Perceptor Thalasemia
-
Upload
lyka-mustika-delima -
Category
Documents
-
view
15 -
download
3
Transcript of Perceptor Thalasemia
STATUS RESPONSI
I. ANAMNESIS
A. Keterangan Umum
Nama Pasien : Wina Armandani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung, 24 November 2006
Alamat :Jalan Situ Gunting RT 7/11 Caringin
Kiriman dari : Poliklinik Anak RS Dustira
Dengan Diagnosis : Thalasemia β mayor
AYAH : Nama : Tn Cucu
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI - AL
Penghasilan : ± 6.000.000
Alamat : Jalan Situ Gunting RT 7/11 Caringin
IBU : Nama : Atik
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : Jalan Situ Gunting RT 7/11 Caringin
1
B. Keluhan Utama : Pucat
C. Anamnesis Khusus
Sejak 1 minggu yang lalu pasien tampak pucat pada bibir, semakin lama
bertambah pucat sehingga tampak pada telapak tangan. Keluhan seperti ini biasanya
timbul setiap 1 bulan sekali dimulai sejak usia pasien 7 bulan.
D. Anamnesis Umum
Keluhan pucat disertai lemah badan serta mudah lelah yang mengganggu
aktivitas. Keluhan pucat juga disertai dengan pusing dan mata yang terlihat kuning sejak
usia 7 bulan. Keluhan pucat disertai adanya panas badan sejak 3 hari yang lalu yang
dirasa naik turun. Keluhan pucat tidak disertai adanya perdarahan. Pasien kurang
mengkonsumsi daging merah namun suka mengkonsumsi sayuran hijau. Riwayat pergi
ke daerah endemis disertai demam dan menggigil tidak ada.
Keluhan sesak nafas saat melakukan aktivitas berat tidak ada. Keluhan jantung
sering berdebar tidak ada. Keluhan perkembangan pasien tertinggal dibandingkan teman
seusianya tidak ada. Keluhan gangguan daya ingat tidak ada. Pasien mengaku BAB dan
BAK tidak ada kelainan.
Keluhan pucat dan kuning dialami pasien sejak usia 7 bulan. Karena keluhan
tersebut pasien dibawa berobat ke RS Dustira dan dinyatakan menderita thalasemia.
Sejak terdeteksi menderita thalasemia pasien mendapatkan transfusi PRC setiap satu
bulan sekali. Jumlah transfusi yang sudah dijalani pasien hingga saat ini adalah
sebanyak 52 kali transfusi.
Riwayat penyakit thalasemia pada keluarga dialami oleh kedua kakak pasien,
selain itu kedua orang tua pasien merupakan carrier thalasemia. Kakak pertama dan
kakak kedua pasien merupakan penderita thalasemia dan meninggal pada usia 8 tahun
dan 1 tahun.
2
Riwayat pengobatan saat ini pasien mendapatkan transfusi PRC 200 cc, dan
paracetamol 3x2 cth.
E. Anamnesis Tambahan
Pasien lahir secara spontan di rumah dibantu oleh bidan. Berat lahir 2,7 kg dengan
masa kehamilan cukup bulan.
1. RIWAYAT IMUNISASI
Riwayat Imunisasi : Lengkap
BCG : Usia 1 minggu.
DPT : 3 kali, pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
Polio : 4 kali pada usia 0, 2, 4, 6 bulan dan 1 kali imunisasi
ulangan pada usia 2 tahun.
Campak : 1 kali pada usia 9 bulan dan MMR1 pada usia 16 bulan.
Hepatitis B : 3 kali, pada usia 0, 1 dan 6 bulan
2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : sehat (carrier)
Ibu : Sehat (carier)
Kakak : ke 1 menderita Hirscprung dan thalasemia (meninggal dunia usia 8 tahun)
Ke 2 menderita thalasemia (meninggal usia 1 tahun)
Adik : belum pernah diperiksa
3. KEPANDAIAN
Berbalik : 3 bulan
Duduk tanpa bantuan : 6 bulan
Bicara 1 kata : 7 bulan
3
Bicara 1 kalimat : 12 bulan
Berjalan tanpa dipegang : 13 bulan
Membaca : 6 tahun
Menulis : 6 tahun
Sekolah : 6 tahun
4. GIGI GELIGI
- Sekarang : usia 6 tahun 11 bulan
Gigi tetap : 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
5. MAKANAN
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS KUALITAS
0 – 4 bulan -ASI On demand Baik
4 – 6 bulan -ASI On demand Baik
6 - 12 bulan
-ASI, susu formula,
nasi tim, buah-
buahan, sayuran
ASI on demand
Susu formula 3-4x60 cc
Nasi tim, buah-buahan,
sayuran 3x
Baik
12 bulan -
sekarang
-ASI, Susu formula
-Nasi + Sayur +
Daging
-Buah buahan
3 x 120cc
3 x sehari
1 x sehari
Baik
Baik
Baik
4
6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI
Cacar Diare Bengek
Batuk rejan Demam Tifoid
Eksim
TBC Kuning
Kaligata
Difteri Cacing
Sakit tenggorokan
Tetanus Kejang
Batuk pilek
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. KEADAAN UMUM
Keadaan sakit : Tampak Sakit Berat
Kesadaran : Composmentis (E4,V5,M6) GCS=15
Sesak : PCH tidak ada, Retraksi tidak ada
Sianosis : Sentral maupun perifer tampak sianosis
Ikterus : sklera +/+
Edema : Pitting edema tidak ada, edema anasarka tidak ada
Dehidrasi : Tanpa dehidrasi
Anemi : Tampak Anemis (pucat)
Kejang : Lokal / umum tidak ada, Tonik/klonik tidak ada
Letak paksa (posisi) tubuh : Tidak ada
Facies Cooley : ( + )
5
PENGUKURAN
Umur : 6 tahun 11 bulan
Berat Badan : 19 Kg
Tinggi Badan : 116 cm
Status Gizi : Normal
TANDA VITAL
Tekanan Darah : 100/20 mmHg
Nadi : 138 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 30 x/menit
Tipe : Thorakoabdominal
Suhu : 37,8 C
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Kepala
Bentuk Kepala : Normocephal
Rambut : Tidak ada kelainan
Muka : Facies cooley ( + )
Mata : Sklera : Ikterik : +/+
Konjungtiva : Anemis : +/+
Pupil : Bulat isokhor
THT : Telinga : Otorrhea ( -)
Hidung : Rhinorhea ( -)
Tenggorok : Tonsil : T1 – T1 tenang
Pharynx : Tidak Hiperemis
6
R L
L R
R L
Mulut : Bibir : Sianosis (+), pucat (+)
Gusi : Perdarahan (-)
Gigi : Karies (+)
Langit-langit : Basah, Tidak ada kelainan
Lidah : Basah bersih, Tidak ada kelainan
2. Leher
Tekanan Vena : Tidak meningkat
KGB : Tidak teraba
3. Dada
a. Dinding Dada/Paru
Depan
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal Fremitus normal, kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
Belakang
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal Fremitus normal, kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
b. Jantung
7
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak ada pembesaran
Auskultasi : Murmur sistolik
4. Perut
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lembut, NT (-)
Hepar : Teraba, 3 cm bac, tepi tumpul, permukaan rata, konsistensi kenyal.
Lien : Teraba Schuffner 2, ruang Traube terisi
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
5. Genitalia
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelainan : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Anggota Gerak
Atas
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Edema : Tidak ditemukan
Palmar Manus : Pucat (+)
Kuku : Pucat (+)
Lymphadenopathy Axiller (-/-)
8
Bawah
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Tidak ada kelainan
Refleks : Refleks fisiologis (+)
Edema : Tidak ditemukan
Kuku : Pucat (+)
Lymphadenopathy Inguinal : (-/-)
6. Kulit : Pucat pada bibir, telapak tangan dan kaki
7. Susunan Saraf
Tidak dilakukan pemeriksaan
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Rutin
DARAH
4 November 2013Hb 3,0 g/dlEritrosit 1,4 X 1012/LLeukosit 9,3 X 109/LHematokrit 9,5 %Trombosit 294 X 109/ LMCV 69,3 U/3 MCH 21,9 PqMCHC 31,6 % RDW 20,5 %Basofil 1%Eosinofil 2%Segmen 70,4 % Limfosit 20,2% Monosit 3,9 %
URINE
9
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
FESES
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
B. Laboratorium Khusus
Hasil pemeriksaan elektroforesa hemoglobin pada tahun 2007 menyatakan bahwa
pasien menderita Thalasemia B Mayor.
C. Rontgen
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Lain-lain
Tidak dilakukan pemeriksaan
IV. RESUME
Berdasarkan heteroanamnesis pada tanggal 4 November 2013, didapatkan keterangan
yaitu pasien perempuan berusia 6 tahun 11 bulan datang ke poliklinik anak RS Dustira dengan
pucat. Keluhan pucat disertai lemah badan serta mudah lelah. Pucat juga disertai dengan
pusing dan mata yang terlihat kuning sejak usia 7 bulan. Riwayat keluhan seperti ini
ditemukan pada kedua kakak pasien, serta kedua orang tua pasien yang dinyatakan carrier
thalasemia berdasarkan hasil pemeriksaan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, telapak tangan, telapak kaki,
dan kuku Os terlihat pucat. Selain itu pada wajah Os tampak batang hidung melesak ke dalam
(facies cooley). Pada abdomen ditemukan hepatomegali 3 cm bac, dan splenomegali yaitu
schuffner 2.
10
Pemeriksaan laboratorium darah rutin ditemukan anemia (Hb: 3,0 g/dL, Eritrosit: 1,4 x
1012/L), hematokrit menurun, MCV,MCH,MCHC normal, dan RDW meningkat.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Thalasemia β mayor
VI. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan darah tepi (SADT)
- Pemeriksaan sumsum tulang
- Fungsi hati (SGOT, SGPT)
- Foto Thoraks dan EKG
VII. TATA LAKSANA
- Transfusi PRC 10-15ml/kgBB/bulan hingga kadar Hb>10g/dl
200-300 ml/kgBB/bulan hingga kadar Hb>10g/dl
- Asam Folat 1x1 tab
- vitamin E 1x1 tab
- paracetamol 3x2 cth
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad malam
Quo ad functionam : ad malam
11
X. DISKUSI
Berdasarkan anamnesis yang mendukung ke diagnosis adalah adanya keluhan yang
mengarah pada thalasemia pada penderita yaitu pucat, mudah lelah, mata kuning sejak usia 7
bulan. Adanya riwayat transfusi berulang setiap bulan sejak usia 7 bulan hingga saat ini
sebanyak 52 kali. Adanya riwayat keluarga yang menderita thalasemia yaitu kedua kakak
pasien yang menderita thalasemia dan kedua orang tuanya yang merupakan carrier
thalasemia. Thalasemia adalah kelainan dalam produksi rantai globin pada hemoglobin
sehingga terjadi penurunan kuantitas produksi hemoglobin. Manifestasi klinis yang sering
muncul yaitu pucat, mudah lelah, pusing, mata berkunang-kunang dan pembesaran limpa.
Thalasemia merupakan penyakit genetik dimana apabila kedua orangtuanya carrier, maka
keturunannya 25% sehat, 25% menderita thalasemia mayor, dan 50% carrier.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, telapak tangan,
telapak kaki dan kuku yang tampak pucat disebabkan karena adanya gangguan kelainan
sintesis rantai beta globin yang menyebabkan ketidakseimbangan produksi rantai globin.
Globin merupakan komponen penyusun hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen
ke seluruh tubuh sehingga hemoglobin tidak terbentuk dengan jumlah semestinya, dan tidak
berfungsi dengan baik sehingga terjadi hipoksia jaringan dan mengakibatkan pasien tampak
pucat/anemis. Pasien mengeluhkan mudah lelah dan lemah badan diakibatkan berkurangnya
oksigenasi jaringan.
Sklera ikterik pada pasien disebabkan karena pada thalasemia terjadi eritropoiesis yang
tidak efektif akibat produksi rantai globin yang rendah sehingga terjadi percepatan
12
penghancuran eritrosit. Hemoglobin yang dipecah mengalami peningkatan, bilirubin yang
dihasilkan meningkat, sehingga timbul ikterik terutama pada sklera.
Pada wajah pasien tampak batang hidung melesak ke dalam (facies cooley) karena
proses eritropoiesis yang tidak efektif, kerusakan eritrosit secara cepat atau penurunan
oksigenasi darah arteri yang menyebabkan hyperplasia hebat pada eritroid sumsum tulang
kemudian menyebabkan ekspansi massif sumsum tulang terutama pada tulang wajah dan
cranium, deformitas tulang, perubahan bentuk wajah, penonjolan tulang tengkorak,
pertumbuhan bertambah pada tulang maksila. Sehingga terbentuk wajah mongoloid, dengan
hidung yang melesak (facies cooley).
Pada abdomen ditemukan organomegali yaitu hepatomegali 3 cm bac dan splenomegali
schuffner 2. Hepatomegali dan splenomegali terjadi karena penumpukan besi di organ akibat
pemecahan eritrosit yang berlangsung cepat, karena bekerja terlalu keras dalam
membersihkan sel darah yang rusak inilah maka terjadi pembesaran organ. Hepatomegali dan
splenomegali merupakan salah satu tanda dari anemia hemolitik. Splen secara normal
bertugas menghancurkan eritrosit tua dan eritrosit yang sudah tidak berfungsi sehingga dapat
melepaskan hemoglobin yang akan dimetabolisme menjadi bilirubin di hati atau hepar,
sebagian menjadi reservoir cadangan eritrosit, sintesis limfosit dan sel plasma dalam system
imun. Adanya hemolisis menyebabkan proses perombakan eritrosit secara cepat. Eritrosit
abnormal cepat dihancurkan oleh limpa dan hati dengan bantuan makrofag sehingga semakin
banyak eritrosit abnormal, maka kerja limpa dan hati akan semakin berat menyebabkan
splenomegali dan hepatomegali.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin ditemukan Hb: 3,0 g/dL menurun, jumlah eritrosit:
1,4 x 1012/L menurun, hematokrit menurun karena mutasi gen globin yang mengakibatkan
produksi rantai globin berkurang. Hal tersebut menimbulkan berkurangnya hemoglobin,
sehingga mengakibatkan eritrosit mudah rusak atau umurnya lebih pendek dan hematokrit pun
13
menjadi ikut turun. RDW adalah gambaran distribusi sel darah merah, RDW yang meningkat
mengindikasikan adanya perbedaan atau variasi ukuran eritrosit yang heterogen.
14