Skripsi Fisikadigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 5. ·...

75
Skripsi Fisika HUBUNGAN ANTARA DOSIS RADIASI GAMMA (γ) DENGAN KONSENTRASI GAS RADON ( 222 Rn) DI DAERAH MAMUJU, SULAWESI BARAT Oleh : DARMAWAN H 211 06 034 Program Studi Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar 2012

Transcript of Skripsi Fisikadigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 5. ·...

  • Skripsi Fisika

    HUBUNGAN ANTARA DOSIS RADIASI GAMMA (γ) DENGAN

    KONSENTRASI GAS RADON (222

    Rn) DI DAERAH MAMUJU,

    SULAWESI BARAT

    Oleh :

    DARMAWAN

    H 211 06 034

    Program Studi Fisika Jurusan Fisika

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Hasanuddin

    Makassar

    2012

  • i

    HUBUNGAN ANTARA DOSIS RADIASI GAMMA (γ) DENGAN

    KONSENTRASI GAS RADON (222

    Rn) DI DAERAH MAMUJU,

    SULAWESI BARAT

    Skripsi ini Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

    Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains

    OLEH :

    DARMAWAN

    H 211 06034

    PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2012

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan

    hidayahnya atas memberikan kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Dosis

    Radiasi Gamma dengan Konsentrasi Gas Radon di daerah Mamuju,

    Sulawesi Barat”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

    baginda Rasulullah SAW.

    Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi pada

    Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

    Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak

    terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung.

    Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang

    tak terhingga saya berikan kepada kedua orang tua saya, atas segala cinta, kasih

    sayang, pengorbanan, serta doa buat Anandanya sehingga Allah SWT

    membukakan jalan yang terbaik untuk hambanya. Buat keluarga besarku dan

    teruntuk Manusia yang di ciptakan oleh-NYA yang dapat membuat penulis

    termotivasi dan memancarkan aura positif untuk keberadaannya pada ranah

    pemikiran (N_R F_K_H RMD = karakter jiwa seorang Manusia)

    Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Dr. Tasrief Surungan, M. Sc selaku pembimbing utama, Bapak

    Prof. Dr. Syamsir Dewang, M. Sc selaku pembimbing pertama dan Bapak

    Dr. Dadong Iskandar (Pembimbing di PTKMR-BATAN serta seluruh staf

  • vii

    PTKMR-BATAN) yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

    membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat serta motivasi untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    2. Bapak Dr. Dahlang Tahir. Phd, Ibu Dr. Sri Suryani, DEA dan Ibu Sri Dewi

    Astuty, S.Si, M. Si. sebagai tim penguji pada saat melaksanakan seminar

    hasil dan ujian sidang Skripsi Fisika.

    3. Bapak Prof. Dr. H. Halmar Halide, M.Sc. sebagai Ketua Jurusan Fisika,

    serta seluruh staf dosen pengajar dan pegawai Jurusan Fisika FMIPA

    UNHAS yang telah memberikan bimbingan serta ilmu selama penulis

    menjalani studi hingga menyelesaikan tugas akhir ini.

    4. Bapak Prof. Dr. Syamsir Dewang, M. Eng, Sc selaku Penasehat Akademik

    yang banyak memberikan nasehat selama penulis menempuh studi.

    5. Saudara-saudaraku tercinta Fisika 2006 dan Mipa 2006. Terima kasih atas

    kebersamaannya selama ini, kalian adalah yang terbaik.

    6. Teman-teman para pencari jati diri di Kelompok Pencinta Alam (OMEGA

    HIMAFI FMIPA UNHAS),

    7. Kanda-Kanda Alumni yang senantiasa meluangkan waktunya kepada kami

    semua, dan

    8. Fungsionaris Lembaga beserta warga KM FMIPA UNHAS dan warga

    HIMAFI FMIPA UNHAS (Dan disinilah perubahan dan pembangunan

    jiwa social kita sebagai seorang Manusia dibangun).

    Serta kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu

    persatu, atas segala perhatian dan bantuannya selama ini.

  • viii

    Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

    membutuhkan dan terutama bagi penulis. Amin Yaa Rabbal Alamin.

    Makassar, Agustus 2012

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul………………………………………………………….. ii

    Lembar Pegesahan……………………………………………………… iii

    Sari Bacaan……………………………………………………………... iv

    Abstract………………………………………………………………… v

    Kata Pengantar…………………………………………………………. vi

    Daftar Isi………………………………………………………………… ix

    Daftar Tabel…………………………………………………………….. xiii

    Daftar Gambar………………………………………………………….. xiv

    BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1

    I. 1 Latar Belakang………………………………………………. 1

    I. 2 Tujuan Penelitian……………………………………………. 3

    I. 3 Ruang Lingkup……………………………………………… 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………… 4

    II. 1 Radionuklida Alam………………………………………… 4

    II. 2 Karakteristik Peluruhan Uranium…………………………. 5

    II. 3 Metode Pengukuran Radionuklida………………………... 7

    II. 3. 1 Analisis Pengaktifan Neutron (APN)…………... 7

    II. 3. 2 Metode Jejak Nuklir dengan Detektor CR-39….. 7

    II. 3. 3 Metode Radiasi Alpha dengan Detektor ZnS (Ag) 8

  • x

    II. 3. 4 Metode Spektrometri-ϒ dengan Detektor HPGe… 9

    II. 4 Peluruhan Gamma…………………………………………. 10

    II. 4. 1 Absorbsi Sinar Gamma Oleh Bahan……………. 10

    II. 4. 2 Interaksi Sinar Gamma dengan Materi…………. 11

    II. 4. 3 Efek Fotolistrik…………………………………. 12

    II. 4. 4 Efek Compton…………………………………... 13

    II. 4. 5 Produksi Pasangan……………………………... 14

    II. 5. Radon…………………………………………………….. 15

    II. 5. 1 Radon di Lingkungan…………………………. 15

    II. 5. 2 Radon di Dalam Ruangan….………………….. 17

    II. 5. 3 Perpindahan Radon dari Lingkungan ke Dalam Ruangan 17

    II. 5. 4 Konsentrasi Radon…………………………….. 19

    II. 5. 5 Batas Terendah Deteksi detektor………………. 19

    II. 5. 6 Lama Pemasangan Dosimetri………………….. 19

    II. 5. 7 Kalibrasi Dosimeter Radon Pasif………............ 20

    II. 6 Regresi Linear Sederhana………………………………… 20

    II. 6. 1 Analisis Regresi Linear Sederhana…………….. 22

    II. 6. 2 Jumlah Kuadrat………………………………... 23

    II. 6. 3 Deviasi Standar Galat…………………………. 25

    II. 6. 4 Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi.. 25

  • xi

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………. 27

    III. 1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian……………… 27

    III. 2 Alat dan Bahan,…………………………………………... 27

    III. 2. 1 Alat……………………………………………. 27

    III. 2. 1. 1 Pengukuran Radiasi Gamma………... 27

    III. 2. 1. 2 Pengukuran Gas Radon……………... 27

    III. 2. 2 Bahan…………………………………………... 28

    III. 3 Sistematika Penelitian……………………………………. 28

    III. 3. 1 Pengambilan Data……………………………. 28

    III. 3. 1. 1 Cara pengambilan data radiasi gamma 28

    III. 3. 1. 2 Cara pengambilan data gas radon…… 29

    III. 3. 2 Analisis Data…………………………………..... 30

    III. 4 Skema Penelitian…………………………………………. 30

    III. 4. 1 Skema Pengukuran Gamma…………………… 30

    III. 4. 2 Skema Pengukuran Radon,…………………….. 31

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….. 32

    IV. 1 Data konsentrasi radon (222

    Rn)…………………………... 32

    IV. 2 Data dosis radiasi gamma (γ)…………………………….. 32

    IV. 3 Hubungan statistik antara dosis gamma dengan gas radon 32

    IV. 3. 1 Nilai regresi…………………………………... 33

    IV. 3. 2 Nilai koefisien korelasi………………………. 34

  • xii

    IV. 3. 3 Nilai koefisien determinasi………………….. 35

    IV. 4 Konsentrasi gas radon (222

    Rn) pada kondisi bangunan… 35

    IV. 5 Ambang batas dosis gas radon (222

    Rn) dan radiasi gamma 37

    IV. 5. 1 Ambang batas gas radon (222

    Rn) dalam ruangan 38

    IV. 5. 2 Ambang batas dosis gamma (γ)………………. 39

    BAB V PENUTUP…………………………………………………… 42

    V. 1 Kesimpulan……………………………………………….. 42

    V. 2 Saran……………………………………………………… 42

    DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 43

    LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… 46

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    TABEL I.1. : Deret Peluruhan U-238………………………………………. 2

    TABEL II.1. : Isotop Uranium Alam……………………………………….. 5

    TABEL II.2. : Deret Peluruhan Uranium U-238…………………………… 6

    TABEL II.3. : Sumber-sumber gas Radon yang terlepas ke udara bebas.. 17

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR I.1 : Peta Dosis Radiasi Gamma lingkungan pada tahun 2007 2

    GAMBAR II.1 : Proses masuknya Radon di dalam Ruangan…………… 18

    GAMBAR II.3 : Kurva regresi dengan korelasi (a) positif dan (b) negative 26

    GAMBAR IV.1 : Kurva hasil regresi antara dosis gamma dengan radon 34

    GAMBAR IV.2:Diagram balok rerata konsentrasi radon bahan bangunan 37

    GAMBAR IV.3 : Kurva pola sebaran gas Radon…………………………. 38

    GAMBAR IV.4 : Pola sebaran radiasi gamma……………………………. 40

    GAMBAR IV.5 : Peta laju dosis radiasi gamma di lingkungan tahun 2007 41

  • ABSTRAK

    Telah dilakukan Penelitian mengenai hubungan (korelasi) antara laju dosis radiasi

    gamma (ϒ) dengan konsentrasi gas radon (222Rn) di daerah Mamuju, pada

    kecamatan, yaitu Topoyo, Karossa, Budong-Budong, Polopangale, Sampaga,

    Kalukku, dan Tapalang. Pada penelitian ini, dosis radiasi gamma diukur dengan

    menggunakan alat surveymeter lingkungan yaitu exploranium sedangkan

    konsentrasi gas radon (222

    Rn) ditentukan melalui metode jejak nuklir. Penelitian

    ini dilakukan selama sepuluh bulan. Hasil Studi menunjukkan bahwa hubungan

    antara laju dosis radiasi gamma dengan konsentrasi radon di daerah tersebut

    sangat lemah. Data statistik menunjukkan bahwa 6,7 % konsentrasi radon

    dipengaruhi oleh laju dosis radiasi gamma (ϒ), sedangkan selebihnya dipengaruhi

    oleh bahan bangunan, jenis dan kondisi bangunan.

    Kata Kunci : Korelasi, Statistik, Gas Radon, Radiasi dan Gamma.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Radiasi alam berasal dari radionuklida alam yang merupakan sumber pemancar

    radiasi sinar-α, sinar-β, dan sinar-ϒ. Berdasarkan asalnya, sumber radiasi alam

    dikelompokkan sebagai radionuklida primordial atau teresterial dan radionuklida

    kosmogenik. Radionuklida primordial terdiri atas dua kelompok, yaitu

    radionuklida alam yang tidak membentuk deret seperti 40

    K, 87

    Rb, dan 204

    Pb, dan

    yang membentuk deret seperti deret uranium (238

    U), deret aktinium (235

    U), dan

    deret thorium (232

    Th). Radionuklida Kosmogenik diantaranya adalah 22

    Na, 7Be,

    14C, dan radionuklida ini ada dalam hampir semua materi seperti kerak Bumi,

    bebatuan, lapisan tanah, air, bahan bangunan, bahan makanan, dan tubuh manusia

    dengan kadar yang berbeda-beda. Sumber radiasi alam yang terdapat di dalam

    tanah dan batuan tergantung pada kondisi geologis tiap daerah.

    Pada radionuklida primordial yang membentuk deret, seperti Uranium-238

    (merupakan Isotop alami, selain 234

    U dan 235

    U) sering ditemukan di lingkungan.

    238U mengalami peluruhan radioaktif dengan memancarkan partikel alpha yang

    disertai dengan radiasi gamma. Isotop dominan seperti 238

    U membentuk rantai

    peluruhan yang panjang, dimana dalam proses peluruhannya menghasilkan gas

    222Rn dan akan terus berlangsung sampai mencapai kestabilan, yaitu sampai hasil

    peluruhan tidak lagi bersifat radioaktif. Deret peluruhan 238

    U dapat dilihat pada

    tabel I.1 di bawah ini :

  • 2

    Tabel I.1. Deret peluruhan 238

    U

    Deret Nuklida Nama Historis Wakru Paro Radiasi

    Uranium 238

    U Uranium 1 4,51 x 109 y α

    224

    Th Uranium X1 24,1 d β . ϒ

    204Pa Uranium X2 1,17 min β . ϒ

    204

    Pa Uranium Z 6,75 h β . ϒ

    234U Uranium II 24,7 x 10

    5 y α . ϒ

    200

    Tr Ionium 8 x 104 y

    α . ϒ

    226Ra Radium 1602 y α . ϒ

    222

    Rn Emanation

    Radon (Rn)

    3.823 d α . ϒ

    218

    Po Radium A 3,05 min α . β

    214

    Pb Radium B 26,8 min β . ϒ

    215At Astatine ~2 s α

    214

    Bi Radium C 19,7 min α . β . ϒ

    214Po Radium C’ 164 µ s α . ϒ

    215

    Ti Radium C’’ 1,3 min β . ϒ

    210Pb Radium D 21 y β . ϒ

    210

    Bi Radium E 5,01 d β

    210

    Po Radium F 138,4 d α

    210

    Ti Radium E’’ 4,19 min β

    206

    Pb Radium G Stable

    Seperti dijelaskan dalam tabel I.1, proses peluruhan 238

    U menghasilkan gas radon

    (222

    Rn) yang memancarkan radiasi alpha dan gamma. Berdasarkan laju dosis

    radiasi gamma di Indonesia, rerata pengukuran laju dosis daerah Mamuju, sangat

    tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh gambar I.1 ( sesuai hasil pengukuran laju dosis

    radiasi gamma oleh BATAN pada tahun 2007 ).

    Gambar I.1. Peta Laju Dosis Radiasi Gamma Lingkungan pada Tahun 2007

  • 3

    Dalam Tabel I.1 ditunjukkan bahwa pada peluruhan 238

    U, terdapat gas radon

    (222

    Rn) yang memancarkan radiasi gamma. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    kedua hal tersebut di atas dapat ditunjukkan korelasinya. Dengan menggunakan

    metode statistik yaitu regresi linear sederhana, dapat membantu untuk

    menunjukkan korelasi keduanya.

    I.2 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk :

    1. Mengetahui laju paparan radiasi gamma (γ) di Mamuju, Sulawesi barat

    2. Mengetahui laju konsentrasi 222Rn di Mamuju, Sulawesi Barat,

    3. Menganalisis Korelasi antara laju paparan radiasi gamma (γ) dengan

    konsentrasi radon di Mamuju, Sulawesi Barat.

    I.3. Ruang Lingkup

    Penelitian ini akan menunjukkan korelasi (hubungan) antara hasil dari pengukuran

    laju dosis radiasi gamma dengan hasil pembacaan jejak gas radon/perhitungan

    konsentrasi gas radon yang dilakukan di daerah Mamuju, Sulawesi Barat.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Radionuklida Alam

    Radionuklida alam yang terdapat di lingkungan dapat dibagi menjadi dua

    golongan, yaitu (I) Radionuklida Kosmogenik, dan (II) Radionuklida Primordial.

    Radionuklida kosmogenik adalah radionuklida yang terbentuk akibat interaksi

    anatar sinar kosmik dengan atom target yang terdapat di atmosfir. Yang termasuk

    dalam golongan ini antara lain : 7Be,

    22Na, dan

    24Na.

    [6]

    Radionuklida primordial adalah radionuklida yang terbentuk dalam kerak bumi

    sejak lama. Radionuklida ini dikelompokkan dalam empat deret peluruhan,

    sebagai berikut :[17]

    1) Deret torium, mempunyai nomor massa kelipatan 4n (n=valensi). Induk

    dari deret ini adalah 232

    Th yang terus meluruh hingga menjadi isotop stabil

    208Pb,

    2) Deret neptunium, mempunyai nomor massa 4n + 1. Deret neptunium telah

    habis meluruh sehingga tidak dapat lagi dijumpai,

    3) Deret uranium, mempunyai nomor massa kelipatan 4n+2. Induk dari deret

    ini adalah 238

    U dan terus meluruh sampai menjadi isotop stabil 206

    Pb,

    4) Deret actinium, mempunyai nomor massa kelipatan 4n+3. Induk dari deret

    ini adalah 235

    U dan terus meluruh menjadi isotop stabil 207

    Pb. Deret ini

    sudah jarang dijumpai karena sebagian besar telah meluruh.

  • 5

    II.2 Karakteristik Peluruhan Uranium

    Uranium alam terdiri atas tiga isotop semuanya bersifat radioaktif, yaitu 238

    U,

    235U, dan

    234U.

    238U dan

    235U masing-masing merupakan induk dari deret

    peluruhan, sedangkan 234

    U adalah sebagai anak luruh dalam deret peluruhan 238

    U

    seperti yang ditampilkan pada Tabel 1 dan 2.

    Tabel II.1. Isotop Uranium alam

    Isotop Persentase Proton Neutron Umur paro (T1/2)

    238U 99,284 92 146 4,468 x 10

    9 tahun

    235U 0,711 92 143 703,8 x 10

    6 tahun

    234U 0,0055 92 142 244.500 tahun

  • 6

    Tabel II.2. Deret Peluruhan 238

    U

    Deret Nuklida Nama Historis Wakru Paro Radiasi

    Uranium 238U Uranium 1 4,51 x 109 y α

    224Th Uranium X1 24,1 d β . ϒ

    204Pa Uranium X2 1,17 min β . ϒ

    204Pa Uranium Z 6,75 h β . ϒ

    234U Uranium II 24,7 x 105 y α . ϒ

    200Tr Ionium 8 x 104 y α . ϒ

    226Ra Radium 1602 y α . ϒ

    222Rn Emanation Radon (Rn)

    3.823 d α . ϒ

    218Po Radium A 3,05 min α . β

    214Pb Radium B 26,8 min β . ϒ

    215At Astatine ~2 s α

    214Bi Radium C 19,7 min α . β . ϒ

    214Po Radium C’ 164 µ s α . ϒ

    215Ti Radium C’’ 1,3 min β . ϒ

    210Pb Radium D 21 y β . ϒ

    210Bi Radium E 5,01 d β

    210Po Radium F 138,4 d α

    210Ti Radium E’’ 4,19 min β

    206Pb Radium G Stable

    Radionuklida anak yang dihasilkan dari peluruhan induk melalui proses pelepasan

    partikel alpa atau beta sering berada dalam kondisi tereksitasi. Selanjutnya

    kelebihan energi pada tingkat tereksitasi akan dilepaskan dalam bentuk radiasi

    gamma. Umumnya radiasi gamma diemisikan dalam waktu 10-12

    detik setelah

    partikel alfa atau beta. Tetapi, dalam beberapa kasus peluruhan, pelepasan radiasi

    gamma agak terlambat sehingga terlebih dahulu nuklida anak berbentuk

    metastabil. Dalam deret 238

    U dan 235

    U, beberapa peluruhan disertai dengan emisi

    radiasi gamma.[13]

  • 7

    II.3 Metode Pengukuran Radionuklida

    Ada beberapa metode yang digunakan untuk pengukuran radionuklida dalam

    sampel. Metode tersebut antara lain Analisis Pengaktifan Neutron (APN), Jejak

    Nuklir, Spektrometri alpha dengan Detektor ZnS (Ag) dan Spektrometri gamma

    in-situ dengan detektor germanium kemurnian tinggi (HPGe). Metode-metode

    tersebut dijelaskan sebagai berikut :

    II.3.1 Analisis Pengaktifan Neutron (APN)

    Dalam APN, cuplikan yang akan dianalisis diiradiasi dengan menggunakan suatu

    sumber neutron, dan ini merupakan prinsip dasar dari APN. Inti atom unsur-unsur

    yang berada dalam cuplikan tersebut akan menangkap neutron dan berubah

    menjadi radioaktif. Selanjutnya, setelah paparan radiasi neutron dianggap cukup,

    cuplikan dikeluarkan dari sumber neutron. Cuplikan tersebut sekarang

    mengandung unsur-unsur yang memancarkan sinar-sinar radioaktif. Sinar gamma

    yang dipancarkan oleh berbagai unsur dalam cuplikan dapat dianalisis dengan

    menggunakan spektrometri gamma. Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan

    penentuan tenaga sinar gamma, sedang analisis kuantitatif dilakukan melalui

    penentuan intensitasnya.[17]

    II.3.2 Jejak Nuklir dengan Detektor CR-39

    Detektor jejak nuklir CR-39 adalah detektor yang mempunyai kepekaan tinggi

    terhadap radiasi pengion dan sangat cocok dipakai sebagai dosimeter radiasi

    alpha, radiasi gamma dan neutron. Pembentukan jejak partikel alpha pada detektor

    CR-39 sebagian besar disebabkan oleh interaksi atom-atom di dalam zat padat

  • 8

    yang menyebabkan proses ionisasi dan eksitasi yang menghasilkan jejak nuklir

    laten. Selain itu, ada kemungkinan terjadi interaksi dengan inti, akan tetapi

    pengaruhnya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

    Pada saat melewati bahan partikel ini akan memberikan sebagian energinya ke

    elektron-elektron dari atom bahan detektor. Energi digunakan untuk menaikkan

    elektron ke kulit yang lebih luar atau menyebabkan ionisasi primer, lalu

    membentuk pasangan-pasangan ion yang terdiri atas elektron bebas dan ion

    positif. Pasangan ion ini cenderung menempati kulit semula (de-eksitasi) dan

    bergabung kembali membentuk atom netral (de-ionisasi). Pada lintasan partikel

    alpha akan terjadi proses ionisasi primer, sedangkan proses ionisasi sekunder pada

    jarak radial dari jejak akan membentuk lebar (diameter) dan kedalaman jejak.

    Kerusakan yang diakibatkan oleh proses ionisasi dan eksitasi baik primer maupun

    sekunder pada detektor CR-39 menimbulkan jejak laten yang belum dapat diamati

    secara visual. Sebab itu, dilakukan proses etsa untuk perolehan jejak yang dapat

    diamati dengan mikroskop optik.[16]

    II.3.3 Radiasi Alpha dengan Detektor ZnS(Ag)

    Partikel alpha identik dengan inti helium (4

    2He). Radiasi alpha biasanya

    dipancarkan dari bahan radioaktif alamiah dengan tenaga sekitar 3-10 MeV dan

    mempunyai nomor atom lebih besar dari 82, kecuali 147

    62Sm. Peluruhan alpha

    terutama dipancarkan oleh inti yang memiliki nomor atom tinggi seperti Th, Am,

    dan Pu.

    Detektor yang digunakan pada spektrometri alpha adalah detektor sintilasi dengan

    menggunakan bahan ZnS(Ag). Bahan ini memancarkan cahaya bila dilewati

  • 9

    radiasi. Peristiwa pemancaran cahaya tersebut disebut sintilasi dan bahannya

    disebut sintilator. Detektor sintilasi terdiri dari sintilator dan tabung pengganda

    elektron (Photo Multiplier Tube/PMT).[10]

    ZnS(Ag) merupakan jenis sintilator anorganik berupa sulfida seng yang berbentuk

    bubuk seng kristalin, dengan aktivator perak digunakan sebagai sintilator untuk

    mendeteksi partikel bermuatan alpha. Bagian-bagian lain dari detektor ZnS(Ag)

    terdiri dari sumber tegangan tinggi (HV), penguat awal, penguat utama, SCA

    (Single Channel Analyzer) dan pencacah.[8]

    II.3.4 Spektrometri-ϒ dengan Detektor HPGe

    Pengukuran uranium menggunakan metode spektrometri gamma in-situ telah

    dilakukan oleh Uyyttenhove et al (2002) pada sampel tanah di Kosova. Dalam

    melakukan pengukuran, digunakan Spektrometri Gamma resolusi tinggi (relatif).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa limit deteksi uranium dari spektrometer

    gamma adalah 20 Bq untuk 11 jam waktu pengukuran dan 15 Bq untuk 18 jam

    waktu pengukuran dengan variasi kapasitas sampel antara 100-150 gram.[9]

    Keunggulan metode spektrometri gamma in-situ yang menggunakan detektor

    HPGe daya responsinya sangat tinggi sehingga dengan cepat dapat menentukan

    tingkat radiasi dan radionuklida di lingkungan (tanah dan air) seperti paparan

    radiasi kosmik, paparan radiasi gamma, radionuklida alam, radionuklida jatuhan

    dan kontaminasi dari instalasi nuklir. Keunggulan lain adalah untuk sekali

    pengukuran dengan jarak detektor ~1 m dari permukaan tanah, daerah yang

    tercakup secara representative seluas 100 m2.[5]

  • 10

    Berdasarkan bentuk fisiknya spektrometer gamma dapat dibedakan atas dua

    macam yaitu spektrometer gamma terpasang tetap (non portable) dan

    spektrometer gamma tak tetap (portable).[11]

    Dalam spektrometer gamma jenis non-portable, komponan-komponen seperti

    detektor, sistem penguat pulsa, tegangan tinggi, sistem pengolah pulsa dan

    penyimpan data dirangkai secara terpisah satu sama lain. Adapun pada

    spektrometer gamma portable semua komponen kecuali detektor sudah tersusun

    secara kompak berupa satu kesatuan sehingga dapat digunakan untuk pengukuran

    secara in-situ dan biasa disebut spektrometer gamma in-situ.[11]

    II.4 Peluruhan Gamma

    Sinar gamma merupakan radiasi gelombang elektromagnetik, serupa dengan

    sinar-X tetapi sinar gamma memiliki panjang gelombang yang lebih pendek

    dibandingkan sinar-X. Sinar gamma berhubungan dengan transisi level energi

    nuklir. Sinar gamma menyertai perubahan radioaktif inti yaitu pada proses

    peluruhan partikel alpha atau peluruhan partikel beta.[3]

    II.4.1 Absorbsi Sinar Gamma Oleh Bahan

    Jika berkas sinar gamma homogeny melintas melalui keping tipis bahan maka

    intensitas radiasinya akan berkurang secara eksponensial. Ketika berkas sinar

    gamma dengan intensitas menumpuk keping yang tebalnya Δx, perubahan

    intensitas berkas saat melewati keping tersebut sebanding dengan ketebalan dan

    intensitas berkas datangnya.[3]

    ΔI = -μ I Δx (II.1)

  • 11

    Dimana μ adalah koefisien absorbs, ΔI adalah perubahan intensitas, I adalah

    intensitas berkas, dan Δx adalah tebal keping bahan.

    Jika masing-masing foton sinar gamma memiliki energi yang sama, maka μ tidak

    tergantung pada x. Dengan mengintegrasikan persamaan (II.1) diperoleh :

    I = I0 e-μx

    (II.2)

    Persamaan (II.2) memberikan informasi mengenai intensitas radiasi setelah

    intensitas awal I0 melewati ketebalan bahan yang diberikan. Intensitas sendiri

    dapat dituliskan :

    I = B h f (II.3)

    Dimana, B adalah fluks foton radiasi gamma, h adalah konstanta planck, dan f

    adalah frekuensi sinar gamma

    Persamaan-persamaan di atas, hanya berlaku jika :

    1. sinar gamma bersifat monoenergetik, contoh : berkas homogen

    2. berkas collimated dan small solid angle

    3. penyerap tidak stabil.

    II.4.2 Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

    Sinar gamma adalah jenis radiasi elektromagnetik dengan c (kecepatan cahaya),

    tidak memiliki massa dan tidak bermuatan listrik. Sinar gamma timbul dari inti

    atom yang tidak stabil. Karena inti atom hanya berada dalam tingkat energi

    tertentu, sinar gamma dari radionuklida tertentu dipancarkan dengan energi

  • 12

    khusus yang terpilah (discrete), disebut foton. Foton biasanya dipancarkan untuk

    menstabilkan energi inti atom sesudah pemancaran energi alpha atau beta.[7]

    Foton seringkali mempunyai energi tunggal (monoenergetik), atau terbagi dalam

    beberapa energi terpilah. Sinar gamma memiliki energi antara 0,1 MeV hingga 10

    MeV, dengan panjang gelombang antara 1,24 x 10-2

    A hingga 1,24 A (A =

    Angstrom).

    Energi sinar gamma dapat ditulis dengan relasi sebagai berikut :

    E = h . ʋ (II.4)

    Dimana, E adalah energi gamma (J), h adalah konstanta planck (J.s), dan ʋ adalah

    frekuensi sinar gamma (S-1

    )

    Panjang gelombang sinar gamma dapat ditulis :

    λ =

    (II.5)

    dimana, λ adalah panjang gelombang (m) dan c adalah kecepatan cahaya (m.s-1)

    Terdapat 3 interaksi penting dalam interaksi antara sinar gamma dengan materi.

    Interaksi tersebut adalah efek fotolistrik, efek hamburan Compton, dan produksi

    pasangan. Ketiganya dijelaskan di bawah ini [1]

    II.4.3 Efek Fotolistrik

    Dalam proses ini seluruh energi foton datang diserap oleh elektron pada kulit

    atom. Bila Energi yang diserap melebihi tenaga ikat elektron yang bersangkutan,

    maka elektron akan keluar dari salah satu orbitnya dan dinamakan foton elektron.

  • 13

    Kekosongan elektron-elektron di dalam kulit atom akan diisi kembali dengan

    masuknya elektron dari luar, yang biasanya disertai pancaran karakteristik.

    Pengisian elektron tidak selalu disertai oleh pancaran karakteristik, tetapi ada juga

    yang disertai oleh meloncatnya elektron dari kulit lain. Sebagai contoh, pada

    proses keluarnya elektron kulit K, masuknya tidak disertai pancaran karakteristik

    tetapi energi yang sesuai dengan pancaran karakteristik tersebut diserap oleh

    elektron kulit L, sehingga elektron tersebut dapat keluar dari orbitnya dan

    kelebihan energi diubah menjadi energi kinetik elektron. Proses ini disebut efek

    Auger.

    Energi elektron dari proses foto listrik dapat dituliskan sebagai berikut : [1]

    Ek = hv – Eb (II.6)

    dimana , Ek adalah energi kinetik elektron (J), hv adalah energi foton datang (J),

    dan Eb adalah energi ikat elektron (J)

    Proses fotolistrik ini dominan terjadi pada atom penyerap atau material yang

    memiliki nomor atom (Z) tinggi dan energi foton rendah.[1]

    II.4.4 efek Compton

    Pada efek Compton, foton yang datang memberikan sebagian energinya pada

    elektron atom penyerapnya. Foton yang muncul memiliki energi lebih rendah.

    Hamburan Compton akan dominan terjadi pada foton dengan energi antara 0,51

    MeV hingga 1,02 MeV. Walaupun demikian hamburan Compton dapat pula

    terjadi pada unsur dengan nomor atom Z rendah dengan energi foton lebih kecil

    dari 0,51 MeV atau lebih besar dari 1,02 MeV. Dalam tumbukan foton, dipandang

    sebagai partikel yang kehilangan energi, yang besarnya sama dengan energi

  • 14

    kinetik yang diterima elektron. Bila frekuensi sebelum dan setelah tumbukan

    masing-masing adalah ʋ dan ʋ’, maka diperoleh hubungan sebagai berikut :

    [1]

    Sehingga dapat ditulis menjadi :

    hʋ – hʋ’ = Ek (II.7)

    Momentum tak bermassa berkaitan dengan energi :

    E = p . c (II.8)

    dimana, p adalah momentum foton (kg.m.s-1

    ) dan c adalah kecepatan cahaya

    (m.s-1

    )

    II.4.5 Produksi Pasangan

    Proses ini terjadi jika foton mendekati inti dan mendapat pengaruh yang besar dari

    medan inti. Terdapat kemungkinan foton menghilang dan berubah menjadi

    pasangan elektron-positron.

    Oleh karena, energi diam elektron dan positron adalah 0,51 MeV, maka energi

    minimum foton datang yang memungkinkan terjadinya produksi pasangan adalah

    1,02 MeV. Kelebihan energi akan dibagi dua sebagai energi kinetik elektron dan

    positron.[1]

    Relasi yang menyatakan energi foton datang dan energi kinetik elektron dan

    positron dapat ditulis :[1]

    hv = (Ek- + m0c2) + (Ek+ + m0c

    2) (II.9)

    dimana, hv adalah energi foton datang, m0c2

    adalah energi diam elektron/positron,

    Ek- adalah energi kinetik elektron dan Ek+ adalah energi kinetik positron.

  • 15

    II.5 Radon

    Gas radon memiliki tiga isotop yaitu radon (222

    Rn) dengan waktu paruh 3,824 hari

    yang merupakan hasil peluruhan 238

    U dalam deret uranium, Thoron (220

    Rn)

    dengan waktu paruh 51,5 detik dan merupakan hasil peluruhan 232

    Th dalam deret

    thorium, dan Aktinon (219

    Rn) dengan waktu paruh 3,92 detik dan merupakan hasil

    peluruhan 235

    U dalam deret aktinium.[4]

    Dari ketiga isotop gas radon di atas, gas radon (222

    Rn) yang paling dipentingkan

    karena selain mempunyai paruhnya paling lama, juga unsur induknya yaitu 238

    U.

    Terdapat kira-kira 100 kali lebih banyak daripada induk thoron dan aktinon.

    Isotop thoron dan aktinon sudah meluruh sebelum sampai ke permukaan bumi. Itu

    sebabnya hanya gas radon yang banyak terdapat di udara.

    Gas radon (222

    Rn) adalah hasil peluruhan langsung dari radium (226

    Rn) melalui

    pelepasan partikel alpha yang berenergi 4,78 MeV. Pada suhu kamar, radon selalu

    berbentuk gas dan terlarut dalam udara. Di dalam udara, gas radon akan terus

    meluruh dan melepaskan partikel alpha, menghasilkan turunan yang juga bersifat

    radioaktif. Hasil peluruhan radon secara berurutan adalah polonium-218 (218

    Po),

    timbal-214 (214

    Pb), bismuth-214 (214

    Bi), polonium-214 (214

    Po), dan timbal-210

    (210

    Pb).[4]

    II.5.1 Radon di Lingkungan

    Dari laporan NCRP (National Council on Radiation Protection and

    Measurement), diketahui bahwa lebih dari 80% gas radon yang dilepaskan ke

    atmosfir berasal dari lapisan tanah bagian atas. Secara umum besarnya konsentrasi

  • 16

    gas radon di lingkungan dipengaruhi oleh situasi, kondisi dan jenis batuan yang

    terdapat pada lapisan tanah tersebut. [4]

    Konsentrasi radon pada lapisan tanah bagian atas adalah 10-170 Bq/kg sedangkan

    pada lapisan tanah bagian bawah adalah 15-3560 Bq/kg. Pada lapisan tersebut

    terdapat batuan-batuan yang berumur tua atau lebih dari 600 juta tahun yang

    mengandung uranium dengan konsentrasi yang relatif tinggi, seperti batuan granit,

    andesit, basal, dunit, diorit dan lain sebagainya. Konsentrasi gas radon rata-rata

    untuk batuan granit dan basalt masing-masing adalah 59,26 Bq/kg dan 11,11

    Bq/kg. Sedangkan konsentrasi rata-rata gas radon secara keseluruhan masing-

    masing untuk batuan dan tanah pada lapisan kerak bumi adalah kira-kira 37,04

    Bq/kg dan 25,93 Bq/kg.[4]

    Selain itu, konsentrasi gas radon di lingkungan juga dipengaruhi oleh air tanah.

    Radon dapat larut dalam air pada suhu 00 C dan tekanan 1 atm dengan konsentrasi

    larutan berkisar 2,7 x 106 Bq/kg air. Air tanah yang masuk melalui pori-pori

    batuan dan tanah yang mengandung radium dapat melarutkan gas radon. Jika air

    tanah tersebut sampai ke permukaan, radon yang terdapat pada air tanah tersebut

    akan menguap ke atmosfir.[4]

    Lepasan gas radon dari sumber-sumber radon ke atmosfir yang berasal dari tanah,

    air, dan sebagainya dapat dilihat pada tabel II.2.[4]

  • 17

    Tabel II.2. Sumber-sumber gas Radon yang terlepas ke udara bebas.

    Sumber Radon Masukan ke Atmosfir (37 x 103 Bq/th)

    Emanasi dari tanah Air tanah Emanasi dari lautan Residu Fosfat Uranium sisa tambang Batubara Gas alam Pembakaran sisa tambang

    2000 500 30 3 2 0,02 0,01 0,001

    II.5.2 Radon di Dalam Ruangan

    Sumber Radon di dalam ruangan dapat berasal dari bahan bangunan (80%), udara

    luar (10%), air (air tanah, air hujan, dan lain-lain, 5%), gas alam (4%) dan LPG

    (Liquid Petroleum Gas) (

  • 18

    yang merupakan sisa hasil pengolahan fosfat, batu bata merah yang dibuat dari

    limbah pabrik penghasil alumina, dan sebagainya, pada dasarnya mengandung

    radium. Besarnya konsentrasi radium ini tergantung pada jenis bahan bangunan

    tersebut.[4]

    Radium yang terkandung dalam bahan bangunan ini akan meluruh menghasilkan

    gas radon (222

    Rn). Gas radon yang terdapat di lingkungan (tanah) dan yang berasal

    dari bahan bangunan dapat memasuki ruangan melalui :[4]

    1. Aliran, yaitu apabila di dalam bahan bangunan tersebut mengandung air,

    uap air ini atau udara yang mengisi sela-sela porositas, sehingga dapat

    digunakan oleh radon sebagai medi untuk berpindah,

    2. Difusi, yang disebabkan karena sifat mobilitas radon yang sangat besar

    dan beratom tunggal, sehingga radon dapat bergerak diantara sela-sela

    bagian dalam dari bahan bangunan untuk dapat mencapai atmosfir.

    Gambar berikut menunjukkan proses masuknya radon di dalam ruangan.

    Gambar II.1. Proses masuknya Radon di dalam ruangan

  • 19

    II.5.4 Konsentrasi Radon

    Banyaknya partikel alpha pada detektor akan sebanding dengan konsentrasi radon

    yang ada di sekitarnya.Konsentrasi gas radon dapat di hitung dengan persamaan

    :[15]

    C =

    (Bq/m

    3) ( II.10)

    dimana, NT adalah jumlah jejak total (jejak/7,9 mm2), NB adalah jejak latar

    (jejak/7,9 mm2), C adalah konsentrasi (Bq/m

    3), E adalah kepekaan dosimetri

    (jejak 7,9 mm2/Bq.m

    -1), dan t adalah lamanya waktu pemasangan (hari).

    II.5.5 Batas Terendah Deteksi Detektor

    Untuk mengetahui batas terendah deteksi dari dosimeter radon pasif, dapat

    diketahui dengan menggunakan persamaan :[15]

    BTD =

    ( II.11)

    dimana, BTD adalah batas terdendah deteksi (Bq/m-3

    ), NB adalah jumlah jejak

    latar (jejak/7,9 mm2) dan E adalah Kepekaan dosimeter (jejak 7,9 mm

    2/Bq.m

    -3)

    II.5.6 Lama Pemasangan Dosimeter

    Untuk menentukan berapa lama dosimeter tersebut harus dipasang, dapat dihitung

    dengan persamaan :[15]

    WPM =

    (II.12)

    dimana, WPM adalah waktu pemasangan minimum (hari), BTD adalah batas

    terendah deteksi (Bq/m3. h) dan C adalah konsentrasi Radon (Bq/m

    3)

  • 20

    II.5.7 Kalibrasi Dosimeter Radon pasif

    Dengan mengetahui jumlah jejak dan konsentrasi masing-masing pemaparan,

    maka kepekaan dari dosimeter yang akan dipakai dapat diketahui dengan

    menggunakan persamaan :[14]

    E =

    ( II.13)

    dimana, E adalah kepekaan dosimeter (jejak.7,95 mm-2

    /Bq.m-1

    .hari), NT adalah

    jumlah jejak total (jejak/7,95 mm2), NB adalah jumlah jejak latar (jejak/7,95

    mm2), C adalah konsentrasi paparan radon (Bq/m

    3) dan t adalah lama paparan

    (hari).

    II.6. Regresi Linear Sederhana

    Istilah regresi berasal dari kajian genetika yang dilakukan oleh Sir Francis Galton

    (1892-1911). Dewasa ini regresi diterapkan hampir disemua bidang ilmu, guna

    memprediksi nilai satu variable berdasarkan variabel lain yang nilainya telah

    diketahui. Kedua variable tersebut memiliki hubungan fungsional sebab-akibat

    satu dengan yang lainnya.[2]

    Ada dua pengertian yang terkandung dalam analisis regresi yaitu sebagai alat

    untuk memprakirakan dan untuk menjelaskan system. Yang diutamakan pada

    regresi sebagai alat untuk prakiraan adalah persamaan garis regresi. Di sini dicari

    posisi rata-rata (median) suatu variabel tertentu pada berbagai nilai atau interval

    nilai dari variabel yang lain. Posisi tersebut berupa kumpulan titik yang dapat

    dihubungkan oleh suatu garis (garis regresi). Pengertian di atas menjadikan

    persamaan garis regresi sebagai pusat perhatian. Hal ini disebabkan persamaan

  • 21

    garis tersebut mempunyai ringkasan dari pola sebaran titik yang digunakan

    sebagai patokan dlam pemahaman perilaku data. Hasil analisisnya dapat

    digunakan untuk prediksi. Variabel bebas yang akan diamati biasanya ditetapkan

    terlebih dahulu kemudian variabel yang tidak bebas diamati. Sebagai contoh,

    apabila variabel bebasnya berupa biaya promosi dan variabel tidak bebasnya

    berupa keuntungan, maka dari kedua variabel ini dapat dibuat prakiraan

    keuntungan yang akan diperoleh (variabel tidak bebas) berdasarkan biaya

    promosinya (variabel bebas).[2]

    Biasanya, variabel yang ditetapkan terlebih dahulu adalah nilai-nilai dari variabel

    bebas (X) yang akan diamati dan baru kemudian mengamati nilai-nilai dari

    variabel tidak bebas (Y). Nilai-nilai X dapat di kendalikan sepenuhnya dan faktor

    lainnya juga dapat diamati sehingga pengaruhnya konstan. Dengan demikian,

    kesimpulan yang diperoleh dapat menjelaskan adanya hubungan sebab-akibat.[2]

    Yang dimaksud dengan analisis regresi linear adalah suatu analisis terhadap

    persamaan regresi dimana hubungan variabel bebas dan variabel tak bebas

    berbentuk garis lurus. Kata “sederhana” dalam regresi linear sederhana

    mengandung arti bahwa variabel yang dibicarakan hanya menyangkut satu

    variabel bebas dan satu variabel tidak bebas. [2]

    Sifat hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel tak bebas (Y) dapat

    positif, negatif atau tidak ada hubungan. Hubungan positif sering disebut dengan

    “hubungan searah” artinya, bila nilai X naik maka nilai Y juga naik atau

    sebaliknya. Hubungan negatif sering disebut sebagai “hubungan berlawanan arah”

    artinya, bila nilai X naik maka nilai Y akan turun atau sebaliknya. Tidak ada

  • 22

    hubungan artinya, bila nilai X berubah (naik/turun) maka nilai Y tidak berubah

    (tetap). [2]

    II.6.1 Analisis Regresi Linear sederhana

    Beberapa asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linear sederhana :[2]

    a) Linear atau aditif. Nilai harapan pengamatan-pengamatan variabel respons

    (Y) dari suatu variabel penjelas (X) tertentu dengan variabel penjelas (X)

    lainnya dan membentuk suatu garis lurus. Dalam hal ini fungsi linearnya

    berada dalam parameter variabel penjelas (X). Apabila sifat keaditifannya

    tidak dipenuhi maka model tersebut sebenarnya salah jumlah,

    b) Homogen dalam variansi. Tingkat variansi atau keragaman nilai variabel

    respon (Y) dari suatu variabel penjelas (X) tertentu dengan variabel

    penjelas (Y) yang lain cenderung sama. Uji homogenitas variansi biasanya

    dilakukan dengan uji Barlet . Apabila tingkat keragaman tidak homogen

    maka penduga model tidak stabil dan variansi penduganya akan

    mempunyai nilai besar.

    c) Kenormalan. Sebaran variabel respon (Y) untuk variabel penjelas (X)

    tertentu mengikuti distribusi normal. Sifat kenormalan ini dapat diuji

    dengan uji kebaikan sesuai (goodness of fit). salah satu metode uji ini

    adalah dengan metode X2 (chi-kuadrat). Prosedur dari metode ini

    mengatakan bahwa suatu sampel telah diambil dari suatu populasi yang

    terdistribusi normal yang didasarkan pada metode pendekatan chi-kuadrat,

  • 23

    d) Independet/kebebasan antar pengamatan. Pengamatan yang satu dengan

    pengamatan yang lain tidak saling mempengaruhi. Memeriksa kebebasan

    antar pengamatan ini dapat dilakukan dengan uji independensi.

    Berdasarkan sampel random yang diambil, maka persamaan regresi di atas dapat

    diestimasi dalam bentuk ;[2]

    Ŷ = a + bx (II.14)

    untuk nilai a dan b dapat dihitung dengan persamaan.

    a = ̅ - b ̅ (II.15)

    dan

    b = ∑ ( ̅)( )̅̅ ̅ ∑ ( ) ̅̅ ̅̅ ̅

    (II.16)

    dimana, ̅ adalah nilai rata-rata variabel Y dan ̅ adalah nilai rata-rata variabel X.

    II.6.2 Jumlah Kuadrat

    Ada tiga jumlah kuadrat yang biasa dicari di dalam persamaan regresi linear

    sederhana yaitu jumlah kuadrat total, jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat

    galat atau error.[2]

    a. Jumlah Kuadrat Total (JKT).

    Didefinisikan sebagai keragaman Y1 yang biasanya diukur dalam simpangan. Jika

    nilai JKT = 0 maka semua amatan sama. Kemudian, jika semakin besar nilai JKT

    maka semakin besar keragaman diantara amatan-amatan Y. Jumlah kuadrat total

    ini dirumuskan dengan :

  • 24

    JKT = ∑ ( )̅̅ ̅ ( II.17)

    b. Jumlah Kuadrat Regresi (JKR)

    Didefiniskan sebagai suatu ukuran keragaman Y1 yang berasal dari garis regresi.

    Setiap simpangan tidak lain adalah selisih antara nilai pada garis regresi dengan

    mean semua nilai estimasi menurut garis regresi. Semakin besar nilai JKR relative

    terhadap JKT maka semakin besar kemampuan garis regresidi dalam menjelaskan

    keragaman di dalam amatan-amatan Y. jumlah kuadrat regresi ini dinyatakan

    dengan rumus :

    JKR = ∑ ( )̅̅ ̅ (II.18)

    c. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)

    Didefiniskan sebagai mengukur keragaman dalam Y1 dengan menggunakan

    model regresi yang menyertakan variabel bebas x. JKS ini digunakan untuk

    menerangkan keragaman Y yang tidak dapat dijelaskan. Jika nilai JKG = 0 maka

    semua amatan akan jatuh atau berada di dalam garis regresi. Semakin besar nilai

    JKG maka semakin besar keragaman amatan-amatan Y disekitar estimasi garis

    regresi. Jumlah kuadrat galat ini dirumuskan sebagai berikut :

    JKG = ∑ ( ) (II. 19)

    Jadi, untuk menghitung Jumlah kuadrat Total maka rumus yang di gunakan yaitu :

    JKT = JKR + JKG (II. 20)

  • 25

    II.6.3 Deviasi Standar Galat

    Deviasi standar galat atau error dicari dengan rumus :[2]

    Sε = √

    ( II. 21)

    dimana, Sε adalah deviasi standar galat, JKG adalah Jumlah Kuadrat Galat dan n –

    2 adalah derajat bebas dari model regresi linear sederhana.

    II.6.4 Koefisien determinasi dan Korelasi

    Koefisien determinasi didefinisikan sebagai proporsi penurunan keragaman

    jumlah yang diakibatkan oleh digunakannya variabel bebas X. Semakin besar nilai

    koefisien determinasi semakin besar penurunan keragaman jumlah Y yang

    diakibatkan oleh dimasukkannya variabel bebas X tersebut.[2]

    Koefisien determinasi untuk populasi dilambangkan dengan ρ2 dan untuk sampel

    dilambangkan dengan r2, yang dihitung berdasarkan hubungan berikut :

    [2]

    r2 =

    = 1 -

    (II. 22)

    Nilai r2 anatar 0 hingga 1. jika nilai r

    2 mendekati 1, maka persamaan regresi

    tersebut sangat baik untuk memprakirakan. jika JKG = 0, maka r2 = 1 yang berarti

    variabel bebas X berhasil menjelaskan semua keragaman di sekitar amatan-

    amatan Y1.

    koefisien korelasi dilambangkan dengan r. nilai dari koefisien korelasi adalah akar

    dari koefisien determinasi :

    r = √ = √

    = √

    (II. 23)

  • 26

    Nilai r berkisar antara -1 hingga 1. Tanda positif dan negatif tergantung kepada

    kemiringan garis regresinya seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut

    Y Y

    X X

    Gambar (II.3) Kurva regresi dengan korelasi (a) positif, dan (b) negatif

    Dalam gambar II.3 dijelaskan bahwa jika r bernilai -1 maka kurva regresinya

    negatif, sedangkan jika r bernilai 1 maka kurva regresinya positif.

  • 27

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 - Mei 2012. Pemasangan detektor

    jejak radon dilakukan pada bulan Juni, kemudian pada bulan Agustus dilakukan

    pengambilan detektor jejak radon, yang dilakukan di daerah Mamuju, Sulawesi

    Barat. Pada bulan Oktober-November dilakukan pembacaan jejak nuklir di

    Laboratorium lingkungan PTMKR-BATAN (Jakarta Selatan) dan dilanjutkan

    dengan analisis data sampai dengan bulan Mei 2012.

    III.2 Alat dan Bahan

    III.2.1 Alat

    III.2.1.1 Pengukuran Radiasi Gamma

    Pada pengukuran pengukuran laju dosis radiasi gamma alat yang digunakan :

    1. Surveymeter Lingkungan (Exploranium) tipe 6-80 buatan Mini

    Instruments, Inggris,

    2. GPS (General Position System).

    III.2.1.2 Pengukuran Gas Radon

    Pengukuran radon dilakukan dengan menggunakan alat :

    1. Detektor Jejak Nuklir CR-39 (Baryotrex)

    2. Dosimetri Lingkungan Pasif Radon buatan Batan

  • 28

    3. Mikroskop Optik buatan Nikon Ltd, Jepang

    4. Larutan NaOH 6N

    5. Pemanas, Oven Memmerth buatan Jerman

    6. Ultra Sonic

    7. Tempat etsa, Kantong Plastik

    8. Pinset,preparat,

    9. Kertas, Pulpen

    10. Gunting, Benang, Isolasi

    III.2.2 Bahan

    Bahan atau data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Data Primer

    Data konsentrasi radon tahun 2011.

    2. Data Sekunder

    Data laju dosis radiasi gamma tahun 2011.

    III.3. Sistematika Penelitian

    III.3.1. Pengambilan Data

    Dalam penelitian ini digunakan dua data sebagai penunjang, yaitu :

    III. 3. 1. 1 Cara pengambilan data radiasi gamma

    Pengukuran laju dosis radiasi gamma dengan menggunakan surveymeter

    lingkungan (exploraium)

  • 29

    III. 3. 1. 2 Cara pengambilan data gas radon

    Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengukuran radionuklida

    dalam suatu sampel. Metode tersebut antara lain Analisis Pengaktifan Neutron

    (APN), Jejak Nuklir, Spektrometri alpha dengan detektor ZnS (Ag) dan

    spektrometri gamma in-situ dengan detektor germanium kemurnian tinggi

    (HPGe).

    Metode jejak nuklir dengan CR-39 adalah detektor yang mempunyai kepekaan

    tinggi terhadap radiasi pengion dan sangat cocok dipakai sebagai dosimeter

    radiasi-α, radiasi-ϒ dan neutron. Pembentukan jejak partikel-α pada detektor CR-

    39 sebagian besar disebabkan oleh interaksi partikel atom-atom di dalam zat padat

    yang menyebabkan proses ionisasi dan eksitasi yang menghasilkan jejak nuklir

    laten. Selain itu, ada kemungkinan terjadi interaksi dengan inti, akan tetapi

    pengaruhnya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

    Pada saat melewati bahan partikel bermuatan ini akan memberikan sebagian

    energinya pada elektron-elektron dari atom bahan detektor. Energi digunakan

    untuk menaikkan elektron ke kulit yang lebih luar atau menyebabkan ionisasi

    primer, lalu membentuk pasangan-pasangan ion yang terdiri dari elektron bebas

    dan ion positif. Pasangan ion ini cenderung untuk menempati kulit semula (de-

    eksitasi) dan bergabung kembali membentuk atom netral (de-ionisasi). Di

    sepanjang lintasan partikel-α akan terjadi proses ionisasi primer, sedangkan proses

    ionisasi sekunder pada jarak radial dari jejak akan membentuk lebar (diameter)

    dan kedalaman jejak. Kerusakan yang diakibatkan oleh proses ionisasi dan

  • 30

    eksitasi baik primer maupun sekunder pada detektor CR-39 menimbulkan jejak

    laten yang belum dapat diamati secara visual, untuk itu, dilakukan proses etsa

    sehingga akan diperoleh jejak yang dapat diamati dengan mikroskop optik.

    III. 3. 2 Analisis data

    Data pengukuran yang diperoleh dari hasil pengukuran, dianalisis dengan

    menggunakan metode statistik regresi.

    III. 4 Skema Penelitian

    III. 4. 1 Skema Pengukuran Gamma

    Diagram blok penelitian adalah sebagai berikut :

    Pengukuran Surveymeter Lingkungan di Mamuju

    ( Exploranium )

    Analisis Data

    Pengolahan Data

    Penentuan Lokasi Penelitian (Letak dan Jenis Rumah)

  • 31

    III.4.2. Skema Pengukuran Radon

    Diagram blok pengukuran :

    Pemasangan Dosimeter Radon-Thoron pada rumah

    penduduk

    Pengolahan Data

    Pembacaan Jejak

    Pengetsaan Detektor CR-39

    Pengambilan Dosimetri

    Analisis Data

    Penentuan Lokasi

  • 32

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV. 1 Data Konsentrasi radon (Rn222

    )

    Pengukuran gas radon di udara dilakukan dengan metode radon pasif, yaitu

    menggunakan CR-39 (Baryotrex). Konsentrasi radon ini dapat dilihat pada

    lampiran tabel (IV.1).

    IV. 2 Data dosis radiasi gamma (ϒ)

    Pengukuran laju dosis radiasi gamma dengan menggunakan surveymeter

    lingkungan yaitu Exploranium. Laju dosis radiasi gamma ini dapat dilihat pada

    lampiran tabel (IV.1).

    IV. 3 Hubungan statistik antara dosis gamma dengan konsentrasi radon

    Dengan menggunakan data hasil pengukuran Laju dosis radiasi gamma (γ) dan

    data perhitungan konsentrasi gas radon (222

    Rn), maka diperoleh data statistik

    seperti pada lampiran tabel (IV.2). Dimana pada tabel (IV.2) akan menunjukkan

    nilai dari jumlah kuadrat galat (JKG) = , jumlah kuadrat total (JKT)

    = , dan jumlah kuadrat regresi (JKR) = . Nilai-nilai

    tersebut yaitu JKG = 164354.6, JKT = 187627.8, dan JKR = 12681.89, dimana

    nilai ini digunakan untuk menghitung koefisien determinasi dan koefisien korelasi

    antara dosis radiasi gamma dengan konsentrasi gas radon. Selain itu, nilai

    regresinya dapat ditentukan dengan menggunakan tabel (IV.2) tersebut.

  • 33

    IV. 3. 1 Nilai Regresi

    Dengan menggunakan persamaan (II.14), (II.15), dan (II. 16), maka nilai regresi

    dapat ditentukan, hal ini juga berdasar pada lampiran tabel (IV.2) untuk

    menentukan nilai a dan b pada persamaan regresi tersebut. Dari tabel (IV.2)

    statistik tersebut, nilai a = 9,218952277 dan nilai b = 0,314035858,

    maka nilai regresinya yaitu :

    Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa jika nilai x (dosis radiasi gamma)

    bertambah, maka rata-rata konsentrasi radon bertambah. Dan selanjutnya nilai

    regresi ini digunakan untuk prediksi. Misalnya jika nilai dosis radiasi gamma 180

    nSv/jam (salah satu sampel lampiran tabel (IV.2)), maka nilai regresinya :

    pada persamaan regresi tersebut memprediksikan bahwa rata-rata konsentrasi

    radon akan sama dengan 65,74540672 Bq/m3, jika dosis radiasi gamma = 180

    nSv/jam. Hal ini dapat dilihat pada lampiran tabel (IV.2). Berikut adalah kurva

    hasil regresi antara laju dosis radiasi gamma (γ) dengan konsentrasi gas radon

    (222

    Rn)

  • 34

    Gambar IV.1 Kurva hasil regresi antar dosis radiasi gamma dengan radon

    Dari kurva hasil regresi antara laju dosis radiasi gamma dengan konsentrasi radon

    di atas menjelaskan bahwa, banyaknya konsentrasi radon yang diperoleh setiap

    kenaikan jumlah dosis radiasi gamma yang diperoleh dari hasil pengukuran. Maka

    dari hasil regresi tersebut di atas dapat juga dikatakan bahwa keduanya linear.

    IV. 3. 2 Nilai Koefisien Korelasi

    Dengan menggunakan persamaan (II.23), maka dapat diprediksikan korelasi

    antara banyaknya konsentrasi radon dengan laju dosis radiasi gamma pada daerah

    tersebut :

    r = = = , dengan menggunakan persamaan ini diperoleh :

    r = = 0,259 ,

  • 35

    dengan melihat koefisien korelasi tersebut di atas, maka dapat dinyatakan bahwa

    hubungan (korelasi) antara laju dosis radiasi gamma dengan konsentrasi gas radon

    sangat lemah (berdasarkan ketentuan statistik korelasi jika nilai berkisar antara 0-

    2,5 maka indikasinya sangat lemah, hubungan antara variabel x (γ) dan y (222

    Rn)).

    IV. 3. 3 Nilai Koefisien Determinasi

    Berdasarkan persamaan (II.22), maka dapat dihitung nilai koefisien determinasi

    r2 = = 1 - , dimana nilai JKR, JKG, dan JKT sudah ditentukan sebelumnya

    pada tabel (IV.1). Sehingga diperoleh :

    persamaan tersebut menjelaskan bahwa konsentrasi radon pada daerah tersebut

    sekitar 6,7% ditentukan oleh banyaknya laju dosis radiasi gamma (γ).

    Dari nilai koefisien determinasi yang diperoleh dapat juga dinyatakan bahwa

    93,3% konsentrasi radon (222

    Rn) yang berada pada daerah penelitian tersebut,

    bukan berasal dari radiasi gamma (γ). Hal ini menunjukkan bahwa adanya sumber

    lain yang menyebabkan adanya gas radon pada daerah tersebut, yaitu seperti

    ventilasi udara, bahan bangunan, sumber air, struktur geologinya, dan lain-lain.

    IV. 4 Konsentrasi gas radon (222

    Rn) pada kondisi bangunan

    Keberadaan gas radon (222

    Rn) di lingkungan sangat dipengaruhi oleh kondisi,

    situasi, dan jenis batuan yang terdapat pada daerah tersebut. Di dalam ruangan

  • 36

    tempat tinggal/kantor, disamping dipengaruhi oleh kondisi dan bahan bangunan,

    juga dipengaruhi oleh sirkulasi udara dalam ruangan dengan udara luar atau

    lingkungan.

    Menurut International Commission on Radiation Protection (ICRP : 1981),

    konsentrasi gas radon rerata di dunia yang berasal dari dalam rumah yaitu 40

    Bq/m3 lebih tinggi dibandingkan dengan tempat terbuka yaitu 10 Bq/m

    3 sehingga

    radionuklida alami radon (222

    Rn) merupakan komponen terbesar dari polusi udara

    di dalam ruangan (UNSCEAR : 2000)

    Konsentrasi radon (222

    Rn) di dalam ruangan perlu diketahui karena hampir seluruh

    masyarakat dunia memiliki tempat tinggal/rumah. Sekitar 80 % masyarakat

    modern tinggal di dalam ruangan, dengan waktu tinggal 7000 jam/tahun

    (UNSCEAR : 2000).

    Keberadaan gas radon (222

    Rn) di dalam ruangan berasal dari bahan bangunan dan

    sistem sirkulasi udara. Menurut laporan UNSCEAR dosis radiasi eksterna dan

    interna yang berasal dari bahan bangunan mayoritas sekitar 95,83 % dari dosis

    radiasi alamiah total, sedangkan data sementara untuk Indonesia sebesar 75,6%

    dari dosis total berasal dari bahan bangunan.

    Beberapa jenis bahan bangunan yang digunakan pada daerah penelitian serta

    rerata konsentrasi radon (222

    Rn) pada (tabel IV.3), dapat dilihat pada diagram

    balok berikut :

  • 37

    Gambar IV.2 diagram balok rerata konsentrasi radon bahan bangunan

    Berdasarkan diagram balok di atas, jenis rumah serta bahan bangunan memiliki

    konsentrasi gas radon (222

    Rn) yang bervariasi, karena setiap bahan bangunan

    mengandung radioaktif. Akan tetapi, rumah yang berlantai tanah memiliki

    konsentrasi radon relatif tinggi yaitu sebesar 88 Bq/m3. Konsentrasi radon (

    222Rn)

    yang relatif tinggi pada kondisi rumah ini, disebabkan oleh lantai rumah yang

    terkontaminasi langsung dengan tanah, dimana tanah melepaskan gas radon

    (222

    Rn) ke atmosfir cukup besar. Hal ini berdasarkan National Council on

    radiation Protection and Measurement (NCRP) lebih dari 80% gas radon (222

    Rn)

    yang dilepaskan ke atmosfir berasal dari lapisan tanah bagian atas. Selain itu,

    bahan bangunan juga memiliki lepasan gas radon (222

    Rn) yang berbeda-beda

    tergantung pada bahannya.

    IV. 5 Ambang batas dosis gas radon (222

    Rn) dan radiasi gamma (γ)

    Menurut UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of

    Atomic Radiation) pada tahun 2000, menyatakan bahwa dosis radiasi yang

  • 38

    diterima oleh seseorang berasal secara alamiah dan buatan. Radiasi secara alamiah

    berasal dari kosmik (14,25%), kerak bumi/teresterial (17,81%), sinar gamma

    (10,69%), gas radon (42,75%) dan secara buatan berasal dari kedokteran

    (14,25%), atmosfir (0,18%), PLTN (0,08%).

    IV. 5. 1 Ambang batas gas radon (222

    Rn) dalam ruangan

    Batas maksimum konsentrasi radon di dalam ruangan yang direkomendasikan

    oleh ICRP (International Commission on Radiological Protection) adalah sekitar

    200 Bq/m3. Pada data pengukuran (tabel IV.1), atau seperti pada pola sebaran gas

    radon berikut :

    Gambar IV. 3 kurva pola sebaran gas radon

    Pada gambar IV.3 di atas, terdapat konsentrasi radon yang sangat tinggi, yaitu

    sekitar 333 Bq/m3, dimana pada nilai ini telah melewati ambang batas yang telah

    ditetapkan oleh ICRP. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi geologi (jenis

  • 39

    batuan), bahan bangunan, serta sirkulasi udara. Di mana dalam kondisi geologis

    dalam hal ini jenis batuannya mengandung radioaktif yang relatif sangat tinggi.

    Nilai ini (333Bq/m3) diperoleh di daerah kelurahan Belang-belang, kecamatan

    Kalukku.

    Pada beberapa penelitian, laju lepasan radon dapat minimalisir dengan melakukan

    pengecatan atau memplester. Pengaruh plester dan pengecatan dengan cat tembok,

    akan menurunkan laju lepasan radon antara 38% - 72% dibandingkan dengan

    dinding yang belum diplester bahkan hingga 90%.

    IV. 5. 2 Ambang batas dosis gamma (γ)

    Semua bahan yang terdapat dalam kerak bumi mengandung radionuklida,

    khususnya uranium (U), thorium (Th) dan kalium (K). Uranium tersebar di

    bebatuan dan tanah. Uranium (238

    U) merupakan induk dari beberapa deret

    peluruhan radionuklida. Salah satu radionuklida yang berada dalam deret

    peluruhan uranium ini adalah radon (222

    Rn). Semua radionuklida memancarkan

    radiasi gamma (γ). Dosis yang diterima akan bervariasi sesuai dengan struktur

    geologi dan bahan bangunan di daerah tersebut.

    Menurut UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of

    Atomic Radiation) pada tahun 2000, menyatakan bahwa dosis efektif dari radiasi

    gamma ini sekitar 0,5 mSv/tahun (0,0005 nSv/tahun) atau sekitar 57,1 nSv/jam.

  • 40

    Berikut adalah pola sebaran radiasi gamma yang di ukur dengan menggunakan

    surveymeter lingkungan, dilihat pada data pengukuran (table IV.1) :

    Gambar IV.4 pola sebaran radiasi gamma

    Pada pola sebaran radiasi gamma tersebut, laju dosisnya sangat tinggi dan

    melewati ambang batas yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan struktur

    batuannya, besar kemungkinan mengandung uranium yang bersifat radioaktif.

    Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – Badan Tenaga Nuklir

    Nasional (PTKMR-BATAN), pada tahun 2007 telah melakukan pengukuran laju

    dosis radiasi gamma terhadap beberapa titik di seluruh wilayah Indonesia dan

    mengatakan bahwa daerah Sulawesi Barat (Mamuju) yang memiliki paparan

    radiasi tertinggi.

  • 41

    Gambar IV.5 peta laju dosis radiasi gamma di lingkungan tahun 2007

    Di daerah Mamuju, terdapat banyak jenis batuan diantaranya andesit, gamping,

    granit, lempung, marmer, sirtu, mika dan felpar. Akan tetapi, batu lempung

    memiliki radiasi gamma yang sangat tinggi. Beberapa jenis batuan ini dapat

    dilihat pada peta geologis daerah Mamuju (lampiran table IV.4)

  • 42

    BAB V

    PENUTUP

    V.1. Kesimpulan

    Setelah melakukan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan :

    1. Pada daerah penelitian ini, konsentrasi gas radon sekitar 6,7 % ditentukan

    oleh banyaknya laju dosis radiasi gamma (γ). Hal ini menunjukkan bahwa

    adanya sumber lain yang menyebabkan adanya gas radon pada daerah

    tersebut, seperti ventilasi udara, bahan bangunan, sumberair, struktur

    geologi, dan lainnya,

    2. Dari data statistik yang diperoleh, pada persamaan regresinya

    diprediksikan konsentrasi gas radon akan sama dengan 65,745 Bq/m3, jika

    dosis radiasi gamma 180 nsv/jam atau dengan kata lain 1 nsv/jam dosis

    radiasi gamma sama dengan 0,36525 Bq/m3 konsentrasi radon,

    3. Pada penelitian ini, jenis rumah yang memiliki konsentrasi gas radon yang

    relatif tinggi yaitu rumah yang berlantai tanah dengan konsentrasinya 88

    Bq/m3. Hal ini disebabkan adanya kontaminasi langsung dengan tanah,

    dan

    4. Konsentrasi radon (222Rn) yang melewati ambang batas sesuai dengan

    yang ditetapkan oleh ICRP (International Commission on Radiological

    Protection), terdapat di kelurahan Belang-belang, kecamatan Kalukku

    yaitu sekitar 333 Bq/m3.

  • 43

    V.2. Saran

    Adapun saran untuk penelitian ini, dapat penulis berikan yaitu agar selanjutnya

    dapat menghubungkan/mengkorelasikan semua sumber gas radon baik dari udara,

    tanah, bahan bangunan serta sumber radon lainnya dengan laju dosis gamma pada

    suatu daerah tertentu serta menggunakan berbagai metode korelasi agar dapat

    terlihat dengan jelas hubungannya.

  • 40

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Affandy, 1996, Pengukuran Radionuklida Alam pada Bahan Bangunan

    Plaster Board Fosfogipsum dengan Menggunakan Spektrometer Gamma.

    Skripsi, Jurusan FMIPA Universitas Indonesia, Depok.

    2. A. Fauzy, 2000, Statistik Industri, Erlangga, Jakarta.

    3. A. Mustavan, 1999, Fisika Inti, Departemen Fisika ITB, Bandung.

    4. A. Setiawan, 2009, Pengaruh Renovasi Terhadap Konsentrasi Gas Radon di

    Ruang Bawah Tanah (Lab. Cacah-PTKMR), Buletin Alara Volume 11 nomor

    1, Jakarta.

    5. Bunawas, 2000, Penentuan 228Th, 226Ra, dan 40K dalam Tanah menggunakan

    Spektrometer Gamma In-situ, Puslitbang Keselamatan Radiasi dan

    Biomedika NUKLIR-BATAN, Jakarta.

    6. BATAN Pusdiklat-PSPKR, 1983, Penentuan Konsentrasi Cemaran Sr-90

    dan Cs-137 dalam Air dan Makanan, Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta.

    7. D. Iskandar, 1993, Spektrometer Gamma, Badan Tenaga Atom Nasional,

    Jakarta.

    8. H. Haditjahyono, 1992, Sistem Pengukuran Radiasi, Badan Tenaga Nuklir

    Nasional, Jakarta.

  • 41

    9. J. Uyttenhave. dkk, 2002, Depleted Uranium in Kosovo : Results Of A Survey

    by Gamma Spectrometry on Soil Samples, Health Physics, Volume 83.No .4.

    Hal 543-547.

    10. Margono, 1991, Deteksi Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasional, Bandung.

    11. M. Rahayu, 2006, Pengukuran Konsentrasi Uranium dari Industri Fosfat

    Menggunakan Metode Spektrometri Gamma In-Situ, Skripsi, Jurusan Fisika

    Universitas Diponegoro, Semarang.

    12. R. Sukmawardany, dkk, 2005. Penentuan dan Evaluasi Mineral Non Logam

    di Daerah Kabupaten Majene dan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat,

    Kolokium Hasil lapangan-DIM.

    13. Syarbaini, 2010, Spektrometer Gamma untuk Klierens Kontaminan Uranium,

    Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi-BATAN, Jakarta.

    14. S. Handayani, 1994, Pengukuran Konsentrasi Gas Radon-222 di Gedung

    Bertingkat Menggunakan Dosimeter Radon Pasif dengan Detektor Jejak CR-

    39, Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Indonesia, Depok.

    15. S. Haryadi, 1999, Pengukuran Konsentrasi Gas Radon di Jurusan Fisika

    FMIPA UI dengan Metode Jejak Nuklir dan di Prabumulih dengan Metode

    Dwi Tapis dan Metode Jejak Nuklir, Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA

    Universitas Hasanuddin, Depok.

  • 42

    16. S. Mulyani, 2002, Studi Laju Lepasan Radon pada Bahan Bangunan Granit

    dan Papan Gypsum dengan Detektor Jejak Nuklir CR-39, Skripsi, Universitas

    Andalas, Padang.

    17. W. Susetyo, 1988, Spektrometri Gamma dan Penerapannya dalam Analisis

    Pengaktifan Neutron, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

    18. Z. Hendro, dan M. Munir, Kalibrasi Pemantau Radon Pasif Menggunakan

    Arang Aktif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Fisika FMIPA

    Universitas Diponegoro, Semarang.

  • LAMPIRAN 1

    (KODE DETEKTOR, LAJU DOSIS GAMMA,KONSENTRASI GAS RADON,

    JENIS BAHAN BANGUNAN DAN DAERAH PENGAMBILAN DATA)

  • LAMPIRAN 2

    (DATA STATISTIK)

  • LAMPIRAN 3

    (PETA GEOLOGI KAbupTEN MAMUJU DAN MAMUJU UTARA)

  • LAMPIRAN 4

    (LAJU DOSIS RADIASI GAMMA BESERTA DATA RUMAH DAN

    KOORDINATNYA)

  • LAMPIRAN 5

    (berkas-berkas)

  • 1 223B 180 26 Semen Bata/Semen Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku

    2 231B 230 26 Semen Bata/Semen Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku

    3 198B 220 14 Kayu kayu Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku

    4 228B 350 333 Semen Bata/Semen Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku

    5 247B 200 23 Semen Bata/Semen Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku

    6 238B 240 26 Semen semen/kayu Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku

    7 214B 210 63 keramik semen/kayu Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku

    8 252B 230 65 Semen Bata/kayu Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku

    9 242B 230 94 keramik semen Dsn batu papan/kec.papalang

    10 233B 200 60 Kayu kayu Desa Tuabo/Kec. Lampoko

    11 264B 200 28 Kayu kayu desa sukamaju/kec. Karossa

    12 267B 100 60 Semen semen desa sukamaju/kec. Karossa

    13 263B 130 46 Kayu kayu desa sukamaju/kec. Karossa

    14 261B 120 26 Semen semen desa sukamaju/kec. Karossa

    15 256B 140 9 Semen Bata/semen desa sukamaju/kec. Karossa

    16 227B 120 77 Semen semen desa sukamaju/kec. Karossa

    17 203B 110 68 Semen semen/kayu Desa Tuabo/Kec. Lampoko

    18 187B 110 31 Semen Semen Dsn Pangerang/Kec. Karossa

    19 204B 140 17 Semen Bata Dsn Pangerang/Kec. Karossa

    20 199B 100 28 Semen Semen/kayu Dsn Pangerang/Kec. Karossa

    21 221B 130 37 semen semen Dsn Pangerang/Kec. Karossa

    22 249B 120 31 keramik semen Dsn Pangerang/Kec. Karossa

    23 196B 170 71 Kayu kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga

    24 259B 240 77 Semen semen Desa Bunde/Kec. Sampaga

    25 246B 270 34 Kayu kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga

    26 253B 170 91 Kayu kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga

    27 217B 170 111 Semen kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga

    28 251B 290 97 Semen semen Desa Bunde/Kec. Sampaga

    29 229B 220 31 Kayu kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga

    30 254B 210 65 Kayu kayu Desa Polopangale/kec. Polopangale

    31 186B 270 9 keramik semen Desa Polopangale/kec. Polopangale

    Dinding Rumah DaerahNO Kode Detektor Laju dosis gamma (Bq/m3) KonsentrasiRn-222 (Bq/m3) Lantai Rumah

  • 32 268B 210 54 Semen kayu Desa Polopangale/kec. Polopangale

    33 255B 240 63 Semen semen Desa Polopangale/kec. Polopangale

    34 219B 140 65 Kayu kayu Dsn Tritunggal/kec. Polopangale

    35 232B 160 71 Kayu kayu Dsn Tritunggal/kec. Polopangale

    36 220B 200 51 Semen kayu Dsn Tritunggal/kec. Polopangale

    37 262B 290 196 Semen semen Dsn Tritunggal/kec. Polopangale

    38 260B 170 88 Semen kayu Dsn Tritunggal/kec. Polopangale

    39 258B 180 28 Semen semen Desa Polopangale/kec. Polopangale

    40 241B 170 111 Kayu kayu Desa Polopangale/kec. Polopangale

    41 182B 100 31 Semen semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong

    42 195B 120 85 keramik semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong

    43 164B 140 57 Semen Semen/bata Desa Salugatta/Kec.Budong-budong

    44 240B 150 88 Tanah kayu Desa Salugatta/Kec.Budong-budong

    45 191B 170 105 Semen Semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong

    46 218B 170 148 keramik semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong

    47 210B 140 54 keramik semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong

    48 202B 140 17 Semen Bata/Batako Desa Topoyo/Kec.Topoyo

    49 151B 140 60 Semen Semen/Kayu/Bata Desa Topoyo/Kec.Topoyo

    50 172B 150 11 Semen kayu Desa Topoyo/Kec.Topoyo

    51 166B 170 54 keramik semen Desa Topoyo/Kec.Topoyo

    52 173B 100 31 Semen semen/kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo

    53 162B 100 11 Semen kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo

    54 194B 120 120 Semen kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo

    55 192B 150 28 Semen bata Desa Tabolang/Kec. Topoyo

    56 158B 100 34 Semen kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo

    57 222B 90 34 Semen kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo

    58 207B 100 34 Kayu kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo

    59 176B 140 46 keramik kayu Desa Topoyo/Kec.Topoyo

    60 168B 90 31 keramik/semen semen Desa Kambunang/kec. Karossa

    61 154B 160 11 keramik semen Desa Kambunang/kec. Karossa

    62 184B 90 31 Kayu kayu Desa Kambunang/kec. Karossa

    63 212B 130 63 Semen semen/kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa

  • 64 152B 120 191 Semen semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    65 201B 120 83 keramik semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    66 171B 140 28 keramik semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    67 189B 100 20 Semen semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    68 183B 140 43 keramik semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    69 156B 160 20 kayu kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    70 167B 100 88 kayu kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    71 157B 80 28 Kayu kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    72 163.1B 90 63 Kayu kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa

    74 208B 90 11 Kayu kayu Desa Tasokka/Kec. Karossa

    75 209B 110 71 Kayu Kayu/bata Desa Tasokka/Kec. Karossa

    76 155B 140 71 Keramik Kayu/semen Desa Tasokka/Kec. Karossa

    77 206B 120 37 Semen Semen Desa Tasokka/Kec. Karossa

    78 177B 130 31 Semen Bata/kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong

    79 180B 180 48 Semen Bata Desa Babana/Kec. Budong-Budong

    80 185B 90 71 Kayu Kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong

    81 178B 100 37 Kayu kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong

    82 188B 100 77 kayu kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong

    83 236B 110 74 Kayu kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong

    84 159B 120 43 Semen Kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong

    85 190B 130 40 Semen Kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong

  • Laju Dosis Gamma (nSv/jam) Konsentrasi Radon (Bq/m3)

    180 26 27,6 -36,4 -1004,64 761,76 1324,96 68,5142 1807,457 1324,96 37,38344

    230 26 77,6 -36,4 -2824,64 6021,76 1324,96 79,5907 2871,963 1324,96 295,5202

    220 14 67,6 -48,4 -3271,84 4569,76 2342,56 77,3754 4016,441 2342,56 224,2626

    350 333 197,6 270,6 53470,56 39045,76 73224,36 106,1743 51449,9 73224,36 1916,189

    200 23 47,6 -39,4 -1875,44 2265,76 1552,36 72,9448 2494,483 1552,36 111,1928

    240 26 87,6 -36,4 -3188,64 7673,76 1324,96 81,806 3114,31 1324,96 376,5928

    210 63 57,6 0,6 34,56 3317,76 0,36 75,1601 147,868 0,36 162,8202

    230 65 77,6 2,6 201,76 6021,76 6,76 79,5907 212,8885 6,76 295,5202

    230 94 77,6 31,6 2452,16 6021,76 998,56 79,5907 207,6279 998,56 295,5202

    200 60 47,6 -2,4 -114,24 2265,76 5,76 72,9448 167,5678 5,76 111,1928

    200 28 47,6 -34,4 -1637,44 2265,76 1183,36 72,9448 2020,035 1183,36 111,1928

    100 60 -52,4 -2,4 125,76 2745,76 5,76 50,7918 84,79095 5,76 134,7503

    130 46 -22,4 -16,4 367,36 501,76 268,96 57,4377 130,821 268,96 24,62442

    120 26 -32,4 -36,4 1179,36 1049,76 1324,96 55,2224 853,9487 1324,96 51,51794

    140 9 -12,4 -53,4 662,16 153,76 2851,56 59,653 2565,726 2851,56 7,546009

    120 77 -32,4 14,6 -473,04 1049,76 213,16 55,2224 474,2639 213,16 51,51794

    110 68 -42,4 5,6 -237,44 1797,76 31,36 53,0071 224,7871 31,36 88,22657

    110 31 -42,4 -31,4 1331,36 1797,76 985,96 53,0071 484,3125 985,96 88,22657

    140 17 -12,4 -45,4 562,96 153,76 2061,16 59,653 1819,278 2061,16 7,546009

    100 28 -52,4 -34,4 1802,56 2745,76 1183,36 50,7918 519,4661 1183,36 134,7503

    130 37 -22,4 -25,4 568,96 501,76 645,16 57,4377 417,6996 645,16 24,62442

    120 31 -32,4 -31,4 1017,36 1049,76 985,96 55,2224 586,7247 985,96 51,51794

    170 71 17,6 8,6 151,36 309,76 73,96 66,2989 22,10034 73,96 15,20142

    240 77 87,6 14,6 1278,96 7673,76 213,16 81,806 23,09764 213,16 376,5928

    270 34 117,6 -28,4 -3339,84 13829,76 806,56 88,4519 2965,009 806,56 678,7015

    170 91 17,6 28,6 503,36 309,76 817,96 66,2989 610,1443 817,96 15,20142

    170 111 17,6 48,6 855,36 309,76 2361,96 66,2989 1998,188 2361,96 15,20142

    290 97 137,6 34,6 4760,96 18933,76 1197,16 92,8825 16,95381 1197,16 929,1828

    220 31 67,6 -31,4 -2122,64 4569,76 985,96 77,3754 2150,678 985,96 224,2626

    210 65 57,6 2,6 149,76 3317,76 6,76 75,1601 103,2276 6,76 162,8202

    270 9 117,6 -53,4 -6279,84 13829,76 2851,56 88,4519 6312,604 2851,56 678,7015

    210 54 57,6 -8,4 -483,84 3317,76 70,56 75,1601 447,7498 70,56 162,8202

    240 63 87,6 0,6 52,56 7673,76 0,36 81,806 353,6656 0,36 376,5928

    𝑦 ̂ (𝑦−𝑦 ̅)² (𝑥−𝑥 ̅)² (𝑥−𝑥 ̅ )(𝑦−𝑦 ̅ ) (𝑥−𝑥 ̅ ) (𝑦−𝑦 ̅ )

  • 140 65 -12,4 2,6 -32,24 153,76 6,76 59,653 28,59041 6,76 7,546009

    160 71 7,6 8,6 65,36 57,76 73,96 64,0836 47,83659 73,96 2,834509

    200 51 47,6 -11,4 -542,64 2265,76 129,96 72,9448 481,5742 129,96 111,1928

    290 196 137,6 133,6 18383,36 18933,76 17848,96 92,8825 10633,22 17848,96 929,1828

    170 88 17,6 25,6 450,56 309,76 655,36 66,2989 470,9377 655,36 15,20142

    180 28 27,6 -34,4 -949,44 761,76 1183,36 68,5142 1641,4 1183,36 37,38344

    170 111 17,6 48,6 855,36 309,76 2361,96 66,2989 1998,188 2361,96 15,20142

    100 31 -52,4 -31,4 1645,36 2745,76 985,96 50,7918 391,7153 985,96 134,7503

    120 85 -32,4 22,6 -732,24 1049,76 510,76 55,2224 886,7055 510,76 51,51794

    140 57 -12,4 -5,4 66,96 153,76 29,16 59,653 7,038409 29,16 7,546009

    150 88 -2,4 25,6 -61,44 5,76 655,36 61,8683 682,8657 655,36 0,282705

    170 105 17,6 42,6 749,76 309,76 1814,76 66,2989 1497,775 1814,76 15,20142

    170 148 17,6 85,6 1506,56 309,76 7327,36 66,2989 6675,07 7327,36 15,20142

    140 54 -12,4 -8,4 104,16 153,76 70,56 59,653 31,95641 70,56 7,546009

    140 17 -12,4 -45,4 562,96 153,76 2061,16 59,653 1819,278 2061,16 7,546009

    140 60 -12,4 -2,4 29,76 153,76 5,76 59,653 0,120409 5,76 7,546009

    150 11 -2,4 -51,4 123,36 5,76 2641,96 61,8683 2587,584 2641,96 0,282705

    170 54 17,6 -8,4 -147,84 309,76 70,56 66,2989 151,2629 70,56 15,20142

    100 31 -52,4 -31,4 1645,36 2745,76 985,96 50,7918 391,7153 985,96 134,7503

    100 11 -52,4 -51,4 2693,36 2745,76 2641,96 50,7918 1583,387 2641,96 134,7503

    120 120 -32,4 57,6 -1866,24 1049,76 3317,76 55,2224 4196,137 3317,76 51,51794

    150 28 -2,4 -34,4 82,56 5,76 1183,36 61,8683 1147,062 1183,36 0,282705

    100 34 -52,4 -28,4 1488,16 2745,76 806,56 50,7918 281,9645 806,56 134,7503

    90 34 -62,4 -28,4 1772,16 3893,76 806,56 48,5765 212,4744 806,56 191,0892

    100 34 -52,4 -28,4 1488,16 2745,76 806,56 50,7918 281,9645 806,56 134,7503

    140 46 -12,4 -16,4 203,36 153,76 268,96 59,653 186,4044 268,96 7,546009

    90 31 -62,4 -31,4 1959,36 3893,76 985,96 48,5765 308,9334 985,96 191,0892

    160 11 7,6 -51,4 -390,64 57,76 2641,96 64,0836 2817,869 2641,96 2,834509

    90 31 -62,4 -31,4 1959,36 3893,76 985,96 48,5765 308,9334 985,96 191,0892

    130 63 -22,4 0,6 -13,44 501,76 0,36 57,4377 30,93918 0,36 24,62442

    120 191 -32,4 128,6 -4166,64 1049,76 16537,96 55,2224 18435,56 16537,96 51,51794

    120 83 -32,4 20,6 -667,44 1049,76 424,36 55,2224 771,5951 424,36 51,51794

    140 28 -12,4 -34,4 426,56 153,76 1183,36 59,653 1001,912 1183,36 7,546009

    100 20 -52,4 -42,4 2221,76 2745,76 1797,76 50,7918 948,1349 1797,76 134,7503

    140 43 -12,4 -19,4 240,56 153,76 376,36 59,653 277,3224 376,36 7,546009

  • 160 20 7,6 -42,4 -322,24 57,76 1797,76 64,0836 1943,364 1797,76 2,834509

    100 88 -52,4 25,6 -1341,44 2745,76 655,36 50,7918 1384,45 655,36 134,7503

    80 28 -72,4 -34,4 2490,56 5241,76 1183,36 46,3612 337,1337 1183,36 257,2431

    90 63 -62,4 0,6 -37,44 3893,76 0,36 48,5765 208,0374 0,36 191,0892

    90 11 -62,4 -51,4 3207,36 3893,76 2641,96 48,5765 1411,993 2641,96 191,0892

    110 71 -42,4 8,6 -364,64 1797,76 73,96 53,0071 323,7445 73,96 88,22657

    140 71 -12,4 8,6 -106,64 153,76 73,96 59,653 128,7544 73,96 7,546009

    120 37 -32,4 -25,4 822,96 1049,76 645,16 55,2224 332,0559 645,16 51,51794

    130 31 -22,4 -31,4 703,36 501,76 985,96 57,4377 698,952 985,96 24,62442

    180 48 27,6 -14,4 -397,44 761,76 207,36 68,5142 420,8324 207,36 37,38344

    90 71 -62,4 8,6 -536,64 3893,76 73,96 48,5765 502,8134 73,96 191,0892

    100 37 -52,4 -25,4 1330,96 2745,76 645,16 50,7918 190,2137 645,16 134,7503

    100 77 -52,4 14,6 -765,04 2745,76 213,16 50,7918 686,8697 213,16 134,7503

    110 74 -42,4 11,6 -491,84 1797,76 134,56 53,0071 440,7019 134,56 88,22657

    120 43 -32,4 -19,4 628,56 1049,76 376,36 55,2224 149,3871 376,36 51,51794

    130 40 -22,4 -22,4 501,76 501,76 501,76 57,4377 304,0734 501,76 24,62442

  • Laju Dosis Gamma (nSv/jam) Konsentrasi Radon (Bq/m3)

    180 26 27,6 -36,4 -1004,64 761,76 1324,96 68,5142 1807,457 1324,96

    230 26 77,6 -36,4 -2824,64 6021,76 1324,96 79,5907 2871,963 1324,96

    220 14 67,6 -48,4 -3271,84 4569,76 2342,56 77,3754 4016,441 2342,56

    350 333 197,6 270,6 53470,56 39045,76 73224,36 106,1743 51449,9 73224,36

    200 23 47,6 -39,4 -1875,44 2265,76 1552,36 72,9448 2494,483 1552,36

    240 26 87,6 -36,4 -3188,64 7673,76 1324,96 81,806 3114,31 1324,96

    210 63 57,6 0,6 34,56 3317,76 0,36 75,1601 147,868 0,36

    230 65 77,6 2,6 201,76 6021,76 6,76 79,5907 212,8885 6,76

    230 94 77,6 31,6 2452,16 6021,76 998,56 79,5907 207,6279 998,56

    200 60 47,6 -2,4 -114,24 2265,76 5,76 72,9448 167,5678 5,76

    200 28 47,6 -34,4 -1637,44 2265,76 1183,36 72,9448 2020,035 1183,36

    100 60 -52,4 -2,4 125,76 2745,76 5,76 50,7918 84,79095 5,76

    130 46 -22,4 -16,4 367,36 501,76 268,96 57,4377 130,821 268,96

    120 26 -32,4 -36,4 1179,36 1049,76 1324,96 55,2224 853,9487 1324,96

    140 9 -12,4 -53,4 662,16 153,76 2851,56 59,653 2565,726 2851,56

    120 77 -32,4 14,6 -473,04 1049,76 213,16 55,2224 474,2639 213,16

    110 68 -42,4 5,6 -237,44 1797,76 31,36 53,0071 224,7871 31,36

    110 31 -42,4 -31,4 1331,36 1797,76 985,96 53,0071 484,3125 985,96

    140 17 -12,4 -45,4 562,96 153,76 2061,16 59,653 1819,278 2061,16

    100 28 -52,4 -34,4 1802,56 2745,76 1183,36 50,7918 519,4661 1183,36

    130 37 -22,4 -25,4 568,96 501,76 645,16 57,4377 417,6996 645,16

    120 31 -32,4 -31,4 1017,36 1049,76 985,96 55,2224 586,7247 985,96

    170 71 17,6 8,6 151,36 309,76 73,96 66,2989 22,10034 73,96

    240 77 87,6 14,6 1278,96 7673,76 213,16 81,806 23,09764 213,16

    270 34 117,6 -28,4 -3339,84 13829,76 806,56 88,4519 2965,009 806,56

    170 91 17,6 28,6 503,36 309,76 817,96 66,2989 610,1443 817,96

    170 111 17,6 48,6 855,36 309,76 2361,96 66,2989 1998,188 2361,96

    290 97 137,6 34,6 4760,96 18933,76 1197,16 92,8825 16,95381 1197,16

    220 31 67,6 -31,4 -2122,64 4569,76 985,96 77,3754 2150,678 985,96

    210 65 57,6 2,6 149,76 3317,76 6,76 75,1601 103,2276 6,76

    270 9 117,6 -53,4 -6279,84 13829,76 2851,56 88,4519 6312,604 2851,56

    210 54 57,6 -8,4 -483,84 3317,76 70,56 75,1601 447,7498 70,56

    𝑦 ̂ (𝑦−𝑦 ̅)² (𝑥−𝑥 ̅)² (𝑥−𝑥 ̅ )(𝑦−𝑦 ̅ ) (𝑥−𝑥 ̅ ) (𝑦−𝑦 ̅ )

  • 240 63 87,6 0,6 52,56 7673,76 0,36 81,806 353,6656 0,36

    140 65 -12,4 2,6 -32,24 153,76 6,76 59,653 28,59041 6,76

    160 71 7,6 8,6 65,36 57,76 73,96 64,0836 47,83659 73,96

    200 51 47,6 -11,4 -542,64 2265,76 129,96 72,9448 481,5742 129,96

    290 196 137,6 133,6 18383,36 18933,76 17848,96 92,8825 10633,22 17848,96

    170 88 17,6 25,6 450,56 309,76 655,36 66,2989 470,9377 655,36

    180 28 27,6 -34,4 -949,44 761,76 1183,36 68,5142 1641,4 1183,36

    170 111 17,6 48,6 855,36 309,76 2361,96 66,2989 1998,188 2361,96

    100 31 -52,4 -31,4 1645,36 2745,76 985,96 50,7918 391,7153 985,96

    120 85 -32,4 22,6 -732,24 1049,76 510,76 55,2224 886,7055 510,76

    140 57 -12,4 -5,4 66,96 153,76 29,16 59,653 7,038409 29,16

    150 88 -2,4 25,6 -61,44 5,76 655,36 61,8683 682,8657 655,36

    170 105 17,6 42,6 749,76 309,76 1814,76 66,2989 1497,775 1814,76

    170 148 17,6 85,6 1506,56 309,76 7327,36 66,2989 6675,07 7327,36

    140 54 -12,4 -8,4 104,16 153,76 70,56 59,653 31,95641 70,56

    140 17 -12,4 -45,4 562,96 153,76 2061,16 59,653 1819,278 2061,16

    140 60 -12,4 -2,4 29,76 153,76 5,76 59,653 0,120409 5,76

    150 11 -2,4 -51,4 123,36 5,76 2641,96 61,8683 2587,584 2641,96

    170 54 17,6 -8,4 -147,84 309,76 70,56 66,2989 151,2629 70,56

    100 31 -52,4 -31,4 1645,36 2745,76 985,96 50,7918 391,7153 985,96

    100 11 -52,4 -51,4 2693,36 2745,76 2641,96 50,7918 1583,387 2641,96

    120 120 -32,4 57,6 -1866,24 1049,76 3317,76 55,2224 4196,137 3317,76

    150 28 -2,4 -34,4 82,56 5,76 1183,36 61,8683 1147,062 1183,36

    100 34 -52,4 -28,4 1488,16 2745,76 806,56 50,7918 281,9645 806,56

    90 34 -62,4 -28,4 1772,16 3893,76 806,56 48,5765 212,4744 806,56

    100 34 -52,4 -28,4 1488,16 2745,76 806,56 50,7918 281,9645 806,56

    140 46 -12,4 -16,4 203,36 153,76 268,96 59,653 186,4044 268,96

    90 31 -62,4 -31,4 1959,36 3893,76 985,96 48,5765 308,9334 985,96

    160 11 7,6 -51,4 -390,64 57,76 2641,96 64,0836 2817,869 2641,96

    90 31 -62,4 -31,4 1959,36 3893,76 985,96 48,5765 308,9334 985,96

    130 63 -22,4 0,6 -13,44 501,76 0,36 57,4377 30,93918 0,36

    120 191 -32,4 128,6 -4166,64 1049,76 16537,96 55,2224 18435,56 16537,96

    120 83 -32,4 20,6 -667,44 1049,76 424,36 55,2224 771,5951 424,36

    140 28 -12,4 -34,4 426,56 153,76 1183,36 59,653 1001,912 1183,36

  • 100 20 -52,4 -42,4 2221,76 2745,76 1797,76 50,7918 948,1349 1797,76

    140 43 -12,4 -19,4 240,56 153,76 376,36 59,653 277,3224 376,36

    160 20 7,6 -42,4 -322,24 57,76 1797,76 64,0836 1943,364 1797,76

    100 88 -52,4 25,6 -1341,44 2745,76 655,36 50,7918 1384,45 655,36

    80 28 -72,4 -34,4 2490,56 5241,76 1183,36 46,3612 337,1337 1183,36

    90 63 -62,4 0,6 -37,44 3893,76 0,36 48,5765 208,0374 0,36

    90 11 -62,4 -51,4 3207,36 3893,76 2641,96 48,5765 1411,993 2641,96

    110 71 -42,4 8,6 -364,64 1797,76 73,96 53,0071 323,7445 73,96

    140 71 -12,4 8,6 -106,64 153,76 73,96 59,653 128,7544 73,96

    120 37 -32,4 -25,4 822,96 1049,76 645,16 55,2224 332,0559 645,16

    130 31 -22,4 -31,4 703,36 501,76 985,96 57,4377 698,952 985,96

    180 48 27,6 -14,4 -397,44 761,76 207,36 68,5142 420,8324 207,36

    90 71 -62,4 8,6 -536,64 3893,76 73,96 48,5765 502,8134 73,96

    100 37 -52,4 -25,4 1330,96 2745,76 645,16 50,7918 190,2137 645,16

    100 77 -52,4 14,6 -765,04 2745,76 213,16 50,7918 686,8697 213,16

    110 74 -42,4 11,6 -491,84 1797,76 134,56 53,0071 440,7019 134,56

    120 43 -32,4 -19,4 628,56 1049,76 376,36 55,2224 149,3871 376,36

    130 40 -22,4 -22,4 501,76 501,76 501,76 57,4377 304,0734 501,76

    13010 4860 81151,84 258415,84 164354,6 187627,8

    151,2790698 56,51162791

    0,3140359

    28,638828

  • 37,38344

    295,5202

    224,2626

    1916,189

    111,1928

    376,5928

    162,8202

    295,5202

    295,5202

    111,1928

    111,1928

    134,7503

    24,62442

    51,51794

    7,546009

    51,51794

    88,22657

    88,22657

    7,546009

    134,7503

    24,62442

    51,51794

    15,20142

    376,5928

    678,7015

    15,20142

    15,20142

    929,1828

    224,2626

    162,8202

    678,7015

    162,8202

  • 376,5928

    7,546009

    2,834509

    111,1928

    929,1828

    15,20142

    37,38344

    15,20142

    134,7503

    51,51794

    7,546009

    0,282705

    15,20142

    15,20142

    7,546009

    7,546009

    7,546009

    0,282705

    15,20142

    134,7503

    134,7503

    51,51794

    0,282705

    134,7503

    191,0892

    134,7503

    7,546009

    191,0892

    2,834509

    191,0892

    24,62442

    51,51794

    51,51794

    7,546009

  • 134,7503

    7,546009

    2,83450