TEKNIK PEMANCAR

download TEKNIK PEMANCAR

of 32

Transcript of TEKNIK PEMANCAR

TEKNIK PEMANCAR RADIOPosted on Juni 22, 2010 TEKNIK PEMANCAR RADIO AM 01. HF TRANSMITTER 1. Prinsip Dasar Pemancar 2. Xtal Osilator 02. TYPE MACHING (analisa ) 1. L type. 2. T type. 3. type 03. SOLID STATE PEMANCAR RADIO 1. 2. 3. 4. 5. Konfigurasi dasar. Prinsip modulasi serial. Prinsip penguat HF klas D Rangkaian output klas D PDM ( pulse duration modulation)

01. HF Transmitter 1.1. Prisip dasar Pemancar. Bentuk dasar sebuah pemancar adalah pemancar bertingkat tunggal, yang frekuensinya dikendalikan oleh sebuah kristal. Pemancar seperti ini biasanya digunakan untuk operasi CW ( Continous Waves) ini adalah salah satu bentuk pemancaran kode melalui frekuensi radio dengan cara memotong-motong carrier atau gelombang kontinyu menjadi titik dan garis ( dot and das ) membentuk kode Morse Internasional. Contoh pemancar CW ini, dapat dilihat pada gambar 1 . Gambar 1.1. Pemancar bertingkat tunggal Rangkaian pemancar tersebut, sebenarnya adalah sebuah osilatyor kristal yang dipancarkan. Tentu saja pemancar seperti ini, jauh dari sempurna dan pada kenyataannya jarang kita temui dalam praktek. Salah satu kelemahan yang menonjol dari jenis pemancar ini adalah, timbulnya ringikan pada saat dilakukan pemotongan carrier dengan cepat. Ringikan seperti ini disebut chirpy. Dengan menambahkan sebuah penguat yang disebut buffer amplifier atau

sering hanya disebut buffer saja, maka pemancar bertingkat tunggal tersebut dapat diperbaiki mutunya. Untuk jelasnya hal ini dapat dilihat dari sekema pada gambar.2.

Gambar.1.2. Pemancar Straight Pada gambar tersebut, tingkat kedua disamping sebagai buffer, juga merupakan penguat daya dari osilator. Pemancar seperti ini biasanya disebut pemancar Straight (karena tidak ada perubahan frekuensi dari osilator ke penguat dayanya) , misalnya frekuensi osilator 1,5 Mhz maka frekuensi power amplifiernya juga 1,5 Mhz. Secara skematis gam,baran umum sebuah pemancar dapat kita lihat dari gambar.3. Pada gambar 3. , dapat kita lihat blok diagram pemancar CW yang sering digunakan . Gambar 1.3. Blok Diagram Pemancar CW Pada gambar 3a. terlihat blok diagram pemancar strigth baru kita bicarakan. Sedangkan gambar 3b, terlihat sebuah tingkat yang disebut VFO (Variable Frequency Oscillator) serta sebuah tingkat lainya yang disebut Frequency Multiplier. VFO merupakan sebuah osilator yang jangkauan frekuensinya (range frekuensinya ) relatip lebar dibandingkan jangkauan frekuensi dari osilator kristal, yang hal ini merupakan salah satu keistimewaan VFO. Sedangkan kelemahanya terletak pada ketidak setabilannya pada band

frekuensi di atas 10 Mhz. Tetapi dengan ketelitian rancangan dan pemilihan komponen yang bermutu tinggi, sebuah VFO yang bekerja pada band VHF dengan kesetabilan tinggi bukan merupakan hal yang mustahil. Biasanya VFO dirancang pada frekuensi rendah ( dalam orde 200 Khz sampai 10Mhz) kemudian frekuensinya dilipatkan dengan pengganda frekuensi sampai mencapai frekuensi kerja yang dikehendaki. Frekuensi Multiplier atau pengganda frekuensi merupakan pengganda integer sebuah osilator, yang penggandaan frekuensinya dapat berupa bilangan genap atau ganjil. Penggandaan dua kali frekuensi dasar disebut doubler, tiga kali disebut tripler dan bila empat kali disebut quartdoupler dan seterusnya. Sistem penggandaan ini sering kita jumapai pada pemancar-pemancar yang beroperasi pada band frekuensi VHF atau lebih. Tetapi pada umumnya, frequency Multiplier tidak dapat disambung langsung ke antenna, sehingga harus diperkuat dulu dengan sebuah straight amplifier sebelum disambung ke antenna. Pada gambar 3c, terlihat blok diagram pemancar yang menggunakan Frequency Heterodyne Mixer. Heterodyne Mixer ini merupakan tingkat pencampu dari dua osilator. Osilator yang digunakan keduanya dapat berupa kristal osilator, atau salah satunya berupa VFO. Kemudian hasil yang diperoleh dari mixer tersebut difilter dulu sebellum diperkuat oleh RF-amplifier. Filter yang digunakan dapat berupa Low Pass Filter atau High Pass Filter dapat juga Band Pass Filter, tergantung dari hasil pencampuran yang dikehendaki. Sebab hasil yang diperoleh dari mixer heterodyne tersebut dapat berupa jumlah kedua frekuensi ( f1 + f2 ) tetapi dapat juga selisihnya ( f1 f2 0 . Oleh karena itu filter yang diterapkanpun berbeda pula. Kalau yang dikendaki adalah hasil penjumlahan frekuensi f1 dan f2 , maka filter yang diterapkan adalah HPF, sedangkan kalau yang dikehendaki adalah selisish frekuensi maka filter yang digunakan adalah LPF, Sedangkan penggunaan BPF hanya dilakukan bila selisih kedua frekuensi tersebut lebih tinggi dari frekuensi terendahnya. Pengembangan cara ini dilakukan dengan menggunakan suatu sintesa frekuensi yang kesetabilan frekuensinya dikendalikan dengan cara penguncian fasa. Sintesa frekuensi ini sering disebut PLL (Phase Lock Loop), atau Phase Lock Loop Frequency Synthesizer. Osilator PLL ini sekemanya dapat kita lihat pada gambar 3d. Pada gambar 3d. kita lihat perbedaannya dengan sekema gambar 3c terletak pada pembangkit frekuensi radionya. Pada sekema gambar 3c terdapat dua osilator yaitu VFO dan osilator heterodyne yang kemudian diikuti tingkat mixer. Sedangkan pada sekema gambar 3d, tampaknya hanya ada satu tingkat saja yang disebut Frequency Synthesizer, tetapi sebenarnya bagian ini merupakan suatu bagian yang sangat rumit dan kompleks, melibatkan berbagai macam proses baik secara analog maupun digital. Oleh sebab itu sintesa frekuensi dengan cara ini akan dibahas lebih dalam pada bagian yang terpisah.

Walaupun pada dasarnya diagram blok pada gambar 3 tersebut merupakan diagram untuk pemancar CW tetapi dengsn menambahkan modulator AM, maka pemancar tersebut dapat dioperasikan menjadi pemancar AM. Pada gambar.4. , terlihat sebuah diagram blok pemancar SSB ( Single Side Band). Pemancar SSB ini sebenarnya merupakan sebuah pemancar AM juga tetapi mempunyai keistimewaan yaitu yang dipancarkan hanya salah satu sisi band frekuensinya saja. Selain itu juga dilakukan supresi (penekanan) pada carriernya, artinya kalau tidak ada sinyal audio yang masuk maka carrier menjadi nol. Oleh sebab itu biasanya SSB secara lengkap disebut Single Side Band Suppressed Carrier. Pemancar SSB ini karena carriernya tidak dapat digandakan maka untuk mencapai suatu frekuensi kerja tertentu dibutuhkan osilator lain untuk dicampur dengan frekuensi carriernya. Seperti kita lihat pada Gambar.4. , ada tingkat yang disebut mixer. Pada bagian mixer ini , sinyal dari SSB generator yang dihasilkan oleh Balance Modulator dicampur dengan osilator lain misalnya, VFO atau frequency Synthesizer. Disamping itu, tingkat penguat daya untuk pemancar SSB ini berbeda bila dibandingkan dengan pemancar CW, AM ataupun FM. Gambar.1.4. Pemancar Single Side Band Penguatan untuk pemancar SSB dilakukjan dengan penguat yang bekerja pada klas A , AB1 , AB2, atau klas B ( linier amplifier ), hal ini disebabkan karena sinyal SSB menghendaki linieritas pada bentuk envelopnya. Sedangkan penguat yang bekerja pada klas C bukanlah suatu penguat linier, karena penguat klas C lebih bersifat sebagai penguat switching, oleh sebab itu penguat klas C tidak cocok apabila diguankan sebagai penguat sinyal SSB, walaupun efesiensinya lebih tinggi dibandingkan dengan penguat lainya. Sebenarnya penguat linier dapat diguankan untuk penguatan sinyal-sinyal FM, AM. Tetapi karena sinyal-sinyal tersebut tidak menghendaki linieritas envelopnya, disamping itu karena linier amplifier efesiensinya hanya rendah saja, maka linier amplifier tidak lazim digunakan untuk menguati sinyal-sinyal tersebut. Biasanya sinyal-sinyal tersebut diperkuat dengan menggunakan penguat klas C yang jauh lebih tinggi efesiensintya. Penggunaan pemancar SSB secara murni pada stasiun Broadcast tidak pernah kita temui. Tetapi secara tidak langsung dapat kita temui pada pemancar dengan mode FM Stereo . Pada pemancar FM Stereo dapat kita temui DSSC ( Double Side Band-Suppressed Carrier), yiut sejenis AM tetapi carriernya praktis menjadi nol. DSSC pada pemancar FM-Stereo ini digunakan sebagai subchanel multiplexer dengan sub-carrier 38 Khz. Dari semua contoh pemancar yang kita bicarakan , terlihat bahwa bagian terpenting dari sebuah pemancar adalah bagian Osilatornya. Oleh sebab itu masalah osilator ini harus benar-benar dipahami oleh setiap teknisi atau operator pemancar. 1.2. Osillator. Osilator merupakan nyawa bagi sebuah pemancar. Pada dasarnya osilator merupakan sebuah penguat (amplifier). Yang mempunyai criteria-kriteria tertentu agar dapat membangkitkan

getaran dengan frekuensi dari spectrum audio samapai spectrum Radio. Adapun criteria yang dimaksud dalam pernyataan di atas pada intinya menyatakan tentang syarat-syarat sebuah amplifier untuk dapat menjadi osilator maka amplifier tersebut harus diberi umpan balik positip dengan level dan fasa tertentu. Disamping sebagai pembangkit gelombang radio bagi pemancar, penggunaan osilator sangatlah luas, misalnya osilator dapat kita temui pada radio penerima, televise dan instrument elektroniuk lainya. Dari sisi ilmu elektronik murni maka, osilator dikatakan sebagai pengubah daya (converter) arus searah menjadi daya arus bolak-balik dengan sifat-sifat tertentu. Sebagai tambahan pada bentuik gelombang dan frekuensi, maka desain osilator harus mempertimbangkan masalah efesiensi pengubahan daya dan stabilitas frekuensinya. 1.3. Osilator Kristal Derajat stabilitas frekuensi dari sebuah osilator kristal sangat tinggi, oleh sebnab itu, osilator kristal ini sering digunakan dalam beberapa instrument elektronik dan alat ukur. Osilator kristal adalah osilator yang menggunakan kristal-kwarsa sebagai rangkaian resonatornya. Tinggi frekuensinya ditentukan oleh dimensi kristal-nya ( biasanya ketebalannya ) . Pada osilator kristal, komponen-komponen pasip seperti inductor atau kasitor sedikit sekali pengaruhnya terhadap tinggi rendah frekuensi osilator. Walaupun begitu, komponen-komponen pasip tersebut sangat penting dalam menentukan besarnya arus yang melalui kristal. Sebab arus yang terlalu besar akan menyebabkan kristal menjadi panas, dan mengakibatkan kristal akan menjadi rapuh. Kerapuhan kristal ini menyebabkan kristal tidak dapat bekerja lagi. Oleh sebab itu , dalam merancang kristal osilator, biasanya feed-back diatur sedemikian rupa sehingga arus yang melalui kristal menjadi kecil saja, asal cukup untuk berisolasi. Baru kemudian frekuensi yang dihasilkan oleh osilator tersebut dikuati smapai level yang dibutuhkan mencukupi. Hampir semua komponen aktip dapat digunakan sebagai osilator, misalnya tabung vakum, Transistor baik bipolar maupun efek medan ( FET ). Sebagai contoh osilator kristal yang menggunakan transistor dapat kita lihat pada gambar.5. Pada Gambar 5a adalah sekema osilator kristal Pierce yang menggunakan FET. Feed-back pada rangkaian tersebut dilakukan oleh kapasitansi gate-source (Cgs) dan kapasitansi drain-source (Cds). Kapasitor-kapasitor ini merupakan kapasitor internal dari FET, biasanya Cgs atau Cds ini nilainya selalu tercantum dalam vademekum transistor.

Gambar 1.5. Osilator Kristal Pada gambar 5b , terlihat osilator Colpitts yang menggunakan transistor bipolar, perhatikan bentuk khas osilator Colpitts tersebut. Pada gambar 5b tersebut terlihat kapasitor dari basis ke emitor dan dari emitor ke nol. Kapasitor tersebut dinamakan kapasitor shunt . Besarnya shunt capacitor ini berkisar antara 10 100 pF untuk osilator yang bekerja dari 1,8 30 Mhz. Pada gambar 6. , terlihat contoh osilator yang outputnya di tala pada kelipatan frekuensi kristalnya. Gambar 6a. memperlihatkan osilator-harmonis. Osilator harmonis outputnya langsung ditala pada kelipatan integer dari frekuensi kristalnya, penalaan tersebut dapat dua kali atau tuga kali, empat kali dari frekuensi kristalnya. Pada gambar 6b, terlihat sekema osilator over-tone yang mempunyai kristal khusus yang disebut kristal over-tone. Kristal over-tone bekerja pada kelipatan ganjil dari frekuensi dasar kristal. Misalnya kristal 27 Mhz , third overtone, ini berarti frekuensi dasarnya adalah 9 Mhz, demikian seterusnya. Kristal jenis overtone ini dapat beroperasi sampai orde VHF dengan fundamental-frekuensi yang hanya pada orde HF. Sebelum ditemukan metode sintesa frekuensi dengan PLL, maka penggunaan kristal overtone ini sangat popular terutama pada band VHF maupun UHF. Khususnya pada pemancar FM dengan cara indirect, yang membutuhkan penggandaan frekuensi yang banyak sekali agar dapat dicapai deviasi frekeunsi yang cukup tinggi. Gambar 1.6. Osilator yang outputnya terganda Selain dengan semikonduktor, maka osilator kristal dapat juga menggunakan tabung-vakum sebagai komponen aktipnya. Sedang jenis tabung-vakum yang digunakan dapat berupa triode, tetrode , pentode. Contoh rangkaiannya dapat kita lihat gambar.7. berikut ini.

Pada gambar 7a, kita lihat sekema osilator Pierce yang dimodifikasi. Dalam cara ini screen-grid , merupakan output maka pemasangan feed-backnya pun dilakukan dari screen ke grid tabung V1. C feed back disini berlaku sebagai tinggi rendahnya tegangan devider bagi G1. artinya C f b berlaku sebagai penentu tinggi rendahnya tegangan feed-back yang masuk ke grid. Nilai kapasitor berkisar antara 10 100 pF untuk osilator yang bekerja pada 1 20 Mhz. Tentu saja dibutuhkan nilai yang lebih tinggi untuk frekuensi osilator yang lebih rendah. Pada gambar 7b, dapat kita lihat osilator Colpitt yang menggunakan tabung-vakum. Feed back diletakan diantara grid dan katode dengan bantuan pembagi kaoasitip C1 dan C2. Sedangkan pada outputnya ( plate) dapat ditala baik pad frekuensi dasar maupun pada frekuensi harmonisnya. Tetapi perlu diperhatikan bahwea ada beberapa jenis tabung vakum yang bila outputnya ditala pada frekuensi dasarnya justru terjadi stop-osilation ( osilasi-terhenti ), kecuali kalau gunakan tabung vakum 6GK6, 5763, 6ALS , 12BY7. Selain itu tabung-tabung tersebut di atas bekerja dengan arus kristal yang rendah dibandingkan dengan tabung vakum jenis lainnya pada power power output yang sma. Perubahan frekuensinyapun cukup kecil bila plate ditala pada frekuensi kristal (kurang dari 25 Hz pada 3,5Mhz). Arus kristalnya dapat diamati dengan terang nyala lampu 60 mA yang dipasang seri dengan kristal. Gambar.1. 7. Osilator Kristal dengan Tabung. Untuk mencapai tingkat stabilitas yang tinggi sangat dianjurkan untuk menggunakan catudaya yang sudah distabilkan dengan regulator.terutama hal ini harus dilakukan pada osilator-osilator yang bekerja dengan harmonis atau overtone, sebab bila ada penyimpangan yang kecil saja pada frekuensi osilator, maka penyimpangan ini akan dilipatkan sebanding dengan besarnya pengadaan yang diterapkan. Seringkali kita temui dalam praktek, sebuah osilator frekuensi-osilatornya tidak menentu, atau berpindah-pindah, bahkan seringkali osilator tidak bekerja sama sekali. Hal ini dapat terjadi karena : 1. Adanya pembebanan berlebih. 2. Feed-back tidak mencukupi. 3. Kristal yang sudah tidak bekerja. Beberapa osilator kristal seringkali cenderung untuk self-osilation pada band VHF, walaupun sebenarnya osilator tersebut bekerja secara normal. Osilator seperti ini disebut.parasitik. Sebagai akibatnya pada output akan terjadi frekuensi yang tumpang tindih antara frekuensi parasitic dan frekuensi kerjanya. Hal ini akan ta,mpak nyata bila outputnya kita pasang osiloskop. Parasitik seperti ini akan menimbulkan adanya interferensi pada band televise yang disebut TVI. Untuk mencegah terjadinya parasitic ini, ada dua cara yang cukup sederhana. Cara pada gambar 8a, ialah memasang resistor dengan nilai rendah (R1) diantara ujung kolektor dengan output sedekat mungkin dengan body transistor. Nilai R1 ini berkisar antara 10 27 ohm. Sedangkan pada gambar 8b . , memasang ferrite bead pada intput ( pada gambar 8a, gate-1) dan diletakan sedekat mungkin dengan body transistor.

Pemasangan ferrite-bead dengan ui = 950 dapat dilakukan baik pada input ( basis, Gate1) maupum pada output ( koolektor , emotor, drain, source, plate, cathode ). Tetapi sebaikanya pencegahan parasitic tersebut dilakukan dengan ferrite-bead, sedangkan penggunaan resistor hanya sebagai alternatip. Gambar 1.8. Pencegahan Parasitic. Seringkali dalam suatu penggunaan karena adanya reaktansi yang cukup besar pada rangkaian aktipnya ( tabung vakum, transistor), maka frekuensi osilator akan sedikit menyimpang dari frekuensi kristal yang tertera pada label kemasannya. Untuk mengatasi masalah. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dipasang kapasitor trimer untuk mengatur frekuensi osilasinya. Prosedur ini disebut Crystal-Netting. Ada dua cara untuk melakukan crystal-netting, yaitu dengan cara seri seperti terlihat pada gambar 9a, atau secara parallel seperti pada gambar 9b. Pemilihan antara cara seri atau paralel tersebut, tergantung dari unsur aktip yang digunakan serta kapasitansi input dari piranti (devices) yang kita pakai.. Sebagai patokan praktek, kalau kita gunakan kristal lebih tinggi dari 1 Mhz, sebaiknya digunakan cara parallel saja.

Gambar 1.9. Crystal-Netting 2.1. Jenis-jenis Matching Unit. 2.1.1. Matching Unit ( T type ) Contoh aplikasi penggunaan rangkaian L type pada coupling antara feeder dan antenna yang disebut dengan Antena Tuning Unit (ATU ) Dalam aplikasi Rf < Ra (Resistan feeder lebih kecil dari Resistan antenna)

Diketahui : Feeder Power Frequency Gambar 6.13. Penyelesaian : Tuning induktansi : L2 =

antenna 75 100 kW 700 kHz

(300 j400)

XL2 = 400

Arus pada antenna Ia Pa = 100.000 = Ia = Amper Tegangan yang ada pada tuning coil VL2 VL2 = 44 x = L2 . Ia Volt

Tegangan pada terminal antenna Va Volt Tegangan rangkaian tuning VRa Vra =Ia x 300 = 5.460 volt. 2.1.2. Aplikasi coupling pada Antena Matching Unit ( L type ) Dalam aplikasi Diketahui : Feeder Power Rf > Ra antenna 250 100 kW (20 j25)

Frekuensi

800 kHz

Gambar.2.1. Rangkaian tuning antena matching (1) Tuning Induktansi XL2 = 25 L2 = 5 uH

Arus antenna Ia. (2) Rangkaian matching Gambar.2.2 Rangkaian maching L type Equivalent transformasi ke rangkaian seri Gambar.2.3. Equivalent transformasi ke rangkaian seri Dimana Dari Induktasi = 3,4 x 20 = 68 Maka Kapasitansi diberikan oleh Xc = X = Dimana Oleh sebab itu sekarang rangkaian matching diberikan sebagai berikut: Gambar.2.4. Rangkaian matching Ltype dengan nilai komponennya. 2.1.3. Rancangan Pie Network. Rangkaian dapatydipertimbangkan sebagai two back to back L network ( dua rangkaian L Type ) Gambar 2.5.a. Gambar 2.5b.Network1 Gambar 2.5c Network 2 R = Ra (1 + Q ) R = Ra (1 + Q ) XL1 = Q.Ra

(1) Batasan nilai dari shunt Xc1 sesuai dengan persamaan dengan setengah dari permisalan nilai Q. (2) Dengan persamaan (17) nilai resistan virtual. definisi dari nilai resistan virtual

R = R (1 + Q).

Resistan virtual adalah R dalam persamaan ini. Nilai ini harus lebih kecil dari kedua impedansi yang dijodohkan (dimachingkan). Jika tidak lebih kecil kemudian nilai dari Q harus dipilih sebelum miningkat. (3). Dengan persamaan batasan nilai dari resistan seri XL1 XL1 = Q1R (4) Batasan nialai dari Q2 oleh persamaan (19) (5) Batasan nilai dari Xc2 dan dalam prosedur yang sama (1) dan (3) dimana : (6) Resistansi dalan bagian I dan dalam bagian II dikoneksi dalam seri oleh sebab itu (7) Phase rotasi dalam bagian 1 adalah (8) Phase rotasi dalam bagian II adalah (9) Total Phase rotasi adalah (10) Dalam kondisi pada 1 dan 1 Contoh : Rancang actual dari rangkaian pie Input impedansi R1 = 2.000 oleh pengoperasian kondisi dari tabung.

Output impedansi R2 = 250 Output Power Po = 500 w.

Nilai dari Q1 dalam bagian I diasumsikan 10. Dengan persamaan (24 ) Pada frekuensi 800kHz C = 0.001F Dengan persamaan (25)

Dengan persamaan (27) Dengan persamaan (28) Pada frekuensi 800kHz C = 0,0027 F Dengan persamaan (30 ) Pada frekuensi 800kHz L = 53,3 H Dalam hal Loss rangkaian Input tegangan Input arus Arus Condenser Arus Coil Output tegangan Output Arus E2 = Ic2 E1 =

3. SOLID STATE PEMANCAR RADIO 3.1. Konfigurasi dasar Pemancar Radio Medium Wave 3.1.1. Blok diagram khas pemancar radio medium wave. Blok diagram khas pemancar radio medium wave diperlihatkan sebagai berikut. Untuk level AF, telah dipilih sebagai level acuan yaitu dihasilkan oleh 1 mw yang melewati resistor 600 (600 adalah merupakan impedansi nominal line audio balanced). Hubungan tegangan AF untuk level acuan adalah 0,775V. Sebagai level +6 dBm. Level ini diambil tegangan dari UR = 1,55V. Agar sesuai level input dari pemancar ke level output nominal studio , level input dari pemancar broadcast juga memilih 6 dBm. Untuk mengkompensasi perbedaan level audio, dalam hal ini perbedaan karakteristik transmisi line atau rangkaian antara studio ke pemancar, range dari level input AF nominal kebanyakan pemancar dapat mengaturnya dengan suatu range rata- rata dB.

Hal ini penting bahwa dalam perubahan peralatan Stuio Link, Level output dari peralatan STL dan level input nominal pemancar berubah dan jika perlu diatus agar nilainya sama. 3.2.. Prinsip modulasi serial. 3.2.1. Teori dan susunan tentang amplitude modulasi. Amplitude modulasi telah digunakan untuk siaran medium wave, bab ini menerangkan susunan dari amplitude modulasi :: Pertama ini merupakan susunan dasar amplitude modulasi seperti yang terlihat pada gambar 6.2. dengan sebuah Pengali dan Penambah. Keadaan yang diperlihatkan pada gambar 6.2. dapat diterangkan sebagai berikut : Setiap nilai yang diekspresikan adalah : Ic Icm Is Ism Io : nilai sesaat dari gelombang pembawa (carrier). : nilai maksimum dari carrier. : nilai sesaat dari signal modulasi : nilai maksimum dari signal modulasi. : nilai sesaat dai output gelombang modulasi.

Catatan : Sebuah huruf kecil dibedakan dari huruf besar. Io = (Icm + is ) sin ct

= (Icm + Ism. sin ct ) sin ct = Icm . ( 1 + (Ism/Icm ) . sin ct ) . sin ct = Icm . ( 1 + m . sin ct ) . sin ct ( m = Ism/Icm io : kedalaman modulasi )

= Icm . sin ct + ( m/2 ) . Icm. Cos ( c - s ) t - ( m/2 ). Icm. Cos ( c + s ) t LOWER SIDEBAND UPPER SIDEBAND

CARRIER

Hal ini dapat dipahami bahwa dua side band yang merupakan perubahan carrier dari center yang dapat dilakukan hasilnya sebagai gambar 6.3.

Frekuensi sisi atas dalam side band disebut Upper sideband Frekuensi sisi bawah dalam side band disebut Lower side band. DSB ( Doble Side Band ) sebutan untuk bentuk yang mempunyai kedua sisi band tersebut. Penyebutan Single side band untuk bentuk yang mempunyai salah satu dari sisi band tersebut. Sedangkan bentuk yang digunakan untuk siaran televise membuat satu sisi band kecil dan ini dibuat tidak simestris. Bentuk ini disebut VSB ( Vestigial Side Band ). Pada penangan lain hubungan antar power elektrik ( Power elektrik modulasi ; Pm ) yang mana selanjutnya Pm memodulasi dalam Amplitude Modulasi dan Power Carrier ( Pc) yang telah dimodulasi menjadi bentuk sebagai berikut. Gambar 6.5 memperlihatkan suatu rangkaian system modulasi Amplitudo yang merupakan generasi pertama menggunakan system modulasi plate pada tahap final dengan tabung Vacum sebagai penguatnya. Rangkaian ini mempunyai prinsip amplitude modulasi berkarakteristik sebagai berikut : 1). Tegangan plate (Ep) tinggi ( sekitar rata-rata 1000 sampai 10.000 volt). 2). Susunan komponen ukurannya besar. 3). Penalaan peralatan berdasarkan pengalaman. 4). Bagian penguat modulator disetel pada klas AB sedangkan bagian PA disetel pada kelas C. 5). Sistem menjadi ukurannya lebar dengan adanya pendingin karena adanya panas filament dan plate. 6.1 Prinsip penguat HF klas D Penguat kelas A, B dan AB meningkatkan penguatan sinyal masukan , terutama tanpa mengubah bentuknya dalam proses yang bersangkutan. Tidak demikian dengan rangkaian kelas D. Disini sinyal masukan masukan diubah kedalam pulsa-pulsa. Lebar atau interval waktu masingmasing pulsa tergantung pada amplitude sinyal sesaat masukan sinyal audio tersebut. Harus terdapat sejumlah besar pulsa yang hadir selama masing-masing daur audio , jika daur tersebut harus dinyatakan secara teliti dengan pulsa-pulsa ini. Sebagai contoh, jika satu daur pada frekuensi audio atas seharga 20 kHz akan dinyatakan dengan pu;sa-pulsa , harus terdapat jumlah pusa yang cukup lebar yang bervariasi untuk memasok informasi rinci tentang berbagai segmen pada daur audio ini. Masing-masing daur harus dibagi dalam sekurang-kurangnya sepuluh bagian

sehingga frekuensi pulsa adalah 200 kHz atau lebih. Pada umumnya digunakan 500 kHz sehingga memungkinkan representasi yang lebih teliti bagi sinyal terdengar yang bersangkutan. Suatu metoda dapat dijelaskan dengan bantuan gambar 6.6. Gambar 6.6. Gelombang Gigi-gergaji dicampur dengan sinus untuk membentuk representasi termodulasi pulsa atau pulsa PDM. Gambar ini memperlihatkan bentuk-bentuk gelombang gigi gergaji yang digunakan untuk memodulasi-pulsa separuh daur berbentuk sinusoidal. Gelombang sinus audio dan gelombang gigi gergaji dicampur dalam sebuah rangkaian. Keluaran dari rangkaian ini adalah gelombang sinus termodulasi lebar pulsa. Lebar masing-masing pulsa ditentukan oleh amplitude sesaat sinyal audio yang dinyatakannya. Rangkaian seperti pada gambar 6.6. dapat digunakan untuk membentuk pulsa-pulsa ini. Ini adalah rangkaian penguat diferensial . Pada rangkaian ini gelombang gigi-gergaji dicatukan ke Q1 dan keluaran gigi-gergaji muncul pada RE. Sinyal ini ditambahkan ke gelombang sinus pada masukan Q2. jumalh kedua sinyal membuat transistor Q2 hidup mati. Akibat daur hidup mati Q2 muncul pulsa-pulsa pada rangkaian kolektor Q2 . Lebar pulsa-pulsa ini ditentukan oleh tegangan basis emitor pada Q2. Tegangan ini selanjutnya ditentukan oleh tegangan jumalah tinggi dan rendah yang terbentuk oleh kehadiran gelombang sinus dan gelombang gigi gergaji pada pertemuan ini. Ketika tegangan total pada pertemuan basis-emitor Q2 adalah nol, Q2 mati dan tegangan keluaran pada kolektor Q2 adalah Ecc. Ketika tegangan total ini positip, Q2 hidup dan tegangan kolektornya mendekati nol akibat penurunan tegangan pada Rc. Gambar 6.7. Rangkaian yang digunakan untuk membangkitkan representasi termodulasi-pulsa dari gelombang sinus. Keluaran dari penguat deferensial ini dapat diterapkan ke rangkaian kelas B. sebuah kapasitor besar harus ditempatkan pada beban keluaran pengeras suara untuk mebangun kembali pulsapulsa ini menjadi variasi perbesaran dari masukan audio aslinya. Rangkaian yang menggunakan susunan kelas B yang efesian dicontohkan pada penguat daya OTL( Output Transformerless). Bila pulsa ini dimodulasikan untuk Pemancar medium wave maka dibuatnya pada rangkaian Comperator seperti pada gambar 6.8. Sedangkan untuk mendapatkan signal audio kembali dimasukan pada rangkaian Demodulator setelah melewati Low Pass Filter ( LPF ). Gambar 6.8. Proses Penggabungan signal gigi-gergaji dan signal audio (A) Signal PWM hasil dari penggabungan (B) Signal audio yang didapat kembali setelah proses demodulasi (C). 6.2 Rangkaian output klas D

Rangkaian output kelas D digunakan dalam prinsip modulasi PWM pada pemancar medium wave generasi kedua. Dimana peralatan relatip lebih dingin disbanding dengan generasi sebelumnya karena menggunakan semikonduktor. Dalam hal ini menggunakan [power MOSFET. ( Metal Oxide Semikonduktor- Field Effek Transistor ). Dengan menggunakan system PWM , yang mana pengamplifikasian audio disesuaikan pada tahapan modulator dalam efesiensi yang tinggi. Pada system ini menggunakan switching power supply yang baik pada bagian permulaan. Jenis susunannya diperlihatkan pada gambar 6.9. Pemancar soled state ( PA/MO system) mempunyai karakteristik sewbagai berikut dalam perbandingan dengan jenis tabung vacuum. 1). Pada bagian final beropersi pada kelas D. 2). Peralatan menjadi relatip lebih kecil. 3). Pemeliharaan menjadi lebih mudah. 4). Keseluruhan susunan peralatan relatip lebih dingin. 5). Kehandalan lebih l;ama. Adapun Konfigurasi dasar dari Pemancar MW solid state secara keseluruhan diperlihatkan pada gambar 6.10. 6.3 PDM ( pulse duration modulation). Semenjak PDM diperkenalkan tahun 1967, membuktikan yang paling unggul dari cara-cara lain pemodulasian pemancar AM power tinggi sampai akhir tahun sembilan puluhan. Dasar yang menguntungkan dari PDM yaitu dalam bidang effesiensi, kesederhanaan (simplicity), kejituan (fidelity) , tahan uji (reliability ) yang menjadikan tanggapan penerimaan yang baik. Tinjauan berikut ini menerangkan bagaimana dimaksudkan untuk meyakinkan pengertian dari proses kerja pemodulasian ini. 6.5.1. Susunan PDM Gambar 6.11. memperlihatkan dimana modulator PDM disambungkan. Modulator PDM mencapai modulasi plate pada penguat akhir. Pencapaian ini karena baiknya penurunan tegangan seri dalam saluran negatip dari power supply. Modulator PDM seri dapat juga ditempatkan dalam saluran positip pada penguat akhir, tetapi bekerja lebih besar, dan untuk mengurangi kerumitan dalam mencapai pemancar yang praktis maka ditempatkan dalam saluran negatip.

Dengan tanpa modulasi nilai tertentu dari tegangan palte PA yang diperoleh untuk mengirim power output pemancar. Dengan tanpa modulasi modulator PDM seri menghasilkan penurunan tegangan mendekati sama dengan nilai tegangan plate. Kemudian power supply mempunyai tegangan sama dengan sejumlah nilai tegangan tersebut. Penyimpangan pada modulasi positip, penurunan seri berlaku pada modulator PDM menjadi lebih kecil dan lebih kecil. Ini berarti tegangan power supply penuh mulai berlaku pada penguat akhir. Sebaliknya mendekati puncak modulasi negatip penurunan tegangan berlaku pada modulator PDM seri menjadi lebih besar dan lebih besar, maka tegangan plate penguat akhir menjadi lebih kecil dan lebih kecil. 6.5.2. Dasar Perbandingan PDM Modulator PDM seri disamping dari segi pengaturan tegangan yang dikerjakan oleh power supply, berbagai pengaturan dalam model linier sebagai hasil informasi audio. Oleh sebab itu tegangan plate langsung modulator seri dapat diubah untuk mencapai perubahan yang diinginkan tegangan plate pada penguat akhir. Ada perubahan pada tegangan plate mnegakibatkan perubahan pada modulasi plate. Modulator PDM seri membuat modulasi plate dalam penguat akhir menjadi model yang sama persis dengan klasifikasi pemancar modulasi plate. Modulator PDM dalam saluran negatip penguat akhir dan tegangan power suply mendekati dua kali nilai yang diinginkan untuk keadaan carrier pneguat akhir. Kita belum berbicara apa yang ada dalam kotak yang berlabel PDM dimodulasi seri kita akan langsung mengerti bahwa penurunan (drop) yang berlaku pada kotak berubah-ubah langsung seperti informasi audio yang berubah-ubah. Ketika tidak ada modulasi maka kotak PDM mempunyai penurunan (drop) yang tetap. Audio berubah-ubah. Penurunan tegangan plate penguat akhir berubah-ubah. Sekarang untuk mengembangkan pemikiran dari apa yang ada dalam kotak modulator PDM kita akan mulai menghilangkannya dengan pembangkitan dari signal PDM level rendah. 6.5.3. Rangkaian PDM 6.5.3.1. Oscillator 75 kHz Dalam runtutan gambar mendatang kita akan mulai pada penyelesaian lain dari pemancar. Disini kita melihat oscillator 75 kHz dalam badan PDM. Kita akan meninjau setiap fungsinya sebelum kembali ke modulasi pemancar. Oscillator 75 kHz adalah tahap pertama dari exciter PDM. Seperti yang digambarkan dalam gambar 6.12. Yaitu Oscillator colpitts LC sederhana yang melepaskan gelombang dari katodenya mendekati 30 volt peak to peak., timbul pada frekuensi 75 kHz. Frekuensi yang sebenarnya dari oscillator ini tidak kritis maka dari itu kontrol kristal tidak diperlukan. Output dari oscillator ini diperlihatkan oleh penunjuk panah pada emiter tahap oscillator.

Catatan ; Resistor dalam nilai ohm Kapasitor dalam nilai pikofarad 6.5.3.2. Pembangkit Gelombang segi empat.

Gamba r 6.11 Oscillat or 75kHz

Gambar 6.13. memperlihatkan oscillator di tambah tahap berikutnya dari exciter PDM, tahap berikutnya disebut pembangkit gelombang kotak. Tahap berikut mengambil gelombang yang timbul dari oscillator dam membangkitkan gelombang kotak dari padanya. Q-2 beroperasi sebagai penguat tambahan yang mempercepat dan memperbesar. Oleh sebab itu gelombang yang timbul terbentang dan kemudian dijepit. Hasil dari kolektor Q-2 adalah gelombang kotak 20 volt peak to peak pada frekuensi oscillator. Rangkaian ini sangan sederhan dan hanya ada sesuatu yang mungkin memerlukan penjelesan yaitu tentang CR 1 dan CR 2. Diode ini fungsinya untuk melindungi tegangan bias (panjar) transistor dari gerakan yang menuju kejenuhan. Oleh perlindungan dari kejenuhan ini, waktu pemulihan dari transistor sangat cepat, ini memberikan waktu untuk timbulnya gelombang kotak. Output dari pembangkit gelombang kotak di tunjukan oleh tanda panah pada kolektor Q-2. . Oscillator 75kHz Pembangkit gelombang kotak

Gambar 6.12 6.5.3.3. Penggabung (Integrator) Gambar 6.13 mempelihatkan bahwa output pembangkit gelombang kotak dikirim ke penggabung ( integrator ) . Penggabung mengambil gelombang kotak dan menambahkannya menjadi bentuk gelombang segi tiga. Kapasitor C-7 dan C-8 melakukan penggabungan yang hasilnya bentuk gelombang segi tiga dari bentuk gelombang kotak. Maka tegangan pada C-8 terus menerus menjadikan gelombang bentuk segi tiga pada kecepatan pengulangan yang dibatasi oleh bagian oscillator. Sekali lagi rangkaian sangat sederhana dan stabil. . Oscillator 75kHz Pembangkit Integrator

gelombang kotak Gambar 6.13 6.5.3.4. Penambah ( Adder ) Gambar 6.14 memperlihatkan bahwa output dari penggabung (integrator0 menuju kerangkaian penambar (adder). Pada simpang jalan Resistor R-9 , R-10 dan R-11 , kita menjumlah bersama gelombang bentuk segi tiga, informasi audio dan tegangan kontrol DC. Ini adalah rangkaian resistor penambah. Gelombang bentuk segi tiga berulang-ulang dalam cara yang sangat tetap pada semua waktu. Tegangan audio adalah audio yang memodulasi kepada pemancar. Tegangan

DC kontrol adalah tegangan DC kecil yang sudah memberitahukan badan PDM ini apa yang diinginkan power output gelombang pembawa ( carrier ). Jadi pada poin ini kita telah menambah bersama gelombang bentuk segi tiga, tegangan audio dan tegangan kontrol. Tegangan kontrol DC memnentukan titik ambang batas ( thres hold point) dari transistor. . Oscillator 75kHz Pembangkit Integrator Adder

gelombang kotak Gambar 6.14 6.5.3.5. Threshold Amplifier Gambar 6.15 memperlihatkan bahwa penambahan bersama sinyal-sinyal mengumpankan pada threshold amplifier, Pekerjaan dari Threshold amplifier adalah pada waktu penjumlahan sinyalsinyal melebihi batas nilai dan menutup pada waktu penjumlahan sinyal-sinyal dibawah ambang level.Threshold amplifier dapat membuka dan dapat juga menutup. Outputnya adalah 1 volt peak to peak. Sinyal yang selama membuka dan menutup ditentukan oleh hasil dari penjumlahan sinyal, melebihi atau dibawah ambang batasnya. Maka out dari threshold amplifier kita mempunyai gerakan jepitan untuk menghasilkan gelombang kotak yang membuka dan menutup selama dibatasi oleh penjumlahan sinyal- sinyal. Bila ambang batas menjadi separoh jalan membentuk gelombang segi tiga, kemudian output dari threshold amplifier akan menjadi 50% gelombang kotak. Jika penjumlahan sinyal-sinyal selalu di bawah ambang batas tidak akan ada output dari treshold amplifier. Dan jika penjumlahan sinyal-sinyal selalu di atas ambang batas ini akan menjadi ON terus menerus, bagaimanapun operasi yang normal adalah berada diantara kedua perbedaan yang mencolok ini. Bentuk segi tiga ditambah dengan audio akan berubah-ubah amplitudonya, oleh sebab bentuk segitiga berlaku pada ambang batas diberbagai waktu, selama itu hasil output dari threshold amplifier berubah-ubah. Kita akan melihat ini lebih jelas lagi ketika kita memandang bentuk-bentuk gelombang yang lebih detail. . Oscillator 75kHz Pembangkit Integrator Adder Threshod

gelombang kotak Gambar 6.15 6.5.3.6. Amplifier Pulsa -1 Gambar 6.16. memperlihatkan bahwa output dari threshold amplifier diumpankan pada amplifier pulsa. Amplifier pulsa mengerjakan dua pekerjaan, pertama menaikan besarnya sinyal output ON OFF dari threshold amplifier, dan kedua menaikan sedikit waktu yang timbul seperti yang diperlihatkan dalam bentuk gambar.6.16 Oscillator 75kHz gelombang kotak Pembangkit Integrator Adder Threshod Amplifier Pulse

6.5.3.7. Amplifier Pulsa -2 Gambar 6.17 memperlihatkan tahap terakhir dari bagian exciter PDM. Tahap terakhir ini adalah amplifier pulsa yang menaikan lagi besarnya sinyal ON OFF

Mbah KarnoMewariskan Ilmu kepada Anak CucuSearch this

0 Sejarah Radio AM dan FM Posted on Sabtu, 03 September 2011 by Agus Mulyadi FM adalah singkatan dari "frequency modulation" dan AM adalah singkatan dari "amplitude modulation," maka perbedaannya adalah berdasarkan perubahan naik-turun gelombang radionya. Gelombang FM dibedakan berdasarkan frekuensi, atau berapa banyak perubahan arah tujuan gelombangnya setiap detik. Sementara gelombang AM berubah berdasarkan amplitudo, yang menggambarkan kekuatan spesifik sinyalnya.

Semua gelombang radio amplitudonya berubah selama perjalanannya, tapi tentu saja, jika amplitudonya tidak cukup kuat saat mencapai reciever, maka yang terdengar adalah suara statik yang sering kita dengar seperti desisan.

Dan karena gelombang AM bergantung pada smplitudo spesifik untuk mendapatkan sinyal, makanya AM kurang bisa diandalkan. Dan lebih murah, sehingga beberapa desa ada yang memiliki radio mereka sendiri, untuk menyiarkan berita-berita lokal seperti pertanian. AM memang hadir lebih dulu daripada FM. Reginald Fessenden membuat siaran radio AM pertama pada tahun 1906. Melalui radio tersebut ia menyiarkan ceramah dan pembacaan Injil dan menyajikan permainan biola yang ia lakukan sendiri. Media itu populer dari tahun 1920 hingga kehadiran radio FM pada era 50an. Seketika AM seolah terbatasi. Gelombang AM mengalir dekat dengan tanah pada siang hari dan semakin tinggi ke angkasa pada malam hai, yang artinya sulit untuk mendapatkan radius penyiaran selama jam siang. AM juga mudah terhalang oleh bangunan tinggi FM ditemukan pada tahun 1933 oleh Edwin Armstrong, tapi sayangnya, ia keburu meninggal dunia sebelum melihat kesuksesan penemuannya. Ia diyakinkan bahwa FM temuannya itu gagal, dan akhirnya ia bunuh diri dengan melompat dari jendela pada tahun 1954. Hanya beberapa tahun setelahnya, keunggulan FM mulai dikenali masyarakat Amerika. Kepopuleran FM pun semakin meroket, membuat janda Armstrong kaya raya.

Menurut buku World Factbook milik CIA, ada sekitar 28,693 stasiun radio FM di dunia dan hanya sekitar 16,265 stasiun radio AM 0 Minggu, 05 September 2010 Post By: echo saja

radio pemancar

Membangun Pemancar FM Komunitas ala Pak Onno W. Purbo FEBRUARY 9TH, 2009 | ARTIKEL | Pada masa lalu, para aktifis harus berfikir dua kali sebelum membangun pemancar FM karena kemungkinan besar akan di sweeping aparat. Berkat perjuangan rekan-rekan bawah tanah aktifis radio FM komunitas yang terkait pada banyak jaringan radio di Indonesia akhirnya pemerintah mengeluarkan Undang-Undang no. 32 tahun 2002 tentang penyiaran yang mengakui keberadaan lembaga penyiaran komunitas pada bagian enam pasal 22 sampai dengan pasal 24. Komunitas disini dapat berupa sekolah, tempat ibadah (masjid / gereja), RT, RW, karang taruna dll. Ijin radio komunitas dapat dimintakan ke Komite Penyiaran Indonesia (KPI) yang detail formulir maupun alamatnya dapat di lihat di Web KPI http://www.kpi.go.id. Pengalaman beberapa rekan di Jakarta ijin radio komunitas relatif mudah dan tidak mengeluarkan biaya. Tapi beberapa rekan di daerah, tampaknya masih memperoleh kesulitan dengan KPI daerah baik dari sisi prosedur maupun dari sisi setoran.

Detail teknis pemancar FM komunitas dijelaskan dengan lebih rinci pada Keputusan Menteri Perhubungan no. 15 tahun 2003 yang di tanda tangani oleh Pak Agum Gumelar. Beberapa hal yang penting yang perlu di perhatikan, kuat daya pancar maksimum 25Watt (kira-kira equivalen dengan ERP di antenna maksimum 50Watt). Dengan ketinggian tower maksimum 25 meter. Jangkauan maksimum yang di ijinkan hanya 2.5km atau 1-2 Rukun Warga saja. Channel yang dapat digunakan untuk radio komunitas hanya 107.7MHz, 107.8MHz, 107.9MHz. Di Jakarta mungkin agak berbeda sedikit karena 107,8MHz digunakan oleh radio milik POLDA, maka rekan-rekan komunitas FM banyak menggunakan 107.6, 107.7 dan 107.9MHz. Bagaimanakah bentuk pemancar FM komunitas? Berapa investasinya? Dimana memperoleh peralatan tersebut? barangkali pertanyaan-pertanyaan praktis ini banyak di cari jawabnya oleh banyak rekan pemula radio. Blok diagram pemancar FM Komunitas sangat sederhana sekali. Pada gambar di bawah tampak blok sebuah pemancar FM komunitas sederhana,

Sebuah pemancar FM komunitas menerima masukan dari Mixer berupa audio stereo dengan keluaran berupa sinyal radio yang di masukan ke antenna melalui kabel coax. Suara dan musik dimasukan ke mixer sebelum di masukan ke pemancar FM. Minimal sekali kita memerlukan beberapa microphone (mike) untuk penyiar berbicara, di samping itu akan membantu jika kita mempunyai semacam MP3 Player. Dengan semakin murahnya harga komputer, pada hari ini kebanyakan pemancar FM akan menggunakan komputer untuk memutarkan lagu karena stok / perpustakaan lagi menjadi sangat banyak sekali. Untuk sebuah sistem yang sederhana anda dapat menggunakan MP3 Player di komputer seperti Winamp (di Windows) atau XMMS (di Linux). Lagu-lagu dapat di peroleh dari CD-CD MP3 yang banyak di jual oleh pengecer CD, memang harus di akui bahwa sebagian besar CD tersebut adalah bajakan. Bagi mereka yang ingin lebih profesional, saya sarankan untuk menggunakan Linux Ubuntu dan menginstalasi software campcaster yang merupakan software untuk broadcast radio komunitas yang dapat secara gratis di ambil di http://www.campcaster.org. Teknik instalasi Campcaster memang bukan untuk pemula anda memerlukan pengetahuan tentang Linux untuk dapat menginstall Campcaster dengan baik. Pertanyaan praktis, dimanakah memperoleh peralatan ini? Mixer saya biasanya membeli di toko elektronik sekitar Kembang Sepatu di daerah Senen Jakarta. Jangan membawa mobil kesana, karena memang tidak ada tempat parkir. Sebuah mixer paling kecil dengan empat (4) channel dapat di beli seharga Rp. 350.000,- , Mixer yang agak lumayan untuk radio komunitas biasanya sekitar delapan (8) channel yang harganya sekitar Rp. 450.000,- di Kembang Sepatu. Tentunya anda harus pandai memilih dan menawar untuk memperoleh harga sedemikian rendah.

Pada gambar tampak mixer dan komputer Linux Ubuntu dengan campcaster pada Kerm.IT FM, yang di operasikan oleh Kelompok Remaja Melek IT (Kerm.IT) di kemayoran Jakarta.

Kabel-kabel audio untuk mikrofon maupun untuk sambungan dari mixer ke berbagai peralatan audio maupun ke pemancar yang bagus biasanya menggunakan kabel buatan Jepang. Harga kabel audio stereo antara Rp. 3000-5000 / meter biasanya bisa di beli di Glodok yang lama. Terakhir adalah Pemancar FM Boardcast komunitas. Pengalaman saya kalau mencari di Jakarta biasanya harganya lumayan mahal. Tampaknya banyak pembuat pemancar FM boardcast di Jawa Timur. Hal ini dapat anda deteksi dengan mudah melalui situs BEKAS.COM http://www.bekas.com pada kategori alat komunikasi pada bagian Radio Amatir. Dari sekian banyak pembuat radio pemancar FM boardcast yang relatif murah tapi masih berkualitas tampaknya saudara Dwi Hartanto, yang beralamat di Jl. Sultan Hasanudin III/16 , Tulungagung 66224, Jawa Timur yang dapat dihubungi melalui e-mail ke info at aircom-rf.com atau dwi_hartanto at telkom.net . Produk Pemancar FM boardcastnya dapat dilihat di situs beliau http://www.aircom-rf.com. Jika kita lihat peralatan di dalam-nya sebetulnya relatif sederhana sekali. Sebuah pemancar FM komunitas hanya terdiri dari pembangkit frekuensi tinggi yang dapat diatur frekuensinya, sebuah power amplifier 25 Watt dan sebuah stereo enkoder.

Karena ketinggian tower di batasi hanya 25 meter, cara paling sederhana untuk menaikan antenna bagi pemancar FM komunitas ini adalah dengan memasang antenna panjang gelombang pada pipa ledeng. Cara paling mudah adalah mengikatkan terlebih dulu antenna ke pipa ledeng, baru di tegakan pipa ledeng tersebut. Tampak pada gambar anak remaja dari Kerm.IT (Kelompok Remaja Melek IT) di kemayoran Jakarta sedang menaikan antenna radio pemancar FM stereo-nya.

Total biaya pembuatan sebuah stasiun pemancar FM komunitas sama sekali tidak mahal. Pemancar FM stereo 25Watt beserta antenna panjang gelombang dan ongkos kirim dari Tulungagung dapat di peroleh dengan biaya Rp. 1.8 juta-an, Mixer dapat di peroleh sekitar Rp. 350-450.000,- di Kembang Sepatu Senen. Dengan kabel-kabel mikrofon, kabel coax dan pipa ledeng akan menghabiskan sekitar Rp. 2.5-3 juta sebuah pemancar FM stereo 25 Watt untuk komunitas dapat memancar. Mudah-mudahan tulisan ini dapat menggugah anda semua untuk mulai memberdayakan lingkungan sekitar kita di sekolah, di RW, di majid atau tempat peribadatan untuk siaran radio.

Prinsip Kerja TransceiverSumber: Sunarto, YBUSJ/SK Radio communication transceiver adalah pesawat pemancar radio sekaligus berfungsi ganda sebagai pesawat penerima radio yang digunakan untuk keperluan komunikasi. Ia terdiri atas bagian transceiver dan bagian receiver yang dirakit secara terintegrasi. Pada generasi mulamula, bagian pemancar atau transmitter dan bagian penerima atau receiver dirakit secara terpisah dan merupakan bagian yang berdiri sendirisendiri dan bisa bekerja sendirisendiri pula Pada saat ini kedua bagian diintegrasikan dipekerjakan secara bergantian. Pesawat pemancar sederhana terdiri atas suatu osilator pembangkit getaran radio dan getaran ini setelah ditumpangi dengan getaran suara kita, dalam teknik radio disebut dimodulir, kemudian oleh antena diubah menjadi gelombang radio dan dipancarkan. Seperti kita ketahui bahwa gelombang suara kita tidak dapat mencapai jarak yang jauh walaupun tenaganya sudah cukup besar, sedangkan gelombang radio dengan tenaga yang relatif kecil dapat mencapai jarak ribuan kilometer. Agar suara kita dapat mencapai jarak yang jauh, maka suara kita ditumpangkan pada gelombang radio hasil dari pembangkit getaran radio, yang disebut gelombang pembawa atau carrier dan gelombang pembawa tadi akan mengantarkan suara kita ke tempat yang jauh. Di tempat jauh tadi, gelombang radio yang terpancar diterima oleh antena lawan bicara kita. Oleh antenanya, gelombang radio tadi, yang berupa gelombang elektromagnetik diubah menjadi getaran listrik dan masuk ke receiver. Dalam receiver pesawat lawan bicara kita, getaran carriernya kemudian dibuang dan getaran suara kita ditampung kemudian dimunculkan melalui speaker. Dengan teknik modilasi inilah dimungkinkan suatu getaran audio mencapai jarak jangkau yang jauh. Getaran suara kita masuk ke transmitter melalui mikrophone, output mikrophone tadi seringkali perlu diperkuat terlebih dahulu dengan suatu audio amplifier ialah yang disebut microphone preamplifier agar dapat ditumpangkan pada carrier oleh modulator. Untuk menambah daya pancar suatu transmitter, getaran hasil osilator tadi sebelum dipancarkan diperkuat terlebih dahulu dengan suatu radio frequncy amplifier. Penguatan dapat dilakukan sekali dan bisa juga dilakukan lebih dari satu kali. Pemancar yang tidak diperkuat disebut pemancar satu tingkat dan yang diperkuat satu kali dinamakan dua tingkat dan seterusnya. Pada umumnya untuk mencapai daya pancar 100 Watt diperlukan penguatan 3 kali, penguat pertama disebut predriver, penguat berikutnya disebut driver dan penguat akhir disebut final amplifier.

[edit] Cara Modulasi

Dalam teknik radio kita kenal berbagai macam cara modulasi antara lain modulasi amplitudo yang kita kenal sebagai AM, modulasi frekuensi yang kita kenal sebagai FM dan cara modulasi yang lain adalah modulasi fasa. Radio yang kita gunakan seharihari untuk berbicara dengan rekan-rekan misalnya dengan pesawat HF SSB menggunakan modulasi AM sedangkan pesawat VHF dua meteran umumnya digunakan modulasi FM. Pada modulasi amplitudo (AM) getaran suara kita akan menumpang pada carrier yang berujud perubahan amplitudo dari gelombang pambawa tadi seirama dengan gelombang suara kita.

Sedangkan dengan modulasi frekuensi (FM), gelombang suara kita akan menumpang pada gelombang pembawa dan mengubahubah frekuensi gelombang pembawa seirama dengan getaran audio kita. Rasanya bisa juga dikatakan bahwa pada AM, gelombang audio menumpang secara transversal sedangkan pada FM audio kita menumpang secara longitudinal. Transversal ialah getarannya tegak lurus dengan arah perambatan sedang longitudinal ialah getarannya sama dengan arah perambatannya. Perangkat transceiver yang banyak terdapat di pasaran dan yang kita pergunakan sekarang ini menggunakan dua macam modulasi tersebut. Kebanyakan pesawat HF SSB menggunakan modulasi AM dan pesawat-pesawat VHF dan UHF yang ada di pasaran, menggunakan modulasi FM. Pada beberapa jenis pesawat HF (SSB) misalnya TS430 disediakan fasilitas tambahan dengan modulasi FM, sedangkan pasawat VHF misalnya Kenwood TR9130 tersedia mode SSB (pada mode SSB, jenis modulasi yang digunakan adalah AM).

[edit] Single Side BandKalau kita berbicara tentang Single Side Band, maka kita menyinggung lebih jauh tentang modulasi amplitudo (AM). Pada setiap kita melakukan modulasi sebenarnya kita melakukan pencampuran antara frekuensi radio dengan frekuensi audio. Setiap pencampuran dua frekuensi akan terjadi proses penjumlahan kedua frekuensi dan sekaligus terjadi proses pengurangan dari kedua frekuensi tersebut. Jadi setiap kali kita memodulir carrier, akan menghasilkan dua frekuensi sekaligus. Misalnya suatu carrier dengan frekuensi 3.000 Kc kita modulir dengan audio ferkuensi 3 Kc, hasilnya adalah 3.003 Kc dan 2.997 Kc, atau dikatakan tejadi dua sisi band ialah sisi atas dan sisi bawah. Sisi atas dan sisi bawah tersebut berbentuk symetris, jadi kalau hasil modulasi itu langsung kita pancarkan berarti kita memancarakan dua barang yang sama. Apabila kita memancar dengan cara tersebut di atas, dikatakan kita menggunakan mode Double Side Band (DSB) karena carrier yang memuat sisi atas dan bawah dipancarkan bersama. Pada pesawat buatan pabrik, biasanya mode ini diberi kode AM yang sebenarnya istilah dalam teknik radio adalah DSB. Apabila kita menggunakan mode DSB, maka setiap kita menekan PTT, gelombang pembawa (carrier) langsung terpancar walapun belum ada modulasi. Pancaran carrier dengan tanpa modulasi tersebut sebenarnya merupakan suatu pemborosan. Pemborosan tersebut dapat dihilangkan apabila alat menggunakan balance modulator. Dengan menggunakan balance modulator, carrier hanya terpancar bila ada modulasi, walaupun PTT ditekan. Pancaran semacam ini dinamakan pancaran Double Side Band Suppressed Carrier (DSBSC).

Dengan DSBSC, kita sudah bekerja lebih efisien daripada DSB, akan tetapi pancaran masih memuat kedua sisi gelombang pemodulasi ialah USB dan LSB yang bentuknya symetris seperti telah diuraikan sebelumnya. Sehingga sebenarnya kita cukup memancarkan salah satu side band saja. Mode semacam ini dikatakan mode SSB. Kita kenal ada dua macam cara untuk membuat SSB, cara pertama ialah dengan metoda phase shift, cara lain ialah dengan metoda filtering. Cara pertama tidak banyak digunakan dan pesawat SSB bikinan pabrik umumnya menggunakan filtering. Signal DSBSC, sebelum diperkuat dan dipancarkan, dimasukkan ke SSB filter terlebih dahulu untuk menghasilkan LSB atau USB. Filter yang digunakan untuk keperluan ini adalah filter kristal atau filter mekanik. Rekan-rekan penggemar homebrew lebih suka menggunakan filter kristal karena dapat dibuat sendiri. Pemancar SSB dikatakan lebih efisien daripada AM (DSB), ini dapat kita berikan gambaran sebagai berikut. Misalnya pemancar AM (DSB) dengan power 150 Watt (kedalaman modulasi 100%), maka power pada USB dan LSB masing-masing 25 Watt dan carrier mempunyai power 100 Watt. Kita tahu bahwa audio kita berada pada side band tersebut. Pada pancaran SSB, yang dipancarkan hanya salah satu side band ialah LSB atau USB yang powernya hanya 25 Watt. Dengan pancaran SSB 25 Watt tersebut, audio kita sudah dapat sampai pada tujuan dengan kejelasan informasi yang sama dengan pancaran AM (DSB) 150 Watt tadi.

Keuntungan lain dari mode SSB ialah lebar band yang dapat lebih sempit. Untuk keperluan komunikasi, mode SSB hanya memerlukan kelebaran band sekitar 3 Kc sedangkan dengan mode DSB diperlukan sekitar 6 Kc, sehingga mode SSB memberikan penghematan penggunaan band. Selanjutnya kita akan menengok lebih dalam suatu transmitter SSB yang block diagramnya terdapat gambar.

Pada detector suatu receiver SSB, signal yang diterima harus dicampur terlebih dahulu dengan frekuensi hasil suatu Beat Frequency Oscillator (BFO) dan sebagai BFO digunakan carrier oscillator.

Apabila kita amati block diagram transmitter dan receiver, maka terlihat bahwa beberapa block digunakan oleh transmitter dan juga oleh receiver ialah Carrier Oscillator, SSB Filter dan VFO. Oleh karena itu pada perangkat SSB transceiver, ketiga blok hanya dibuat masing-masing satu saja dan digunakan bersama oleh bagian transmitter dan receiver secara bergantian.

[edit] Radio Komunikasi dan Radio SiaranBanyak radio-radio siaran yang menggunakan mode DSB atau lazim disebut radio AM. Untuk keperluan siaran-siaran dimana akan disiarkan musik, diperlukan lebar band yang cukup sehingga suara bass dan trebelnya bisa terdengar dengan sempurna. Akan tetapi untuk keperluan komunikasi, yang ditransfer adalah informasi dan tidak perlu terdengar bass atau trebelnya, yang dipentingkan disini bahwa informasi yang disampaikan dapat dengan baik diterima dan untuk itu tidaklah diperlukan kelebaran band yang besar. Lebar band pesawat komunikasi sudah diatur secara internasional, ialah bahwa untuk SSB kelebaran maksimum adalah 3 Kc dan untuk DSB kelebaran band maksimum 6 Kc, sehingga band frekuensi dapat digunakan secara efisien. Pembuatan pesawat AM untuk keperluan siaran pada umumnya dilakukan dengan mengadakan amplifikasi terlebih dahulu audio pemodulasinya sehingga mencapai power yang besar. Selanjutnya modulasi dilakukan pada tahap akhir dari carrier, hal ini dimaksudkan agar amplifikasi carrier bisa lebih efisien. Cara semacam ini menghasilkan lebar band yang cukup besar. Bila pesawat komunikasi menggunakan cara semacam itu, kelebaran bandnya menjadi sangat besar dan jauh melampaui batas maksimum dari peraturan yang berlaku. Transceiver semacam ini sebaiknya ditingkatkan menjadi SSB. Rasanya tambahan pengetahuan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dipelajari sedangkan penambahan biayanya pun masih terjangkau.

Rasanya pembuatan pesawat radio transceiver SSB tidak terlampau sulit. Apabila kita sudah mampu merakit homebrew AM tidak akan kesulitan lagi untuk merakit perangkat homebrew SSB.

Kita sadari bahwa band yang dialokasikan kepada amatir radio ini terbatas, sedangkan anggota amatir radio di Indonesia makin lama makin banyak. Sehingga dengan meningkatkan pesawat AM menjadi SSB, band amatir radio yang terbatas ini dapat dimanfaatkan oleh lebih banyak rekan. Superheterodyne. Receiver sederhana terdiri hanya tuner, untuk memilih frekuensi kerja dan setelah diamplifikasi langsung diumpan ke detektor untuk memungut audionya. Cara semacam ini sudah ditinggalkan karena selektiviitas yang sangat rendah. Bagian penerima sekarang menggunakan cara yang disebut superheterodyne. Heterodyne artinya mencampur dua frekuensi sehingga diperoleh frekuensi baru, misalnya frekuensi 3.855 Kc dicampur dengan frekuensi Local Oscillator 4.310 Kc, menghasilkan dua frekuensi baru 8.165 Kc dan 455 Kc ialah hasil penjumlahan dan pengurangan kedua frekuensi. Dengan suatu filter, dipilih frekuensi 455 Kc untuk diolah lebih lanjut. Frekuensi yang dipilih itu (disebut intermediate frequency atau IF) jauh lebih rendah dari frekuensi aslinya akan tetapi jauh lebih tinggi dari frekuensi suara atau superaudible, sehingga cara ini disebut superheterodyne. Dengan frekuensi rendah ini filtering untuk memisahkan frekuensi yang tidak dikehendaki dapat dilakukan dengan lebih baik yang berarti selectivity dapat menjadi tinggi. Supeheterodyne memberi keuntungan pula bahwa amplifikasi RF dilakukan pada bagian IF yang frekuensinya tetap, sehingga amplifier dapat ditune secara fix. Proses heterodyning dapat dilakukan dua tingkat yang disebut double conversion.

[edit] Image FrequencyFrekuensi lain yang besarnya sama dengan frekuensi kerja ditambah dua kali IF disebut image frequency. Misalnya frekuensi yang dikehendaki 3.855 Kc dan IF 455 Kc, maka image frequency adalah 4.755Kc. Bila signal ini ikut masuk dan bercampur dengan Local Oscillator 4.310 Kc akan menghasilkan frekuensi 455 Kc lain, yang ikut masuk juga ke IF amplifier.

Salah satu jalan untuk meniadakan gangguan image frekuensi adalah dengan double conversion superheterodyne. Konversi pertama dilakukan dengan memilih frekuensi yang cukup tinggi, setelah itu baru dikonversi ke 455 Kc.

[edit] Automatic Gain Control (AGC)Signal yang jauh diterima kecil, mungkin tidak terdengar dan signal yang dekat diterima besar, bisa menjadi terlalu besar. Untuk mengatasi hal ini ditambahkan Automatic Gain Control (AGC). Dengan menampung sebagian signal hasil amplifier terakhir dari IF, menyearahkan menjadi voltage negatif dan mengumpan balik ke IF amplifier sebelumnya.

[edit] Automatic Level Control (ALC)Power output transmitter tergantung dari level audio kita. Apabila audio input terlalu besar, output power dapat melampaui batas kemampuan final. Untuk ini pada bagian transmitter diberikan automatic level control (ALC). Prinsip kerjanya sama dengan AGC.