PERLAKUAN GNOTOBIOTIK KULTUR ARTEMIA DENGAN β-GLUKAN: KAJIAN POTENSI β-GLUKAN UNTUK MEMPERKUAT...

8
Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013 PERLAKUAN GNOTOBIOTIK KULTUR ARTEMIA DENGAN β-GLUKAN: KAJIAN POTENSI β-GLUKAN UNTUK MEMPERKUAT RESISTENSI TERHADAP VIBRIOSIS Romi Novriadi dan Muh Kadari 1 1 Balai Budidaya Laut Batam, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Raya Barelang, PO BOX 60 Sekupang, Batam 29422, Kepulauan Riau, Indonesia Telphone: (0778) 7027623 7027624, Faksimile: (0778) 3582557 Abstrak Romi Novriadi dan Muh Kadari .XXXX. Strategi alternatif untuk mengurangi dan mencegah dampak mematikan dari serangan penyakit pada kegiatan budidaya perikanan sangat dibutuhkan, terlebih lagi setelah diketahui bahwa penggunaan antibiotika terbukti tidak efektif dan telah menyebabkan resistensi pada beberapa strain bakteri. Salah satu strategi alternatif tersebut adalah penggunaan β-glukan yang telah diketahui secara umum berperan penting dalam meningkatkan sistem imun baik yang bersifat adaptif maupun bawaan. Pada kajian ini, dampak perlindungan β-glukan yang diproduksi dari strain ragi khusus Saccharomyces cerevisiae (MacroGard), telah diuji pada kultur Artemia dengan menggunakan beberapa konsentrasi yang berbeda pada kondisi gnotobiotik. Uji tantang dilakukan dengan menggunakan 2 strain bakteri pathogen: Vibrio harveyi BB120 dan strain baru Vibrio H6, pada konsentrasi 10 5 sel/mL. Bakteri strain LVS3 yang telah diautoklaf dengan konsentrasi 10 7 sel/mL disediakan sebagai pakan untuk Artemia selama masa pengamatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa dari tiga konsentrasi β-glukan yang diberikan untuk memperkat sistem imun berdasarkan analisa ukuran partikel, 39 μg/L, 100 μg/L dan 200 μg/L memberikan efek perlindungan pada kultur gnotobiotik Artemia dari infeksi bakteri pathogen. Hasil ini menegaskan potensi penggunaan β-glukan sebagai tindakan alternatif dari penggunaan antibiotika, khususnya dalam upaya pencegahan serangan penyakit. Kata kunci: β-glukan, Artemia, gnotobiotik, Vibrio spp Pendahuluan Industri perikanan budidaya ikan dan udang merupakan sektor yang sangat diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan ekonomi masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu kegiatan industri perikanan adalah penyediaan benih ikan dan udang yang berkualitas agar menjamin keberlanjutan dan peningkatan produksi budidaya. Program penyediaan benih berkualitas sangat bergantung kepada penentuan strategi pemberian pakan yang tepat, sejak masa transisi dari ketergantungan pada kuning telur hingga konsumsi pakan alami dari lingkungan (Hjort, 1914). Diantara pakan alami, Artemia banyak digunakan di berbagai panti benih ikan dan udang dikarenakan kualitas nutrisi yang tinggi untuk mendukung pertumbuhan larva dan sistem penyediaan yang mudah (Sorgeloos et al., 1986). Artemia sebagai pakan alami mengandung asam lemak 20:5 (Ω- 3) eicosapentaenoic acid atau EPA (Leger et al., 1986) yang sangat dibutuhkan oleh sistem pencernaan larva. Namun, ada kekhawatiran bahwa Artemia dapat menjadi vektor dalam perkembangan penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh kelompok bakteri patogen Vibrio penyebab vibriosis yang dapat menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi (Gomezgil et al., 1994; Muroga et al., 1994; Verdonck et al., 1994). Pada budidaya Artemia, beberapa bakteri patogen yang termasuk kedalam genus Vibrio spp dilaporkan telah menjadi mimpi buruk dan menjadi salah satu faktor penghambat dalam keberlanjutan produksi, diantaranya adalah: Vibrio hispanicus (Gomez-Gil et al., 2004); Vibrio alginolyticus (Gunther dan Catena, 1980; Rico-Mora dan Voltolina, 1995); Vibrio parahaemolyticus (Gunther dan Catena, 1980; Puente et al., 1992; Rico-Mora dan Voltolina, 1995; Orozco-Medina et al., 2002). Fusarium solani (Criado-Fornelio et al., 1989); Vibrio proteolyticus (Verschuere et al., 1999, 2000b); Vibrio harveyi atau Vibrio campbelli (Roque and Gomez-Gill, 2003; Soto-Rodriguez et al., 2003a,b); dan Vibrio vulnificus (Soto-Rodriguez et al., 2003a). Disamping bakteri dari kelompok genus Vibrio spp, beberapa kelompok genus, seperti: Bacillus sp., Micrococcus sp., Staphylococcus sp., dan Erwinia sp juga menyebabkan kematian pada Artemia (Austin dan Allen, 1982).

description

Strategi alternatif untuk mengurangi dan mencegah dampak mematikan dari serangan penyakit pada kegiatan budidaya perikanan sangat dibutuhkan, terlebih lagi setelah diketahui bahwa penggunaan antibiotika terbukti tidak efektif dan telah menyebabkan resistensi pada beberapa strain bakteri. Salah satu strategi alternatif tersebut adalah penggunaan β-glukan yang telah diketahui secara umum berperan penting dalam meningkatkan sistem imun baik yang bersifat adaptif maupun bawaan. Pada kajian ini, dampak perlindungan β-glukan yang diproduksi dari strain ragi khusus Saccharomyces cerevisiae (MacroGard), telah diuji pada kultur Artemia dengan menggunakan beberapa konsentrasi yang berbeda pada kondisi gnotobiotik. Uji tantang dilakukan dengan menggunakan 2 strain bakteri pathogen: Vibrio harveyi BB120 dan strain baru Vibrio H6, pada konsentrasi 105 sel/mL. Bakteri strain LVS3 yang telah diautoklaf dengan konsentrasi 107 sel/mL disediakan sebagai pakan untuk Artemia selama masa pengamatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa dari tiga konsentrasi β-glukan yang diberikan untuk memperkat sistem imun berdasarkan analisa ukuran partikel, 39 µg/L, 100 µg/L dan 200 µg/L memberikan efek perlindungan pada kultur gnotobiotik Artemia dari infeksi bakteri pathogen. Hasil ini menegaskan potensi penggunaan β-glukan sebagai tindakan alternatif dari penggunaan antibiotika, khususnya dalam upaya pencegahan serangan penyakit.

Transcript of PERLAKUAN GNOTOBIOTIK KULTUR ARTEMIA DENGAN β-GLUKAN: KAJIAN POTENSI β-GLUKAN UNTUK MEMPERKUAT...

  • Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013

    PERLAKUAN GNOTOBIOTIK KULTUR ARTEMIA DENGAN -GLUKAN: KAJIAN POTENSI -GLUKAN UNTUK MEMPERKUAT RESISTENSI

    TERHADAP VIBRIOSIS

    Romi Novriadi dan Muh Kadari1

    1Balai Budidaya Laut Batam, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,

    Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Raya Barelang, PO BOX 60 Sekupang,

    Batam 29422, Kepulauan Riau, Indonesia

    Telphone: (0778) 7027623 7027624, Faksimile: (0778) 3582557

    Abstrak

    Romi Novriadi dan Muh Kadari .XXXX. Strategi alternatif untuk mengurangi dan mencegah dampak

    mematikan dari serangan penyakit pada kegiatan budidaya perikanan sangat dibutuhkan, terlebih lagi setelah

    diketahui bahwa penggunaan antibiotika terbukti tidak efektif dan telah menyebabkan resistensi pada beberapa

    strain bakteri. Salah satu strategi alternatif tersebut adalah penggunaan -glukan yang telah diketahui secara umum berperan penting dalam meningkatkan sistem imun baik yang bersifat adaptif maupun bawaan. Pada

    kajian ini, dampak perlindungan -glukan yang diproduksi dari strain ragi khusus Saccharomyces cerevisiae (MacroGard), telah diuji pada kultur Artemia dengan menggunakan beberapa konsentrasi yang berbeda pada

    kondisi gnotobiotik. Uji tantang dilakukan dengan menggunakan 2 strain bakteri pathogen: Vibrio harveyi

    BB120 dan strain baru Vibrio H6, pada konsentrasi 105 sel/mL. Bakteri strain LVS3 yang telah diautoklaf

    dengan konsentrasi 107 sel/mL disediakan sebagai pakan untuk Artemia selama masa pengamatan. Hasil analisa

    menunjukkan bahwa dari tiga konsentrasi -glukan yang diberikan untuk memperkat sistem imun berdasarkan analisa ukuran partikel, 39 g/L, 100 g/L dan 200 g/L memberikan efek perlindungan pada kultur gnotobiotik

    Artemia dari infeksi bakteri pathogen. Hasil ini menegaskan potensi penggunaan -glukan sebagai tindakan alternatif dari penggunaan antibiotika, khususnya dalam upaya pencegahan serangan penyakit.

    Kata kunci: -glukan, Artemia, gnotobiotik, Vibrio spp

    Pendahuluan

    Industri perikanan budidaya ikan dan udang merupakan sektor yang sangat diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan ekonomi masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu

    kegiatan industri perikanan adalah penyediaan benih ikan dan udang yang berkualitas agar menjamin

    keberlanjutan dan peningkatan produksi budidaya. Program penyediaan benih berkualitas sangat bergantung kepada penentuan strategi pemberian pakan yang tepat, sejak masa transisi dari

    ketergantungan pada kuning telur hingga konsumsi pakan alami dari lingkungan (Hjort, 1914).

    Diantara pakan alami, Artemia banyak digunakan di berbagai panti benih ikan dan udang

    dikarenakan kualitas nutrisi yang tinggi untuk mendukung pertumbuhan larva dan sistem penyediaan yang mudah (Sorgeloos et al., 1986). Artemia sebagai pakan alami mengandung asam lemak 20:5 (-3) eicosapentaenoic acid atau EPA (Leger et al., 1986) yang sangat dibutuhkan oleh sistem

    pencernaan larva. Namun, ada kekhawatiran bahwa Artemia dapat menjadi vektor dalam perkembangan penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh kelompok bakteri patogen Vibrio

    penyebab vibriosis yang dapat menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi (Gomezgil et al., 1994;

    Muroga et al., 1994; Verdonck et al., 1994). Pada budidaya Artemia, beberapa bakteri patogen yang

    termasuk kedalam genus Vibrio spp dilaporkan telah menjadi mimpi buruk dan menjadi salah satu faktor penghambat dalam keberlanjutan produksi, diantaranya adalah: Vibrio hispanicus (Gomez-Gil

    et al., 2004); Vibrio alginolyticus (Gunther dan Catena, 1980; Rico-Mora dan Voltolina, 1995); Vibrio

    parahaemolyticus (Gunther dan Catena, 1980; Puente et al., 1992; Rico-Mora dan Voltolina, 1995; Orozco-Medina et al., 2002). Fusarium solani (Criado-Fornelio et al., 1989); Vibrio proteolyticus

    (Verschuere et al., 1999, 2000b); Vibrio harveyi atau Vibrio campbelli (Roque and Gomez-Gill, 2003;

    Soto-Rodriguez et al., 2003a,b); dan Vibrio vulnificus (Soto-Rodriguez et al., 2003a). Disamping bakteri dari kelompok genus Vibrio spp, beberapa kelompok genus, seperti: Bacillus sp., Micrococcus

    sp., Staphylococcus sp., dan Erwinia sp juga menyebabkan kematian pada Artemia (Austin dan Allen,

    1982).

  • Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013

    Upaya mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri umumnya masih bertumpu kepada

    penggunaan antibiotika. Namun penggunaan yang berlebihan dalam industri akuakultur telah menyebabkan bakteri resisten terhadap beberapa antibiotika. Kajian dari Karunasagar et al. (1994)

    menyebutkan bahwa kematian massal udang windu (Penaeus monodon) disebabkan oleh bakteri

    Vibrio yang resisten terhadap Cotrimoxazole, Chloramphenicol, Erythromycin dan Streptomycin.

    Selain hal tersebut, penggunaan antibiotik juga menimbulkan ancaman terhadap kesehatan manusia berupa alergi dan keracunan melalui akumulasi antibiotik pada produk olahan ikan dan udang

    (Alderman dan Hastings, 1998; Cabello, 2006). Saat ini, upaya untuk melindungi organisme akuatik

    dari infeksi Vibrio tanpa penggunaan antibiotika sedang terus dikembangkan, salah satunya adalah melalui tindakan pencegahan penyakit melalui penguatan sistem imun. Dalam konteks Artemia,

    penguatan sistem imun alamiah pada inang melalui penggunaan -glukan dapat menjadi salah satu upaya pengendalian penyakit yang cukup efektif.

    Tujuan dari kajian ini adalah untuk menginvestigasi apakah penggunaan -glukan dapat melindungi dan meningkatkan kelulushidupan (%) Artemia dari infeksi 2 strain bakteri patogen:

    Vibrio harveyi BB120 dan strain baru Vibrio H6 yang sebelumnya telah terbukti menyebabkan tingkat

    kematian yang tinggi pada Artemia (Vanmaele et al., 2012). Sebagai tambahan, aplikasi beberapa konsentrasi -glukan juga dilakukan untuk memverifikasi konsentrasi optimal yang dapat meningkatkan resistensi Artemia terhadap infeksi patogen Vibrio spp.

    Materi dan Metode

    Strain bakteri

    Dua strain bakteri digunakan sebagai patogen, yakni: Vibrio harveyi BB120 dan sebuah strain

    baru Vibrio H6. Kultur murni dari kedua bakteri diperoleh dari Laboratory of Aquaculture dan

    Artemia Reference Centre (ARC), Universitas Ghent, Belgia. Strain H6 merupakan jenis bakteri baru yang termasuk ke dalam kelompok/grup Vibrio harveyi dan dipilih karena memiliki aktivitas

    haemolytic dan lipolytic yang kuat (Vanmaele et al., 2012). Sementara Vibrio harveyi BB120 telah

    dikarakterisasi sebelumnya sebagai bakteri patogen pada kultur Artemia (Soltanian, 2007;

    Ruwandeepika et al., 2010). Selama periode kultur dan uji tantang, strain bakteri Aeromonas hydrophila LVS3 digunakan sebagai pakan untuk Artemia. Strain bakteri ini telah diuji sebelumnya

    tidak memiliki pengaruh untuk meningkatkan sistem imun pada Artemia dan tidak berinteraksi baik

    dengan -glukan maupun dengan patogen yang akan digunakan selama uji tantang (Defoirdt et al., 2005).

    Tabel 1. Jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini.

    Strain Bakteri Keterangan Referensi

    Vibrio harveyi strain

    BB120

    Jenis strain dari alam, dimana beberapa

    strain, seperti: BB152, BB170, MM30,

    BB886, MM77 and JAF548 dihasilkan

    Bassler et al. (1997)

    Strain baru Vibrio H6 Diisolasi dari udang vanamei (Penaeus

    vannamei) yang mengalami wabah

    penyakit dan belokasi di Rio Grande do Norte (Natal-Area, Brazil)

    Vanmaele et al. (2012)

    Aeromonas hydrophila

    strain LVS3

    Diketahui memiliki sifat positif bila

    digunakan sebagai pakan bagi Artemia

    Verschuere et al. (1999)

    Penetasan Artemia secara axenic

    Seluruh percobaan yang dilakukan menggunakan kista Artemia fransiscana, yang berasal dari danau Great Salt, Utah, Amerika Serikat. Artemia yang bersifat axenic dihasilkan melalui proses

    hidrasi dan dekapsulasi yang distandarisasi. Seluruh peralatan yang digunakan sebelumnya harus telah

    disterilisasi dan diautoklaf pada suhu 1210C selama 20 menit. Seluruh perlakuan dilakukan di dalam

    lemari laminar untuk mempertahankan kondisi axenic. Untuk uji tantang, sekitar 100 mg kista

  • Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013

    Artemia dihidrasi dalam tabung gelas yang telah diisi 90 mL air steril selama 1 jam dengan aerasi

    kuat. Kemudian 3,3 mL NaOH dan 50 mL larutan klorin dingin dimasukkan dan setelah 1,5 menit 60 mL Na2S2O3.5H2O dimasukkan untuk menetralisir klorin dalam media kultur. Kista yang telah

    didekapsulasi kemudian dicuci beberapa kali dengan menggunakan air laut yang sudah disterilisasi.

    Tabung yang berisi kista kemudian ditempatkan di dalam rotor dengan siklus putar 4 kali dalam satu

    menit dan secara konstan diletakkan dibawah sinar lampu fluoresen pada suhu 280 C selama 18 22

    jam. Naupli Artemia yang telah masuk fase Instar II yang siap untuk mengkonsumsi pakan diambil

    dan dihitung didalam lemari laminar.

    Kultur Gnotobiotik pada Artemia

    Setelah penetasan secara axenic, sebanyak 20 naupli yang masuk tahapan Instar II diambil dan ditransfer ke dalam tabung falkon yang telah berisikan 10 mL air laut steril bersama dengan bakteri

    patogen yang digunakan untuk uji tantang dan strain bakteri yang digunakan sebagai pakan. Setiap perlakuan memiliki empat pengulangan dan setiap tabung falkon ditempatkan dibawah sinar lampu

    fluoresen pada suhu 280 C.

    Kultur Bakteri

    Isolat murni Vibrio harveyi BB120 dan strain baru H6 yang sebelumnya telah disimpan dalam larutan 30% gliserol pada suhu -80

    0 C, diinokulasi secara aseptik didalam 30 mL media marine broth

    dan diinkubasi selama satu malam pada suhu 250-28

    0 C dengan pengadukan yang konstan. Sebanyak

    150 L selanjutnya ditransfer dan dikembangkan hingga fase stationery dalam 30 mL media marine broth selama 6 jam sebelum digunakan untuk uji tantang. Kepadatan bakteri ditentukan secara

    spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Kepadatan bakteri kemudian dihitung dengan

    menggunakan perhitungan:

    Berdasarkan perhitungan baku McFarland (BioMerieux, Marcy L'Etoile, France), diasumsikan bahwa

    OD550=1.000 sebanding dengan 1,2109 sel/mL bakteri.

    Verifikasi kondisi axenic kultur Artemia dan media -glukan

    Kondisi axenic pada kultur Artemia dan larutan -glukan dianalisa dengan menggunakan metoda cawan petri yang mengandung media Difco Marine Agar 2216. Ketidakhadiran bakteri dianalisa dengan mentransfer 100 L media kultur dan larutan -glukan ke dalam cawan petri dan disimpan di dalam inkubator selama 5 hari pada suhu 25

    0 C. Setiap perlakuan memiliki empat ulangan. Media

    yang terkontaminasi tidak dapat digunakan untuk analisa berikutnya dan perlakuan harus kembali

    diulang.

    Penentuan ukuran partikel dan konsentrasi -glukan

    Distribusi ukuran partikel -glukan (MacroGard) ditentukan dengan menggunakan Malvern Mastersizer S (Malvern Instruments, Spring Lane South, UK) yang dilengkapi dengan unit pelarutan

    skala kecil dan lensa 300 RF. Ketika partikel yang berukuran 50 m di kalkulasi, yang merupakan ukuran maksimal partikel yang dapat dicerna oleh Instar II Artemia (FAO, 1996), jumlah -glukan untuk setiap tabung dapat ditentukan berdasarkan kajian yang dilakukan sebelumnya oleh Marques et

    al. (2006) dan Soltanian (2007). Dalam eksperimen ini, selain menggunakan konsentrasi minimum berdasarkan jumlah partikel -glukan (MacroGard) yang memiliki ukuran < 50 m, juga digunakan konsentrasi -glukan yang lebih besar untuk menentukan perlindungan yang lebih baik bagi kultur Artemia.

    Penentuan persentase tingkat kelulushidupan

    Persentase kelulushidupan (%) Artemia ditentukan berdasarkan kepada perhitungan yang dilakukan oleh Marques et al. (2004). Untuk ini, jumlah Artemia dihitung terlebih dahulu di dalam

    Konsentrasi bakteri = [1200*106*OD]

  • Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013

    lemari laminar untuk mempertahankan kondisi gnotobiotik dan pada akhir percobaan, jumlah naupli

    yang masih hidup dihitung dan persentase kelulushidupan (%) ditentukan.

    Analisa statistik

    Data untuk persentase tingkat kelulushidupan (%) Artemia disajikan sebagai nilai rata-rata yang diikuti oleh perhitungan penyimpangan baku. Data kelulushidupan (%) di ubah ke dalam bentuk

    arcsine untuk memenuhi persyaratan distribusi normal dan keseragaman data. Data kelulushidupan (%) kemudian dianalisa menggunakan one way ANOVA yang diikuti dengan analisa Tukeys multiple comparison range menggunakan piranti lunak SPSS. Seluruh level signifikan ditentukan

    pada p

  • Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013

    Gambar 2. Gambar rata-rata kelulushidupan (%) Artemia dengan atau tanpa pemberian 3,9

    g -glukan/tabung. Uji tantang dilakukan dengan menggunakan strain baru H6 pada kepadatan 10

    5 sel/mL. Kontrol berarti tidak ada perlakuan. D-LVS3 merujuk pada pemberian

    bakteri strain LVS3 (107 sel/mL) sebagai pakan bagi kultur Artemia. BG3.9 merujuk pada

    pemberian -glukan sebanyak 3,9 g/tabung. (p

  • Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013

    pemberian bakteri strain LVS3 (107 sel/mL) sebagai pakan bagi kultur Artemia. BG10 dan 20 merujuk

    pada pemberian -glukan sebanyak 10 dan 20 g/tabung. (p

  • Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013

    Daftar Pustaka

    Aldeman, D.J. and Hastings, T.S. 1998. Antibiotic use in aquaculture: development of antibiotic resistance-

    potential for consumer health risks. Int. J. Food Sci. Technology (33): 139-155.

    Austin, B. and D. Allen. 1982. Microbiology of laboratory-hatched brine shrimp (Artemia). Aquaculture (26):

    369-383.

    Baruah, K., Ranjan, J., Sorgeloos, P., MacRae, T.H and Bossier, P. 2011. Priming the prophenoloxidase

    system of Artemia fransiscana by heat shock proteins protect agains Vibrio campbelli challenge. Fish

    and Shellfish Immunology 31: 134-141.

    Bassler, B.L., Greenberg, E.P. and Stevens, A.M. 1997. Cross-species induction of luminescence in the

    quorum-sensing bacterium Vibrio harveyi. J Bacteriol (179): 4043-4045.

    Cabello, F.C. 2006. Heavy use of prophylactic antibiotics in aquaculture: a growing problem for human and

    animal health and for the environment. Environ Microbiol (8): 1137-1144.

    Cabello, F.C. 2003. Antibiotics and aquaculture. An analysis of their potential impact upon the environment, human and animal health in Chile. Fundacion Terram. Analisis de Politicas Publicas No. 17, pp. 116.

    Criado-Fornelio, A., E. Mialhe., E. Constantin. and H. Grizel. 1989. Experimental infection of Artemia sp.

    By Fusarium solani. Bull. Eur. Assoc. Fish Pathol. (9): 35-37.

    De Schryver, P., Sinha, A., Kunwar, P., Baruah, K., Verstraete, W., Boon, N., De Boeck, G., Bossier, P. 2009. Poly--hydroxybutirate (PHB) increases growth performance and intestinal bacterial range-weighted richness in juvenile European sea bass (Dicentrarchus labrax). Applied Microbiology and

    Biotechnology (86): 1535-1541.

    Defoirdt, T., Bossier, P., Sorgeloos, P. & Verstraete, W. 2005. The impact of mutations in the quorum

    sensing systems of Aeromonas hydrophila, Vibrio anguillarum and Vibrio harveyi on their virulence

    towards gnotobiotically cultured Artemia franciscana. Environmental Microbiology 7 (8): 12391247. FAO. 1996. Manual on the production and use of live food for aquaculture. FAO Fisheries and Technical Paper.

    Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome

    Gomez-Gil, B., Thompson, FL., Thompson, CC., Garcia-Gasca, A., Roque, A., Swings, J. 2004. Vibrio

    hispanicus sp. nov., isolated from Artemia sp. and sea water in Spain. Int J Syst Evol Microbiol. 54(Pt

    1): 261-265.

    Gomez-Gil, B., F.A.A. Grobois, J.R. Jarero and M.D.H. Vega. 1994. Chemical disinfection of Artemia

    nauplii. J. World Aquaculture Society (25): 574-583.

    Gunther, D. and Catena, A. 1980. The interaction of Vibrio with Artemia nauplii. In : G. Persoone, P.

    Sorgeloos, O. Roels, E. Jaspers (Eds.). The brine shrimp Artemia- Ecology, culturing and use in

    aquaculture. Vol. 1, Universa Press, Wetteren, Belgium.

    Hjort. J. 1914. Fluctuations in the great fisheries of northern Europe. Rapp Pv Reun Cons int Explor Mer (20):

    1-22.

    Hultmark, D. 1993. Immune reactions in Drosophila and other insects: a model for innate immunity. Trends Genet. (9) : 178183.

    Kurtz J. 2005. Specific memory within innate immune systems. Trends Immunol. (26): 186-192.

    Kurtz, J. and Franz, K. 2003. Evidence for memory in invertebrate immunity. Nature (425): 3738. Lger, P.H., D.A. Bengtson., K.L. Simpson. and P. Sorgeloos. 1986. The use and nutritional value of Artemia

    as a food source. Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev.(24): 521-623.

    Marques, A., Dhont, J., Sorgeloos, P. and Bossier, P. 2006. Immunostimulatory nature of -glucans and bakers yeast in gnotobiotik Artemia challenge tests. Fish and Shellfish immunology (20): 682-692.

    Marques, A., Dhont, J., Sorgeloos, P. and Bossier, P. 2004b. Evalution of different yeast cell wall mutants

    and microalgae strains as feed for gnotobiotically-grown brine shrimp Artemia fransiscana. J. Exp. Mar.

    Biol. Ecol. (312): 115-136

    Marques, A., Francois, J., Dhont, J., Bossier, P. and Sorgeloos, P. 2004a. Influence of yeast quality on performance of gnotobiotically-grown Artemia. J.Exp. Mar. Biol. Ecol. (310): 247-264.

    Meister. M., Hetru, C., Hoffmann, J.A. 2000. The antimicrobial host defence of Drosophila. Curr. Top.

    Microbiol. Immunol. (248): 1736. Muroga, K., K. Suzuki, K. Ishimaru. and K. Nogami. 1994. Vibriosis of swimming crab Portunus

    trituberculatus in larviculture. J. World Aquaculture Society (25): 50-54.

    Orozco-Medina, C., A. Maeda-Martinez. and A. Lopez-Cortes. 2002. Effect of aerobic Gram positive

    heterotrophic bacteria associated with Artemia fransiscana cysts on the survival and development of its larvae. Aquaculture (213): 15-29.

    Puente, M.E., Vega-Villasante, F., Holguin, G. and Bashan, Y. 1992. Susceptibility of the brine shrimp

    Artemia and its pathogen Vibrio parahaemolyticus to chlorine dioxide in contaminated sea water. J.

    Appl.. Bacteriol (73) : 465-471

  • Aquacultura Indonesiana (2013) 14 (XX): XX-XX ISSN 0216-0749

    Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2013

    Rico-Mora, R. and D. Voltolina. 1995. Effects of bacterial isolates from Skeletonema costatum cultures on the

    survival of Artemia fransiscana nauplii. J. Invertebr. Pathol. (66): 203-204.

    Roque, A. and B. Gomez-Gill. 2003. Therapeutic effects of enrofloxacin in an experimental infection with a

    luminescent Vibrio harveyi in Artemia fransiscana Kellog 1906. Aquaculture (220): 37-42.

    Snieszko, S.F. 1973. Diseases of fish and their control in the US. The Two Lakes Fifth Fishery Management

    Training Course Report. Jansen. London. pp. 55-66. Soltanian, S. 2007. Protection of gnotobiotik Artemia against Vibrio campbelli using bakers yeast strains and

    extracts. PhD thesis. Ghent University. Belgium.

    Soltanian, S., Francois, JM., Dhont, J., Arnouts, S., Sorgeloos, P. and Bossier, P. 2007. Enhanced disease

    resistance in Artemia by application of commercial beta-glucans sources and chitin in a gnotobiotic

    Artemia challenge test. Fish and Shellfish Immunology 23(6): 1304-1314 .

    Sorgeloos, P., Lavens, P., Leger, P., Tackaert, W. and Versichele, D. 1986. Manual for the culture and use of

    Brine shrimp Artemia in aquaculture. FAO, Ghent, Belgium.

    Soto-Rodriguez, S.A., Simoes, N., Jones, D.A., Roque, A. and Gomez-Gil, B. 2003b. Assessment of

    fluorescent-labeled bacteria for evaluation of in vivo uptake of bacteria (Vibrio spp.) by crustacean

    larvae. J Microbil Methods (52): 101-114.

    Soto-Rodriguez, S.A., Roque, A., Lizarraga-Partida, M.L., Guerra-Flores, A.L. and Gomez-Gil, B. 2003a.

    Virulence of luminous vibrios to Artemia franciscana nauplii. Dis Aquat Org (53): 231-240. Vanmaele, S. Defoirdt, T., Bossier, P. 2012. Immunostimulation through the eyes of gnotobiotic Artemia

    fransiscana. World Aquaculture Society 2012- Meeting Abstract no : 330.

    Verdonck, L., J. Swings, K. Kersters, M. Dehasque, P. Sorgeloss. and P. Leger. 1994. Variability of the

    microbial environment of rotifer Brachionus plicatilis and Artemia production systems. J. World

    Aquaculture Society (25): 55-59.

    Verschuere, L., G. Rombaut., P. Sorgeloos. And W. Verstarete. 2000a. Probiotic bacteria as biological

    control agents in aquaculture. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 64 (4): 655-671.

    Verschuere, L., Heang, H., Criel, G., Sorgeloos, P. and Verstraete, W. 2000. Selected Bacterial Strains

    Protect Artemia spp. from the Pathogenic Effects of Vibrio proteolyticus CW8T2. Applied and

    Environmental Microbiology (66): 11391146. Verschuere, L., G. Rombaut., G. Huys., J. Dhont., P. Sorgeloos. and W. Verstraete. 1999. Microbial control

    of the culture of Artemia juveniles through preemptive colonization by selected bacterial strains. Appl.

    Environ. Microbiol. (65): 655-671.