BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi...

38
7 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER Pada Bab 2 Pemahaman Terhadap Gedung Teater Kontemporer akan dibahas mengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater. 2.1 Tinjauan Teori Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari kata theatron (θέατρον) dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton"). Awalnya sendiri diperkenalkan pada kultus dyonisius, awalnya sebagai ritual upacara pengorbanan domba/lembu kepada Dyonisius dan nyanyian yang digunakan pada masa itu disebut "tragedi". Dalam perkembangannya Dyonisius dewa yang berwujud hewan itu kemudian berubah menjadi manusia dan dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan. Teater adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Universitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain." Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim.

Transcript of BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi...

Page 1: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

7

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER

KONTEMPORER

Pada Bab 2 Pemahaman Terhadap Gedung Teater Kontemporer akan dibahas

mengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum

gedung pertunjukkan seni teater.

2.1 Tinjauan Teori

Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari

kata theatron (θέατρον) dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton").

Awalnya sendiri diperkenalkan pada kultus dyonisius, awalnya sebagai ritual upacara

pengorbanan domba/lembu kepada Dyonisius dan nyanyian yang digunakan pada masa

itu disebut "tragedi". Dalam perkembangannya Dyonisius dewa yang berwujud hewan

itu kemudian berubah menjadi manusia dan dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan.

Teater adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni

peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak

tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala

departemen drama di Universitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of

Drama, mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih,

terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain."

Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India

klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim.

Page 2: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

8

2.1.1 Fungsi Gedung Teater

Secara umum, gedung pertunjukan teater memiliki fungsi untuk mewadahi

aktifitas seni pertunjukan dari seniman kepada penonton. Gedung Teater memiliki

ukuran dan fungsi yang bervariasi. Sebuah gedung teater akan memiliki bentuk dan

ukuran yang berbeda sesuai pertunjukan yang ditampilkan (Strong, 2010: 7).

2.1.2. Ruang-ruang Pada Gedung Teater

Setiap akitvitas yang dilakukan oleh semua pengunjung yang berada di dalam

gedung teater akan membutuhkan ruang untuk mewadahi setiap kegiatan itu. Dengan

pertimbangan itulah terdapat beberapa ruang yang harus tersedia pada gedung Teaer

tersebut. Ruang-ruang ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu ruang publik dan ruang

pendukung.

Ruang Publik :

1. Arrival and Drop Off (Kedatangan dan Drop Off), sebagai tempat kedatangan dan

turunnya pengunjung.

2. Entrance Doors and Lobby (Pintu masuk dan Lobi), sebagai akses masuk

pengunjung setelah dari Drop Off.

3. Foyers (Tempat Menunggu), sebagai wadah menunggu bagi pengunjung.

4. Reception and Information Counter (Pusat Informasi), sebagai tempat pelayanan

informasi bagi pengunjung.

5. Box Office and Ticket Collection (Loket Tiket), sebagai tempat untuk penjuaan

tiket bagi pengunjung.

6. Kiosk Sales (Kios Penjualan), sebagai tempat penjualan barang-barang dagangan

seperti souvenir.

7. Cloakroom (Tempat penitipan barang), sebagai fasilitas untuk penitipan barang

bagi pengunjung.

8. Toilets

9. Bars

10. Educations Suites (Ruang Khusus Pendidikan), sebagai tempat untuk pendidikan

bagi pengunjung yang mengikuti khursus.

11. Confrence Suites (Ruang Konfrensi)

12. Exhibition Area (Pameran)

Page 3: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

9

Ruang Pendukung :

1. Kantor Manajer dan Kantor Keamanan, sebagai tempat kerja pengelola.

2. Toko Peralatan, sebagai tempat perkakas teknisi.

3. Ruang Penolongan Pertama/ First Aid Room, sebagai tempat pengunjung dan

pengelola yang mengalami cidera.

4. Ruang ganti,

5. Ruang pengarahan,

6. Kantor telepon , internet dan surat,

7. Box office manajer dan kantor kas,

8. Ruang Merchandise,

9. Dapur,

10. Ruang Cleaning Service.

Gambar 2.1 Konter Informasi di Royal & Derngate

Theatres, Northampton, UK

Sumber : Strong , 2010 : 49

49

Gambar 2.2 Exhibition Area di Royal & Derngate

Theatres, Northampton, UK

Sumber : Strong , 2010 : 57

Gambar 2.3 Foyer di Bridgewater Hall,

Manchester

Sumber : Strong , 2010 : 47

Gambar 2.4 Bar di Northern Stage,

Newcastle, UK

Sumber : Strong , 2010 : 52

Gambar 2.5 Box Office di Norwich

Theatre Royal, UK

Sumber : Strong , 2010 : 37

Page 4: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

10

2.1.3. Jenis-jenis Desain Auditorium Pada Gedung Teater

A. Auditorium Format/ Tata Panggung

1. Proscenium

Panggung Proscenium bias disebut juga sebagai panggung berbingkai,

karena penonton terhadap panggung dibatasi oleh bingkai. Bingkai dipasang

dengan layar atau tirai ini yang memisahkan panggung dengan penonton

sehingga dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan

langsung di panggung tanpa harus terlihat penonton.

2. Forstage

Merupakan adaptasi/aspek dari design theater prosecenim, dengan

bentuk yang hampir sama.

3. End Stage

End Stage merupakan abstraksi dari proscenium stage. Orientasi

penonton hanya lurus kedepan panggung tanpa mengelilingi panggung.

Biasanya letak end stage dikelilingi 4 bidang dinding . Karakteristik dari format

ini adalah bahwa keempat sudut daerah akting dapat terlihat, yang berarti bahwa

cocok untuk tari kontemporer dan beberapa bentuk teater fisik - terutama

mereka yang menggabungkan proyeksi multimedia dengan live action

Gambar 2.6 Procenium Arch, The Opera House Oslo, Norway Sumber : Strong , 2010 : 67

Gambar 2.7 Netherlands Dance Theatre, The Hague, the Netherlands Sumber : Strong , 2010 : 68

Page 5: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

11

4. Corner Stage 90°

Corner Stage 90° arc adalah panggung yang membentuk sudut 90°

yang memiliki sayap pada panggung sebelah kiri dan kanannya, pemain pentas

dapat memasuki zona penonton karena penonton dapat mengelilingi bagian

depan panggung.

5. The Wide Fan

Wide Fan mirip seperti Corner Stage 90°, namun memperluas zona

penonton oleh tempat duduk menjadi sekitar 135 °. Seperti Corner Stage 90°,

dengan menjoroknya panggung terhadap tempat penonton, dapat meningkatkan

rasa kedekatan secara visual tanpan harus mengurangi keintiman visual dan

aural, dan keuntungannya penonton tidak perlu menoleh untuk melihat semua

adegan.

Gambar 2.8 Corner stage format: The Olivier Auditorium di National Theatre

Sumber : Strong , 2010 : 68

Gambar 2.9 Bayreuth Opera, Germany

Sumber : www.Askergren.com & www.Bavaria.by

Page 6: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

12

6. Amphitheratres

Amphiteatre Yunani memposisikan panggung di sentral dengan

memperpanjang zona penonton sampai 220 °. Ruang hanya dibentuk oleh

landscape dan langit. Sementara amphiteatre Romawi sepenuhnya mengelilingi

pusat panggung. Amphiteater Romawi memiliki bentuk setengah lingkaran,

memberikan 180° pengepungan panggung. Auditorium penonton hanya

menggunakan beton dan batu menciptakan back-drop permanen. Amphiteater

digunakan sebagai istilah umum untuk tempat pertunjukan outdoor.

7. Thrust Stage

Panggung Thrust bertujuan mengejar keintiman teater dengan cara

penonton diposisikan sekitar tiga sisi panggung. Auditorium 270° mengelilingi

sekitar tepi panggung memastikan bahwa tingkat kedekatan dapat dicapai

penonton hingga 1.000 kursi. Format ini dipopulerkan oleh sutradara teater

Tyrone Guthrie bekerja dengan desainernya Tanya Moiseiwitsch.

Gambar 2.10 Amphiteater Format

Sumber : Strong , 2010 : 69

Gambar 2.11 Thrust stage format: The Crucible Theatre, Sheffield

Sumber : Strong , 2010 : 69

Page 7: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

13

8. In-The-Round

Panggung pertunjukkan tanpa adanya latar belakang pemandangan

sebagai set dan jalur sirkulasi yang langsung melewati auditorium. Bentuk ini

sering digunakan dalam pertunjukkan konser musik ( terutama band ) dan

pertunjukkan Teater.

9. Traverse

Bentuk ini sangat sederhana dengan meletakkan pangung

pertunjukkan di tengah dan tempat duduk penonton saling berhadapan . Bentuk

ini tidak cocok untuk jumlah penonton yang banyak, karena tingkat visual

penonton terhadap pangung yang kurang sempurna.

Gambar 2.13 Traverse format: National Theatre, Mannheim, Germany. Sumber : Strong , 2010 : 71

Gambar 2.12 The Orang Tree Threatre, Richmond-uponThames, Surrey, UK Sumber : Strong , 2010 : 69

Page 8: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

14

B. Desain Tempat Duduk Auditorium

Tempat atau susunan duduk adalah komponen penting dalam auditorium

yang nantinya berpengaruh terhadap hasil visual dan suara terhadap penonton.

Tata letak tempat duduk ini ditentukan sesuai dengan format hubungan antara

visual penonton dan pertunjukan di panggung serta jumlah tingkat dan

sightlines yang dipilih. Faktor-faktor dalam mendesain tempat duduk :

1. Baris Kursi

Tempat duduk dengan sistem tradisional, memiliki patokan standar

terbatas, dengan 22 kursi dalam 1 baris apabila memilik 2 gang yang terletak

pada sebelah kiri dan kanan, sedangkan 11 kursi 1 baris apabila hanya terdapat

gang pada samping baris kursi.

Continental Seating mengacu pada baris kursi dengan lebih dari 22 kursi

yang memanjang ke sisi gateway dan lebih keluar dibandingkan tempat duduk

konvensional. Continental Seating lebih tepat dengan format proscenium

untuk mencapai sisi dinding ke baris dinding samping kursi.

2. Spasi Baris ke Baris

Spasi setiap baris ini menentukan kenyamanan penonton saat mencapai

tempat duduk dan kenyamanan saat sedang menonton pertunjukan yang

ditentukan dari jarak kursi terdepan dengan dudukan bagian depan kursi

belakang. Dimensi untuk tempat duduk tradisional minimum adalah 300 mm

dan untuk Continental Seating jarak antara 400mm - 500mm.

Gambar 2.14 a. Seat Down b. Seat Tipped

Sumber : Appleton, I , 2008 : 120

Page 9: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

15

3. Gangways

Gang ini merupakan akses sirkulasi yang terbesar dalam auditorium bagi

penonton yang lebarnya ditentukan dengan jumlah tempat duduk yang

disediakan. Lebar minimum adalah 1100 mm. Perhitungan sightline harus

diperhatikan, agar orang yang melewati gang tidak menggangu penonton.

4. Sightline

Sightline dirancang sebaim mungkin untuk kenyamanan penonton dari segi

visual dan pendengaran. Berikut beberapa aspek sightline sebagai berikut :

P adalah titik terdekat dan terbawah sudut pandang penonton untuk

melihat panggung agar dapat melihat pertunjukan dengan jelas. Untuk

opera, musik dan drama, titk P tidak boleh lebih dari 600mm di atas

panggung.

HD adalah jarak horizontal antara mata penonton satu ke penonton dalam

satu baris dapat bervariasi dari 760 sampai 1.150 mm.

EH adalah tinggi rata–rata mata saat penonton duduk dikursi yaitu 1.120

mm.

E adalah jarak dari pusat mata ke atas kepala, dimensi minimal yaitu

100mm untuk perhitungan sightlines. Untuk jaminan bahwa ada

pandangan yang jelas diatas kepala orang di barisan depan, dimensi ini

harus minimal 125mm.

D adalah jarak dari titik P ke mata penonton di barisan terdepan. Semakin

dekat baris pertama dengan panggung, jarak D akan semakin curam.

Untuk musik orkestra dan paduan suara, membutuhkan orchestra pit

sehingga adanya ruang di depan panggung.

Page 10: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

16

5. Dimensi Tempat Duduk

Desain dan dimensi tempat duduk ini disesuaikan dengan berat badan,

tinggi dan lebar dari penonton yang beragam-ragam, sehingga terdapat standar

untuk dimensi tempat duduk ini. Dengan standar ini inilah yang membantu

dalam mendesain letak dan spasi baris dari tempat duduk.

Gambar 2.15 Sightline

Sumber : Appleton, I, 2008 : 142

Gambar 2.16 Petunjuk dimensi untuk tempat duduk

Sumber : Adler, D, 2003 : 60

Page 11: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

17

Pada Tabel 2.1 diberitahukan setiap standar tempat duduk dan dimensinya yang

dapat kita pakai sebagai acuan mendesain..

2.1.4. Utilitas Gedung Teater

A. Mesin Panggung

Terdapat 3 mesin panggung pada umumnya, yaitu rumah panggung/stage

house, mesin diatas panggung dan mesin dibawah panggung. Mesin panggung

ini yang membantu setiap teknis dalam pelaksanaan kegiatan didalam pentas,

baik pencahayaan, tirai, dan yang lainnya.

1. Rumah Panggung/Stage House

Memperlihatkan perencanaan proscenium dengan rumah panggung dan

flytower yang bisa diterapkan dalam berbagai jenis penggunaan dan ukuran

auditoriumnya.

Komponen normal flytower, dengan sisi galeri dan jaringan secara keseluruhan

untuk akses tingkat tinggi dan rigging sementara (lihat gambar 1.17 dan

gambar 1.18).

Tabel: 2.1 Standar dimensi Tempat Duduk

Sumber : Adler, D, 2003 : 60

Page 12: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

18

Gambar 2.17 Potongan Stage house Sumber : Strong , J. 2010 : 101

Gambar 2.18 Denah Stage house

Sumber : Strong , J. 2010 : 101

Page 13: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

19

Pada hakekatnya, proscenium perlu mengakomodasi pemandangan. Susunan

tahap harus membuat pengaturan dan perubahan pemandangan dan

pencahayaan yang mudah dan sefleksibel mungkin. Latar dapat dipindahkan

selama pertunjukan, dan membuat jalan bagi produksi baru. Gerakan bisa

horisontal ke sayap di kedua samping atau ke belakang panggung. Hal ini juga

dapat vertikal menjadi flytower atau bawah vertikal ke basement panggung.

Tempat yang paling mudah untuk memindahkan pemandangan adalah sayap

panggung sehingga daerah ini penting. Ruang sayap juga perlu mengakomodasi

prop table (untuk pengaturan dan menjalankan alat peraga selama pertunjukan)

dan quick change areas (bilik sementara sering dibangun pada acara demi acara

dasar untuk memfasilitasi pemain perubahan kostum dengan beberapa derajat

privasi ketika tidak cukup waktu untuk kembali ke ruang ganti).

2. Overstage Machinery

Merupakan segala sesuatu peralatan yang berada diatas kepala. Hal ini

menyebabkan tingginya standard pada tingkat keamanan, dan segala operator

peralatan ini haruslah seorang tenaga ahli, karena peralatan ini mencakup

keselamatan semua pengguna auditorium.

Terdapat Hemp & Lock Rope pada peralatan atas kepala. Hemp adalah tali

tunggal yang berfungsi membawa hiasan, seperti chandelier, atau sejumlah tali,

biasanya tiga atau empat, terpasang ke pipa aluminium yang mengikat

pemandangan. Operator menaikkan dan menurunkan pemandangan ini dari

galeri di sisi flytower tersebut. Tali melewati katrol di grid dan diikat ke cleat

atau pin dipasang ke rel substansial di atas panggung sisi galeri ini, yang harus

(a) (b) (c)

Gambar 2.19 (a) wall frame, (b) grid installation, (c) fly gallery Sumber : Strong , J. 2010 : 105

Page 14: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

20

cukup lebar untuk menampung banyak operator yang diperlukan untuk

mengoperasikan peralatan. Dilengkapi dengan lock rope agar dapat

memberhentikan pemandangan/scenery sesuai keinginan.

3. Understage Machinery

Struktur Panggung

Struktur panggung haruslah dirancang agar kokoh dan kuat, untuk mengurangi

keadaan yang buruk saat panggung sedang terpakai. Panggung harus dapat

menahan bebang setidaknya segala property yang akan terpakai saat pentas dan

segala pemain yang ada, serta segala gaya tekan dari setiap gerakan, sehingga

tidak terjadinya kecelakaan. Struktur understage juga harus dapat memberikan

kestabilan untuk aktor , penari musisi , pemandangan , alat peraga , efek

mekanik dan peralatan teknis .

Gambar 2.20 (a) hemp fly gallery (b) The rope lock Sumber : Strong , J. 2010 : 108

Gambar 2.21 (a) Semi Sprung (b) Full Sprung Sumber : Strong , J. 2010 : 108

Page 15: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

21

Lift Panggung

Lift panggung digunakan untuk menaikkan dan menurunkan property teater

yang memiliki beban sedang. Lift ini memiliki ukuran yang bervariasi, yang

disesuaikan dengan kebutuhan didalam panggung dan juga fungsinya seperti lift

pengangkut property, lift pengangkut sebuah paduan suara, dan lainnya. Lift

mampu menggeser puluhan ton pemandangan/scenery.

Panggung Berputar/Revolve

Terkadang kita melihat didalam pertunjukan, terdapat mesin yang dapat

membuat sebagian bidang panggung dapat berputar, dan sedang populer. Mesin

itu adalah panggung berputar atau Revolve Stage. Mesin ini memiliki fungsi

yang mirip dengan lift panggung, hanya saja lebih terdapat estetika gerak saat

pemakain mesin ini di dalam pertunjukan. Prinsip kerja dapat dikombinasikan

dengan lift. Teknik berputar biasanya dapat juga digunakan untuk peralihan

adegan eksterior maupun interior.

Gambar 2.22 Lift Panggung

Sumber : www. Arthurlloyd.co.uk

Gambar 2.23 Panggung berputar Sumber : www.Telegraph.co.uk/culture/theatre

Page 16: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

22

Gambar 2.24 Diagram Posisi Lampu Royal Theatre Court, LX Department Sumber : Strong , J. 2010 : 123

Side

Ladders

Side

Booms

Perches

ProsceniuBox Boom

Box Boom

B. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam suatu

pementasan seni pertunjukan, khususnya Teater. Fungsi tata lampu dalam seni

pertunjukan bukan hanya sebagai penerangan dalam ruanngan, tetapi juga

sebagai estetika dalam dan penambah rasa dalam setiap gerakan yang dilakukan

pelaku pementasan.

1. Dimmer (Unit Kontrol Lampu)

Dimmer adalah unit listrik yang terdapat pada sirkuit pencahayaan, yang

mampu menaik turunkan intensitas cahaya yang dikeluarkan oleh lampu mulai

dari 0% hingga 100%. Dimmer memerlukan sebuah ruang yang terpisah dari

auditorium namun dapat mudah diakses dari ruang control pencahayaan, dan

harus memiliki sikulasi udara yang baik, dengan mempertahankan suhu yang

ideal serta kelembabannya, sehingga harus terdapat AC di dalamnya.

Tata letak ruangan sangat bergantung pada jenis sistem peredupan yang dipilih

tetapi asumsi dasar yang berguna adalah ruangan yang memiliki luas lantai

minimal 10 m2.

2. Posisi Perlengkapan Lampu

Page 17: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

23

Lampu Overstage

Hampir semua teater proscenium memiliki serangkaian perlengkapan lampu di

atas kepala, yang merupakan bagian dari flying system, yang memungkinkan

untuk menggantung lampu sebagai sumber pencahayaannya.

Lampu adalah perlengkapan di atas panggung, yang diinstalasi dengan cara

menggantungnya pada ketinggian tertentu sesuai jarak terhadap panggung,

sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Ketinggian dalam

menggantungan lampu biasanya pada level antara 5m - 15m. Akses fokus lampu

adalah masalah dan kebutuhan yang harus dipertimbangkan dalam setiap

mendesain gedung teater. Solusinya adalah dengan menggunakan serangkaian

lighting bridges atau jembatan lampu, dimana lampu digantung kedua sisi

catwalk sehingga dapat digunakan teknisi untuk sebagai akses ke perlengkapan.

Jembatan harus mampu dipasangkan semua jenis lampu teater dan lampu gerak

yang digantung di beberapa tempat yang berbeda ketinggiannya, tanpa

membatasi gerak lampu.

Gambar 2.25 (a) Auditorium Lighting Bridge di ceiling level (b) Contoh akses

vertikal dan horizontal posisi lampu (c) Ukuran minimal area untuk follow

Sumber : Appleton, I. 2008 : 187

Page 18: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

24

Lampu Side Stage

Selain lampu Overstage, sebuah panggung juga memerlukan lampu tangga

gantung pada sisi kiri dan kanan panggung pada ketinggian tertentu. Lampu

tangga gantung ini bergerak dari atas kepala menuju sisi panggung, dan lampu-

lampu tersebut dipindahkan sesuai kebutuhan saat pementasan.

Booms adalah tiang vertikal yang dipasangkan lampu, dapat

dipindahkan/movable dengan mudah karena memiliki roda pada dasar Booms.

Ini memungkinkan desainer pencahayaan menggunakan sudut cahaya yang

rendah di samping panggung. Penggunaan Booms ini biasanya hanya pada saat-

saat tertentu.

Gambar 2.26 Lighting Ladders Sumber : Strong , J. 2010 : 125

Gambar 2.27 Booms Royal Opera House Sumber : Strong , J. 2010 : 125

Page 19: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

25

Pencahayaan yang tidak kalah penting yaitu perch, sebuah menara vertikal yang

terletak didalam kedua sisi panggung. Mereka harus diakses oleh serangkaian

tangga / platform karena digantung seperti ladders. Jika teater memiliki lubang

proscenium, posisi perch harus dibelakang proscenium.

3. Lighting Control

Semua sistem pencahaan diatur dan dikontrol pada 1 ruangan khusus, yaitu

ruang kontrol pencahayaan, yang mampu mengontrol cahara mulai dari warna

hingga bentuk dari cahaya yang diinginkan.

Untuk teater yang menggunakan lengkungan procesnium, ruang kontrol

pencahayaan idealnya berada di pusat-belakang auditorium dengan jendela

observasi sehingga dapat mengontrol keadaan di panggung, tidak terganggu

oleh pilar atau oleh kepala penonton dan tidak terdistorsi (dengan memiringkan,

atau refleksi). Ruangan harus memiliki akustik yang terisolasi dari auditorium.

Membuka jendela dapat dilakukan untuk kontak langsung dengan auditorium

jika diperlukan.

Gambar 2.28 Perch Sumber : Strong , J. 2010 : 125

Gambar 2.29 Ruang Kontrol Lighting Sumber : Strong , J. 2010 : 127

Page 20: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

26

C. Sistem Tata Akustik

Sebuah infrastruktur sistem suara dirancang dengan baik adalah kunci

komponen dalam keberhasilan setiap seni pertunjukan bangunan. Pendekatan

dasar untuk proses desain adalah untuk menetapkan lokasi pusat untuk sound

system peralatan dan patch, jenis fasilitas yang dibutuhkan seluruh bangunan,

dan posisi di mana fasilitas yang diperlukan.

1. Posisi Pengeras suara

Pencitraan dari sumber suara dalam teater sangat penting . Para pendengar harus

bias merasakan bahwa suara yang datang adalah dari suara pelaku dan pengeras

suara yang tergantung pada proscenium. Posisi ideal kedua sisi proscenium

adalah ranka tangga tetap atau “booming proscenium” dari dimana sistem

speaker (dan beberapa unit pencahayaan) dapat digantung.

Gambar 2.30 Tata letak sound Sumber : Strong , J. 2010 : 132

Page 21: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

27

2. Ruang Peralatan Sound Sistem

Gedung pertunjukan teater harus memiliki ruang yang dapat menyimpan semua

peralatan sound system yang dibutuhkan.

Sebuah teater kecil/ruang studio kapasitas 250 kursi keatas kemungkinan

akan membutuhkan 3 atau 4 rak peralatan, yang berarti ruang peralatan

minimal 3m x 4m.

Sebuah teater menengah hingga 750 kursi akan membutuhkan 7 atau 8 rak

,dan membutuhkan ruang 5m x 4.5m.

Sebuah teater besar 1.200 kursi atau lebih, kemungkinan akan

membutuhkan 10 atau lebih rak dan kamar minimal 5m x 6m. Teater

berkapasitas besar ini mungkin juga perlu peralatan lain dekat dengan

ruangan loudspeaker untuk mengakomodasi amplifier.

3. Ruang Kontrol Sound

Sebagai aturan umum ruang kontrol suara terletak di belakang auditorium (bagi

yang tidak menyediakan ruang operasi untuk sebagian besar acara). Ada juga

yang menggunakan ruangan berjendela untuk ruang control suara /mixer room.

Ruang kontrol suara untuk teater

Ruang kontrol bersama oleh beberapa personel (pencahayaan, manajemen

panggung, otomatisasi, dll) dengan jelas pandangan ke panggung.

Jendela harus miring beberapa derajat untuk mencegah operator dapat

melihat refleksi mereka sendiri di kaca.

Gambar 2.31 Ruangan rak sound sistem Sumber : Strong , J. 2010 : 129

Page 22: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

28

Gambar 2.32 Ruang kontrol dibelakang auditorium Sumber : Strong , J. 2010 : 134

Gambar 2.33 Ruang kontrol yang dipisah Sumber : Strong , J. 2010 : 135

Sebuah bukaan jendela meningkatkan komunikasi selama set-up dan

latihan.

lantai komputer sering digunakan untuk mengelola kabel untuk dipasang

patch dan peralatan rak.

Ruang kontrol terpisah antara lighting, sounds dan video

Sebuah pengaturan yang lebih baik adalah membagi ruang kontrol sesuai

fungsi dengan ruang terpisah untuk pencahayaan, suara dan peralatan

video proyeksi. Efektivitas ruang kontrol untuk mixer sound akan

tergantung pada daerah dari bukaan jendela dan kedalaman balkon setiap

overhang depan.

D. Sistem Penghawaan

Dasar pertimbangan pemilihan sistem penghawaan pada gedung teater,

antara lain :

1. Analisa suhu rata-rata suatu daerah yang direncanakan.

2. Volume ruang sangat erat hubungangnnya dengan sistemp

penghawaaan sehingga menjadi penentu besar dan kecilnya

kebutuhan pengahawaan dalam ruang.

Page 23: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

29

3. Sifat, kebutuhan serta jenis ruang yang diinginkan menjadi salah satu

pertimbangan dalam menentukan system penghawaan. Biasanya

menggunakan AC central pada auditorium.

4. Standar kenyamanan sebuah ruang (Termal Comfort) berkisar antara

18o--20oC, selisih suhu pada ketinggian 0,5m – 1,5m diatas lantai

kurang dari 2oC

5. Sistem penghawaan alami yaitu penggunaan bukaan sebagai

sirkulasi udara dengan cross ventilation.

6. Sistem penghawaan buatan yaitu penghawaan dengan penggunaan

teknologi yang mampu memberikan kenyamanan suatu ruang hingga

terpenuhinya termal comfort.

Distribusi Udara

Keharusan selama pertunjukan adalah pasokan udara dingin yang bersih.

Ada dua model utama untuk distribusi udara.Pertama memperkenalkan

udara dingin pada tingkat tinggi yang dicampur dengan udara ruangan untuk

memberikan kenyamana merata anseluruh ruang. Ekstraksi umumnya pada

tingkat rendah terletak untuk meningkatkan sirkulasi yang baik seluruh

ruang. Kedua menyediakan udara dingin pada tingkat yang rendah,

berdekatan dengan penonton. Udara ini didinginkan kemudian ditarik ke

atas karena ekstraksi pada tingkat tinggi (lihat Gambar 2.34).

Gambar 2.34 Distribusi udara dingin dan udara panas Sumber : Strong , J. 2010 : 85

Page 24: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

30

2.1.5 Struktur Pada Gedung Pertunjukan Teater

Struktur pada gedung pertunjukan teater biasanya memakai struktur cangkang

dengan memiliki beberapa alasan, salah satu alasannya adalah karena fungsi gedung

pertunjukan yang memiliki tuntutan bangunan wide span/bentang lebar dan tuntutan

akustik yang baik.

1. Pengertian Struktur Cangkang

Menurut Joedicke (1963) struktur shell adalah plat yang melengkung ke satu

arah atau lebih yang tebalnya jauh lebih kecil daripada bentangnya. Menurut

Schodeck (1998), shell atau cangkang adalah bentuk struktural tiga dimensional

yang kaku dan tipis yang mempunyai permukaan lengkung. Menurut Ishar

(1995), cangkang atau shell bersifat tipis dan lengkung.

2. Klasifikasi Bentuk Cangkang

Bentuk shell terdapat tiga macam sesuai dengan bentuk terjadinya:

a. Rotational Surface

Rotational Surface adalah bidang yang diperoleh apabila suatu garis

lengkung yang datar diputar terhadap suatu sumbu. Shell dengan permukaan

rotational dapat dibagi tiga yaitu, Spherical Surface, Elliptical Surface,

Parabolic Surface.

b. Transitional Surface

Transitional Surface adalah bidang yang diperoleh apabila ujung – ujung

suatu garis lurus digeser pada dua bidang sejajar. Shell dengan permukaan

transitional dibagi dua yaitu Cylindrical Surface dan Elliptical Surface.

Gambar 2.35 Rotational Surface Sumber : Billington, D 1990 : 105

Gambar 2.36 Transitional Surface Sumber : Billington, D 1990 : 105

Page 25: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

31

c. Translational Surface

Translational Surface adalah bidang yang diperoleh dengan garis lengkung

yang datar digeser sejajar diri sendiri terhadap garis lengkung yang datar

lainnya. Shell dengan translational dibagi menjadi Hyperbolic Paraboloid dan

Conoid.

3. Syarat Struktur Cangkang

Struktur Shell/ cangkang pada umumnya harus memiliki syarat – syarat yang

dapat diterapkan sehingga menunjang kemampuan Shell sebagai sebuah

struktur. Syarat – syarat yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Harus memiliki bentuk lengkung tunggal atau ganda (Single or Double

Curves)

2. Harus tipis terhadap bentuk permukaan atau bentangannya

3. Harus dibuat dari bahan yang keras, ulet dan tahan terhadap tarikan dan

tekanan

4. Penggolongan Struktur Cangkang

Struktur Shell digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan

pembentukan secara geometri, yaitu seperti tertera di gambar.

Gambar 2.37 Translational Surface Sumber : Billington, D 1990 : 105

Gambar 2.38 Pembentukan Shell Secara Geometri Sumber : Billington, D 1990 : 105

Page 26: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

32

2.2 Studi Banding Fasilitas Sejenis

A. Balai Sarbini

Nama Gedung : Balai Sarbini

Penggagas : MH Sarbini

Arsitek : Ir. Moerdoko

Tahun Dibangun : 6 Januari 1965

Lokasi : Jl. Jendral Gatot Subroto, Jakarta

Terletak di jantung kota Jakarta, yaitu di Jl. Jendral Gatot Subroto. Lokasi yang

sangat strategis dimana Balai Sarbini terletak dekat dengan Hotel Hilton, pusat

perbelanjaan Plaza Semanggi, dan pusat kawasan bisnis di Jakarta. Fungsi utama dari

bangunan ini adalah sebagai sebuah gedung pertunjukan musik. Karena letaknya yang

sangat strategis sehingga akses menuju ke bangunan ini dapat dicapai dari segala arah.

Gambar 2.39 Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com

Gambar 2.40 Peta Lokasi Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com

Page 27: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

33

LOBBY

Pintu masuk utama balai sarbini terletak dilokasi yang sama dengan lobby barat

the plaza semanggi. Pintu masuk lainnya dapat diakses dari shopping mall. Pra-fungsi

area lobby nyaman dapat menampung 500 orang, untuk penerimaan atau pemesanan

makanan para pengunjung berdiri di depan kantin yang siap menyediakan makanan dan

minuman atau layanan yang dibutuhkan. Lobi juga memiliki 4 kamar individu yang

berfungsi/dapat digunakan sebagai ruang tunggu vip, ruang ganti artis, ruang makan

untuk panitia, dll.

Gambar 2.41 Lobby Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com

Page 28: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

34

MAIN HALL

Terdapat empat tangga masuk dari lobby menuju ke main hall. Kapasitas tempat

duduk untuk akomodasi kenyamanan yaitu 1300 orang untuk theatre-style dan terdapat

46 kursi VIP. Dengan 3 pintu keluar yang bersebelahan dengan lantai dua dari The

Plaza Semanggi Shopping Mall. Area belakang panggung, difungsikan sebagai ruang

tunggu artis, dua buah ruang ganti dan sebuah rest room.

Gambar 2.42 Main Hall Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com

Page 29: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

35

STAGE

Panggung dirancang secara khusus menggunakan bahan kayu yang terdiri dari

tiga level dengan kapasitas 50 buah peralatan profesional orkestra dan 30 choir dalam

sekali pertunjukan.

Gambar 2.43 Stage Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com

Page 30: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

36

SOUND SYSTEM

Sound systemyang berada di Balai Sarbini:

Sound system daya hingga 20.000 watt

Digital mixer (spesifikasi: yamaha dm 2000)

11 build-in speaker, 8 memantau pembicara, 2 mikrofon nirkabel, 8 mikrofon vokal, 6

mikrofon choir, 1 tape pemain

LIGHTING

Pada Balai Sarbini terdapat sistem pencahayaan standar sebagai berikut:

Build-in rigging

Lighting system mixers

8 bar parcan light 64

16 fresnel light

Follow spot 1200 wat

3 mac 500 (profil)

6 moving head fineart 1200 watt

Gambar 2.44 Sound System and Lighting Hall Balai Sarbini Sumber : www.BalaiSarbini.com

Page 31: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

37

B. Bali Nusa-Dua Theatre

Nama Gedung : Bali Nusa Dua Theatre

Owner : Grand Mirage Group

Arsitek : PT. Rancang Persada Jakarta

Lokasi : Komplek BTDC, Nusa Dua

Luas : ±1 Ha

Fungsi : Gedung Pertunjukan Teater

Kapasitas : 700 orang

Tahun : 2010

Bali Nusa Dua Theater memulai pembangunannya pada tahun 1998, dengan mengalami

banyak kendala, dan sempat terhenti, dan selesai terbangun dengan status siap pakai pada tahun

2010. Gedung ini biasa menampilkan seni pertunjukan kontemporer, baik drama, teatrikal,

maupun tarian, dan tujuan dibangunnya gedung ini adalah sebagai fasilitas seni pertunjukan di

kawasan BTDC Nusa Dua. Terdapat kata “DEVDAN” di depan pintu masuk gedung, yang

merupakan kelompok regular teater yang bermain di gedung ini. Devdan berasal dari bahasa

Sansekerta yang memiliki arti Pemberian dari Tuhan.

Terdapat beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan dan fungsi dari gedung ini,

yaitu Restaurant, Hotel, Area Parkir, dan lainnya. Jarak gedung ini dari Kota Denpasar

adalah 24,3 Km, dengan waktu tempuh sekitar 20 menit (Jalan Tol) - 40 menit (By

Pass).

Gambar 2.45 Eksterior Bali Nusa Dua Theatre Sumber : Google Image Search

Page 32: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

38

Gambar 2.46 Parkir Depan Sumber : Tobing, Yosep. 20 Oktober 2014

Gambar 2.47 Porte/Tempat Kedatangan/Drop

Off Sumber : Tobing, Yosep. 20 Oktober 2014

Gambar 2.50 Auditorium Bali Nusa Dua Theatre

Sumber : http://www.devdanshow.com

Gambar 2.48 Bentuk Auditorium

Sumber : http://www.devdanshow.com

Gambar 2.49 Tingkatan Tempat Duduk

Sumber : http://www.devdanshow.com

Page 33: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

39

C. Bali Agung Theatre

Nama Gedung : Bali Agung Theatre

Owner : Keluarga Manansang

Lokasi : Jl. Prof Ida Bagus Mantra (Bali Safari & Marine Park)

Luas : ±1 Ha

Fungsi : Gedung Pertunjukan Teater

Kapasitas : 1200 orang

Tahun : 2010

Gedung teater ini dikelola oleh Bali Safari-Marine Park dengan kapasitas

gedung teater sebanyak 1200 orang dan merupakan gedung pertunjukan terbesar di

Bali. Gedung ini berfungsi sebagai fasitas untuk membuat pagelaran seni pertunjukan

di Taman Bali Safari ini. Gedung ini memiliki ruang-ruang antara lain seperti Lounge,

Auditorium denga gaya Proscenium, Information Centre, Loker, dan lainnya.

Gedung ini biasa dipakai untuk pementasan seni pertunjukan kontemporer,

sehingga ketika konsep pemakai ingin modern ataupun tradisional dapat diatur sesuai

keinginan. Sering terlaksana pertunjukan-pertunjukan yang berkelas Nasional maupun

Internasional di gedung ini. Gedung ini terawat dengan peraturan yang tidak

memperbolehkan membawa makanan dan minuman, kamera, tas dan jaket kedalamnya,

sehingga gedung senantiasa terawat.

Dekorasi pada interiornya banyak menggunakan material kayu, seperti pada

lantai, loker, dan hampir semua ornamentnya terbuat dari kayu. Penggunaan material

ini berpengaruh terhadap gaya bangunan yang terkesan natural tropis yang mungkin

diterapkan pada bangunannya.

Gambar 2.51 Entrance Gate Bali Safari Sumber : www.indonesia.travel

Page 34: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

40

Gedung ini memakali bentuk proscenium, yang dapat terlihat dari bentuk

panggung dan juga sistempeletakan kursi bagi penonton. Proscenium pada gedung

pertunjukan Bali Agung Theatre, diberi ornamen yaitu karang boma dan ukiran Bali.

Tema klasik modern sangat terasa dengan memadukan budaya dan kecanggihan

teknologi.

Gambar 2.52 Corak pada tembok proscenium Sumber : www.balisafarimarinepark.com

Gambar 2.53 Interior Gedung Teater Sumber : www.marshallday.com

Gambar 2.55 Lounge Sumber : www.balisafarimarinepark.com

Gambar 2.56 Sirkulasi/Foyer Sumber : www.balisafarimarinepark.com

Gambar 2.54 Auditorium Bali Agung Theatre Sumber : www.balisafarimarinepark.com

Page 35: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

41

Tabel 2.2 Kajian Fasilitas Sejenis

Objek Studi

Kriteria

Objek I Objek II Objek III

Balai Sarbini Nusa Dua Theater Bali Theatre Agung

lokasi Jl. Jendral Gatot

Subroto, Jakarta

Komplek BTDC, Nusa

Dua , Bali

Jl. Prof Ida Bagus

Mantra (Bali Safari &

Marine Park)

Jenis Kegiatan

Pementasan Teater,

Graduation ,Seminar ,

Kontes Kesenian,

Peluncuran Produk,

Pertunjukan musik

Pementasan Teater,

Graduation ,Seminar ,

Resepsi Pernikahan,

Peluncuran Produk,

Pertunjukan musik

Pementasan Teater,

Graduation ,Seminar ,

Resepsi Pernikahan,

Peluncuran Produk,

Pertunjukan musik

Sistem Pelayanan

Pembelian tiket bisa

melalui media online ,

SMS dan membeli

langsung pada loket

Pembelian tiket bisa

melalui media online ,

SMS dan membeli

langsung pada loket

Pembelian tiket bisa

melalui media online ,

SMS dan membeli

langsung pada loket

Fasilitas

Restaurant, Cafe & Bar,

Ruang Tunggu VIP,

Lobby

Restauran, mini Bar,

taman untuk pertemuan

dan tempat makan

Cyclorama backdrop,

Opern Stage, Bar,

Lounge,

Kapasitas 1300 orang 700 orang 1200 orang

Teknologi

Pengait pemain untuk

pementasan

menggantung di udara,

dan lift panggung.

Pengait pemain untuk

pementasan

menggantung di udara

Cyclorama yang

dikombinasikan video

proyekting

Seating arrangement

Berbentuk ¾ lingkaran

untuk penonton, dan ¼

lingkaran untuk

panggung, memiliki

tingkat disetiap barisnya.

Berbentuk setengah

diamon memiliki tingkat

disetiap barisny yang

berpola linier

Berbentuk setengah

lingkaran memiliki

tingkat disetiap barisnya

Dekorasi Ruang

Dekorasi langit-langit

dengan warna awan, dan

dekorasi ruangnya

condong menekankan

warna emas dengan

bentuk Amphitheatres

sebagai bentuk

auditorium

Dekorasi dominan warna

merahdan hitam

sehingga terlihat megah

dan memiliki standar

internasional

Terlihat elegan dengan

wallpaper dengan warna

biru gelap yang

dikombinasikan dengan

warna merah dari warna

bangku dan warna coklat

dari warna lantai.

Dari studi banding 3 fasilitas sejenis diatas, dapat saya simpulkan bahwa gedung

teater merupakan gedung yang berfungsi untuk mewadahi pementasan seni-seni

pertunjukan, seni pertunjukan tersebut dapat berupa pertunjukan teater, pertunjukan

musik, pertunjukan tari, pertunjukan akrobatik, dan seni pertunjukan lainnya.

Page 36: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

42

Gedung-gedung teater masa kini sudah mampu mengembangkan pementasan

dengan cara membuat setiap pementasan terasa lebih nyata, seperti membuat pelaku

pementasan untuk melayang diudara, membuat pelaku pementasan mucul dari bawah

panggung, dan banyak lagi hal yang mampu membuat pementasan terasa lebih nyata.

Hal ini tidak lepas dari perkembangan teknis pementasan yang sudah modern dan

diterapkan di dalam gedung teaterikal ini.

Gedung ini mampu dikembangkan dengan penambahan berbagai fungsi, seperti

perpustakaan kecil, ruang pameran, ruang diskusi, dan lainnya. Ini berfungsi sebagai

daya tarik wisatawan untuk mendapatkan ilmu yang lebih lagi, dan mengenalkan

budaya lokal kita kepada mereka agar bisa lebih berkembang lagi.

2.3 Spesifikasi Umum Gedung Teater Kontemporer

Spesifikasi umum pada Gedung Teater Kontemporer ini didasarkan oleh kajian

fasilitas sejenis dan kajian teori.

2.3.1 Tujuan

Tujuan utama dirancangnya Gedung Teater Kontemporer ini adalah untuk

melestarikan unsur-unsur seni dan budaya setempat agar tidak punah, khususnya dalam

seni pertunjukan yang ditargetkan pada pementasan Teater Kontemporer, dan juga

menjadikan pelestarian itu sebagai daya tari terhadap penduduk dan semua wisatawa

untuk datang.

Selain itu, dengan adanya gedung ini diharapkan untuk bisa juga merangkul dan

menampung setiap seniman yang ingin menampilkan karya-karya mereka, baik dalam

seni tari, musik, teater, maupun seni lainnya. Dengan ini juga dapat memberikan

edukasi bagi setiap pengunjung yang datang.

2.3.2 Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan pada Gedung Pertunjukan Teater adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Utama

Menonton pagelaran seni pertunjukan kontemporer, dengan sistem

pencahayaan, penghawaan dan akustik yang baik. Selain itu memberikan

edukasi dari pesan-pesan pementasan tersebut kepada penonton, dan edukasi

melalui bacaan.

Page 37: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

43

2. Kegiatan Penunjang

Penampilan dalam pameran-pameran seniman Bali dengan karya-karya seni

terhadap pengunjung, baik itu merupakan penduduk lokal, wisatawan dalam

negri, ataupun wisatawan internasional, yang membantu melestarikan budaya

Bali.

3. Kegiatan Pengelola

Merupakan kegiatan yang mendukung kegiatan utama dan penunjang.

Pengelola dari pihak swasta yang memiliki akses wisata internasional, sehingga

Gedung pertunjukan teater dapat beroperasi dengan baik dan selalu memiliki

pengunjung dari wisatawan domestik dan asing. Badan pengelola harus

memiliki struktur manajemen pada bagian administrasi, bagian marketing,

bagian pelayanan, dan bagian operasional termasuk maintenance.

2.3.3 Fasilitas dan Kebutuhan Ruang

Berdasarkan jenis kegiatan, fasilitas – fasilitas yang diperlukan pada Gedung

Pertunjukan Teater Kontemporer ini, meliputi:

1. Theatre Hall,

2. Auditorium,

3. Lobi

4. Taman,

5. Foyer

6. Kantin/Food Court,

7. Front Of House dan Backstage,

8. Kantor Pengelola

9. Kios Souvenir

10. Panggung Taman

11. Fasilitas pendukung seperti Ruang ME dan Toilet.

Fasilitas tersebut untuk menampung kegiatan rekreasi bagi para pengunjung

yang datang dan pengelola pada gedung pertunjukan ini

2.3.4 Prinsip Umum

1. Prinsip Umum Besaran Proyek

Besaran proyek Gedung Teater Kontemporer ini mengacu pada kapasitas

Auditorium, Luasan Panggung, Taman, dan fasilitas pendukung lainnya seperti

Lounge, Ruang Pameran, Restaurant, Perpustakaan kecil dan Ruang Pameran.

Page 38: BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG TEATER KONTEMPORER. BAB II.pdfmengenai tinjauan teori, studi banding terhadap proyek sejenis, dan spesifikasi umum gedung pertunjukkan seni teater.

44

2. Prinsip Umum Penetapan Lokasi

Dalam menentukan lokasi tapak yang akan dirancang Gedung pertunjukan

teater, harus berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu (a) aksesbilitas

transportasi (mudah dicapai, kepadatan jalur), (b) Prasarana dan utilitas

lingkungan yang mendukung (listrik,air,jalan), (c) Kederkatan dengan objek

wisata/ kawasan wisata, (d) Luas Site dan Bentuk Site, (e) Polusi udara, air, dan

suara.

3. Prinsip Umum Pembiayaan dan Pengelolaan Proyek

Dalam mewujudkan Gedung pertunjukan teater yang berkapasitas besar ini,

dibutuhkan pihak-pihak swasta yang mau bekerja sama sebagai investor untuk

mendanai proyek ini. Dengan potensi Gedung pertunjukan teater yang dapat

menjadi objek wisata akan memberikan keuntungan bagi investor.