BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

24
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Bab 4 Perhitungan dan Penggambaran Kelompok XIII BAB 4 PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN 4.1. Perhitungan Sudut Horisontal 4.1.1. Perhitungan Sudut Horisontal Perhitungan sudut horisontal digunakan untuk mendapatkan besaran sudut dalam poligon (β), dimana β adalah selisih nonius belakang (rata-rata) dengan nonius muka (rata- rata). Tabel 4.1. Contoh Perhitungan Sudut Horisontal Tempat alat Kedudukan teropong Arah bidikan Bacaan skala lingkaran mendatar Sudut B Sudut rata- rata Sudut LB I II Rata – rata o o o o (1 ) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 B 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 78 78 78 51 51 51 20 32,5 45 B 5 78 51 20 78 51 20 78 51 20 LB 2 18 0 0 50 18 0 3 20 18 0 2 5 LB 5 25 8 54 30 25 8 53 10 25 8 53 50 Keterangan : Kolom (1) : Tempat kedudukan alat (1,2,3,4,5). Kolom (2) : Kedudukan teropong. 28

Transcript of BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Page 1: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

BAB 4

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN

4.1. Perhitungan Sudut Horisontal

4.1.1. Perhitungan Sudut Horisontal

Perhitungan sudut horisontal digunakan untuk mendapatkan besaran sudut dalam

poligon (β), dimana β adalah selisih nonius belakang (rata-rata) dengan nonius muka

(rata-rata).

Tabel 4.1. Contoh Perhitungan Sudut Horisontal

Tem

pat a

lat

Ked

uduk

an

tero

pong

Ara

h

bidi

kan

Bacaan skala lingkaran mendatar Sudut B

Sudut rata-rata

Sudut LBI II Rata – rata

o o o o

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 B 2 0 0 0 0 0 0 0 0 078

78

78

51

51

51

20

32,5

45

B 5 78 51 20 78 51 20 78 51 20

LB 2 180 0 50 180 3 20 180 2 5

LB 5 258 54 30 258 53 10 258 53 50

Keterangan :

Kolom (1) : Tempat kedudukan alat (1,2,3,4,5).

Kolom (2) : Kedudukan teropong.

Dalam pembidikan ada kedudukan biasa (B) dan luar biasa (LB)

Bila visir berada di atas teropong berarti kedudukan biasa dan bila

visir berada di bawah teropong berarti kedudukan luar biasa (LB).

Kolom (3) : Arah bidikan tempat titik bidik.

Kolom (4) : Bacaan lingkaran mendatar I berisi hasil pembacaan sudut dalam.

Kolom (5) : Bacaan lingkaran mendatar II berisi hasil pembacaan sudut dalam

Kolom (6) : Bacaan skala lingkaran mendatar rata-rata, yaitu rata-rata sudut

bacaan pertama dan kedua.

28

Page 2: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 29Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

Contoh : 1 B 5 (arah bidikan 5)

Bacaan 1 = 78° 51’ 20”

Bacaan 2 = 78° 51’ 20”

Rata-rata = 78° 51’ 20”

Kolom (7) : Selisih sudut mendatar rata-rata antara kedudukan biasa dan luar

biasa serta sudut rata-rata antara biasa dan luar biasa (sudut dalam

poligon).

Contoh Perhitungan :

- Biasa (B)

β 5 = 78° 51’ 20”

β 2 = 0°

β1 (B) = β 5 – β 2

= 78° 51’ 20”– 0°

= 78° 51’ 20”

- Luar Biasa (LB)

β 5 = 258° 53’50”

β 2 = 180° 2’ 5”

β1 (LB) = β 5 – β 2

= 258° 53’50”- 180° 2’ 5”

= 78° 51’ 45”

- Sudut β1 rata-rata = β 1 (B )+ β 1(LB)

2

= 78° 51 ’20 ”+78 ° 51’ 45 ”

2

= 78° 51’ 32,5”

Dengan cara yang sama diperoleh besarnya nilai sudut dalam poligon ().

Page 3: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 30Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

4.1.2. Pengukuran Jarak Mendatar

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapat bacaan benang atas, benang bawah,

dan sudut zenith, sehingga dengan data-data tersebut dapat digunakan untuk

menentukan jarak antar titik poligon. Pengukuran dilakukan secara pergi dan pulang,

dimana masing-masing pengukuran dibedakan atas stand I dan stand II, yaitu dengan

membedakan tinggi pesawat. Jarak antar poligon yaitu jarak rata-rata dari ke empat

cara penggunaan tersebut.

Tabel 4.2. Contoh Perhitungan dan Pengukuran Jarak Mendatar

Pengukuran jarak langsung Pengukuran jarak optis

Titik

Pergi PulangRata-

rata

Titik B.AtasSudut

vertikalJarak datar

(BA-BB) x

100 sin Z

Rata

-rata

jarakDari Ke Dari KeB.

Bawah

Zenith /

Miring

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 2 44,7 44,7 44,7Stan I

1 2

0,86590° 00’00” 40

0,465

1 5 98,19 98,19 98,19Stan II

1 5

2,5789° 10’00” 91,9903

1,65

Keterangan :

Kolom (1) : Tempat berdirinya alat.

Kolom (2) : Tempat yang dibidik.

Kolom (3) : Jarak mendatar berdasarkan pengukuran di lapangan (pergi dan

pulang).

Kolom (4) : Rata–rata jarak mendatar.

Contoh Perhitungan :

Pengukuran jarak langsung dari titik 1 ke titik 2

Pergi = 44,7 m

Pulang = 44,7 m

Rata-rata =

44,7 +44,7 2

= 44,7 m

Page 4: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 31Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

Kolom (5) : Tempat berdirinya alat.

Kolom (6) : Tempat yang dibidik.

Kolom (7) : Bacaan benang atas dan benang bawah.

Kolom (8) : Besar sudut zenith dan miring.

Kolom (9) : Jarak mendatar dengan sumbu.

D = (BA – BB) x 100 sin z

Contoh Perhitungan :

Pengukuran jarak optis titik 1 dan titik 2 (stand I)

BA = 0,865 m

BB = 0,465 m

z = 90o

D = (BA-BB) x 100 sin 90°

= (0,865– 0,465) x 100 sin 90°

= 40 m

Pengukuran jarak optis titik 2 dan titik 1 (stand II)

BA = 2,48 m

BB = 2,08 m

z = 90° 00’00”

D = (BA-BB) x 100 sin 90° 00’00”

= (2,48 – 2,08) x 100 sin 90° 00’00”

= 40 m

Kolom (10) : Rata–rata jarak mendatar dua titik.

Contoh Perhitungan :

Pengukuran rata-rata jarak datar titik 1 dan titik 2

Jarak datar stand I = 40 m

Jarak datar stand II = 40 m

Rata-rata jarak datar = 40 m+40 m

2

= 40 m

Rata-rata jarak datar =( D stand I)+(D stand II )

2

Page 5: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 32Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

4.1.3. Pengukuran Jarak Titik Poligon ke Pojok Bangunan

Pengukuran ini dilakukan terhadap pojok bangunan ditinjau dari satu atau lebih dari

titik poligon. Hal ini dimaksudkan untuk koreksi dalam penggambaran agar diperoleh

gambar yang benar. Pengukuran ini menggunakan theodolit konvensional dengan

rumus :

Penggambaran dari titik 1 :

Dengan dasar α12 dan jarak d12, maka penggambaran titik dapat dilakukan. Demikian

selanjutnya sampai titik 5. Sudut β merupakan sudut dalam poligon.

4.1.4. Perhitungan Titik Poligon

Agar lebih jelas dan mudah, cara dan perhitungan poligon sebagai kerangka peta

dapat disajikan dengan cara pengisian tabel koordinat sebagai berikut :

Tabel 4.3. Contoh Perhitungan Titik Poligon

No

TtkSudut

Sudut jurusan

()

Jarak

(D)

x =

D sin

y =

D cos

Koordinat

x Y

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 78° 51’ 32,5” 79° 0’ 4,45” 40,125 39,8684 -4,5307 0 0

+0’ 8’ 31,95” 0,4505 -0,2162

2 98° 46’ 47,5” 98° 55’ 19,45” 62,75 2,6701 -62,6932 40,3189 -4,7469

+0’ 8’ 31,95” 0,7045 -0,3381

Keterangan :

Kolom (1) : Nomor titik dimana theodolit berdiri.

Kolom (2) : Sudut dalam poligon (β) dan koreksi sudut dalam (Σβ).

Keterangan : = Jumlah sudut dalam poligon

D = (BA – BB) x 100 sin 2 z

β= nonius belakang - nonius muka

∑ β=(α n−α 0)+( n−2 )×180±fα

Page 6: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 33Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

0 = Azimuth awal

n = Azimuth ke-n (akhir)

n = Jumlah titik poligon

f = Koreksi sudut

Contoh Perhitungan :

= 539° 17’ 20,25”

β = (n-1) x 180 f

539° 17’ 20,25”= (5-1) x 180 f

f = +0’ 45’ 39,75”

- Besarnya koreksi tiap sudut

−fn

=−+0 ° 45 ’39,75 ”5

=¿ + 0° 8’ 31,95”

- Perhitungan sudut dalam (β) terkoreksi :

β1 = 78° 51’ 32,5” + 0° 8’ 31,95” = 79o 0’ 4,45”

β2 = 98° 46’ 47,5” + 0° 8’ 31,95” = 98o 55’ 19,45”

β3 = 172o 52’ 5,25” + 0° 8’ 31,95” = 173o 0’ 37,2”

β4 = 94o 18’ 50” + 0° 8’ 31,95” = 94o 27’ 21,95”

β5 = 94o 28’ 5” + 0° 8’ 31,95” = 94o 36’ 36,95”

Kolom (3) : Perhitungan sudut jurusan (α ) terkoreksi :

Contoh Perhitungan :

12 = 96° 29’ 0”

23 = 12 + 180o – β2= 97° 10’ 0”+ 180o – 98o 55’ 19,45”

= 177o 33’ 40,55”

34 = 23 + 180o – β3= 177o 33’ 40,55” + 180o – 173o 0’ 21,95”

= 184o 33’ 3,35”

45 = 34 + 180o – β4 = 184o 33’ 3,35” + 180o – 94o 27’ 21,95”

= 270o 5’ 41,4”

51 = 45 + 180o – β5 = 270o 5’ 41,4” – (180o + 94o 36’ 36,95”)

= 355o 29’ 4,45”

α (n, (n+1 ))=α ( (n−1 ) , n )+180 °−βn

Page 7: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 34Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

Kolom (4) : Perhitungan jarak antar titik

Contoh Perhitungan :

Dari pengukuran diperoleh data sebagai berikut :

D12 = 40,125 m

D23 = 62,75 m

D34 = 28,2 m

D45 = 35,625 m

D51 = 96,998 m

∑ D = 263,698048 m

Kolom (5): x = D sin (x = penambahan jarak optis) dan koreksi absis (f(x)).

Δx=D×sin α f ( x )=− DΣD

. ΣΔ x

Keterangan : x = Penambahan jarak optis

= Sudut jurusan

D = Jarak antara titik poligon

D = Jumlah jarak antar titik poligon

x = Jumlah penambahan jarak ke sumbu x

Contoh Perhitungan :

- Perhitungan Δx

x1-2 = D12 x sin 12

= 40,125 x sin 96° 29’ 0” = 39,8684 m

x2-3 = 62,75 x sin 177o 33’ 40,55” = 2,6701 m

x3-4 = 28,2 x sin 184o 33’ 3,35 = - 2,2375 m

x4-5 = 35,625 x sin 270o 5’ 41,4” = - 35,6250 m

x5-1 = 96,998 x sin 355o 29’ 4,45” = - 7,6364 m

x = 2,9604 m- Perhitungan f(x)

f ( x )=− DΣD

. ΣΔ x

Page 8: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 35Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

fx1 = - 40,125

263,698048 (2,9604) = 0,4505 m

fx2 = - 62,75

263,698048 (2,9604) = 0,7045 m

fx3 = - 28,2

263,698048 (2,9604) = 0.3166 m

fx4 = - 35,625

263,698048 (2,9604) = 0,3999 m

fx5 = - 96,998

263,698048 (2,9604) = 1,0890 m

Kolom (6) : y = D cos (y = penambahan jarak optis) dan koreksi ordinat

(f(y)).

Dimana : y = Penambahan jarak optis

= Sudut jurusan

D = Jarak antara titik poligon

D = Jumlah jarak antar titik poligon

y = Jumlah penambahan jarak ke sumbu y

Contoh Perhitungan :

- Perhitungan Δy

y1-2 = D12 x cos 12

= 40,125 x cos 96° 29’ 0” = - 4,5307 m

y2-3 = 62,75 x cos 177o 33’ 40,55” = - 62,6932 m

y3-4 = 28,2 x cos 184o 33’ 3,35 = - 28,1111 m

y4-5 = 35,625 x cos 270o 5’ 41,4” = 0,0590 m

y5-1 = 96,998 x cos 355o 29’ 4,45” = 96,6970 m

∑y = -1,4210 m

- Perhitungan f(y)

f ( y )= -D

ΣD.ΣΔ y Δy=D×cos α

f ( y )= -D

ΣD.ΣΔ y

Page 9: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 36Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

fy1 = - 40,125

263,698048 (-1,4210) = - 0,2160 m

fy2 = - 62,75

263,698048 (-1,4210) = - 0,3381 m

fy3 = - 28,2

263,698048 (-1,4210) = - 0,1520 m

fy4 = - 35,625

263,698048 (-1,4210) = - 0,1920 m

fy5 = - 96,998

263,698048 (-1,4210) = - 0,5227 m

Kolom (7) : Koordinat titik poligon (sb.x).

xn= xn-1+ Δ xn+ fxn−1

Contoh Perhitungan :

x1 = 0,000 m

x2 = x1 + x12 + fx1 = 0,000 + 39,8684 + 0,4505 = 40,3189 m

x3 = x2 + x23 + fx2 = 40,3189 + 2,6701 + 0,7045 = 43,6934 m

x4 = x3 + x34 + fx3 = 43,6934 – 2,2375 + 0,3166 = 41,7725 m

x5 = x4 + x45 + fx4 = 41,7725 – 35,6250 + 0,3999 = 6,5475 m

x1 = x5 + x51 + fx5 = 6,5475 – 7,6364 + 1,0890 = 0,000 m

Kolom (8) : Koordinat titik poligon (sb.y).

yn= yn-1+Δ yn+ fy n−1

Contoh Perhitungan :

y1 = 0,000 m

y2 = y1 + y12 + fy1 = 0,000 – 4,5307 – 0,2162 = -4,7469 m

y3 = y2 + y23 + fy2 = -4,7469 – 62,6932 – 0,3381 = -67,7782 m

y4 = y3 + y34 + fy3 = -67,7782 – 28,1111 – 0,1520 = -96,0413 m

y5 = y4+ y45 + fy4 = -96,0413 + 0,0590 – 0,1920 = -96,1743 m

y1 = y5 + y51 + fy5 = -96,1743 + 96,6970 – 0,5227 = 0,000 m

Page 10: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 37Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

Jadi, koordinat titik poligon :

Titik 1. (0,000 ; 0,000) m

2. (40,3189; -4,7469) m

3. (43,6934; -67.7782) m

4. (41,7725; -96,0413) m

5. (6,5475; -96,1743) m

4.1.5. Pengukuran Beda Tinggi

Tabel 4.4. Pengukuran Sipat Datar Memanjang

Tit

ik

B. Tengah

(BT)

Stand I

Stand II

Benang Atas

(BA)

B. Bawah (BB)

(BA+BB) =

2xBT

Jarak Beda

Tinggi

(m)

Beda

Tinggi

Rata-

rata

Tit

ik

Belaka

ngMuka Belakang Muka

Db

(m)

Dm

(m)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

12,31 1,5

2,41 1,559

20 11,8

0,81

-0,785

1

WP WP

2,41 1,65

0,762 2,21 1,441 2

WP = Water Pass

Keterangan :

Kolom (1) dan (7) : Letak titik-titik dimana rambu berada.

Kolom (2) : Data hasil percobaan waterpass ke rambu muka dan belakang

dan data benang tengah (stand II).

Contoh :

Stand I : BT belakang = 2310 mm

BT muka = 1500 mm

Page 11: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 38Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

Stand II : BT belakang = 2410 mm

BT muka = 1650 mm

Kolom (3) : Data hasil bacaan benang atas (BA) dan benang bawah (BB)

untuk rambu muka dan belakang alat pada stand I.

Contoh :

Rambu belakang : BA = 2410 mm

BB = 2210 mm

Rambu muka : BA = 1559 mm

BB = 1441 mm

Kolom (4) : Hasil perhitungan jarak

Contoh Perhitungan :

Jarak ke belakang = (BA belakang – BB belakang) x 100

= (2410 – 2210) x 100

= 20000 mm = 20 m

Jarak ke muka = (BA muka – BB muka) x 100

= (1559 – 1441) x 100

= 11800 mm = 11,8 m

Kolom (5) : Beda tinggi antara 2 titik yang diberi rambu (belakang dan

muka) dapat berharga positif atau negatif. Berharga positif

apabila titik di muka pesawat lebih tinggi daripada titik di

belakang pesawat. Serta bernilai negatif apabila titik di

belakang pesawat lebih tinggi daripada titik di muka pesawat.

Contoh Perhitungan :

Beda tinggi stand I = BT belakang – BT muka

= 2310 - 1500

D=(BA -BB ) x 100

Page 12: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 39Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

= 810 mm = 0,81 m

Beda tinggi stand II = BT belakang – BT muka

= 2410 – 1650

= 760 mm = 0,76 m

Kolom (6) : Rata-rata beda tinggi antara stand I dan stand II.

Contoh :

Δ h =(0,81+ 0,76 )

2

= 0,785 m

Pengukuran sipat datar memanjang ini dilakukan 2 kali, yaitu pergi (dari titik 1 ke 5)

dan pulang (dari titik 5 ke 1).

4.1.6. Pengukuran Tampang Melintang

Tabel 4.5. Hitungan Sipat Datar Memanjang

NoBeda Tinggi

KoreksiTinggi Titik

(m)

Jarak

(m)

TP

(cm)Catatan

Pergi Pulang Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 100

0,785 0,7645 0,7748 0,0004 33,65

2 100,7752

0,0025 -0,2125 -0,1075 0,0004 58

3 100,6681

Keterangan :

Kolom (1) : Tempat titik ukur.

Kolom (2) : Beda tinggi antara waktu pergi pulang dan rata–rata beda tinggi.

Contoh :

Beda tinggi titik 1 dan 2

H Pergi = 785 mm

H Pulang = 764,5 mm

Page 13: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 40Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

Beda tinggi rata rata =

ΔH pergi + ΔH pulang 2

=

785 + 764,5 2

= 774,8 mm = 0,7748 m

Kolom (3) : Besarnya koreksi beda tinggi.

Dimana : –h = Jumlah keseluruhan rata-rata beda tinggi

n = Jumlah titik poligon

Contoh :

h = -0,002

n = 5

koreksi beda tinggi =−(-0,002)

5=0 , 0004 mm

Kolom (4) : Tinggi titik poligon.

Hn = h(n-1) + h(n-1,n) + koreksi beda tinggi

Tinggi titik 1 (h1) = 100 m

Contoh Perhitungan :

h1 = 100 m

h2 = h12 + koreksi beda tinggi + h1

= 0,7748 + 0,0004 + 100 = 100,7752 m

h3 = - 0,1075 + 0,0004 + 100,7752 = 100,6681m

h4 = -0,8263 + 0,0004 + 100,6681 = 99.8422 m

h5 = 0,9258 + 0,0004 + 99,8422 = 100,7684 m

h1 = -0,7775 + 0,0004 + 100.7684 = 100 m

Kolom (5) : Jarak rata–rata antar titik poligon saat pulang dan pergi.

Kolom (6) : Tinggi pasak.

koreksi beda tinggi =−ΣΔ hn

Page 14: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 41Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

4.2. Pengukuran Titik Detail

Tabel 4.6. Pengukuran Situasi Dan Titik Detail

NoTiti

kT

ingg

i Ala

tRambu

BacaanSudut Jarak Tinggi

Tin

ggi D

iata

s (0

,0)

Ctt

Tem

pat

Ala

t

Tem

pat

B. T

enga

h

B. A

tas

B. B

awah

Azi

mut

h

Zen

ith

Mir

ing

Opt

is

Dat

ar

Bed

a ti

nggi

Bed

a ti

nggi

Ctt

Gam

bar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Keterangan :

Kolom (1) : Tempat alat berdiri.

Kolom (2) : Nomor titik yang dibidik.

Kolom (3) : Tinggi alat (pesawat).

Kolom (4) : Bacaan rambu tengah.

Kolom (5) : Bacaan benang atas.

Kolom (6) : Bacaan benang bawah.

Kolom (7) : Bacaan azimuth.

Kolom (8) : Bacaan zenith tiap detail.

Kolom (9) : Bacaan sudut miring.

Kolom (10) : Jarak optis (jarak miring antara titik poligon dengan titik detail).

Jm = (BA - BB) x 100 x sin z

Keterangan : Jm = Jarak optis

BA = Bacaan benang atas

BB = Bacaan benang bawah

z = Sudut zenith

Contoh :

Tempat alat 1 tempat yang ditinjau a1

BA = 0,974

Page 15: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 42Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

BB = 0,816

z = 900

Jm = (0,974– 0,816) x 100 x sin 900

= 15,8 m

Kolom (11) : Jarak mendatar/rantai (jarak datar antara titik poligon dengan titik

detail).

Keterangan : Jd = Jarak mendatar

Contoh :

Tempat alat 1 tempat yang ditinjau a1

BA = 0,974

BB = 0,816

z = 900

Jd = (0,974 – 0,816) x 100 x sin2 900

= 15,8 m

Kolom (12) dan (13) : Beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail.

ΔH = (BA−BB )×50 sin 2 m+i−BT

Keterangan: h = Beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail

BA = Bacaan benang atas

BB = Bacaan benang bawah

BT = Bacaan benang tengah

m = Sudut miring

i = Tinggi alat

Contoh :

Tempat alat 1 tempat yang ditinjau a1

BA = 0,974

Jd =(BA-BB )× 100 × sin2 z

Page 16: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 43Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

BB = 0,816

BT = 0,895

m = 0

i = 1,37 m

ΔH = (0,974 – 0,816) x 50 sin 2. 0 + 1,37 – 0,895= 0,475 m

Kolom (14) : Tinggi diatas titik nol.

Contoh :

h2 = tinggi titik 1 + ΔH

= 100 + 0,475

= 100,475 m

Kolom (15) : Catatan dan sket gambar situasi sesuai kondisi di lapangan.

4.3. Penggambaran

4.3.1.Penggambaran Titik Poligon

Dalam penggambaran titik poligon, prosedur yang diikuti adalah :

a. Menyiapkan scale paper yaitu kertas gambar yang diberi kerangka koordinat

berupa milimeter block dengan ukuran sesuai kebutuhan.

b. Penggambaran/plotting dari titik poligon mula-mula dari titik poligon yang

diketahui koordinat. Biasanya dengan milimeter block dengan ukuran sesuai

kebutuhan.

c. Plotting poligon pada kertas kalkir dengan jarak grid 10 cm.

4.3.2. Penggambaran Titik Detail

Penggambaran titik detail dimulai dari titik ikat yaitu titik poligon. Dari titik ikat

digambar titik-titik dengan cara :

h = tinggi titik poligon +ΔΗ

Page 17: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 44Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

a. Dari pemancaran 1 titik ikat ini kita tarik garis lurus antara titik detail yang

mempunyai azimuth yang sama.

b. Penggambaran titik tersebut cukup berdasarkan jarak azimuth hasil pengukuran

jadi tidak perlu menggunakan data koordinat.

c. Jika detail berupa bangunan, maka harus diperhitungkan sketsa bangunan tersebut

dari lapangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan.

d. Jika detail merupakan titik tinggi yang nantinya akan digunakan untuk

penggambaran garis kontur, maka sebaiknya langsung dituliskan ketinggiannya

agar lebih efektif.

e. Menggambar peta dengan menentukan kedudukan garis kontur yang sudah

diplotkan terlebih dahulu dengan cara interpolasi linear. Interval kontur yang

ditentukan adalah 1 m untuk medan mendatar.

4.3.3. Penggambaran Long Section

Penggambaran long section dimulai dari titik yang telah diketahui ketinggiannya,

kemudian digambar titik-titik lain dengan jarak dan ketinggian yang sudah diketahui

dari perhitungan. Dari titik satu ke titik lain di hubungkan dengan satu garis. Garis

inilah yang merupakan pendekatan dari bentuk muka bumi sepanjang garis poligon.

4.3.4. Penggambaran Cross Section

Dari hasil pengukuran dan perhitungan data didapat ketinggian tiap titik bantu

sepanjang poligon melintang dengan titik 1 sebagai titik acuan yang telah diketahui

ketinggiannya. Kemudian digambarkan titik-titik tersebut dengan ketinggian dan

jarak hasil perhitungan. Dari titik lainnya dihubungkan dengan satu garis. Garis

tersebut merupakan pendekatan dari bentuk permukaan bumi sepanjang garis

potongan melintang.

4.3.5. Penggambaran Garis Kontur

Proses akhir pembuatan peta adalah menentukan letak kedudukan garis kontur di

antara titik tinggi yang telah diplot lebih dahulu. Untuk itu dilakukan interpolasi

Page 18: BAB 4 Perhitungan Dan Penggambaran Bos

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 45Bab 4 Perhitungan dan PenggambaranKelompok XIII

secara linear diantara dua titik sesuai dengan interval kontur yang telah dipilih.

Setelah garis kontur ditarik dengan jelas, semua angka-angka tinggi dihapus kecuali

harga-harga tertentu saja yang masih tercantum elevasinya, lalu digambarkan pada

kertas kalkir. Pada tiap garis kontur-garis kontur tersebut dipertebal untuk

mempermudah kepentingan praktis.

Langkah-langkah penggambaran garis kontur :

1. Menyiapkan garis kontur dilengkapi peta.

2. Memplotting titik-titik poligon dengan skala.

3. Menggambar titik-titik detail dengan skala menggunakan busur dan penggaris.

4. Menentukan bangunan-bangunan yang ada di lapangan.

5. Garis kontur lereng yang curam akan terlihat rapat.

6. Garis kontur yang landai akan terlihat jarang.

7. Garis kontur tidak berpotongan satu sama lain.

8. Sepanjang garis kontur tidak akan terletak diantara garis kontur yang lebih tinggi

maupun yang lebih rendah kecuali perpendekan tertentu.