1 Elly Lilianti docx -...

9

Click here to load reader

Transcript of 1 Elly Lilianti docx -...

Page 1: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

JST Kesehatan, April 2011, Vol.1 No.1 : 85 – 93 ISSN 1411-4674

85

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ADAPALENE 0.1% GEL DAN ISOTRETINOIN 0.05% GEL YANG DINILAI DENGAN GAMBARAN KLINIS SERTA PROFIL

INTERLEUKIN 1-α (IL-1α) PADA ACNE VULGARIS

Effectiveness Comparison Between Adapalene 0.1% Gel and Isotretinoin 0.05% Gel Clinical Apperance and Profile Interleukin-1α (IL-1α) in Patient’s Vulgaris Acne

Yenni, Safruddin Amin, Khairuddin Djawad

Bagian Dermato-Venereology, Fakultas Kedokteran, Unhas, Makassar

(Email: [email protected])

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas adapalene 0.1% gel dan isotretinoin 0.05% gel dengan melihat perbaikan secara klinis sebelum, selama dan sesudah terapi serta membandingkan profil IL-1α antara papul dan pustul. Sampel penelitian sebanyak 60 orang yang terbagi dalam dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok adapalene 0.1% gel dan isotretinoin 0.05% gel serta diambil sekret secara lokal. Kedua kelompok tersebut di follow up selama tiga minggu kemudian dibandingkan jumlah papul, pustul dan nodul setiap minggunya. Sementara secret Acne vulgaris diperiksa dengan ELISA untuk mengukur interleukin-1α (IL-1α). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok isotretinoin 0.05% gel memperlihatkan perbaikan yang bermakna (p< 0.05) pada papul dan pustul tetapi tidak bermakna pada nodul (p>0.05), sedangkan kelompok adapalene 0.1% gel tidak memperlihatkan perbaikan bermakna (p> 0.05) pada papul, pustul dan nodul. Dengan demikian, perbedaan profil IL-1α yaitu pustul lebih tinggi daripada papul. Kata Kunci: Acne Vulgaris, Adapalene 0.1% gel, Isotretinoin 0.05% gel, Profil IL-1α

ABSTRACT

The aims of the research were to compare the effectiveness of adapalene 0.1% gel compared to isotretinoin 0.05% gel by looking at clinical improvements before, during and after therapy and to compare between the profile of IL-1α for papule and that of pustule. The sample consisted of 60 people divided into two treatment groups, i.e adapalene 0.1% gel and isotretinoin 0.05% gel and then local secretions of the two the groups were taken. The two groups were followed up for three weeks and the number of papules, pustules and nodules were compared every week. Meanwhile, vulgaris acne secretion was treated with ELISA to measure interleukin-1 alpha (IL-1α). The results revealed that isotretinoin 0.05% gel group indicated a significant improvement (p< 0.05) for papule and pustule, but was not significant for nodule (p> 0.05), while adapalene 0.1% gel group did not indicate a significant improvement (p> 0.05) for papule, pustule and nodule. Meanwhile, it was indicated that the profile of IL-1α for pustule is higher than that of papule. Key Words: Acne Vulgaris, Adapalene 0.1% gel, Isotretinoin 0.05% gel, IL-1α Profile

Page 2: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

Yenni ISSN 1411-4674

86

PENDAHULUAN Acne vulgaris (AV) adalah

penyakit yang kompleks (multifaktorial) dengan elemen patogenesis yaitu kerusakkan pada keratinisasi epidermal, sekresi androgen, fungsi sebaseous, pertumbuhan bakteri, inflamasi dan imunitas (Guy, 2007) (Andrea, 2006). Empat faktor yang telah diidentifikasikan yaitu hiperproliferasi folikular epidermal, produksi sebum yang berlebihan, inflamasi dan adanya serta aktivitas P.acne (Andrea, 2008). Umumnya Acne berpengaruh pada pilosebaseus unit yaitu wajah, leher, dada dan punggung karena kelenjar sebaseus pada daerah tersebut aktif. Prevalensi penderita AV 80 – 85% pada remaja dengan puncak insidens usia 15 – 18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35 – 44 tahun (Thielitz, 2007). Acne vulgaris yang berat terlihat pada laki-laki dan perokok. Penderita AV lebih mudah depresi, menarik diri dari kehidupan sosial dan pemarah (Sidiropoulos, 2006) (Guy, 2002).

Mekanisme pembentukan AV sebagai berikut: pertama, stimulasi produksi kelenjar sebaseus yang menyebabkan hiperseborrea biasanya dimulai pada pubertas; kedua, pembentukkan komedo yang berhubungan dengan anomali proliferasi keratinosit, adhesi dan diferensiasi pada infrainfudibulum folikel pilosebaseus; ketiga, pembentukkan lesi inflamasi dimana yang berperan adalah bakteri anaerob yaitu P.acne (Henry, 2004).

Pada hiperproliferasi folikular epidermal salah satu yang berperan yaitu interleukin 1 (IL-1). Penelitian pada keratinosit folikular manusia memperlihatkan hiperproliferasi dan pembentukkan mikrokomedo setelah IL-1 ditambahkan. Reseptor antgonis IL-1 menghambat pembentukkan mikrokomedo. (Andrea, 2008) Beberapa sitokin terlibat dalam proses inflamasi tetapi hanya empat yang berperan pada AV yaitu IL-1α, interferon-gamma (IFN-γ), transforming growth factor alpha

(TGF-α) dan IL-4. IL-1α berperan penting menyebabkan pembentukkan komedo dan menstimulasi imunitas spesifik (Henry, 2004). Interleukin-1α mempunyai konsentrasi tinggi 1000x lebih tinggi di keratinosit interfolikular, komedo terbuka dan kelenjar sebaseus (Burkhart, 2003). Penelitian terbaru secara in vitro pada folikel Acne tampak sitokin seperti IL- 1 memodulasi kornifikasi epidermis dan terlibat dalam menginduksi inflamasi komedo (Guy, 2007).

Penatalaksanaan AV bervariasi. Beberapa penelitian secara klinis telah dilakukan untuk mencari penatalaksanaan yang sesuai. Managemen AV yang efektif adalah menurunkan atau mengeliminasi lesi primer secara klinik yaitu mikrokomedo yang merupakan prekursor untuk semua lesi AV. Retinoid topikal secara umum bersifat komedolitik dan menghambat pembentukkan mikrokomedo yang merupakan awal dari AV. Target kerja retinoid yaitu pada proliferasi abnormal dan diferensiasi keratinosit serta mempunyai efek anti inflamasi. (Cynthia, 2008) (Leyden, 2003) (Thielitz, 2007).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan cross section, eksperimental dan single-blind. Penderita pada penelitian ini adalah penderita AV berusia 15-35 tahun yang datang kepoliklinik RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar dan memenuhi klasifikasi AV menurut Cunliffe yang dikutip dari James WD yaitu ringan = komedo serta papul dan pustul <10; sedang = papul dan pustul (10 – 40) serta komedo (10 – 40); sedang-berat = papul dan pustul (40 – 100), komedo (40 – 100), lesi inflamasi nodular (≤ 5) dan meliputi daerah wajah, dada serta punggung; dan berat = Acne nodulokistik, Acne konglobata serta papul, pustul dan komedo (James, 2005) serta tidak termasuk dalam kriteria ekslusi yaitu mendapatkan terapi dengan radiasi ultraviolet, hipersensitivitas

Page 3: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

Acne Vulgaris, Adapalene 0.1% gel, Isotretinoin 0.05% gel, Profil IL-1α ISSN 1411-4674

87

terhadap retinoid, menderita penyakit sistemik yang berat dan ada riwayat seboroik.

Lama penelitian adalah tiga (3) minggudengan 60 penderita AV (berdasarkan tabel Isaac dan Michael) yang terbagi dalam dua kelompok perlakuan yaitu kelompok I mendapatkan terapi adapalene0.1% gel sedangkan kelompok ke II mendapatkan terapi isotretinoin 0.05% gel. Setiap minggu kedua kelompok perlakuan dievaluasi dengan cara membandingkan jumlah papul, pustul dan nodul.

Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan IL-1α dengan cara mengambil sekret secara lokal pada lesi AV.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pada tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah penderita AV pada penelitian ini secara keseluruhan terbanyak berada pada kelompok umur 15 – 25 tahun (58%). Pada tabel 2 tampak bahwa grade AV cenderung memiliki proporsi seimbang antara tiap perlakuan dan gradasi AV berdasarkan klasifikasi Cunliffe dkk.Pada tabel 3 dan 4 memperlihatkan kadar IL-1α lebih tinggi pada pustul dibandingkan papul.

Tabel 5 memperlihatkan perbaikan tidak bermakna dilihat dari jumlah papul setiap minggunya pada adapalene 0.1% gel (p>0.05) sedangkan pada tabel 6 dimana isotretinoin 0.05% gel memperlihatkan perbaikan bermakna (p< 0.05). Tabel 7 memperlihatkan perbaikan tidak bermakna dilihat dari jumlah pustul pada adapalene 0.1% gel (p>0.05) sedangkan tabel 8 memperlihatkan perbaikan bermakna pada isotretinoin 0.05% gel (p<0.05). Tabel 9, memperlihatkan perbaikan tidak bermakna dilihat dari jumlah nodul pada adapalene 0.1 % gel (p>0.05) dan tabel 10, isotretinoin 0.05% gel tidak memperlihatkan perbaikan bermakna (p>0.05).

Pembahasan Penelitian dilaksanakan di

Makassar, Sulawesi Selatan dengan mengambil sampel pada penderita AV. Pada penelitian ini (tabel1), usia sampel berkisar antara 15 – 25 tahun. Pemilihan batas usia sampel tersebut dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan prevalensi AV paling tinggi pada usia tersebut (Thielitz, 2007). Beberapa penelitian lain yang meneliti AV menggunakan rentang usia yang berbeda yaitu penelitian Ioannides dkk (2002) pada penderita AV yang berusia diantara 15 – 35 tahun (Ioannides, 2002), penelitian Sabri (2009) penderita AV dengan usia antara 18 – 25 tahun (Sabry, 2009), penelitian Hughes dkk (1992) penderita AV berusia antara 14 – 29 tahun (Hughes, 1992), penelitian Dominguez dkk (1998) penderita AV berusia 13 – 30 tahun (Dominguez, 1998) dan penelitian Langner dkk (2008) penderita AV yang berusia 12 - 39 tahun (Langner, 2008).

Guy dkk (1999) menyatakan bahwa mekanisme perkembangan lesi inflamasi pada AV masih belum jelas. Hiperstimulasi sebocyte dan keratinosit oleh androgen selama pubertas yang menyebabkan hiperplasia kelenjar sebasea dan seborrhoe sebagai karakteristik AV (Guy, 1999). Hormon androgen mengontrol aktivitas sekresi kelenjar sebaseous terutama testosteron dan dehidroepiandrosteron. Komposisi sebum yaitu trigliserida (57% kelenjar; 42% permukaan), asam lemak bebas (15% permukaan), wax esters (25% kelenjar; 25% permukaan), Squalene (15% kelenjar; 15% permukaan), ester kolesterol (2% kelenjar; 2% permukaan) dan kolesterol (1% kelenjar; 1% permukaan) (Shivaswamy, 2005) (Leyden, 1995) (Guy, 1995). Umur 7 – 9 tahun, androgen mulai meningkatkan produksi sebum. Pada masa pubertas, androgen beraksi secara lokal dalam kelenjar sebaseous. Hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah lobulus sebaseus dan ukuran folikular. Androgen masuk

Page 4: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

Yenni ISSN 1411-4674

88

kedalam sel kemudian berikatan pada reseptor androgen terjadi diferensiasi sebosite dan transkripsi gene sehingga sebosite menjadi matur. Sebosite diferensiasi, ruptur dan melepaskan lipid dalam duktus sebaseus dan folikel (Andrea, 2006).

Tujuan dari penelitian ini untuk melihat efektifitas adapalene 0,1 % gel dan isotretinoin 0,05% gel dengan membandingkan jumlah papul, pustul dan nodul sebelum,selama dan sesudah penelitian. Untuk membandingkan efloresensi AV sebelum, selama dan setelah pemberian terapi dipergunakan klasifikasi AV menurut Cunliffe dkk. Berdasarkan klasifikasi tersebut derajat AV dibagi menjadi ringan, sedang, sedang-berat dan berat. Pada penelitian kami, karakteristik jumlah sampel yang mendapat adapalene 0,1% gel dan isotretinoin 0,05% gel relatif seimbang antara tiap perlakuan dan gradasi AV (tabel 2). Selanjutnya, berdasarkan tingkat AV maka jumlah sampel pada penelitian kami mayoritas menunjukkan tipe sedang yaitu papul dan pustul (10 – 40), komedo (10 – 40). Penelitian lain menggunakan pembagian AV yang berbeda dengan klasifikasi Cunliffe dkk yaitu penelitian Ionnides dkk, membandingkan adapalene 0,1 % gel dan isotretinoin 0,05% gel dengan mengelompokkan AV berdasarkan 10 – 50 lesi inflamasi, 15 – 80 lesi non-inflamasi dan < 3 lesi nodulokistik (Ioannides, 2002) dan penelitian oleh Judith dkk mengelompokkan jumlah lesi AV menjadi 15 – 100 lesi inflamasi, 15 – 100 lesi non-inflamasi dan <3 lesi nodulokistik (Dominguez, 1998).

Dalam penelitian ini adapalene 0,1 % gel dan isotretinoin 0,05% gel dioleskan 1x/hari pada malam hari selama 3 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang diterapi dengan isotretinoin 0,05 % gel mengalami perbaikan bermakna pada papul dan pustul (tabel 6 dan tabel 8) dan tidak bermakna pada nodul (tabel 10). Sedang kelompok yang diterapi dengan

adapalene 0,1 % gel mengalami tidak perbaikan bermakna pada papul , pustul dan nodul (tabel 5, tabel 7 dan tabel 9). Hal ini sesuai dengan penelitian Brown SK dkk (1998) dan Dominguez dkk (1998), isotretinoin 0,05% gel efektif terhadap lesi inflamasi dan non inflamasi pada AV tipe ringan sampai sedang (Brown,1988) (Dominguez, 1988). Beberapa penelitian lain yang menunjukkan efektifitas adapalene 0,1% gel dan isotretinoin 0,05% gel pada AV tipe ringan sampai sedang yaitu Iftikhar dkk (2009) tentang efektifitas adapalene 0,1% gel dan isotretinoin 0,05% gel menunjukkan 15 dari 22 penderita lesi non inflamasi dan 14 dari 18 penderita lesi inflamasi mengalami perbaikan signifikan setelah terapi adapalene 0,1% gel. Sedangkan yang diterapi dengan isotretinoin 0,05% gel menunjukkan perbaikan signifikan pada 15 dari 26 lesi non inflamasi dan 7 dari 14 lesi inflamasi. Penelitian tersebut menunjukkan efektifitas yang sama antara adapalene 0,1% gel dan isotretinoin 0,05% gel. Pada penelitian tersebut menunjukkan adapalene 0,1% gel dan isotretinoin 0,05% gel bekerja pada AV tipe ringan sampai sedang (Iftikhar, 2009). Pada penelitian serupa oleh Ionnides dkk (2002) memperlihatkan bahwa adapalene 0,1% gel dan isotretinoin 0,05% gel mempunyai efektifitas yang sama (Ioannides, 2002); dan penelitian Kose dkk (2008), menunjukkan bahwa adapalene 0,1% gel signifikan menurunkan lesi inflamasi dan non inflamasi pada lesi AV tipe ringan sampai sedang (Kose, 2008).

Pada penelitian ini diperiksa nilai IL-1α (tabel 3 dan 4) yang diambil sebelum penderita mendapatkan terapi adapalene 0,1% gel dan isotretinoin 0,05% gel memperlihatkan kadar IL-1α sebelum terapi dimana lebih tinggi pada pustul dibandingkan papul. Kadar IL-1α pada papul yaitu 20,81 ± 16,39 dan 22,93 ± 12,35 sedangkan untuk pustul yaitu 104,09 ± 45,05 dan 203,87 ± 154,82.

Page 5: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

Acne Vulgaris, Adapalene 0.1% gel, Isotretinoin 0.05% gel, Profil IL-1α ISSN 1411-4674

89

Pemeriksaan kadar IL-1α dengan menggunakan ELISA. Sensitivitas kits IL-1α bervariasi dari 17 dan 31 ng/l (170-310 pg/ IL-1α/komedo). Dalam penelitian ini, 6 sampel kadar IL-1α dengan nilai ekstrapolarisasi yaitu 1 sampel 658,21; 3 sampel >700; 1 sampel 522,07 dan 1 sampel 526,47. Kadar IL-1α yang mengalami ekstrapolarisasi kemungkinan disebabkan karena teknik pengambilan sampel yang salah. Penelitian Ingham dkk (1992) bahwa dosis minimal yang dapat terdeteksi oleh ELISA kits yaitu IL-1α = 0,5 pg/ml (Suh, 2002) (Ingham, 1992).

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa perbandingan isotretinoin 0,05% gel dengan adapalene 0,1% gel dapat dilakukan penelitian efektifitas karena distribusi penderita AV yang diberi adapalene 0,1% dan isotretinoin 0,05% bersifat homogen. Pada penelitian ini, kelompok yang mendapatkan terapi isotretinoin 0,05% gel mengalami perbaikan signifikan pada lesi AV papul dan pustul (tabel 6 dan tabel 8) tetapi tidak signifikan untuk kelompok yang mendapatkan terapi adapalene 0.1% gel (tabel 5, tabel 7 dan tabel 9). Dalam penelitian ini juga diperiksa kadar IL-1α sebelum terapi pada kedua kelompok dengan menggunakan ELISA. Hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa kadar IL-1α pustul lebih tinggi daripada papul.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pada penelitian ini tampak perbedaan signifikan profil IL-1α pada papul dan pustul dimana lebih tinggi pustul daripada papul. Derajat AV secara klinis pada kelompok adapalene 0.1% gel dalam penelitian ini tidak mengalami perbaikan bermakna secara statistik antara sebelum dan setelah diterapi sedangkan derajat AV secara klinis pada kelompok isotretinoin 0.05% gel dalam penelitian ini mengalami perbaikan

bermakna secara statistik antara sebelum dan setelah diterapi.

Saran

Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak membandingkan kadar IL-1α sehingga tidak dapat mengetahui perbedaan kadar IL-1α sebelum dan sesudah terapi .

DAFTAR PUSTAKA Andrea L Zaenglein, Dine M Thiboutot

(2006) Expert committee recommedations for acne management. Pediatrics, 118, 1188-1199.

Andrea L Zaenglein, Dine M Thiboutot, Strauss JS (2008) Acne vulgaris and acneiform eruptions, New York, Mc Graw Hill.

Brown SK, Shalita AR (1998) Acne vulgaris. The lancet, 351, 1871-6.

Burkhart CN (2003) Clinical assessment of acne pathogenesis with treatment implications. International pediatric, 18, 14-19

Christina Oprica, Lennart Emtestam, Lena Hagstromer, Carl Erik Nord (2006) Clinical and microbiological comparisons of isotretinoin vs tetracycline in acne vulgaris. Acta derm venereol, 87, 246-54.

Diane M Thiboutot, Alan R Shalita, Paul S Yamauchi, Catherine Dawson, Nabil Kerrouche, Stephanie Arsonnaud, Sewon Kang (2006) Adapalene gel 0,1% as maintenance therapy for acne vulgaris. Arch dermatol, 142, 597-602.

Dominguez J, Hojyo MT, Celayo JL, Soto LD, Teixera F (1998) Topical isotretinoin vs topical retinoid acid in the treatment of acne vulgaris. Int J Dermatol, 37, 54-55.

Guy F Webster (1995) Inflammation in acne vulgaris. J Am Acad Dermatol, 33, 247-53.

Guy Robert, Green MR, Kealey T (1996) Modelling acne in vitro. J Invest Dermatol, 106, 176-82.

Page 6: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

Yenni ISSN 1411-4674

90

Guy F Webster (1999) Acne vulgaris: state of the science. Arch dermatol, 135, 1101-1102.

Guy F Webster (2002) Acne vulgaris. BMJ, 325, 475-9.

Guy F Webster (2007) Overview of the pathogenesis of acne. Guy FW, Rawling AV, Sharlita AR, Norris DA. Acne and its therapy: Basic and clinical dermatology. New York; Informa Healthcare,1-7.

Henry P, Claire B, Martine C, Michel F, Florence P, Jean R, Brigitte D (2004) Physiopathology of acne vulgaris: recent data, new understanding of the treatments. Eur J Dermatol, 14, 4-12.

Hughes BR, Norris JFB, Cunliffe WJ (1992) A double-blind evaluation of topical isotretinoin 0.05%, benzoyl peroxide gel 5 % and placebo in patients with acne. Clinical and experimental dermatology, 17, 165-8.

Iftikhar A, Sarwar M (2009) Topical adapalene cream 0.1% vs isotretinoin 0.05% in the treatment of acne vulgaris: a randomized open-label clinical trial. Journal of Pakistan Association of Dermatologist, 19, 23-26.

Ingham E, Eady E Anne, Goodwin CE, Cove JH, Cunliffe WJ (1992) Pro-inflammatory levels of interleukin-1α-like bioactivity are present in the majority of open comedones in acne vulgaris. J Invest Dermatol, 98, 895-901.

Ioannides D, Rigopoulos D, Katsambas A (2002) Topical adapalene gel 0.1% vs isotretinoin gel 0.05% in the

treatment of acne vulgaris: a randomized open-label clinical trial. Br J Dermatol, 147, 523-527.

Kose O, Koc Erol, Arca E (2008) Adapalene 0.1 % gel in the treatment of infantile acne: an open clinical study. Pediatr dermatol, 25, 383-386.

Langner A, Goulden V, Chu A, Ambroziak M (2007) A randomized, single-blind comparison of topical clindamycin+benzoyl peroxide and adapalene in the treatment of mild to moderate facial acne vulgaris. Br J Dermatol, 158, 122-129.

Leyden JJ (1995) New understanding of the pathogenesis of acne. J Am Acad Dermatol, 32, S15-25.

Leyden JJ (2003) A review of the use of combination therapies for the treatment of acne vulgaris. J Am Acad Dermatol, 49, S200-S210.

Sabry EY (2009) A three-stage strategy in treating acne vulgaris in patients with atopic dermatitis-a pilot study. Journal of pakistan association of dermatologist, 19, 95-105.

Shivaswamy KN, Thappa DM (2005) Current concepts in the pathogenesis and management of acne vulgaris. Indian J Dermatol, 50, 57-63.

Sidiropoulos M (2006) Acne vulgaris:pathogenesis and retinoid therapy. University of Toronto medical journal, 83, 94-5.

Thielitz, F Sidou, H Gollnick (2007) Control of microcomedone formation throught a maintenance treatment with adapalene gel 0.1%.JEADV,21,747-53.

j

Page 7: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

Acne Vulgaris, Adapalene 0.1% gel, Isotretinoin 0.05% gel, Profil IL-1α ISSN 1411-4674

91

Tabel 1. Jumlah penderita AV dalam penelitian ini

Kelompok umur Jenis kelamin

Laki-laki (%) Perempuan (%)

< 15 tahun 2 (5,5) 0

15 – 25 tahun 34 (94,4) 24 (100)

25 – 35 tahun 0 0

Tabel 2. Klasifikasi AV dalam penelitian ini berdasarkan klasifikasi Cunliffe

Klasifikasi AV Adapalene 0.1% Isotretinoin 0.05%

Ringan 8 (26.6) 7 (23.3)

Sedang 15 (50.0) 17 (56.6)

Sedang berat 7 (23.3) 6 (20.0)

Berat - -

Tabel 3. Kadar IL-1α pada lesi papul sebelum terapi

Kelompok n Standar devisiasi p

Adapalene 0,1% gel 17 20,81 ± 16,39 0,709

Isotretinoin 0,05% gel 12 22,93 ± 12,35

Tabel 4. Kadar IL-1α pada lesi pustul sebelum terapi

Kelompok n Standar devisiasi P

Adapalene 0,1% gel 10 104,09 ± 45,05 0,031

Isotretinoin 0,05% gel 15 203,87 ± 154,82

Tabel 5. Perbandingan efek klinis jumlah papul pada AV yang diterapi dengan adapalene 0.1 % gel.

Effloresensi Waktu Mean±SD p

Papul

Minggu I 15.367±11.302 0.079

Minggu II 12.667±11.657

Minggu II 12.667±11.657 0.274

Minggu III 10.333±9.426

Page 8: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

Yenni ISSN 1411-4674

92

Tabel 6. Perbandingan efek klinis jumlah papul pada AV yang diterapi dengan isotretinoin 0.05% gel

Effloresensi Waktu Mean±SD p

Papul

Minggu I 17.900±12.949 0.027

Minggu II 14.067±10.497

Minggu II 14.067±10.497 0.010

Minggu III 9.567±7.049

Tabel 7. Perbandingan efek klinis pustul pada AV yang diterapi dengan adapalene 0.1% gel

Effloresensi Waktu Mean±SD p

Pustul

Minggu I 7.033±5.417 0.964

Minggu II 7.000±4.000

Minggu II 7.000±4.000 0.640

Minggu III 6.567±5.870

Tabel 8. Perbandingan efek klinis pustul pada AV yang diterapi dengan isotretinoin 0.05% gel

Effloresensi Waktu Mean±SD p

Pustul

Minggu I 7.567±4.407 0.817

Minggu II 7.333±6.227

Minggu II 7.333±6.227 0.042

Minggu III 5.700±4.187

Page 9: 1 Elly Lilianti docx - pasca.unhas.ac.idpasca.unhas.ac.id/jurnal/files/9d0ef43d35ab9caad2c35c6ba42afaf6.pdf · jst kesehatan, april 2011, vol.1 no.1 : 85 – 93 issn 1411-4674 85

Acne Vulgaris, Adapalene 0.1% gel, Isotretinoin 0.05% gel, Profil IL-1α ISSN 1411-4674

93

Tabel 9. Perbandingan efek klinis nodul pada AV yang diterapi dengan adapalene 0.1% gel

Effloresensi Waktu Mean±SD p

Nodul

Minggu I 1.267±2.803 0.077

Minggu II 0.600±1.567

Minggu II 0.600±1.567 0.839

Minggu III 0.533±1.042

Tabel 10. Perbandingan efek klinis nodul pada AV yang diterapi dengan isotretinoin 0.05% gel

Effloresensi Waktu Mean±SD p

Nodul

Minggu I 0.367±1.034 0.887

Minggu II 0.333±0.844

Minggu II 0.333±0.844 0.489

Minggu III 0.267±0.583