ilmu ukur tanah

21
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Bab 4 Perhitungan dan Penggambaran Kelompok12 BAB 4 PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN 4.1. Perhitungan Sudut Horisontal 4.1.1. Perhitungan Sudut Horisontal Perhitungan sudut horisontal digunakan untuk mendapatkan besaran sudut dalam poligon (β), dimana β adalah selisih nonius belakang (rata-rata) dengan nonius muka (rata- rata). Tabel 4.1.Contoh Perhitungan Sudut Horisontal Tempat alat Kedudukan teropong Arah bidikan Bacaan skala lingkaran mendatar Sudut B Sudut rata- rata Sudut LB I II Rata – rata o o o o (1 ) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 B 2 00 00 00 00 00 00 00 00 00 90 90 90 56 57 58 15 12.5 10 B 5 90 59 30 90 53 00 90 56 15 LB 2 17 9 49 30 18 0 11 50 18 0 00 40 LB 5 27 0 47 50 27 1 09 50 27 0 58 50 Keterangan : Kolom (1) : Tempat kedudukan alat (1,2,3,4). Kolom (2) : Kedudukan teropong. Dalam pembidikan ada kedudukan biasa (B) dan luar biasa (LB) 28

description

teknik sipil

Transcript of ilmu ukur tanah

Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok12

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah32Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok 12

BAB 4PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN4.1. Perhitungan Sudut Horisontal4.1.1.Perhitungan Sudut HorisontalPerhitungan sudut horisontal digunakan untuk mendapatkan besaran sudut dalam poligon (), dimana adalah selisih nonius belakang (rata-rata) dengan nonius muka (rata-rata).

Tabel 4.1.Contoh Perhitungan Sudut HorisontalTempat alatKedudukan teropongArahbidikanBacaan skala lingkaran mendatarSudut BSudut rata-rataSudut LB

IIIRata rata

oooo

(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)

1B20000000000000000009090905657581512.510

B5905930905300905615

LB2179493018011501800040

LB5270475027109502705850

Keterangan :Kolom (1): Tempat kedudukan alat (1,2,3,4).Kolom (2): Kedudukan teropong.Dalam pembidikan ada kedudukan biasa (B) dan luar biasa (LB)Bila visir berada di atas teropong berarti kedudukan biasa dan bila visir berada di bawah teropong berarti kedudukan luar biasa (LB).Kolom (3): Arah bidikan tempat titik bidik.Kolom (4):Bacaan lingkaran mendatar I berisi hasil pembacaan sudut dalam.Kolom (5):Bacaan lingkaran mendatar II berisi hasil pembacaan sudut dalamKolom (6):Bacaan skala lingkaran mendatar rata-rata, yaitu rata-rata sudut bacaan pertama dan kedua.

Contoh :2 B 4 (arah bidikan 2 dan 4)Bacaan 2= 9059 30Bacaan 4= 9053 00Rata-rata= 9056 15Kolom (7):Selisih sudut mendatar rata-rata antara kedudukan biasa dan luar biasa serta sudut rata-rata antara biasa dan luar biasa (sudut dalam poligon).

Contoh Perhitungan :

Biasa (B)4= 9056 152= 01 (B)= 4 2= 9056 15 0= 9056 15

Luar Biasa (LB)4= 27058 502= 18000 401 (LB)= 4 2= 270 58 50- 180 00 40= 90 58 10

Sudut 1 rata-rata=

== 9057 12.5Dengan cara yang sama diperoleh besarnya nilai sudut dalam poligon ().

4.1.2.Pengukuran Jarak MendatarDari pengukuran yang telah dilakukan didapat bacaan benang atas, benang bawah, dan sudut zenith, sehingga dengan data-data tersebut dapat digunakan untuk menentukan jarak antar titik poligon. Pengukuran dilakukan secara pergi dan pulang, dimana masing-masing pengukuran dibedakan atas stand I dan stand II, yaitu dengan membedakan tinggi pesawat. Jarak antar poligon yaitu jarak rata-rata dari ke empat cara penggunaan tersebut.

Tabel 4.2.Contoh Perhitungan dan Pengukuran Jarak MendatarPengukuran jarak langsungPengukuran jarak optis

TitikPergiPulangRata-rataTitikB.AtasSudut vertikalJarak datar(BA-BB) x 100 sin ZRata-rata jarak

DariKeDariKeB. BawahZenith / Miring

(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)(8)(9)(10)

1233,933,933,9Stan I122,0309000005757.25

1,460

1435,335,335,3Stan II141,59590000021

1,385

Keterangan : Kolom (1): Tempat berdirinya alat.Kolom (2): Tempat yang dibidik.Kolom (3):Jarak mendatar berdasarkan pengukuran di lapangan (pergi dan pulang).Kolom (4): Ratarata jarak mendatar.

Contoh Perhitungan :

Dari titik 1 ke titik 2Pergi= 33,9mPulang= 33,9m

Rata-rata= = 33,9mKolom (5): Tempat berdirinya alat.Kolom (6): Tempat yang dibidik.Kolom (7): Bacaan benang atas dan benang bawah.Kolom (8) : Besar sudut zenith dan miring.Kolom (9) : Jarak mendatar dengan sumbu.D = (BA BB) x 100 sin z

Contoh Perhitungan :

Pengukuran jarak optis titik 1 dan titik 2 (stand I)BA= 2,030mBB= 1,460 mz= 90o D= (BA-BB) x 100 sin90= (2,030 1,460) x 100 sin 90= 57m

Pengukuran jarak optis titik 1 dan titik 4 (stand II)BA= 1,595mBB= 1,385mz= 90o D= (BA-BB) x 100 sin90= (1,595 1,385) x 100 sin 90= 21 m

Kolom (10) : Ratarata jarak mendatar dua titik.

Contoh Perhitungan :

Pengukuran rata-rata jarak datar titik 1 dan titik 2Jarak datar stand I= 57mJarak datar stand II= 57.5 m

Rata-rata jarak datar= = 57.25 m

4.1.3.Pengukuran Jarak Titik Poligon ke Pojok BangunanPengukuran ini dilakukan terhadap pojok bangunan ditinjau dari satu atau lebih dari titik poligon. Hal ini dimaksudkan untuk koreksi dalam penggambaran agar diperoleh gambar yang benar. Pengukuran ini menggunakan theodolit konvensional dengan rumus :D = (BA BB) x 100 sin 2 z

Penggambaran dari titik 1 :Dengan dasar 12 dan jarak d12, maka penggambaran titik dapat dilakukan. Demikian selanjutnya sampai titik 5. Sudut merupakan sudut dalam poligon.

4.1.4.Perhitungan Titik PoligonAgar lebih jelas dan mudah, cara dan perhitungan poligon sebagai kerangka peta dapat disajikan dengan cara pengisian tabel koordinat sebagai berikut :

Tabel 4.3.Contoh Perhitungan Titik PoligonNoTtkSudutSudut jurusan ()Jarak (D)x =D sin y =D cos Koordinat

xY

(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)(8)

1905712,587233057,37557,3155572,611037680,000,00

-014450,069876-0,2775102

2904740176503520,93751,1530533-20,9057357,38543382,33352744

-014 450,0254996-0,1012701

Keterangan :Kolom (1): Nomor titik dimana theodolit berdiri.Kolom (2): Sudut dalam poligon () dan koreksi sudut dalam ().

Keterangan : = Jumlah sudut dalam poligon0= Azimuth awal n= Azimuth ke-n (akhir) n = Jumlah titik poligonf= Koreksi sudut

Contoh Perhitungan :

= 3605860= (n-2) x 180 f3605860= (4-1) x 180 ff=05860- Besarnya koreksi tiap sudut

- Perhitungan sudut dalam () terkoreksi :1= 90 57 12.5-0 14 45= 90o4227,52 = 90 47 40-0 14 45= 90o32553 = 89o3647,5-0 14 45= 89o222,54 = 89o3720-0 14 45= 89o2235

Kolom (3): Perhitungan sudut jurusan () terkoreksi :

Contoh Perhitungan :12= 87 233023= 12 +180o 2= 87 2330+ 180o 90o 32 55= 176o50 3534 = 23 +180o 3= 176o50 35+ 180o 89o 222,5=267o28 3341= 34 +180o4=267o28 33+ 180o 89o 2235= 358o558

Kolom (4): Perhitungan jarak antar titik

Contoh Perhitungan :

Dari pengukuran diperoleh data sebagai berikut :D12=57,375mD23=20,9375mD34=58mD41=21,625m

= 157,9375m

Kolom (5): x = D sin (x = penambahan jarak optis) dan koreksi absis (f(x)).

Keterangan : x = Penambahan jarak optis= Sudut jurusan D = Jarak antara titik poligon D = Jumlah jarak antar titik poligonx = Jumlah penambahan jarak ke sumbu x

Contoh Perhitungan :

- Perhitungan xx1-2= D12 x sin 12= 57,375x sin 89 2330= 57,315557mx2-3= 20,9375x sin 176o50 35=1,15305325mx3-4= 58x sin 267o28 33=- 57,943718mx4-1= 21,625x sin358o5 58=- 0,7172427mx = 0,192351m

- Perhitungan f(x)

fx1= (0,192351) = 0,069876 mfx2= (0,192351) = 0,02549958 mfx3= (0,192351) = 0,07063765 m fx4= (0,192351) = 0,02633688 m

Kolom (6): y = D cos (y = penambahan jarak optis) dan koreksi ordinat (f(y)).

Dimana :y = Penambahan jarak optis= Sudut jurusan D = Jarak antara titik poligon D = Jumlah jarak antar titik poligon y = Jumlah penambahan jarak ke sumbu y

Contoh Perhitungan :- Perhitungan yy1-2= D12 x cos12= 57,375x cos 87 2330=2,61103768my2-3= 20,9375x cos 176o50 35=- 20,90573my3-4= 58x cos 267o28 33=- 2,5545051my4-1= 21,625x cos358o5 58=21,6131022my= - 0,76391m

- Perhitungan f(y)

fy1= (0,192351) = - 0,2775102 mfy2= (0,192351) = - 0,1012701 mfy3= (0,192351) = - 0,2805332 m fy4= (0,192351) = - 0,1045954 m

Kolom (7): Koordinat titik poligon (sb.x).

Contoh Perhitungan :

x1 = 0,000 mx2 = x1 + x12 + fx1 =0,000 + 57,315557+ 0,069876= 57,3854mx3 = x2 + x23 + fx2 = 57,3854+1,15305325+0,02549958= 58,5640mx4 = x3 + x34 + fx3 = 58,5640 57,943718+0,07063765= 0,6909mx1 = x4 + x41 + fx4=0,6909 0,7172427+0,02633688=0m

Kolom (8): Koordinat titik poligon (sb.y).

Contoh Perhitungan :

y1 = 0,000 my2 = y1 + y12 + fy1 =0,000+2,611037680,2775102= 2,3335my3 = y2 + y23 + fy2 = 2,333520,905730,1012701= - 18,6735my4 = y3 + y34 + fy3 = -18,67352,5545051-0,2805332= -21,5085m y1 = y4 + y41 + fy4=-21,5085+ 21,6131022 0,1045954=0 m

Jadi, koordinat titik poligon :Titik 1. (0,000 ; 0,000) m2. (57,3854 ; 2,3335) m3. (58,5640 ; -18,6735) m4. (0,6909 ; -21,5085) m

4.1.5.Pengukuran Beda TinggiTabel 4.4. Pengukuran Sipat Datar MemanjangTitikB. Tengah (BT)Stand IStand IIBenang Atas (BA) B. Bawah(BB)(BA+BB) = 2xBTJarakBeda Tinggi(m)Beda TinggiTitik

BelakangMukaBelakangMuka Db (m) Dm (m)

(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)

11,1301,4151,2601,57026,531,5-0,285-0,2851

WPWP

1,2701,555

-0,285

20,9951,2552

WP = Water PassKeterangan :Kolom (1) dan (7):Letak titik-titik dimana rambu berada.Kolom (2) :Data hasil percobaan waterpass ke rambu muka dan belakang dan data benang tengah (stand II).

Contoh : Stand I : BT belakang= 1,130mBT muka = 1,415m

Stand II : BT belakang = 1,270mBT muka = 1,555m

Kolom (3): Data hasil bacaan benang atas (BA) dan benang bawah (BB) untuk rambu muka dan belakang alat pada stand I.Contoh : Rambu belakang :BA = 1,260 mBB = 0,995mRambu muka :BA = 1,570mBB = 1,255m

Kolom (4) : Hasil perhitungan jarak

Contoh Perhitungan :

Jarak ke belakang = (BA belakang BB belakang) x 100= (1,260 0,995) x 100 = 26,5 m

Jarak ke muka = (BA muka BB muka) x 100= (1,570 1,255) x 100= 31,5 m

Kolom (5):Beda tinggi antara 2 titik yang diberi rambu (belakang dan muka) dapat berharga positif atau negatif. Berharga positif apabila titik di muka pesawat lebih tinggi daripada titik di belakang pesawat. Serta bernilai negatif apabila titik di belakang pesawat lebih tinggi daripada titik di muka pesawat.

Contoh Perhitungan :

Beda tinggi stand I = BT belakang BT muka= 1,1301,415= 0,285 m

Beda tinggi stand II = BT belakang BT muka= 1,2701,555= 0,285 m

Kolom (6): Rata-rata beda tinggi antara stand I dan stand II.Contoh :

= 0,285 mPengukuran sipat datar memanjang ini dilakukan 2 kali, yaitu pergi (dari titik 1 ke 4) dan pulang (dari titik 4 ke 1).

4.1.6.Pengukuran Tampang MelintangTabel 4.5.Hitungan Tampang MelintangNoBeda TinggiKoreksiTinggi Titik(m)Jarak(m)TP(cm)

PergiPulangRata-rata

(1)(2)(3)(4)(5)(6)

1100

-0,285-0,275-0,0050,00437557,5

299,999375

-0,055-0,0650,0050,00437521,5

3100,00875

Keterangan :Kolom (1) : Tempat titik ukur.Kolom (2): Beda tinggi antara waktu pergi pulang dan ratarata beda tinggi.Contoh : Beda tinggi titik 1 dan 2H Pergi = -0,285mH Pulang = 0,275m

Beda tinggi rata rata =

= = -0,005m Kolom (3): Besarnya koreksi beda tinggi.

Dimana : h = Jumlah keseluruhan rata-rata beda tinggin = Jumlah titik poligonContoh :h = -0,0175n = 4

mKolom (4) : Tinggi titik poligon.

Hn = h(n-1) + h(n-1,n) + koreksi beda tinggi

Tinggi titik 1 (h1) = 100 m

Contoh Perhitungan :

h1= 100 m h2= h12+ koreksi beda tinggi + h1= -0,005+ 0,004375 + 100 = 99,999375 mh3= 0,005+0,004375+ 99,999375=100,00875mh4= -0,005+0,004375+ 100,00875= 100,008125mh1=-0,0125 +0,004375+ 100,008125= 100 m

Kolom (5) : Jarak ratarata antar titik poligon saat pulang dan pergi.Kolom (6): Tinggi pasak.

4.2.Pengukuran Titik DetailTabel 4.6.Pengukuran Situasi Dan Titik DetailNoTitikTinggi AlatRambu BacaanSudutJarakTinggiTinggi Diatas (0,0)Ctt

Tempat AlatTempat Yang DitinjauB. TengahB. AtasB. BawahAzimuthZenithMiringOptisDatarBeda tinggi + (m)Beda tinggi - (m)Ctt Gambar

123456789101112131415

Keterangan :Kolom (1): Tempat alat berdiri.Kolom (2): Nomor titik yang dibidik.Kolom (3): Tinggi alat (pesawat).Kolom (4): Bacaan rambu tengah.Kolom (5): Bacaan benang atas.Kolom (6): Bacaan benang bawah.Kolom (7): Bacaan azimuth.Kolom (8): Bacaan zenith tiap detail.Kolom (9): Bacaan sudut miring.Kolom (10): Jarak optis (jarak miring antara titik poligon dengan titik detail).

Jm = (BA - BB) x 100 x sin z

Keterangan : Jm = Jarak optis BA = Bacaan benang atas BB = Bacaan benang bawah z = Sudut zenith

Contoh : Tempat alat 1 tempat yang ditinjau ABA = 1,415 mBB = 1,402 m z = 900Jm = (1,415 1,402) x 100 x sin900= 1,3mKolom (11) : Jarak mendatar/rantai (jarak datar antara titik poligon dengan titik detail).

Keterangan :Jd = Jarak mendatar

Contoh :Tempat alat 1 tempat yang ditinjau ABA = 1,415mBB = 1,402 mz = 900Jd = (1,415 1,402) x 100 x sin2 900= 1,3 mKolom (12) dan (13) : Beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail.

Keterangan:h = Beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail BA = Bacaan benang atasBB = Bacaan benang bawahBT = Bacaan benang tengah m = Sudut miring i = Tinggi alatContoh :Tempat alat 1 tempat yang ditinjau ABA = 1,415 mBB = 1,402 mBT =1,410 mm =0 i = 1,42mH = (1,415 1,402) x 50 sin2.0 + 1,42 1,41= 0,01m

Kolom (14): Tinggi diatas titik nol.

Contoh : h2= tinggi titik 1 + H= 100+ 0,01= 100,01 m

Kolom (15): Catatan dan sket gambar situasi sesuai kondisi di lapangan.

4.3.Penggambaran4.3.1.Penggambaran Titik Poligon Dalam penggambaran titik poligon, prosedur yang diikuti adalah :a. Menyiapkan scale paper yaitu kertas gambar yang diberi kerangka koordinat berupa milimeter block dengan ukuran sesuai kebutuhan.b. Penggambaran/plotting dari titik poligon mula-mula dari titik poligon yang diketahui koordinat. Biasanya dengan milimeter blockdengan ukuran sesuai kebutuhan.c. Plotting poligon pada kertas kalkir dengan jarak grid 10 cm.4.3.2.Penggambaran Titik DetailPenggambaran titik detail dimulai dari titik ikat yaitu titik poligon. Dari titik ikat digambar titik-titik dengan cara :a. Dari pemancaran 1 titik ikat ini kita tarik garis lurus antara titik detail yang mempunyai azimuth yang sama.b. Penggambaran titik tersebut cukup berdasarkan jarak azimuth hasil pengukuran jadi tidak perlu menggunakan data koordinat.c. Jika detail berupa bangunan, maka harus diperhitungkan sketsa bangunan tersebut dari lapangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan.d. Jika detail merupakan titik tinggi yang nantinya akan digunakan untuk penggambaran garis kontur, maka sebaiknya langsung dituliskan ketinggiannya agar lebih efektif.e. Menggambar peta dengan menentukan kedudukan garis kontur yang sudah diplotkan terlebih dahulu dengan cara interpolasi linear. Interval kontur yang ditentukan adalah 1 m untuk medan mendatar.

4.3.3.Penggambaran Long SectionPenggambaran long section dimulai dari titik yang telah diketahui ketinggiannya, kemudian digambar titik-titik lain dengan jarak dan ketinggian yang sudah diketahui dari perhitungan. Dari titik satu ke titik lain di hubungkan dengan satu garis. Garis inilah yang merupakan pendekatan dari bentuk muka bumi sepanjang garis poligon.

4.3.4.Penggambaran Cross SectionDari hasil pengukuran dan perhitungan data didapat ketinggian tiap titik bantu sepanjang poligon melintang dengan titik 1 sebagai titik acuan yang telah diketahui ketinggiannya. Kemudian digambarkan titik-titik tersebut dengan ketinggian dan jarak hasil perhitungan. Dari titik lainnya dihubungkan dengan satu garis. Garis tersebut merupakan pendekatan dari bentuk permukaan bumi sepanjang garis potongan melintang.

4.3.5.Penggambaran Garis Kontur Proses akhir pembuatan peta adalah menentukan letak kedudukan garis kontur di antara titik tinggi yang telah diplot lebih dahulu. Untuk itu dilakukan interpolasi secara linear diantara dua titik sesuai dengan interval kontur yang telah dipilih. Setelah garis kontur ditarik dengan jelas, semua angka-angka tinggi dihapus kecuali harga-harga tertentu saja yang masih tercantum elevasinya, lalu digambarkan pada kertas kalkir. Pada tiap garis kontur - garis kontur tersebut dipertebal untuk mempermudah kepentingan praktis.

Langkah-langkah penggambaran garis kontur :1. Menyiapkan garis kontur dilengkapi peta.2. Memplotting titik-titik poligon dengan skala.3. Menggambar titik-titik detail dengan skala menggunakan busur dan penggaris.4. Menentukan bangunan-bangunan yang ada di lapangan.5. Garis kontur lereng yang curam akan terlihat rapat.6. Garis kontur yang landai akan terlihat jarang.7. Garis kontur tidak berpotongan satu sama lain.8. Sepanjang garis kontur tidak akan terletak diantara garis kontur yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah kecuali perpendekan tertentu.28