LP - Mola Hidatidosa

22
LAPORAN PENDAHULUAN MOLA HIDATIDOSA disusun oleh : Muhamad Ilham N P17420209027 2A

Transcript of LP - Mola Hidatidosa

Page 1: LP - Mola Hidatidosa

LAPORAN PENDAHULUAN

MOLA HIDATIDOSA

disusun oleh :

Muhamad Ilham N

P17420209027

2A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2011

Page 2: LP - Mola Hidatidosa

MOLA HIDATIDOSA

A. PENGERTIAN

Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi

tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales

disertai dengan degenerasi hidropik (Hamilton, 1995).

Mola hidatidosa adalah kehamilan dini akan berkembang secara abnormal

dan uterus terisi oleh gelembung-gelembung mirip buah anggur yang

menghasilkan hormon korionik gonadotropin dalam jumlah yang sangat besar

(Farrer, 1999).

Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi

tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales

disertai dengan degenerasi hidropik (Heller, 1986).

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili

korialisnya mengalami perubahan hidrofik (Mansjoer, 1999).

Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan

trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik

villi dan perubahan hidropik.

B. ETIOLOGI

Belum diketahui pasti, ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan,

dan genetik. Yang paling cocok ialah teori Acosta sison, yaitu defisiensi protein.

Faktor resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah, usia < 20 tahun dan

paritas tinggi.

Menurut Heller (1986), penyebab dari mola hidatidosa adalah anomali yaitu

karena pembengkakan edematosa pada villi (degenerasi hidrofik) dan proliferasi

trofoblast.

C. PATOFISIOLOGI

Page 3: LP - Mola Hidatidosa

Faktor ovum, imunoselektif dari tropoblas, sosial-ekonomi yang rendah,

paritas tinggi, keurangan protein, infeksi virus, faktor kromosom yang belum

jelas menyebabkan chorionic vili berganda.

Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan

jernih. Biasanya tidak ada janin. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan

jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Suatu agonesis yang

lengkap/degenerasi dini dari sistem vaskularisasi buah kehamilan pada kehamilan

minggu ke III – V.

Sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel trofoblas

memproduksi hormon. Cairan ini dapat berupa gelembung yang dapat sebesar

butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi

kavum uteri.

Stroma vili dan kelembaban, terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan

stroma, adanya proliferasi dari trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom poliploidi

dan hampir pada semua kasus mola susunan sex kromatin adalah wanita.

Pada mola hidatidosa ovarium dapat mengandung kista lutein kadang-kadang

hanya ada satu ovarium, kadang-kadang pada keduanya. Kista ini berdinding tipis

dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran tinju/kepala

bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin

chorion yang tinggi. Kista akan menghilang dengan sendirinya setelah mola

dilahirkan.

(Mansjoer, 1999 : 266 dan Mochtar, 1998 : 239).

D. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Farrer (1999) dan Mansjoer (1999) :

Amenore dan tanda-tanda kehamilan.

Uterus berukuran lebih besar daripada ukuran untuk kehamilan yang normal

dan teraba lunak serta bundar.

Jantung janin tidak terdengar.

Bagian tubuh janin tidak teraba.

Page 4: LP - Mola Hidatidosa

Hiperemesis karena peningkatan HCl melampaui nilai normal dan

preeklamsia timbul secara dini dan pada keadaan ini bila ditemukan

perdarahan pervaginam mendekati akhir bulan ketiga yang sedikit dan

berwarna gelap.

Kadang-kadang gelembung seperti buah anggur tampak keluar dari dalam

vagina.

Tes urine untuk kehamilan menunjukkan hasil positif.

E. KOMPLIKASI

Menurut Mansjoer (1999)

Anemia.

Syok.

Infeksi.

Eklamsia.

Tirotoksikosis.

Menurut www.geocities.com

Perdarahan hebat.

Anemis.

Syok.

Perforasi usus.

Keganasan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Uji sonde uterus (Hanifa).

Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 3600

dengan deviasi sonde kurang dari 100.

2. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin.

3. USG menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern).

4. Foto thoraks ada gambaran emboli udara.

5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.

Page 5: LP - Mola Hidatidosa

6. Hitung darah lengkap dengan apusan darah : lazimnya ditemukan anemia

defisiensi besi, eritropoesis megaloblastik jarang.

7. Urinalisis : biasanya normal proteinuria memberi kesan adanya kaitan dengan

kaitan pre eklamsia.

G. PENATALAKSANAAN

Menurut www.geocities.com

Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan, yaitu :

1. Perbaikan keadaan umum.

Koreksi dehidrasi.

Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang).

Bila ada gejala pre eklamsia dan hiperemesis gravidarum, diobati sesuai

dengan protokol penanganan dibagian obstetri.

Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit dalam.

2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi.

Kuretase pada pasien mola hidatidosa :

Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin

dan kadar beta HCG dan foto toraks), kecuali bila jaringan mola telah

keuar spontan.

Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan

laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.

Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus

dengan tetesan oxytosin 10 IU dalam 500 cc D5%.

Kuretase dilakukan 2x dengan interval minimal 1 minggu.

Histerektomi.

Syarat melakukan histerektomi :

Umur ibu 35 tahun atau lebih.

Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.

3. Pemeriksaan tindak lanjut.

Meliputi :

Lama pengawasan 1-2 tahun.

Page 6: LP - Mola Hidatidosa

Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi

kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan

setiap kali pasien datang untuk kontrol.

Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap 1 minggu sampai

ditemukan kadarnya yang normal 3 x berturut-turut.

Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan

kadarnya normal 6 x berturut-turut.

Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik dan

foto thorax semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut

berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.

Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan

pada pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya tanda-tanda metastasis

maka pasien harus dievaluasi dimulai pemberian kemoterapi.

Page 7: LP - Mola Hidatidosa

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Menurut Doengoes, 1999 :

1. Aktivitas/istirahat.

Gejala : insomnia, sensitifitas , otot lemah, gangguan koordinasi,

kelelahan berat.

Tanda : atrofi otot, tremor.

2. Sirkulasi.

Gejala : perdarahan pervaginam.

Tanda : tekanan darah, takikardi saat istirahat.

3. Eliminasi.

Gejala : urin dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses.

4. Intergritas ego.

Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.

Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.

5. Makanan/cairan.

Gejala : kehilangan BB mendadak, nafsu makan , mual dan muntah.

Tanda : distensi vena jugularis, edema, turgor kulit dapat dilihat dari

kelembaban/kering; membran mukosa.

6. Neurosensori.

Gejala : rasa ingin pingsan/pusing, tremor halus, kesemutan.

Tanda : gangguan status mental, bicara cepat/parau, perilaku seperti

bingung, gelisah, disorientasi, peka rangsang, delirium, psikosis,

struktur koma.

7. Nyeri.

Gejala : nyeri abdomen.

Tanda : mengkerutkan muka, menjaga area yang sakit, respon emosional

terhadap nyeri.

8. Pernafasan.

Page 8: LP - Mola Hidatidosa

Gejala : frekuensi pernafasan , takipneu, dispneu, edema paru (pada krisis

tiroksikosis).

Tanda : fungsi mental/kegelisahan, kesadaran/rileks.

9. Keamanan.

Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan.

Tanda : suhu diatas 37,40C, diaporesis, kulit halus, hangat dan

kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus.

10. Seksualitas.

Tanda : penurunan libido, hipomenorhea.

11. Integumen.

Tanda : adanya luka bekas operasi.

12. Verbal.

Gejala : pernyataan tidak mengerti/salah mengerti.

Tanda : kerusakan kemampuan untuk bicara, gagap, disastria, afasia, suara

lemah/tidak mendengar.

13. Penyuluhan/pembelajaran.

Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah, masalah

penyakit trofoblast, terutama mola hidatidosa.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan

intrauteri.

2. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dnegan

perdarahan.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan

sekunder.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

masukan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (mual,

anoreksia, pembatasan medis).

5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.

Page 9: LP - Mola Hidatidosa

6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelelahan nyeri atau

ketidaknyamanan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan I : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan

kerusakan jaringan intrauteri.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat

beradaptasi dengan nyeri yang dialami.

Intervensi :

1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala

maupun diskripsi.

2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi

nyeri.

3. Kolaborasi pemberian analgetika.

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan

pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum

luas/spesifik.

Diagnosa Keperawatan II : Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan

berhubungan dnegan perdarahan.

Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output

baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi :

1. Kaji kondisi status hemodinamika.

Rasional : Pengeluaran cairan pervasinal sebagai akibat abortus memiliki

karakteristik bervariasi.

2. Ukur pengeluaran harian.

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah

dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal.

Page 10: LP - Mola Hidatidosa

3. Catat haluaran dan pemasukan.

Rasional : Mengetahui penurunan sirkulasi terhadap destruksi sel darah

merah.

4. Observasi nadi dan tensi.

Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).

5. Berikan diet halus.

Rasional : Memudahkan penyerapan diet.

6. Nilai hasil lab.HB/HT.

Rasional : Menghindari peradarahan spontan karena proliferasi sel darah

merah.

7. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi.

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan transfusi

mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif.

8. Evaluasi status hemodinamika.

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

tidak adekuat pertahanan sekunder.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.

Intervensi :

1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna, dan bau.

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart

keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak

mungkin merupakan tanda infeksi.

2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang

lebih luar.

3. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.

Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.

4. Lakukan perawatan vulva.

Page 11: LP - Mola Hidatidosa

Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat

menyebabkan infeksi.

5. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi.

Rasional : Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik

infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan

gejala infeksi.

6. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama

masa perdarahan.

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan

ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk

kondisi sistem reproduksi ibu sekaligus meningkatkan resiko

infeksi pada pasangan.

7. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.

Rasional : Mencegah cross infeksi.

8. Observasi suhu tubuh.

Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.

9. Nilai hasil lab.Leukosit, darah lengkap.

Rasional : Penurunan sel darah putih akibat dari proses penyakit.

10. Berikan obat sesuai terapi.

Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan.

Diagnosa Keperawatan IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan masukan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme (mual, anoreksia, pembatasan medis).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi dapat

tercukupi dengan kriteria hasil :

Klien memenuhi kebutuhan nutrisi.

Intervensi :

1. Sajikan makanan yang hangat.

Rasional : Untuk mengkaji mual/muntah/nek.

Page 12: LP - Mola Hidatidosa

2. Kaji/catat pemasukan diet atau kemampuan pasien dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi.

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi definisi dan kebutuhan diet.

3. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering.

Rasional : Meminimalkan anorexia/mual.

4. Kolaborasi dengan ahli gizi.

Rasional : Menambahkan dalam menetapkan program nutrisi spesifik untuk

memenuhi kebutuhan individu pasien.

Diagnosa Keperawatan V : Gangguan aktivitas berhubungan dengan

kelemahan, penurunan sirkulasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat

melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi.

Intervensi :

1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.

Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi

perdarahan masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien

lebih buruk.

2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan.

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ

reproduksi.

3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

Rasional : Mengistirahatkan klien secara optimal.

4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi

klien.

Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat

mutlak sangat diperlukan.

5. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.

Rasional : Menilai kondisi umum klien.

Page 13: LP - Mola Hidatidosa

Diagnosa Keperawatan VI : Kurang perawatan diri berhubungan dengan

kelelahan nyeri atau ketidaknyamanan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri

pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :

Mendemonstrasikan diri dan melaksanakan peningkatan tanggung

jawab untuk perawatan diri.

Intervensi :

1. Dekatkan barang-barang milik pasien.

Rasional : Untuk memudahkan pasien.

2. Kaji tingkat keterbatasan pasien dalam perawatan diri.

Rasional : Membantu dalam mengkaji keterbatasan pasien.

3. Bantu keperluan pasien dalam perawatan diri pasien.

Rasional : Untuk memudahkan pasien.

4. Tentukan kemampuan saat ini (skala 0-4).

Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan intervensi yang dibutuhkan.

5. Koordinasi dengan ahli terapi fisik/rehabilitasi.

Rasional : Berguna dalam menetapkan program latihan/aktivitas dan dalam

mengidentifikasi alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individu.

Page 14: LP - Mola Hidatidosa

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (1981). Obstetri patologi. Jakarta : Elstar Offset.

JNPKKR-POGI. (2000). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Mansjoer, A., et.al. (1999). Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Cetakan 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Marilynn E.Doengoes. (2000). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis obstetri. Edisi 2. Jakarta : EGC.

NANDA. (2006). Nursing diagnosis : definition and classification. Philadelphia : North American Nursing Association.

Sarwono, Prawirohardjo. (1999). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Page 15: LP - Mola Hidatidosa

H. PATHWAY KEPERAWATAN

Defisiensi protein

Kedaan sosial ekonomi yang rendah

Paritas tinggi Akibat infeksi Faktor ovumPerdarahan pervaginam berulang

Trofoblas ekstra embrionik

Mola Hidatidosa

Curetage Tindakan pembedahan HystrektomiPengaruh anestesi

Motalitas usus

Distensi abdomen

Mual/muntah

Nafsu makan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Invasi mikroorganisme

Adanya luka operasi, kurang pengetahuan

perawatan luka

Terputusnya jaringan syaraf

Resiko tinggi infeksi

Nyeri luka operasi

Nyeri

Perdarahan

Resiko tinggi kekurangan

volume cairan

Kelemahan

Gangguan aktivitas

Bedrest total; malas bergerak

Takut akan lukanya

Kurang perawatan

diri

Pengaruh anestesi

Motalitas usus

Distensi abdomen

Mual/muntah

Nafsu makan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan