BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi...
Transcript of BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi...
7
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER
KONTEMPORER
Pada Bab 2 Pemahaman Terhadap Gedung Teater Kontemporer akan dibahas
mengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum
gedung pertunjukkan seni teater.
2.1 Tinjauan Teori
Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari
kata theatron (θέατρον) dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton").
Awalnya sendiri diperkenalkan pada kultus dyonisius, awalnya sebagai ritual upacara
pengorbanan domba/lembu kepada Dyonisius dan nyanyian yang digunakan pada masa
itu disebut "tragedi". Dalam perkembangannya Dyonisius dewa yang berwujud hewan
itu kemudian berubah menjadi manusia dan dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan.
Teater adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni
peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak
tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala
departemen drama di Universitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of
Drama, mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih,
terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain."
Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India
klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim.
8
2.1.1 Fungsi Gedung Teater
Secara umum, gedung pertunjukan teater memiliki fungsi untuk mewadahi
aktifitas seni pertunjukan dari seniman kepada penonton. Gedung Teater memiliki
ukuran dan fungsi yang bervariasi. Sebuah gedung teater akan memiliki bentuk dan
ukuran yang berbeda sesuai pertunjukan yang ditampilkan (Strong, 2010: 7).
2.1.2. Ruang-ruang Pada Gedung Teater
Setiap akitvitas yang dilakukan oleh semua pengunjung yang berada di dalam
gedung teater akan membutuhkan ruang untuk mewadahi setiap kegiatan itu. Dengan
pertimbangan itulah terdapat beberapa ruang yang harus tersedia pada gedung Teaer
tersebut. Ruang-ruang ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu ruang publik dan ruang
pendukung.
Ruang Publik :
1. Arrival and Drop Off (Kedatangan dan Drop Off), sebagai tempat kedatangan dan
turunnya pengunjung.
2. Entrance Doors and Lobby (Pintu masuk dan Lobi), sebagai akses masuk
pengunjung setelah dari Drop Off.
3. Foyers (Tempat Menunggu), sebagai wadah menunggu bagi pengunjung.
4. Reception and Information Counter (Pusat Informasi), sebagai tempat pelayanan
informasi bagi pengunjung.
5. Box Office and Ticket Collection (Loket Tiket), sebagai tempat untuk penjuaan
tiket bagi pengunjung.
6. Kiosk Sales (Kios Penjualan), sebagai tempat penjualan barang-barang dagangan
seperti souvenir.
7. Cloakroom (Tempat penitipan barang), sebagai fasilitas untuk penitipan barang
bagi pengunjung.
8. Toilets
9. Bars
10. Educations Suites (Ruang Khusus Pendidikan), sebagai tempat untuk pendidikan
bagi pengunjung yang mengikuti khursus.
11. Confrence Suites (Ruang Konfrensi)
12. Exhibition Area (Pameran)
9
Ruang Pendukung :
1. Kantor Manajer dan Kantor Keamanan, sebagai tempat kerja pengelola.
2. Toko Peralatan, sebagai tempat perkakas teknisi.
3. Ruang Penolongan Pertama/ First Aid Room, sebagai tempat pengunjung dan
pengelola yang mengalami cidera.
4. Ruang ganti,
5. Ruang pengarahan,
6. Kantor telepon , internet dan surat,
7. Box office manajer dan kantor kas,
8. Ruang Merchandise,
9. Dapur,
10. Ruang Cleaning Service.
Gambar 2.1 Konter Informasi di Royal & Derngate
Theatres, Northampton, UK
Sumber : Strong , 2010 : 49
49
Gambar 2.2 Exhibition Area di Royal & Derngate
Theatres, Northampton, UK
Sumber : Strong , 2010 : 57
Gambar 2.3 Foyer di Bridgewater Hall,
Manchester
Sumber : Strong , 2010 : 47
Gambar 2.4 Bar di Northern Stage,
Newcastle, UK
Sumber : Strong , 2010 : 52
Gambar 2.5 Box Office di Norwich
Theatre Royal, UK
Sumber : Strong , 2010 : 37
10
2.1.3. Jenis-jenis Desain Auditorium Pada Gedung Teater
A. Auditorium Format/ Tata Panggung
1. Proscenium
Panggung Proscenium bias disebut juga sebagai panggung berbingkai,
karena penonton terhadap panggung dibatasi oleh bingkai. Bingkai dipasang
dengan layar atau tirai ini yang memisahkan panggung dengan penonton
sehingga dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan
langsung di panggung tanpa harus terlihat penonton.
2. Forstage
Merupakan adaptasi/aspek dari design theater prosecenim, dengan
bentuk yang hampir sama.
3. End Stage
End Stage merupakan abstraksi dari proscenium stage. Orientasi
penonton hanya lurus kedepan panggung tanpa mengelilingi panggung.
Biasanya letak end stage dikelilingi 4 bidang dinding . Karakteristik dari format
ini adalah bahwa keempat sudut daerah akting dapat terlihat, yang berarti bahwa
cocok untuk tari kontemporer dan beberapa bentuk teater fisik - terutama
mereka yang menggabungkan proyeksi multimedia dengan live action
Gambar 2.6 Procenium Arch, The Opera House Oslo, Norway Sumber : Strong , 2010 : 67
Gambar 2.7 Netherlands Dance Theatre, The Hague, the Netherlands Sumber : Strong , 2010 : 68
11
4. Corner Stage 90°
Corner Stage 90° arc adalah panggung yang membentuk sudut 90°
yang memiliki sayap pada panggung sebelah kiri dan kanannya, pemain pentas
dapat memasuki zona penonton karena penonton dapat mengelilingi bagian
depan panggung.
5. The Wide Fan
Wide Fan mirip seperti Corner Stage 90°, namun memperluas zona
penonton oleh tempat duduk menjadi sekitar 135 °. Seperti Corner Stage 90°,
dengan menjoroknya panggung terhadap tempat penonton, dapat meningkatkan
rasa kedekatan secara visual tanpan harus mengurangi keintiman visual dan
aural, dan keuntungannya penonton tidak perlu menoleh untuk melihat semua
adegan.
Gambar 2.8 Corner stage format: The Olivier Auditorium di National Theatre
Sumber : Strong , 2010 : 68
Gambar 2.9 Bayreuth Opera, Germany
Sumber : www.Askergren.com & www.Bavaria.by
12
6. Amphitheratres
Amphiteatre Yunani memposisikan panggung di sentral dengan
memperpanjang zona penonton sampai 220 °. Ruang hanya dibentuk oleh
landscape dan langit. Sementara amphiteatre Romawi sepenuhnya mengelilingi
pusat panggung. Amphiteater Romawi memiliki bentuk setengah lingkaran,
memberikan 180° pengepungan panggung. Auditorium penonton hanya
menggunakan beton dan batu menciptakan back-drop permanen. Amphiteater
digunakan sebagai istilah umum untuk tempat pertunjukan outdoor.
7. Thrust Stage
Panggung Thrust bertujuan mengejar keintiman teater dengan cara
penonton diposisikan sekitar tiga sisi panggung. Auditorium 270° mengelilingi
sekitar tepi panggung memastikan bahwa tingkat kedekatan dapat dicapai
penonton hingga 1.000 kursi. Format ini dipopulerkan oleh sutradara teater
Tyrone Guthrie bekerja dengan desainernya Tanya Moiseiwitsch.
Gambar 2.10 Amphiteater Format
Sumber : Strong , 2010 : 69
Gambar 2.11 Thrust stage format: The Crucible Theatre, Sheffield
Sumber : Strong , 2010 : 69
13
8. In-The-Round
Panggung pertunjukkan tanpa adanya latar belakang pemandangan
sebagai set dan jalur sirkulasi yang langsung melewati auditorium. Bentuk ini
sering digunakan dalam pertunjukkan konser musik ( terutama band ) dan
pertunjukkan Teater.
9. Traverse
Bentuk ini sangat sederhana dengan meletakkan pangung
pertunjukkan di tengah dan tempat duduk penonton saling berhadapan . Bentuk
ini tidak cocok untuk jumlah penonton yang banyak, karena tingkat visual
penonton terhadap pangung yang kurang sempurna.
Gambar 2.13 Traverse format: National Theatre, Mannheim, Germany. Sumber : Strong , 2010 : 71
Gambar 2.12 The Orang Tree Threatre, Richmond-uponThames, Surrey, UK Sumber : Strong , 2010 : 69
14
B. Desain Tempat Duduk Auditorium
Tempat atau susunan duduk adalah komponen penting dalam auditorium
yang nantinya berpengaruh terhadap hasil visual dan suara terhadap penonton.
Tata letak tempat duduk ini ditentukan sesuai dengan format hubungan antara
visual penonton dan pertunjukan di panggung serta jumlah tingkat dan
sightlines yang dipilih. Faktor-faktor dalam mendesain tempat duduk :
1. Baris Kursi
Tempat duduk dengan sistem tradisional, memiliki patokan standar
terbatas, dengan 22 kursi dalam 1 baris apabila memilik 2 gang yang terletak
pada sebelah kiri dan kanan, sedangkan 11 kursi 1 baris apabila hanya terdapat
gang pada samping baris kursi.
Continental Seating mengacu pada baris kursi dengan lebih dari 22 kursi
yang memanjang ke sisi gateway dan lebih keluar dibandingkan tempat duduk
konvensional. Continental Seating lebih tepat dengan format proscenium
untuk mencapai sisi dinding ke baris dinding samping kursi.
2. Spasi Baris ke Baris
Spasi setiap baris ini menentukan kenyamanan penonton saat mencapai
tempat duduk dan kenyamanan saat sedang menonton pertunjukan yang
ditentukan dari jarak kursi terdepan dengan dudukan bagian depan kursi
belakang. Dimensi untuk tempat duduk tradisional minimum adalah 300 mm
dan untuk Continental Seating jarak antara 400mm - 500mm.
Gambar 2.14 a. Seat Down b. Seat Tipped
Sumber : Appleton, I , 2008 : 120
15
3. Gangways
Gang ini merupakan akses sirkulasi yang terbesar dalam auditorium bagi
penonton yang lebarnya ditentukan dengan jumlah tempat duduk yang
disediakan. Lebar minimum adalah 1100 mm. Perhitungan sightline harus
diperhatikan, agar orang yang melewati gang tidak menggangu penonton.
4. Sightline
Sightline dirancang sebaim mungkin untuk kenyamanan penonton dari segi
visual dan pendengaran. Berikut beberapa aspek sightline sebagai berikut :
P adalah titik terdekat dan terbawah sudut pandang penonton untuk
melihat panggung agar dapat melihat pertunjukan dengan jelas. Untuk
opera, musik dan drama, titk P tidak boleh lebih dari 600mm di atas
panggung.
HD adalah jarak horizontal antara mata penonton satu ke penonton dalam
satu baris dapat bervariasi dari 760 sampai 1.150 mm.
EH adalah tinggi rata–rata mata saat penonton duduk dikursi yaitu 1.120
mm.
E adalah jarak dari pusat mata ke atas kepala, dimensi minimal yaitu
100mm untuk perhitungan sightlines. Untuk jaminan bahwa ada
pandangan yang jelas diatas kepala orang di barisan depan, dimensi ini
harus minimal 125mm.
D adalah jarak dari titik P ke mata penonton di barisan terdepan. Semakin
dekat baris pertama dengan panggung, jarak D akan semakin curam.
Untuk musik orkestra dan paduan suara, membutuhkan orchestra pit
sehingga adanya ruang di depan panggung.
16
5. Dimensi Tempat Duduk
Desain dan dimensi tempat duduk ini disesuaikan dengan berat badan,
tinggi dan lebar dari penonton yang beragam-ragam, sehingga terdapat standar
untuk dimensi tempat duduk ini. Dengan standar ini inilah yang membantu
dalam mendesain letak dan spasi baris dari tempat duduk.
Gambar 2.15 Sightline
Sumber : Appleton, I, 2008 : 142
Gambar 2.16 Petunjuk dimensi untuk tempat duduk
Sumber : Adler, D, 2003 : 60
17
Pada Tabel 2.1 diberitahukan setiap standar tempat duduk dan dimensinya yang
dapat kita pakai sebagai acuan mendesain..
2.1.4. Utilitas Gedung Teater
A. Mesin Panggung
Terdapat 3 mesin panggung pada umumnya, yaitu rumah panggung/stage
house, mesin diatas panggung dan mesin dibawah panggung. Mesin panggung
ini yang membantu setiap teknis dalam pelaksanaan kegiatan didalam pentas,
baik pencahayaan, tirai, dan yang lainnya.
1. Rumah Panggung/Stage House
Memperlihatkan perencanaan proscenium dengan rumah panggung dan
flytower yang bisa diterapkan dalam berbagai jenis penggunaan dan ukuran
auditoriumnya.
Komponen normal flytower, dengan sisi galeri dan jaringan secara keseluruhan
untuk akses tingkat tinggi dan rigging sementara (lihat gambar 1.17 dan
gambar 1.18).
Tabel: 2.1 Standar dimensi Tempat Duduk
Sumber : Adler, D, 2003 : 60
18
Gambar 2.17 Potongan Stage house Sumber : Strong , J. 2010 : 101
Gambar 2.18 Denah Stage house
Sumber : Strong , J. 2010 : 101
19
Pada hakekatnya, proscenium perlu mengakomodasi pemandangan. Susunan
tahap harus membuat pengaturan dan perubahan pemandangan dan
pencahayaan yang mudah dan sefleksibel mungkin. Latar dapat dipindahkan
selama pertunjukan, dan membuat jalan bagi produksi baru. Gerakan bisa
horisontal ke sayap di kedua samping atau ke belakang panggung. Hal ini juga
dapat vertikal menjadi flytower atau bawah vertikal ke basement panggung.
Tempat yang paling mudah untuk memindahkan pemandangan adalah sayap
panggung sehingga daerah ini penting. Ruang sayap juga perlu mengakomodasi
prop table (untuk pengaturan dan menjalankan alat peraga selama pertunjukan)
dan quick change areas (bilik sementara sering dibangun pada acara demi acara
dasar untuk memfasilitasi pemain perubahan kostum dengan beberapa derajat
privasi ketika tidak cukup waktu untuk kembali ke ruang ganti).
2. Overstage Machinery
Merupakan segala sesuatu peralatan yang berada diatas kepala. Hal ini
menyebabkan tingginya standard pada tingkat keamanan, dan segala operator
peralatan ini haruslah seorang tenaga ahli, karena peralatan ini mencakup
keselamatan semua pengguna auditorium.
Terdapat Hemp & Lock Rope pada peralatan atas kepala. Hemp adalah tali
tunggal yang berfungsi membawa hiasan, seperti chandelier, atau sejumlah tali,
biasanya tiga atau empat, terpasang ke pipa aluminium yang mengikat
pemandangan. Operator menaikkan dan menurunkan pemandangan ini dari
galeri di sisi flytower tersebut. Tali melewati katrol di grid dan diikat ke cleat
atau pin dipasang ke rel substansial di atas panggung sisi galeri ini, yang harus
(a) (b) (c)
Gambar 2.19 (a) wall frame, (b) grid installation, (c) fly gallery Sumber : Strong , J. 2010 : 105
20
cukup lebar untuk menampung banyak operator yang diperlukan untuk
mengoperasikan peralatan. Dilengkapi dengan lock rope agar dapat
memberhentikan pemandangan/scenery sesuai keinginan.
3. Understage Machinery
Struktur Panggung
Struktur panggung haruslah dirancang agar kokoh dan kuat, untuk mengurangi
keadaan yang buruk saat panggung sedang terpakai. Panggung harus dapat
menahan bebang setidaknya segala property yang akan terpakai saat pentas dan
segala pemain yang ada, serta segala gaya tekan dari setiap gerakan, sehingga
tidak terjadinya kecelakaan. Struktur understage juga harus dapat memberikan
kestabilan untuk aktor , penari musisi , pemandangan , alat peraga , efek
mekanik dan peralatan teknis .
Gambar 2.20 (a) hemp fly gallery (b) The rope lock Sumber : Strong , J. 2010 : 108
Gambar 2.21 (a) Semi Sprung (b) Full Sprung Sumber : Strong , J. 2010 : 108
21
Lift Panggung
Lift panggung digunakan untuk menaikkan dan menurunkan property teater
yang memiliki beban sedang. Lift ini memiliki ukuran yang bervariasi, yang
disesuaikan dengan kebutuhan didalam panggung dan juga fungsinya seperti lift
pengangkut property, lift pengangkut sebuah paduan suara, dan lainnya. Lift
mampu menggeser puluhan ton pemandangan/scenery.
Panggung Berputar/Revolve
Terkadang kita melihat didalam pertunjukan, terdapat mesin yang dapat
membuat sebagian bidang panggung dapat berputar, dan sedang populer. Mesin
itu adalah panggung berputar atau Revolve Stage. Mesin ini memiliki fungsi
yang mirip dengan lift panggung, hanya saja lebih terdapat estetika gerak saat
pemakain mesin ini di dalam pertunjukan. Prinsip kerja dapat dikombinasikan
dengan lift. Teknik berputar biasanya dapat juga digunakan untuk peralihan
adegan eksterior maupun interior.
Gambar 2.22 Lift Panggung
Sumber : www. Arthurlloyd.co.uk
Gambar 2.23 Panggung berputar Sumber : www.Telegraph.co.uk/culture/theatre
22
Gambar 2.24 Diagram Posisi Lampu Royal Theatre Court, LX Department Sumber : Strong , J. 2010 : 123
Side
Ladders
Side
Booms
Perches
ProsceniuBox Boom
Box Boom
B. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam suatu
pementasan seni pertunjukan, khususnya Teater. Fungsi tata lampu dalam seni
pertunjukan bukan hanya sebagai penerangan dalam ruanngan, tetapi juga
sebagai estetika dalam dan penambah rasa dalam setiap gerakan yang dilakukan
pelaku pementasan.
1. Dimmer (Unit Kontrol Lampu)
Dimmer adalah unit listrik yang terdapat pada sirkuit pencahayaan, yang
mampu menaik turunkan intensitas cahaya yang dikeluarkan oleh lampu mulai
dari 0% hingga 100%. Dimmer memerlukan sebuah ruang yang terpisah dari
auditorium namun dapat mudah diakses dari ruang control pencahayaan, dan
harus memiliki sikulasi udara yang baik, dengan mempertahankan suhu yang
ideal serta kelembabannya, sehingga harus terdapat AC di dalamnya.
Tata letak ruangan sangat bergantung pada jenis sistem peredupan yang dipilih
tetapi asumsi dasar yang berguna adalah ruangan yang memiliki luas lantai
minimal 10 m2.
2. Posisi Perlengkapan Lampu
23
Lampu Overstage
Hampir semua teater proscenium memiliki serangkaian perlengkapan lampu di
atas kepala, yang merupakan bagian dari flying system, yang memungkinkan
untuk menggantung lampu sebagai sumber pencahayaannya.
Lampu adalah perlengkapan di atas panggung, yang diinstalasi dengan cara
menggantungnya pada ketinggian tertentu sesuai jarak terhadap panggung,
sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Ketinggian dalam
menggantungan lampu biasanya pada level antara 5m - 15m. Akses fokus lampu
adalah masalah dan kebutuhan yang harus dipertimbangkan dalam setiap
mendesain gedung teater. Solusinya adalah dengan menggunakan serangkaian
lighting bridges atau jembatan lampu, dimana lampu digantung kedua sisi
catwalk sehingga dapat digunakan teknisi untuk sebagai akses ke perlengkapan.
Jembatan harus mampu dipasangkan semua jenis lampu teater dan lampu gerak
yang digantung di beberapa tempat yang berbeda ketinggiannya, tanpa
membatasi gerak lampu.
Gambar 2.25 (a) Auditorium Lighting Bridge di ceiling level (b) Contoh akses
vertikal dan horizontal posisi lampu (c) Ukuran minimal area untuk follow
Sumber : Appleton, I. 2008 : 187
24
Lampu Side Stage
Selain lampu Overstage, sebuah panggung juga memerlukan lampu tangga
gantung pada sisi kiri dan kanan panggung pada ketinggian tertentu. Lampu
tangga gantung ini bergerak dari atas kepala menuju sisi panggung, dan lampu-
lampu tersebut dipindahkan sesuai kebutuhan saat pementasan.
Booms adalah tiang vertikal yang dipasangkan lampu, dapat
dipindahkan/movable dengan mudah karena memiliki roda pada dasar Booms.
Ini memungkinkan desainer pencahayaan menggunakan sudut cahaya yang
rendah di samping panggung. Penggunaan Booms ini biasanya hanya pada saat-
saat tertentu.
Gambar 2.26 Lighting Ladders Sumber : Strong , J. 2010 : 125
Gambar 2.27 Booms Royal Opera House Sumber : Strong , J. 2010 : 125
25
Pencahayaan yang tidak kalah penting yaitu perch, sebuah menara vertikal yang
terletak didalam kedua sisi panggung. Mereka harus diakses oleh serangkaian
tangga / platform karena digantung seperti ladders. Jika teater memiliki lubang
proscenium, posisi perch harus dibelakang proscenium.
3. Lighting Control
Semua sistem pencahaan diatur dan dikontrol pada 1 ruangan khusus, yaitu
ruang kontrol pencahayaan, yang mampu mengontrol cahara mulai dari warna
hingga bentuk dari cahaya yang diinginkan.
Untuk teater yang menggunakan lengkungan procesnium, ruang kontrol
pencahayaan idealnya berada di pusat-belakang auditorium dengan jendela
observasi sehingga dapat mengontrol keadaan di panggung, tidak terganggu
oleh pilar atau oleh kepala penonton dan tidak terdistorsi (dengan memiringkan,
atau refleksi). Ruangan harus memiliki akustik yang terisolasi dari auditorium.
Membuka jendela dapat dilakukan untuk kontak langsung dengan auditorium
jika diperlukan.
Gambar 2.28 Perch Sumber : Strong , J. 2010 : 125
Gambar 2.29 Ruang Kontrol Lighting Sumber : Strong , J. 2010 : 127
26
C. Sistem Tata Akustik
Sebuah infrastruktur sistem suara dirancang dengan baik adalah kunci
komponen dalam keberhasilan setiap seni pertunjukan bangunan. Pendekatan
dasar untuk proses desain adalah untuk menetapkan lokasi pusat untuk sound
system peralatan dan patch, jenis fasilitas yang dibutuhkan seluruh bangunan,
dan posisi di mana fasilitas yang diperlukan.
1. Posisi Pengeras suara
Pencitraan dari sumber suara dalam teater sangat penting . Para pendengar harus
bias merasakan bahwa suara yang datang adalah dari suara pelaku dan pengeras
suara yang tergantung pada proscenium. Posisi ideal kedua sisi proscenium
adalah ranka tangga tetap atau “booming proscenium” dari dimana sistem
speaker (dan beberapa unit pencahayaan) dapat digantung.
Gambar 2.30 Tata letak sound Sumber : Strong , J. 2010 : 132
27
2. Ruang Peralatan Sound Sistem
Gedung pertunjukan teater harus memiliki ruang yang dapat menyimpan semua
peralatan sound system yang dibutuhkan.
Sebuah teater kecil/ruang studio kapasitas 250 kursi keatas kemungkinan
akan membutuhkan 3 atau 4 rak peralatan, yang berarti ruang peralatan
minimal 3m x 4m.
Sebuah teater menengah hingga 750 kursi akan membutuhkan 7 atau 8 rak
,dan membutuhkan ruang 5m x 4.5m.
Sebuah teater besar 1.200 kursi atau lebih, kemungkinan akan
membutuhkan 10 atau lebih rak dan kamar minimal 5m x 6m. Teater
berkapasitas besar ini mungkin juga perlu peralatan lain dekat dengan
ruangan loudspeaker untuk mengakomodasi amplifier.
3. Ruang Kontrol Sound
Sebagai aturan umum ruang kontrol suara terletak di belakang auditorium (bagi
yang tidak menyediakan ruang operasi untuk sebagian besar acara). Ada juga
yang menggunakan ruangan berjendela untuk ruang control suara /mixer room.
Ruang kontrol suara untuk teater
Ruang kontrol bersama oleh beberapa personel (pencahayaan, manajemen
panggung, otomatisasi, dll) dengan jelas pandangan ke panggung.
Jendela harus miring beberapa derajat untuk mencegah operator dapat
melihat refleksi mereka sendiri di kaca.
Gambar 2.31 Ruangan rak sound sistem Sumber : Strong , J. 2010 : 129
28
Gambar 2.32 Ruang kontrol dibelakang auditorium Sumber : Strong , J. 2010 : 134
Gambar 2.33 Ruang kontrol yang dipisah Sumber : Strong , J. 2010 : 135
Sebuah bukaan jendela meningkatkan komunikasi selama set-up dan
latihan.
lantai komputer sering digunakan untuk mengelola kabel untuk dipasang
patch dan peralatan rak.
Ruang kontrol terpisah antara lighting, sounds dan video
Sebuah pengaturan yang lebih baik adalah membagi ruang kontrol sesuai
fungsi dengan ruang terpisah untuk pencahayaan, suara dan peralatan
video proyeksi. Efektivitas ruang kontrol untuk mixer sound akan
tergantung pada daerah dari bukaan jendela dan kedalaman balkon setiap
overhang depan.
D. Sistem Penghawaan
Dasar pertimbangan pemilihan sistem penghawaan pada gedung teater,
antara lain :
1. Analisa suhu rata-rata suatu daerah yang direncanakan.
2. Volume ruang sangat erat hubungangnnya dengan sistemp
penghawaaan sehingga menjadi penentu besar dan kecilnya
kebutuhan pengahawaan dalam ruang.
29
3. Sifat, kebutuhan serta jenis ruang yang diinginkan menjadi salah satu
pertimbangan dalam menentukan system penghawaan. Biasanya
menggunakan AC central pada auditorium.
4. Standar kenyamanan sebuah ruang (Termal Comfort) berkisar antara
18o--20oC, selisih suhu pada ketinggian 0,5m – 1,5m diatas lantai
kurang dari 2oC
5. Sistem penghawaan alami yaitu penggunaan bukaan sebagai
sirkulasi udara dengan cross ventilation.
6. Sistem penghawaan buatan yaitu penghawaan dengan penggunaan
teknologi yang mampu memberikan kenyamanan suatu ruang hingga
terpenuhinya termal comfort.
Distribusi Udara
Keharusan selama pertunjukan adalah pasokan udara dingin yang bersih.
Ada dua model utama untuk distribusi udara.Pertama memperkenalkan
udara dingin pada tingkat tinggi yang dicampur dengan udara ruangan untuk
memberikan kenyamana merata anseluruh ruang. Ekstraksi umumnya pada
tingkat rendah terletak untuk meningkatkan sirkulasi yang baik seluruh
ruang. Kedua menyediakan udara dingin pada tingkat yang rendah,
berdekatan dengan penonton. Udara ini didinginkan kemudian ditarik ke
atas karena ekstraksi pada tingkat tinggi (lihat Gambar 2.34).
Gambar 2.34 Distribusi udara dingin dan udara panas Sumber : Strong , J. 2010 : 85
30
2.1.5 Struktur Pada Gedung Pertunjukan Teater
Struktur pada gedung pertunjukan teater biasanya memakai struktur cangkang
dengan memiliki beberapa alasan, salah satu alasannya adalah karena fungsi gedung
pertunjukan yang memiliki tuntutan bangunan wide span/bentang lebar dan tuntutan
akustik yang baik.
1. Pengertian Struktur Cangkang
Menurut Joedicke (1963) struktur shell adalah plat yang melengkung ke satu
arah atau lebih yang tebalnya jauh lebih kecil daripada bentangnya. Menurut
Schodeck (1998), shell atau cangkang adalah bentuk struktural tiga dimensional
yang kaku dan tipis yang mempunyai permukaan lengkung. Menurut Ishar
(1995), cangkang atau shell bersifat tipis dan lengkung.
2. Klasifikasi Bentuk Cangkang
Bentuk shell terdapat tiga macam sesuai dengan bentuk terjadinya:
a. Rotational Surface
Rotational Surface adalah bidang yang diperoleh apabila suatu garis
lengkung yang datar diputar terhadap suatu sumbu. Shell dengan permukaan
rotational dapat dibagi tiga yaitu, Spherical Surface, Elliptical Surface,
Parabolic Surface.
b. Transitional Surface
Transitional Surface adalah bidang yang diperoleh apabila ujung – ujung
suatu garis lurus digeser pada dua bidang sejajar. Shell dengan permukaan
transitional dibagi dua yaitu Cylindrical Surface dan Elliptical Surface.
Gambar 2.35 Rotational Surface Sumber : Billington, D 1990 : 105
Gambar 2.36 Transitional Surface Sumber : Billington, D 1990 : 105
31
c. Translational Surface
Translational Surface adalah bidang yang diperoleh dengan garis lengkung
yang datar digeser sejajar diri sendiri terhadap garis lengkung yang datar
lainnya. Shell dengan translational dibagi menjadi Hyperbolic Paraboloid dan
Conoid.
3. Syarat Struktur Cangkang
Struktur Shell/ cangkang pada umumnya harus memiliki syarat – syarat yang
dapat diterapkan sehingga menunjang kemampuan Shell sebagai sebuah
struktur. Syarat – syarat yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Harus memiliki bentuk lengkung tunggal atau ganda (Single or Double
Curves)
2. Harus tipis terhadap bentuk permukaan atau bentangannya
3. Harus dibuat dari bahan yang keras, ulet dan tahan terhadap tarikan dan
tekanan
4. Penggolongan Struktur Cangkang
Struktur Shell digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan
pembentukan secara geometri, yaitu seperti tertera di gambar.
Gambar 2.37 Translational Surface Sumber : Billington, D 1990 : 105
Gambar 2.38 Pembentukan Shell Secara Geometri Sumber : Billington, D 1990 : 105
32
2.2 Studi Banding Fasilitas Sejenis
A. Balai Sarbini
Nama Gedung : Balai Sarbini
Penggagas : MH Sarbini
Arsitek : Ir. Moerdoko
Tahun Dibangun : 6 Januari 1965
Lokasi : Jl. Jendral Gatot Subroto, Jakarta
Terletak di jantung kota Jakarta, yaitu di Jl. Jendral Gatot Subroto. Lokasi yang
sangat strategis dimana Balai Sarbini terletak dekat dengan Hotel Hilton, pusat
perbelanjaan Plaza Semanggi, dan pusat kawasan bisnis di Jakarta. Fungsi utama dari
bangunan ini adalah sebagai sebuah gedung pertunjukan musik. Karena letaknya yang
sangat strategis sehingga akses menuju ke bangunan ini dapat dicapai dari segala arah.
Gambar 2.39 Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com
Gambar 2.40 Peta Lokasi Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com
33
LOBBY
Pintu masuk utama balai sarbini terletak dilokasi yang sama dengan lobby barat
the plaza semanggi. Pintu masuk lainnya dapat diakses dari shopping mall. Pra-fungsi
area lobby nyaman dapat menampung 500 orang, untuk penerimaan atau pemesanan
makanan para pengunjung berdiri di depan kantin yang siap menyediakan makanan dan
minuman atau layanan yang dibutuhkan. Lobi juga memiliki 4 kamar individu yang
berfungsi/dapat digunakan sebagai ruang tunggu vip, ruang ganti artis, ruang makan
untuk panitia, dll.
Gambar 2.41 Lobby Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com
34
MAIN HALL
Terdapat empat tangga masuk dari lobby menuju ke main hall. Kapasitas tempat
duduk untuk akomodasi kenyamanan yaitu 1300 orang untuk theatre-style dan terdapat
46 kursi VIP. Dengan 3 pintu keluar yang bersebelahan dengan lantai dua dari The
Plaza Semanggi Shopping Mall. Area belakang panggung, difungsikan sebagai ruang
tunggu artis, dua buah ruang ganti dan sebuah rest room.
Gambar 2.42 Main Hall Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com
35
STAGE
Panggung dirancang secara khusus menggunakan bahan kayu yang terdiri dari
tiga level dengan kapasitas 50 buah peralatan profesional orkestra dan 30 choir dalam
sekali pertunjukan.
Gambar 2.43 Stage Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com
36
SOUND SYSTEM
Sound systemyang berada di Balai Sarbini:
Sound system daya hingga 20.000 watt
Digital mixer (spesifikasi: yamaha dm 2000)
11 build-in speaker, 8 memantau pembicara, 2 mikrofon nirkabel, 8 mikrofon vokal, 6
mikrofon choir, 1 tape pemain
LIGHTING
Pada Balai Sarbini terdapat sistem pencahayaan standar sebagai berikut:
Build-in rigging
Lighting system mixers
8 bar parcan light 64
16 fresnel light
Follow spot 1200 wat
3 mac 500 (profil)
6 moving head fineart 1200 watt
Gambar 2.44 Sound System and Lighting Hall Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com
37
B. Bali Nusa-Dua Theatre
Nama Gedung : Bali Nusa Dua Theatre
Owner : Grand Mirage Group
Arsitek : PT. Rancang Persada Jakarta
Lokasi : Komplek BTDC, Nusa Dua
Luas : ±1 Ha
Fungsi : Gedung Pertunjukan Teater
Kapasitas : 700 orang
Tahun : 2010
Bali Nusa Dua Theater memulai pembangunannya pada tahun 1998, dengan mengalami
banyak kendala, dan sempat terhenti, dan selesai terbangun dengan status siap pakai pada tahun
2010. Gedung ini biasa menampilkan seni pertunjukan kontemporer, baik drama, teatrikal,
maupun tarian, dan tujuan dibangunnya gedung ini adalah sebagai fasilitas seni pertunjukan di
kawasan BTDC Nusa Dua. Terdapat kata “DEVDAN” di depan pintu masuk gedung, yang
merupakan kelompok regular teater yang bermain di gedung ini. Devdan berasal dari bahasa
Sansekerta yang memiliki arti Pemberian dari Tuhan.
Terdapat beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan dan fungsi dari gedung ini,
yaitu Restaurant, Hotel, Area Parkir, dan lainnya. Jarak gedung ini dari Kota Denpasar
adalah 24,3 Km, dengan waktu tempuh sekitar 20 menit (Jalan Tol) - 40 menit (By
Pass).
Gambar 2.45 Eksterior Bali Nusa Dua Theatre Sumber : Google Image Search
38
Gambar 2.46 Parkir Depan Sumber : Tobing, Yosep. 20 Oktober 2014
Gambar 2.47 Porte/Tempat Kedatangan/Drop
Off Sumber : Tobing, Yosep. 20 Oktober 2014
Gambar 2.50 Auditorium Bali Nusa Dua Theatre
Sumber : http://www.devdanshow.com
Gambar 2.48 Bentuk Auditorium
Sumber : http://www.devdanshow.com
Gambar 2.49 Tingkatan Tempat Duduk
Sumber : http://www.devdanshow.com
39
C. Bali Agung Theatre
Nama Gedung : Bali Agung Theatre
Owner : Keluarga Manansang
Lokasi : Jl. Prof Ida Bagus Mantra (Bali Safari & Marine Park)
Luas : ±1 Ha
Fungsi : Gedung Pertunjukan Teater
Kapasitas : 1200 orang
Tahun : 2010
Gedung teater ini dikelola oleh Bali Safari-Marine Park dengan kapasitas
gedung teater sebanyak 1200 orang dan merupakan gedung pertunjukan terbesar di
Bali. Gedung ini berfungsi sebagai fasitas untuk membuat pagelaran seni pertunjukan
di Taman Bali Safari ini. Gedung ini memiliki ruang-ruang antara lain seperti Lounge,
Auditorium denga gaya Proscenium, Information Centre, Loker, dan lainnya.
Gedung ini biasa dipakai untuk pementasan seni pertunjukan kontemporer,
sehingga ketika konsep pemakai ingin modern ataupun tradisional dapat diatur sesuai
keinginan. Sering terlaksana pertunjukan-pertunjukan yang berkelas Nasional maupun
Internasional di gedung ini. Gedung ini terawat dengan peraturan yang tidak
memperbolehkan membawa makanan dan minuman, kamera, tas dan jaket kedalamnya,
sehingga gedung senantiasa terawat.
Dekorasi pada interiornya banyak menggunakan material kayu, seperti pada
lantai, loker, dan hampir semua ornamentnya terbuat dari kayu. Penggunaan material
ini berpengaruh terhadap gaya bangunan yang terkesan natural tropis yang mungkin
diterapkan pada bangunannya.
Gambar 2.51 Entrance Gate Bali Safari Sumber : www.indonesia.travel
40
Gedung ini memakali bentuk proscenium, yang dapat terlihat dari bentuk
panggung dan juga sistempeletakan kursi bagi penonton. Proscenium pada gedung
pertunjukan Bali Agung Theatre, diberi ornamen yaitu karang boma dan ukiran Bali.
Tema klasik modern sangat terasa dengan memadukan budaya dan kecanggihan
teknologi.
Gambar 2.52 Corak pada tembok proscenium Sumber : www.balisafarimarinepark.com
Gambar 2.53 Interior Gedung Teater Sumber : www.marshallday.com
Gambar 2.55 Lounge Sumber : www.balisafarimarinepark.com
Gambar 2.56 Sirkulasi/Foyer Sumber : www.balisafarimarinepark.com
Gambar 2.54 Auditorium Bali Agung Theatre Sumber : www.balisafarimarinepark.com
41
Tabel 2.2 Kajian Fasilitas Sejenis
Objek Studi
Kriteria
Objek I Objek II Objek III
Balai Sarbini Nusa Dua Theater Bali Theatre Agung
lokasi Jl. Jendral Gatot
Subroto, Jakarta
Komplek BTDC, Nusa
Dua , Bali
Jl. Prof Ida Bagus
Mantra (Bali Safari &
Marine Park)
Jenis Kegiatan
Pementasan Teater,
Graduation ,Seminar ,
Kontes Kesenian,
Peluncuran Produk,
Pertunjukan musik
Pementasan Teater,
Graduation ,Seminar ,
Resepsi Pernikahan,
Peluncuran Produk,
Pertunjukan musik
Pementasan Teater,
Graduation ,Seminar ,
Resepsi Pernikahan,
Peluncuran Produk,
Pertunjukan musik
Sistem Pelayanan
Pembelian tiket bisa
melalui media online ,
SMS dan membeli
langsung pada loket
Pembelian tiket bisa
melalui media online ,
SMS dan membeli
langsung pada loket
Pembelian tiket bisa
melalui media online ,
SMS dan membeli
langsung pada loket
Fasilitas
Restaurant, Cafe & Bar,
Ruang Tunggu VIP,
Lobby
Restauran, mini Bar,
taman untuk pertemuan
dan tempat makan
Cyclorama backdrop,
Opern Stage, Bar,
Lounge,
Kapasitas 1300 orang 700 orang 1200 orang
Teknologi
Pengait pemain untuk
pementasan
menggantung di udara,
dan lift panggung.
Pengait pemain untuk
pementasan
menggantung di udara
Cyclorama yang
dikombinasikan video
proyekting
Seating arrangement
Berbentuk ¾ lingkaran
untuk penonton, dan ¼
lingkaran untuk
panggung, memiliki
tingkat disetiap barisnya.
Berbentuk setengah
diamon memiliki tingkat
disetiap barisny yang
berpola linier
Berbentuk setengah
lingkaran memiliki
tingkat disetiap barisnya
Dekorasi Ruang
Dekorasi langit-langit
dengan warna awan, dan
dekorasi ruangnya
condong menekankan
warna emas dengan
bentuk Amphitheatres
sebagai bentuk
auditorium
Dekorasi dominan warna
merahdan hitam
sehingga terlihat megah
dan memiliki standar
internasional
Terlihat elegan dengan
wallpaper dengan warna
biru gelap yang
dikombinasikan dengan
warna merah dari warna
bangku dan warna coklat
dari warna lantai.
Dari studi banding 3 fasilitas sejenis diatas, dapat saya simpulkan bahwa gedung
teater merupakan gedung yang berfungsi untuk mewadahi pementasan seni-seni
pertunjukan, seni pertunjukan tersebut dapat berupa pertunjukan teater, pertunjukan
musik, pertunjukan tari, pertunjukan akrobatik, dan seni pertunjukan lainnya.
42
Gedung-gedung teater masa kini sudah mampu mengembangkan pementasan
dengan cara membuat setiap pementasan terasa lebih nyata, seperti membuat pelaku
pementasan untuk melayang diudara, membuat pelaku pementasan mucul dari bawah
panggung, dan banyak lagi hal yang mampu membuat pementasan terasa lebih nyata.
Hal ini tidak lepas dari perkembangan teknis pementasan yang sudah modern dan
diterapkan di dalam gedung teaterikal ini.
Gedung ini mampu dikembangkan dengan penambahan berbagai fungsi, seperti
perpustakaan kecil, ruang pameran, ruang diskusi, dan lainnya. Ini berfungsi sebagai
daya tarik wisatawan untuk mendapatkan ilmu yang lebih lagi, dan mengenalkan
budaya lokal kita kepada mereka agar bisa lebih berkembang lagi.
2.3 Spesifikasi Umum Gedung Teater Kontemporer
Spesifikasi umum pada Gedung Teater Kontemporer ini didasarkan oleh kajian
fasilitas sejenis dan kajian teori.
2.3.1 Tujuan
Tujuan utama dirancangnya Gedung Teater Kontemporer ini adalah untuk
melestarikan unsur-unsur seni dan budaya setempat agar tidak punah, khususnya dalam
seni pertunjukan yang ditargetkan pada pementasan Teater Kontemporer, dan juga
menjadikan pelestarian itu sebagai daya tari terhadap penduduk dan semua wisatawa
untuk datang.
Selain itu, dengan adanya gedung ini diharapkan untuk bisa juga merangkul dan
menampung setiap seniman yang ingin menampilkan karya-karya mereka, baik dalam
seni tari, musik, teater, maupun seni lainnya. Dengan ini juga dapat memberikan
edukasi bagi setiap pengunjung yang datang.
2.3.2 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan pada Gedung Pertunjukan Teater adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Utama
Menonton pagelaran seni pertunjukan kontemporer, dengan sistem
pencahayaan, penghawaan dan akustik yang baik. Selain itu memberikan
edukasi dari pesan-pesan pementasan tersebut kepada penonton, dan edukasi
melalui bacaan.
43
2. Kegiatan Penunjang
Penampilan dalam pameran-pameran seniman Bali dengan karya-karya seni
terhadap pengunjung, baik itu merupakan penduduk lokal, wisatawan dalam
negri, ataupun wisatawan internasional, yang membantu melestarikan budaya
Bali.
3. Kegiatan Pengelola
Merupakan kegiatan yang mendukung kegiatan utama dan penunjang.
Pengelola dari pihak swasta yang memiliki akses wisata internasional, sehingga
Gedung pertunjukan teater dapat beroperasi dengan baik dan selalu memiliki
pengunjung dari wisatawan domestik dan asing. Badan pengelola harus
memiliki struktur manajemen pada bagian administrasi, bagian marketing,
bagian pelayanan, dan bagian operasional termasuk maintenance.
2.3.3 Fasilitas dan Kebutuhan Ruang
Berdasarkan jenis kegiatan, fasilitas – fasilitas yang diperlukan pada Gedung
Pertunjukan Teater Kontemporer ini, meliputi:
1. Theatre Hall,
2. Auditorium,
3. Lobi
4. Taman,
5. Foyer
6. Kantin/Food Court,
7. Front Of House dan Backstage,
8. Kantor Pengelola
9. Kios Souvenir
10. Panggung Taman
11. Fasilitas pendukung seperti Ruang ME dan Toilet.
Fasilitas tersebut untuk menampung kegiatan rekreasi bagi para pengunjung
yang datang dan pengelola pada gedung pertunjukan ini
2.3.4 Prinsip Umum
1. Prinsip Umum Besaran Proyek
Besaran proyek Gedung Teater Kontemporer ini mengacu pada kapasitas
Auditorium, Luasan Panggung, Taman, dan fasilitas pendukung lainnya seperti
Lounge, Ruang Pameran, Restaurant, Perpustakaan kecil dan Ruang Pameran.
44
2. Prinsip Umum Penetapan Lokasi
Dalam menentukan lokasi tapak yang akan dirancang Gedung pertunjukan
teater, harus berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu (a) aksesbilitas
transportasi (mudah dicapai, kepadatan jalur), (b) Prasarana dan utilitas
lingkungan yang mendukung (listrik,air,jalan), (c) Kederkatan dengan objek
wisata/ kawasan wisata, (d) Luas Site dan Bentuk Site, (e) Polusi udara, air, dan
suara.
3. Prinsip Umum Pembiayaan dan Pengelolaan Proyek
Dalam mewujudkan Gedung pertunjukan teater yang berkapasitas besar ini,
dibutuhkan pihak-pihak swasta yang mau bekerja sama sebagai investor untuk
mendanai proyek ini. Dengan potensi Gedung pertunjukan teater yang dapat
menjadi objek wisata akan memberikan keuntungan bagi investor.