PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN MANETIK Fe...
Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN MANETIK Fe...
-
1
PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN MANETIK Fe
TERHADAP NILAI REDUKSI OKSIGEN DAN
STRUKTUR KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR
Eu1.85+yCe0.15-yCu1-yFeyO4+-
S. Pratiwi 1, D. Suhendar
2, W. A. Somantri,
3 N. Suhendi,
4 T. Saragi
5 dan Risdiana
6
1Departemen Fisika, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang km.21 Jatinangor,
Sumedang ([email protected])
Abstrak
Telah dilakukan pembuatan dan karakterisasi struktur Kristal bahan superkonduktor doping elektron
Eu1.85+yCe0.15-yCu1-yFeyO4+- dengan konsentrasi penambahan Fe sebesar y = 0, 0.005, 0.01, 0.02,0.03
dan 0.05. Bahan disintesis dengan metode reaksi padatan dengan suhu annealing pada 8500C dalam
waktu 8-12 jam. Variasi waktu annealing serta penambahan konsentrasi y pada sampel membuat nilai
kadar reduksi oksigen () berbeda-beda. Grafik terhadap konsentrasi pemabanhan Fe menunjukan
bahwa Semakin banyak jumlah pengotor Fe, maka semakin sulit kandungan oksigen direduksi pada
proses annealing. Seluruh grafik XRD hasil karakterisasi menunjukan bahwa sampel telah disintesis
dengan baik, penambahan pengotor Fe berpengaruh terhadap penurunan nilai parameter kisi a dan
peningkatan nilai parameter kisi c.
Kata kunci: Superkondutor doping elektron, reduksi oksigen, struktur kristal dan pengotor magnetik.
1. Pendahuluan Superconduktifitas adalah sebuah
penomena yang dapat ditemui pada beberapa
material dimana bahan tersebut memiliki
resistivitas nol ketika didinginkan sampai
temperatur tertentu. Bahan yang
memperlihatkan sifat tersebut dinamakan
bahan superkonduktor dan suhu dimana
resistivitasnya pertama kali menunjukkan nilai
nol disebut suhu kritis (Tc).[1]
Era superkonduktifitas dengan suhu kritis
(Tc) yang tinggi dimulai ketika Berdonz
danMuller melaporkan bahwa kemungkinan
superkonduktifitas terjadi dalam single layer
cuprates yang disebut dengan superkonduktor
berbasis cuprate 214. Ada beberapa senyawa
utama dalam pembuatan superkonduktor berbasis
cuprate 214 yaitu disintesis dari campuran Eu,
Ce, Cu dan O membentuk Eu2-xCexCuO4 dengan
singkatan ECCO.
Penelitian superkonduktor doping elektron
sangat terbatas karena kesulitan dalam
mengontrol kadar oksigen dalam bahan tersebut.
Pengontrolan kadar oksigen dapat dilakukan
dengan mengalirkan gas Ar dengan waktu
tertentu yang disebut dengan proses annealing,
sehingga menghasilkan nilai perubahan kadar
oksigen atau yang dikenal dengan delta. Nilai
perubahan kadar oksigen dalam suatu senyawa
tentunya akan berpengaruh terhadap sifat listrik
serta kristal senyawa tersebut.
Penelitian superkonduktor doping hole yang
mengkaji cara pembuatan, sifat listrik, magnetik
ataupun mekaniknya telah banyak dilakukan di
seluruh dunia salah satunya kajain pengaruh
pengotor Fe terhadap sifat fisis superkonduktor
doping hole LSCO dengan menghasilkan
kestabilan keadaan stripe yang menurunkan sifat
superkonduktifitas bahan tersebut, tetapi belum
terdapat laporan lengkap yang mengkaji
pengaruh pengotor Fe terhadap sifat fisis
superkonduktor doping elektron ECCO. [2]
Oleh sebab itu pada penelitian kali ini akan
dilakukan studi mengenai pengaruh penambahan
pengotor Fe untuk bahan superkonduktor doping
elektron Eu1.85Ce0.15CuO4 (ECCO) terhadap nilai
reduksi oksigen serta struktur kristalnya.
2. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen dengan menggunakan reaksi
padatan untuk membentuk bahan superkonduktor,
kemudian dilakukan proses annealing untuk
mereduksi kelebihan kadar oksigen, dan akan
dianalisa pengaruh penambahan pengotor Fe
terhadap nilai reduksi kadar oksigen dan struktur
Kristal bahan superkonduktor dengan
menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) yang
dilihat berdasarkan nilai parameter kisinya.
-
2
2.1 Sintesis Bahan
Pembuatan dilakukan dengan metode reaksi
solid state. Bahan/senyawa utama yang
diperlukan untuk membuat superkonduktor
doping elektron ECCFO adalah Eu2O3
(Europium (III) Oxide) kemurnian 99.9%, CeO2
(Cerium (IV) Oxide) kemurnian 99.9%, CuO
(Cooper (II) Oxide) kemurnian 99.9%, dan Fe2O3
(Ferrum (III) Oxide) kemurnian 99.9%. Semua
bahan-bahan tersebut berupa serbuk padatan,
terlihat pada gambar 1.
a b c d
Gambar 1. (a). Europium (III) Oxide, (b). Cooper
(II) Oxide, (c). Cerium (IV) Oxide, (d). Ferrum (III) Oxide
Penelitian superkonduktor ECCFO ini
diawali dengan menyiapkan bahan yang
diperlukan, melakukan proses pencampuran
bahan sesuai dengan massa yang telah
ditentukan, menggerus bahan-bahan yang telah
dicampurkan dengan menggunakan alat
penggerus agar bahan menjadi lebih homogen,
memanaskan bahan (prefire) menggunakan
furnance pada suhu konstan 9000C selama 20
jam, menggerus ulang bahan agar partikel yang
dihasilkan lebih homogen, proses sintering tahap
pertama menggunakan furnance dengan suhu
10500C selama 16 jam, bahan digerus kembali,
membuat sampel menjadi bentuk pelet dengan
cara dipress dengan alat hidraulic press,
kemudian sintering tahap kedua menggunakan
furnance dengan suhu 10500C selama 16 jam,
lalu mereduksi kelebihan oksigen dengan
annealing.
Sampel proses annealing dengan
mengalirkan gas argon pada suhu konstan 850 dengan variasi waktu 8 12 jam untuk
konsentrasi doping Fe sebesar y = 0, 0.005, 0.01,
0.02, 0.03, dan 0.05, kemudian dihitung nilai
reduksi oksigennya dengan menggunakan rumus
pada persamaan 1.1.
(
)
(1.1)
Karakterisasi sampel menggunakan alat X-
Ray Diffraction (XRD), kemudian diolah dengan
menggunakan software callcell dan dianalisa
parameter kisinya. Metodologi penelitian
superkonduktor ECCO bahan pengotor Fe
dengan sistem elektron doped ini adalah metode
eksperimen. Alur penelitian untuk mendapatkan
superkonduktor doping elektron ECCFO dengan
pengotor Fe digambarkan pada diagram alir
gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir pembuatan
superkonduktor ECCFO
2.2 Karakterisasi
Karakterisasi yang dilakukan adalah
karakterisasi powder X-Ray Diffraction (XRD)
dengan menggunakan mesin X-Ray
Diffractometer D8 Advance Bruker. Dengan
karakterisasi XRD. Identifikasi fasa single kristal
dapat dilihat dari terobservasinya peak-peak
tajam dengan lebar yang sempit dan intensitas
tinggi. Dengan karakterisasi XRD, didapatkan
hubungan antara intensitas sinar x dengan 2.
Kemudian dilanjutkan mengolah data dengan
menggunakan callcell untuk dapat mengetahui
parameter parameter semua.
3. Hasil dan Pembahasan Bahan yang siap untuk dilakukan proses
annealing dilakukan pembersihan dahulu
permukaannya dengn menggunakan hamplas
halus, agar saat dialirkan gas Ar tidak ada
surface yang menghalangi. Sample sebelum
Pencampuran dan penggerusan bahan
Prefire / kalsinasi
Persiapan alat dan bahan
Sintering tahap pertama
Penggerusan, Pengepresan, dan
Pembuatan pelet
Penggerusan bahan
Sintering tahap kedua
Annealing
Karakterisasi sampel dengan XRD
Analisa data
-
3
annealing yang berbentuk pellet terlihat pada
gambar 3.
Gambar 3. Sample sebelum annealing
Nilai konsentrasi pengotor Fe dan waktu
annealing yang bervariasi, menyebakan nilai
reduksi oksigen ( ) juga bervariasi.
Gambar 4. Grafik reduksi oksigen terhadap konsentrasi
pengotor Fe untuk variasi waktu annealing 8, 10, 11, dan 12
jam
Gambar 4 menyatakan grafik reduksi
kandungan oksigen ( ) terhadap konsentrasi pengotor Fe sebesar 0, 0.05, 0.01, 0.02, 0.03 dan
0.05 menunjukan bahwa grafik cenderung turun,
seiring dengan kenaikan konsentrasi pengotor Fe,
artinya semakin banyak konsentrasi pengotor Fe
ditambahakan, maka semakin semakin sulit
kelebihan kadar oksigen direduksi saat proses
annealing.
3.1 Analisa Hasil Karakterisasi XRD
Sample dengan konsentrasi pengotor Fe
sebesar 0, 0.005, 0.01, 0.02, 0.03 dan 0.05
dengan tertentu dilakukan karakterisasi dengan menggunakan XRD untuk dapat diketahui
struktur kristalnya. Dipilih 6 sample dari
berbagai konsentrasi dan waktu annealing yang
memiliki pada rentang 0.03 0.09 untuk dianalisa.
Gambar 5. Grafik intensitas terhadap 2 untuk sampel dengan konsentrasi pengotor Fe 0 % 5 % dengan = 0.0467, 0.0473, 0.06861, 0.0665, 0.0392, dan 0.0265
Pada gambar 5 dapat dijelaskan bahwa
terdapat beberapa inensitas puncak yang besar
menandakan bahwa pada sample telah terbentuk
fase kristal. Tetapi, nilai yang berubah ubah dan bervariasi memiliki struktur kristal yang
tidak jauh berbeda, yaitu puncak utama
ditemukan pada daerah sekitar 30 artinya kadar oksigen dalam superkonduktor ECCFO memang
parameter yang sulit untuk dikontrol. Puncak
yang terdapat impuritas terlihat pada konsentrasi
y = 0.01, y = 0.02 dan y = 0.03 , hal ini dapat
disebabkan karena terlalu banyak kadar oksigen
yang direduksi, atau kemungkinan terdapat Cu
yang keluar saat proses annealing, sehingga
terjadi perubahan struktur kristal yan
ditimbulkan karena impuritas.
3.1.1 Analisa parameter kisi Untuk dapat mengetahui pengaruh
penambahan pengotor Fe (y) pada bahan ECCFO
terhadap parameter kisi maka dipilih 6 sample
0
11 H, y = 0 = 0.04678
Eu1.85+yCe0.15-yCu1-yFeyO4+
0
11 H, y = 0.005 = 0.0473
0
12 H, y = 0.01 = 0.06861
0
12 H, y = 0.02 = 0.0665
Inte
nsi
tas
(arb
. U
nit
)
0
12 H, y = 0.03 = 0.0392
10 20 30 40 50 60 700
8 H, y = 0.05 = 0.0265
2 (degree)
-
4
yang memiliki dan konsentrasi yang berbeda, diantaranya adalah y = 0 dengan = 0.041, y = 0.005 dengan = 0.0473, y = 0.01 dengan = 0.0255, y = 0.02 dengan = 0.0665, y = 0.03 dengan = 0.0177, y = 0.05 dengan = 0.0896. terlihat pada gambar 6.
Gambar 6. Pengaruh penambahan konsentrasi
pengotor Fe terhadap parameter kisi kristal (a) dan (b)
Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui
bahwa penambahan konsentrasi pengotor Fe
mempengaruhi nilai dari parameter kisi. Nilai
parameter kisi a cenderung mengalami
penurunan seiring dengan naiknya konsentrasi
pengotor, sedangkan parameter kisi c cenderung
menagalami kenaikkan. Analisa perubahan nilai
parameter kisi terhadap penambahan pengotor Fe
dapat diketahui dengan membandingkan nilai ion
radius. Parameter kisi a() mengalami penurunan seiring penambahan kosentrasi pengotor Fe, hal
tersebut dikarenakan penambahan Fe3+
dengan
jari-jari ion lebih kecil telah mengantikan
sebagian Cu2+
pada bidang konduksi CuO2.
Bidang konduksi CuO2 ini berbentuk bidang
horizontal pada struktur kristal tetragonal
sehingga mempengaruhi parameter kisi a() dan b(), dimana pada struktur kristal tetragonal a=bc.
Penambahan Fe dapat memicu
pengurangan konsentrasi Cu dan Ce dalam bahan
tetapi meningkatkan konsentrasi Eu. Ketika
konsentrasi Eu yang memiliki jari-jari ion lebih
besar meningkat maka akan mempengaruhi kisi
yang ditempatinya. Karena merupakan senyawa
utama Eu sangat mendominasi pada struktrur
kristal superkonduktor ECCFO. Pada struktur
kristal tetragonal Eu mengapit lapisan konduksi
CuO2 sehingga peningkatan konsentrasi Eu akan
meningkatkan nilai parameter kisi c().
4. Kesimpulan Telah dilakukan pembuatan dan karakterisasi struktur
Kristal bahan superkonduktor doping elektron
Eu1.85+yCe0.15-yCu1-yFeyO4+- dengan konsentrasi
penambahan Fe sebesar y = 0, 0.005, 0.01, 0.02,0.03
dan 0.05 yang ditandai dengan sulitnya reduksi
oksigen seiring dengan penambahan pengotor Fe dan
nilai tidak terpengaruh berpengaruh pada struktur kristal ECCFO, tetapi secara
umum,penambahan pengotor Fe berpengaruh
pada parameter kisi struktur kristal ECCFO yaitu
penurunan pada parameter kisi a dan kenaikan
pada parameter kisi c.
Ucapan Terima Kasih Penulis berterima kasih kepada Prof. Yoji Koike
telah yang telah memberikan kesempatan
melaksanakan penelitian di Laboratorium Low
Temperatur and Superconductivity, Graduate
School of Applied Physics, School of
Engineering, Tohoku University.
Daftar Pustaka Risdiana, 2012, Pengenalan Bahan
SUPERKONDUKTOR Sifat Dasar dan
Karakteristiknya, Jatinangor, Unpad
Press.
K. Suzuki et al., Phys. Procedia 30 (2012) 275