IUT 13 (ilmu ukur tanah

of 62 /62
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo (γη) = bumi dan daisia / daiein (δαιω) = membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Sebenarnya istilah “Geometri sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi, dimana geometri berasal dari bahasa Yunani, γεωμετρία = geo = bumi dan metria = pengukuran. Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri (lebih tepatnya ilmu spasial atau keruangan ) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi telah lazim disebutkan sebagai cabang ilmu matematika . Ilmu Geodesi dibagi dua bagian ditinjau dari tujuannya, yaitu Geodesi tinggi yang bertujuan ilmiah dimana mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi namun meliputi penentuan bentuk dan dimensi bumi baik dengan pengukuran di bumi maupun dengan bantuan satelit, sehingga objek dari Geodesi adalah masalah- masalah yang berkaitan dengan pengukuran atau “surveying” yang bertujuan untuk menentukan dan menggambarkan permukaan bumi baik yang bersifat alamiah maupun hasil budaya manusia dalam bentuk grafis maupun numeris. Geodesi rendah atau Ilmu Ukur Tanah yang mempunyai tujuan praktis yang mempelajari Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 1

Embed Size (px)

description

ilmu ukur tanahh,,ishfiuhwifhwfwigfwgfifwigfiwgwiugwigwgwghwehrhr

Transcript of IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB I

PENDAHULUANGeodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo () = bumi dan daisia / daiein () = membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Sebenarnya istilah Geometri sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi, dimana geometri berasal dari bahasa Yunani, = geo = bumi dan metria = pengukuran. Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri (lebih tepatnya ilmuspasialataukeruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi telah lazim disebutkan sebagai cabang ilmumatematika.Ilmu Geodesi dibagi dua bagian ditinjau dari tujuannya, yaitu Geodesi tinggi yang bertujuan ilmiah dimana mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi namun meliputi penentuan bentuk dan dimensi bumi baik dengan pengukuran di bumi maupun dengan bantuan satelit, sehingga objek dari Geodesi adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pengukuran atau surveying yang bertujuan untuk menentukan dan menggambarkan permukaan bumi baik yang bersifat alamiah maupun hasil budaya manusia dalam bentuk grafis maupun numeris. Geodesi rendah atau Ilmu Ukur Tanah yang mempunyai tujuan praktis yang mempelajari cara-cara pengukuran di bumi untuk berbagai keperluan seperti halnya pemetaan, penentuan posisi relatif dan sebagainya yang dilakukan pada daerah yang relatif sempit sehingga untuk kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan. Bagian penting pada pengukuran suatu bidang tanah adalah membuat garis lurus, garis lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus seperti di atas kertas. Garis lurus yang dibuat harus diketahui kedua titik ujungnya, oleh karena itu dalam menentukan garis lurus, harus ditentukan titik titik di lapangan yang letak di garis lurus, yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis lurus itu terlihat dengan jelas. Titik titik ini dapat dinyatakan dengan jalon. Syarat utama untuk mencapai ketelitian yang cukup besar, jalon harus diletakkan tegak lurusPada pekerjaan jalan raya sering dijumpai belokan atau tikungan, untuk pekerjaan semacam ini perlu dilakukan pembuatan lengkungan dilapangan untuk menentukan alinyemen horizontal dari jalan tersebut. Pekerjaan semacam ini biasa disebut dengan pekerjaan untuk menentukan geometrik jalan.Didalam teknik sipil, konstruksi bangunan dan lingkungan, hal tersebut digunakan pada bangunan seperti jalan raya, saluran air, jalan kereta api, dsb. Ada dua cara pembuatan lengkung dilapangan dengan cara koordinat. Pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur unsur (jarak dan sudut) titik atau bangunan yang ada diderah itu. Pengukuran ini dapat dialukan dengan cara pengukuran situasi dengan koordinat siku-siku.Pada penggunaan alat sipat datar yang baik, apabila gelembung nivo tabung berada tepat ditengah garis bidik, maka bidikan betul-betul mendatar. Jika keadaan tersebut tidak dapat dipenuhi sebelumnya, maka akan menimbulkan kesalahan dalam pembacaan rambu ukur. Namun kesalahan kolimasi dapat dikatakan biasa dalam penetapan bangunan. Kesalahan pada hasil pengukuran dapat sepenuhnya dihilangkan dengan pengambilan jarak muka sama dengan jarak belakang.Untuk profil memanjang diperlukan dalam hal pembuatan trase jalan kereta api, jalan raya, saluran air, pipa air minum, riool, dll. Banyaknya tanah yang digali dibuat sama dengan banyaknya tanah yang diperlukan untuk menimbuni, untuk menghitung banyaknya tanah, baik untuk digali maupun untuk menimbuni, profil memanjang belum cukup, maka diperlukan profil melintang.

BAB IIMEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN

Membuat Garis Lurus Dan Mengukur Jarak Di Lapangan

I. Tujuan Umum1. Untuk mengetahui bagaimana membuat suatu garis di lapangan. 2. Untuk mengenal dan dapat menggunakan alat alat untuk membuat garis di lapangan. 3. Untuk terampil membidik (mengincar) lurus dalam menancapkan jalon - jalon atau patok patok di lapangan.4. Untuk dapat mengetahui dan mencari permasalahan yang ada dalam pengukuran dilapangan5. Untuk menjadikan diri teliti dan kreatif dalam bekerja.

II. Tujuan Khusus1. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus antara dua titik di lapangan dengan ketentuan yang dianjurkan dalam ilmu ukur tanah.2. Agar mahasiswa dapat memperpanjang garis lurus di lapangan.3. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak langsung.4. Agar mahasiswa dapat menentukan titik potong anatara dua garis lurus di lapangan.

III.Peralatan dan perlengkapanNo.AlatGambarKeterangan dan Spesifikasi

1.Jalon 10 buah

Sebagai tanda di lapangan

2.Pen Ukur 10 buah

Sebagai tanda di lapangan

3.Penta Prisma

Alat untuk melihat kesejajaran antar Jalon

4.Rol Meter

Digunakan untuk mengukur suatu jarak

IV. Prosedur PelaksanaanA. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik

1. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang.2. Tancapkan yalon di titik P dan Q pada titik sembarang (lihat gambar 1,2,3)3. Orang pertama berdiri di belakang salah satu yalon, missal P 30cm dan memandang kearah titik Q,sambil memberi aba-aba kepada orang ke dua.Orang ke dua memegang jalon A dan mendirikannya di antara titik P dan Q sambil mengikuti aba aba dari orang pertama sehingga jalonnya berada segaris dengan jalon PQ, kemudian menancapkan jalon tersebut pada titik yang telah didapat.4. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon, apakah jalon PAQ benar benar berimpit.5. Jika benar benar sudah berimpit, lakukan hal yang sama tersebut untuk jalon B dengan jarak yang lebih jauh dari A, untuk C dengan jarak yang lebih jauh dari B, untuk D dengan jarak yang lebih jauh dari C dan mendekati titik Q.6. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon apakah jalon sudah P, A, B, C, D, Q sudah benar benar berimpit.7. sudah berimpit, perpanjang jarak PQ dengan menambahan jalon a di belakang Q dan b di belakang a, dengan cara yang sama seperti di atas.8. Jika sudah berimpit, ukur dengan pita ukur jarak dari jalon P A, A B, B C, C D, dan D Q, Q a, a b. Catatlah hasil pengukurannya.

9. Jika sudah berimpit, ukur dengan pita ukur jarak dari jalon P A, A B, B C, Ukur kembali jarak P b, tetapi dengan arah berlawanan, yaitu dari titik b a, a Q, Q D, D C, C B, B A, A P. Catatlah hasil pengukuran kedua.Maka jarak P b jarak pengukuran pertama + jarak pengukuran kedua2

Gambar 1Gambar 2

Gambar 3

V. Hasil PengukuranJarak antar yalonPengukuran 1(Pergi)(m)Jarak antar yalon

Pengukuran 2(Pulang)(m)

1 24.5310 - 93.87

2 34.89 - 83.70

3 44.258 - 72.86

4 53.27 - 6 3.27

5 63.966 - 53.96

6 - 73.345 - 4 3.33

7 82.844 - 34.2

8 - 93.673 - 24.74

9-103.862 - 14.50

total34,45 total34,43

KesimpulanBerdasarkan tabel diatas, jarak antar jalon baik pada pengukuran 1 ( pergi ) maupun pengukuran 2 ( pulang ) adalah sama (tidak berubah). B. Memperpanjang Garis lurus Di LapanganUntuk memperpanjang garis lurus bisa dilakukan dengan dua cara, dilihat dari subjek pelakunya. Cara pertama jika dilakukan oleh dua orang dan cara kedua jika dilakukan satu orang.Cara pertama:1. Buat garis lurus PQ dengan memasang jalon pada titik P dan Q yang telah ditentukan.2. Orang pertama membidik dari P ke Q untuk memberi aba-aba kepada orang ke dua dan orang ke dua memasang jalon-jalon a, b, c dst pada perpanjangan garis PQ.Cara kedua:1. buat garis lurus PQ seperti diatas2. Dengan meluruskan garis bidikan dari jalon a ke arah jalon QP, kemudian jalon a ditancapkan, kemudian seterusnya dengan jalon b, c,... dst.

C. Menentukan Titik Potong Antara Dua Garis Lurus Di Lapangan1. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 orang.2. Tancapkan jalon di titik titik A,B,P dan Q pada titik yang telah ditentukan. (lihat gambar 4).3. Orang pertama membidik jalon A ke B dan orang ke dua membidik jalon P ke Q.4. Orang ke tiga menepatkan jalon R segaris dengan AB ( mengikuti aba-aba orang pertama).5. Orang ke tiga memperpanjang garis AR kea rah B dan berhenti di titik S atas aba-aba orang ke dua sedemikan rupa sehingga titik S segaris dengan PQ.6. Titik S adalah titik potong garis AB dan PQ.

Gambar 4

Jarak Antar JalonHasil Pengukuran

P S10.16 m

S Q 4.82 m

S - A 3.585 m

S B 5.51 m

Membuat Garis Lurus Di Lapangan Dengan Rintangan (gedung)I. Tujuan Umuma. Agar dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus di lapangan.b. Agar dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesukaran dalam melaksanakan pembuatan garis di lapangan.c. Agar dapat lebih teliti, hati-hati kepada alat alat maupun pekerjaannya.II. Tujuan Khususa. Agar mahasiswa dapat menentukan titik potong antara dua garis lurus di lapangan. Agar dapat membuat garis sejajar di lapangan.b. Agar mahasiswa dapat membuat garis tegak lurus di lapangan.c. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus yang terhalang oleh bangunan / rintangan.III. Peralatan/Perlengkapan1. Jalon2. Meteran, pita ukur atau rantai ukur3. Patok patok4. Prisma dan unting unting5. Alat tulis atau catatanIV. Prosedur Pelaksanaan1) Misal titik yang kita ukur itu titik P dan Q.2) Tancapkan jalon di titik P dan di titik Q tersebut.3) Buatlah garis sejajar dengan PQ. Cara membuat garis sejajar :a. Tancapkan jalon sembarang di R sehingga dapat melihat ke P dan Q.b. Bagi PR menjadi bagian bagian yang sama. Misalkan : 3 bagian, jadi R/S = 1/3 PR.Kemudian bagi QR menjadi 3 bagian yang sama, sehingga RT = 1/3 QR.c. Hubungkan dan perpanjang ST, sekarang ST // PQ.4) Buatlah garis tegak lurus pada perpanjangan garis ST. Cara membuat garis tegak lurus :A. Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan segitiga siku-siku yang perbandingan sisina 3:4:5a. Tancapkan jalon di titik A yang terletak pada perpanjangan garis TS b. Buatlah AD= 3 m, jalon D terletak pada garis lurus TSc. Sisi A menghimpitkan nol ujung pita ukur atau rantai ukur pada titik A, si E memegang rantai ukur atau pita ukurpada angka 4 m, dan si D memegang rantai ukur atau pita ukur pada angka 9 dan dihimpitkan pada titik Dd. Bila satuan meter dari rantai ukur atau pita ukur tadi cukup tegang ke A= 0 dan 12 m. D = 9 m maka tancapkan jalon ke E = 4 me. Sehingga segitiga AED merupakan segitiga siku-siku di mana AD:AE:DE = 3:4:5. Sehingga garis AE tegak lurus pada perpanjangan garis TS.B. Membuat garis tegak lurusdengan menggunakan segitiga sama kaki.a. Tancapkan jalon F di luar garis perpanjangan STb. Melalui F kita buat segitiga sama kaki dengan F sebagai puncaaknyac. Buatlah FG = FH sedemikian rupa sehingga jalon G dan H erletak pada garis lurus perpanjangan garis STd. Bagi dua jarak GH sama panjang maka terdapatlah titik Be. Sehingga FB merupakan garis tegak lurus pada perpanjangan ST

C. Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan Penta Prismaa. Prisma dipegang diantara titik A dan S sedemikian rupa sehingga berada segaris lurus dengan AS dan kita perkirakan tegak lurus kearah P.b. Melalui lubang pembidik prisma, cari bayangan jalon A dan S kemudian dihimpitkan. c. Dengan menggeser prisma sepanjang AS, dibidik jalon P dan dihimpit dengan bayangan jalon A dan S.d. Titik C ditentukan oleh unting unting prisma dan tandai degan patok, maka PC tegak lurus AS.5) Perpanjang garis AE sehingga kita ukur AE sama panjang dengan PC. Perpanjang garis BF sehingga kita ukur BF = PC.6) Pada titik S dan T dibuat garis tegak lurus dengan prisma, sehingga didapat SS dan ST sama dengan PC.7) Sehingga titik E, S, T, F segaris dengan titik P dan Q.

5.Peralatan dan perlengkapanNo.AlatGambarKeterangan dan Spesifikasi

1.Jalon 10 buah

Sebagai tanda di lapangan

2.Pen Ukur 10 buah

Sebagai tanda di lapangan

3.Unting-unting

Alat untuk menentukan tegak lurus titik tinjaun

4.Rol Meter

Digunakan untuk mengukur suatu jarak

6. Data PercobaanHasil Pengukuran :

Jarak antar patok(m)Hasil pengukuran(m)

P S = 9.26 P T4.63

T S4.63

S - Q = 15.83 S U5.8

U - Q5.8

P Q12.45

P - Q'12.46 + 12.44 = 12.452

Jarak P Q = 12.46 + 12.44 = 12.452

7. KesimpulanDari kegiatan yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa, untuk membuat garis lurus di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :1. Menarik garis antara dua titik dengan cara menyisipkan beberapa jalon sebagai titik titik diantara kedua titik tersebut dengan jarak yang sembarang.2. Memperpanjang garis dengan cara menambahkan beberapa jalon pada ujung garis yang telah dibuat dengan jarak yang sembarang.3. Menggiring garis yang dibuat dengan beberapa jalon hingga benar benar dapat ditarik garis lurus dari kedua titik yang akan diukur.Dapat disimpulkan pula bahwa, untuk membuat suatu perpotongan garis dapat dilakukan dengan cara menempatkan jalon jalon pada titik yang apabila ditarik garis dari dua titik yang melewati jalon tersebut adalah sejajar. Dan dari dua titik yang lainnya apabila melewati jalon tersebut sejajar pula.Adapun yang menyukarkan dalam pembuatan garis lurus di lapangan adalah antara ujung dua titik didapat suatu bangunan seperti gedung, rumah rumah, atau taman taman, sehingga suatu titik ujung tidak terlihat dari titik ujung yang lainnya.Pembuatan garis lurus tersebut dapat dilakukan dengan dua cara :1. Dibuat suatu garis lurus lainnya yang sejajar dengan garis lurus yang pertama, sehingga jarak dari garis lurus pertama ke garis lurus yang kedua =P. Dengan demikian harus dibuat sudut antara kedua ujung garis pertama dan kedua sebesar 90 sehingga jarak kedua ujung titik tersebut dapat diukur. 2. Membuat suatu titik yang apabila ditarik garis dari kedua ujung titik akan membentuk bangun segitiga siku siku.Untuk menentukan jarak antara dua titik dapat dihitung dengan cara : jarak percobaan 1 + jarak percobaan 2 : 2.

Membuat Garis Lurus dengan Rintangan Bukit

1. Tujuan Umum1. Agar mahasiswa mengetahui suatu garis di lapangan 2. Mahasiswa dapat mengenal dan dapat menggunakan alat-alat untuk membuat garis di lapangan3.Mahasiswa dapat membidik lurus dalam menancapkan jalon-jalon atau patok-patok dilapangan4. Mahasiswa dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus dilapangan 5.Mahasiswa dapat mengetahui dan dapat mengatasai adanya kesukaran-kesukaran dalam melaksanakan pembuatan garis dilapangan.6. Mahasiswa menjadi teliti dan kreatif dalam bekerja serta hati-hati terhadap peralatan maupun pekerjaannya.

2. Tujuan Khusus1. Mahasiswa dapat membuat garis lurus antara 2 titik dilapangan2. Mahasiwa dapat membuat dan menentukan garis yang terhalang bukit3. Mahasiswa mengetahui bagaimana caranya pengukuran praktek di lapangan

III.Peralatan dan perlengkapanNo.AlatGambarKeterangan dan Spesifikasi

1.Jalon 10 buah

Sebagai tanda di lapangan

2.Pen Ukur 10 buah

Sebagai tanda di lapangan

3.Penta Prisma

Alat untuk melihat kesejajaran antar Jalon

4.Rol Meter

Digunakan untuk mengukur suatu jarak

III. Prosedur Pelaksanaan1. Siapkan jalon, pasang di antara bukit yang dilakukan oleh 2 orang2. Tentukan titik sembarang yang bisa terlihat kedua arah tinjauan3. Lakukan hal yang sama pada titik tinjauan B4. Tentukan secara teratur hal yang sama seperti diatas sampai menemukan jarak terdekat bukit yang tidak bisa melihat jalon

8,93 m

1221AB

MEMBUAT LENGKUNG SEDERHANADI LAPANGAN ( KURVA )

I. Tujuan Umuma.Agar mengerti dan dapat membuat lengkungan sederhana di lapangan.b.Agar dapat mengenal dan menggunakan alat untuk membuat alat untuk membuat lengkungan di lapangan.c. Agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan mengenai pembuatan lengkungan di lapangan.

II. Tujuan Khususa.Agar mengerti dan dapat membuat lengkungan di lapangan.b.Dapat menerapkan lengkungan sesuai dengan keperluannya.

III. Peralatan dan Perlengkapan1. Yalon 10 buah2. Pen Ukur 10 buah3. Pita Ukur 1 buah4. Prisma 1 buah5. Unting Unting 1 buah6. Alat Tulis (kalkulator, buku catatan, referensi, pensil)

IV. Prosedur Pelaksanaan 1. Arah satu tangen sudah ditentukan diwakili oleh dua buah patok di lapangan. R = 13 meter. = 1200 2. Dengan besaran yang diketahui tentukan arah tangent lainnya.3. Ukur panjang tangent S-T1 dan S-T2 dari hasil perhitungan dengan rumus R tg .4. Tentukan titik pusat lingkaran dengan jalan melingkarkan dari kedua titik T1 dan T2 dengan jari -jari R hingga berpotongan di titik C, titik c merupakan pusat lingkaran kemudian tentukan titik pusat lungkaran dengan jalan membuat siku dari titik T1 dan T2 sebesar R.5. Tentukan dan ukur S-M dari hasil perhitungan dengan rumus (R / ( Cos /2 )) R6. Tentukan dan ukur M-D dari hasil perhitungan MD = R (1 Cos )7. Ukur panjang tali busur T1M dan T2M.

8. Buat sudut siku-siku di pertengahan tali busur T1M dan T2M mislakna D1 dan D29. Ukur panjang D1M1 = D2M2 dari hasil perhitungan R (1 Cos )10. Tentukan pula titik S1 dan S2 dengan rumus (R R Cos ), sebagai pengecekan apakah S1 dan S2 terletak pada arah (garis) T1S atau T2S.11. Ukur panjang tali busur M2T2 = M1T1 = MM1 MM2, dari hasil perhitungan R(1 - cos /8)Lakukan seperti langkah 7, 8, 9

V. PerhitunganDiketahui:R= 13 m= 120o= 180o 120o = 60oHasil Perhitungan : ST1 = ST2 = R tan = 13 Tan 30 = 7.5055 m SM = (R / ( Cos /2 )) R = 2.011106999 m MD = R (1 Cos ) = 1.741669751 m T1 D T2 = 2 R Sin = 13 m M1 D1 = R R Cos . = 0.442964258 m M2 D2 = R R Cos 1/8. = 0.111216802 T1 M T2 = ( / 180 ) x R = 13.6066667 m

1. Cara Membuat Lengkungan Sederhana di Lapangana. Hitung panjang ST1 = ST2 = R tan = 13Tan 30 = 7.505 mTancapkan Jalon pada titik T1 dan ukur dengan pita ukur sepanjang 7.505 m dan beri tanda dengan jalon ( misal titik S)b. Untuk membuat sudut 60 dilapangan yaitu dengan cara membuat segi tiga sama sisi dengan patokan awal pada S. Buat total panjang ( tiap sisi 2 m )c. Untuk mendapat ST2 perpanjang garis SB sepanjang 7.505 md. Hitung panjang T1 D T2 yang diperoleh T1 D T2 = 2 R Sin = 13 m, kemudian dibagi dua di titik D, T1D = T2D = 6.5 me. Gunakan penta prisma untuk memperoleh M ( tegak lurus T1 D T2 ) ukur sepanjang 1.74 m. MD diperoleh dari :MD = R (1 Cos ) = 1.74 mf. Ukur T1 M T2, T1 M T2 diperoleh dari T1 M T2 = ( / 180) x R = 13.606 m. g. Dengan Patokan D1 dan D2 ukur dari ujung D1 dan D2 memotong tegak lurus ST1 dan ST2, titik perpotongan di S1 dan S2h. Dari garis S1 D1 dan S2 D2 tarik garis kearah S1 dari D1 dan S2 dari D2 sepanjang M1 D1 = M2 D2 = R R Cos mi. Ukur panjang M1 T1 dan M2 T2 diperoleh 6.803 m, kemudian masing masing dibagi dua yaitu sepanjang = 3.4015 m ( titik F dan G )j. Ukur titik titik T1 H F M1 M M2 G T T2 didapat 13.56 mk. Cocokkan dengan hasil perhitungan

2. Membuat Lengkungan Sederhana di Lapangan dengan cara koordinatPerhitungan :

TitikX = R Sin (m)Y = ( R R Cos )(m)

161.358870.07121

2122.702850.28408

3184.01720.63626

4245.287581.12391

5306.51.74161

6367.641212.48278

7428.698703.33912

8489.660884.30130

95410.517225.35880

106011.258336.5

VII KesimpulanPembuatan lengkung sederhana secara perhitungan teori dengan praktek di lapangan memiliki perbedaan ukuran.hal ini disebabkan karena faktor ketidaktepatan / ketidaktelitian saat pengukuran,letak tanah yang tidak rata sehingga cukup sulit untuk perhtungan sesuai dengan data yang telah ada

PENGGUNAAN ALAT SIPAT DATAR (WATERPASS) PADA PENGUKURAN KOREKSI GARIS BIDIK

I. Tujuan Umum1. Agar dapat mengetahui syarat penggunaan waterpas2. Agar dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.3. Agar dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menggunakan pesawat waterpas.

II. Tujuan Khusus1. Agar dapat menempatkan dan menyetel alat ukur waterpas.2. Agar dapat membidik dan membaca bak ukur dengan pesawat waterpas.3. Agar dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpas4. Agar dapat memeriksa pesawat waterpas.

III. Peralatan/Perlengkapan1. Alat ukur sipat datar (waterpass)1 buah2. Statip1 buah3. Meteran (ukuran 30 meter)1 buah4. Penjepit2 buah5. Rambu ukur2 buah6. Alat tulis dan formulir pengisian dataIV. Dasar TeoriUntuk menentukan beda tinggi suatu permukaan tanah,digunakan alat yang bernama waterpass.pada praktikum ini, kita dituntut untuk mengenal dan mahir dalam menggunakan alat sipat datar ini.

V. Prosedur Pelaksanaan1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 2 titik (P1, P2).2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu muka (P2).a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.b. Mengatur kaki statip agar seimbang.3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat.4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P1), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.BT = BA + BB 2

6. Mengecek bacaan dengan rumus :

7. Mengarahkan teropong ke rambu muka (P2), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian. 8. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P1 dan P2 dinamakan slag 1, dimana pada setiap slag dilakukan dua kali pengukuran (posisi 1, posisi 2).9. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan benang. 10. tengah, benang atas dan benang bawah baik untuk P1 maupun P2 pada formulir pengisian.11. Untuk pengukuran lebih dari satu slag, lakukan seperti langkah di atas juga. 12. Menghitung jarak P1, P2 baik untuk posisi 1 maupun posisi 2 dengan menggunakan rumus :d = ( BA BB ) * 100

13. Menghitung salah kolimasi dari alat tersebut ().14. Menghitung bacaan sebenarnya.

VI. Data Lapangan dan Hasil PerhitunganKeterangan :BT= Benang Tengah BB= Benang BawahBA = Benang Atasb1 = Benang Tengah belakang pada posisi 1

m1 = Benang Tengah muka pada posisi 1b2 = Benang Tengah belakang pada posisi 2m2 = Benang Tengah muka pada posisi 2db1 = jarak belakang pada posisi 1dm1 = jarak muka pada posisi 1db2 = jarak belakang pada posisi 2dm2=jarak muka pada posisi 2

1. Data Lapangan Hasil Pembacaan Arief Rahman Hakim.

BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA1.5731.42

BT1.541.401

BB1.5031.362

Pengukuran Jarakdb1= ( BA BB ) 100 dm1 = ( BA BB ) 100 = (1.573 1.503) 100 = (1.42 1.362) 100= 7 m = 5.8 m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA

BT1.5381.391

BB

2. Data Lapangan Hasil Pembacaan Devi AfriyaniBACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA1.4611.595

BT1.4181.555

BB1.3751.513

Pengukuran Jarakdb1= ( BA BB ) 100 dm1= ( BA BB ) 100= 0.084 100 = 0.081 100= 8.4 m = 8.1 m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA

BT1.4181.554

BB

3. Data Lapangan Hasil Pembacaan Fahmi RizkyBACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA1.951.913

BT1.8851.873

BB1.821.838

Pengukuran Jarakdb1= ( BA BB ) 100 dm1= ( BA BB ) 100 =(1.95-1.82) 100 = (1.913-1.838 ) 100= 13 m = 8

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA

BT1.8851.878

BB

4. Data Lapangan Hasil Pembacaan Mira sriyuliantiBACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA1.551.423

BT1.5181.395

BB1.491.367

Pengukuran Jarakdb1= ( BA BB ) 100 dm1 = ( BA BB ) 100 = (1.55-1.49) 100 `= (1.423-1.367) 100= 6 m = 5.6m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA

BT 1.521.395

BB

5. Data Lapangan Hasil Pembacaan M.Eka mardianto

BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA2.1841.496

BT2.1021.470

BB2.0221.442

Pengukuran Jarakdb1= ( BA BB ) 100 dm1 = ( BA BB ) 100 = 16.2 m =5.4 m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA

BT2.1031.469

BB

6. Data Lapangan Hasil Pembacaan RichardBACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA2.1841.496

BT2.1021.470

BB2.0220.442

Pengukuran Jarakdb1 = ( BA BB ) 100 dm1 = ( BA BB ) 100 = 16.2 M = 5.4 M

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA

BT2.0821.45

BB

7. Data Lapangan Hasil Pembacaan M.Eka mardiantoBACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA2.1841.496

BT2.1021.470

BB2.0221.442

Pengukuran Jarakdb1= ( BA BB ) 100 dm1 = ( BA BB ) 100 = 16.2 m =5.4 mPerbaikan ( Bacaan Sebenarnya )BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA

BT2.1031.469

BB

8. Data Lapangan Hasil Pembacaan ZulfikarBACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA1.3751.93

BT1.3351.867

BB1.2951.807

Pengukuran Jarakdb1 = ( BA BB ) 100 dm1 = ( BA BB ) 100 = 8 M = 12.3M

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

BACAAN BENANGPOSISI I

A (blkng)(m)B(muka)(m)

BA

BT1.3351.868

BB

KesimpulanDalam pengukuran koreksi garis bidik banyak bacaan bacaan benang yang kurang tepat, ini disebabkan garis nivo yang tidak sejajar dengan garis bidik, pengguanan waterpass yang kurang tepat, benang silang mendatar diafragma yang seharusnya tegak lurus dengan sumbu tegak teropong, dll.

PENGUKURAN PROFIL6.1Pengukuran Profil MemanjangI. Tujuan Umum1. Agar trampil mengatur alat dan membaca bak ukur dengan tepat dalam setiap pengukuran.2. Agar dapat mengatasi problem dilapangan yang dijumpai waktu pengukuran.3. Agar dapat mengukur jarak dengan cara optis dan beda tinggi suatu tempatII. Tujuan Khusus1. Agar dapat melaksanakan pengukuran traversing.2. Agar dapat melaksanakan pengukuran profil memanjang dan profil melintang.3. Agar dapat menghitung dan mengambar hasil pengukuran profil.III. Peralatan dan Perlengkapan1. Alat ukur sipat datar (waterpass)1 buah2. Statip1 buah3. Meteran (ukuran 30 meter)1 buah4. Penjepit2 buah5. Rambu ukur2 buah6. Palu1 buah7. Paku5 buah8. Alat tulis dan formulir pengisian dataIV. Prosedur PelaksanaanA. Traversing atau Profil Memanjang1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 5 titik (P1, P2, P3, P4, P5).2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu muka (P2).a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.b. Mengatur kaki statip agar seimbang.3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat.4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P1), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.6. Mengecek bacaan dengan rumus : BT = BA + BB 2

7. Mengarahkan teropong ke rambu muka (P2), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian. 8. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P1 dan P2 dinamakan slag 1, dimana pada setiap slag dilakukan dua kali 9. pengukuran ( posisi 1, posisi 2 . Demikian juga antara P2 dan P3, kita beri nama slag 2, dan seterusnya.10. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan benang tengahnya saja baik untuk P1 maupun P2 pada formulir pengisian.11. Untuk pengukuran pada titik-titik lainnya lakukan seperti langkah di atas. 12. Menghitung jarak antara titik ke titik (P1, P2, P3, P4, P5) dengan menggunakan meteran.13. Menghitung beda tinggi antara P1 dan P2 dengan rumus: H : Beda tinggi H = BTb BTm BTb : Benang tengah belakang (P1) BTm : Benang tengah muka (P2).

6.2Pengukuran Profil MelintangI. Tujuan Umum1. Agar dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.2. Agar dapat membaca rambu ukur dengat tepat.

II. Tujuan Khusus1. Agar dapat menentukan tinggi garis bidik tiap titik di permukaan bumi terhadap suatu ketinggian referensi tertentu (misal permukaan laut).2. Agar dapat menentukan tinggi titik untuk tiap titik ekstrim. 3. Agar dapat menggambarkan sket keadaan daerah yang diukur.

III. Peralatan1. Alat ukur sipat datar (waterpass)1 buah2. Statip1 buah3. Meteran (ukuran 30 meter)1 buah4. Penjepit2 buah5. Rambu ukur2 buah6. Palu1 buah7. Paku 5 buah8. Alat tulis dan formulir pengisian data

IV. Prosedur Pelaksanaan1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 5 titik (P1, P2, P3, P4, P5).2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu muka (P2).a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.b. Mengatur kaki statip agar seimbang.3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat.4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.5. Membuat sket profil melintang jalan dan saluran untuk titik P1 pada formulir pengisian. Dalam hal ini ditinjau berdasarkan arah pandangan dari P1 menuju P5.6. Setelah diperoleh arah melintangnya, letakkan rambu ukur pada titik-titik ekstrimnya dan pada titik itu sendiri lalu ukur jarak tiap titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya termasuk titik P1 dengan menggunakan meteran.7. Mengarahkan teropong ke rambu ukur di setiap titik ekstrim dan di titik P1 juga lalu baca dan catat bacaan benang tengahnya saja pada formulir pengisian.8. Untuk pengukuran titik-titik ekstrim pada arah melintang P2, P3, P4, P5 dilakukan sama seperti pengukuran di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius:YogyakartaBuku Catatan Kuliah.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B1