(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)

Post on 14-Jun-2015

765 views 5 download

Transcript of (DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)

FARMAKOLOGI(DESINFEKTAN, ANTIBIOTIKA, ANTI TUBERKULOSIS, DAN ANTI LEPRA)

Nama Kelompok Abdul Aziz Ayu Yulianti Imam Munandar Putri Nur Pratiwi Teguh Lugiana

Pengertian Profilaksis Dan Anti Infeksi Profilaksis (bahasa Yunani "προφύλαξις" untuk

menjaga atau mencegah) adalah prosedur kesehatan masyarakat untuk mencegah daripada mengobati penyakit. Ukuran profilastik terbagi antara profilaksis utama (untuk mencegah perkembangan penyakit) dan kedua (ketika penyakit sudah berkembang dan pasien terlindungi melawan proses yang semakin memburuk). Vaksin Flumerupakan profipaktik.  Antibiotika kadang-kadang digunakan secara profilaktik, contohnya, selama wabah antraks 2001 di Amerika Serikat, pasien diberi ciprofloxacin.

Antiseptika adalah zat-zat yang dapat mematikan atau menghentikan pertumbuhan kuman-kuman setempat dijaringan hidup, khususnya di atas kulit dan selaput lendir (mulut, tenggorokan, dan lain-lain).

Desinfektan Disinfektan adalah zat yang digunakan

pada benda tak hidup untuk mencegah infeksi yang mematikan mikroorganisme, misalnya sterilisasi alat kedokteran.

Penggunaan Anti septik : 1. Membersihkan luka dan tempat-tempat infeksi 2. Pada infeksi kulit dan mukosa 3. Pada infeksi kulit sebgai terapi pelengkap obat sistemik 4. Preoferatif

Berdasarkan sifat kimianya anti seftik di kelompokan dalam golongan fenol (timol, resorsinor, dan heksasloropon), alcohol, (etanol 70%, dan glokol), halogen (iodium, povidon, iodium, klor, dan kaporit) peroksida ( larutan H2O2, kalium) dan logam berat (garam, perak), dan formaldehid (formalin).

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan.Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik.Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.

Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat tumbuh.

Disinfeksi dan antiseptik Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme

penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganismepada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati.Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.

Macam-Macam Desinfektan Yang Digunakan:

1. Alkohol2. Aldehid3. Biguanid4. Fenol5. Klorisenol

AntibiotikaAnti= melawanBios= hidup

Zat yang di hasilkan oleh suatu mikroorganisme terutama fungi yang dapat membasmi mikroorganisme jenis lain.

Antibiotika pertama kali di temukan oleh dr. Alexender Fleming pada tahun 1928 yang telah menemukan penisillin, tetapi penemuannya baru digunakan dalam pengobatan pada tahun 1941 oleh dr. Florey.

Antibiotik yang di gunakan untuk pengobatan harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya antibiotik tersebut harus sangat bersifat toksik terhadap mikroorganisme , tetapi relative tidak toksis terhadap hospes . untuk memutuskan perlu tindaknya pemberian antibiotik pada penyakit infeksi , adalah gejala klinik dan patogenitas mikroorganisme serta menilai kesanggupan mekanisme daya tahan tubuh.

Antibiotika berdasarkan luas kerjanya :

Antibiotika berspektrum sempit : hanya aktif terhadap beberapa jenis bakteri

Antibiotika berspektrum luas : aktif terhadap beberapa jenis bakteri, baik yang bergram positif maupun negative

Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroorganisme, contohnya : sulfonamid, trimetropinAntibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroorganisme, contohnya : antibiotik beta laktam, vancomycin, obat dari kelompok ini dapat mengakibatkan tekanan osmotic dalam sel kuman lebih tinggi dari pada di luar sel sehingga menyebabkan terjadinya lisisAntibiotik yang mengganggu keutuhan membrane sel mikroorgansme, contohnya : polimiksin, antibiotika dari kelompok ini dapat merusak membran sel, sehingga menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroorganisme seperti protein, asam nukleat, dll.Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroorganisme, contohnya : aminoglikosid, tetrasiklin, makrolid, klindamisinAntibiotik yang meng hambat sintesi asam nukleat sel mikroorganisme, contohnya : rifampisin, fluoroquiolon

Faktor_faktor yang mempengaruhi efek pemberian obat :

Umur

Bayi neonatus pada umumnya memiliki organ atau sistem tubuh yang belum cukup berkembang. Misalnya fungsi hati dan ginjalnya belum sempurna sehingga memudahkan terjadinya efek toksik , sedangkan orang yang sudah berusia lanjut seringkali mengalami kemenurunan fungsi organ atau system tubuhnya sehingga di perlukan penyesuaian dosisnya

Kehamilan

Pemberian obat pada ibu hamil harus di sertai ketimbangan kemungkinan terjadinya efek samping, baik terhadap ibu maupun bayi yang di kandungnya misalnya pemberian streptomisin pada ibu yang hamil tua dapat menyebabkan ketulian

Genetika

Adanya perbedaan genetik dapat menimbulkan perbedaan reaksi yang terjadi pada penggunaan obat.

Keadaan patologi

Gangguan fungsi hati dan ginjal sangat mempengaruhi dalam pemberian obat, misalnya sirosis hati atau hepatitis menahun dapat meningkatkan toksisitas tetrasiklin. Memperpanjang waktu penuh linkomisin, meningkatkan kadar kloramfenikol dalam darah sehigga dapat menyebabkan efek toksik.

Obat-Obat Antibiotika

Sulfonamid Quinolon Betalaktam Aminoglikosida Makrolid

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat anti tuberkulosis (OAT) merupakan kombinasi obat yang digunakan untuk penderita tuberkulosis.Jenis obat anti tuberkulosis (OAT) meliputi pemberian jangka pendek (primer) dan jangka panjang.

Pengobatan tuberkulosis primer meliputi : Isoniazid (H) Rifampisin (R) Pirazinamid (Z) Streptomisin (S) Ethambutol (E)

Pengobatan tuberkulosis sekunder meliputi : Kanamisin PAS (Para Amino Salicylic) Acid Tiasetazon Etionamid Protionamid Sikloserin Viomisiun

•Kapreomisin•Amikasin•Ofloksasin•Siprofloksasin•Klofazimin

Kategori pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) jangka pendek :

Kategori I : 2HRZE / 4H3R3 Kategori II : 2HRZES / HRZE /

5H3R3E3 Kategori III : 2HRZ / 4H3R3 Obat sisipan : HRZE

ANTI LEPRA Lepra atau kusta adalah suatu penyakit

infeksi kronis yang merusak terutama jarinngan saraf dan kulit yang disebabkan olah Mycobacterium Leprae Mycobakterium Leprae ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen, maka lepra disebut juga penyakit Hansen.Basil Lepra sangat ulat karena mengandung lilin yang sukar di tembus obat, tahan asam dan pertumbuhannya juga lambat sekali.

Pegobatan

Sejak dahulu obat satu-satunya terhadap lepra atau kusta adalah minyak kaulmogra yang sering kali untuk meredakan gejala tanpa menyembuhkan penyakit.

Dapson / diaminodifenilsufon Obat ini mampu menghentikan pertumbuhan

basil lepra walaupun lama dapat dimusnahkan oleh system tangkis tubuh sendiri. Pasien dapat di obati secara ambulan artinya tidak usah dirawat durumah sakit secara murah dan efektif dirumahnya sendiri.

Obat yang bekerja bakterisid antara lain rifampisin klofazimin. Penyembuhan berlangsug lebih cepat dan efektif. Dapson dan rifampisin dapat dengan cepat menimbulkan resistensi, untuk mengurangi resiko resistensi obat-obat tersebut,kini tidak dipergunakan lagi sebagai monoterpi, melainkan dalan kombinasi dari 3 obat (MDT) Multidrug therapy yang dianjurkan WHO sebagai terapi pilihan pertama adalah :

Lepra tuberkuloid : Dapson 100mg 1 kali sehari dan rifampisin 600mg 1 kali sebulan selama 6 bulan

Lepra leptomatosus : Dapson 100mg 1 kali sehari, rifampisin 600mg 1 kali sebulan dan klofazimin 500mg 1 kali sehari + 300mg 1 kali selama minimal 2 tahun dan maksimal 3 tahun.

WHO menganggap penderita yang telah menyelesaikan kur dan tidak usah minum obat lagi di anggap “sembuh”,tetapi perlu dipantau selama 8-10 tahun untuk mewaspadai timbulnya residif.

Obat-obatan yang digunakan untuk penyakit lepra:

Dapson dan sulfone Rimfafin clofazimen

Kesimpulan

Dalam pengobatan, profilaksis adalah sesuatu yang mencegah atau melindungi dan Anti-Infeksi adalah Senyawa yang di gunakan untuk pengobatan penyakit infeksi yang di sebabkan oleh spesies tertentu (serangga, metozoa, protozoa, bakteri, riketsia atau virus).

Seperti pernggunaan desinfektan, antibiotika, anti tuberculosa, anti lepra.