BAB II LANDASAN TEORI A. 1. Matematika dan …eprints.uny.ac.id/42511/2/BAB II.pdf · Pengajaran...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. 1. Matematika dan …eprints.uny.ac.id/42511/2/BAB II.pdf · Pengajaran...
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Matematika dan Pembelajaran Matematika
a. Matematika
Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno (μάθημα
atau máthēma) yang berarti studi besaran, struktur, ruang, dan
perubahan. Secara khusus (μαθηματικὴ τέχνη atau mathēmatikḗ
tékhnē), di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni
matematika.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI,
2007: 723) matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan,
hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
Matematika digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
hubungan antara bilangan, himpunan, objek, dan konsep baik secara
visual, simbolik, lisan maupun dengan tulisan. Matematika tidak
hanya sekedar penerapan keterampilan numerasi dasar semata,
melainkan juga merupakan kendaraan utama untuk mengembangkan
kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif bagi manusia
(Muijs dan Reynolds, 2008: 333).
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga
13
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan
bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan
persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
ilmu tentang bilangan-bilangan yang timbul dari pemikiran manusia
yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika juga
merupakan serangkaian metode untuk menarik kesimpulan serta
mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa.
b. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang berbeda,
namun memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan
lainnya terutama dalam proses pendidikan. Perbedaan antara belajar
dan pembelajaran terletak pada penekanan masalah di dalamnya.
Belajar merupakan sebuah proses dimana siswa secara aktif
membangun pengetahuannya sendiri dengan memasukkan apa yang
diperoleh dari luar kedalam pikirannya sehingga mampu memberikan
makna melalui pengalaman yang nyata (Rusman, 2012: 193).
Sedangkan pembelajaran adalah upaya yang yang dilakukan secara
sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai
metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
efisien serta dengan hasil yang optimal (Sugihartono, 2007: 81).
Dalam proses pembelajaran melalui tiga pokok tahapan, yaitu:
14
1) Tahap perencanaan pembelajaran
Perencanaan merupakan suatu proses yang terencana
sebagai dasar untuk melakukan kegiatan dimasa mendatang.
Perencanaan pembelajaran sangat penting dilakukan untuk
mengkoordinasikan komponen-komponen yang ada dalam
pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, bahan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran,
media, sumber dan evaluasi.
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa (Oemar
Hamalik, 2003: 54). Jadi dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pembelajaran selain sebagai alat kontrol juga
berguna sebagai pegangan bagi guru dalam pelaksanaan
pembelajaran. Seorang guru haruslah memiliki kemampuan
dalam merencanakan pembelajaran. Oleh karena itu seorang
guru sebelum mengajar hendaknya menyusun perencanaan
pembelajaran yang hendak dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan pembelajaran
Guru memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru. Pada pelaksanaan
pembelajaran guru hendaknya mengatur kondisi yang
mempengaruhi pembelajaran, antara lain tentang isi,
15
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses
belajar mengajar.
3) Tahap pengevaluasian dan tindak lanjut
Menurut Muhibbin Syah (2003: 141) menyatakan bahwa
evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.
Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilakukan oleh guru
yaitu sebagai berikut:
a) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil
penelitian.
b) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan
alternatif kegiatan.
c) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan
menjelaskan atau memberikan bahan materi pokok
yang akan dibahas pada pelajaran selanjutnya.
c. Pembelajaran Matematika SMA
Pembelajaran matematika merupakan proses komunikasi antar
siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan
sikap dan pola pikir agar siswa memiliki kemampuan matematis yang
baik. Siswa harus mampu berperan aktif, langsung terlibat, dalam
mengkontruksi pengetahuannya sendiri oleh karena itu yang harus
dilakukan guru adalah menjadi fasilitator bagi siswa sehingga
membuat kegiatan pembelajaran berhasil.
16
Menurut Soedjadi (1999: 173), tidak semua siswa yang menerima
matematika akhirnya tetap menggunakan dan menerapkan yang telah
dipelajarinya. Sehingga guru memiliki peran yang sangat penting agar
siswa mampu mengembangkan sikap dan kemampuan intelektualnya
dalam belajar matematika. Guru harus mampu mendesain secara
kreatif pembelajaran matematika sedemikian sehingga, dalam belajar
matematika siswa dapat berhasil.
Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan
pendidikan SMA/MA meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut:
1) Aljabar
2) Geometri
3) Trigonometri
4) Kalkulus
5) Statistika dan peluang
Pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi peran utama
dalam proses pembelajaran, tetapi siswa yang harus berperan aktif
dalam pembelajaran, sehingga permasalahan matematika yang
disajikan secara abstrak mampu dikaitkan dengan konteks dunia
nyata. Tujuannya agar siswa mampu memahami permasalahan dan
mampu mengaplikasikan dalam permasalahan yang berbeda.
Jadi pembelajaran matematika di SMA tidak hanya memberikan
siswa materi dengan memberikan rumus-rumus tanpa mengetahui
17
asal-usulnya namun menekankan pada pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep matematika agar mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengerjakan soal-soal dan mengaplikasikan konsep-
konsep yang telah didapatkan pada kehidupan sehari-hari.
2. Perangkat Pembelajaran Matematika dan Penyajiannya
a. Pengertian Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, media, petunjuk,
dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Menurut Nazarudin (2007: 113) perangkat pembelajaran adalah
persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil
yang diharapkan. Sedangkan Andy Rusdi (2008) menjelaskan bahwa
perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang
digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Menurut Trianto (2009: 22) perangkat pembelajaran yang diperlukan
dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS),
Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media
pembelajaran, serta buku ajar siswa.
Jadi perangkat pembelajaran adalah sejumlah media yang
dipersiapkan dan telah disusun sedemikan rupa yang digunakan oleh
guru dan siswa untuk melakukan proses pembelajaran di kelas
sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif guna mencapai
18
tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini perangkat pembelajaran
yang dikembangkan berupa RPP dan LKS.
b. Macam-macam Perangkat Pembelajaran
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a) Pengertian
Menurut Supinah (2008: 26) RPP adalah suatu prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
standar isi. RPP merupakan suatu panduan langkah-langkah
yang akan digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar-
mengajar yang disusun dalam bentuk skenario pembelajaran
(Trianto, 2009: 214). Lingkup rencana pembelajaran paling
sedikit mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1
(satu) indikator atau lebih.
b) Prinsip Pengembangan RPP
Menurut Mulyasa (2009: 222) cara pengembangan RPP
dalam garis besaranya sebagai berikut:
(1) Mengisi kolom identitas
(2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk
pertemuan yang telah ditetapkan
(3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, serta indikator yang akan digunakan
19
(4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dasar, serta indikator yang telah
ditentukan
(5) Mengidentifikasikan materi standar berdasarkan
materi pokok
(6) Menentukan metode pembelajaran yang akan
digunakan
(7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang
dibagi menjadi tiga bagian yaitu pembukaan,
kegiatan inti, dan penutup. Berikut akan dijabarkan
satu persatu.
(a) Pendahuluan, dalam hal ini guru perlu
menyiapkan peserta didik secara fisik dan
psikis, mengajukan pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang
hendak dipelajari, menjelaskan tujuan
pembelajaran, dan menyampaikan cakupan
materi.
(b) Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran
dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik yang berpartisipasi aktif, serta
20
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
(c) Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindak lanjut.
(8) Menentukan sumber belajar yang digunakan
(9) Menyusun kriteria penilaian, contoh soal, dan teknik
penskoran
2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
a) Pengertian
Menurut Azhar Arsyad (2011: 78), LKS merupakan lembar
kegiatan bagi siswa dalam kegiatan intrakulikuler maupun
kokulikuler untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap
materi tertentu. LKS sebagai salah satu sarana yang dapat
digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar (Hendro dan
Kaligis: 1993: 41).
LKS merupakan lembaran yang digunakan siswa untuk
mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang
21
dipelajarinya seperti melakukan pengamatan,
mengidentifikasikan bagian-bagian, melakukan pengukuran,
dan mencatat data hasil pengamatan. Aktivitas yang
dikerjakan dalam LKS harus sesuai dengan KD yang akan
dicapai sehingga siswa dapat menemukan dan membangun
konsepnya sendiri.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) adalah sekumpulan lembaran yang
disusun sedemikian rupa yang berisi informasi serta instruksi
yang digunakan oleh siswa agar dapat mengerjakan suatu
kegiatan pembelajaran secara mandiri dengan mengembangkan
proses berpikir siswa.
b) Manfaat LKS
Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKS
(Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992: 40), antara
lain:
(1) Memudahkan guru dalam mengelola proses belajar,
misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana “guru
sentris” menjadi “siswa sentris”.
(2) Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat
menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri
atau kelompok kerja.
22
(3) Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan
proses, mengembangkan sikap ilmiah serta
membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya.
(4) Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk
mencapai sasaran belajar.
c) Syarat Lembar Kegiatan Siswa yang Baik
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang baik harus memenuhi
syarat (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992: 41-
46) sebagai berikut:
(1) Syarat-syarat Didaktik
LKS sebagai salah satu bentuk sarana
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar haruslah
memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus
mengikuti asas-asas belajar-mengajar yang efektif,
yaitu:
(a) Memperhatikan adanya perbedaan individual
(b) Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-
konsep
(c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai
media dan kegiatan siswa
(d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi
sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri
siswa
23
(e) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan
pengembangan pribadi siswa dan bukan
ditentukan oleh materi bahan pelajaran
(2) Syarat-syarat Konstruksi
Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan
dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-
kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada
hakikatnya haruslah tepat, dalam arti dapat dimengerti
oleh pengguna yaitu siswa.
(a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan siswa
(b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas
(c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa
(d) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka
(e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar
kemampuan keterbacaan siswa
(f) Menyediakan ruang yang cukup untuk memberi
keleluasaan pada siswa untuk menuliskan
jawaban atau menggambar pada LKS
(g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan
pendek
24
(h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada
kata-kata
(i) Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang
lamban maupun yang cepat
(j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta
bermanfaat sebagai sumber motivasi
(k) Mempunyai identitas untuk memudahkan
administrasinya
(3) Syarat-syarat Teknis
Syarat ini menekankan pada penyajian LKS, yaitu
berupa tulisan, gambar, dan penampilannya dalam
LKS. Syarat teknis penyusunan LKS sebagai berikut:
(a) Tulisan
Menggunakan huruf cetak dan tidak
menggunakan huruf Latin atau Romawi
Gunakan huruf tebal yang agak besar
untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi
garis bawah
Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam
satu baris
Gunakan bingkai untuk membedakan
kalimat perintah dengan jawaban siswa
25
Usahakan perbandingan besarnya huruf
dengan besarnya gambar serasi
(b) Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah
gambar yang dapat menyampaikan pesan atau
isi dari gambar tersebut secara efektif kepada
pengguna LKS
(c) Penampilan
Penampilan LKS yang menarik akan
membuat siswa tertarik untuk belajar
menggunakan LKS.
d) Langkah-langkah Penyusunan LKS
Dalam penyusunan LKS diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut (Dikmenum, 2008: 23-24):
(1) Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS diperlukan guna mengetahui
jumlah LKS yang harus ditulis dan menentukan urutan
LKS yang akan dibuat. Urutan LKS sangat diperlukan
dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan
analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
(2) Menentukan judul-judul LKS
26
Penentuan judul LKS berdasarkan pada kompetensi
dasar materi pokok atau pengalaman belajar yang
terdapat dalam kurikulum.
(3) Penulisan LKS
Penulisan LKS dilakukan dengan beberapa tahapan
sebagai berikut:
(a) Merumuskan Kompetensi Dasar yang harus
dikuasai
(b) Merancang media
(c) Menentukan bentuk penilaian
(d) Menyusun materi, dan
(e) Struktur LKS secara umum sebagai berikut:
- Judul
- Petunjuk belajar (petunjuk siswa)
- Kompetensi yang akan dicapai
- Informasi pendukung
- Tugas-tugas, langkah-langkah kerja, dan
- Penilaian
c. Kualitas Perangkat Pembelajaran
Nieveen (1999: 126-127) menyatakan kualitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan haruslah memenuhi kriteria valid,
praktis, dan efektif. Berikut merupakan penjelasan dari aspek yang
akan digunakan dalam pengembangan LKS pada penelitian ini.
27
1) Aspek Kevalidan
Perangkat pembelajaran dikatakan valid menurut Nieveen
(1999) dapat dilihat dari:
a) Apakah kurikulum atau model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pada state-of-the art
pengetahuan;
b) Apakah berbagai komponen dari perangkat pembelajaran
terkait secara konsisten antara yang satu dengan lainnya.
Jika perangkat pembelajaran memenuhi semua pernyataan di
atas, maka perangkat pembelajaran dapat dikatakan valid. Dalam
penelitian ini, validator akan memberikan penilaian terhadap
perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Apabila
memenuhi semua pernyataan di atas maka hasil penilaian validator
menyatakan bahwa perangkat pembelajaran layak digunakan
dengan revisi atau tanpa revisi.
Kelayakan dinilai dari empat aspek kelayakan yang ditentukan
oleh BSNP yang meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan,
kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan.
2) Aspek Kepraktisan
Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika guru dan siswa
mempertimbangkan perangkat pembelajaran mudah digunakan.
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika
para responden menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat
28
digunakan dalam pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil angket
respon siswa.
3) Aspek Keefektifan
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa berhasil
dalam proses pembelajaran dan terdapat kekonsistenan antara
kurikulum, pengalaman belajar siswa, dan pencapaian proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran
dikatakan efektif ditunjukkan dengan tes hasil belajar yang sesuai
dengan KKM.
3. Materi Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu trigon yang berarti
segitiga dan metro yang berarti ukuran, jadi trigonometri dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran dalam segitiga (Smith,
1953: 600). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2002: 1211), Trigonometri diartikan sebagai bagian dari
matematika yang mempelajari tentang ilmu ukur sudut dan batasa-batasan
dalam segitiga. Jadi dapat disimpulkan bahwa Trigonometri adalah bagian
dari ilmu matematika yang mempelajari tentang hubungan antara sisi dan
sudut suatu segitiga serta fungsi dasar yang muncul dari relasi tersebut.
Trigonometri diberikan di sekolah menengah karena trigonometri
merupakan ilmu yang sangat penting dan erat kaitannya dalam kehidupan
siswa. Aplikasi trigonometri dalam kehidupan mencakup segala bidang,
diantaranya adalah kimia, fisika, astronomi, geografi, teori musik,
29
elektronik, ekonomi, teknik, medis, dan lain sebagainya. Selain itu
diharapkan dengan materi trigonometri di tingkat SMA mampu
memberikan bekal pengetahuan yang cukup bagi siswa ketika melanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Standar kompetensi dan Kompetensi dasar yang diharapkan dapat
dicapai siswa pada materi trigonometri adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Materi Trigonometri Berdasarkan Standar Isi
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menggunakan perbandingan,
fungsi, persamaan, dan identitas
trigonometri dalam pemecahan
masalah.
1. Melakukan manipulasi
aljabar dalam
perhitungan teknis yang
berkaitan dengan
perbandingan, fungsi,
persamaan, dan identitas
trigonometri.
2. Merancang model
matematika dari masalah
yang berkaitan dengan
perbandingan, fungsi,
persamaan, dan identitas
trigonometri
3. Menyelesaikan model
30
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
matematika dari masalah
yang berkaitan dengan
perbandingan, fungsi,
persamaan, dan identitas
trigonometri, dan
penafsirannya
a. Sudut dan pengukurannya
Dalam materi ini sudut merupakan materi prasyarat yang harus
dikuasi siswa sebelum mempelajari materi trigonometri. Pada
umumnya, ada dua ukuran yang digunakan untuk menentukan
besar sudut yaitu derajat dan radian. Hubungan satuan derajat
dengan satuan radian, bahwa satu putaran penuh sama dengan
2𝜋 𝑟𝑎𝑑.
b. Perbandingan trigonometri
1) Perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku
a) Pengertian sinus (sin), cosinus (cos), dan tangen (tan)
sin 𝜃 =𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔
cos 𝜃 =𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔
tan 𝜃 =𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
31
𝑐𝑠𝑐𝜃 =𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
sec 𝜃 =𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
cot 𝜃 =𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
b) Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut istimewa
Dengan menggunakan teorema phytagoras dan
penggunaan sinus (sin), cosinus (cos), tangen (tan), cosecant
(csc), secant (sec), dan cotangen (cot) siswa dapat
menemukan nilai-nilai perbandingan trigonometri pada
sudut-sudut istimewa.
Tabel 2 merupakan nilai perbandingan trigonometri untuk
sudut-sudut istimewa.
Tabel 2. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk Sudut-
Sudut Istimewa
𝛼 0° 30° 45° 60° 90°
sin 𝛼 0 1
2
1
2 2
1
2 3
1
cos𝛼 1 1
2 3
1
2 2
1
2
0
tan 𝛼 0 1
3 3
1 3 Tidak
terdefinisi
A
B C ∟
32
csc 𝛼 Tidak
terdefinisi
2 2 2
3 3
1
sec 𝛼 1 2
3 3 2 2 Tidak
terdefinisi
cot 𝛼 Tidak
terdefinisi
3 1 1
3 3
Tidak
terdefinisi
2) Rumus perbandingan trigonometri
a) Perbandingan trigonometri di Kuadran I
sin 𝜃 = cos 90° − 𝜃
cos𝜃 = sin 90° − 𝜃
tan 𝜃 = cot 90° − 𝜃
b) Perbandingan trigonometri di Kuadran II
sin 180° − 𝜃 = sin 𝜃
cos 180° − 𝜃 = − cos 𝜃
tan 180° − 𝜃 = −tan 𝜃
c) Perbandingan trigonometri di Kuadran III
sin 180° + 𝜃 = − sin 𝜃
cos 180° + 𝜃 = − cos𝜃
tan 180° + 𝜃 = tan 𝜃
d) Perbadingan trigonometri di Kuadran IV
sin 360° − 𝜃 = − sin 𝜃
cos 360° − 𝜃 = cos𝜃
33
tan 360° − 𝜃 = − tan 𝜃
c. Persamaan trigonometri sederhana
sin 𝑥 = sin 𝛼
𝑥1 = 𝛼 + 𝑘. 360°
𝑥2 = 180° − 𝛼 + 𝑘. 360°,𝑘 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡
cos 𝑥 = cos𝛼
𝑥 = ±𝛼 + 𝑘. 360°,𝑘 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡
tan 𝑥 = tan 𝛼
𝑥 = ±𝛼 + 𝑘. 180°,𝑘 ∈ 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡
d. Grafik fungsi trigonometri
Pada materi ini siswa diharapkan mampu menggambar grafik
fungsi sinus, cosinus, dan tangen.
e. Koordinat polar
Koordinat polar dapat dinyatakan 𝑃(𝑟, 𝜃), pada koordinat
cartesius P adalah (𝑟 cos𝜃, 𝑟 sin 𝜃)
f. Identitas trigonometri
Identitas adalah persamaan yang dipenuhi oleh setiap konstanta.
Untuk menerapkan identitas trigonometri, siswa harus mengingat
rumus-rumus trigonometri yang sudah dipelajari.
g. Aturan Sinus, Aturan Cosinus, dan Luas Segitiga
1) Aturan sinus
𝛼
𝑠𝑖𝑛∠𝐴=
𝑏
𝑠𝑖𝑛∠𝐵=
𝑐
𝑠𝑖𝑛∠𝐶
2) Aturan cosinus
34
𝑎2 = 𝑏2 + 𝑐2 − 2𝑏𝑐 cos∠𝐴
𝑏2 = 𝑎2 + 𝑐2 − 2𝑎𝑐 cos∠𝐵
𝑐2 = 𝑎2 + 𝑏2 − 2𝑎𝑏 cos ∠𝐶
h. Luas Segitiga
1) Luas segitiga dengan dua sisi dan satu sudut diketahui
𝐿𝑢𝑎𝑠 ∆𝐴𝐵𝐶 =1
2𝑏𝑐 sin ∠𝐴
𝐿𝑢𝑎𝑠 ∆𝐴𝐵𝐶 =1
2𝑎𝑏 sin ∠𝐶
𝐿𝑢𝑎𝑠 ∆𝐴𝐵𝐶 =1
2𝑎𝑐 sin ∠𝐵
2) Luas segitiga dengan sebuah sisi dan dua buah sudut diketahui
𝐿𝑢𝑎𝑠 ∆𝐴𝐵𝐶 =𝑎2 . sin ∠𝐵. sin ∠𝐶
2 sin ∠𝐴
𝐿𝑢𝑎𝑠 ∆𝐴𝐵𝐶 =𝑏2 . sin ∠𝐴. sin ∠𝐶
2 sin ∠𝐵
𝐿𝑢𝑎𝑠 ∆𝐴𝐵𝐶 =𝑐2. sin ∠𝐴. sin ∠𝐵
2 sin ∠𝐶
3) Luas segitiga dengan ketiga sisinya diketahui
𝐿𝑢𝑎𝑠 ∆𝐴𝐵𝐶 = 𝑠 𝑠 − 𝑎 𝑠 − 𝑏 (𝑠 − 𝑐)
4. Pendekatan Penemuan Terbimbing
Salah satu model belajar yaitu model dari Bruner dalam Ratna Wilis
Dahar (2011: 79) yang sangat berpengaruh dalam pembelajaran adalah
belajar penemuan. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Dalam belajar
penemuan, siswa belajar melalui partisipasi aktif untuk menemukan
35
konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman. Namun menurut
Bruner belajar penemuan murni memerlukan waktu sehingga ia
menyarankan agar penggunaan metode penemuan hanya
diimplementasikan sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan pengarahan
atau yang disebut penemuan terbimbing. Menurut Bruner dalam Ratna
Wilis D. (2011: 103) belajar dengan penemuan terbimbing akan membuat
pengetahuan yang didapat bertahan lama, dan lebih mudah diingat
dibandingkan dengan belajar dengan cara lain.
Strategi dalam penemuan terbimbing disajikan dengan mengadakan
mengadakan contoh-contoh pada siswa, kemudian guru memandu mereka
saat siswa menemukan pola. Selama pembelajaran, guru masih perlu
memberikan susunan, dan bimbingan untuk memastikan bahwa abstraksi
yang sedang dipelajari sudah akurat dan lengkap.
Menurut Setiawan (2008: 31) terdapat dua macam penemuan yaitu
penemuan murni dan penemuan terbimbing. Pada penemuan murni ini
dianggap kurang tepat untuk siswa sekolah atau menengah karena masalah
ditemukan oleh siswa dan jalan penemuannya. Oleh karena itu dipilihlah
penemuan terbimbing untuk diterapkan di siswa sekolah atau menengah
yang lebih bermanfaat dalam pembelajaran matematika. Selain itu
penemuan terbimbing dapat meningkatkan minat siswa untuk mempelajari
matematika (Herman Hudojo, 2003: 113).
36
Didalam model penemuan terbimbing, guru dapat menggunakan
strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Berikut
merupakan penjelasannya.
a. Strategi Penemuan Induktif
Menurut Cooney & Davis dalam Markaban (2006: 11) Sebuah
argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri
dari pernyataan atau fakta yang mengakui untuk mendukung
kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumentasi itu. Untuk
mengambil kesimpulan dalam strategi penemuan induktif ini perlu
berhati-hati karena fakta yang benar dan dapat dipercaya belum
tentu membuktikan dalil untuk mendukung.
b. Strategi Penemuan Deduktif
Dalam strategi penemuan deduktif ini, siswa dijelaskan konsep
dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan
pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru
cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk
mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan
yang menjadi tujuan dari pembelajaran (Markaban, 2006: 13).
c. Strategi Penemuan Induktif-Deduktif
Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari
konsep matematika. Pembelajaran dan pemahaman konsep diawali
secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan
dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati,
37
membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala),
memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian
dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar induktif
dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting
dalam mempelajari matematika.
Dalam pembelajaran dengan cara penemuan terbimbing, peran siswa
cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada
siswa. Guru memulai kegiatan belajar dengan menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan siswa dan mengkondisikan kelas untuk kegiatan seperti
memecahkan masalah, investigasi, pembuktian maupun kegiatan lainnya.
Disini siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat
bereksperimen menggunakan intuisi mereka untuk mencoba-coba (trial
and error) dan kemudian menarik kesimpulan. Guru sebagai fasilitator
dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan
keterampilannya yang sudah dipelajari untuk menemukan pengetahuan
yang baru.
Markaban (2006: 16) agar pelaksanaan model penemuan terbimbing
ini berjalan dengan efektif maka langkah yang perlu dilakukan oleh guru
matematika sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan
data yang cukup.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.
38
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang
dilakukan.
d. Bila dipandang perlu konjektur yang telah dibuat siswa diperiksa
oleh guru.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur
tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaikanya diserahkan kepada
siswa.
f. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa
hasil penemuan itu benar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
penemuan terbimbing dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Guru memberikan perumusan masalah dengan jelas, hindari
pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang
ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa melakukan kegiatan,
misalnya mencoba-coba , membuat diagram, mengumpulkan data,
membuat tabel, menentukan pola menyusun dugaan, mencari data
dari buku pegangan lain yang dapat mendukung proses penemuan
dan proses penyusunan kesimpulan. Dalam hal ini, guru
membimbing melalui pertanyaan-pertanyaan sehingga arah yang
ditempuh siswa tidak salah.
39
c. Siswa menyusun prakiraannya dari hasil analisis yang
dilakukannya. Guru membimbing dengan memeriksa alur proses
penemuan siswa untuk meyakinkan bahwa pemikiran siswa ini
benar.
d. Setelah diperoleh kepastian tentang kebenaran pemikiran siswa
tersebut, siswa menyatakan secara lisan hasil prakiraannya yang
kemudian oleh siswa disajikan atau dipresentasikan.
e. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, sebaiknya guru
menyediakan latihan soal untuk memeriksa apakah hasil
penemuan siswa tersebut benar.
Melihat pendekatan penemuan terbimbing tersebut menurut Marzano
(1992) dalam Markaban (2006: 16) terdapat kekurangan dan kelebihannya.
Kelebihan dari pendekatan penemuan terbimbing adalah sebagi berikut:
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang
disajikan
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-
temukan)
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan
guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
40
e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang
tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam
proses menemukannya.
Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.
5. Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing
pada Materi Trigonometri kelas X SMA Semester II
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya yang
dimaksud perangkat pembelajaran dengan pendekatan penemuan
terbimbing pada materi Trigonometri adalah suatu perangkat pembelajaran
yang terdiri dari RPP yang disesuaikan dengan komponen-komponen RPP
dan LKS yang disesuaikan dengan syarat-syarat didaktik, konstruksi, dan
teknis yang disusun berdasarkan langkah-langkah penemuan terbimbing.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan konsep dan prinsip-
prinsip melalui materi trigonometri yang diajarkan.
Pada penelitian ini tidak semua topik trigonometri dapat menggunakan
penemuan terbimbing. Hanya beberapa topik saja yang dapat
menggunakan penemuan terbimbing, yaitu pengukuran sudut,
perbandingan fungsi trigonometri, persamaan sederhana trigonometri,
menggambar grafik fungsi trigonometri, dan koordinat polar.
41
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini akan dikemukakan penelitian yang relevan dan sesuai
dengan penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mira Rahmawati (2013) dengan
penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
materi Garis dan Sudut dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing
pada siswa SMP kelas VII” menunjukkan bahwa produk yang
dikembangkan pada penelitian ini yaitu RPP memenuhi kriteria
kelayakan “sangat baik”, dan LKS memenuhi kriteria kelayakan
“sangat baik”. Aspek kepraktisan dari hasil observasi dan wawancara
diperoleh bahwa implementasi 8 LKS menyatakan bahwa perangkat
pembelajaran (RPP dan LKS) layak berdasarkan aspek kepraktisan
dengan revisi. Aspek keefektifan perangkat yang dihasilkan, dengan
KKM 74 persentase ketuntasan di SMPN 4 Yogyakarta adalah 75%
dan di SMPN 15 Yogyakarta adalah 67,65% sehingga perangkat
pembelajaran yang dihasilkan efektif untuk kedua sekolah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Puspitasari (2012) dengan
penelitian berjudul “Pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Metode
Penemuan Terbimbing pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar untuk
Kelas VIII SMP Negeri 2 Pleret” menunjukkan bahwa produk yang
dikembangkan pada penelitian memenuhi kriteria sangat valid untuk
RPP, dengan skor 78.5%, dan untuk LKS memperoleh skor 77.2%.
42
Berdasarkan pada kedua penelitian di atas menunjukkan bahwa
bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan
pendekatan penemuan terbimbing mampu memenuhi kriteria valid,
praktis, dan efektif dalam penggunaannya pada kegiatan pembelajaran.
43
C. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar. 1 Bagan Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika di SMA, trigonometri bukanlah
materi yang mudah untuk dipelajari. Banyak kendala yang dihadapi,
seperti memecahkan permasalahan dalam trigonometri siswa masih
sebatas menghafal rumus yang diberikan oleh guru tanpa memahami
Keberhasilan Pembelajaran Trigonometri
Mengembangkan perangkat pembelajaran
menggunakan pendekatan penemuan terbimbing pada
materi trigonometri untuk siswa kelas X SMA
semester II
1. Kegiatan pembelajaran kurang bermakna,
karena siswa hanya menghafal rumus tanpa
mengetahui konsep trigonometri.
2. Siswa kurang aktif dan kurang antusias dalam
pembelajaran
Perubahan Pada Diri Siswa
1. Siswa masih sebatas menghafal rumus yang
diberikan guru tanpa memahami konsep
2. Perangkat pembelajaran yang digunakan
memfasilitasi siswa untuk belajar berupa LKS
kurang dapat mengkontruksi pengetahuannya
sendiri.
Ditandai oleh
Ditemukan masalah
Akibatnya
Langkah yang diambil
44
konsep yang ada. Hal ini menyebabkan siswa hanya mampu menggunakan
rumus matematika tanpa mengetahui asal-usul rumus tersebut dan ini
menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang bermakna dan hasil prestasi
belajar siswa rendah. Hal ini juga dikarenakan LKS yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran hanya berisi latihan-latihan soal sehingga
menjadikan siswa kurang aktif dan kurang antusias. Selain itu kemampuan
guru dalam memilih, mengembangkan dan memanfaatkan sumber belajar
masih kurang.
Pembelajaran trigonometri akan berhasil jika siswa mampu
berperan aktif dalam membangun pemahamannya sendiri. Sehingga perlu
adanya pengembangan perangkat pembelajatan yang mampu memfasilitasi
siswa untuk berperan aktif dalam menemukan konsep sendiri.
Untuk itu agar siswa mampu berperan aktif dalam membangun
pemahamannya sendiri, dibutuhkan perangkat pembelajaran dengan
pendekatan penemuan terbimbing yang dinilai dapat memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya, yaitu dengan
guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk berperan aktif
dalam menemukan konsep sendiri. Sehingga siswa memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang dapat diterapkan sebagai refleksi dari permasalahan
tersebut. Akan tetapi perangkat pembelajaran dengan pendekatan
penemuan terbimbing ini belum dikembangkan, hal ini menjadi latar
belakang penelitian ini. Sehingga hasil akhir dari penelitian ini adalah
berupa perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan
45
terbimbing pada pokok bahasan trigonometri untuk siswa SMA kelas X
yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif serta yang paling
terpenting adalah siswa mampu memahami kegiatan belajarnya tanpa
harus bergantung pada penjelasan dari guru sepenuhnya.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana indikator materi trigonometri yang dikembangkan ?
2. Bagaimana rancangan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan
LKS yang dikembangkan ?
3. Bagaimana tingkat kevalidan, kepraktisan dan keefektifan perangkat
pembelajaran yang berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan?