Bab 4 Perhitungan Kirim
description
Transcript of Bab 4 Perhitungan Kirim
Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
BAB 4
PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN
4.1 Perhitungan Sudut Horisontal
4.1.1 Perhitungan Sudut Horisontal
Perhitungan sudut horisontal digunakan untuk mendapatkan besaran sudut dalam
poligon (β), dimana β adalah selisih nonius belakang (rata-rata) dengan nonius
muka (rata-rata).
Tabel 4.1 Contoh Perhitungan Sudut Horisontal
Tem
pat a
lat
Ked
uduk
an
tero
pong
Ara
hbi
dika
n
Bacaan skala lingkaran mendatar Sudut B
Sudut rata-rata
Sudut LBI II Rata - rata
o o o o
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 B 6 000 00 00 000 00 00 000 00 00218
180
142
49,5
57
64,5
20
20
20
B 2 218 49 00 218 50 40 218 49,5 20
LB 6 180 00 00 180 00 00 180 00 00
LB 2 38 77 40 38 52 00 38 64,5 20
Keterangan :
Kolom (1) : Tempat kedudukan alat (1,2,3,4,5,6).
Kolom (2) : Kedudukan teropong.
Dalam pembidikan ada kedudukan biasa (B) dan luar biasa (LB)
Bila visir berada di atas teropong berarti kedudukan biasa dan bila
visir berada di bawah teropong berarti kedudukan luar biasa
(LB).
Kolom (3) : Arah bidikan tempat titik bidik.
Kolom (4) : Bacaan lingkaran mendatar I berisi hasil pembacaan azimuth
(sudut mendatar pertama).
Kolom (5) : Bacaan lingkaran mendatar II berisi hasil pembacaan azimuth
(sudut mendatar kedua).
29
30Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Kolom (6) : Bacaan skala lingkaran mendatar rata-rata, yaitu rata-rata sudut
bacaan pertama dan kedua.
Contoh : 2 B 6 (arah bidikan 2 dan 6)
Bacaan 2 = 142o 64’ 20”
Bacaan 6 = 218o 49,5’ 20”
Rata-rata = 187o 57’ 20”
Kolom (7) : Selisih sudut mendatar rata-rata antara kedudukan biasa dan luar
biasa serta sudut rata-rata antara biasa dan luar biasa (sudut dalam
poligon).
Contoh Perhitungan :
Biasa (B)
α belakang = 142o 64’ 20”
α muka = 0o
β1 (B) = α belakang – α muka
= 142o 64’ 20”– 0o
= 142o 64’ 20”
Luar Biasa (LB)
α belakang = 180o 00’ 00”
α muka = 38o 77’ 40”
β1 (LB) = α belakang – α muka
= 180o 00’ 00” - 38o 77’ 40”
= 140o 42’ 20”
Sudut β1 rata-rata =
=
= 141o 53’ 20”
Dengan cara yang sama diperoleh besarnya nilai sudut dalam poligon (β)
31Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
4.1.2 Pengukuran Jarak Mendatar
Dari pengukuran yang telah dilakukan didapat bacaan benang atas, benang bawah,
dan sudut zenith, sehingga dengan data-data tersebut dapat digunakan untuk
menentukan jarak antar titik poligon. Pengukuran dilakukan secara pergi dan
pulang, dimana masing-masing pengukuran dibedakan atas stand I dan stand II,
yaitu dengan membedakan tinggi pesawat. Jarak antar poligon yaitu jarak rata-rata
dari ke empat cara penggunaan tersebut.
Tabel 4.2 Contoh Perhitungan dan Pengukuran Jarak Mendatar
Pengukuran jarak langsung Pengukuran jarak optis
Titik
Pergi PulangRata-
rata
Titik B.AtasSdt
vertikalJarak datar
(BA-BB) x
100 sin Z
Rata-rata
jarakDari Ke Dari Ke
B.
Bawah
Zenith /
Miring
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 2 73,04 73,125 73,08
Sta I
1 2
1,5190o 73
73,250,78
Sta II
2 1
2,10590o 73,5
1,37
Keterangan :
Kolom (1) : Tempat berdirinya alat.
Kolom (2) : Tempat yang dibidik.
Kolom (3) : Jarak mendatar berdasarkan pengukuran di lapangan (pergi dan
pulang).
Kolom (4) : Rata–rata jarak mendatar.
Contoh Perhitungan :
Dari titik 1 ke titik 2
Pergi = 68,4 m
Pulang = 77,68 m
Rata-rata =
= 73,04 m
32Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Kolom (5) : Tempat berdirinya alat.
Kolom (6) : Tempat yang dibidik.
Kolom (7) : Bacaan benang atas dan benang bawah.
Kolom (8) : Besar sudut zenith dan miring.
Kolom (9) : Jarak mendatar dengan sumbu.
D = (BA – BB) x 100 sin2 z
Contoh Perhitungan :
Pengukuran jarak datar titik 1 dan titik 2 (stand I)
BA = 1,51 m
BB = 0,78 m
z = 90o
D = (BA-BB) x 100 sin2 z
= (1,51 – 0,78) x 100 sin2 90o
= 73 m
Pengukuran jarak datar titik 2 dan titik 1 (stand II)
BA = 2,105 m
BB = 1,37 m
z = 90o
D = (BA-BB) x 100 sin2 z
= (2,105 – 1,37) x 100 sin2 90o
= 73,5 m
Kolom (10) : Rata–rata jarak mendatar dua titik.
Contoh Perhitungan :
33Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Pengukuran rata-rata jarak datar titik 1 dan titik 2
Jarak datar stand I = 73 m
Jarak datar stand II = 73,5 m
Rata-rata jarak datar =
= 72,25 m
4.1.3 Pengukuran Jarak Titik Poligon ke Pojok Bangunan
Pengukuran ini dilakukan terhadap pojok bangunan ditinjau dari satu atau lebih
dari titik poligon. Hal ini dimaksudkan untuk koreksi dalam penggambaran agar
diperoleh gambar yang benar. Pengukuran ini menggunakan theodolit wild T-0
dengan rumus :
D = (BA - BB) x 100 sin 2 z
Penggambaran dari titik 1 :
Dengan dasar α12 dan jarak d12, maka penggambaran titik dapat dilakukan.
Demikian selanjutnya sampai titik 5. Sudut β merupakan sudut dalam poligon.
4.1.4 Perhitungan Titik Poligon
Agar lebih jelas dan mudah, cara dan perhitungan poligon sebagai kerangka peta
dapat disajikan dengan cara pengisian tabel koordinat sebagai berikut :
Tabel 4.3 Contoh Perhitungan Titik Poligon
No
TtkSudut Sudut jurusan () Jarak (D)
x =
D sin
y =
D cos
Koordinat
x y
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 111o 24’55” 271o 22’ 30” 70,20 -70,18 1,68 0,00 0,00
0o 0’ 18,67” 0,11 0,10
2 105o 53’ 23” 350o-272’48,33’’ 39,80 -9,98 38,53 -70,07 1,78
0o 0’ 18,67” 0,06 0,06
Keterangan :
34Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Kolom (1) : Nomor titik dimana theodolit berdiri.
Kolom (2) : Sudut dalam poligon (β) dan koreksi sudut dalam (Σβ).
Dimana : = Jumlah sudut dalam poligon
0 = Azimuth awal
n = Azimuth ke-n (akhir)
n = Jumlah titik poligon
f = Koreksi sudut
Contoh Perhitungan :
= 271o 22’ 39”
= (n-2) x 180° f
720° 00’ 00” = (6-2) x 180° f
720° 0’ 37,34” = 720° f
f = 0° 00’ 37,34”
- Besarnya koreksi tiap sudut
0o 00’ 18,67”
- Perhitungan sudut dalam ( ) terkoreksi :
β1 = 111o 24’ 55” - 0o 00’ 18,67” = 111o 24’ 36,3”
β2 = 105o 53’ 23” - 0o 00’ 18,67” = 105o 53’ 4,33”
β3 = 145o 33’ 9” - 0o 00’ 18,67” = 145o 32’ 50,3”
β4 = 78o 46’ 48” - 0o 00’ 18,67” = 78o 46’ 29,33”
β5 = 181o 41’ 58” - 0o 00’ 18,67” = 181o 41’ 39,3”
β6 = 96o 37’ 55” - 0o 00’ 18,67” = 96o 37’ 36,33”
Kolom (3) : Sudut jurusan ( ) terkoreksi.
35Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Contoh Perhitungan :
12 = 271o 22’ 30”
23 = 12 + (180o – β2) = 271o 22’ 30”+ (180o – 105o 53’ 4,33”) = 300o 45’36,6”
34 = 23 + (180o –β3) = 300o 45’36,6”+(180o –145o 32’50,3”) = 335o12’46,3”
45 = 34 + (180o –β4) = 335o12’46,3”+(180o–78o 46’ 29,33”) = 436o 26’17”
56 = 45 + (180o–β5) = 436o 26’17”+(180o–181o 41’ 39,3”) = 434o44’37,7”
61 = 56 + (180o –β6) = 434o44’37,7”+(180o–96o 37’36,83”) = 518o 7’0,91”
Kolom (4) : Jarak datar (D) diperoleh dari pengukuran sipat datar.
Dari pengukuran sipat datar diperoleh data sebagai berikut :
D12 = 70,20 m
D23 = 39,80 m
D34 = 43,00 m
D45 = 55,80 m
D56 = 36,40 m
D61 = 37,20 m
= 282,40 m
Kolom (5) : x = D sin (x = penambahan jarak optis) dan koreksi absis
(f(x)).
Dimana : x = Penambahan jarak optis
= Sudut jurusan
D = Jarak antara titik poligon
D = Jumlah jarak antar titik poligon
x = Jumlah penambahan jarak ke sumbu x
Contoh Perhitungan :
- Perhitungan Δx
x1-2 = D12 x sin 12
36Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
= 70,20 x sin 271o 22’ 30” = -70,18 m
x2-3 = 39,80 x sin 350o -272’ 48,33” = -9,98 m
x3-4 = 43,00 x sin 19o 55’ 20,67” = 14,65 m
x4-5 = 55,80 x sin 121o 8’ 14” = 47,76 m
x5-6 = 36,40 x sin 119o25’ 57,33” = 31,70 m
x6-1 = 37,20 x sin 202o 47’43,67” = -14,41 m
x = 0,46 m
- Perhitungan f(x)
fx1 = = 0,11 m
fx2 = = 0,06 m
fx3 = = 0,07 m
fx4 = = 0,09 m
fx5 = = 0,06 m
fx6 = = 0,06 m
Kolom (6) : y = D cos (y = penambahan jarak optis) dan koreksi ordinat
(f(y)).
Dimana : y = Penambahan jarak optis
= Sudut jurusan
D = Jarak antara titik poligon
D = Jumlah jarak antar titik poligon
y = Jumlah penambahan jarak ke sumbu y
Contoh Perhitungan :
- Perhitungan Δy
y1-2 = D12 x cos 12
= 70,20 x cos 271o 22’ 30” = 1,68 m
y2-3 = 39,80 x cos 350o -272’ 48,33” = 38,53 m
y3-4 = 43,00 x cos 19o 55’ 20,67” = 40,43 m
37Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
y4-5 = 55,80 x cos 121o 8’ 14” = -28,85 m
y5-6 = 36,40 x cos 119o25’ 57,33” = -17,89 m
y6-1 = 37,20 x cos 202o 47’43,67” = -34,29 m
y = 0,39 m
- Perhitungan f(y)
fy1 = = 0,10m
fy2 = = 0,06 m
fy3 = = 0,06 m
fy4 = = 0,08 m
fy5 = = 0,05 m
fy6 = = 0,05 m
Kolom (7) : Koordinat titik poligon (sb.x).
Contoh Perhitungan :
x1 = 00,000 m
x2 = x1 + x12 + fx1 = 00,00 - 70,18 + 0,11 = -70,07 m
x3 = x2 + x23 + fx2 = -70,07 – 9,98 + 0,06 = -79,99 m
x4 = x3 + x34 + fx3 = -79,99 + 14,65 + 0,07 = -65,27 m
x5 = x4 + x45 + fx4 = -65,27 + 47,76 + 0,09 = -17,42 m
x6 = x5 + x56 + fx5 = -17,42 + 31,70 + 0,06 = 14,34 m
x1 = x6 + x61 + fx6 = 14,34 - 14,41 + 0,06 = 0,0 m
Kolom (8) : Koordinat titik poligon (sb.y).
Contoh Perhitungan :
38Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
y1 = 00,000 m
y2 = y1 + y12 + fy1 = 00,00 + 1,68 + 0,10 = 1,78 m
y3 = y2 + y23 + fy2 = 1,78 + 38,53 + 0,06 = 40,37 m
y4 = y3 + y34 + fy3 = 40,37 + 40,43 + 0,06 = 80,86 m
y5 = y4+ y45 + fy4 = 80,86 - 28,85 + 0,08 = 52,09 m
y6 = y5 + y56 + fy5 = 52,09 - 17,89 + 0,05 = 34,25 m
y1 = y6 + y61 + fy6 = 34,25 - 34,29 + 0,05 = 0,0 m
Jadi, koordinat titik poligon :
Titik 1. (0 ; 0)
2. (-70,07 ; 1,78)
3. (-79,99 ; 40,37)
4. (-65,27 ; 80,86)
5. (-17,42 ; 52,09)
6. ( 14,34 ; 34,25)
1. (0 ; 0)
4.1.5 Pengukuran Beda Tinggi
Tabel 4.4 Pengukuran Sipat Datar Memanjang
TitikBenang Tengah
Benang Atas/Benang Bawah
JarakBeda
Tinggi
Beda Tinggi
Rata-rataBelakang Muka Belakang Muka Belakang Muka
(1) (2) (3) (4) (5) (6)2 1,377 1,082 1,160 0,880
38 350,295
0,293WP1,350 1,060 1,540 1,230 0,290
1WP = Water Pass
39Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Keterangan:
Kolom (1) : Nomor tempat kedudukan untuk rambu dan alat
Kolom (2) : Hasil bacaan benang tengah ( BT ) untuk rambu muka dan
belakang pada stand I dan II.
Contoh :
Stand I : BT belakang = 1,350
BT muka = 1,060
Stand II : BT belakang = 1,377
BT muka = 1,082
Kolom (3) : Hasil bacaan benang atas ( BA ) dan benang bawah ( BB )
untuk rambu muka dan belakang alat pada stand I.
Contoh :
Rambu belakang BA = 1,540
BB = 1,160
Rambu muka BA = 1,230
BB = 0.880
Kolom (4) : Perhitungan jarak
Contoh :
Jarak ke belakang = ( BA belakang – BB belakang ) x 100
= (1,540 - 1,160) x 100 = 38 m
Jarak ke muka = ( BA muka – BB muka ) x 100
= (1,230 - 0.880 ) x 100 = 35 m
Kolom (5) : Beda tinggi antara 2 titik yang diberi rambu ( belakang
dan muka ) dapat berharga positif atau negatif. Berharga
positif apabila titik di muka pesawat lebih tinggi daripada
titik di belakang pesawat. Serta bernilai negatif apabila
titik di belakang pesawat lebih tinggi daripada titik di
muka pesawat.
40Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Contoh :
Beda tinggi stand I = BT belakang – BT muka
= 1,350 – 1,060
= 0,29 m
Beda tinggi stand II = BT belakang – BT muka
= 1,377 – 1,082
= 0.295 m
Kolom (6) : Rata – rata beda tinggi antara stand I dan stand II
Contoh :
= 0.2925 m
Pengukuran sipat datar memanjang ini dilakukan 2 kali yaitu pergi
( dari titik 1 ke 6 ) dan pulang ( dari titik 6 ke 1 ).
4.1.6 Pengukuran Tampang Melintang
Tabel 4.5 Hitungan Sipat Datar Memanjang
TitikBeda Tinggi
KoreksiTinggi Titik
Jarak
Pergi Pulang Rata-rata (m) (m)(1) (2) (3) (4) (5)1 100
0,2925 -0,5990 -0,1533 0,0416 73.252 99,8884
0,0985 -0,2620 -0,8018 0,0416 33.753 99,8483
41Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Keterangan :
Kolom (1) : Tempat titik ukur.
Kolom (2) : Beda tinggi antara waktu pergi pulang dan rata–rata beda tinggi.
Contoh :
Beda tinggi titik 1 dan 2
H Pergi = 0,2925 m
H Pulang = -0,5990 m m
Beda tinggi rata rata =
=
= – 0,1533 mm = - 0,0001533 m
Kolom (3) : Besarnya koreksi beda tinggi.
koreksi beda tinggi = -h / n
Dimana : –h = Jumlah keseluruhan rata-rata beda tinggi
n = Jumlah titik poligon
Contoh :
–h = -0.9551
n = 6
Kolom (4) : Tinggi titik polygon
Hn = h(n-1) + h(n-1,n) + koreksi beda tinggi
Contoh :
Tinggi titik 1 :
h1 = 100 m
h2 = h12 + koreksi beda tinggi + h1
42Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
= -0.1533 - 0,0416 + 100 = 99,8051 mh3 = h23 + koreksi beda tinggi + h2
= 0,0818- 0,0416 + 99,8844 = 99,9246 m
h4 = h34 + koreksi beda tinggi + h3
= 1,8055 - 0,0416 + 99,8483 = 101,6122 m
h5 =h45 + koreksi beda tinggi + h4
= -0.0808 – 0,0416 + 101.6954 = 101,573 m
h6 =h56 + koreksi beda tinggi + h5
= -0,0728 - 0,0416 + 101.6563 = 101,5419 m
Kolom (5) : Jarak rata – rata antar titik poligon saat pulang dan pergi.
Dari hasil perhitungan didapat :
D12 = 73,25 m
D23 = 33,75 m
D34 = 44,10 m
D45 = 66,85 m
D56 = 41,35 m
D61 = 43,90 m
4.2 Pengukuran Titik Detail
Tabel 4.6 Pengukuran Situasi Dan Titik Detail
No Titik
Tin
ggi A
lat
Rambu
BacaanSudut Jarak Tinggi
Tin
ggi D
iata
s (0
,0)
Ctt
Tem
pat
Ala
t
Tem
pat
Yan
g D
itin
jau
B. T
enga
h
B. A
tas
B. B
awah
Azi
mut
h
Zen
ith
Mir
ing
Opt
is
Dat
ar
Bed
a ti
nggi
+
(m
)
Bed
a ti
nggi
-
(m)
Ctt
Gam
bar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
43Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Keterangan :
Kolom (1) : Tempat alat berdiri.
Kolom (2) : Nomor titik yang dibidik.
Kolom (3) : Tinggi alat (pesawat).
Kolom (4) : Bacaan rambu tengah.
Kolom (5) : Bacaan benang atas.
Kolom (6) : Bacaan benang bawah.
Kolom (7) : Bacaan azimuth.
Kolom (8) : Bacaan zenith tiap detail.
Kolom (9) : Bacaan sudut miring.
Kolom (10) : Jarak optis (jarak miring antara titik poligon dengan titik detail).
Jm = (BA - BB) x 100 x sin z
Dimana : Jm = Jarak optis
BA = Bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
z = Sudut zenit
Contoh :
Tempat alat 1 tempat yang ditinjau a1
BA = 1,514
BB = 0,780
z = 900
Jm = (1,514 – 0,780) x 100 x sin 900
= 73,4 m
Kolom (11) : Jarak mendatar/rantai (jarak datar antara titik poligon dengan titik
detail).
Dimana : Jd = Jarak mendatar
Contoh :
Tempat alat 1 tempat yang ditinjau a1
44Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
BA = 1,514
BB = 0,780
z = 900
Jd = (1,514 – 0,780) x 100 x sin2 900
= 73,4 m
Kolom (12) dan (13) : Beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail.
Dimana : h = Beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail
BA = Bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
BT = Bacaan benang tengah
m = Sudut miring
i = Tinggi alat
Contoh :
Tempat alat 1 tempat yang ditinjau a1
BA = 1,514
BB = 0,780
BT = 1,142
m = 0o
i = 1,36 m
ΔH = (1,125 – 1,015) x 50 sin 2. 0o + 1,5 – 1,087
= 0,218 m
Kolom 14 : Tinggi diatas titik nol.
Contoh :
ha1 = tinggi titik 1 + ΔH
= 100 + 0,218
= 100,218 m
Kolom 15 : Catatan dan sket gambar situasi sesuai kondisi di lapangan.
4.3 Penggambaran
45Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
4.3.1 Penggambaran Titik Poligon
Dalam penggambaran titik poligon, prosedur yang diikuti adalah :
a. Menyiapkan scale paper yaitu kertas gambar yang diberi kerangka
koordinat berupa milimeter block dengan ukuran sesuai kebutuhan.
b. Penggambaran/plotting dari titik poligon mula-mula dari titik
poligon yang diketahui koordinat. Biasanya dengan milimeter block dengan
ukuran sesuai kebutuhan.
c. Plotting poligon pada kertas kalkir dengan jarak grid 20 cm.
4.3.2 Penggambaran Titik Detail
Penggambaran titik detail dimulai dari titik ikat yaitu titik poligon. Dari titik ikat
digambar titik-titik dengan cara :
a. Dari pemancaran 1 titik ikat ini kita tarik garis lurus antara titik detail yang
mempunyai azimuth yang sama.
b. Penggambaran titik tersebut cukup berdasarkan jarak azimuth hasil pengukuran
jadi tidak perlu menggunakan data koordinat.
c. Jika detail berupa bangunan, maka harus diperhitungkan sketsa bangunan
tersebut dari lapangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan.
d. Jika detail merupakan titik tinggi yang nantinya akan digunakan untuk
penggambaran garis kontur, maka sebaiknya langsung dituliskan ketinggiannya
agar lebih efektif.
e. Menggambar peta dengan menentukan kedudukan garis kontur yang sudah
diplotkan terlebih dahulu dengan cara interpolasi linear. Interval kontur yang
ditentukan adalah 1 m untuk medan mendatar.
4.3.3 Penggambaran Potongan Memanjang
Penggambaran potongan memanjang dimulai dari titik yang telah diketahui
ketinggiannya, kemudian digambar titik-titik lain dengan jarak dan ketinggian
yang sudah diketahui dari perhitungan. Dari titik satu ke titik lain di hubungkan
dengan satu garis. Garis inilah yang merupakan pendekatan dari bentuk muka
bumi sepanjang garis poligon.
4.3.4 Penggambaran Potongan Melintang
46Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok III
Dari hasil pengukuran dan perhitungan data didapat ketinggian tiap titik bantu
sepanjang poligon melintang dengan titik 1 sebagai titik acuan yang telah
diketahui ketinggiannya. Kemudian digambarkan titik-titik tersebut dengan
ketinggian dan jarak hasil perhitungan. Dari titik lainnya dihubungkan dengan
satu garis. Garis tersebut merupakan pendekatan dari bentuk permukaan bumi
sepanjang garis potongan melintang.
4.3.5 Penggambaran Garis Kontur
Proses akhir pembuatan peta adalah menentukan letak kedudukan garis kontur di
antara titik tinggi yang telah diplot lebih dahulu. Untuk itu dilakukan interpolasi
secara linear diantara dua titik sesuai dengan interval kontur yang telah dipilih.
Setelah garis kontur ditarik dengan jelas, semua angka-angka tinggi dihapus
kecuali harga-harga tertentu saja yang masih tercantum elevasinya, lalu
digambarkan pada kertas kalkir. Pada tiap garis kontur-garis kontur tersebut
dipertebal untuk mempermudah kepentingan praktis.
Langkah-langkah penggambaran garis kontur :
1. Menyiapkan garis kontur dilengkapi peta.
2. Memplotting titik-titik poligon dengan skala.
3. Menggambar titik-titik detail dengan skala menggunakan busur dan penggaris.
4. Menentukan bangunan-bangunan yang ada di lapangan.
5. Garis kontur lereng yang curam akan terlihat rapat.
6. Garis kontur yang landai akan terlihat jarang.
7. Garis kontur tidak berpotongan satu sama lain.
8. Sepanjang garis kontur tidak akan terletak diantara garis kontur yang lebih
tinggi maupun yang lebih rendah kecuali perpendekan tertentu.