Laporan Nitrasi Kel 8
-
Upload
widya-fiqra -
Category
Documents
-
view
347 -
download
23
Transcript of Laporan Nitrasi Kel 8
LABORATURIUM SATUAN PROSES
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013
MODUL :Nitrasi (pembuatan α nitroaftalene)
PEMBIMBING : Ir Retno Indarti, MT.
A.
Oleh :
Kelompok : VII
Nama : 1. Sandra Sopian NIM 121411058
2. Widya Piqra NIM 121411061
3. Yulia Endah P NIM 121411062
Kelas : 2 B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIAJURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG2013
Praktikum : 22 Oktober 2013
Penyerahan : 29 November 2013
(Laporan)
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami karakteristik reaksi nitrasi dan penanganannya yang tepat.
2. Melakukan tahapan – tahapan proses nitrasi.
3. Mengidentifikasi produk nitrasi melalui pengukuran titik leleh.
B. DASAR TEORI
Nitrasi adalah proses memasukan satu atau lebih gugus nitro atau nitril ion ke dalam
senyawa organic atau bahan baku yang digunakan, biasanya adalah senyawa hidrokarbon.
Nitrasi merupakan salahsatu proses yang paling penting di industri sintesa senyawa organic.
Produk-produk nitrasi dipakai secara luas sebagai solvent (nitroparafin), pewarna tekstil (α
nitronaftalene), farmasi, bahan vernis atau coating (nitro selullosa) dan bahan peledak (TNT)
dan untuk meningkatkan bilangan cetane pada bahan bakar diesel (tetranitromethane). Selain
itu produk nitrasi digunakan juga sebagai senyawa intermediet untuk membuat produk lain.
Pada proses nitrasi, gugus nitro (NO2+) dapat terikat pada atom C sehingga membentuk
senyawa nitroaromatik atau nitroparafinik. Gugus nitro yang terikat pada atom O membentuk
senyawa nitrat ester sedangkan gugus nitro yang terikat pada atom N membentuk senyawa
nitroamina atau nitroamida. Reagen yang dapat digunakan sebagai nitrating agents reaksi
nitrasi adalah asam nitrat dalam bentuk fuming, concentrated atau larutan encer, campuran
asam (mixed acid) asam nitrat dan asam sulfat, asam nitrat dan asam fosfat, asam nitrat dan
asam asetat anhidrid, asam nitrat dan chloroform, nitrogen pentaoksida (N2O5) dan nitrogen
tetraoksida (N2O4) digunakan untuk nitrasi pada fasa gas.
Naftalen (C10H8) merupakan senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik berbentuk kristal
tak berwarna dengan titik leleh 80oC. Naftalen adalah molekul datar dengan dua cincin
benzene yang melebur (berfusi), kedua cincin menggunakan bersama dua atom karbon. Nitrsi
naftalen menjadi α-nitronaftalen dengan menggunakan nitrating agent campuran asam (mixed
acid) merupakan reaksi subtitusi elektrofilik dengan mekanisme reaksi :
1. H-O-NO2 + H-O-SO-OH H-O+-NO2 + H2SO4-
O H
2. H-O+-NO2 + H2SO4- NO2
+ + H2SO4 + H3O
H H NO2
3. + NO2+
H NO2 NO2
4. + HSO4- + H2SO4
H2SO4 NO2
+ HNO3 + H2O
Naftalen α-nitronaftalen
Tahan 1 dan tahap 2 merupakan tahap pembentukan nitril ion. Pada konsentrasi H2SO4
84- 94%, persentasi ionisasi HNO3 berada pada rentang 40 – 90%. Semakin tinggi
konsentrasi H2SO4 yang digunakan semakin besar pula persentasi proses ionisasi HNO3.
Komposisi mixed acid (concentrated acid) yang disarankan untuk reaksi nitrasi naftalen
adalah H2SO4 59,5%, HNO3 15,85%, H2O 24,6% dengan rasio massa HNO3 terhadap massa
bahan baku ( R ) = 1. Nilai R tergantung pada jenis bahan baku yang digunakan. Pada akhir
reaksi akan terbentuk molekul air, sehingga akan mengencerkan campuran asam dan
mengurangi laju pembentukan nitril ion. Reaksi nitrasi adalah reaksi eksoterm sehingga
pendinginan dan pengadukkan sangat diperlukan.
Produk yang dihasilkan memiliki persentase yield sebesar 95% dengan kandungan
nitronaftalene, beberapa naftalen yang tidak bereaksi dan sedikit asam sisa (Groggins, 1958).
Factor yang mempengaruhi proses nitrasi adalah :
1. Komposisi mixed acid
Yaitu campuran asam nitrat dan asam sulfat yang merupakan nitrating agent. Campuran ini
menentukan keefektipan reaksi nitrasi dalam menghasilkan yield produk yang maksimum.
Nilai komposisinya akan tergantung pada kondisi operasi dan peralatan nitrasi yang
digunakan.
2. Rasio Asam nitrat ( R )
Adalah perbandingan massa asam nitrat terhadap masa bahan baku nitrasi. Nilai ini
menentukan jumlah nitril ion yang harus tersedia agar semua bahan baku dapat terkonversi
secara optimal.
3. Konsentrasi asam sulfat
Semakin tinggi konsentrasi asam sulfat yang digunakan maka akan semakin besar proses
ionisasi asam nitrat, artinya pembentukan nitril ion akan maksimal.
4. DVS (dehydratingvalue of sulfuric acid)
Adalah perbandingan antara asam sulfat dengan air yang ada di akhir proses nitrasi. Nilai
DVS dari proses nitrasi naftalene adalah 2,04. (Groggins, 1958)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
Hot plate 1 buah
Gelas kimia 500 ml 2 buah
Gelas kimia 250 ml 1 buah
Erlenmeyer 100 ml 2 buah
Pengaduk gelas 1 buah
Stirer magnetik 1 buah
Statif dan penjepit 2 pasang
Termometer
Pipet ukur
Corong kaca
Bahan yang digunakan :
Naftalene 5 gram
H2SO4 pekat 13,5 ml
HNO3 pekat 3,5 ml
H2O (aquadest) 5,5 ml
Air panas 50 mL
Etanol 96 % , 25 mL
Kertas saring
D. PROSEDUR KERJA
Memasukkan es dan air masing-masing kedalam gelas kimia 500 mL
Memasang erlenmeyer 100 mL kedalam penangas es dan penangas air
Membuat campuran asam dingin dalam penangas es dengan urutan H2O, kemudian H2SO4 dan HNO3
Menimbang 5 gram naftalen dan memasukkannya kedalam pengangas air. Kemudian meneteskan campuran asam kedalam erlenmeyer yang
berisi naftalen tersebut
Setelah selesai campuran dipindahkan keatas hotplate. Suhu dijaga pada rentang 65-70 oC, diaduk dengan stirrer magnetik selama 1 jam
Menghentikan pengadukan, membiarkan larutan hingga α-Nitronaftalen dan sisa asam terpisah
Menyaring kristal yang terbentuk. Melarutkan kristal yang terbentuk dalam air panas 50 mL untuk menghilangkan sisa asam yang tersisa
Mendinginkan larutan dan menyaring kembali kristal yang terbentuk. Membiarkan kering kemudian menguji titik lelehnya
E. DATA PENGAMATAN
1. Persiapan
Bahan Berat/Volume Konsentrasi Berat Jenis Titik Leleh
Naftalen (C10H8) 5 gram - 1,14 g/cm3 80,26 oC
H2O 5,5 mL - 1 g/cm3 0 oC
H2SO4 13,5 mL 98 % 1,84 g/cm3 10 oC
HNO3 3,5 mL 65 % 1,503 g/cm3 -42 oC
α-Nitronaftalen 4,93 gram - 1,33 g/cm3 59 – 61 oC
2. Identifikasi Titik Leleh
Titik Leleh Produk yang terbentuk Titik Leleh pada literatur
56 ºC 59-61 ºC
3. Pengamatan
Kondisi Keterangan
Tetesan mixed acid + Naftalen
Pemanasan dan pengadukan. Pada proses ini terjadi
pengikatan Nitril ion terhadap benzene. Warna lama-
kelamaan menjadi kuning dan terdapat gelembung.
Suhu pemansan 70°C.
Setelah selesai pencampuran
Suhu akhir pemanasan = 65°C. Terpisah antara α
nitroaftalene dan sisa campuran asam (mixed acid).
Pendinginan
Pendinginan dengan bantuan es batu untuk mencapai
suhu 35°C.
Penyaringan
Pemurnian
pemurnian sisa asam dengan melarutkan produk
α-Nitronaftalen kotor dalam air mendidih
Pendinginan
Setelah dilakukan permurnian maka didinginkan
kembali dan dilakukan penyaringan untuk
mendapatkan padatan.
F. PENGOLAHAN DATA
Perhitungan Yield
Berat α-nitronaftalen = (5,69 - 0,76) gram
= 4,93 gram
Yield=massa α nitronaftalenmassa naftalen
× 100 %
= 4,93 gram
5gramx 100%
= 98,6 %
F. PEMBAHASAN
Pembahasan oleh Sandra Sopian (121411058)
Praktikum nitrasi yang kami lakukan bertujuan untuk menghasilkan produk α-
nitronaftalene, yaitu senyawa yang berfungsi sebagai pewarna tekstil. Reaksi nitrasi adalah
reaksi yang eksotermis dan cukup berbahaya, sehingga pada praktikum ini pertimbangan
mengapa membuat nitronaftalene adalah karena produk ini terbilang aman dan tidak
berbahaya untuk dibuat dalam skala laboratorium, adapun senyawa-senyawa produk nitrasi
selain nitro naftalene, yaitu ada nitromethane, trinitrotoluene (TNT), nitrobenzene, dan yang
lainnya, yang tidak memungkinkan untuk dibuat dalam skala lab, selain kondisi operasi dan
peralatan nitrasi yang terbatas, keamanannya juga yang menjadi bahan pertimbangan.
Komposisi bahan baku, mixed acid dan asam nitrat yang akan digunakan sudah
sebelumnya di hitung sebagai komposisi yang proporsional dengan mengacu kepada teori
nitrasi di textbooksnya Groggins (1958), termasuk penentuan komposisi mixed acid, rasio R
dan nilai DVS untuk nitrasi pembuatan nitronaftalene agar diperoleh yield yang seoptimum
mungkin. Dan ini terbukti, dari penimbangan produk yang terakhir (setelah rekristalisasi yang
kedua dengan menggunakan etanol 96% 25 mL) diperoleh berat kotornya sebesar 5.69 gram
(dikurangi berat kertas saring, 0.76 gram), maka diperoleh yieldnya sebesar 98.6%. sementara
kalau mengacu kepada teorinya Groggins, dengan komposisi bahan baku yang digunakan
tersebut, hanya diperoleh yield sebesar 95%. Perbedaan persentase yield ini dimungkinkan
karena rekristalisasi dan kondisi operasi. Rekristalisasi yang kami lakukan hanya dua kali,
yang pertama dengan menggunakan air panas dan yang kedua dengan menggunakan etanol,
sementara rekristalisasi yang dilakuan oleh groggins entah berapa kali dan dengan
menggunakan apa. Karena bisa jadi 95% yield yang dikatakan oleh groggins itu merupakan
yield yang bebas dari impurities dan benar-benar murni, sementara produk kami
kemungkinan masih terdapat impurities (semisal dari kertas saring atau dari udara).
Reaksi nitrasi ini karena merupakan reaksi yang eksotermis, maka reaksi dilakukan di
lemari asam dengan kami yang sebagai praktikan menggunakan perlengkapan lab yang cukup
untuk membuat kami aman dan untuk menghindari resiko kecelakaan lab. Urutan tahapannya
adalah membuat mixed acid, yaitu berupa campuran asam nitrat dan asam sulfat dengan
komposisi masing-masing yang sudah ditentukan di lemari asam didalam sebuah gelas kimia
yang sudah diberi es, fungsi dari es ini adalah untuk menghilangkan panas reaksi dari mixed
acid sehingga reaksi berjalan aman dan lancar. Setelah mixed acid selesai dibuat, langkah
selanjutnya adalah dengan memasukan naftalene seberat 5 gram kedalam Erlenmeyer yang
sedang dipanaskan dalam penangas air, suhu di jaga antara 35-500 C. suhu penangas selalu di
cek dan dipertahankan antara kisaran tersebut yang merupakan suhu optimumnya, hingga
semua mixed acid yang dikontakan dengan naftalene habis bereaksi semuanya, suhu dinaikan
perlahan hingga berada diantara kisaran 70-900 C dengan disertai pengadukan manual dan
stirrer. Fungsi pengadukan agar reaksi berjalan efektif dan agar semua bahan baku habis
bereaksi, walaupun tidak menutup kemungkinan di akhir reaksi aka nada bahan baku yang
tidak bereaksi, seperti naftalenenya atau asam sisanya.
Di akhir reaksi, karena selain α nitronaftalen yang terbentuk, juga ada naftalene sisa yang
tidak bereaksi dan asam sisa. Untuk menghilangkan naftalene dan asam sisa tersebut,
dilakukan rekristalisasi dengan menggunakan air panas kemudian setelahnya disaring.
Filtratnya dibuang dan residunya di simpan untuk dibiarkan kering selam 2 hari pada
temperature ruang (250 C). dua hari kemudian, produk tersebut di rekristalisasi kembali
dengan menggunakan etanol 96% sebanyak 25 mL lalu di aduk beberapa menit dan disaring
untuk kemudian diambil residunya dan dibiarkan selama 2 hari pada kondisi ruang.
Kemudian setelah itu dilakukan penimbangan dan diperoleh berat yield produk.
Dari reaksi nitrasi yang sudah dilakukan, setidaknya ada perubahan warna produk dari
rekristalisasi yang pertama dan kedua, yaitu adanya pemucatan (yang pertama tampak orange
dan yang kedua tampak kekuning-kuningan). Kemudian kondisi operasi dan bagaimana
pengadukan dilakukan selama reaksi pun ternyata memberikan hasil akhir (produk) yang
berbeda juga, ini bisa dilihat dengan membandingkan nitronaftalene yang kami hasilkan
dengan nitronaftalene yang oleh kelompok 7 buat. Yang kami, pengadukan dilakukan dengan
menggunakan stirer dan manual (dengan pengaduk biasa), sementara kelompok 7 hanya
dengan menggunakan pengadukan manual saja, itu pun tidak kontinyu selama reaksi, ada
kalanya beberapa detik mereka tidak mengaduk (mungkin karena pegal), sehingga dari
fenomena ini timbul sebuah kesimpulan bahwa reaksi nitrasi terkait sekali dengan kondisi
operasi.
Pembahasan oleh Widya Piqra (121411061)
Praktikum kali ini adalah mengenai reaksi nitrasi dengan pembuatan α-Nitronaftalen.
Nitrasi adalah proses memasukkan satu atau lebih gugus nitro/nitril ion (NO2+) ke dalam
senyawa organic atau bahan baku yang digunakan. Senyawa organic yang digunakan pada
praktikum ini adalah naftalen yang merupakan hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk
padatan berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena yang
bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk padatan dan uap
yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Proses nitrasi naftalen relative aman karena tidak
menunjukan sifat karsinogenik pada manusia. Sedangkan reagen yang digunakan sebagai
nitrating agents adalah campuran asam (mixed acid) asam nitrat dan asam sulfat.
Pembuatan campuran asam (mixed acid) asam nitrat dan asam sulfat dengan
komposisi 5,5 mL dan 8,8 mL, serta 10,7 mL H2O. Konsentrasi H2SO4 yang digunakan adalah
98% karena semakin tinggi konsentrasi H2SO4 maka semakin besar pula persentase proses
ionisasi HNO3, artinya pembentukan nitril ion maksimal . Selanjutnya proses reaksi nitrasi
dilakukan dengan mencampurkan nitrating agents berupa campuran asam dengan bahan baku
naftalen. Pengoperasian dilakukan dengan pengadukan karena reaksinya eksoterm. Selain
pengadukan, yang diperlukan dalam reaksi ini adalah pendinginan. Pada saat pencampuran
kondisi operasi berupa suhu dijaga pada 35°C. Pencampuran ini merupakan reaksi substitusi
elektrofilik, pada tahap ini terjadi perpindahan proton (muatan positif) dari suatu molekul
asam nitrat ke molekul lainnya (naftalen). Pada tahap kedua, nitril ion yang terbentuk akan
menyerang/ menggantikan suatu gugs senyawa organic, pada umumnya adalah H+.
Mekanisme reaksinya adalah
Pembentukan Elektrofilik
O
1. H-O-NO2 + H-O-SO-OH H-O+-NO2 + H2SO4-
O H
2. H-O+-NO2 O N+ O + H2O
H
3. H2SO4 + H2O H3O+ + HSO4-
Net : HNO3 + H2SO4 NO2+ + H3O+ + 2HSO4
-
Ion Nitronium menyerang gugus H senyawa organik
H NO2
1. +
Naftalen
Re-Aromatization
H NO2 NO2
4. + + HSO4- + H2SO4
Reaksi secara keseluruhan :
C10H8 + HNO3 C10H7NO2 + H2O
Setelah semua campuran asam habis, suhu dinaikkan menjadi 70°C dengan
pengadukan selama 50 menit. Pada proses ini akan terpisah antara α-Nitronaftalen dan sisa
asam. Warna yang terbentuk adalah oranye. Campuran reaksi ini didinginkan hingga suhunya
kembali 35°C hingga terbentuk Kristal. Selanjutnya dilakukan pemurnian sisa asam dengan
melarutkan produk α-Nitronaftalen kotor dalam air mendidih. Setelah itu, dilakukan
rekristalisasi dengan melarutkan produk α-Nitronaftalen dalam larutan ethanol 96% dengan
pengadukan. Proses ini dilakukan untuk memurnikan dari naftalen sisa. Hasil analisa titik
leleh yang terbentuk pada produk adalah 56°C sedangkan pada literature seharusnya 59°C-
60°C. hal ini dikarenakan pada proses pemurnian kurang maksimal sehingga nilai titik
lelehnya dibawah literature. Sedangkan berat produk yang dihasilkan sebesar 4,93 gram dan
yield produk yang dihasilkan sebesar 98,6%. Yield produk yang dihasilkan tinggi, hali ini
dikarenakan pengaruh pengadukan yg baik. Selain itu, faktor suhu yang tinggi, waktu reaksi
yang lama, purifikasi yg lama pula, serta perbandingan massa HNO3 terhadap massa bahan
baku nitrasi. Nilai ini menentukan jumlah nitril ion yang harus tersedia agar semua bahan
baku dapat terkonversi secara optimal.
Pembahasan oleh Yulia Endah Permata (121411062)
Pada praktikum ini dilakukan percobaan pembuatan α-Nitronaftalen dengan metoda
nitrasi, yaitu penggabungan satu atau lebih gugus nitro (-NO2) yang terikat pada senyawa
hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang digunakan adalah naftalen dan ion nitrat berasal dari
campuran asam antara asam sulfat, asam nitrat dan air.Senyawa ini bersifat volatil, mudah
menguap walau dalam bentuk padatan dan uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar.
Pembuatan campuran asam (mixed acid) asam nitrat dan asam sulfat dengan komposisi 5,5
mL dan 8,8 mL, serta 10,7 mL H2O. Konsentrasi H2SO4 yang digunakan adalah 98% karena
semakin tinggi konsentrasi H2SO4 maka semakin besar pula persentase proses ionisasi HNO3,
artinya pembentukan nitril ion maksimal.
Pada percobaan ini menggunakan penangas es dan penangas air. Penangas es digunakan
pada saat pencampuran asam antara asam sulfat, asam nitrat dan air. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi eksoterm, sehingga dibutuhkan penangas es agar temperature reaksi dapat
terkendali. Penangas air digunakan pada saat pencampuran naftalen dengan campuran
asamuntuk menjaga temperatur agar tidak terlalu panas (reaksi eksoterm) pada saat campuran
asam ditambahkan pada naftalen sedikit demi sedikit. Bila temperature penangas tinggi akan
terjadi ledakan karena sifat larutan yang reaktif. Kemudia dilakukan pemanasan dang
pengadukan. Pemanasan dilakukan bertujuan untuk menjaga temperatur pada temperatur
optimum reaksi, sementara pengadukan dilakukan untuk menghomogenkan campuran. 5
gram naftalen dan campuran asam (tetes demi tetes) dimasukkan ke dalam raktor dengan
pengadukan yang cukup tinggi karena bentuk naftalen berupa padatan sehingga sukit
menghomogenkannya dengan bahan lainnya. Pada saat pencampuran kondisi operasi berupa
suhu dijaga pada 35°C. Setelah semua campuran asam habis, suhu dinaikkan menjadi 70°C
dengan pengadukan selama 50 menit. Pada proses ini akan terpisah antara α-Nitronaftalen
dan sisa asam. Warna yang terbentuk adalah oranye. Setelah dilakukan pengadukan dan
pemanasan, dilakukan pendinginan dengan tujuan pembentukan kristal nitronaftalen.
Pemanasan dan pengadukan dilakukan selema 60 menit. Setelah itu dilakukan penyaringan
untuk memisahkan padatan dan cairan yang ada pada campuran. Residu dari hasil
penyaringan dilarutkan kembali dalam air panas untuk membilas sisa asam yang masih tersisa
dalam campuran. Kemudian dikeringkan dalam temperatur ruang supaya kadar air dalam
kristalnya berkurang selama dua hari. Kemudian dilakukan pemurnia terhadap kristal
menggunakan etanol agar diperoleh α-Nitronaftalen dengan kemurnian yang tinggi. Setelah
padatan larut, dilakukan penyaringan kembali dan residu yang didapat dikeringkan supaya
kadar air dalam residu berkurang sehingga diperoleh naftalen murni. Setelah kering kemudian
ditimbang dan diukur titik lelehnya.
Hasil analisa titik leleh yang terbentuk pada produk adalah 56°C sedangkan pada
literature seharusnya 59°C-60°C dikarenakan masih terkandung pengotor dan unsur yang
tidak diinginkan. Sedangkan berat produk yang dihasilkan tinggi sebesar 4,93 gram dan yield
produk yang dihasilkan sebesar 98,6% dikarenakan pengaruh pengadukan yg baik. Faktor
suhu yang tinggi, waktu reaksi yang lama serta perbandingan massa HNO3 terhadap massa
bahan baku nitrasi mempengaruhi hasil produk yang optimum.
G. KESIMPULAN
1. Nitrasi merupakan reaksi penambahan ion nitrat pada senyawa hidrokarbon.
2. Tahapan proses nitrasi adalah dengan mencampurkan senyawa hidrokarbon dengan
ion nitrat yang didapat dari campuran asam sulfat dan asam nitrat.
3. Yield yang didapat adalah sebesar 98,6 % dan titik lelehnya 56oC
H. DAFTAR PUSTAKA
“Modul Praktikum Satuan Proses 2”.Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Groggins.1958. Unit process in organic synthesis.
NN. 2011. “Naftalen” http://kimia-master.blogspot.com/2011/11/definisi-naftalena-adalah-
hidrokarbon.html. [28 November 2013]
Solomon dan Graham. Organic chemistry.