ketotik (HNK)

HNK ditandai dengan hiperglikemia berat non ketotik atau ketotik

dan asidosis ringan. Pada keadaan lanjut dapat mengalami koma.

Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan

ekstra selkarena banyak diekskresi lewat urine.

1) Patogenesis : mekanisme terjadinya HNK hampir sama

dengan KAD. Pada awalnya sel beta pankreas gagal atau

terhambat mensekresi insulin adekuat oleh beberapa

keadaan stres, terjadi peningkatan hormon glukagon

sehingga pembentukan gula akan meningkat dan pemakaian

gula perifer akan terhambat, yang akhirnya akan

menimbulkan hiperglikemia. Perjalanan selanjutnya terjadi

diuresis osmotik yang menyebabkan cairan dan elektrolit

tubuh berkurang, perfusi ginjal menurun dan akibatnya

Page 8: LP DM + DF

sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul

hiperosmolar hiperglikemik.

2) Pada pemeriksaan fisik ditemukan : pasien dalam keadaan

apatis sampai koma; tanda-tanda dehidrasi berat sering

diikuti kelainan neurologis, turgor kulit menurun, hipotensi

postural, bibir dan lidah kering. Gambaran laboratorium :

GD . 600mg%, osmolalitas serum 350 mOsm/kg dan reaksi

keton dengan nitroprusid positif lemah. Perlu diperhatikan

pula hipernatremia, hipertkalemia, azetomia, BUN, dan

kreatinin.

3) Pengobatan : Cairan NaCl, Glukosa 5%, Insulin, Kalium,

(Hindari infeksi sekunder suntikan, pemasangan infus,

kateter, dll).

2) Komplikasi Kronik

Jika kadar glukosa darahnya tetap tinggi akan dapat timbul

beberapa penyulit pada berbagai organ kulit, seperti pada :

a. Pembuluh darah otak : Stroke

b. Pembuluh darah mata : Kebutaan

c. Pembuluh darah jantung : Penyakit jantung koroner

d. Pembuluh darah ginjal : Penyakit ginjal kronik

e. Pembuluh darah kaki : Luka sukar sembuh

Penyulit Kronik DM :

a. Mikrovaskular : Ginjal dan retina mata

b. Makrovaskular : Jantung koroner, pembuluh darah

kaki, dan pembuluh

darah otak

c. Neuropati : Mikro dan makrovaskular

d. Rentan infeksi : Mikro dan makrovaskular

Page 9: LP DM + DF

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama, usia (DM Tipe 1 Usia< 30 tahun. DM Tipe 2 Usia> 30 tahun,

cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), jenis kelamin, status, agama,

alamat, tanggal MRS, diagnose masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang

dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola

makan yang salah .Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan .Penyakit ini

biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas

fisik yang sedikit.

2. KeluhanUtama

a. Kondisi hiperglikemi

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi,

suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

b. Kondisi hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit

kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,

patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan

kesadaran.

1. Riwayat penyakit sekarang

Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat

badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM,

baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

2. Riwayat kesehatan dahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan

penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti

glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang

mengandung estrogen.

Page 10: LP DM + DF

3. Riwayat kesehatan keluarga

karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat

menghasilkan insulin dengan baik dan pada keturunan DM lebih besar

dampaknya untuk mengalami penyakit DM juga.

4. Data subjektif dan data objektif

Adapun data yang perlu dikaji pada pasien Diabetes Mellitus adalah :

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan

keluhan pasien pada pasien Diabetes Mellitus. Data subyektif

yang ditemukan antara lain :

1) Pasien mengeluh lemah.

2) Pasien mengeluh kesemutan pada ekstremitasnya.

3) Pasien mengatakan nafsu makannya menurun.

4) Pasien mengeluh banyak kencing.

5) Pasien mengeluh nyeri pada bagian tubuh yang sakit.

6) Pasien meraskan oksigen.

7) Pasien mengeluh banyak makan.

8) Pasien mengeluh banyak minum.

9) Pasien mengeluh pusing.

10) Pasien mengeluh gangguan pengelihatan.

b. Data obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh berdasarkan

pengamatan atas kondisi pasien. Data yang dijumpai pada pasien

Diabetes Mellitus adalah :

1) Penurunan kekuatan otot

2) Takikardi

3) Kulit kering

4) Hipertensi

5) Penurunan berat badan

6) Polidipsi (sering kencing)

7) Polipagi (sering makan)

8) Polidipsi (sering minum)

Page 11: LP DM + DF

9) Disorientasi

10) Batuk

11) GDS > 200 mg/dl

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Meliputi keadaan penderita mungkin tampak lemah atau pucat.

Tingkat kesadaran apakah sadar, koma, disorientasi.

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan reguler

ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan, respiration rate (RR)

normal 15-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi

reguler atau ireguler, adanya takikardia, denyutan kuat atau lemah.

Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi.

c. Pemeriksaan kulit

Kulit kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung sembuh.

Adanya akral dingin, CRT < 2 detik, adanya pitting edema.

d. Pemeriksaan kepala

Raut wajah : pengkajian kontak mata saat diajak berkomunikasi, fokus

atau tidak fokus. Mata : simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya,

terdapat gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopati

diabetik. Telinga : fungsi pendengaran mungkin menurun. Hidung :

adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman saraf penghidung

menurun. Mulut : mukosa bibir kering.

e. Neuro sensori : Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan

memori, kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.

f. Kardiovaskuler : Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan

TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)

g. Pernafasan : Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak

nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung

ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar

kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.

Page 12: LP DM + DF

h. Gastro intestinal : Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi

abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus

lemah/menurun.

i. Eliminasi : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau

busuk, diare (bising usus hiper aktif).

j. Reproduksi/sexualitas : Rabbas vagina (jika terjadi infeksi),

keputihan, impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita

k. Muskuloskeletal : Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot,

ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada

tungkai.

l. Integumen : Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,

turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),

kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.

6. PemeriksaanDiagnostik

1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan

diagnosis DM ( mg/dl ).

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa

darah sewaktu

Plasma vena < 100 100 – 199 > 200

Darah kapiler < 90 90 – 199 > 200

Kadar glukosa

darah puasa

Plasma vena < 100 100 – 125 > 126

Darah kapiler < 90 90 – 99 > 100

2. Glycosatet Hemoglobin/Hemoglobin glkosilasi (Hb A1C). Berguna untuk

memantau kadar gula darah rata – rata selama lebih dari 3 bulan. Nilai

normal < 8%. Setiap penurunan 1% menurunkan risiko gangguan

mikrovaskuler 35% dan menurunkan risiko komplikasi lain dan kematian

21%.

3. Aseton plasma (keton) : positif.

4. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.

5. Osmolaritas serum : meningkat tetapi bisanya kurang dari 330 Mosm/L.

Page 13: LP DM + DF

6. Ureum/ kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan

fungsi ginjal.)

7. Kadar insulin darah : biasanya menunjukan pH darah rendah dan

penurunan HCO2 (acidosis).

8. Trombosit darah : HT mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap infeksi.

7. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a. Bernafas

Pasien dapat mengalami takipnoe pada keadaan istirahat/dengan

aktifitas, sesak nafas, RR > 24 x/menit.

b. Makan dan minum

Pasien mengalami peningkatan napsu makan.

c. Eliminas

Pasien biasanya mengalami diare dan poliuria.

d. Aktivitas

Dalam aktivitasnya, pasien yang mengalami DM akan mengalami

pembatasan dalam aktivitas untuk mengurangi resiko cidera.

e. Rekreasi

Pasien tetap dapat berekreasi tetapi rekreasi yang tidak menyebabkan

cidera.

f. Istirahat dan tidur

Pasien DM akan mengalami gangguan tidur karena terganggu oleh

poliuria dan kencing pada malam hari.

g. Kebersihan diri

Pada pasien DM diharuskan lebih menjaga dan merawat diri untuk

mencegah terjadinya ulkus.

h. Pengaturan suhu

Pasien DM tidak mengalami perubahan suhu, kecuali bagi pasien

yang mengalami komplikasi.

i. Rasa nyaman

Pasien akan merasa tidak nyaman terutama pada pasien yang sudah

mengalami ulkus pada tubuhnya.

Page 14: LP DM + DF

j. Rasa aman

Pasien akan merasa tidak aman dengan makanan yang dimakan dan

aktivitas yang dilakukannya, karena banyak faktor yang

menyebabkan DM.

k. Belajar

Pasien akan belajar mengenai penyakit DM agar, anggota

kelurganya yang lain tidak mengalami penyakit yang sama dengan

pasien.

l. Prestasi

Dapat mengetahui cara pencegahan dari penyakit DM.

m. Hubungan sosial

Pasien biasanya susah berkomunikasi terutama pada pasien yang

sudah mengalami gangren pada bagian tubuhnya.

n. Ibadah

Pasien susah untuk melaksanakan ibdahah sebagaimana mestinya

pasien beribadah.

B. DIAGNOSA

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidak mampuan mengabsorbs imakanan

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuretic osmotik

3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan system kekebalan

tubuh

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan, dengan perubahan kondisi

metabolik

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses metabolisme yang

terganggu

Page 15: LP DM + DF

C. INTERVENSI

1. Ketidak seimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d

ketidak mampuan

mengabsorbsi

makanan

NOC :

1. Nutritional status : food

and fluid intake

2. Nutrional status : nutrient

intake

Kriteria Hasil :

1. adanya peningkatan berat

badan sesuai dengan

tujuan

2. Berat badan ideal sesuai

dengan tinggi badan

3. mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

4. tidak ada tanda tanda

malnutrisi

5. menunjukan peningkatan

fungsi pengecapan dari

menelan

6. Tidak terjadi penurunan

berat badan yang berarti

NIC :

Nutrition management

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan

intake

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan

protein dan vitamin c

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih (sudah

dikonsultasikan kepada ahli gizi )

8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan

kalori

9. Berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi

10. Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan berat

badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas

yang biasa dilakukan

4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan

tidak selama jam makan

Page 16: LP DM + DF

5. Monitor kaloridan intake nutrisi

2. Defisit vilume cairan

berhubungan dengan

diuretic osmotik

NOC :

1. Fluid balance

2. Hydration

3. Nutritional Status :

Food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan urine

output sesuai dengan

usia dan BB, BJ urine

normal.

2. Tekanan darah, nadi,

suhu tubuh dalam batas

normal

3. Tidak ada tanda tanda

dehidrasi, Elastisitas

turgor kulit baik,

membran mukosa

lembab, tidak ada rasa

haus yang berlebihan

NIC :

Fluid Management

1. Pertahankan catatan intake dan output

yang akurat

2. Monitor status hidrasi (kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik), jika

diperlukan

3. Monitot Vital Sign.

4. Kolaborasi pemberian cairan IV.

5. Monitor status nutrisi

6. Dorongmasukan oral

7. Berikan penggantian nasogatrik sesuai

output (50 – 100cc/jam)\

8. Pasang kateter jika perlu

Monitor intake dan urin output setiap

8 jam

3. Resiko infeksi b/d

ketidakadekuatan

system kekebalan

tubuh

NOC :

1. Immune Status

2. Knowledge : Infection

control

3. Risk control

Kriteria Hasil :

1. Klien bebas dari tanda

dan gejala infeksi

2. Menunjukkan

kemampuan untuk

NIC :

Infection Control

1. Pertahankanteknikaseptif

2. Batasipengunjung bila perlu

3. Cucitangansetiapsebelum dan

sesudahtindakankeperawatan

4. Gunakan baju, sarung tangan

sebagai alat pelindung

5. Ganti letak IV perifer dan dressing

sesuai dengan petunjuk umum

Page 17: LP DM + DF

mencegah timbulnya

infeksi

3. Jumlah leukosit dalam

batas normal

4. Menunjukkan perilaku

hidup sehat

V

6. Gunakan kateter intermiten untuk

menurunkan infeksi kandung

kencing

7. Tingkatkan intake nutrisi

Infection Protection

1. Monitor tanda dan gejala infeksi

sistemik dan lokal

2. Pertahankan teknik isolasi k/p

3. Inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan, panas, drainase

4. Monitor adanya luka

5. Dorong masukan cairan

6. Dorong istirahat

7. Ajarkan pasien dan keluarga tanda

dan gejala infeksi

8. Kaji suhu badan pada pasien

neutropenia setiap 4 jam

4. Kerusakan

integritas kulit b/d

perubahan kondisi

metabolik

NOC:

1. Tissue Integrity :

Skin and Mucous

Membranes

2. Hemodyalis Akses 

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang

baik bisa

dipertahankan

2. Melaporkan adanya

gangguan sensasi

atau nyeri pada

NIC :

Pressure Management

1. Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan padaa tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi

pasien) setiap dua jam sekali

5. Monitor kulit akan adanya

kemerahan

6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil

pada derah yang tertekan

Page 18: LP DM + DF

daerah kulit yang

mengalami

gangguan

3. Menunjukkan

pemahaman dalam

proses perbaikan

kulit dan mencegah

terjadinya sedera

berulang

4. Mampu melindungi

kulit dan

mempertahankan

kelembaban kulit

dan perawatan alami

7. Monitor aktivitas dan mobilisasi

pasien

8. Monitor status nutrisi pasien

9. Memandikan pasien dengan sabun

dan air hangat

10. Inspeksi kulit terutama pada tulang-

tulang yang menonjol dan titik-titik

tekanan ketika merubah posisi

pasien.

11. Jaga kebersihan alat tenun.

5. Intoleransi aktivitas

berhubungan

dengan proses

metabolisme yang

terganggu

NOC:

1. Energy conservation

2. Activity tolerance

3. Self care : ADLs

Kriteria Hasil:

1. Berparti sipasi

dalam aktivitas fisik tanpa

disertai peningkatan

tekanan darah nadi dan RR

Mampu melakukan aktiitas

sehari hari secara mandiri

NIC :

Activity therapy

1. Kolaborasikan dengan tenaga

rehabilitasi medic dalam

merencanakan program terapi yang

tepat

2. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas

yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yang sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social

4. Bantu untuk mendapatkan alat

bantuan aktivitas seperti kursi roda ,

krek

5. Bantu pasien / keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

6. Bantu pasien untuk mengembangkan

Page 19: LP DM + DF

motivasi diri dan penguatan

7. Monitor responfisik , emosi, social

dan spiritual

D. IMPLEMENTASI

1. Medis

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap

tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi

hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima

komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

a Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat :

1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Mengarahkan pada berat badan normal

3) Menekan dan menunda timbulnya penyakitan giopati diabetic

4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

5) Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :

a.Jumlah sesuai kebutuhan

b. Jadwal diet ketat

c.Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti

pedoman 3 J yaitu:

1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi

atau ditambah

2) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

Page 20: LP DM + DF

3) Jenis makanan yang manis harus dihindari

2. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,

adalah :

1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 

jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada

penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor

insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.

2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore

3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen

4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan

akan dirangsang pembentukan glikogen baru.

6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan

kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media

misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan

sebagainya.

4. Obat

a.Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

1) Mekanisme kerja sulfanilurea

Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin

yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam

meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan

glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita

dengan berat badan normal dan masih bias dipakai pada pasien

yang berat badannya sedikit lebih.

2) Mekanisme kerja Biguanida

Page 21: LP DM + DF

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai

efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :

a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik

o Menghambat absorpsi karbohidrat

o Menghambat glukoneogenesis di hati

o Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah

reseptor insulin

c) Biguanida pada tingkat pasca reseptor: mempunyai efek

intraselluler

b. Insulin

Indikasi penggunaan insulin

1) DM tipe I

2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan

OAD

3) DM kehamilan

4) DM dangan gguanfaal hati yang berat

5) DM dangan gguaninfeksiakut (selulitis, gangren)

6) DM dan TBC paru akut

7) DM dan koma lain pada DM

8) DM operasi

9) DM patah tulang

10) DM dan underweight

11) DM dan penyakit Graves

E. EVALUASI

Page 22: LP DM + DF

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

4. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

5. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.

6. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Page 23: LP DM + DF

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association., 2012. Diagnosis and Classification of

Diabetes Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 : 64-71.

American Diabetes Association., 2013. Standards of Medical Care in Diabetes

2013. Diabetes Care Volume 36 Supplement 1 : 11-66.

Anonim. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan DM. Available at:

http://askepmedia.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-pada-

pasien-dengan.html. Opened on 18 Mei 2014

Hardiman, Djoko. Sutedjo, Isbianto. Salim, Indrawati. 2013. Tumbuh (Teduh

Untuk Sembuh). Jakarta: Media Komunikasi RS. Dr. Oen Surakarta.

Kurniadi, Rizki. 2013. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus. Available at:

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-

keperawatan-diabetes-melitus.html. Opened on 18 Mei 2014

Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

DiagnosaMedis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG

Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta : ECG

Perkeni. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kaki Diabetik. Jakarta : PB.

PERKENI

Ragil. 2012. Kumpulan Nanda NIC NOC. Available at:

http://dummiesboy.wordpress.com/2012/10/26/kumpulan-nanda-nic-

noc/. Opened on 18 Mei 2014

Page 24: LP DM + DF