Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis...

82
ISOLASI DAN KARAKTERISASI β-GLUKAN DARI TUBUH BUAH JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN METODE SPEKTROSKOPI UV-VISIBEL DAN FTIR ILHAMSYAH NOOR PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H

description

farmakologi isolasi

Transcript of Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis...

Page 1: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

ISOLASI DAN KARAKTERISASI β-GLUKAN DARI TUBUH BUAH

JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN METODE

SPEKTROSKOPI UV-VISIBEL DAN FTIR

ILHAMSYAH NOOR

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M / 1431 H

Page 2: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

ISOLASI DAN KARAKTERISASI β-GLUKAN DARI TUBUH BUAH

JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN METODE

SPEKTROSKOPI UV-VISIBEL DAN FTIR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

ILHAMSYAH NOOR 105096003166

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M / 1431 H

Page 3: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

ISOLASI DAN KARAKTERISASI β-GLUKAN DARI TUBUH BUAH

JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN METODE

SPEKTROSKOPI UV-VISIBEL DAN FTIR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

ILHAMSYAH NOOR 105096003166

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ira Djajanegara Sandra Hermanto, M.Si NIP. 19640826 199303 2 004 NIP. 19750810 200501 1 005

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kimia

Sri Yadial Chalid, M.Si NIP. 19680313 200312 2 001

Page 4: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul ” Isolasi dan Karakterisasi Pleuran dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Dengan Metode Spektroskopi UV-Visibel dan FTIR” yang ditulis oleh ILHAMSYAH NOOR, NIM 105096003166 telah diuji dan dinyatakan.”Lulus” dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal “22 Juni 2010” Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II Dede Sukandar, M.Si Anna Muawanah, M.Si NIP. 19650104 199103 1 001 NIP. 19740508 199903 2 002

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ira Djajanegara Sandra hermanto,M.Si NIP. 19640826 199303 2 004 NIP. 19750810 200501 1 005

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Kimia Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Sri Yadial Chalid, M.Si NIP. 19680117 200112 1 001 NIP. 19680313 200312 2 001

Page 5: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Juni 2010

ILHAMSYAH NOOR 105096003166

Page 6: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karuniaNya, sehingga saya dapat hidup sampai sekarang dan dapat menyelesaikan

skripsi ini. Tidak lupa puji syukur kepada junjungan besar Nabi Muhammad Saw

yang telah memberikan bimbingan kepada kita ke jalan yang diridhoi Allah SWT.

Skripsi yang berjudul “Isolasi dan Karakterisasi Pleuran dari Tubuh Buah

Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Dengan Metode Spektroskopi UV-

Visibel dan FTIR “ diajukan untuk menyelesaikan tugas akhir yang merupakan

salah satu mata kuliah wajib dalam Program Studi Kimia.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis sebagai Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sri Yadial Chalid, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sandra Hermanto, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Ira Djajanegara selaku dosen pembimbing penelitian yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 7: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

vii

5. Kedua orang tua yang telah mencurahkan kasih sayangnya sehingga penulis

dapat melanjutkan kuliah serta senantiasa memberikan doa dan semangat demi

masa depan yang lebih baik.

6. Dr. Mirzan T Razak, M.Eng, APU selaku pimpinan laboratorium terpadu UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah menginspirasikan arti hidup

sesungguhnya karena dukungan kalian saya dapat terus malanjutkan kuliah

ini.

8. Nubzah saniyyah yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam

penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman kimia angkatan 2005 yang tak dapat disebutkan satu persatu.

10. Para sahabat yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata dari saya semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat

Amiiin

Jakarta, Juni 2010

Penulis

Page 8: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

viii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

ABSTRAK .................................................................................................. xiv

ABSTRACT ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4

2.1. Jamur Tiram Putih ................................................................................. 4

2.1.1. Klasifikasi Jamur Tiram Putih .................................................... 5

2.1.2. Komposisi Kimia dan Khasiat Jamur Tiram Putih ..................... 7

2.2. β-D-Glukan ........................................................................................... 10

2.2.1. Bioaktivitas β-D-glukan Sebagai Antikanker.............................. 13

2.3. Ekstraksi ................................................................................................ 14

2.3.1. Ekstraksi Padat-Cair ................................................................... 15

Page 9: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

ix

2.3.3. Ekstraksi Cair-Cair ..................................................................... 21

2.4. Spektrofotometri UV-Visibel ................................................................ 22

2.4.1. Prinsip Kerja spektrofotometri UV-Visibel ................................ 23

2.4.2. Instrumentasi Spektrofotometer UV-Visibel............................... 25

2.4.3. Metode Pengukuran Kadar β-glukan .......................................... 27

2.5. Spektrofotometri Infra Merah ............................................................... 32

2.5.1. Prinsip Dasar Spektroskopi IR ................................................... 33

2.5.2. Instrumentasi Spektrofotometer IR ............................................. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 39

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 39

3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 39

3.2.1. Alat ............................................................................................. 39

3.2.2. Bahan .......................................................................................... 39

3.3. Prosedur Kerja ....................................................................................... 41

3.3.1. Ekstraksi β-glukan dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih ........... 41

3.3.2. Analisa Kualitatif Ekstrak Padatan Glukan Dengan FTIR ......... 42

3.3.3. Pengukuran Total Glucan dan D-glukosa (megazyme) .............. 42

3.3.4. Pengukuran α-glukan (Megazyme) .............................................. 43

3.3.5. Pengukuran Kadar β-glukan Metode Congo Red ........................ 44

3.3.6. Desain Penelitian ......................................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 46

4.1. Hasil Identifikasi β-glukan dengan FTIR (Metode Cakram KBr) ........ 47

4.2. Hasil Analisa Kadar β-glukan Dengan Spektrofotometer UV-Vis ........ 51

Page 10: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

x

4.2.1. Metode Megazyme ...................................................................... 51

4.2.2. Metode Congored ....................................................................... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 56

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 56

5.2. Saran ...................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 57

LAMPIRAN................................................................................................. 60

Page 11: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pleurotus ostreatus ..................................................................... 5

Gambar 2. Rumus Struktur Pleuran (β-1,3 dan β-1,6 glukan) ..................... 10

Gambar 3. Struktur molekul β-D-glukan ..................................................... 10

Gambar 4. Struktur heparin .......................................................................... 12

Gambar 5. Mekanisme penghambatan sel kanker oleh β-glukan ................ 13

Gambar 6. Perkolator .................................................................................... 17

Gambar 7. Ekstraktor soxhlet........................................................................ 18

Gambar 8. Distilator...................................................................................... 19

Gambar 9. Warna pada spektrum sinar tampak ........................................... 23

Gambar 10. Prinsip kerja cahaya yang terabsorpsi ...................................... 24

Gambar 11. Skema Alat Spektrofotometer UV-Vis single beam ................ 25

Gambar 12. Skema Alat Spektrofotometer UV-Vis double beam ................ 26

Gambar 13. Struktur molekul congored ...................................................... 30

Gambar 14.Gambaran dua atom yang memiliki vektor listrik dan

vektor magnetik.......................................................................... 33

Gambar 15. Vibrasi regangan antar atom .................................................... 34

Gambar 16. Jenis-jenis vibrasi bengkokan antar atom ................................. 35

Gambar 17. Spektrum FTIR sampel dan standar β-glukan .......................... 48

Page 12: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Urutan negara penghasil beberapa jenis jamur

berdasarkan tingkat produksinya ................................................... 7

Tabel 2. Komposisi dan kandungan gizi jamur tiram

putih per 100 gram ......................................................................... 8

Tabel 3. Perbandingan metode ekstraksi Yap & Ng dan Chihara et al......... 21

Tabel 4. Rentang panjang gelombang pada sinar tampak ............................ 24

Tabel 5. Serapan khas beberapa gugus ........................................................ 34

Tabel 6. Bilangan gelombang spektrum FTIR sampel dan standar β glukan 48

Tabel 7. Pengukuran absorbansi dengan metode megazim ......................... 51

Tabel 8. Pengujian sampel dengan congored ............................................... 52

Page 13: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses ekstraksi jamur tiram putih............................................ 60

Lampiran 2. Preparasi reagen (megazyme) .................................................. 61

Lampiran 3. Perhitungan kemurnian β-glukan dengan menggunakan Mega-Calc ......................................................... 62

Lampiran 4. Perhitungan kemurnian β-glukan secara manual ..................... 63

Lampiran 5. Kurva kalibrasi standar barley uji kemurnian

metode congored ...................................................................... 66

Lampiran 6. Perhitungan konsentrasi β-glukan dengan metode Congored ..................................................................... 67

Page 14: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

xiv

ABSTRAK

Ilhamsyah Noor. Isolasi dan Karakterisasi β–glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Dengan metode Spektroskopi UV-Visibel dan FTIR. Dibimbing oleh Dr.Ira Djajanegara dan Sandra Hermanto M.Si. Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang bermanfaat bagi manusia, karena mengandung senyawa β-glukan yang memiliki potensi sebagai obat antikanker. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi senyawa β-glukan yang terkandung di dalam jamur tiram putih kemudian menentukan kemurniannya. Proses isolasi dilakukan dengan metode Yap & Ng yang didasarkan pada prinsip pemanasan dengan aquades yang dilanjutkan dengan presipitasi oleh etanol 4oC dan diakhiri dengan pengeringan freeze drying. Sampel padatan glukan dikarakterisasi lebih lanjut dengan menggunakan FTIR dan ditentukan kemurniannya dengan spektrofotometer UV-Visibel menggunakan metode kolorimetri (megazyme dan congored). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi jamur tiram putih dengan metode Yap & Ng mampu menghasilkan padatan glukan sebanyak 2,4004 g. Karakterisasi ekstrak dengan FTIR menunjukkan spektrum utama pada bilangan gelombang 890 cm-1 yang mengindikasikan keberadaan senyawa 1,3-β-glukan. Hasil uji kemurnian lebih lanjut menunjukkan kemurnian β-glukan yang terkandung dalam ekstrak sebesar 46,1428% dengan metode megazyme serta 167,94% dengan metode congored. Kata kunci : β-glukan, jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus), ekstraksi Yap & Ng, spektroskopi FTIR, spektroskopi UV-Visibel.

Page 15: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

xv

ABSTRACT

Ilhamsyah Noor. Isolation and Characterization of β-glucan from White Oyster Mushroom (Pleorotus ostreatus) With FTIR and UV-Visible Spectroscopy Method. Advised by Dr.Ira Djajanegara and Sandra Hermanto M.Si White oyster mushroom was one of type fungus that beneficial to humans, because of β-glucan content which potential as anticancer drug. A research has been done on the white oyster mushroom through determination to isolate the compounds of β-glucan contained in the white oyster mushrooms and then determine its purity. Isolation process was conducted by Yap & Ng method based on the principle of heating with distilled water followed by ethanol pesipitasi by 4oC and then drying by freeze drying. Characterization of the extracts through by FTIR and determination of purity by UV-visible spectrophotometer with colorimetric method (megazyme and congored). The result showed that the extraction of white oyster mushrooms with Yap & Ng method produced total yields as much 2.4004 g. Characterization of the extract with FTIR spectrum shows the main wave number 890 cm-1 which is indicated of 1,3-β-glucan. Purity test results showed the β-glucan purity in the extract amounted to 46.1428% with megazyme method and 167,94% with congored method. Keywords : β-glucan, white oyster mushroom (Pleorotus ostreatus), Yap & Ng Extraction, FTIR Spectroscopy, UV-Visible Spectroscopy

Page 16: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jamur merupakan organisme eukariotik, yang terdiri dari jamur

mikroskopik dan makroskopik. Jamur bermanfaat karena beberapa jenis

organisme itu dapat digunakan sebagai bahan makanan, seperti jamur shiitake,

jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur kancing, portabella, ganoderma,

dan sebagainya. Manfaat tidak langsung adalah beberapa jenis jamur dapat

digunakan sebagai bahan obat tradisional seperti jamu maupun obat modern

(Widyastuti, 2009).

Jamur tiram (Pleorotus sp.) merupakan salah satu jenis jamur yang cukup

bermanfaat bagi manusia. Jamur tiram memiliki banyak jenis salah satunya adalah

jamur tiram putih yang paling enak dan disukai. Jamur tiram putih memiliki

kandungan gizi yang sangat banyak seperti zat mineral, protein, polisakarida dan

lain-lain. Banyaknya kandungan gizi dalam jamur tiram putih membuat jamur

tiram putih banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan maupun bahan tambahan

makanan yang diekstrak dari jamur tiram tersebut (Sumarmi, 2006).

Jamur tiram putih memiliki potensi yang cukup besar, hal ini dapat dilihat

dari banyaknya zat-zat yang memiliki khasiat sebagai obat yang terkandung dalam

jamur tiram putih. Salah satu dari zat yang berperan sebagai obat dalam jamur

tiram putih adalah pleuran yang merupakan salah satu senyawa dengan struktur

umum β-glukan, dimana senyawa ini memiliki peran sebagai zat antikanker yang

1

Page 17: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

telah diteliti oleh para peneliti terdahulu (Chihara et al, 1970). β-glukan tidak

hanya terdapat dalam jamur tiram putih, tetapi juga banyak terdapat pada jamur

jenis lain seperti jamur shittake (Lentinus edodes) (Hozova, 2004).

β-glukan adalah suatu jenis polisakarida dengan monomer berupa D-

glukosa, yang diikat melalui ikatan β-(1,3) glukosida dan β-(1,6) glukosida. β-

glukan banyak terdapat pada dinding sel bakteri, tumbuhan dan khamir. Menurut

FDA tahun 1997 β-glukan merupakan Biological Defense Modifier (BDM) dan

Generally Recognized As Safe (GRAS), tidak menimbulkan toksisitas dan efek

samping. β-glukan memiliki aktivitas biologis seperti antioksidan, antitumor dan

lain-lain. (Thontowi, 2007).

Banyaknya penggunaan jamur tiram sebagai bahan makanan dan bahan

tambahan makanan serta potensi dari β-glukan sebagai zat anti kanker yang

terkandung dalam jamur tiram putih, membuat kita terpacu untuk melakukan

penelitian mengenai zat β-glukan tersebut. Metode ekstraksi yang digunakan pada

penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yap & Ng (2001).

Metode ini digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan

metode ekstraksi yang pernah dilakukan oleh Chihara (1970) untuk ekstraksi β-

glukan. Kelebihan dari metode ekstraksi Yap & Ng (2001) yaitu waktu ekstraksi

dapat dilakukan selama 5 hari, lebih cepat dibandingkan dengan metode ekstraksi

Chihara yang dilakukan selama 14 hari, Penggunaan bahan kimia yang lebih

sedikit dalam proses ekstraksi, dan ekstrak yang dihasilkan lebih banyak yaitu

sebanyak 325 mg jika dibandingkan dengan metode Chihara yang hanya

menghasilkan ekstrak sebanyak 4 mg.

Page 18: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

1.2. Rumusan Masalah

1. Sejauh manakah β-glukan dapat diisolasi dengan menggunakan metode

ekstraksi Yap & Ng (2001) ?

2. Bagaimana hasil karakterisasi β-glukan dengan FTIR?

3. Berapakah kadar β-glukan hasil pengukuran dengan metode kolorimetri

congo red dan megazyme?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi β-glukan dari tubuh

buah jamur tiram putih dengan menggunakan metode ekstraksi Yap & Ng (2001)

dan mengetahui hasil karakterisasi β-glukan hasil ekstraksi dengan

Spektrofotometer FTIR serta menentukan kadar β-glukan yang dihasilkan

menggunakan metode megazyme dan congo red.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan diperoleh β-glukan murni dari hasil

ekstraksi jamur tiram putih dengan menggunakan metode Yap & Ng (2001)

sehingga ekstrak yang diperoleh dapat diuji bioaktivitasnya sebagai bahan obat

antikanker.

Page 19: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih merupakan jenis jamur kayu yang tumbuh berderet

menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang

tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang. Ciri jamur tiram

putih antara lain bentuk tudung seperti tiram, lebar mencapai 25 cm, tebalnya 0,5-

2 cm, yang tumbuh di daerah dingin biasanya tudungnya lebih tebal dibandingkan

dengan yang tumbuh di suhu yang lebih panas (Sumarmi, 2006).

Jamur tiram putih banyak tumbuh di daerah yang lembab atau di negara

yang memiliki 4 musim. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil jamur

tiram putih. Petani-petani jamur tiram putih di Indonesia pada saat ini berkembang

cukup pesat hal ini dikarenakan permintaan pasar internasional dan potensi dari

jamur tiram putih tersebut (Suriawira, 2009).

Pada mulanya jenis jamur ini ditemukan tumbuh secara alami pada batang-

batang pohon di hutan. Sekitar tahun 1935, upaya pembudidayaannya

dipublikasikan oleh Kaufert, kemudian diikuti dengan berbagai penelitian di

mancanegara untuk berbagai jenis jamur tiram. Jamur tiram mula-mula

dibudidayakan di Belanda dan sempat diteliti serta diuji khasiatnya di

laboratorium World Healt Organization (WHO). Dalam perkembangannya, jamur

ini kemudian masuk ke Indonesia dan dikembangkan di Wonosobo, selanjutnya

dibudidayakan di Sukabumi, Purbalingga, dan Temanggung (Prahastuti, 2001).

4

Page 20: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

2.1.1. Klasifikasi Jamur Tiram Putih

Gambar 1. Pleurotus ostreatus

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena

bentuknya seperti tiram atau kerang. Oleh orang Jepang jamur tiram putih disebut

shimeji, lain halnya dengan orang eropa dan amerika yang menyebutnya sebagai

oyster white (Anonim, 2002).

Jamur tiram putih merupakan jenis tumbuhan yang hidup pada bahan

organik yang sudah tidak berguna (saprofit). Jamur tiram putih tumbuh dan

berkembang sepanjang tahun di berbagai iklim tropis dan sub tropis. Jamur tiram

putih tumbuh baik pada musim panas. Di Indonesia jamur tiram putih biasa

tumbuh saat musim hujan maupun kemarau (Sumarmi, 2006).

Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe

perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual.

Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota

secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada

kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora

terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi

Kerajaan : Fungi

Filum : Basidiomycota

Kelas : Homobasidiomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Tricholomataceae

Genus : Pleurotus

Spesies : P. ostreatus

Page 21: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina

membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora

seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada

kantung basidium (Phillips, 2006).

Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium

monokariotik, yaitu miselium dengan inti haploid. Miselium terus bertumbuh

hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel

sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikariotik. Setelah itu apabila

kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C, kelembaban 85-90%,

cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk.

Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada

basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad

basidiospora pada basidium. Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada

tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas

ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan

filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang

dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus). Kemudian hifa monokarion akan

mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang

disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan

hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami,

kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa

ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk

(OECD, 2006).

Page 22: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan pertanian

jamur tiram putih selain Jepang dan Cina. Hal ini terlihat pada tabel 1 dimana

Indonesia merupakan salah satu produsen jamur tiram putih di dunia.

Tabel 1. Negara penghasil beberapa jenis jamur Nama Umum Negara Penghasil

Champaignon/Jamur kancing

Shittake/black mushroom/hioko

Jamur merang (paddy straw

mushroom)

Jamur winter

Jamur kuping/hiratake

Jamur tiram/shimeji

Nameko

Jamur lendir putih

Tuber

Amerika serikat, Perancis, Nederland, Inggris,

RRC, Taiwan, Australia, Skandinavia

Cina, Jepang, Taiwan, Korea, Indonesia (Baru

mulai), Amerika serikat dan beberapa Negara

Eropa

Cina, Taiwan, Korea, Filipina, Thailand,

Indonesia, Malaysia

Jepang, Cina, Taiwan, Korea

Cina, Taiwan, Filipina

Cina, Taiwan, Jepang, Thailand, Pakistan,

Indonesia, Singapura, Jerman, Nederland

Jepang

Cina, Taiwan

Jepang

(Suriawira, 2009)

2.1.2. Komposisi Kimia dan Khasiat Jamur Tiram Putih

Seiring dengan populasi jamur sebagai bahan makanan yang enak dan

bergizi, permintaan atas jamur tiram putih di masyarakat terus meningkat. Jamur

tiram putih banyak diminati oleh masyarakat karena rasanya yang enak. Jamur

tiram putih biasa dimasak di dalam sup bahkan ada pula yang membuat jamur

tiram putih menjadi makanan ringan seperti keripik jamur tiram. Selain enak

Page 23: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

jamur tiram putih juga bergizi, dimana kandungan gizi dari jamur tiram putih ini

dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Komposisi dan kandungan gizi jamur tiram putih per 100 gram

Zat Gizi Kandungan

Kalori(energi) 367 kal

Protein 10,5-30,4 %

Karbohidrat 56,6 %

Lemak 1,7-2,2 %

Tiamin 0,2 mg

Riboflavin 4,7-4,9 mg

Niasin 77,2 mg

Co (kalsium) 314 mg

K (kalium) 3,793 mg

P (Posfor) 717 mg

Na (Natrium) 837 mg

Fe (zat besi) 3,4-18,2 mg

Serat 7,5-8,7 %

(Sumarmi, 2006)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jamur tiram putih memiliki

kandungan gizi yang cukup baik untuk dikonsumsi bahkan jika dilihat dari

kandungan proteinnya jamur tiram ini memiliki kandungan protein yang lebih

tinggi dari beras yang hanya sebesar 7,3% dan gandum yang sebesar 13,2%.

Jamur tiram putih juga mengandung sembilan macam asam amino yaitu lisin,

metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin dan fenilalanin.

72% lemak dalam jamur tiram terdiri dari asam lemak tidak jenuh, sehingga

aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol)

Page 24: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

 

maupun gangguan metabolisme lipid, sisanya 28% asam lemak jenuh serta adanya

semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram sehingga menimbulkan rasa

enak (Sumarmi, 2006).

Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram putih maka

bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi. Adanya serat yaitu lignoselulosa baik

untuk pencernaan. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian

menu jamur tiram putih selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol

dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan

yang mengandung jamur tiram putih, sehingga mereka berpendapat bahwa jamur

tiram putih dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol

(Sumarmi, 2006).

Kandungan serat yang terkandung dalam jamur tiram putih juga

berpengaruh positif terhadap pencegahan penyakit kencing manis. Dengan

peningkatan konsumsi serat dapat membantu perbaikan sensitifitas jaringan ujung

saraf insulin, sehingga dapat mengurangi kebutuhan tubuh akan insulin.

Berdasarkan eksperimen The Mushroom Asosiation of England dengan memberi

tiga pon jamur tiram putih pada penderita kanker setiap minggu selama enam

bulan berturut-turut menunjukan efek yang signifikan terhadap kondisi kesehatan

penderita yang berangsur membaik dan pada akhirnya sembuh (Jaelani, 2008).

Selain zat-zat di atas jamur tiram putih juga mengandung senyawa pleuran

yang merupakan polimer dari glukosa. Pleuran terdiri dari ikatan β-1,3 dan β-1,6

glukosida, dengan rumus molekul (C6H10O5)x. Zat inilah yang diduga memiliki

Page 25: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

10 

 

bioaktivitas sebagai zat antikanker, antikolesterol dan antiinflamasi karena

memiliki struktur umum β-glukan.

Gambar 2. Rumus Struktur Pleuran (β-1,3 dan β-1,6 glukan)

2.2. β-D-Glukan

Gambar 3. Struktur molekul β-D-glukan (Kidd, 2000)

Glukan adalah polisakarida yang terbuat dari rantai molekul glukosa.

Sedangkan beta (β) adalah sebutan dari posisi sterik dari group hidroksi glukosa

yang termasuk dalam formasi rantai tersebut. Beta (β)-1,3 D-glukan dan beta (β)-

1,6 D-Glukan adalah struktur yang biasa terbentuk. Sedangkan penomoran 1,3 dan

1,6 adalah berdasarkan posisi molekul glukosa yang terangkai bersama rantai. β-

glukan merupakan homopolimer glukosa yang diikat melalui ikatan β-(1,3) dan β-

Page 26: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

11 

 

(1,6) glukosida (Thontowi, 2007). β-glukan memiliki bobot molekul tinggi,

tergolong senyawa homopolisakarida, yaitu polisakarida yang tersusun dari satu

jenis gula. Monomer β-glukan yakni D-glukosa (Kusmiati, 2007).

Pada tahun 1940-an sebuah riset telah dilakukan oleh Pillemer yang

kemudian menemukan suatu substansi yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh

yang disebut Zymosan dan tidak diketahui dengan jelas sampai pada tahun 1960-

an. Hingga pada tahun 1970-an Nicholas Diluzio di Tulane University, penelitian

mengenai beta (β) 1,3 D Glukan pada manusia dimulai, kemudian diuji lagi oleh

Dr Peter Mansell bahwa senyawa beta (β) D Glukan mampu mengaktifkan

makrofag. Pada tahun 1980 di Harvard Study dilakukan penelitian yang

menggambarkan adanya rangsangan yang disebabkan oleh senyawa beta (β) D

Glukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Disamping juga sejumlah riset

yang menunjukkan bahwa senyawa beta (β) D Glukan yang mampu mengaktifkan

makrofag untuk mengatasi infeksi HIV, komplikasi yang disebabkan trauma berat

dan akibat radiasi, beta (β) D Glukan juga mampu untuk meningkatkan efektifitas

antibiotik dan antivirus (Ahmad, 2008).

Beta glukan banyak terdapat pada dinding sel bakteri, jamur, maupun

tumbuhan tingkat tinggi. Beta glukan telah mendapat rekomendasi aman dari

Food and Drug Administration (FDA) untuk dikonsumsi manusia. Berbagai

penelitian mengungkapkan bahwa β-glukan yang dikonsumsi dapat memberikan

efek pengobatan antara lain sebagai antioksidan, antikolesterol, perlindungan

terhadap radiasi, antipenuaan dan juga sebagai antitumor (Spicer, 2005).

Page 27: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

12 

 

Proteoglikan merupakan gabungan antara polisakarida dan protein dengan

polisakarida sebagai rantai utamanya dan protein sebagai konjugat. Perbedaan

proteoglikan dengan glikoprotein yaitu pada proteoglikan rantai penyusun

utamanya yaitu polisakarida, sedangkan pada glikoprotein rantai penyusun

utamanya adalah protein. Proteoglikan bisa juga disebut sebagai

glikosaaminoglikan atau dapat juga disebut mukopolisakarida. Heparin adalah

salah satu contoh senyawa yang termasuk proteoglikan, dimana ia berfungsi

sebagai anti gumpalan darah (Anida, 2004)

Gambar 4. Struktur heparin

Peptidoglikan adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan yaitu

asam-N-asetil glukosamin serta asam-N-asetil muramat yang dihubungkan ikatan

β-1,4, dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam amino l-

alanin, D-alanin, D-asam glutamat, dan baik L-lisin atau asam diaminopimelik

(DAP)-asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding sel prokariot.

Peptidoglikan adalah komponen utama dinding sel bakteri yang bersifat kaku dan

Page 28: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

13 

 

bertanggung jawab untuk menjaga integritas sel serta menentukan bentuknya.

Struktur dasar peptidoglikan adalah sebuah selubung yang menyelimuti sel yang

tersusun dari utas-utas peptidoglikan yang berdampingan satu sama lain dan

dihubungkan dengan ikatan silang tetrapeptida yang terbuat dari asam amino.

Peptidoglikan hanya ditemukan pada spesies bakteri contohnya Staphylococcus

aureus, namun tidak semua bakteri memiliki DAP pada peptidoglikannya

(Madigan et al, 2006).

2.2.1. Bioaktivitas β-glukan Sebagai Antikanker

Seperti yang telah diketahui β-glukan memiliki bioaktifitas sebagai

antikanker. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan peneliti

terdahulu. Berikut ini merupakan mekanisme penghambatan perkembangan sel

kanker oleh β-glukan.

Gambar 5. Mekanisme penghambatan sel kanker oleh β-glukan (Anonim, 2009)

Page 29: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

14 

 

Mekanisme penghambatan perkembangan sel kanker oleh β-glukan

sebagaimana pada gambar 4 dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung,

secara langsung β-glukan mengaktivasi makrofag, neutrofil, dan Natural Killer

Cells dan memecah dinding selkanker, sehingga pertumbuhan sel kanker

terhambat. Secara tidak langsung β-glukan yang menempel pada makrofag

menstimulasi makrofag untuk membentuk Cytotoksik T Limposit yang kemudian

cytotoksik T limposit menghasilkan substansi kimia antikanker lainnya yang

dapat menghacurkan sel kanker. Dengan kata lain adanya β-glukan dapat

mengaktifkan makrofag untuk mengenal dan merusak sel yang mengalami mutasi

yang dapat menyebabkan kanker ataupun tumor (Anonim, 2009).

2.3. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen yang diinginkan dari

penyusun-penyusun lain dalam suatu bahan atau campuran dengan menggunakan

pelarut. Ekstraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan senyawa dari

sistem campuran (Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002).

Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat

campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua

fasa pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan pernyataan yang

jelas mengenai hukum distribusi ketika pada tahun 1981 ia menunjukan bahwa

suatu zat akan terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat

campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan

adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu (Underwood, 2002).

Page 30: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

15 

 

Berdasarkan hukum distribusi nernst :

[A]1 = tetapan

[A]1 menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1.

Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu,

pada kenyataannya hubungan ini adalah tidak eksak. Yang benar, dalam

pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi

yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase

memelihara suatu rasio yang konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair

yang lain ;

aA1

Di mana :

aA1 = aktivitas zat terlarut A dalam fase 1

KDA = koefisien distribusi dari spesies A

2.3.1. Ekstraksi Padat-Cair

Ekstraksi padat–cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen

dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Ekstraksi ini

didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke

dalam pelarut. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu

pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka

larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus

[A]2

aA2 KDA 

Page 31: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

16 

 

sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di

luar sel (Sudjadi, 1986). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses

ekstraksi padat-cair, yaitu :

1. Pelarut yang digunakan harus melarutkan bahan yang diekstraksi secara

sempurna

2. Analit dalam sampel harus tahan panas (tidak terurai oleh panas)

3. Volume pelarut pengekstraksi harus cukup agar tidak kering

4. Pelarut tidak atau sedikit saja melarutkan bahan lain selain analit yang

diinginkan (diisolasi)

Ada beberapa contoh dari ekstraksi padat cair yaitu :

1. Maserasi

Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik

yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan

dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan

akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara

di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma

akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi akan sempurna karena dapat

diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi

akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan

senyawa bahan alam pelarut tersebut (Darwis, 2002).

Keuntungan cara ekstraksi ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kelemahannya adalah

waktu pengerjaan lama.

Page 32: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

17 

 

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel

sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut.

Prinsipnya serbuk sampel ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian

bawahnya diberi sekat berpori. Cairan pelarut dialirkan dari atas ke bawah melalui

serbuk tersebut sehingga akan melarutkan zat aktif. Alat yang digunakan untuk

perkolasi disebut perkolator. Larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut

sari atau perkolat, sedangkan sisa penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi.

Tetapi efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik

yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan (Darwis, 2002).

Gambar 6. Perkolator

3. Soxhletasi

Prinsip kerjanya adalah serbuk yang akan diekstraksi diletakkan pada

selongsong (thimble) dan ditempatkan pada bagian dalam alat soxhlet. Kemudian

dipasang labu alas bulat yang sesuai dengan ukurannya. Diisi pelarut melalui

bagian atas soxhlet, sehingga terjadi dua kali sirkulasi. Pada bagian atas dipasang

Page 33: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

18 

 

pendingin balik. Jika pelarut dididihkan uap akan keluar ke atas melalui pipa

menuju pendingin balik dan akan dikondensasikan. Uap yang telah

dikondensasikan akan turun dengan tetesan pelarut dan kemudian jatuh ke

selongsong yang berisi bahan yang diekstraksi. Larutan akan berkumpul dan

setelah larutan mencapai tinggi maksimal di atas soxhlet, secara otomatis larutan

akan turun mengalir ke dalam labu alas bulat. Dengan demikian bahan dikatakan

telah mengalami satu kali sirkulasi (Darwis, 2002).

Gambar 7. Ekstraktor soxhlet

Proses ini akan terjadi terus menerus secara otomatis sampai ekstraksi

sempurna. Selanjutnya senyawa hasil ekstraksi dapat diambil dari larutan yang

terkumpul dari labu alas bulat. Keuntungan metode ini adalah cairan pelarut yang

dibutuhkan lebih sedikit, zat aktif yang diperoleh lebih banyak, dan ekstraksi

dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan pelarut.

Sedangkan kerugiannya adalah larutan dipanaskan terus menerus sehingga yang

zat aktifnya tidak tahan pemanasan kurang cocok dilakukan dengan metode ini.

Page 34: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

19 

 

Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruhi oleh panas (Darwis,

2002).

4. Distilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.

Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini

kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik

didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Darwis, 2002).

Gambar 8. Distilator

Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad

pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya

permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan

rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil

menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4

Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada

masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol

Page 35: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

20 

 

menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini

menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro,

The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815)

yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat

terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang

bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan

diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi.

Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan

tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi

azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi

tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap

air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek

tidak ada distilasi yang mencapai 100% (Yee, 2008).

5. Ekstraksi Yap & Ng (2001)

Metode ekstraksi Yap & Ng pada dasarnya hampir sama dengan proses

ekstraksi lainnya, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini yaitu air (aquades).

β-glukan diisolasi dengan air panas yang kemudian dilakukan presipitasi

(pengendapan) dengan etanol dan diteruskan dengan proses freeze drying dengan

menggunakan nitrogen cair. Uji kemurnian dilakukan dengan analisis kolom

karbohidrat yang memberikan kemurnian sebesar 87,5 %.

Jika dilihat dari aspek komersialnya metode ekstraksi yang dilakukan oleh

Yap & Ng (2001) lebih efisien, lebih murah dan tidak membutuhkan waktu yang

lama jika dibandingkan dengan metode ekstraksi β-glukan yang dilakukan oleh

Page 36: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

21 

 

Mizuno (1999) dan Chihara et al pada tahun 1970. Berikut merupakan

perbandingan antara metode Yap & Ng dan Chihara et al.

Tabel 3. Perbandingan metode ekstraksi Yap & Ng (2001) dan Chihara et al

(1970)

Karakteristik Metode yang digunakan

Metode Chihara Metode Yap & Ng

1. Waktu ekstraksi 2. Bahan kimia yang

dibutuhkan 3. Ekstrak yang dihasilkan 4. Persentasi kemurnian

ekstrak

14 hari Banyak 4 mg 99,23 %

5 hari Tidak ada, kecuali nitrogen cair dan etanol 325 mg 87,50 %

( Yap & Ng, 2001)

2.3.2. Ekstraksi Cair-Cair

Proses ekstraksi melibatkan dua fasa (kedua fasa dapat berupa cairan tetapi

tidak bercampur), dan dapat dilakukan dengan satu kali ekstraksi (single

extraction), beberapa kali ekstraksi (multiple extraction), dan ekstraksi

berkesinambungan (continues extraction).

Ektraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia

diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen

larut pada fase pertama dan sebagian lain larut pada fase kedua, lalu kedua fase

yang mengandung zat terdispersi dikocok, kemudian didiamkan sampai terjadi

pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia

akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya

dengan perbandingan konsentrasi tetap (Sudjadi, 1986). Hal yang penting pada

jenis ekstraksi cair-cair ini bukanlah volume fasa organik, melainkan jumlah

pengekstraksian yang dilakukan. Ekstraksi 10 ml fasa organik sebanyak 5 kali,

Page 37: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

22 

 

akan memisahkan senyawa yang lebih banyak dibandingkan dengan satu kali

ekstraksi, walaupun total volume palarut organik yang digunakan sama (Puspita,

2004).

Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan

cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop

atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi

padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu

pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan

kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen

bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses

ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh

vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan

garam-garam logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah

dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair (Rahayu, 2009).

2.4. Spektrofotometri UV-Visibel

Teknik analisis spektrofotometri termasuk salah satu teknik analisis

instrumental disamping teknik kromatografi dan elektrokimia. Teknik tersebut

memanfaatkan fenomena interaksi materi dengan gelombang elektromagnetik

seperti sinar-x, ultraviolet, cahaya tampak dan inframerah. Fenomena interaksi

bersifat spesifik baik absorpsi maupun emisi. Interaksi tersebut menghasilkan

signal-signal yang disadap sebagai alat analisis kualitatif dan kuantitatif (Sudjadi,

1985).

Page 38: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

23 

 

2.4.1. Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Visibel

Prinsip kerja dari spektrofotometri UV-Visibel adalah adanya interaksi

antara radiasi pada rentang panjang gelombang 200-800 nm yang dilewatkan

terhadap suatu senyawa. Elektron-elektron pada ikatan di dalam molekul menjadi

tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam

proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Semakin

longgar elektron tersebut ditahan di dalam ikatan molekul, maka semakin panjang

panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap (Watson, 2005).

Suatu spektrometer UV-Visibel bekerja pada daerah panjang gelombang

sekitar 200 nm (pada ultra-violet dekat) sampai sekitar 800 nm (pada infra-merah

sangat dekat). Lompatan elektron yang mungkin menyerap sinar pada daerah itu

jumlahnya terbatas. Warna-warna utama dari spektrum sinar tampak adalah:

Gambar 9. Warna pada spektrum sinar tampak

Warna-warna dari spektrum sinar tampak lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 4 dibawah ini :

Page 39: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

24 

 

PaPr

Po

Pt

Tabel 4. Rentang panjang gelombang pada sinar tampak

Warna Panjang gelombang (nm)

Ungu 380 – 435

Biru 435 – 500

Sian (biru pucat) 500 – 520

Hijau 520 – 565

Kuning 565 – 590

Oranye 590 – 625

Merah 625 – 740

Gambar 10. Prinsip kerja cahaya yang terabsorpsi

Po = Pa + Pt + Pr

dimana:

Po = intensitas sinar yang masuk Pa = intensitas sinar yang diabsorbsi

Pr = intensitas sinar yang dipantulkan Pt = intensitas sinar yang diteruskan

Ketika panjang gelombang cahaya melalui larutan kimia yang diujikan,

sebagian cahaya tersebut akan diabsorbsi oleh larutan. Berdasarkan hukum

Lambert Beer’s (1852), secara kuantitatif absorbsi ini dinyatakan sebagai berikut :

Log I0/IT = ε . L. C

Page 40: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

25 

 

dimana

I0 = Intensitas cahaya sebelum melewati sampel

IT = Intensitas cahaya setelah melewati sampel

ε = Koefisien ekstingsi, konstanta yang tergantung dari senyawa substansi

dan panjang gelombang yang digunakan untuk análisis

L = Panjang atau jarak cahaya yang melewati sampel

C = Konsentrasi dari larutan yang dianalisa

2.4.2. Instrumentasi Spektrofotometer UV-Visibel

Alat spektrofotometer UV-Vis terdapat dua macam yaitu single beam dan

double beam dimana perbedaan antara keduanya adalah pada tempat sampel dan

standar. Untuk single beam, tempat sampel dan standar digunakan bergantian,

sedangkan untuk double beam sampel dan standar memiliki tempat masing-

masing, sehingga dalam pengukuranya dilakukan secara bersama. Berikut

perbedaan skema alat antara single beam dan double beam (Underwood,2002)

Gambar 11. Skema alat spektrofotometer UV-Vis single beam

Sumber  Monokromator Sampel Detektor 

Penguat 

Pembaca 

Page 41: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

26 

 

Gambar 12. Skema alat spektrofotometer UV-Vis double beam

Adapun bagian-bagian dari alat spektrofotometer UV-Vis terdiri dari :

1. Sumber cahaya, yang biasa digunakan dalam spektrofotometer UV-Vis adalah

lampu hidrogen atau lampu deuterium. Kebaikan lampu wolfram adalah energi

radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.

2. Monokromator, Alatnya dapat berupa prisma atau grating. Untuk

mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini

dapat digunakan celah. Ada dua tipe prisma yaitu susunan cornu dan susunan

littrow. Secara umum tipe cornu menggunakan sudut 60°, sedangkan tipe

littrow menggunakan prisma dimana pada sisinya tegak lurus dengan arah

sinar yang berlapis alumunium serta mempunyai sudut optik 30°.

sumber monokromator  sampel 

referens

komputer

Pengubah analog ke digital

Pemroses sinyal

Detektor

Cermin berotasi

Cermin Cermin

Setengah cermin

Page 42: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

27 

 

3. Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca

corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus

menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang

lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi,

tetapi bentuk silinder juga dapat digunakan. Kita harus menggunakan kuvet

yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa dan gelas

hasil leburan serta seragam keseluruhannya.

4. Detektor, peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap

cahaya pada berbagai panjang gelombang. (Underwood,2002)

Syarat-syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan UV-VIS yaitu :

1) Bahan mempunyai gugus kromofor (UV)

2) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tapi berwarna (Visible)

3) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tidak berwarna, ditambahkan

pereaksi warna (Visible)

4) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor dibuat turunannya yang

mempunyai gugus kromofor (UV).

2.4.3. Metode Pengukuran Kadar β-glukan

1. Megazyme

Megazyme adalah salah satu perusahaan yang memproduksi enzim. Salah

satu enzim yang diproduksi digunakan untuk menentukan kemurnian β-glukan

yang berasal dari jamur. Mekanisme uji kemurnian β-glukan adalah sebagai

berikut; senyawa hasil ekstraksi dari jamur dihidrolisis dengan menggunakan HCl

Page 43: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

28 

 

pekat menjadi D-glukosa dengan bantuan enzim Exo-1,3-Glucanase, setelah

terhidrolisis D-glukosa diinkubasi menggunakan glukosa oksidase dan kemudian

berubah menjadi D-glukonat dan peroksidase. Adanya enzim peroksidase dan

penambahan p-hydroxibenzoic acid serta 4 aminoantipyrine, akan mengubah D-

glukonat menjadi quinoneimine dye yang berwarna merah. Senyawa tersebut

dapat diukur dengan menggunakan UV-Visibel spektrofotometer pada panjang

gelombang 510 nm (Barry, 2009).

Uji Kemurnian β-glukan dengan metode megazyme dilakukan dengan dua

tahap yaitu pengukuran total glukan dan pengukuran α-glukan dari ekstrak

sampel. Untuk penentuan kadar kemurnian β-glukan dilakukan dengan cara

persentase total glukan dikurangi dengan persentase α-glukan, maka akan didapat

persentase kemurnian dari senyawa β-glukan yang terkandung dalam ekstrak

sampel. Selain pengukuran sampel dilakukan juga pengukuran terhadap standar

yaitu yeast yang telah tersedia dalam paket bersama enzim. Pengukuran ini

dilakukan untuk memastikan ketelitian hasil pengujian ini, karena konsentrasi β-

glukan dari yeast telah ditentukan sebesar 56,5% yang tertera pada botol standar

yeast.

Total Glukan – α-glukan = β-glukan

Pengukuran total glukan dilakukan dengan cara menghidrolisis ekstrak

sampel terlebih dahulu dengan menggunakan HCl pekat (asam pekat) kemudian

sisa glukan yang tak terhidrolisis oleh HCl akan dihidrolisis oleh enzim exo-1,3-

glukanase hal ini bertujuan agar sampel yang merupakan polimer dapat

Page 44: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

29 

 

terhidrolisis secara sempurna menjadi monomer-monomernya yang berupa D-

glukosa. Setelah terhidrolisis secara sempurna kemudian larutan diinkubasi

dengan GOPOD (4-aminoantipirin, asam p-hidroksi benzoat, enzim peroksidase)

sehingga warna larutan akan berubah menjadi warna merah yang dapat diukur

dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 510 nm. Dapat

dilihat reaksi dari proses di atas adalah sebagai berikut (Barry, 2009).

Reaksi 1

Reaksi 2

 4

O2

Page 45: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

30 

 

Pengukuran α-glukan dilakukan dengan cara menginkubasi sampel yang

telah dilarutkan dengan KOH 2N dengan enzim amyloglucosidase dan larutan

invertase. Yang mana enzim tersebut hanya akan memotong-motong glukan pada

posisi α, sehingga hanya α-glukan yang terukur pada alat spektrofotometer.

Setelah penambahan enzim larutan ditambahkan enzim GOPOD (4-

aminoantipirin, asam p-hidroksi benzoat, enzim peroksidase) dan diinkubasi.

Akan terjadi perubahan warna menjadi warna merah sama halnya dengan

pengukuran total glukan. Dapat dilihat reaksi dari proses di atas adalah sebagai

berikut ( Barry, 2009).

Reaksi 1

α-glukan + H2O D-glukosa

Reaksi yang selanjutnya terjadi pada pengukuran α-glukan sama dengan

pengukuran total glukan. Dari glukosa hingga pembentukan senyawa quinonimine

yang berwarna merah.

2. Congo Red

Gambar 13. Struktur molekul congo red

amyloglukosidase

Page 46: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

31 

 

Congo red adalah suatu garam natrium dari benzidinediazo-bis-1-

naftilamin-4-asam sulfonat dengan rumus molekul C32H22N6Na2O6S2 dan dengan

berat molekul 696,66 g/mol. Congo red larut dalam air, dan kelarutan congo red

paling baik dalam pelarut organik. Penggunaan congo red dalam bidang biokimia

digunakan dalam penentuan kemurnian β-glukan yang diisolasi dari gandum.

Berawal dari penelitian tersebut, reagen congo red sampai sekarang masih dapat

digunakan sebagai penentuan kemurnian β-glukan (Stensmaa, 2001).

Congo red pertama kali disintesis pada tahun 1883 oleh Paul Bottiger

yang bekerja untuk perusahaan Friedrich Bayer di Elberfield, Jerman. Ia sedang

mencari pewarna tekstil yang tidak memerlukan langkah yang rumit. Perusahaan

tersebut tidak tertarik dengan warna merah yang cerah. Jadi ia mengajukan paten

di bawah namanya kemudian dijual kepada perusahaan AGFA di Berlin. Pewarna

tersebut membawa sukses besar untuk perusahaan AGFA, sehingga pada tahun-

tahun berikutnya dengan alasan yang sama perusahaan tersebut memasarkan

pewarna lainnya dengan nama “congo”. (Stensmaa, 2001)

Metode congo red merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

menentukan adanya senyawa β-glukan dari suatu bahan. Metode ini menggunakan

reagen congo red sebagai pereaksi sehingga akan membentuk kompleks congo red

dan polisakarida yang berwarna merah. Senyawa congo red sendiri berwarna

merah, tetapi apabila reagen ini tidak bereaksi terhadap suatu senyawa, maka

larutan akan berubah menjadi bening. Untuk uji pendahuluan dengan congo red

tidak dikhususkan pada polisakarida tertentu tetapi polisakarida secara umum, jadi

untuk uji congo red hanya digunakan untuk mengetahui konsentrasi polisakarida

Page 47: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

32 

 

dari ekstrak sampel. Untuk mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam

ekstrak sampel dapat dilakukan dengan cara kromatografi.

2.5. Spektrofotometri Infra Merah

Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode

yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada

pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang

13.000 – 10 cm-1 (Giwangkara, 2007). Dibandingkan dengan panjang gelombang

sinar ultraviolet dan tampak, panjang gelombang infra merah lebih panjang dan

dengan demikian energinya lebih rendah. Energi sinar inframerah berkaitan

dengan energi vibrasi molekul.

Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark

Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang

elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang

keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan (Giwangkara, 2007). Saat ini

telah dikenal berbagai macam gelombang elektromagnetik dengan rentang

panjang gelombang tertentu. Spektrum elektromagnetik merupakan kumpulan

spektrum dari berbagai panjang gelombang. Berdasarkan pembagian daerah

panjang gelombang, sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:

1. Daerah infra merah dekat (0,72 – 2,5µm)

2. Daerah infra merah pertengahan (2,5 – 50 µm)

3. Daerah infra merah jauh (50 – 1000 µm)

Page 48: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

33 

 

2.5.1. Prinsip Dasar Spektroskopi IR

Dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan

didasarkan pada senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom yang

digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat oleh pegas seperti tampak

pada gambar di bawah ini.

Gambar 14. Gambaran dua atom yang memiliki vektor listrik dan vektor magnetik

Jika pegas direntangkan atau ditekan pada jarak keseimbangan tersebut

maka energi potensial dari sistem tersebut akan naik. Setiap senyawa pada

keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam gerak, yaitu gerak translasi, vibrasi

dan rotasi. Bila ikatan bergetar, maka energi vibrasi secara terus menerus dan

secara periodik berubah dari energi kinetik ke energi potensial dan sebaiknya.

Jumlah energi total adalah sebanding dengan frekwensi vibrasi dan tetapan gaya

(k) dari pegas dan massa (m1 dan m2) dari dua atom yang terikat. Energi yang

dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup kuat untuk mengadakan perubahan

vibrasi (Giwangkara, 2007).

Frekuensi vibrasi suatu ikatan dapat dihitung dengan cukup seksama

dengan cara yang sama seperti menghitung frekuensi vibrasi sistem pegas dan

sebuah bola. Sesuai dengan persamaan hukum Hooke dibawah ini.

υ =

1

2π 

k

m1m2 (m1+ m2)

Page 49: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

34 

 

di mana

υ = Frekuensi

k = Tetapan yang berhubungan dengan kekuatan pegas (gaya suatu ikatan)

m1, m2 = Masa dari dua bola (atom)

c = Kecepatan cahaya = 3. 1010 cm/detik

besaran m1m2 / (m1 +m2) dapat dinyatakan sebagai µ, masa tereduksi dari sistem

itu (Sudjadi, 1985).

Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya

terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan

yang menghubungkannya. Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul

tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print (400-2000 cm-1). Vibrasi

molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu :

1. Vibrasi Regangan (Stretching)

Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang

menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya,

walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan terdiri dari dua macam,

yaitu regangan simetri dan regangan asimetri.

Gambar 15. Vibrasi regangan antar atom (Giwangkara, 2007)

Page 50: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

35 

 

2. Vibrasi Bengkokan (bending)

Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih

besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang

mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan

ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu vibrasi goyangan, guntingan, kibasan, dan

pelintiran.

Gambar 16. Jenis-jenis vibrasi bengkokan antar atom (Giwangkara,2007)

Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi molekul (sidik jari) adalah

vibrasi bengkokan, khususnya goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah

bilangan gelombang 2000 – 400 cm-1. Karena di daerah antara 4000 – 2000 cm-1

merupakan daerah yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus fungsi.

Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Pada

daerah antara 2000 – 400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan

maupun bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut. Dalam daerah

2000 – 400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga

Page 51: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

36 

 

daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari. Berikut ini adalah

beberapa senyawa dengan daerah serapannya.

Tabel 5. Serapan khas beberapa gugus

Gugus Jenis senyawa Daerah serapan

C-H Alkana 2850-2960, 1350-1470

C-H Alkena 3020-3080, 675-1000

C-H Aromatic 3000-3100, 675-870

C-H Alkuna 3300

C=C Alkena 1640-1680

C C Alkuna 2100-2260

C=C Aromatic (cincin) 1500-1600

C-H Alkana 2850-2960, 1350-1470

C-O Alcohol,eter, asam karboksilat, ester 1080-1300

C=O Aldehid, keton, asam

karboksilat,ester

1690-1760

O-H Alkohol, fenol(monomer) 3610-3640

O-H Alkohol, fenol(ikatan H) 200-3600 (lebar)

O-H Asam karboksilat 500-3000 (lebar)

N-H Amina 3300-3500

C-N Amina 1180-1360

C N Nitril 2210-2260

NO2 Nitro 1515-1560, 1345-1385

(Takeuchi, 2009) Spektra IR informasinya tak sekaya spektra NMR. Namun, spektroskopi

IR merupakan satu dari teknik yang paling sering digunakan untuk mendapatkan

informasi struktur berbagai tipe senyawa. Keuntungan spektroskopi IR dibanding

Page 52: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

37 

 

NMR adalah pengukurannya mudah dan sederhana, dan spektra IR tidak terlalu

dipengaruhi oleh kondisi pengukuran.

2.5.2. Instrumentasi Spektrofotometer IR

Spektrofotometer infra merah biasanya merupakan spektrofotometer ganda

dan terdiri dari 5 bagian utama yaitu sumber radiasi, daerah cuplikan, kisi difraksi

(monokromator), dan detektor.

1. Sumber radiasi, radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst

dan Globar. Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi

hingga sekitar 1.200oC, sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah

1-40µm. Globar merupakan sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst

merupakan batang cekung dari sirkonium dan yitrium oksida yang dipanasi

hingga sekitar 1.500oC dengan arus listrik. Sumber ini memancarkan radiasi

antara 0,4-20µm dan kurang stabil jika dibandingkan dengan globar, tetapi

Globar memerlukan pendinginan air.

2. Monokromator, monokromator terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar,

alat pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin

untuk memantulkan dan memfokuskan berkas sinar. Bahan yang lazim

digunakan prisma adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan

litium fluorida. Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk

monokromator infra merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara 5,0-

16µm, tetapi dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0µm. Kalium

bromida dan sesium bromida merupakan bahan prisma yang baik untuk infra

merah jauh. Litium fluorida merupakan bahan yang baik untuk infra merah

Page 53: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

38 

 

dekat. Bahan-bahan tersebut diatas bersifat higroskopis, sehingga dapat dirusak

oleh uap air. Sekarang spektrofotometer infra merah kebanyakan menggunakan

kisi difraksi, bukan prisma. Keuntungan kisi difraksi adalah resolusi lebih baik,

energi sinar yang hilang lebih sedikit sehingga dapat digunakan lebar celah

yang lebih sempit, memberikan disperse yang linier dan tahan terhadap uap air.

Sedangkan kekurangan dari kisi difraksi adalah jumlah sinar hamburan lebih

banyak dan dihasilkannya lebih dari satu spektrum dari berbagai orde. Untuk

mengatasi kelemahan ini maka digunakan prisma dan filter bersama kisi

difraksi (monokromator ganda), sehingga hanya dihasilkan spektrum dari satu

orde saja. Hal yang sama juga dapat diperoleh dengan membuat sudut jalur kisi

sedemikian rupa sehingga sinar yang didispersikan terpusat hanya pada satu

orde saja.

3. Detector. Sebagian besar alat modern menggunakan detektor panas. Detektor

fotolistrik tidak dapat digunakan untuk mendeteksi sinar infra merah, karena

energi foton infra merah tidak cukup besar untuk membebaskan elektron dari

permukaan katoda dari suatu tabung foton. Detektor panas suntuk mendeteksi

sinar infra merah yaitu termokopel, bolometer dan sel Golay. Ketiga detektor

ini bekerja berdasarkan efek pemanasan yang ditimbulkan oleh sinar infra

merah (Sudjadi,1985).

Page 54: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

39 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi BPPT dan

Laboratorium Bahan Alam Pusat Penelitian Kimia LIPI Puspiptek, Serpong serta

Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian

dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-

Visibel Hitachi U-2001, ultra sentrifugator Beckman, sentrifius (Sigma 201m),

spektrofotometer FTIR spectrum one Perkin Elmer, freez-drying (telstar iyoalfa

15), blender, waterbath, vortex mixer, neraca analitik, magnetik stirer dan

beberapa alat-alat glassware seperti beaker glass, tabung glass uji dengan tutup

ukuran 20 x 125 mm dan 16 x 125 mm, tabung glass uji tanpa tutup ukuran 16 x

100 mm, erlenmeyer, gelas ukur dan pipet ukur dan alat-alat lainnya.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan berupa jamur tiram putih (Pleorotus Ostreatus)

yang diperoleh di pasar tradisional Ciputat. Jamur tiram yang digunakan adalah

jamur tiram yang masih segar (fresh). Standar β-glukan sigma (β-glucan from

barley), (C6H10O5)n (9041-22-9) powder, glucose > 95% sebagai standar untuk uji

39

Page 55: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

40 

 

kemurnian dengan FTIR, Yeast sebagai standar dalam pengukuran megazyme.

Selain itu juga digunakan bahan-bahan lain selain bahan penunjang, antara lain :

Kits (megazyme) :

1. Botol 1 : Exo-1,3-Glucanase (100 U/mL) plus β-Glucosidase (20U/mL),

stabil selama > 4 tahun pada suhu 4oC => 2 mL

2. Botol 2 : Amyloglucosidase (1630 U/mL) plus larutan invertase 50% v/v

dalam gliserol, stabil selama 2 tahun pada suhu 2oC atau 4 tahun pada suhu -

20oC. => 20 mL

3. Botol 3 : Reagent buffer glukosa, stabil selama 2tahun pada 4oC atau 4

tahun pada suhu -20oC. => 50 mL

4. Botol 4 : Glucose determination reagent, stabil selama 4 tahun pada suhu -

20oC

5. Botol 5 : larutan standar D-Glukosa dalam 0,2% w/v asam benzoat, stabil

selama 4 tahun pada suhu ruang => 5mL, 1.00 mg/mL

6. Botol 6 : Kontrol β-glukan, stabil selama > 5 tahun pada temperature

ruang. => ~2 g

Reagent :

1. Buffer Sodium asetat (200 mM, pH 5.0)

2. Buffer Sodium asetat (1,2 M, pH 3.8)

3. Potasium Hidroksida (KOH 2M)

4. Asam Hidroklorida (37% v/v, ~10M)

Page 56: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

41 

 

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Ekstraksi β-glukan dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Yap & Ng,

2001)

Ekstraksi β-glukan dari tubuh buah jamur tiram menggunakan metode

yang telah dikembangkan oleh Yap & Ng (2001) dengan sedikit modifikasi (pada

penelitian ini untuk membekukan sampel basah dengan deep freeze sedangkan

pada metode Yap & Ng dengan menggunakan nitrogen cair), mula-mula 1 kg

jamur tiram putih segar dicuci dan diblender kemudian dihomogenisasikan dengan

air panas sebanyak 1500 mL pada suhu ± 100oC. setelah tercampur rata,

homogenat didinginkan pada suhu ruang kemudian dipisahkan dari residu dengan

menggunakan sentrifus pada kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya

filtrat tersebut ditambah dengan etanol 95% yang telah didinginkan sampai suhu

4oC, kemudian terjadi presipitasi.

Presipitat kemudian diekstraksi kembali dengan menggunakan air panas

sebanyak 1000 mL pada suhu 100oC dan disaring untuk memisahkan bahan-bahan

yang tidak larut. Larutan yang bersih dipisahkan dengan bahan yang tidak larut

dengan menggunakan kapas, kemudian filtrat (larutan yang bersih) ditambahkan

lagi dengan etanol 95% (4oC) dengan volume yang sama (1:1) dan didiamkan

selama 1 hari. Disentrifugasi kembali kemudian larutan dipisahkan dari presipitat.

Presipitat yang didapat dibekukan dalam Deep Freezer pada suhu -82oC dan

dikeringkan dengan cara freeze drying kemudian ditimbang sebagai berat kering

ekstrak sampel.

Page 57: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

42 

 

Residu jamur diekstraksi hingga empat kali dengan cara yang sama

tetapi dengan volume yang berbeda untuk memastikan tidak ada senyawa pleuran

(β-glukan yang terdapat dalam jamur tiram putih/Pleorotus ostreatus) yang tersisa

atau hanya tinggal sedikit sekali yang tertinggal pada residu jamur. Hasil yang

didapatkan dari hasil ekstraksi adalah berupa padatan glukan larut air.

3.3.2. Analisa Kualitatif Ekstrak Padatan Glukan Dengan FTIR

Sampel padatan glukan larut air sebanyak ± 20 mg dicampurkan dengan

serbuk KBr, digerus pada lumping agate hingga tercampur rata dan diambil

sedikit kemudian masukan ke dalam cakram dan dipress dengan alat press holder.

Setelah terbentuk film tipis, cakram KBr dimasukan pada KBr disc holder dan

spektrum sampel direkam pada range 400-4000 cm-1 pada resolusi 8 dengan FTIR

spektrofotometer. Hasilnya dibandingkan dengan spektrum standar barley >95%.

3.3.3. Pengukuran Total Glucan dan D-Glukosa (Megazyme)

Sampel padatan glukan larut air dan yeast (sebagai standar pengujian)

dimasukan ke dalam tabung glass uji (tabung reaksi) bertutup ukuran 20 x 125

mm sebanyak 100 mg, tabung digoyang-goyangkan hingga sampel jatuh

seluruhnya ke bagian bawah tabung. Selanjutnya 1,5 mL asam klorida

terkonsentrasi (37% v/v) ditambahkan ke dalam tiap tabung (2 tabung), tutup

tabung dan dikocok dengan vortex. Tabung ditempatkan dalam waterbath pada

suhu 30oC selama 45 menit dan vortex setiap 15 menit, kemudian ditambahkan 10

mL aquades pada tiap tabung, tutup tabung dan kocok dengan vortex. Selanjutnya

tutup tabung dilepaskan dan masukan tabung pada air mendidih (~100oC), setelah

5 menit tutup kembali dan inkubasi dilanjutkan selama 2 jam. Setelah 2 jam

Page 58: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

43 

 

dinginkan tabung pada suhu ruang, tutup tabung dilepaskan dengan hati-hati

kemudian 10 mL KOH 2N ditambahkan pada tiap tabung. Bilas isi tabung

menggunakan buffer sodium asetat (pH 5.0) ke dalam tabung bersih, tepatkan

volumenya. Suspensi disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman GF/A

atau sentrifus pada 1500 g selama 10 menit. Cairan yang jernih dipisahkan dari

endapan yang telah disaring kemudian dimasukan ke dalam tabung glass uji

ukuran 16x100 mm. Reagen Exo-1,3-Glucanase (100 U/mL) plus β-Glucosidase

(20U/mL) ditambahkan ke dalam sodium asetat buffer (200 mM, pH 5.0) pada

tiap tabung, kocok tabung dengan menggunakan vortex dan inkubasi pada suhu

40oC selama 60 menit. Selanjutnya 3 mL reagen GOPOD ditambahkan pada tiap

tabung dan inkubasi pada suhu 40oC selama 20 menit. Warna larutan berubah

menjadi merah dan absorbansi semua larutan (sampel, blanko, yeast dan standar

glukosa) diukur pada panjang gelombang 510 nm.

Setelah didapatkan absorbansi dari sampel, blanko, yeast dan standar

glukosa, dapat dihitung konsentrasi total glukan dengan cara manual (lampiran 4)

atau dengan menggunakan software Mega Calc (lampiran 3) dengan memasukan

absorbansi tiap larutan.

3.3.4. Pengukuran α-Glukan (Megazyme)

Sampel padatan glukan larut air dan yeast (sebagai standar pengujian yang

terdapat dalam paket megazyme) dimasukan ke dalam tabung glass uji bertutup

ukuran 20x125 mm, kemudian tutup tabung dan goyangkan hingga sampel jatuh

seluruhnya ke dasar tabung. Magnetik stirer (5x15 mm) dan 2 mL KOH 2N

dimasukkan ke dalam tiap tabung. Selanjutnya 8 mL buffer Sodium asetat (1,2

Page 59: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

44 

 

M, pH 3.8) dimasukan ke dalam tiap tabung, 0,2 mL Amyloglucosidase (1630

U/mL) plus larutan invertase (50% v/v dalam gliserol) ditambahkan perlahan-

lahan ke dalam tiap tabung, campur hingga rata dan tempatkan dalam waterbath

pada suhu 40oC. Kemudian tabung diinkubasi pada suhu 40oC selama 30 menit

dengan diselingi pengocokan oleh vortex. Untuk sampel dengan kandungan α-

glukan lebih dari 10 % ; secara kuantitatif dipindahkan dengan menggunakan air

ke dalam volumetric flask, campur dengan baik kemudian larutan disentrifugasi

pada 1500 g selama 10 menit. Untuk sampel dengan kandungan α-glukan kurang

dari 10 % sentrifugasi semua larutan dalam tabung pada 1500g selama 10 menit.

Untuk semua sampel volume akhir dalam tabung 10 mL. Kemudian 0,1 mL

aliquot dipindahkan ke dalam tabung glass uji (16x100 mm), selanjutnya sodium

asetat buffer (200 mM, pH 5.0) plus 3 mL reagen GOPOD ( Aminoantipirin, asam

p-hidroksi benzoat dan enzim peroksidase) ditambahkan ke dalam tabung uji dan

inkubasi pada suhu 40oC selama 20 menit. Absorbansi semua larutan (sampel,

blanko, yeast dan standar glukosa) diukur pada panjang gelombang 510 nm.

Setelah didapatkan absorbansi dari sampel, blanko, yeast dan standar

glukosa, dapat dihitung konsentrasi α-glukan dengan cara manual (lampiran 4)

atau dengan menggunakan software Mega Calc (lampiran 3) dengan memasukan

absorbansi tiap larutan.

3.3.5. Pengukuran Kadar β-glukan Metode Congo Red

Sampel glukan sebanyak 0,02787 g dimasukan dalam botol vial (botol

polipropilen), dilarutkan dengan 1,4 mL NaOH dan 0,6 mL aquades (larutan

glukan 1%). Larutan distirer hingga larut, kemudian 1 ml larutan glukan 1 % di

Page 60: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

45 

 

pipet dan dimasukan ke dalam ependof 1,5 mL. Kemudian sentrifus larutan dan

pisahkan filtrat. Filtrat ditambahkan dengan 0,5 mL NaOH kemudian

ditambahkan congo red. Rekam spektrum larutan glukan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 510 nm. Kandungan β-

glukan dihitung berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh dari larutan standar β-

glukan dari barley dengan memasukan absorbansi yang didapatkan dari hasil

pengukuran ke dalam persamaan regresi linear (lampiran 5). Hasil yang

didapatkan yaitu konsentrasi dalam satuan ppm yang kemudian di konversi ke

satuan % w/w (lampiran 6)

3.3.6. Desain Penelitian

Jamur Tiram Putih (1kg)

Ekstraksi Yap & Ng 

Ekstrak glukan

Identifikasi Kemurnian

Uji Kualitatif (FTIR) Uji Kuantitatif (UV‐Vis)

(megazyme dan congored) 

Page 61: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

46 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi jamur tiram putih dilakukan dengan menggunakan metode Yap

& Ng dengan sedikit modifikasi. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan

pelarut air dan dibekukan dalam Deep freezer pada suhu -82oC. Sedangkan dalam

penelitian yang dilakukan Yap & Ng untuk membekukan sampel basah glukan

menggunakan nitrogen cair tetapi dalam penelitian ini menggunakan deep freezer.

Ekstraksi dilakukan sebanyak lima kali pengulangan dengan berat ekstrak yang

didapat sebanyak 2,4004 g berat sampel glukan kering berupa serbuk (0,24 % dari

1 kg berat basah jamur tiram putih).

Hasil ekstrak dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yap &

Ng (2001) dengan menggunakan sampel Lentinula edodes (jamur shiitake),

ekstrak glukan yang terkandung dalam jamur tiram putih lebih kecil jika

dibandingkan dengan ekstrak glukan yang terkandung dalam jamur shiitake.

Dengan menggunakan metode yang sama, ekstrak glukan pada jamur tiram putih

yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 2,4004 g/1kg berat basah sedangkan

pada penelitian yang dilakukan oleh Yap & Ng menghasilkan ekstrak glukan

sebanyak 3,25 g/ 1kg berat basah. Jika dilihat dari kandungan karbohidrat pada

jamur shiitake memang lebih banyak jika dibandingkan dengan jamur tiram, untuk

jamur shiitake mengandung karbohidrat sebanyak 66% per 100 gram jamur

sedangkan untuk jamur tiram hanya sebesar 56,6% per 100 gram jamur. Begitu

pula total serat diet yang terkandung dalam jamur tiram hanya sebesar 41,8 % per

 46 

Page 62: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

47 

 

100 g jamur sedangkan jamur shiitake mengandung total serat diet sebesar 46,1 %

(Widyastuti, 2008). Jika dilihat dari kandungan karbohidrat dan total serat diet

yang terkandung dalam jamur tiram dan shiitake, maka ekstrak glukan yang

terkandung dalam jamur tiram kemungkinan memang lebih sedikit jika

dibandingkan dengan ekstrak glukan pada shiitake. Karena glukan merupakan

salah satu senyawa polisakarida yang terkandung dalam jamur.

4.1. Hasil Identifikasi β-Glukan dengan FTIR (Metode Cakram KBr)

Sampel padatan glukan larut air yang didapat dari hasil ekstraksi dan

diidentifikasi keberadaan senyawa β-glukan dan senyawa lainnya dengan

menggunakan spektroskopi FTIR. Pengujian dilakukan dengan membandingkan

pola spektrum sampel dengan standar β-glukan yang berasal dari barley dengan

konsentrasi >95%. Sehingga dapat dilihat dengan membandingkan pola spektrum

dari sampel padatan glukan larut air dengan standar barley yang telah tersedia.

Metode yang digunakan adalah metode cakram KBr, dipilih metode ini

karena sampel berupa serbuk padat dan mudah dilakukan. Sampel dicampurkan

dengan serbuk KBr dan dipress hingga membentuk lapisan tipis pada disc holder.

Kemudian sampel akan direkam spektrumnya dari senyawa yang terdapat dalam

ekstrak sampel tersebut.

Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel dan standar β-glukan

didapatkan pola spektrum yang mirip. Pola spektrum sampel dan standar yang

terekam pada alat FTIR adalah sebagai berikut.

 

Page 63: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

48 

 

Gambar 17. Pola spektrum FTIR sampel dan standar beta glukan

Berdasarkan pola spektrum FTIR di atas terdapat beberapa gugus fungsi

utama yang mencirikan senyawa glukan, seperti yang terlihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 6. Bilangan gelombang spektrum FTIR sampel dan standar beta glukan

Bilangan Gelombang Sampel (cm-1)

Bilangan Gelombang Standar (cm-1)

Ikatan

1077,27-1157,63 1070,34-1157,63 C-O 890 895,57 1,3- β-glukan 3200-3600 3200-3600 -OH 2921,77 2892,74 CH alifatik 1655,03 1650,75 C=O

Dari tabel 6 dapat dilihat gugus fungsi yang terekam pada alat FTIR.

Gugus fungsi di atas menggambarkan struktur senyawa glukan, dimana senyawa

1,3-β-D-glukan spesifik terletak pada bilangan gelombang 890 cm-1. Panjang

Page 64: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

49 

 

gelombang tersebut yang menjadi fokus dari penelitian ini karena merupakan

senyawa yang ingin diisolasi. Selain itu terdapat beberapa gugus fungsi lain yaitu

C-O pada bilangan gelombang 1157,63 cm-1 yang terdapat pada cincin glukosa,

kemudian OH yang terikat pada rantai samping pada panjang gelombang 1077,27

cm-1, dan pada panjang gelombang 3200-3600 cm-1merupakan –OH yang terikat

pada tiap cincin glukosa. Hasil pengujian di atas hampir sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh El-Batal pada tahun 2008 mengenai verifikasi struktur 1,3- β-

D-glukan menggunakan FTIR, yang menyebutkan bahwa ikatan 1,3 β-glukan

dapat terdeteksi pada bilangan gelombang 890 cm-1, sedangkan ikatan C-O-C

cincin heksan pada bilangan gelombang 1160 cm-1, dan C-OH yang terletak pada

rantai samping pada bilangan gelombang 1078 cm-1. Untuk ikatan 1,6-β-glikosida

belum didapatkan referensi yang pasti pada bilangan gelombang berapa ikatan

tersebut berada, tetapi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

El-Batal yang mendapatkan hasil bahwa ikatan 1,3-β-D-glukan pada bilangan

gelombang 890 cm-1 dan ikatan 1,4-β-D-glukan pada 930 cm-1 serta ikatan C-O-C

yang terlatak pada 1160 cm-1 dapat diasumsikan bahwa ikatan 1,6-β-D-glukan

berada pada kisaran panjang gelombang 800-1200 cm-1. Tetapi seperti yang telah

disebutkan di atas bahwa dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada ikatan

1,3-beta glukan, karena memiliki bioaktifitas yang tinggi sedangkan untuk ikatan

1,6-beta glukan, semakin banyak ikatan 1,6-beta glukan dalam suatu senyawa

maka akan semakin memperkecil bioaktifitas dari senyawa tersebut (Liu et al,

2000).

Page 65: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

50 

 

Jika dilihat secara lebih mendetail, terdapat satu puncak dari hasil

pembacaan FTIR pada sampel yang berbeda terhadap standar yaitu pada bilangan

gelombang 1550 – 1650 cm-1. Bilangan gelombang tersebut menurut literatur

kemungkinan adalah gugus amida. Tetapi jika diperhatikan pada struktur β-

glukan tidak terdapat amida. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Werning

(2008) mengenai karakteristik β-glukan pada panjang gelombang 1560 dan 1650

cm-1 menunjukan CO-NH dari protein atau proteoglukan, sehingga terdapat

kemungkinan bahwa senyawa β-glukan yang diperoleh masih mengandung

protein yang terikat pada sakarida. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peak yang

timbul pada bilangan gelombang 1560-1650 cm-1 merupakan pengotor karena

masih terdapat ikatan CO-NH yang mengindikasikan adanya protein. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Fang Liu dan Ooi (2000) ada beberapa senyawa

hasil ekstraksi dari jamur sebagai zat antikanker dilakukan melalui uji antikanker

dengan menggunakan ekstrak glukan dan glukan protein, dimana dari hasil

penelitiannya terdapat ekstrak dari beberapa jamur. Hasil ekstrak berupa

kompleks glukan-protein memiliki bioaktifitas terhadap sel kanker salah satunya

yaitu Agaricus blazei. Ooi dan Fang Liu pada penelitian yang sama pada tahun

2000 juga mengatakan bahwa terdapat senyawa polisakarida lain yang berfungsi

sebagai antikanker yaitu hetero-β-glukan, heteroglikan, β-glukanprotein, α-

manno-β-glucan, α-glucan, α-glucan-protein, dan heteroglikan-protein. Jadi

kemungkinan besar senyawa proteoglukan yang terdapat dalam jamur tiram dapat

juga memiliki bioaktifitas sebagai antikanker.

Page 66: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

51 

 

Bila dilihat dari spektrum sampel dan standar beta glukan hasil uji FTIR

serta beberapa acuan dari hasil penelitian sebelumnya, hampir dapat dipastikan

bahwa senyawa hasil ekstraksi jamur tiram adalah senyawa β-glukan yang belum

murni karena masih terdapat senyawa pengotor berupa proteoglukan. Apabila

dilihat konsentrasi beta glukan dari sampel tersebut jauh lebih kecil dibandingkan

dengan konsentrasi standar (>95%) hal ini dapat dilihat dari ketajaman dan luas

peak area dari spektrum hasil uji FTIR tersebut.

4.2. Hasil Analisa Kadar β-glukan Dengan Spektrofotometer UV-Vis

4.2.1. Metode Megazyme

Uji Kuantitatif sampel dengan metode enzimatis bertujuan untuk

menentukan seberapa besar kemurnian β-glukan yang didapatkan dari hasil

ekstraksi jamur tiram putih. Uji ini menggunakan enzim-enzim yang diisolasi oleh

perusahaan Megazyme di Irlandia. Enzim ini hanya khusus digunakan untuk

penentuan senyawa β-glukan dari hasil ekstraksi jamur ataupun yeast.

Hasil pengukuran β-glukan dengan metode enzimatis dengan

spektrofotometer UV-Visibel adalah sebagai berikut

Tabel 7. Pengukuran absorbansi dengan metode megazim

Sampel Absorban 1 Absorban 2 Blanko Tiram total Tiram α Yeast total Yeast α Glukosa

0,021 0,605 0,045 0,708 0,081 1,063

0,021 0,610 0,045 0,665 0,083 1,090

Page 67: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

52 

 

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Mega-Calc (lampiran 3) didapatkan

bahwa konsentrasi total glukan yang terkandung dalam sampel adalah sebesar

48,1196 % sedangkan untuk pengukuran yeast adalah sebesar 54,8164 %. Dari

hasil pengukuran didapatkan bahwa konsentrasi α-glukan yang terkandung dalam

sampel adalah sebesar 1,9768 % dan pada yeast adalah sebesar 0,5155 %.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program yang terdapat dalam paket,

yaitu Mega-Calc (Lampiran 3).

Pengukuran juga dapat dihitung secara manual (lampiran 4). Konsentrasi

total glukan hasil perhitungan manual didapatkan sebesar 54,8164% dan

konsentrasi α-glukan adalah sebesar 0,5155% untuk standar yeast. Sedangkan

untuk sampel didapatkan sebesar 48,1196% untuk total glukan dan 1,9768 untuk

α-glukan. Hasil perhitungan secara manual sama dengan hasil perhitungan dengan

menggunakan Mega-Calc.

Konsentrasi β-glukan dari sampel dan yeast, dihitung dengan cara

mengurangi konsentrasi total glukan dengan konsentrasi α-glukan. Setelah

dikurangi didapatkan konsentrasi β-glukan dari sampel dan yeast masing-masing

adalah sebesar 46,1428 % dan 54,3009 %. Hasil tersebut sama dengan hasil

perhitungan manual (Lampiran 4). Konsentrasi tersebut hanya untuk ikatan 1,3-β-

glukan karena enzim 1,3-exo-glukanase hanya bekerja spesifik untuk memotong

glukan pada ikatan 1,3-β-glukan saja. Jika dilihat dari hasil pengukuran standar

yeast yang digunakan, terdapat penurunan konsentrasi. Pada botol standar tertulis

bahwa konsentrasi yeast adalah sebesar 56,5% sedangkan konsentrasi standar

yeast hasil pengukuran adalah sebesar 54,3009%. Menurunnya konsentrasi

Page 68: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

53 

 

standar yeast dapat dikarenakan ketidakstabilan dari senyawa β-glukan.

Ketidakstabilan yeast itu sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor penyimpanan dan

suhu. Penelitian yang dilakukan oleh Andriy Sinistya (2008) mendapatkan

kemurnian β-glukan sebesar 35,5% - 50% dari sampel jamur tiram putih

(Pleorotus ostreatus) dengan menggunakan metode yang sama (megazym) hanya

ia menggunakan metode ekstraksi yang berbeda yaitu dengan metode alkali

(NaOH).

4.2.2. Metode Congo Red

Sama halnya dengan uji kuantitatif dengan metode enzimatis. uji

kuantitatif ekstrak sampel dengan metode congo red bertujuan untuk menentukan

konsentrasi kemurnian senyawa yang terkandung dalam sampel. Hanya uji

kuantitatif dengan metode congo red memiliki kelemahan jika dibandingkan

dengan metode enzimatis yaitu pada pengujian dengan congo red semua

polisakarida yang terdapat dalam sampel akan terukur. Tetapi dengan metode ini

biayanya lebih murah dan lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan waktu

yang lama.

Uji kuantitatif dengan menggunakan metode congo red dilakukan dengan

melarutkan sampel dengan KOH yang kemudian ditambahkan dengan reagen

congo red yang mana akan membentuk kompleks poliskarida-congo red yang

berwarna merah. Yang kemudian akan diukur absorbansinya pada panjang

gelombang 510 nm. Hasil pengujian dengan metode congo red terdapat pada tabel

8.

Page 69: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

54 

 

Tabel 8. Pengujian Sampel dengan congo red

Konsentrasi Sampel A1 A2 A3 Arata-

rata (ppm) (%) Blanko 0 0 0 0 - - P1 0,182 0,192 0,184 0,186 24800 172,82 P2 0,180 0,181 0,176 0,179 23400 163,06 Prata-rata 24100 167,94

Dari hasil pengujian dapat dihitung dengan memasukan pengujian sampel

pada persamaan linear yang didapatkan dari kurva standar beta glukan (terlampir).

Setelah dihitung didapatkan konsentrasi sebesar 24800 ppm untuk P1 dan 23400

ppm untuk P2. Kemudian jika dirubah menjadi %w/w maka didapatkan hasil

sebesar 172,82% dan 163,06%. Konsentrasi P1 dan P2 dirata-rata dan didapatkan

hasil sebesar 167,94 %. Konsentrasi yang didapat dirubah agar dapat

dibandingkan antara metode congo red dan metode megazyme untuk pengukuran

kemurnian beta glukan ini. Jika dibandingkan antara kedua metode dapat dilihat

perbedaan yang sangat signifikan, pengujian kemurnian dengan metode congo red

melebihi 100% yang artinya adalah semua senyawa ikut terukur dalam pengujian,

tidak hanya β-glukan, ada kemungkinan α-glukan, atau polisakarida lainnya ikut

terukur juga.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil pengujian congo red

ini tidak mencerminkan konsentrasi kemurnian β-glukan seutuhnya, karena

pegujian β-glukan ini semua polisakarida terukur, tidak hanya β-glukan, tetapi

juga α-glukan maupun polisakarida lainnya bahkan disakarida. Jadi metode ini

tidak dapat dijadikan acuan untuk pengujian kemurnian β-glukan, karena memiliki

beberapa kekurangan dibandingkan dengan pengujian dengan menggunakan

metode megazyme. Tetapi untuk pengujian β-glukan secara sederhana dalam

Page 70: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

55 

 

artian hanya untuk memastikan ada atau tidaknya β-glukan dalam suatu bahan

alam. Metode ini bisa dipakai karena mudah dilakukan, hanya memerlukan waktu

yang tidak banyak, dan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan metode

enzimatis dan juga karena reagen congo red bereaksi dengan β-glukan secara

signifikan walaupun tidak hanya β-glukan yang terukur.

Penggunaan metode megazyme pada penelitian ini didasarkan pada akurasi

dari pengukuran, karena metode megazyme dapat mengukur kadar β-glukan secara

tepat. Dimana pada metode ini kadar total glukan dan α-glukan juga ikut diukur

dan persentasi kadar β-glukan diukur dengan selisih antara total glukan dengan α‐

glukan. Sedangkan untuk penggunaan metode congo red lebih didasarkan pada

faktor efisien dan ekonomis, karena pengujian dilakukan dengan mudah dengan

waktu yang sedikit dan biaya yang lebih murah. Dan penggunaan kedua metode

dilakukan untuk melihat perbandingan konsentrasi yang didapat, apakah kadar

(konsentrasi) dengan penggunaan metode congo red mendekati kadar dengan

menggunakan metode megazyme.

Page 71: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

56 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Ekstraksi β-glukan dari jamur tiram putih dengan menggunakan Metode Yap

& Ng (2001) menghasilkan serbuk kering sebesar 2,4004 g lebih sedikit jika

dibandingkan dengan ekstra β-glukan yang di ekstraksi dari jamur shiitake

dengan metode Yap & Ng (2001)

2. Hasil pengujian menggunakan spektrum FTIR menunjukkan posisi ikatan 1,3-

β-D-glukosida yang merupakan ciri utama dari senyawa β-glukan terletak

pada bilangan gelombang 895,57 cm-1. Ekstrak sampel padatan glukan yang

didapat tidak murni karena masih mengandung proteoglikan.

3. Hasil pengujian dengan menggunakan metode enzimatis didapatkan

kemurnian β-glukan sebesar 46,1428%. Sedangkan dengan menggunakan

metode congo red didapatkan hasil sebesar 24100 ppm atau 167,94.

4. Berdasarkan hasil pengukuran kadar β-glugan, pengukuran dengan metode

enzimatis lebih akurat dibandingkan dengan metode congo red.

5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengujian bioaktifitas dari

senyawa β-glukan yang terkandung dalam jamur tiram putih, agar dapat diketahui

seberapa besar bioaktifitas dari senyawa β-glukan tersebut.

 

56

Page 72: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

57 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Riza Zainudin. 2008. Pemanfaatan Cendawan Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kesehatan Ternak. Jurnal Litbang Pertanian

Anida, 2004. Penghasilan dan Pencirian Eksopolisakarida daripada Bachillus

licheniformis S20a. Universitas Teknologi Malaysia Anonim. 2009. Beta-Glucan And The Immune System. New Zealand : Glucagel. Anonim. 2009. Mushroom and Yeast Beta glucan Assay Procedure. Irlandia :

Megazyme. Barry, Mc Larry. 2009. Mushroom and Yeast Beta Glucan Assay Procedure.

Irlandia : Megazyme Chihara, et al. 1970. Fractionation and Purification of The Polyshaccarides With

Marked Antitumor Activity, Especially Lentinan, From Lentinus edosdes. Tokyo : National Cancer Center Research Institute.

Darwis, D. 2002. Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan

Alam Hayati, Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. Padang: FMIPA Universitas Andalas.

El-Batal. 2008. Ameliorating Effect of Yeast Glucan with Zinc Bisglycinate on

Histological Changes in γ-Irradiated Rats. Friends Science Publisher Giwangkara, EG. 2007. Spektrofotometri Inframerah. Situs Kimia Indonesia.

Chem-is-try.org Hozova et al. 2004. Application of β-D-Glucans Isolated from Mushrooms

Pleurotus ostreatus (Pleuran) and Lentinus edodes (Lentinan) for Increasing the Bioactivity of Yoghurts. Czech J Food Science

Jaelani. 2008. Jamur Berkhasiat Obat. Jakarta : Pustaka Obor Populer Kidd. 2000. The Use of Mushroom Glucans And Proteoglycans in Cancer

Therapy. Alternative Medicine Review. Kusmiati, 2007. Produksi -Glukan Dari Dua Galur Agrobacterium sp. Pada

Media Mengandung Kombinasi Molase dan Urasil. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.

57

Page 73: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

58 

 

Liu, et al. 2000. Immunomudulation and Anti-cancer Activity of Polysaccharide-protein Complexes. Current Medical Chemistry, (7) 715-729

Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms.

New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hal: 75-77. OECD. 2006. Safety Assessment of Transgenic Organisms. OECD Publishing:

Australia. Hal.57-69 Phillips, Roger. 2006. Mushrooms. Pub. McMilan. Hal. 266. Prahastuti, Sarwintyas dkk. 2001. Jamur : Kandungan Kimia dan Khasiat. Pusat

Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Jakarta Pudjaatmaka, A. H dan M. T Qodratillah, 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Puspita, Rini Maya. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi ke 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Ekstraksi Cair. Situs Resmi Kimia Indonesia :

Chem-is-try.org Spicer EJ. Goldenthal EI, Ikada T. A 2005. Toxicolodial Assesment of Curdlan.

http://www.betaxanthin.com/toxicologi-research.html. Steensma, DP. 2001. "Congo" red: out of Africa? Archives of Pathology and

Laboratory Medicine 125(2):250–252. Sudjadi, Drs. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta : Ghalia

Indonesia. Sudjadi, Drs. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.

Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Invasi Pertanian.

Suriawira, Unus. 2009. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Jakarta : PT.Penebar

Swadaya. Synytsya, Andriy. 2008. Mushrooms of Genus Pleurotus as a Source of Dietary

Fibres and Glucans for Food Supplements. Czech Journal Food Sci. Takeuchi, Yoshito. 2009. Metode Spektroskopik. Situs Kimia Indonesia. Chem-is-

try.org

Page 74: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

59 

 

Thontowi, Ahmad. 2007. Produksi β-Glukan Saccharomyces cerevisiae dalam Media dengan Sumber Nitrogen Berbeda pada Air-Lift Fermentor. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.

Underwood & Day, RA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga Watson, David G. 2005. Pharmaceutical Analysis : a text book for pharmacy

students and pharmaceutical chemists 2nd. Elsevier ltd. United Kingdom Widyastuti, Netty. 2009. Jamur Shiitake-Budidaya dan Pengolahan Si Jamur

Penakluk Kanker. Jakarta : Lily Publisher Werning, Laura Maria. 2008. Heterologous Expression of a Position 2-Substituted

1,3)-β-D-Glucan in Lactococcus lactis. Journal of American Society for Microbiology.

 Yap & Ng. 2001. New Method For Extracting Lentinan from Lentinus Edodes Yee DFC. 2008. In Depth Look at Extractive Distillation

Page 75: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

60 

 

LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Ekstraksi Jamur Tiram Putih

 

                                                                                                

 

     

 

 

   

      

Page 76: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

61 

 

Lampiran 2. Preparasi Reagen (Megazyme)

8 ml buffer sodium asetat dimasukan ke dalam botol 1, kemudian

disimpan dalam tabung Polipropilen pada suhu -20oC, larutan stabil selama ~2

tahun.

Reagen yang terdapat pada botol 3 dicampurkan dengan 1 L air

deionisasi, larutan ini stabil selama > 2 tahun pada suhu 4oC. Kemudian

dicampurkan ke dalam botol 4 (Reagen GOPOD), larutan ini stabil selama 2-3

tahun pada suhu 4oC dalam botol gelap atau > 12 bulan pada suhu -20oC.

Page 77: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

62 

 

Lampiran 3. Perhitungan Kemurnian β-glukan dengan menggunakan Mega-Calc

 

Page 78: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

63 

 

Lampiran 4. Perhitungan Kemurnian β-glukan Secara Manual

Keterangan :

∆E : Selisih Absorban sampel dengan absorban blanko

F : Faktor konversi absorban menjadi µg D-glukosa

100 (µg standar D-glukosa)

Absorban standar glukosa

100/0.1 : Faktor koreksi volum dari total glukan (yeast)

103 atau 1000 : Faktor koreksi volum untuk α-glukan

1/1000 : Konversi dari µg menjadi mg

100/W : Konversi kembali menjadi 100 mg sampel

W : Berat sampel yang dianalisis

162/180 : Faktor konversi dari D-glukosa menjadi anhidroglukosa

Page 79: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

64 

 

F = 100 = 100 = 92,8936

(1,063+1,090) / 2 1,0765

Jamur Tiram

Total glukan = ∆E x F x 100/0,1 x 1/1000 x 100/W x 162/180

= (0,6075-0,021) x 92,8936 x 100/101,9 x 0,9

= 0,5865 x 92,8936 x 100/101,9 x 0,9

= 48,1196

α-glukan = ∆E x F/W x 90

= (0,045-0,021) x 92,8936 / 101,5 x 90

= 0,024 x 0,915 x 90

= 1,9786

β-glukan = Total glukan – α-glukan

= 48,1196 – 1,9786

= 46,1428

Yeast

Total glukan = ∆E x F x 100/0,1 x 1/1000 x 100/W x 162/180

= (0,6865-0,021) x 92,8936 x 100/101,5 x 0,9

= 0,6655 x 92,8936 x 100/101,5 x 0,9

= 54,8164

α-glukan = ∆E x F/W x 90

= (0,082-0,021) x 92,8936/101,9 x 9,27

= 0,061 x 92,8936/101,9 x 9,27

= 0,5155

Page 80: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

65 

 

β-glukan = Total glukan – α-glukan

= 54,8164 - 0,5155

= 54,3009

Page 81: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

66 

 

Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Standar Barley Uji Kemurnian Metode Congored

[beta glukan] (ppm) Absorbansi 5000 0,070 15000 0,158 35000 0,228 50000 0,302

Sampel A1 A2 A3 Arata-rata

Blanko 0 0 0 0

P1 0,182 0,192 0,184 0,186

P2 0,180 0,181 0,176 0,179

 

 

Page 82: Isolasi Dan Karakterisasi B-glukan Dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Dengan Metode Spektro Uv-Vis Dan FTIR

67 

 

Lampiran 6. Perhitungan Konsentrasi β-glukan Dengan Metode Congo Red

Y = 5.10-6x + 0,062

P1

0,186 = 5.10-6x + 0,062

X = (0,186 – 0,062) / 5.10-6

= 0,124 / 5.10-6

= 24800 ppm

Konversi satuan ppm menjadi % w/w

P1 = 0,0287g / 2mL

= 28,7 mg/ 2.10-3L

= 14350 ppm

% w/w = (24800/14350) x 100%

= 172,82%

P2

0,179 = 5.10-6x + 0,062

X = (0,179-0,062) / 5.10-6

= 0,117 / 5.10-6

= 23400 ppm

% w/w = (23400/14350) x 100%

= 163,06%