ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT...
Transcript of ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT...
Jurnal Tugas Akhir
1
ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT INTERNAL CORROSION
DENGAN METODE RBI (RISK BASED INSPECTION)
Z. A. H. Lubis1; D. M. Rosyid
2; H. Ikhwani
3
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, ITS-Surabaya
2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan, ITS-Surabaya
3) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan, ITS-Surabaya
Abstrak
Korosi internal adalah salah satu penyebab resiko kegagalan pada jaringan pipa yang harus
dipertimbangkan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inspeksi dengan berbasis keandalan. Metode
RBI adalah salah satu metode pengelolaan inspeksi yang didasarkan pada tingkat resiko
pengoperasian peralatan atau unit kerja industri. Metode Risk Based Inspection menggunakan
kombinasi dua parameter yaitu kemungkinan kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Tugas Akhir ini
bertujuan untuk mencari peluang kegagalan, tingkat resiko dan memprediksi inspeksi yang sesuai
pada keempat reducer pipeline. Analisa resiko dalam penelitian ini dilakukan pada keempat reducer
pipeline pada jaringan pipa milik Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ).
Peluang kegagalan diperoleh dengan menggunakan Monte Carlo Simulation. Dari hasil simulasi,
maka diperoleh peluang kegagalan (PoF) untuk tiap reducer pipeline, yaitu R#1: 0,5%; R#2: 0,46%;
R#3: 0,49% dan R#4: 0,47%. Dengan mengacu pada API RBI 581 maka diperoleh tingkat resiko
untuk tiap reducer pipeline, yaitu R#1: resiko tinggi (5D), R#2: resiko menengah (1D), R#3: resiko
menengah tinggi (4D) dan R#4: resiko menengah (2D). Berdasarkan tingkat resiko tersebut, maka
metode inspeksi yang tepat adalah dengan ultrasonic straight beam dan radiography untuk frekuensi
inspeksi 1 tahun sekali (tinggi1), 2 tahun sekali (menegah tinggi) dan 2,5 tahun sekali (menengah).
Kata-kata Kunci : Reducer Pipeline, Risk Based Inspection, Monte Carlo, Inspeksi.
1. PENDAHULUAN
Jaringan pipa adalah salah satu sarana trans-
portasi minyak dan gas yang paling aman dan
ekonomis. Beberapa tahun belakangan ini,
penelitian mengenai proses korosi internal pada
jaringan pipa menjadi topik yang sangat penting.
Hal tesebut dikarenakan dampak ekonomis dan
teknis yang ditimbulkannya (Huang dan Ji,
2008). Rouza (2009) telah melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pola Aliran Terhadap
Pengaruh Variasi Flange Pipa Penyalur Hidro-
karbon”. Dalam penelitian tersebut menghasilkan
kesimpulan bahwa salah satu komponen dalam
suatu jaringan pipa yang sering terjadi korosi
internal adalah pada reducer pipeline.
Reducer pipeline merupakan suatu komponen
pada jaringan pipa yang mengalami pengurangan
diameter dari diameter besar ke diameter kecil
dengan persyaratan dari proses engineering.
Ketentuan pe-doman keselamatan dalam industri
bangunan lepas pantai semakin meningkat,
misalnya Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi No.5/P/M/Pertamb/1977 menyatakan
perlu ada-nya suatu pemeriksaan atau inspeksi
dari bangunan laut. Dengan peraturan tersebut,
maka telah dikembangkan suatu metode
pemeriksaan berbasis keandalan, yaitu dengan
menggunakan metode Risk Based Inspection
(RBI) untuk mengidentifikasi kegagalan yang
akan terjadi.
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peluang kegagalan pada
keempat reducer pipeline yang terkorosi.
2. Mengetahui tingkat resiko pada keempat
reducer pipeline yang terkorosi dengan
metode Risk Based Inspection.
3. Memprediksi pemeriksaan yang sesuai
dengan kondisi tingkat resiko pada keempat
reducer pipeline yang terkorosi.
Manfaat yang diperoleh dari tugas akhir ini
adalah memperkenalkan RBI sebagai metode
pengelolaan inspeksi berdasarkan analisa tingkat
resiko dari internal corrosion yang terjadi. Selain
itu juga untuk mendapatkan metode pemeriksaan
yang sesuai dan tepat guna pada tingkat resiko
tersebut. Menjadi masukan bagi perusahaan
terkait dalam hal penentuan waktu inspeksi.
2. DASAR TEORI
Azhar (2007) telah melakukan analisa resiko
pada jaringan pipa milik PT Trans Javagas
Pipeline. Jaringan pipa dalam analisa resiko yang
dilakukan Azhar hanya meninjau pada jaringan
pipa yang berkonfigurasi lurus. Selain itu juga
dalam analisa tersebut tidak memperhatikan
Jurnal Tugas Akhir
2
terjadinya internal corrosion. Padahal dalam
kenyataan di lapangan, suatu jaringan pipa tidak
hanya terdiri dari konfigurasi lurus, salah satu
komponen pada jaringan pipa selain pipa lurus
adalah reducer pipeline. Perilaku aliran fluida di
dalam reducer pipeline-pun berbeda dengan
perilaku aliran fluida pada pipa yang lurus. Pada
reducer pipeline terjadi penambahan kecepatan
aliran karena adanya perubahan diameter pipa
yang semakin kecil. Dengan kondisi seperti ini,
maka internal corrosion akan terjadi. Untuk itu
perlu dilakukan analisa resiko pada reducer
pipeline akibat internal corrosion pada suatu
jaringan pipa.
2.1 Korosi
Korosi didefinisikan sebagai kumpulan dari
keseluruhan proses dengan jalan dimana metal
atau alloy yang digunakan untuk material
struktur berubah bentuk dari bersifat metal
menjadi beberapa kombinasi dari kondisi yang
disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya
(Supomo, 2003). Perhitungan laju korosi
dilakukan dengan menggunakan persamaan dari
Solihin (2008):
Cr adalah corrosion rate (ipy), 0.0213
merupakan slope percepatan laju korosi,
sedangkan 1.2911 adalah faktor konstanta dari
hasil percobaan.
2.2 Wall Shear pada Fluida
Fluida diartikan sebagai zat yang bergerak dan
dapat berubah bentuk secara kontinyu (terus-
menerus) dan berkesinambungan apabila
dibebani dengan tegangan geser betapun
kecilnya. Gaya geser adalah komponen gaya
yang menyinggung permukaan, dan gaya ini
yang dibagi dengan luas permukaan tersebut
adalah tegangan geser rata- rata pada permukaan
itu. Munson (2002) menyatakan bahwa tegangan
geser pada suatu titik adalah nilai batas
perbandingan gaya geser terhadap luas dengan
berkurangnya luas hingga menjadi titik tersebut.
Sedangkan benda padat akan mempertahankan
bentuknya sampai dengan gaya yang
mengenainya melebihi elastisitas benda padat
tersebut.
Menurut Swierzawski (2000) wall shear stress
untuk pada permukaan elemen yang paralel
dengan permukaan datar, pada titik y adalah
sebagai berikut:
dengan,
μ : viskositas dinamis fluida
u : kecepatan fluida sepanjang dinding
y : jarak dari dinding ke titik yang diuji
2.3 Metode RBI
RBI adalah suatu metode perencanaan atau
program inspeksi dan pengujian serta strategi
pemeliharaan dengan menggunakan resiko
sebagai metode dasarnya. Program inspeksi dan
pengujian mulai dari bahan (bahan dasar) sampai
pada peralatan operasi di lokasi (plant) produksi
minyak dan gas. Resiko yang didefinisikan
sebagai fungsi peluang kegagalan (probability of
failure) dan fungsi konsekuensi akibat kegagalan
(concequence of failure) diformulasikan sebagai
berikut (API RBI 581, 2001):
Risk = CoF x (PoF)
2.4 Keandalan
Perhitungan kendalan yang digunakan adalah
dengan menggunakan simulasi Monte Carlo.
Unsur pokok yang diperlukan di dalam simulasi
Monte Carlo adalah sebuah random number
generated (RNG). Cara lain untuk mengukur
keandalan adalah dengan cara menggunakan
indeks keandalan β, yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara nilai rata-rata dan nilai
simpangan baku dari margin keselamatan, S,
yaitu (Rosyid, 2007):
Moda kegagalan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah (ASME B 31.4):
dengan,
t = wall thickness of pipe (inch)
D = outside diameter of pipe (inch)
S = allowable stress value (ksi)
E = weld joint factor
= 1; ASTM 106 Gr. B
= 1; API 5L X52
Sistem dikatakan gagal jika g(X) < 0, dinyatakan
berhasil jika g(X) > 0 dan bila g(X) = 0, maka
sistem dinyatakan failure surface. Variabel acak
dasar terdiri dari variabel fisik yang
menggambarkan ketidakpastian dalam beberapa
variabel seperti tekanan operasional dan
kedalaman korosi.
2.5 Analisa Konsekuensi Semi-Kuantitatif
Secara umum konsekuensi terlepasnya fluida
kerja yang berbahaya, dapat diestimasi
berdasarkan tujuh tahap di bawah ini:
Jurnal Tugas Akhir
3
1. Menentukan fluida representatif yang
terlepas dan sifat-sifatnya;
2. Memilih ukuran lubang kebocoran yang
nantinya dipakai untuk mencari luas
konsekuensi pada perhitungan resiko;
3. Estimasi jumlah total fluida yang dapat
terlepas;
4. Estimasi laju terlepasnya fluida yang paling
potensial;
5. Mendefinisikan tipe dari kebocoran untuk
menentukan metode yang dipakai dalam
pemodelan konsekuensi;
6. Pemilihan fasa final dari fluida yang
terlepas (cair atau gas);
7. Evaluasi respon setelah fluida terlepas.
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Reducer Pipeline
Tabel 1 Data Reducer Pipeline Milik JOB P-PEJ
Reducer 1 Reducer 2 Reducer 3 Reducer 4
Tipe Concentric Concentric Eccentric Eccentric
Material
grade
ASTM
A106
ASTM
A106
API 5L X52
ERW
API 5L X52
ERW
Outside
Diameter 1 16 in 20 in 16 in 20 in
Outside
Diameter 2 10 in 16 in 10 in 16 in
Wall
Thickness 0.5 in 0.5 in 0.5 in 0.5 in
SMYS 35000 psi 35000 psi 52000 psi 52000 psi
(Sumber: JOB P-PEJ, 2004)
Besarnya tekanan operasional yang terjadi pada
bulan November 2008 sampai Oktober 2009
tersaji pada Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2 Data Tekanan Operasional
Time Operasional
Pressure (psi)
Nov-08 798
Dec-08 795
Jan-09 792
Feb-09 795
Mar-09 800
Apr-09 800
May-09 800
Jun-09 792
Jul-09 792
Aug-09 750
Sep-09 752
Oct-09 748
(Sumber: JOB P-PEJ, 2009)
Pengambilan data operating pressure dilakukan
dengan pressure gauge yang dipasang pada tiap-
tiap block valve. Pencatatan dilakukan tiap dua
jam sekali selama 24 jam. Data di atas adalah
rangkuman data yang diambil nilai maksimum-
nya untuk tiap bulan.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan pemodelan numerik dengan meng-
gunakan bantuan software ANSYS ICEM CFD
untuk mendapatkan tegangan geser ( ).
Gambar 1 Tegangan Geser Hasil Running
ANSYS ICEM CFD
Untuk melakukan perhitungan tegangan geser,
dilakukan variasi 3 kecepatan. Perhitungan laju
korosi menggunakan persamaan dari Solihin
(2008):
Hasil perhitungan tegangan geser ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel 3 Perhitungan Laju Korosi dengan
Menggunakan Tegangan Geser
Jenis V
(ft/s) Cr (ipy)
t korosi
(in) 5 thn
Reducer 1
14.56 0.002862578 0.014
12.99 0.002133913 0.011
9.62 0.000932805 0.005
Reducer 2
14.56 0.002214465 0.011
12.99 0.001645318 0.008
9.62 0.00063187 0.003
Jurnal Tugas Akhir
4
Tabel 4 Perhitungan Laju Korosi dengan
Menggunakan Tegangan Geser (lanjutan)
Jenis V
(ft/s) Cr (ipy)
t korosi
(in) 5 thn
Reducer 3
14.56 0.003617537 0.018
12.99 0.002730347 0.014
9.62 0.001222199 0.006
Reducer 4
14.56 0.002389301 0.012
12.99 0.001769853 0.009
9.62 0.000769735 0.004
Hubungan antara kecepatan fluida dengan wall
shear tersaji pada gambar berikut:
Gambar 2 Grafik Hubungan Kecepatan Fluida
dengan Wall Shear
Sedang, grafik hubungan antara kecepatan fluida
dan corrosion rate tersaji pada Gambar 3 berikut
ini:
Gambar 3 Grafik Hubungan Kecepatan Fluida
dengan Corrosion Rate
3.2 Perhitungan Indeks Keandalan
Perhitungan indeks keandalan dimulai dengan
melakukan penentuan moda kegagalan yang
berlaku pada system. Moda kegagalan yang ber-
laku pada sistem ini adalah:
Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel
acak dan mencari parameter statistiknya.
Variabel acak dan parameter statistiknya adalah:
Tabel 5 Parameter Statistik
Parameter
Statistik
Distribusi
Data μ σ
Pressure Smallest
Extreme Value 793.1 12.09
Reducer 1 Smallest
Extreme Value 0.01178 0.00293
Reducer 2 Normal 0.00733 0.0035
Reducer 3 Smallest
Extreme Value 0.01504 0.00391
Reducer 4 Normal 0.00833 0.0035
Gambar 4 di bawah ini menunjukkan hasil
simulasi Monte Carlo untuk tiap-tiap reducer
pipeline. Simulasi dilakukan dengan 10000
random number generated.
Gambar 4 Grafik Hubungan Jumlah Simulasi
dengan PoF.
3.3 Analisa Konsekuensi dengan Metode
Semi-Kuantitatif RBI
Analisa konsekuensi dengan menggunakan me-
tode semi-kuantitatif RBI diawali dengan
penentuan jenis fluida representatifnya (dalam
sistem ini fluidanya H2S). Sifat-sifat dari fluida
representatif itu menurut Tabel 7.2 API RBI 581
adalah:
- Berat molekul (gram/mol) : 34
- Berat jenis (lb/ft3) : 61,993
- Tingkat keadaan : Gas
- Temperatur autoignition (oF) : 500
- Kapasitas panas ideal pada tekanan konstan
(Btu/lbmol.oF) : 31.9
- Kapasitas panas ideal pada volume konstan
(Btu/lbmol.oF) : 10,313
Langkah selanjutnya adalah menghitung laju
terlepasnya fluida dengan menggunakan
persamaan:
Jurnal Tugas Akhir
5
Dari perhitungan didapat hasil laju pelepasan
fluida pada tiap lubang kebocoran (0,25 in; 1 in;
4 in dan 7 in) ditampilkan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Perhitungan Laju Pelepasa Fluida
Reducer
Laju Pelepasan Fluida (lb/s)
Ukuran Lubang (in)
0,25 1 4 7
1 7.2691341 29.076537 116.30615 203.53576
2 7.3906916 29.562766 118.25107 206.93936
3 6.9692925 27.87717 111.50868 195.14019
4 7.1313691 28.525476 114.1019 199.67833
Berikut adalah grafik laju pelepasan fluida yang
terjadi:
Gambar 5 Grafik Laju Pelepasan Fliuda untuk
Tiap Reducer Pipeline
Kemudian menghitung durasi kebocoran yang
terjadi dengan menggunakan persamaan:
Hasil perhitungan durasi kebocoran dari alat
tersaji pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7 Estimasi Durasi Kebocoran
Reducer
Durasi Kebocoran (menit)
Ukuran Lubang (in)
0.25 1 4 7
1 1.146399718 0.28659993 0.07165 0.0409428
2 1.12754446 0.281886115 0.0704715 0.0402694
3 1.195721567 0.298930392 0.0747326 0.0427043
4 1.168546077 0.292136519 0.0730341 0.0417338
Berikut adalah grafik estimasi durasi kebocoran
yang terjadi:
Gambar 6 Estimasi Durasi Kebocoran untuk Tiap
Reducer Pipeline
Dalam metode RBI, jika dalam waktu 3 menit
massa fluida representatif yang keluar lebih besar
daripada 10000 lb, maka aliran tersebut termasuk
ke dalam jenis kebocoran seketika. Sehingga
didapatkan untuk tiap reducer pipeline
mengalami kebocoran secara kontinyu. Setelah
mengetahui durasi kebocoran, maka langkah
selanjutanya adalah menentukan luas daerah
akibat kebocoran. Luas daerah akibat kebocoran
fluida representatif terdiri atas dua jenis, yaitu
luas daerah kerusakan dan luas daerah
berbahaya. Menurut Tabel 7.10 API RBI 581
persamaan yang digunakan untuk menentukan
luas daerah kerusakan dan daerah berbahaya
adalah sebagai berikut:
- Luas Daerah Kerusakan
- Luas Daerah Berbahaya
Hasil perhitungan untuk luas daerah bahaya dan
kerusakan ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 8 Luas Daerah Kerusakan dan Luas
Daerah Berbahaya
Reducer
Luas Daerah Kerusakan (ft2)
Ukuran Lubang (in)
0.25 1 4 7
1 1186.357625 4074.262609 13992.084 23024.291
2 1203.997979 4134.8442 14200.137 23366.647
3 1142.704594 3924.346673 13477.234 22177.093
4 1166.325927 4005.468514 13755.827 22635.525
Jurnal Tugas Akhir
6
Tabel 9 Luas Daerah Kerusakan dan Luas
Daerah Berbahaya
Reducer
Luas Daerah Berbahaya (ft2)
Ukuran Lubang (in)
0.25 1 4 7
1 2420.053628 8907.61385 32786.705 55482.183
2 2458.075633 9047.563366 33301.824 56353.876
3 2326.101373 8561.799032 31513.847 53328.232
4 2376.915843 8748.834421 32202.278 54493.205
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan pada
Tabel 8 dan 9 di atas dibuat dalam bentuk grafik
berikut:
Gambar 7 Luas Daerah Kerusakan untuk Tiap
Reducer Pipeline
Gambar 8 Luas Daerah Berbahaya untuk Tiap
Reducer Pipeline
Langkah selanjutnya adalah menghitung fre-
kuensi kerusakan generik. Nilai frekuensi keru-
sakan generik diambil dari sejarah pemakaian
peralatan yang dianalisa. Untuk hal ini, menurut
Tabel 8.1 API RBI 581 peralatan mempunyai
frekuensi kerusakan generik sebagai berikut:
Tabel 10 Frekuensi Kerusakan Generik
Frekuensi Kerusakan Generik per Tahun Jumlah
Total
Frek
Generik
Ukuran Lubang
0.25 1 4 7
6,00E-08 2,00E-07 2,00E-08 1,00E-08 2,9E-07
Selanjutnya adalah menentukan fraksi kerusakan
generik dengan cara membagi frekuensi
kerusakan generik tiap lubang dengan jumlah
total frekuensi kerusakan generik. Berikut adalah
tabel fraksi kerusakan generik.
Tabel 11 Fraksi Kerusakan Generik
Fraksi Kerusakan Generik per Tahun
Ukuran Lubang (in)
0.25 1 4 7
2,07E-01 6,09E-01 6,09E-02 3,45E-02
Berikutnya adalah menentukan konsekuensi
kegagalan dengan cara mengalikan fraksi
kerusakan generik pada Tabel 10 di atas dengan
luas daerah akibat kebocoran pada Tabel 8 dan 9.
Hasil perhitungan dari luas daerah konsekuensi
kegagalan ditampilkan pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12 Luas Daerah Konsekuensi Kegagalan
RP
Luas Daerah Frekuensi Kegagalan (ft2) Total
Luas
Daerah
(ft2)
Tipe
Kons Ukuran Lubang (in)
0.25 1 4 7
1 500.95 5424.74 1996.71 1914.13 9836.53 D
2 508.82 5509.97 2028.08 1944.21 9991.08 D
3 481.50 5214.13 1919.19 1839.82 9454.66 D
4 492.02 5328.04 1961.12 1880.02 9661.20 D
Menurut Tabel B-3 pada API RBI 581, untuk
total luas daerah antara 1000 ft2 – 10000 ft
2
masuk dalam kategori konsekuensi D.
Kemudian menentukan tingkat resiko yang me-
rupakan kombinasi dari kategori kemungkinan
kegagalan dan kategori konsekuensi kegagalan.
Tingkat resiko yang dihasilkan adalah seperti
pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13 Hasil Analisa Resiko Metode Semi
Kuantitatif RBI
RP PoF Tipe
Kegagalan
Total Luas
Daerah (ft2) Tipe Kons.
1 0.50 5 9836.5336 D
2 0.46 1 9991.0776 D
3 0.49 4 9454.6559 D
4 0.47 2 9661.196 D
Dari hasil yang diperoleh pada Tabel 13 di atas
maka dapat ditentukan matrik resikonya. Berikut
adalah distribusi tingkat resiko tiap reducer
pipeline.
Jurnal Tugas Akhir
7
MATRIK RESIKO
Tinggi
(0,484% - 0,500%)
Lik
elih
ood
Of
Fail
ure
5
R#1
Menengah Tinggi
(0,476% - 0,484%)
4
R#3
3
Menengah
(0,468% - 0,476%)
2
R#4
1
R#2
Rendah
(0,460% - 0,468%)
A B C D E
Consequence of Failure
Gambar 9 Distribusi Tingkat Resiko Reducer
Pipeline pada Matriks Resiko Semi-Kuantitatif
RBI
Dari Gambar 9 di atas, maka dapat kita katakan
bahwa semua reducer pipeline mempunyai
consequence of failure yang sama, yaitu pada
kategori D. Namun untuk likelihood of failure
mempunyai tingkatan yang berbeda.
Setelah mengetahui distribusi tingkat resiko
untuk tiap reducer pipeline, maka langkah
selanjutnya adalah merencanakan inspeksi yang
sesuai. Berdasarkan hasil analisa resiko di atas
maka integritas inspeksi dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 14 Integritas Inspeksi Pada Peralatan Statis
RBI
No. Jenis Konsekuensi Jenis Inspeksi
1 Tinggi Internal Entry
External NDT
2 Menengah
Internal Entry
External NDT
Limited Internal Inspections
3 Rendah
Limited Internal Inspections
External Inspection
Process review
Metode inspeksi yang paling tepat untuk tingkat
resiko ini adalah eksternal Non Destructive Test
(NDT), yaitu:
1. Ultrasonic Straight Beam Test
Untuk mengukur dan mendeteksi ketebalan
material sehingga mampu menjelaskan
kondisi material.
2. Radiography Examination
Mendeteksi adanya diskontinuitas sehingga
mampu memberikan jawaban yang lebih
baik dari kedua pengujian di atas.
Tabel 15 Hasil Uji Tingkat Kekritisan Untuk
Tipe Kegagalan
Peluang
Kegagalan
Konsekuensi
Kegagalan
Metode
Inspeksi
Frekuensi
Inspeksi
Luas
Area
Inspeksi
Tinggi Tinggi U.T 12 bulan Penuh
Tinggi Menengah U.T 12 bulan Parsial
Tinggi Rendah U.T 12 bulan Kecil
Menengah Tinggi U.T 24 bulan Penuh
Menengah Menengah U.T 30 bulan Parsial
Menengah Rendah U.T 30 bulan Kecil
Rendah Tinggi U.T 30 bulan Penuh
Rendah Menengah U.T 36 bulan Parsial
Rendah Rendah U.T 48 bulan Kecil
Frekuensi pemeriksaan pada tiap reducer
pipeline berdasarkan Tabel 15 di atas adalah
sebagai berikut:
- Reducer pipeline 1: 12 bln (1 thn sekali)
- Reducer pipeline 2: 30 bln (2,5 thn sekali)
- Reducer pipeline 3: 24 bln (2 thn sekali)
- Reducer pipeline 4: 30 bln (2,5 thn sekali)
Apabila kombinasi kedua metode pengujian dan
frekuensi pemeriksaan tersebut diaplikasikan
maka dapat memberikan hasil yang akan lebih
memuaskan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
proses analisa yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Peluang kegagalan (PoF) dengan simulasi
Monte Carlo pada masing-masing reducer
pipeline adalah sebagai berikut:
- Reducer pipeline 1 (R#1) mempunyai
peluang kegagalan sebesar 0,50%
- Reducer pipeline 2 (R#2) mempunyai
peluang kegagalan sebesar 0,46%
- Reducer pipeline 3 (R#3) mempunyai
peluang kegagalan sebesar 0,49%
- Reducer pipeline 4 (R#4) mempunyai
peluang kegagalan sebesar 0,47%
2. Hasil penentuan tingkat resiko
menggunakan metode semi-kuantitatif RBI
untuk tiap reducer pipeline yang dianalisa
adalah sebagai berikut:
- Reducer pipeline 1 (R#1) mempunyai
tingkat Resiko Tinggi (5D)
- Reducer pipeline 2 (R#2) mempunyai
tingkat Resiko Menengah (1D)
- Reducer pipeline 3(R#3) mempunyai
tingkat Resiko Menengah Tinggi (4D)
- Reducer pipeline 4 (R#4) mempunyai
tingkat Resiko Menengah (2D)
Jurnal Tugas Akhir
8
3. Teknik inspeksi yang efektif dengan resiko
menengah ke atas adalah dengan Ultrasonic
Straight Beam, Radiography dan Visual
Testing. Frekuensi pemeriksaan pada tiap
reducer pipeline berdasarkan uji tingkat
kekritisan yang terjadi adalah sebagai
berikut:
- Frekuensi inspeksi untuk reducer pipeline
1 (R#1) adalah 12 bulan (1 tahun sekali)
- Frekuensi inspeksi untuk reducer pipeline
2 (R#2) adalah 30 bulan (2,5 tahun sekali)
- Frekuensi inspeksi untuk reducer pipeline
3 (R#3) adalah 24 bulan (2 tahun sekali)
- Frekuensi inspeksi untuk reducer pipeline
4 (R#4) adalah 30 bulan (2,5 tahun sekali)
4.2 Saran
Beberapa hal yang dapat dijadikan saran yang
sifatnya membangun penulisan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan dalam mencari
keandalan sistem dapat divariasikan
dengan menggunakan metode lain;
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk menganalisa level 3
kuantitatif RBI dan juga perlu dilakukan
analisa oleh team sehingga lebih
memudahkan pekerjaan HIRA (Hazard
Indentification and Risk Assessment).
5. DAFTAR PUSTAKA
American Petroleum Institute (API 581).
2001. Risk-Based Inspection - Base
Resource Document, API Publishing
Service, Washington, D.C
American Society of Mechanical Engineers.
2002. ASME B31.4: Pipeline
Transportation System for Liquid
Hydrocarbons and Other Liquids. New
York.
Azhar, A. F. 2006. “Analisa Resiko
Offshore Pipeline dengan Menggunakan
Metode RBI (Risk Based Inspection)”.
Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan ITS.
Huang, Y. dan Ji, D. 2008. “Experimental
Study on Seawater-Pipeline Internal
Corrosion Monitoring System”. Sensors
and Actuators B: Chemical. Vol. 135 :
375-380.
Joint Operating Body Pertamina-Petrochina
East Java. 2004. Sukowati-Mudi Pipeline
Project. Tuban
Joint Operating Body Pertamina-Petrochina
East Java. 2009. Sukowati-Mudi Pipeline
Project. Tuban
Munson, B. R., Donald F.Y. dan Theodore
H.O., 2002. Fundamentals of Fluid
Mechanics, Fourth Edition. John Wiley
& Sons, Inc., USA.
Rosyid, D. M. 2007. Pengantar Rekayasa
Keandalan; Airlangga University Press;
Surabaya.
Rouza, E. S. 2009. “Analisis Pola Aliran
Terhadap Pengaruh Variasi Flange
Pipa Penyalur Hidrokarbon”. Tugas
Akhir Jurusan Teknik Kelautan ITS.
Swierzawski dan Tadeusz J. 2000. “Flow of
Fluids Chapter B8”. Burlington,
Massachusets. www.4shared.com.