KINETIKA Raissa Alda Komala 12.70.0049 A4

28
1. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan kinetika dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil pengamatan kinetika Ke l Perlakuan Waktu ΣMO tiap petak Rata-rata MO tiap petak Rata-rata MO tiap CC OD (nm) pH Total asam (mg/ml) 1 2 3 4 1 Sari apel + S. cereviciae N 0 17 4 4 8 8,25 3,3 x 10 7 0,1090 3,14 10,56 N 24 71 54 58 62 61,25 2,45 x 10 8 0,4995 3,11 13,44 N 48 38 39 30 32 34,75 1,39 x 10 8 0,6428 3,20 12,67 N 72 36 31 20 27 28,5 1,14 x 10 8 1,2812 3,24 12,48 N 96 21 26 19 8 18,5 7,4 x 10 7 0,8054 3,28 12,67 2 Sari apel + S. cereviciae N 0 5 8 1 2 4 1,6 x 10 7 0,0889 3,13 10,56 N 24 78 80 90 96 86 3,44 x 10 8 0,6578 3,11 12,48 N 48 127 130 129 126 128 5,12 x 10 8 0,7935 3,20 12,29 N 72 170 185 168 162 171,25 6,85 x 10 8 1,2631 3,25 12,10 N 96 180 198 192 183 188,25 7,53 x 10 8 0,6415 3,28 12,48 3 Sari apel + S. cereviciae N 0 2 3 2 1 2 8 x 10 6 0,1045 3,14 10,37 N 24 76 64 72 80 73 2,92 x 10 8 0,7367 3,13 13,06 N 48 80 77 85 81 80,75 3,23 x 10 8 0,8530 3,19 12,67 N 72 88 94 90 98 92,5 3,7 x 10 8 1,1675 2,90 12,48 N 96 140 152 177 182 162,75 6,51 x 10 8 0,5377 3,29 12,86 4 Sari apel N 0 4 2 2 8 4 1,6 x 10 7 0,1003 3,16 10,94 1

description

Cider adalah produk fermentasi dari sari buah apel maupun dari bahan yang mengandung pati, yang diperoleh dari proses pengepresan dan penggilingan. Cider mengalami 2 tahap fermentasi, yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi malolatic. Tahap fermentasi alkohol, yeast akan mengubah gula menjadi etanol, dan pada fermentasi malolatic, asam malat diubah menjadi asam laktat. Cider dapat dibuat secara tradisional tanpa penambahan gula dan CO2 yang biasa disebut dengan natural cider, maupun dengan sparkling cider yang dibuat dengan menggunakan jus konsentrat apel atau apel segar dan ditambah dengan gula dan gas CO2 dengan menggunakan proses stabilisasi.

Transcript of KINETIKA Raissa Alda Komala 12.70.0049 A4

1. HASIL PENGAMATANHasil pengamatan kinetika dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan kinetikaKelPerlakuanWaktuMO tiap petakRata-rata MO tiap petakRata-rata MO tiap CCOD (nm)pHTotal asam (mg/ml)

1234

1Sari apel + S. cereviciaeN0174488,253,3 x 1070,10903,1410,56

N247154586261,252,45 x 1080,49953,1113,44

N483839303234,751,39 x 1080,64283,2012,67

N723631202728,51,14 x 1081,28123,2412,48

N96212619818,57,4 x 1070,80543,2812,67

2Sari apel + S. cereviciaeN0581241,6 x 1070,08893,1310,56

N2478809096863,44 x 1080,65783,1112,48

N481271301291261285,12 x 1080,79353,2012,29

N72170185168162171,256,85 x 1081,26313,2512,10

N96180198192183188,257,53 x 1080,64153,2812,48

3Sari apel + S. cereviciaeN0232128 x 1060,10453,1410,37

N2476647280732,92 x 1080,73673,1313,06

N488077858180,753,23 x 1080,85303,1912,67

N728894909892,53,7 x 1081,16752,9012,48

N96140152177182162,756,51 x 1080,53773,2912,86

4Sari apel + S. cereviciaeN0422841,6 x 1070,10033,1610,94

N2483961129596,53,86 x 1080,82733,1312,29

N4810615449109104,54,18 x 1080,73863,0912,10

N721071034510389,53,58 x 1081,38323,2312,48

N961071051371311204,8 x 1081,10553,2912,48

5Sari apel + S. cereviciaeN0445341,6 x 1070,10223,1811,14

N24119835753783,12 x 1080,65393,1412,86

N483636403937,751,51 x 1080,71913,1912,67

N723447454141,751,67 x 1081,32563,2612,10

N9625363726311,04 x 1080,32423,2912,86

Berdasarkan tabel diatas, perlakuan yang diberikan dari kelompok 1 hingga kelompok 5 adalah sama, yaitu sari apel ditambah dengan Saccharomyces cereviceae. Rata-rata jumlah sel pada kelompok 2, dan kelompok 3 terus mengalami peningkatan setiap harinya. Pada kelompok 4 mengalami peningkatan, namun menurun pada N72. Sedangkan pada kelompok 1 dan kelompok 5 mengalami penurunan pada N48 dan mengalami peningkatan di N72. Nilai rata-rata jumlah MO per cc berbanding lurus dengan nilai rata-rata MO tiap petak per harinya. Nilai OD kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 5 mengalami peningkatan dari N0 hingga N72 dan mengalami penurunan pada N96. Sedangkan pada kelompok 4, mengalami penurunan pada N48 dan mengalami peningkatan kembali pada N72 dan menurun kembali pada N96. Nilai pH tertinggi dari kelompok 1 hingga kelompok 5 yaitu pada N96 dengan pH3,29 ada kelompok 3 dan kelompok 5. Pada kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 5 memiliki total asam tertinggi pada N24, sedangkan pada kelompok 4 memiliki total asam tertinggi pada N72. Total asam tertinggi dari seluruh kelompok adalah pada kelompok 1 dengan 13,44 mg/ml.

2

1

Grafik 1. Hubungan Jumlah Sel tiap cc dengan Waktu Fermentasi

Grafik 1 menunjukkan hubungan waktu fermentasi dengan jumlah sel tiap cc. Dari grafik, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dan penurunan jumlah sel selama proses fermentasi. Pada kelompok 1 dan kelompok 5 mengalami penurunan jumlah sel pada N48.

Grafik 2. Hubungan jumlah sel dengan OD

Dari grafik, terjadi peningkatan nilai OD dari N1 hingga N72, namun mengalami penurunan pada N86.

Grafik 3. Hubungan jumlah sel dengan pH

Berdasarkan grafik, terjadi peningkatan nilai pH dari N0 hingga N96 seiring dengan pertambahan sel.

Grafik 4. Hubungan jumlah sel dengan total asam.

Berdasarkan grafik diatas, peningkatan jumlah sel diikuti dengan peningkatan total asam.

Grafik 5. Hubungan OD dan waktuBerdasarkan grafik disamping, pengamatan OD dilakukan hingga N96. Peningkatan nilai OD terjadi hingga N72, dan pada N96 nilai OD mengalami penurunan.

2. PEMBAHASAN

Menurut Ranganna (1978), cider adalah produk fermentasi yang berasal dari sari buah apel maupun dari bahan yang mengandung pati, yang diperoleh dari proses pengepresan dan penggilingan. Cider mengalami 2 tahap fermentasi, yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi malolatic. Menurut Zhao et al. (2014), pada tahap fermentasi alkohol, yeast akan mengubah gula menjadi etanol. Sedangkan pada fermentasi malolatic, asam malat diubah menjadi asam laktat. Pada pembuatan wine, tahapan ini menjadi sangat penting karena akan menurunkan keasaman, mempengaruhi kestabilan mikroba, dan akan mempengaruhi karakteristik sensori cider. Kualitas sensori cider dipengaruhi oleh kandungan polifenol. Menurut Nogueira et al (2008a), karakteristik cider meliputi warna, kepahitan, dan astringency yang mempengaruhi flavor dari minuman. Menurut Dolge et al. (2012), cider dapat dibuat secara tradisional tanpa penambahan gula dan CO2 yang biasa disebut dengan natural cider, maupun dengan sparkling cider yang dibuat dengan menggunakan jus konsentrat apel atau apel segar dan ditambah dengan gula dan gas CO2 dengan menggunakan proses stabilisasi. Pada praktikum ini, pembuatan cider tidak ditambah dengan gula, sehingga termasuk dalam natural cider.

Pada praktikum ini, sari buah apel dibuat dengan menggunakan juicer. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Realita & Debby (2010), yaitu buah yang mengandung kadar gula yang cukup untuk proses fermentasi, dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan cider. Kualitas cider yang dihasilkan akan berbeda-beda karena bergantung pada jenis apel yang digunakan. Pada proses fermentasi, yeast akan menggunakan gula yang ada didalam apel sebagai sumber karbon. Menurut Dolge et al (2012), jenis yeast, kondisi fermentasi, proses produksi dan perlakuan juga akan mempengaruhi hasil cider.

Apel diambil sarinya dan disterilisasi menggunakan waterbath untuk membunuh mikroorganisme yang mengkontaminasi dalam proses fermentasi agar diperoleh kondisi yang aseptis (Potter & Hotchkiss, 1995). Selanjutnya, sari apel ditambah dengan 30 ml mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi secara aseptis. Menurut Hadioetomo (1993), diperlukan kondisi yang aseptis agar mencegah terjadinya kontaminasi pada cider sehingga hanya biakan murni yang dapat tumbuh. Jenis mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi sari buah apel adalah yeast. Yeast yang sering digunakan dalam fermentasi alkohol adalah jenis Saccharomyces cerevisiae var uvarum, dan yeast lain yang juga dapat digunakan untuk fermentasi cider adalah Brettanomyces sp., Hanseniaspora valbyensis, dan Metschnikowia pulcherrima. Selain yeast, juga ada bakteri yang berperan dalam fermentasi, yaitu bakteri asam laktat seperti Lactobaclillus brevis, Leuconostoc mesenterides, dan Leuconostoc oenos serta bakteri asam asetat yaitu Gluconobacter oxydans dan Acetobacter aceti (Nogueira et al., 2007). Pada proses fermentasi, Saccharomyces cerevisiae (yeast) akan memecah pati dan manghasilkan alkohol dan CO2, sedangkan khamir akan memfermentasi alkohol dengan kandungan alkohol sekitar 6,5-8%. Menurut Rahman (1992), sebelum proses fermentasi alkohol, bahan pangan yang mengandung pati dalam jumlah tinggi akan disakarifikasi oleh enzim amilase.

Setelah diinokulasi dengan mikroorganisme, yeast difermentasi pada suhu ruang (25-300C) selama 5 hari diatas shaker. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan laju alir udara dan untuk mencegah terhambatnya laju transfer oksigen. Menurut Winarno et al (1980), penting dilakukan penggoyangan pada proses fermentasi karena oksigen berperan untuk metabolisme sel, sehingga yeast dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan menurut Said (1987), penggoyangan bertujuan untuk menghomogenkan suspensi sel mikroorganisme dengan medium. Suhu yang digunakan untuk fermentasi akan mempengaruhi proses fermentasi alkohol, karena suhu mempengaruhi ekologi mikroba dan akan berdampak di reaksi biokimia yeast. Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi proses fermentasi alkohol dan kualitas cider yaitu komposisi jus, kejernihan jus, inokulasi yeast tertentu, dan hubungan dengan mikroorganisme lain. Laju fermentasi akan meningkat pada suhu tinggi, namun gula tidak digunakan seluruhnya. Suhu yang tinggi juga akan meningkatkan aktivitas enzim yang mempercepat laju fermentasi. Dalam jangka waktu yang lama, suhu yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya stabilitas enzim yang menyebabkan berukurangnya penggunaan gula. Sedangkan suhu yang rendah, gula akan digunakan secara sempurna karena tingginya jumlah biomasa yeast dapat dijaga selama proses fermentasi (Musyimi et al., 2013). Selanjutnya, setiap 24 jam larutan sampel secara aseptis diambil 30 ml untuk uji pH, OD, total asam, dan jumlah sel mikroba. Pengukuran jumlah sel menggunakan Haemocytometer, pengukuran OD menggunakan Spektrofotometer dan pH menggunakan pH meter. Pengukuran total asam menggunakan metode titrasi.

2.1. Hubungan jumlah mikroorganisme dengan waktuHaemocytometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme dibawah mikroskop dengan sebuah ruang hitung dari petak-petak kecil. Awalnya, haemocytometer digunakan untuk menghitung jumlah sel darah merah, sehingga biasanya alat ini digunakan untuk menghitung sel yang memiliki ukuran sebesar sel darah merah dan memiliki densitas yang lebih besar 104sel/ml (Hadioetomo, 1993; Chen & Chiang, 2011). Perhitungan jumlah sel menggunakan haemocytometer dilakukan pada jam ke 0, 24, 48, 72, dan 96. Ada beberapa jenis mikroorganisme yang bereperan dalam fermentasi vinegar. Menurut Saha & Benarjee (2013), ada 2 tahapan proses yang melibatkan yeast dan bakteri. Pada tahap pertama, yeast jenis Saccharomyces akan memfermentasi gula menjadi etanol pada kondisi anaerob, sedangkan bakteri Acetobacter akan mengoksidasi etanol menjadi asam asetat secara aerob. Pada fermentasi vinegar, bakteri yang berperan adalah bakteri asam asetat (Acetic Acid Bacteria). Reaksi oksidasi etanol menjadi asam asetat :

AerobAnaerob2C2H5OH 2CH3CHO 2CH3CO2H + 2H2OPada praktikum ini, yeast yang diinokulasikan adalah Saccharomyces cerevisiae. Penampakan sel yeast dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan menggunakan Haemocytometer dan terdapat kotak-kotak kecil yang dibatasi oleh garis-garis. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Chen & Chiang (2011), yaitu terdapat 2 ruang hitung dengan kedalaman tertentu dan masing-masing memiliki kotak-kotak mikroskopik di permukaan kaca sebanyak 16 kotak kecil dan dibatasi dengan 3 garis dengan ukuran 4x4 kotak.

N0 N24N48N72N96Penentuan jumlah sel menggunakan Haemocytometer.

Dari hasil pengamatan, waktu fermentasi yang semakin lama akan meningkatkan jumlah sel/cc. Pada kelompok 2 dan kelompok 3, jumlah sel/cc terus mengalami peningkatan dari N0 hingga N96. Pada kelompok 1 dan kelompok 5, jumlah sel/cc mengalami peningkatan hingga N24, dan selanjutnya mengalami penurunan, namun pada N72 kelompok 5 mengalami peningkatan jumlah sel/cc. Dan pada kelompok 4, peningkatan jumlah sel/cc terjadi hingga N48 dan mengalami penurunan pada N72, namun kembali meningkat pada N96. Pada percobaan ini, penentuan jumlah sel dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan haemocytometer, sesuai dengan pernyataan dari Pigeau et al (2007). Semakin lama waktu fermentasi akan meningkatkan jumlah sel yeast, namun akan mengalami penurunan pada waktu tertentu karena pertumbuhan yeast telah maksimal (fase stasioner). Menurut Triwahyuni et al., (2012), pertumbuhan yeast akan meningkat pada 24-48 jam. Pada N48, pertumbuhan yeast berada di fase eksponensial sehingga jumlah sel yeast akan sangat meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan oleh data dari kelompok 4 yang mengalami peningkatan jumlah sel yeast pada N48. Semakin meningkatnya jumlah yeast, jumlah sumber karbon yang dibutuhkan juga akan semakin meningkat. Jumlah gula yang terbatas akan menyebabkan yeast kehilangan kemampuan untuk fermentasi, sehingga setelah 48 jam yeast akan mengalami fase stasioner karena faktor pertumbuhan media yang terbatas. Bila sumber makanan yang digunakan oleh yeast habis, maka yeast akan mengalami kematian. Penurunan jumlah yeast pada akhir proses fermentasi dapat ditunjukkan oleh data kelompok 1 dan kelompok 5, sedangkan pada beberapa kelompok terjadi peningkatan jumlah yeast. Menurut Amenaghawon et al., (2012), kematian yeast dapat disebabkan oleh adanya etanol dalam jumlah besar yang diproduksi oleh yeast. Etanol dihasilkan dari gula dengan proses fermentasi, sehingga gula akan habis karena diubah menjadi etanol. Hal ini menyebabkan etanol terakumulasi didalam media sehingga pertumbuhan yeast menjadi terhambat.

2.2. Hubungan jumlah mikroorganisme dengan absorbansi

Spektrofotometer

Pengukuran Optical Density (OD) menggunakan alat spektrofotometer. Spektrofotometer dapat mengukur penyerapan radiasi oleh larutan. Panjang gelombang yang digunakan adalah 660 nm (Ewing, 1985). Nilai absorbansi larutan diukur karena merupakan nilai konstan dari intensitas penyerapan. Konsentrasi larutan akan mempengaruhi nilai absorbansi yang dihasilkan. Nilai absorbansi akan meningkat bila larutan yang memiliki tingkat kekeruhan dan kepekatan yang tinggi (Wilford, 1987; Fox, 1991).

Dari hasil pengamatan, jumlah sel yang meningkat akan memiliki nilai absorbansi yang semakin rendah. Pertumbuhan yeast akan menunjukkan hubungan jumlah sel dan OD, karena jumlah sinar yang dihambat berbanding lurus dengan jumlah sel yang ada, sehingga bila jumlah sel meningkat, maka sinar yang dihamburkan juga akan semakin meningkat. Sehingga seharusnya, peningkatan nilai absorbansi juga akan diikuti dengan peningkatan jumlah sel (Jomdecha & Prateepasen, 2006; Pelezar & Chan, 1976). Bila didalam larutan terdapat pengotor misalnya seperti ampas kulit, pengotor ini dapat menghalangi sinar yang masuk. Adanya gelembung udara didalam larutan, kuvet yang tergores, dan panjang gelombang yang tidak sesuai dengan yang tertera di alat dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran (Pomeranz & Meloan, 1994).

2.3. Hubungan jumlah mikroorganisme dengan pH

pH meter

Dari hasil pengamatan, terjadi peningkatan pH dari N0 hingga ke N96 meskipun terjadi peningkatan dan penurunan jumlah sel. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Escalante et al (2012), bahwa pH tidak dipengaruhi oleh jumlah sel selama proses fermentasi, sehingga bila jumlah sel mengalami peningkatan atau penurunan, nilai pH tetap. Hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini yang menunjukkan hubungan pH dan jumlah sel selama proses fermentasi.(Escalante et al, 2012).

Dari gambar diatas, menunjukkan pH larutan yang berkisar antara 3,5 4. Pada awal fermentasi, pH menurun karena jumlah sel mengalami peningkatan, kemudian pH akan memiliki nilai yang tetap meskipun jumlah sel mengalami peningkatan. Menurut Ghosh et al (2012)., Pada fermentasi asam asetat, selain suhu, pH menjadi parameter yang penting dan dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri Acetobacter aceti. pH yang rendah akan menghambat pertumbuhan bakteri, hal ini dapat ditunjukkan dengan pertumbuhan bakteri yang menurun pada pH 3,4 bila dibandingkan dengan pH 3,8 dalam kondisi tanpa oksigen. pH optimum yang digunakan untuk pertumbuhan A. aceti adalah 5,5 6,3.

2.4. Hubungan jumlah mikroorganisme dengan total asam

Pada percobaan ini, pengamatan jumlah total asam dilakukan setiap 24 jam dan metode yang digunakan adalah titrasi asam. Menurut Nogueira et al (2008b), pengurangan jumlah sel dapat menjaga kemanisan alami vinegar dan mengontrol kecepatan fermentasi cider. Bila dibandingkan dengan hasil pengamatan, ada hubungan antara jumlah sel dengan total asam, yaitu semakin banyak jumlah sel akan meningkatkan keasaman. Hal ini dapat disebabkan karena selama proses fermentasi, yeast juga menghasilkan senyawa asam. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Escalante et al. (2012), bahwa yeast Saccharomyces cerevisiae akan menghasilkan beberapa senyawa asam selama proses fermentasi alkohol. Beberapa senyawa asam tersebut adalah senyawa yang bersifat volatil (mudah menguap) dan non volatil. Contohnya adalah asam asetat dan asam suksinat yang ada didalam cider atau vinegar. Sedangkan senyawa utamanya adalah senyawa alkohol, dan senyawa lainnya adalah ester, aldehid, dan lain-lain. Senyawa alkohol maupun senyawa asam akan sangat berkontribusi pada pembentukan aroma minuman beralkohol seperti cider atau vinegar, karena senyawa asam seperti asam asetat adalah asam organik yang penting dalam pembentukan aroma dan berkontribusi dalam total asam volatil. Menurut Silva et al (2007), senyawa asam dihasilkan setelah fermentasi alkohol, karena bakteri Acetobacter aceti akan mengoksidasi alkohol menjadi senyawa asam asetat sehingga senyawa asam ini akan memberikan karakteristik rasa yang khas.

2.5. Hubungan absorbansi dengan waktuBerdasarkan hasil pengamatan, terjadi peningkatan nilai OD dari N0 hingga N72, namun mengalami penurunan pada N96. Peningkatan nilai OD ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah sel yang tumbuh dan berkembang. Menurut Jomdecha & Prateepasen (2006), Optical density (OD) adalah pengukuran jumlah sel yang ada didalam kultur cair. Pada praktikum ini, nilai OD merupakan banyaknya sinar yang dapat diteruskan oleh kultur cair. Penurunan nilai OD pada N96 dapat disebabkan oleh proses shaker yang kurang sempurna. Menurut Rahman (1992), kecepatan shaker harus diatur agar gerakan berputar shaker dapat menyebabkan media bergejolak dan terjadi aerasi. Bila proses shaker tidak berjalan dengan baik, maka laju transfer O2 akan terhambat dan menyebabkan Saccharomyces cerevisiae tidak dapat tumbuh secara optimal. Kesalahan lainnya yaitu, sampel yang akan diuji absorbansinya tidak diaduk terlebih dahulu, sehingga sel yeast bisa saja berada di bagian bawah wadah (mengendap) dan tidak ikut saat dituang ke dalam cuvet dan menyebabkan sampel yang terukur hanya mengandung sedikit sel yeast, sehingga akan mempengaruhi nilai OD.

3. KESIMPULAN

Sari buah apel adalah media fermentasi untuk produksi cider. Fermentasi cider ada 2 tahap, yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi malolatic. Yeast Saccharomyces cerevisiae var uvarum digunakan untuk produksi cider. Suhu fermentasi merupakan suhu ruang yang digunakan untuk menjaga pertumbuhan yeast dan untuk pemanfaatan gula secara optimal. Kepadatan yeast dapat diukur dengan menggunakan Haemocytometer maupun Spektrofotometer (OD). Jumlah sel akan terus meningkat hingga mencapai pertumbuhan optimal (fase stasioner) selama proses fermentasi. Peningkatan jumlah sel berbading lurus dengan nilai OD. pH larutan tidak dipengaruhi oleh jumlah sel, tetapi mempengaruhi jumlah sel. Peningkatan jumlah sel akan meningkatkan total asam. OD meningkat seiring dengan waktu yang semakin lama, namun akan menurun pada akhir proses fermentasi. Fermentasi merupakan perubahan gula menjadi alkohol dan CO2 dengan melibatkan mikroorganisme fermentatif. Selama proses fermentasi, ragi mengubah gula menjadi alkohol, sedangkan asama laktat akan mengubaj asam malat menjadi karbondioksida. Jenis cider yang digunakan pada praktikum ini adalah natural cider. Keberhasilan proses fermentasi dapat dipengaruhi oleh konsentrasi gula, suhu, konsentrasi CO2, dan jenis yeast yang digunakan. Jenis yeast yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae. Sari apel disterilisasi agar mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan selama proses fermentasi. Proses shaker bertujuan untuk meningkatkan laju alir udara, sehingga transfer oksigen tidak terhambat dan menjamin suspensi sel mikroba dan medium berada dalam keadaann seragam atau homogen. Selama fermentasi, yeast akan mengalami percepatan pertumbuhan pada N24 hingga N48. Substrat yang digunakan oleh yeast akan semakin sedikit karena produksi alkohol yang meningkat.

Semarang, 27 Juni 2015PraktikanAsisten Dosen- Bernardus Daniel- Metta MelianiRaissa Alda Komala- Chaterine Meilani12.70.0049

4. DAFTAR PUSTAKA

Amenaghawon, N.A, Okieimen, C.O and Ogbeide, S.E. (2012).Kinetic Modelling of Ethanol Inhibition during Alcohol fermentation of Corn Stover using Saccharomyces cerevisiae. International Journal of Engineering Research and Applications (IJERA),pp.798-803.

Chen, Y. W. and Chiang, P. J. (2011). Automatic Cell Counting for Hemocytometers through Image Processing. World Academy of Science, Engineering and Technology 58.

Dolge, R. R.; Z. Kruma; and D. Karklina. (2012). Aroma Composition and Polyphenol Content of Ciders Available in Latvian Market. World Academy of Science, Engineering and Technology 67.

E-Escalante, W., M. Rychtera, K. Melzoch And B. Hatta-Sakoda. (2012). Effect Of Aeration On The Fermentative Activity Of Saccharomyces Cerevisiae Cultured In Apple Juice. Revista Mexicana De IngenierIa QuImica Vol. 11, No. 2 (2012) 211-226.

Ewing, G.W. (1985).Instrumental Methods of Chemical Analysis. Mc Growhill Book Company. USA.

Fox, P. F. ( 1991 ). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.

Ghosh, S., R. Chakraborty, G. Chatterjee And U. Raychaudhuri. (2012). Study On Fermentation Conditions Of Palm Juice Vinegar By Response Surface Methodology And Development Of A Kinetic Model. Brazilian Journal Of Chemical Engineering, Vol. 29, No. 03, Pp. 461 - 472, July - September, 2012.

Hadioetomo, R. S. (1993). Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.

Jomdecha, C. and Prateepasen, A. (2006). The Research of Low-Ultrasonic Energy Affects to Yeast Growth in Fermentation Process. Asia-Pacific Conference on NDT, 5th 10th Nov 2006, Auckland, New Zealand.

Nogueira, A., Caroline M., D. R. S. Simes, N. Waszczynskyjand G. Wosiacki. (2007). Effect of Biomass Reduction on the Fermentation of Cider. Brazilian Archives of Biology and Technology, Vol.50, n. 6 : pp.1083-1092, November 2007.

Nogueira, A., J. M. Le Qur, P. Gestin, A. Michel, G. Wosiacki, and J. F. Drilleau. (2008b). Slow Fermentation in French Cider Processing due to Partial Biomass Reduction. J. Inst. Brew. 114(2), 102110, 2008.

Nogueira, A., Sylvain G., Nathalie M., Jean M. L., Jean-F. D., dan Gilvan W. (2008a). Effect of Alcoholic Fermentation in the Content of Phenolic Compounds in Cider Processing. Braz. arch. biol. technol. v.51 n.5: pp.1025-1032, Sept/Oct 2008.

Pelezar, Michael J. & Chan. E.C.S. (1976). Turbidimetric Measurement of Plant Cell Culture Growth. Massachussets : MIT.

Pigeau et al. (2007). Concentration Effect of Riesling Icewine Juice on Yeast Performance and Wine Acidity. Journal of Applied Microbiology. Canada.

Pomeranz,Y. & C. E. Meloan. (1994). Food Analysis Theory and Practice. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Potter. N.N. & Hotchkiss.J.H. (1995). Food Science 5th.Chapman &Hall.inc. NewYork.

Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.

Ranganna. (1978). Analysis of Fruit and Vegetable Product. The AVI Publ. Co. Inc.

Realita, Tita dan M. Sumanti, Debby.(2010). Teknologi Fermentasi. Penerbit : Widya Padjajaran. Bandung.

S.M, Musyimi, Sila D.N, Okoth E.M, Onyango C.A, dan Mathooko F.M. (2013). The influence of process optimization on the fermentation profile of mango wine prepared from the Apple mango variety. Journal of Animal &Plant Sciences, 2013. Vol.17, Issue 3: 2600-2607.

Saha, P., & S. Banerjee. (2013). Optimization Of Process Parameters For Vinegar Production Using Banana Fermentation. International Journal of Research in Engineering and Technology, Volume: 02 Issue: 09 | Sep-2013.

Said, E. G. (1987). Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Silva, M. E., A. B. T. Neto, W. B. Silva, F. L. H. Silva And R. Swarnakar. (2007). Cashew Wine Vinegar Production: Alcoholic And Acetic Fermentation. Brazilian Journal Of Chemical Engineering, Vol. 24, No. 02, Pp. 163 - 169, April - June, 2007.

Triwahyuni, E.; N. Ariani; H. Hendarsyah; T. Idiyanti. (2012). The Effect Of Dry Yeast Saccharomyces cereviceae Concentration On Fermentation Process For BioethanolProduction From Palm Oil Empty Fruit Bunches. Proceeding ofICSEEA 31 34.

Wilford, L. D. R. (1987). Chemistry for First Examinations. Blackie. London.

Winarno, F. G. ; S. Fardiaz & D. Fardiaz. (1980). Pengantar Teknologi Pertanian. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Zhao, H., F. Zhou, F. Dziugan, Y. Yao, J. Zhang, Zhaolin Lv And B. Zhang. (2014). Development of Organic Acids and Volatile Compounds in Cider during Malolactic Fermentation.Czech J. Food Sci.Vol. 32, 2014, No. 1: 6976

5. LAMPIRAN

5.1. PERHITUNGANRata-rata MO tiap petakRata-rata MO tiap petak = Kelompok 1N0 = = 8,25N24 = = 61,25N48 = = 34,75N72 = = 28,5N96 = = 18,5 Kelompok 2N0 = = 4N24 = = 86N48 = = 128N72 = = 171,25N96 = = 188,25 Kelompok 3N0 = = 2N24 = = 73N48 = = 80.75N72 = = 92.5N96 = = 162.75 Kelompok 4N0 = = 4N24 = = 96,5N48 = = 104,5N72 = = 89,5N96 = = 120 Kelompok 5N0 = = 4N24 = = 78N48 = = 37,75N72 = =41,75N96 = = 31

Rata-rata MO tiap ccRata-rata MO tiap cc = x rata-rata MO tiap petakVolume petak = 0,05 mm x 0,05 mm x 0,1 mm = 0,00025 mm3 = 2,5 x 10-7 cc Kelompok 1N0 = = 3,3 x 107N24 = = 2,45 x 108N48 = = 1,39 x 108N72 = = 1,14 x 108N96 = = 7,4 x 107 Kelompok 2N0 = = 1,6 x 107N24 = = 3,44 x 108N48 = = 5,12 x 108N72 = = 6,85 x 108N96 = = 7,53 x 108 Kelompok 3N0 = = 8,00 x 107N24 = = 29,2 x 107N48 = = 32,3x 107N72 = = 37 x 107N96 = = 65,1x107 Kelompok 4N0 = = 1,6 x 107N24 = = 3,86 x 108N48 = = 4,18 x 108N72 = = 3,58 x 108N96 = = 4,8 x 108 Kelompok 5N0 = = 1,6 x 107N24 = = 3,12 x 108N48 = = 1,51 x 108N72 = = 1,67 x 108N96 = = 1,04 x 108

Total asamTotal asam = Kelompok 1

N0 = = 10,56 mg/mlN24 = = 13,44 mg/mlN48 = = 12,67 mg/mlN72 = = 12,48 mg/mlN96 = = 12,67 mg/ml Kelompok 2N0 = = 10,56 mg/mlN24 = = 12,48 mg/mlN48 = = 12,29 mg/mlN72 = = 12,10 mg/mlN96 = = 12,48 mg/ml Kelompok 3N0 = = 10,368 mg/mlN24 = = 13,056mg/mlN48 = = 12,67 mg/mlN72 = = 12,48 mg/mlN96 = = 12,86 mg/ml Kelompok 4N0 = = 10,94 mg/mlN24 = = 12,29 mg/mlN48 = = 12,10 mg/mlN72 = = 12,48 mg/mlN96 = = 12,48 mg/ml Kelompok 5N0 = = 11,14 mg/mlN24 = = 12,86 mg/mlN48 = = 12,67 mg/mlN72 = = 12,10 mg/mlN96 = = 12,86 mg/ml

5.2. ABSTRAK (JURNAL)

5.3. LAPORAN SEMENTARA