Kinetika_C_11700002
-
Upload
james-gomez -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of Kinetika_C_11700002
KINETIKA FERMENTASI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FERMENTASI
Disusun oleh:
Nerissa Arviana S.
NIM: 11.70.0002
Kelompok: C1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2014
0
Acara I
1. HASIL PENGAMATAN
Kel Perlakuan WaktuΣmo tiap petak Rata-rata Σmo
tiap petakRata-rata Σmo
tiap ccOD pH
Total Asam(mg/ml)1 2 3 4
C1Sari apel +
Saccharomyces cereviceae
N0 24 17 25 22 22 8,8.107 -0,0912 3,34 15,36N24 118 112 76 89 98,75 39,5.107 0,0898 3,37 13,44N48 190 200 175 180 186,25 74,5.107 1,4055 3,32 12,67N72 84 113 94 91 95,5 38,2.107 0,0389 3,31 13,44N96 99 115 94 103 102,75 41,1.107 1,3588 3,44 15,36
C2Sari apel +
Saccharomyces cereviceae
N0 118 112 76 89 98,75 39,5.107 0,0813 3,32 13,44N24 112 118 128 106 131 52,4.107 0,7716 3,22 14,4N48 188 210 192 161 187,75 75,1.107 0,8534 3,37 15,17N72 172 176 183 185 179 44,75.107 0,0658 3,31 18,24N96 149 121 195 169 158,5 63,4.107 1,9265 3,45 11,52
C3Sari apel +
Saccharomyces cereviceae
N0 13 14 7 15 12,25 4,9.107 0,0315 3,34 18,82N24 27 29 48 15 29,75 1,19.107 1,1381 3,22 16,32N48 55 68 115 127 91,25 3,65.107 0,7323 3,43 14,40N72 155 141 99 102 124,25 4,97.107 -0,1771 3,31 11,52N96 131 165 140 118 138,5 5,54.107 1,9177 3,44 12,67
C4Sari apel +
Saccharomyces cereviceae
N0 55 56 70 71 63 25,2.107 0,4530 3,30 14,21N24 61 104 87 79 82,75 33,1.107 0,6877 3,24 13,44N48 176 158 166 172 168 67,2.107 0,9159 3,46 12,48N72 123 142 129 172 141,5 56,6.107 -0,1821 3,33 13,44N96 99 110 103 130 110,5 44,2.107 1,7039 3,30 12,48
1
2
Kel Perlakuan WaktuΣmo tiap petak Rata-rata Σmo
tiap petakRata-rata Σmo
tiap ccOD pH
Total Asam(mg/ml)1 2 3 4
C5Sari apel +
Saccharomyces cereviceae
N0 21 23 27 30 25,25 10,1.107 -0,0216 3,28 15,36N24 86 109 70 86 87,75 35,1.107 1,3511 3,20 10,56N48 127 128 88 95 109,5 43,8.107 1,0411 3,32 14,4N72 167 125 129 113 133,5 53,4.107 0,1530 3,33 2,69N96 221 258 284 293 264 105,6.107 2,1425 3,46 11,52
Keterangan :∑ = jumlah mo = mikroorganisme OD = optical density
Pada tabel hasil pengamatan kinetika fermentasi dalam produksi minuman vinegar di atas, dapat dilihat bahwa jumlah rata – rata
mikroorganisme tiap petak pada hari ke-0 (nol), paling rendah pada kelompok C3 yaitu 12,25; dan paling tinggi pada kelompok C2 yaitu
98,75. Pada hari kedua (N24) paling sedikit 29,75 pada kelompok C3; dan paling banyak pada kelompok C2 sebanyak 131. Hari ketiga
(N48), jumlah rata – rata mikroorganisme tiap petak yang paling sedikit ada pada kelompok C3 hanya 91,25; sedangkan paling tinggi pada
kelompok C2 mencapai 187,75. Jumlah rata – rata mikroorganisme pada pengamatan N72 paling sedikit ada pada kelompok C1, yaitu hanya
91,25; sedangkan paling banyak pada kelompok C2 yang mencapai 179. Pada pengamatan hari terakhir (N 96), jumlah rata – rata
mikroorganisme tiap petak paling sedikit ada pada kelompok C1 yaitu hanya 102,75; sedangkan paling tinggi pada kelompok C5, mencapai
264. Nilai optical density atau OD menunjukkan kenaikan hingga hari ke-3 (N48) pada kelompok C1, C2, dan C4; kemudian mengalami
penurunan lagi pada hari ke-4 (N72), dan hari terakhir (N96) mengalami sedikit kenaikan. Nilai pH yang terukur menunjukkan rata – rata
hasil fermentasi sari apel tersebut memiliki pH kisaran 3, di mana pada tiap kelompok terjadi kenaikan dan penurunan yang tidak teratur
tiap harinya.
2. PEMBAHASAN
Cider adalah produk minuman yang memiliki kadar alkohol yang rendah. Cider atau
minuman vinegar dapat dibuat dengan melakukan fermentasi pada bahan baku sari buah
atau bahan lainnya. Bahan tersebut haruslah mengandung pati, dapat ditambahkan gula
atau tidak, fermentasi ini dilakukan oleh sel khamir (Ranganna, 1978). Pada praktikum
ini digunakan yeast Saccharomyces cereviceae, dengan menggunakan sari buah apel
malang dan tanpa menggunakan gula. Saccharomyces cereviceae akan menfermentasi
glukosa yang terdapat dalam buah dan hasil pemecahan pati, kemudian menghasilkan
alkohol dan CO2. Pada proses fermentasi yang menghasilkan alkohol, terjadi perubahan-
perubahan pada bahan yang memiliki kadar pati tinggi, misalnya terjadi sakarifikasi pati
oleh enzim amilase yang diproduksi oleh kapang, kemudian dilanjutkan dengan
fermentasi alkohol oleh khamir. Perubahan warna dapat disebabkan karena adanya
aktivitas Sachharomyces cereviceae yang mengubah gula menjadi alkohol serta
beberapa hasil metabolit lain, yang dapat menyebabkan warna substrat menjadi keruh
(Rahman,1992).
Pada pembuatan cider/ minuman vinegar, dapat digunakan hampir semua jenis gula,
asalkan jumlah gulanya mencukupi. Pada praktikum ini digunakan apel malang.
Pertama – tama, apel dicuci bersih, kemudian apel dimasukkan ke dalam juicer. Pada
apel, tidak dilakukan pengupasan terlebih dahulu, karena kulit apel mengandung banyak
senyawa yang berkontribusi terhadap rasa sari apel (Realita & Debby, 2010).
Kemudian, sari buah apel tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dan ditambah/
diinokulasi dengan kultur Saccharomyces cereviceae yang telah disiapkan, ini dilakukan
secara aseptis.
Foto Erlenmeyer yang sudah Diisi Sari Apel dan Kultur serta Siap Diinkubasi
3
4
Saccharomyces cereviceae akan melakukan proses fermentasi, akan mengubah
mengubah gula yang terdapat pada apel menjadi bentuk etil alkohol dan karbon
dioksida. Pada proses ini terdapat dua tahapan, pertama, yeast akan mengubah gula
menjadi bentuk alkohol. Kedua, bakteri asam laktat akan mengubah asam malat menjadi
karbon dioksida (Realita & Debby, 2010). Kemudian dilakukan inkubasi dalam suhu
ruang sambil di-shaker. Inkubasi ini dilakukan pada suhu ruang karena umunya suhu
optimum untuk pertumbuhan yeast pada suhu 25o – 30oC dan pada kisaran pH 4 - 4,5
(Fardiaz, 1992).
Setelah itu, dilakukan pengukuran jumlah biomassa, total asam, dan pH. Pengukuran
jumlah biomassa dilakukan dengan pengukuran absorbansi cairan menggunakan
spektrofotometer dan haemocytometer. Pengukuran absorbansi merupakan penentuan
jumlah sel secara tidak langsung, sementara haemocytometer adalah suatu cara untuk
menentukan jumlah sel secara langsung. Konsentrasi sel yang dapat diukur dengan
menggunakan haemocytometer yaitu konsentrasi sel yang rendah, dan pada praktikum
ini hanya diambil beberapa tetes dengan menggunakan pipet (Chen, 2011). Kemudian
ditutup dengan kaca preparat, lalu diamati di bawah mikroskop untuk dihitung jumlah
sel tiap kotak.
Lima Alat Haemocytometer yang digunakan untuk Menghitung Jumlah Sel
Penghitungan Jumlah Sel dilakukan dengan Bantuan Mikroskop
Untuk pengukuran total asam, larutan dari erlenmeyer tersebut diambil sebanyak 30 ml
menggunakan pipet volume steril dan secara asetis di bawah sinar UV, dimasukkan ke
5
dalam beaker glass. Selanjutnya diambil 10 ml untuk dilakukan titrasi dengan NaOH
0,1 N, sebelumnya ditambah dengan 3 tetes indikator PP. Titrasi dilakukan hingga TAT,
yaitu warnanya menjadi sedikit berwarna merah muda, pada praktikum terlihat larutan
menjadi lebih gelap warnanya. Jumlah volume NaOH yang dibutuhkan saat titrasi ini
dimasukkan ke dalam rumus untuk menghitung total asam. Berikut foto larutan setelah
dilakukan titrasi dengan menggunakan titran NaOH 0,1 N.
Hari ke-1 (N24) Hari ke-2 (N48)
Hari ke-3 (N72) Hari ke-4 (N96)
Kemudian untuk pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer dan pH, digunakan
sisa larutan yang ada dalam beaker glass, dan dilakukan pengukuran absorbansi dengan
panjang gelombang 660 nm serta pengukuran pH dengan menggunakan pH meter.
Saccharomyces cerevisiae termasuk dalam golongan khamir murni, yaitu khamir yang
dapat berkembang biak secara seksual dengan pembentukan askospora (Volk &
6
Wheeler, 1990). Saccharomyces cerevisiae dapat menfermentasi glukosa dalam buah
dan hasil pemecahan pati, menghasilkan alkohol dan CO2. Dalam proses fermentasi
alkohol terjadi perubahan-perubahan pada bahan berkadar pati tinggi seperti sakarifikasi
pati oleh enzim amilase dalam tauge yang diproduksi oleh kapang dilanjutkan dengan
fermentasi alkohol oleh khamir. Perubahan warna tersebut dapat juga disebabkan karena
adanya aktivitas Sachharomyces cerevisiae untuk mengubah gula menjadi alkohol dan
beberapa hasil metabolit lain yang menyebabkan warna substrat bertambah keruh
(Rahman,1992).
Gambar penampang di bawah mikroskop untuk melihat jumlah sel pada sampel mulai
hari ke-1 hingga hari ke-4 pada pengamatan menggunakan haemocytometer untuk
kelompok C1 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Kel Hari ke-1 (N24) Hari ke-2 (N48) Hari ke-3 (N72) Hari ke-4 (N96)
C1
C3
C5
Berdasarkan gambar penampang di bawah mikroskop tersebut, pada hari ke-1 jumlah
sel yang teramati masih sedikit, kemudian pada hari ke-2 menjadi sangat banyak, dan
7
kemudian pada hari ke-3 mulai sedikit menurun jumlahnya, kemudian pada hari ke-4
kembali sedikit meningkat namun tidak banyak.
Hubungan Jumlah Mo dengan Waktu
Untuk melihat hubungan jumlah mo dengan waktu fermentasi, dapat dilihat grafik
berikut.
Berdasarkan grafik
hubungan jumlah sel
tiap cc dengan waktu di
samping, dapat dilihat
bahwa pada kelima
kelompok, jumlah sel
tiap cc dari hari ke-0
hingga hari ke-2 terjadi
kenaikan secara
bertahap. Pada kelompok C5, terjadi kenaikan jumlah sel dari hari ke-0 hingga hari ke-4
secara signifikan sementara pada keempat kelompok lain, terjadi penurunan jumlah sel
mulai hari ke-2 hingga hari ke-3, kemudian mengalami sedikit kenaikan lagi pada hari
ke-5. Grafik pertumbuhan mikroorganisme dapat digambarkan secara eksponensial.
Pertama – tama mikroorganisme akan mengalami fase lag. Setelah itu, mikroba
mengalami fase logaritmik, selnya akan membelah dengan cepat. Setelah itu akan
terjadi fase perlambatan pertumbuhan, terlihat pertumbuhan mikroba yang menurun.
Kemudian, sel menuju fase stasioner / statis dimana pada kondisi ini jumlah sel yang
hidup kurang lebih sama dengan jumlah sel yang mati. Fase terakhir yang akan dilalui
oleh mikroorganisme adalah fase kematian, dimana mikroorganisme mengalami
penurunan jumlah secara drastis (Fardiaz, 1992).
Hubungan Jumlah Mo dengan Absorbansi
N0 N24 N48 N72 N960
20406080
100120
GRAFIK HUBUNGAN JUMLAH SEL TIAP CC DENGAN WAKTU
C1C2C3C4C5
WAKTU
JUM
LAH
SEL T
IAP
CC (X
107)
N0 N24 N48 N72 N960
20406080
100120
GRAFIK HUBUNGANJUMLAH SEL TIAP CC DENGAN WAKTU
C1
C2
C3
C4
C5
WAKTU
JUM
LAH
SEL
TIA
P CC
(X10
7)
N0 N24 N48 N72 N96-0.50
0.51
1.52
2.5
GRAFIK HUBUNGAN OPTICAL DENSITY DENGAN WAKTU
C1
C2
C3
C4
C5WAKTU
OD
8
Berdasarkan kedua grafik di atas, dapat dilihat bahwa kenaikan dan penurunan jumlah
sel atau jumlah mo sebanding dengan kenaikan dan penurunan pada nilai optical density
atau nilai absorbansi. Nilai absorbansi di sini menunjukkan jumlah sel mo yang terdapat
pada larutan vinegar apel tersebut. Pada kelompok C1, C2, C4, dan C5 terjadi kenaikan
jumlah sel dari dari ke-0 hingga ke-2, dan ini sama dengan kenaikan yang terjadi pada
nilai absorbansi, hanya saja terjadi sedikit penurunan nilai absorbansi saat hari ke-1
hingga ke-2 pada kelompok C3 dan C5. Jumlah sinar yang dihambat akan sebanding
dengan massa sel yang ada dalam sampel yang diukur, semakin banyak massa sel yang
ada dalam suspensi maka sinar yang dihamburkan akan semakin banyak. Ini
ditunjukkan dengan nilai absorbansi yang makin meningkat (Pelezar & Chan, 1986).
Hubungan Jumlah Mo dengan Total Asam
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah mo dari hari ke-0
hingga hari ke-2 berkebalikan dengan total asam, di mana dari hari ke-0 hingga ke-2,
total asam cenderung semakin menurun, kecuali pada kelompok C2 yang semakin hari
semakin meningkat total asamnya, juga pada kelompok C5 terjadi penurunan dan
kenaikan total asam dari hari ke-0, ke-1, hingga ke-2. Pada hari ke-2 hingga ke-3,
sementara jumlah sel atau mo menurun pada semua kelompok, total asam ada yang
N0 N24 N48 N72 N960
20406080
100120
GRAFIK HUBUNGANJUMLAH SEL TIAP CC DENGAN WAKTU
C1
C2
C3
C4
C5
WAKTU
JUM
LAH
SEL
TIA
P CC
(X10
7)
N0 N24 N48 N72 N960
5
10
15
20
GRAFIK HUBUNGANTOTAL ASAM DENGAN WAKTU
C1
C2
C3
C4
C5
WAKTU
TOTA
L ASA
M (m
g/m
l)
9
mengalami kenaikan seperti pada kelompok C1, C2, dan C4; serta penurunan pada
kelompok C3 dan C5. Pada hari terakhir, terjadi kenaikan jumlah mo pada kelompok
C1, C2, C3, dan C5 serta penurunan pada kelompok C4. Sementara total asam
mengalami kenaikan pada kelompok C1, C3, dan C5 serta penurunan pada kelompok
C2 dan C4.
Hubungan Absorbansi dengan Waktu
Untuk melihat hubungan absorbansi dengan waktu, dapat dilihat pada grafik berikut.
Pada grafik di samping, dapat
dilihat bahwa pada kelompok
C1, C2, dan C4 terjadi
kenaikan nilai absorbansi dari
hari ke-0 hingga hari ke-2, dan
terjadi penurunan pada hari
keempat. Sementara pada
kelompok C3 dan C5, terjadi
kenaikan nilai absorbansi pada
hari ke-2, namun pada hari ke-3 hingga ke-4 terjadi penurunan. Dan nilai absorbansi
pada kelima kelompok semuanya mengalami kenaikan pada hari ke-3 hingga ke-4.
Pada jurnal yang membahas tentang pengaruh perlakuan pengurangan biomassa
terhadap fermentasi dari cider, dipaparkan bahwa berdasarkan hasil penelitian tersebut
waktu yang terbaik dan paling tepat untuk mengurangi jumlah biomassa adalah antara
1,5 hingga 2 hari setelah proses inkubasi. Pengurangan biomassa yeast ini dapat
memberi pengaruh pada kandungan gula yang tersisa, tingkat alkohol yang rendah, dan
adanya fruity flavor pada produk akhir. Jika pengurangan jumlah biomassa, dalam hal
ini yeast Saccharomyces cereviceae, dilakukan sebelum 1,5 hari terlewati, maka yeast
pada fermentor tidak akan tumbuh dengan baik untuk mengkonsumsi semua nutrisi
dalam substrat, khususnya ketika nitrogen yang tersisa masih pada tingkatan 96,21
mg/L, padahal angka ini termasuk tinggi, dan menyebabkan produk yang dihasilkan
menjadi tidak stabil secara mikrobiologis. Dan sementara setelah lewat 2 hari sejak
inkubasi, hampir semua nutrisi termasuk gula telah dikonsumsi, sehingga hanya sedikit
N0 N24 N48 N72 N96-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
GRAFIK HUBUNGAN OPTICAL DENSITY DENGAN WAKTU
C1C2C3C4C5
WAKTU
OD
10
jumlah gula dan kadar alkohol yang tinggilah yang tersisa, sudah terlambat jika ingin
mengurangi jumlah yeast-nya (Nogueira et al., 2007).
Pada jurnal kedua, dibahas mengenai pengaruh suhu fermentasi terhadap kinetika
pertumbuhan dari spesies yeast untuk wine. (Sener et al., 2007). Dilakukan penelitian
untuk mengamati pengaruh suhu fermentasi terhadap dua yeast Saccharomyces
cereviceae komersial, yaitu Zymaflore VL1 (A) dan Uvaferm CM (B); keduanya
dilakukan pada suhu 18oC dan 25oC. Dari hasil yang didapat, dapat dikatakan bahwa
dalam pertumbuhan yeast tersebut tidak ada lag phase yang terlihat pada kedua spesies
pada kedua suhu tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena biasanya active dry yeast
yang digunakan sebagai inokulum dalam pembuatan wine berasal dari kultur yang
ditumbuhkan secara eksponensial dalam media yang diaerasi dan waktunya singkat,
atau sebagai imbas dari fase pre-adaptasi sebelum digunakan sebagai inokulum. Dan
dalam penelitian ini, perlu diperhatikan bahwa fase lag dapat terjadi sat sebelum
sampling yang dilakukan tiap interval 12 jam. Jika melihat pada grafik yang
menunjukkan waktu, log jumlah sel, dan perlakuan suhu fermentasi, dapat dilihat bahwa
pada suhu 25oC, dihasilkan jumlah sel yang lebih tinggi dibandingkan dengan
fermentasi pada suhu 18oC (Sener et al., 2007).
Pada jurnal ketiga, dibahas mengenai pengaruh konsentrasi dari jus Riesling Icewine
terhadap performa yeast dan tingkat keasaman wine. Icewine merupakan makanan
dessert yang sangat berkontribusi dalam industri wine di Kanada. Tingkat keasaman
wine dinyatakan dalam TA (titratable acidity). Penambahan jus Icewine dengan
konsentrasi 40 sampai 46o Brix akan mengurangi pertumbuhan yeast, laju pemakaian
gula, jumlah pemakaian gula, dan jumlah etanol yang diproduksi. Semakin tinggi nilai
Brix, maka produksi etanol yang dihasilkan dari fermentasi akan semakin menurun,
seperti terlihat pada grafik 4 pada jurnal. Peningkatan produksi asam asetat selama
fermentasi akan mempengaruhi tingkat keasaman dari wine (TA) dan dapat mendorong
keseimbangan konversi gula menjadi asam pada wine (Pigeau et al., 2007).
Pada jurnal keempat, dilakukan penelitian tentang kinetika reaksi fermentasi alkohol
dari buah salak. Buah salak dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan minuman
11
fermentasi, karena salak memiliki kandungan pati sebanyak 16,06% dan glukosa
sebanyak 32,96%. Dalam penelitian ini, dilakukan fermentasi untuk menghasilkan
bioetanol. Substrat yang mengandung pati dan glukosa yang merupakan senyawa
organik seperti pada salak ini dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi
bioetanol. Suhu fermentasi yang optimal untuk Saccharomyces cereviceae yang
digunakan adalah antara 25o hingga 25oC. Seiring berjalannya waktu fermentasi, kadar
pati akan menurun secara bertahap dan perlahan, sama halnya dengan glukosa yang
mengalami penurunan. Dan ini berbanding terbalik dengan alkohol yang terukur, di
mana seiring berjalannya waktu fermentasi, kadar alkohol akan semakin meningkat.
Kadar pati yang semakin menurun artinya pati ini dipecah oleh yeast untuk diubah
menjadi komponen yang lebih sederhana agar dapat digunakan sebagai bahan untuk
fermentasi (Fatimah et al., 2013).
Pada jurnal kelima, dibahas mengenai kinetika yeast Saccharomyces cereviceae yang
diimobilisasi, dalam memfermentasi alkohol di bawah kondisi penghambatan substrat,
di mana digunakan bioreaktor dengan stirred bed. Imobilisasi sel yeast dilakukan pada
alginat. Imobilisasi dilakukan dengan memasukkan sel yeast ke dalam matriks alginat.
Hasilnya, berdasarkan pengamatan konsumsi substrat dan laju pembentukan substrat
selama fermentasi alkohol berlangsung, ada kemungkinan penggunaan biokatalis ini
untuk digunakan dalam fermentasi dari 5 hingga 9 kali siklus fermentasi. Dan karena
terdapat karakter dapat berdifusi pada partikel biokatalis ini, fenomena penghambatan
dapat dihindari, sehingga aktivitas mikroba dapat dipertahankan tanpa terjadi
penghambatan (Galaction et al., 2010).
3. KESIMPULAN
Pembuatan cider dapat dilakukan dengan menggunakan bahan yang memiliki
kadar pati dan glukosa yang mencukupi, contohnya apel dan salak.
Penghitungan jumlah sel pada suatu larutan dapat menggunakan haemocytometer.
Semakin tinggi nilai optical density (OD) larutan, itu berarti semakin banyak
jumlah koloni sel yeast yang terdapat dalam substrat.
Nilai OD berbanding lurus dengan jumlah sel mikroba dalam substrat.
Jumlah sel mikroba berbanding terbalik dengan total asam pada substrat.
Jumlah total asam semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu.
Pertumbuhan yeast akan meningkat seiring berjalannya waktu, kemudian akan
mengalami penurunan pada suatu titik waktu tertentu.
Semarang, 19 Juni 2014
Praktikan, Asisten Dosen:
- Andriani Cintya S.
- Chrysentia A. L. M
- Katharina Nerissa A. A.
Nerissa Arviana Santoso - Meilisa Lelyana D.
11.70.0002 - Stella Mariss H.
12