Jenis dan format berita

2
Sejarah Televisi: Asal Muasal Televisi Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.” Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.) Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu. Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi. Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz[1]. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital. Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung. Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial. Sejarah Perkembangan TV di Dunia dan Indonesia: Sejarah Awal TV Kemunculan siaran televisi pertama di dunia yang kemudian dipublikasikan secara luas adalah saat rapat pertama Dewan Keamanan PBB di New York, AS tahun 1946, dimana orang yang berada di luar ruang sidang bisa menyaksikan jalannya sidang. Di Asia, siaran televisi dimuali oleh Jepang pada tahun 1953. Dilanjutkan Filipina pada tahun yang sama, dan Thailand pada tahun 1955. Selanjutnya baru Indonesia dan Republik Cina tahun 1962, Singapura tahun 1963, yang kemudian disusul Malaysia. Sejarah Awal TV d Indonesia: Dunia pertelevisian di Tanah Air saat ini berkembang pesat. Selain ada stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai stasiun televisi tertua yang didirikan tahun 1962, masyarakat juga dapat menonton program siaran yang ditayangkan stasiun televisi swasta nasional seperti RCTI, SCTV, TPI, Anteve, Indosiar, Metro TV, Transtv, Globaltv, Trans7, MMC dan TV One Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat Televisi Republik Indonesia (TVRI) menayangkan langsung upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai tanggal 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pada awalnya keputusan untuk pengadaan televisi di Indonesia ditetapkan pada tahun 1961. Hal ini merupakan “langkah kecil manusia, namun langkah besar bangsa Indonesia” yang pada saat itu baru berusia 16 tahun. Dilandasi pemikiran yang jauh ke depan, saat itu Menteri Penerangan R. Maladi mengusulkan kepada pemerintah untuk mengadakan media televisi. Untuk tahap awal media televisi dapat dipakai untuk menyiarkan penyelenggaraan Asian Games IV, yang akan dibuka oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1962. Menteri Penerangan Maladi mengeluarkan Surat Keputusan No. 20/SK/M/1961 tanggal 25 Juli 1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2TV). Meskipun SK tersebut dikeluarkan tanggal 25 Juli 1961 tetapi berlaku surut 1 Juli 1961. Rapat pertama P2TV berlangsung di Cipayung tanggal 16 Juli 1961. P2TV menyusun rencana sarana dan prasarana serta beberapa lokasi tempat dibangun stasiun televisi. Berbagai lokasi stasiun yang ditinjau antara lain gedung Perfini, PFN, RRI, Kebayoran, dan Kompleks Senayan Mandiri. Pilihan lokasi akhirnya jatuh di tempat rencana pembangunan gedung Akademi Penerangan di Senayan (lokasi TVRI saat ini). Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI. Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV-7, Lativi dan Global) serta beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri. Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah yang terbagi dalam tiga kategori yaitu televisi publik, swasta, berlangganan dan komunitas. Hingga Juli 2002, jumlah orang yang memiliki pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini penonton televisi di Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi Menurut J.B. Wahyudi, Mantan Kepala Seksi Monitor Siaran, Direktorat Televisi, jurnalistik radio dan televisi adalah : (1). Mengalami proses pemancaran/transmisi, (2) Isi pesan audio dapat didengar sekilas sewaktu ada siaran, (3) Tidak dapat diulang, (4). dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi, (5) dapat menyajikan pendapat (audio) narasumber secara langsung/orisinal, (6) penulisan dibatasi oleh detik, menit, dan jam, (7) makna berkala dibatasi oleh detik, menit, da n jam, (8) distribusi melalui pemancaran/transmisi, (9) bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur), dan (10) kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas. Jenis Dan Format Berita: Media Televisi. Memilih Format Berita TV: Berita di media televisi dapat disampaikan dalam berbagai format. Untuk menentukan format mana yang akan dipilih, tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain: 1. Ketersediaan gambar. Jika gambar yang dimiliki sangat terbatas, reporter sulit menulis naskah berita yang panjang. Maka berita dibuat dalam format lebih singkat dan padat, atau dibuat dalam format tanpa gambar sama sekali 2. Momen terjadinya peristiwa atau perkembangan peristiwa yang akan diberitakan. Perkembangan terkini dari suatu peristiwa baru sampai ke produser, ketika siaran berita sedang berlangsung. Sedangkan perkembangan itu terlalu penting untuk diabaikan. Jika ditunda terlalu lama, perkembangan terbaru pun menjadi basi, atau stasiun TV lain (kompetitor) akan menayangkannya terlebih dahulu. Format-format Berita TV: 1. Reader, Ini adalah format berita TV yang paling sederhana, hanya berupa lead in yang dibaca presenter. Berita ini sama sekali tidak memiliki gambar ataupun grafik. Hal ini dapat terjadi karena naskah berita dibuat begitu dekat dengan saat deadline, dan tidak sempat dipadukan dengan gambar. Bisa juga, karena perkembangan peristiwa baru sampai ke tangan redaksi, ketika siaran berita sedang berlangsung. Maka perkembangan terbaru ini pun disisipkan di tengah program siaran. Beritanya dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan berita yang sedang ditayangkan. Reader biasanya sangat singkat. Durasi maksimalnya 30 detik 2. Voice Over (VO), Voice Over (VO) adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Ketika presenter membaca tubuh berita, gambar pun disisipkan sesuai dengan konteks isi narasi 3. Natsound (natural sound, suara lingkungan), Natsound (natural sound, suara lingkungan) yang terekam dalam gambar bisa dihilangkan. Tetapi, biasanya natsound tetap dipertahankan, untuk membangun suasana dari peristiwa yang diberitakan. Sebelum menulis naskah berita, tentu Reporter harus melihat dulu gambar yang sudah diperoleh, karena tetap saja narasi yang ditulis harus cocok dengan visual yang ditayangkan. VO durasinya sangat singkat (20-30 detik) 4. Voice Over – Grafik, VO-Grafik adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Namun, ketika presenter membaca tubuh berita, tidak ada gambar yang menyertainya kecuali hanya grafik atau tulisan. Hal ini mungkin terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diliput sedang berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman gambar peliputan yang bisa ditayangkan 5. Sound on Tape (SOT), Sound on Tape (SOT) adalah format berita TV yang hanya berisi lead in dan soundbite dari narasumber. Presenter hanya membacakan lead in berita, kemudian disusul oleh pernyataan narasumber (soundbite). Format berita ini dipilih jika pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan daripada disusun dalam bentuk narasi. Pernyataan yang dipilih untuk SOT sebaiknya yang amat penting atau dramatis, bukan yang datar-datar saja. Format SOT ini bisa bersifat sebagai pelengkap dari berita yang baru saja ditayangkan sebelumnya, atau bisa juga berdiri sendiri. Durasi SOT disesuaikan dengan kebutuhan, tapi biasanya maksimal satu menit 6. Voice Over - Sound on Tape (VO- SOT), VO-SOT adalah format berita TV yang memadukan voice over (VO) dan sound on tape (SOT). Leading dan isi tubuh berita dibacakan presenter. Lalu di akhir berita dimunculkan soundbite dari narasumber sebagai pelengkap dari berita yang telah dibacakan sebelumnya. Format VO-SOT dipilih jika gambar yang ada kurang menarik atau kurang dramatis, namun ada pernyataan narasumber yang perlu ditonjolkan untuk melengkapi narasi pada akhir berita. Total durasi diharapkan tak lebih dari 60 detik, di mana sekitar 40 detik untuk VO dan 20 detik untuk soundbite 7. Package (PKG), Package adalah format berita TV yang hanya lead in-nya yang dibacakan oleh presenter, tetapi isi berita merupakan paket terpisah, yang ditayangkan begitu presenter selesai membaca lead in. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, soundbite, dan bahkan grafis. Lazimnya tubuh berita ditutup dengan narasi 8. Live on Cam, Live on Cam adalah format berita TV yang disiarkan langsung dari lapangan atau lokasi peliputan. Sebelum reporter di lapangan menyampaikan laporan, presenter lebih dulu membacakan lead in dan kemudian ia memanggil reporter, di lapangan untuk menyampaikan hasil liputannya secara lengkap. Laporan ini juga bisa disisipi gambar yang relevan. Karena siaran langsung memerlukan biaya telekomunikasi yang mahal, tidak semua berita perlu disiarkan secara langsung. Format ini dipilih jika nilai beritanya amat penting, luar biasa, dan peristiwanya masih berlangsung. Jika peristiwanya sudah berlangsung, perlu ada bukti-bukti yang ditunjukkan langsung kepada pemirsa. Durasinya disesuaikan denganz kebutuhan 9. Live on Tape (LOT), Live on Tape adalah format berita TV yang direkam secara langsung di tempat kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter merekam dan menyusun laporannya di tempat peliputan, dan penyiarannya baru dilakukan kemudian 10. Live by Phone, Live by Phone adalah format berita TV yang disiarkan secara langsung dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead in berita dibacakan presenter, dan kemudian ia memanggil reporter yang ada di lapangan untuk menyampaikan laporannya. Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan dalam bentuk grafis. Jika tersedia, bisa juga disisipkan gambar peristiwa sebelumnya 11. Phone Record, Phone Record adalah format berita TV yang direkam secara langsung dari lokasi reporter meliput, tetapi penyiarannya dilakukan secara tunda (delay). Format ini sebetulnya hampir sama dengan Live by Phone, hanya teknis penyiarannya secara tunda. Format ini jarang digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara langsung 12. Visual News, Visual News adalah format berita TV yang hanya menayangkan (rolling) gambar- gambar yang menarik dan dramatis. Presenter cukup membacakan lead in, dan kemudian visual ditayangkan tanpa tambahan narasi apa pun, seperti apa adanya. Format ini bisa dipilih jika gambarnya menarik, memiliki natural sound yang dramatis (misalnya: suara jeritan orang ketika terjadi bencana alam atau kerusuhan, dan sebagainya). Contoh berita yang layak menggunakan format ini: menit-menit pertama terjadinya bencana Tsunami di Aceh 13. Vox Pop, Vox pop (dari bahasa Latin, vox populi) berarti “suara rakyat.” Vox pop bukanlah format berita, namun biasa digunakan untuk melengkapi format berita yang ada. Isinya biasanya adalah komentar atau opini dari masyarakat tentang suatu isyu tertentu. Misalnya, apakah mereka setuju jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Jumlah narasumber yang diwawancarai sekitar 4-5 orang, dan diusahakan mewakili berbagai kalangan (tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, dan sebagainya). Durasi vox pop sebaiknya singkat saja dan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan. Struktur Penulisan Berita TV: Ada perbedaan besar antara menulis naskah berita untuk didengar (dengan telinga) dan menulis untuk dibaca (dengan mata). Narasi berita televisi yang baik memiliki awal (pembuka), pertengahan, dan akhir (penutup). Masing-masing bagian ini memiliki maksud tertentu: 1. Awal (pembuka), Setiap naskah berita membutuhkan suatu pengait (hook) atau titik awal, yang memberikan fokus yang jelas kepada pemirsa. Awal dari tulisan memberitahu pemirsa tentang esensi atau pokok dari berita yang mau disampaikan. Hal ini memberi suatu fokus dan alasan pada pemirsa untuk tertarik dan mau menyimak berita yang akan disampaikan 2. Pertengahan, Karena semua rincian cerita tak bisa dijejalkan di kalimat-kalimat pertama, cerita dikembangkan di bagian pertengahan naskah. Bagian tengah ini memberi rincian dari Lead dan menjawab hal- hal yang ingin diketahui oleh pemirsa. Untuk memudahkan pemirsa dalam menangkap isi berita, sebaiknya kita membatasi diri pada dua atau tiga hal penting saja di bagian tengah ini 3. Akhir (penutup), Jangan akhiri naskah berita tanpa kesimpulan. Rangkumlah dengan mengulang butir terpenting dari berita itu, manfaatnya bagi pemirsa, atau perkembangan peristiwa yang diharapkan akan terjadi. Perbandingan Tv Dan Media Cetak: Dalam prinsip jurnalistik yang diterapkan, secara garis besar sebenarnya tidak ada perbedaan. Kriteria layak berita di suratkabar dan di media televisi, relatif juga sama. Hanya, di media televisi ada penekanan lebih besar pada aspek visual (gambar). Hal yang bisa dipahami, karena televisi adalah media audio-visual. Di media cetak, dapat bekerja dan menulis sendiri berita atau artikel dengan byline, mencantumkan nama sendiri di tulisan tersebut. Meskipun setiap tulisan yang dimuat itu sudah melalui proses penyuntingan oleh orang lain, baik dari segi bahasa ataupun content. Sedangkan di media televisi, tampil secara individual itu sulit dilakukan, karena semua paket berita ataupun tayangan benar-benar dikerjakan secara kolektif. Untuk liputan berita pun minimal sudah harus dikerjakan berpasangan, oleh seorang reporter dengan seorang camera person. Walaupun, bisa juga dilakukan seorang diri sebagai VJ (video journalist). Namun, menjadi VJ jelas merupakan tugas berat yang merepotkan. Peran VJ ini biasanya lebih banyak dilakukan untuk menyiasati kekurangan tenaga camera person. Jadi, reporter diharapkan juga bisa memegang kamera. Belum lagi menyebut, hasil liputan ini harus diedit oleh seorang editor, yang ditugasi khusus untuk itu. Peran seorang editor sangat penting, karena hasil liputan yang bagus pun bisa jadi berantakan, jika dikerjakan oleh editor yang buruk. Perbedaan yang lain, di media suratkabar, kemajuan (baca: peningkatan tiras atau sirkulasi, serta pemasukan iklan) suratkabar itu tidak mudah didistribusikan pada peran individu atau rubrik tertentu Peran Media Cetak dan Media Televisi : Dalam hubungannya untuk memperluas wawasan dan menyebarluaskan informasi media massa cetak dan elektronik kurang lebih memiliki peran yang hampir sama. Yang berbeda adalah logika penyajiannya serta beberapa kekurangan dan kelebihannya dalam menyampaikan pesan kepada audiens. Ada banyak pembeda yang telah dipelajari dan ditemukan para akademisi komunikasi antara media cetak dan media elektronik sebenarnya. Media Televisi berkembang sangat cepat. Karenanya seiring dengan perkembangan waktu Televisi tampil menjadi primadona dalam penyampaian informasi. Tak heran, karena televisi mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan media lain. Sebut saja, media visual yang ditawarkan, tak hanya berupa gambar, namun berbentuk video bergerak atau sinematografi. Masyarakat dibuat seolah olah melihat sendiri akan suatu peristiwa. Informasi seperti inilah yang menarik masyarakat saat ini. Apalagi Di era sekarang kerangka penyampaian informasi yang harus up todate, selalu mengusung ketepatan , kecepatan dan keakurasian sebuah informasi. Karena Televisi sebagai media audio visual diakui atau tidak merupakan media penyampai informasi yang diharapkan paling lengkap untuk menjawab segala bentuk keingin tahuan masyarakat akan suatu peristiwa. Tak jauh beda dengan radio, media Audio Visual menggunakan bahasa tutur, dalam penulisan narasinya. Pertanyaan atas jawaban bagaimana kita bisa menulis tanpa harus bersikap menggurui atau bahkan membodohi, adalah bagaimana cara seorang scriptwriter banyak menggali ide-ide dengan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena lingkungan sebenarnya adalah guru dan inspirasi yang tak pernah mati. Kelebihan dan Kekurangan Media Cetak: 1. Media Cetak. Kelebihan media cetak (koran atau majalah) adalah: a. Karena media ini cetak ini hasilnya adalah berupa tulisan atau teks maka media ini bisa disimpan dan bisa di baca berulang- ulang. Di saat pembaca ingin lebih memahami isi berita, maka pembaca bisa mengulang – ulang membacanya b. Selain itu juga bisa dikumpulkan dan dibuat kliping. Terutama mengenai sebuah berita yang fenomenal ataupun berita- berita yang dianggap menarik b. Biasanya informasi di dalamnya lebih jelas dan mampu menjelaskan hal- hal yang bersifat kompleks ataupun investigatif. Terkadang disertai gambar atau foto yang lebih memperjelas isi berita yang ditampilkan. Dan ada kalanya bila berita tersebut bersifat continue maka ada sedikit pengulangan mengenai berita sebelumnya, sehingga pembaca benar- benar mengerti dan faham tentang isi dan alur berita tersebut c. Jika dilihat dari harganya, media cetak bisa di dapat oleh khalayak dengan harga yang cukup murah. Karena dengan biaya yang cukup murah kita bisa mendapatkan informasi yang lebih banyak. Misalnya koran Jawa Pos, dengan harga Rp. 4.000 kita bisa mendapatkan informasi atau berita sebanyak 30an halaman berbeda dengan media lain yang terbatas. Ini yang lebih membedakan antara media cetak dengan media elektronik( baik radio maupun televisi) d. Bahkan kita bisa memilih berita mana yang ingin kita baca terlebih dahulu,misal tentang politik,ekonomi,olahraga atau yang lainnya. Jadi tidak ada keharusan untuk menyimak informasi satu per satu atau tidak harus berurutan. Untuk kekurangan dari media cetak adalah: a. Media cetak lebih lambat penyampaian beritanya daripada media- media yang lain. Karena memang harus melewati proses yang panjang sampai di tangan khalayak. Bahkan berita yang terjadi hari ini baru bisa diterima oleh khalayak pada hari esoknya b. Selain itu media cetak hanya terbatas pada tulisan atau teks saja meskipun beberapa di dukung oleh foto atau gambar, sehingga pembaca harus memahami sendiri berita tersebut karena memang visualisasi yang terbatas c. Untuk biaya produksi media cetak tergolong mahal, karena media cetak harus dicetak dan didistribusikan sebelum dapat dinikmati masyarakat. Biaya percetakan dan pendistribusian itulah yang tergolong mahal Kelebihan dan Kekurangan Media TV: 1. Media TV. Adapun kelebihan dari media audio visual (televisi) ini adalah: a. Tidak hanya disajikan dalam bentuk suara , tapi televisi juga didukung oleh video yang menarik perhatian penonton. Jadi di saat pembaca berita (newscaster) membacakan sebuah berita , penonton bisa lebih jelas karena di dukung dengan adanya video yang ditayangkan b. Televisi bisa menyajikan laporan langsung dari tempat kejadian dan penonton langsung bisa mengetahui situasi dan keadaan di tempat kejadian perkara (TKP), ini juga yang menjadikan media televisi lebih menarik dari media lainnya. Dan khalayak bisa lebih paham dan mengerti maksud berita yang dimaksud c. Bahasa yang digunakan pada media televisi juga bahasa tutur seperti halnya media audio atau radio. Untuk kekurangan dari media televisi adalah: a. Produksi media televisi masih tergolong mahal, baik dari peralatan dan skill dari SDM nya pun juga harus yang benar- benar mengetahui tentang televisi. Belum lagi untuk biaya operasional media ini cukup mahal b. Proses penyampaian berita ke masyarakat ada kalanya membutuhkan waktu lama karena harus melewati proses pengambilan gambar, editing dan baru bisa disiarkan ke khalayak. Kamera TV dapat dibagi dua, yaitu: 1. Kamera Film TV, Kamera ini mempunyai ukuran bahan filmnya sebesar 16mm. berdasarkan jenisnya dapat dibagi dua yaitu Reversal Film (berupa film positif) dan film negative. Hasil gambar yang terdapat pada kamera film tersebut disebut Latent Image, kemudian diproses di laboratorium film menghasilkan Visible Image. Visible Image yang terdapat di Reversal Film akan bisa langsung dilihat sedangkan pada film negative, Visible Image nya harus dipindahkan kedalam film positif yang disebut print film. Karena proses kerja yang mempergunakan Reversal Film lebih cepat maka jenis ini banyak atau sering dipakai untuk pengambilan gambar berita (pemberitaan) 2. Kamera Elektronik. Berdasarkan tempat pemakaiannya kamera elektronik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Kamera Elektronik Studio: Kamera ini biasanya dipakai di studio untuk kegiatan regular dan tidak dipindah pindahkan. Ukuran kamera yang dipakai biasanya lebih besar dari ukuran kamera elektronik news gathering maupun elektronik field production. Karena ukurannya yang besar itu perlu penambahan penyanggah yang berupa tripod dan dolly. Kamera ini sudah dipasang permanen didalam studio dengan memasangkan kabel penghubung ke ruang kendali atau pengontrol. Panjang kabel tergantung jarak dari studio ke ruang pengontrol atau pengendali. Biasanya 50 meter sampai 200 meter. Kamera studio mempunyai view angle yang besar karena tabung CCD nya (Charge Couple Device) besar pula. Kamera ini biasanya dipergunakan untuk memproduksi siaran yang durasinya panjang dan lama b. Kamera Elektronik News Gathering: Kamera ENG digunakan diluar studio, biasanya dipakai untuk peliputan berita. Dibandingkan dengan kamera studio ukurannya jauh lebih kecil dan sederhana. Sehingga mudah dibawa-bawa karena ringan serta bisa memakai tripod atau tanpa tripod dengan cara memanggulnya dengan bahu. Output dari kamera eng berupa signal CCVS (Colour Composite Video Signal), merupakan hasil dari internal synchronise pulse gen yang membangkitkan pulsa-pulsa sinkronisasi yang terdapat pada kamera ini. Prosesor ampliefier juga terdapat didalam kamera ini. Hubungan kamera dengan kamera mempergunakan multi wire cable sebagai pengirim gambar, suara, power supply dan control. Pada mulanya antara kamera dengan VTR terpisah, karena kemajuan teknologi dan kepraktisannya maka VTR digabungkan dengan kamera yang disebut dengan video tape recorder integrated camera ini muncul pada tahun 1980. Dengan mempergunakan kamera yang sudah terpadu dengan VTR nya akan dapat mengurangi noise (desisan) dan losses (drop signal) kehilangan signal. Kamera ENG (Electronic News Gathering) ini dapat digabungkan dengan kamera studio dengan cara melakukan gen lock (penyamaan signal) agar supaya video yang dihasilkandapat di mixer dengan yang lainnya c. Kamera Elektronik Field Production: Kamera EFP digunakan untuk memproduksi acara diluar studio yang menggunakan waktu yang panjang/lama. Kamera dihubungkan dengan kabel yang panjangnya lebih kurang 30 meter sampai 100 meter bahkan lebih. Pada OB van, kamera ini juga dapat mempergunakan tripod dan mempergunakan beberapa kamera lainnya. Frame Pengambilan Gambar: 1. EWS (Extreme Wide Shot), Gambar diambil dari jarak yang sangat jauh bahkan subjek dari karakter tokoh tidak kelihatan sama sekali, hanya suasana dalam sebuah lingkungan (environment) yang diambil secara luas. Biasa digunakan pada bagian awal pembuka film untuk membangun suasana 2. VWS (Very Wide Shot), Subjek mulai kelihatan tapi tetap dengan menempatkan pada lingkungan sekitarnya.Bisa dikatakan bahwa jarak subjek pada VWS lebih dekat ketimbang EWS yang subjeknya bahkan bisa saja tidak keliatan sama-sekali.Subjek pada VWS pada intinya adalah penempatan ruang dan lingkungan yang masih menyertainya 3. WS (Wide Shot), Pengambilan subyek memenuhi isi frame, lengkap dari kepala hingga kaki dengan komposisi gambar seartistik mungkin. Catatan: WS juga biasa dikenal dengan istilah LS (Long Shot) 4. MS (Mid Shot), Subjek ditempatkan setengah frame dengan spesifikasi detil tertentu untuk mendapatkan impresinya pada gambar. MS lebih menitikberatkan pada gesture tokoh tanpa menitikberatkan intensitasnya. Ditujukan untuk mendapatkan detil konsentrasi emosional dan ekspresi tertentu dalam pemberian kekuatan karakter tokoh yang diambil gambarnya 5. MCU (Medium Close Up): Subjek diambil gambarnya agak mendekat tapi bukan kelewat dekat (close up), menggambarkan kondisi wajahnya lebih jelas ketimbang MS namun masih dengan beberapa perangkat pun kesibukan lainnya. Teknik yang menekankan subjek yang menggambarkan fakta bahwa tokoh atau karakter tertentu dalam film dengan ekspresinya 6. CU (Close Up), Dipastikan semua orang sudah mengenal betul istilah ini.Benar, CU adalah penggambaran karakter tokoh dengan

Transcript of Jenis dan format berita

Sejarah Televisi: Asal Muasal Televisi Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.” Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.) Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu. Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi. Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz[1]. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital. Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung. Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial. Sejarah Perkembangan TV di Dunia dan Indonesia: Sejarah Awal TV Kemunculan siaran televisi pertama di dunia yang kemudian dipublikasikan secara luas adalah saat rapat pertama Dewan Keamanan PBB di New York, AS tahun 1946, dimana orang yang berada di luar ruang sidang bisa menyaksikan jalannya sidang. Di Asia, siaran televisi dimuali oleh Jepang pada tahun 1953. Dilanjutkan Filipina pada tahun yang sama, dan Thailand pada

tahun 1955. Selanjutnya baru Indonesia dan Republik Cina tahun 1962, Singapura tahun 1963, yang kemudian disusul Malaysia. Sejarah Awal TV d Indonesia: Dunia pertelevisian di Tanah Air saat ini berkembang pesat. Selain ada stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai stasiun televisi tertua yang didirikan tahun 1962, masyarakat juga dapat menonton program siaran yang ditayangkan stasiun televisi swasta nasional seperti RCTI, SCTV, TPI, Anteve, Indosiar, Metro TV, Transtv, Globaltv, Trans7, MMC dan TV One Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat Televisi Republik Indonesia (TVRI) menayangkan langsung upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai tanggal 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pada awalnya keputusan untuk pengadaan televisi di Indonesia ditetapkan pada tahun 1961. Hal ini merupakan “langkah kecil manusia, namun langkah besar bangsa Indonesia” yang pada saat itu baru berusia 16 tahun. Dilandasi pemikiran yang jauh ke depan, saat itu Menteri Penerangan R. Maladi mengusulkan kepada pemerintah untuk mengadakan media televisi. Untuk tahap awal media televisi dapat dipakai untuk menyiarkan penyelenggaraan Asian Games IV, yang akan dibuka oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1962. Menteri Penerangan Maladi mengeluarkan Surat Keputusan No. 20/SK/M/1961 tanggal 25 Juli 1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2TV). Meskipun SK tersebut dikeluarkan tanggal 25 Juli 1961 tetapi berlaku surut 1 Juli 1961. Rapat pertama P2TV berlangsung di Cipayung tanggal 16 Juli 1961. P2TV menyusun rencana sarana dan prasarana serta beberapa lokasi tempat dibangun stasiun televisi. Berbagai lokasi stasiun yang ditinjau antara lain gedung Perfini, PFN, RRI, Kebayoran, dan Kompleks Senayan Mandiri. Pilihan lokasi akhirnya jatuh di tempat rencana pembangunan gedung Akademi Penerangan di Senayan (lokasi TVRI saat ini). Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI. Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV-7, Lativi dan Global) serta beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri. Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah yang terbagi dalam tiga kategori yaitu televisi publik, swasta, berlangganan dan komunitas. Hingga Juli 2002, jumlah orang yang memiliki pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini penonton televisi di Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi Menurut J.B. Wahyudi, Mantan Kepala Seksi Monitor Siaran, Direktorat Televisi, jurnalistik radio dan televisi adalah : (1). Mengalami proses pemancaran/transmisi, (2) Isi pesan audio dapat didengar sekilas sewaktu ada siaran, (3) Tidak dapat diulang, (4). dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi, (5) dapat menyajikan pendapat (audio) narasumber secara langsung/orisinal, (6) penulisan dibatasi oleh detik, menit, dan jam, (7) makna berkala dibatasi oleh detik, menit, da n jam, (8) distribusi melalui pemancaran/transmisi, (9) bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur), dan (10) kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas. Jenis Dan Format Berita: Media Televisi. Memilih Format Berita TV: Berita di media televisi dapat disampaikan dalam berbagai format. Untuk menentukan format mana yang akan dipilih, tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain: 1. Ketersediaan gambar. Jika gambar yang dimiliki sangat terbatas, reporter sulit menulis naskah berita yang panjang. Maka berita dibuat dalam format lebih singkat dan padat, atau dibuat dalam format tanpa gambar sama sekali 2. Momen terjadinya peristiwa atau perkembangan peristiwa yang akan diberitakan. Perkembangan terkini dari suatu peristiwa baru sampai ke produser, ketika siaran berita sedang berlangsung. Sedangkan perkembangan itu terlalu penting untuk diabaikan. Jika ditunda terlalu lama, perkembangan terbaru pun menjadi basi, atau stasiun TV lain (kompetitor) akan menayangkannya terlebih dahulu. Format-format Berita TV: 1. Reader, Ini adalah format berita TV yang paling sederhana, hanya berupa lead in yang dibaca presenter. Berita ini sama sekali tidak memiliki gambar ataupun grafik. Hal ini dapat terjadi karena naskah berita dibuat begitu dekat dengan saat deadline, dan tidak sempat dipadukan dengan gambar. Bisa juga, karena perkembangan peristiwa baru sampai ke tangan redaksi, ketika siaran berita sedang berlangsung. Maka perkembangan terbaru ini pun disisipkan di tengah program siaran. Beritanya dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan berita yang sedang ditayangkan. Reader biasanya sangat singkat. Durasi maksimalnya 30 detik 2. Voice Over (VO), Voice Over (VO) adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Ketika presenter membaca tubuh berita, gambar pun disisipkan sesuai dengan konteks isi narasi 3. Natsound (natural sound, suara lingkungan), Natsound (natural sound, suara lingkungan) yang terekam dalam gambar bisa dihilangkan. Tetapi, biasanya natsound tetap dipertahankan, untuk membangun suasana dari peristiwa yang diberitakan. Sebelum menulis naskah berita, tentu Reporter harus melihat dulu gambar yang sudah diperoleh, karena tetap saja narasi yang ditulis harus cocok dengan visual yang ditayangkan. VO durasinya sangat singkat (20-30 detik) 4. Voice Over – Grafik, VO-Grafik adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Namun, ketika presenter membaca tubuh berita, tidak ada gambar yang menyertainya kecuali hanya grafik atau tulisan. Hal ini mungkin terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diliput sedang berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman gambar peliputan yang bisa ditayangkan 5. Sound on Tape (SOT), Sound on Tape (SOT) adalah format berita TV yang hanya berisi lead in dan soundbite dari narasumber. Presenter hanya membacakan lead in berita, kemudian disusul oleh pernyataan narasumber (soundbite). Format berita ini dipilih jika pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan daripada disusun dalam bentuk narasi. Pernyataan yang dipilih untuk SOT sebaiknya yang amat penting atau dramatis, bukan yang datar-datar saja. Format SOT ini bisa bersifat sebagai pelengkap dari berita yang baru saja ditayangkan sebelumnya, atau bisa juga berdiri sendiri. Durasi SOT disesuaikan dengan kebutuhan, tapi biasanya maksimal satu menit 6. Voice Over - Sound on Tape (VO-SOT), VO-SOT adalah format berita TV yang memadukan voice over (VO) dan sound on tape (SOT). Leading dan isi tubuh berita dibacakan presenter. Lalu di akhir berita dimunculkan soundbite dari narasumber sebagai pelengkap dari berita yang telah dibacakan sebelumnya. Format VO-SOT dipilih jika gambar yang ada kurang menarik atau kurang dramatis, namun ada pernyataan narasumber yang perlu ditonjolkan untuk melengkapi narasi pada akhir berita. Total durasi diharapkan tak lebih dari 60 detik, di mana sekitar 40 detik untuk VO dan 20 detik untuk soundbite 7. Package (PKG), Package adalah format berita TV yang hanya lead in-nya yang dibacakan oleh presenter, tetapi isi berita merupakan paket terpisah, yang ditayangkan begitu presenter selesai membaca lead in. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, soundbite, dan bahkan grafis. Lazimnya tubuh berita ditutup dengan narasi 8. Live on Cam, Live on Cam adalah format berita TV yang disiarkan langsung dari lapangan atau lokasi peliputan. Sebelum reporter di lapangan menyampaikan laporan, presenter lebih dulu membacakan lead in dan kemudian ia memanggil reporter, di lapangan untuk menyampaikan hasil liputannya secara lengkap. Laporan ini juga bisa disisipi gambar yang relevan. Karena siaran langsung memerlukan biaya telekomunikasi yang mahal, tidak semua berita perlu disiarkan secara langsung. Format ini dipilih jika nilai beritanya amat penting, luar biasa, dan peristiwanya masih berlangsung. Jika peristiwanya sudah berlangsung, perlu ada bukti-bukti yang ditunjukkan langsung kepada pemirsa. Durasinya disesuaikan denganz kebutuhan 9. Live on Tape (LOT), Live on Tape adalah format berita TV yang direkam secara langsung di tempat kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter merekam dan menyusun laporannya di tempat peliputan, dan penyiarannya baru dilakukan kemudian 10. Live by Phone, Live by Phone adalah format berita TV yang disiarkan secara langsung dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead in berita dibacakan presenter, dan kemudian ia memanggil reporter yang ada di lapangan untuk menyampaikan laporannya. Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan dalam bentuk grafis. Jika tersedia, bisa juga disisipkan gambar peristiwa sebelumnya 11. Phone Record, Phone Record adalah format berita TV yang direkam secara langsung dari lokasi reporter meliput, tetapi penyiarannya dilakukan secara tunda (delay). Format ini sebetulnya hampir sama dengan Live by Phone, hanya teknis penyiarannya secara

tunda. Format ini jarang digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara langsung 12. Visual News, Visual News adalah format berita TV yang hanya menayangkan (rolling) gambar-gambar yang menarik dan dramatis. Presenter cukup membacakan lead in, dan kemudian visual ditayangkan tanpa tambahan narasi apa pun, seperti apa adanya. Format ini bisa dipilih jika gambarnya menarik, memiliki natural sound yang dramatis (misalnya: suara jeritan orang ketika terjadi bencana alam atau kerusuhan, dan sebagainya). Contoh berita yang layak menggunakan format ini: menit-menit pertama terjadinya bencana Tsunami di Aceh 13. Vox Pop, Vox pop (dari bahasa Latin, vox populi) berarti “suara rakyat.” Vox pop bukanlah format berita, namun biasa digunakan untuk melengkapi format berita yang ada. Isinya biasanya adalah komentar atau opini dari masyarakat tentang suatu isyu tertentu. Misalnya, apakah mereka setuju jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Jumlah narasumber yang diwawancarai sekitar 4-5 orang, dan diusahakan mewakili berbagai kalangan (tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, dan sebagainya). Durasi vox pop sebaiknya singkat saja dan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan. Struktur Penulisan Berita TV: Ada perbedaan besar antara menulis naskah berita untuk didengar (dengan telinga) dan menulis untuk dibaca (dengan mata). Narasi berita televisi yang baik memiliki awal (pembuka), pertengahan, dan akhir (penutup). Masing-masing bagian ini memiliki maksud tertentu: 1. Awal (pembuka), Setiap naskah berita membutuhkan suatu pengait (hook) atau titik awal, yang memberikan fokus yang jelas kepada pemirsa. Awal dari tulisan memberitahu pemirsa tentang esensi atau pokok dari berita yang mau disampaikan. Hal ini memberi suatu fokus dan alasan pada pemirsa untuk tertarik dan mau menyimak berita yang akan disampaikan 2. Pertengahan, Karena semua rincian cerita tak bisa dijejalkan di kalimat-kalimat pertama, cerita dikembangkan di bagian pertengahan naskah. Bagian tengah ini memberi rincian dari Lead dan menjawab hal-hal yang ingin diketahui oleh pemirsa. Untuk memudahkan pemirsa dalam menangkap isi berita, sebaiknya kita membatasi diri pada dua atau tiga hal penting saja di bagian tengah ini 3. Akhir (penutup), Jangan akhiri naskah berita tanpa kesimpulan. Rangkumlah dengan mengulang butir terpenting dari berita itu, manfaatnya bagi pemirsa, atau perkembangan peristiwa yang diharapkan akan terjadi. Perbandingan Tv Dan Media Cetak: Dalam prinsip jurnalistik yang diterapkan, secara garis besar sebenarnya tidak ada perbedaan. Kriteria layak berita di suratkabar dan di media televisi, relatif juga sama. Hanya, di media televisi ada penekanan lebih besar pada aspek visual (gambar). Hal yang bisa dipahami, karena televisi adalah media audio-visual. Di media cetak, dapat bekerja dan menulis sendiri berita atau artikel dengan byline, mencantumkan nama sendiri di tulisan tersebut. Meskipun setiap tulisan yang dimuat itu sudah melalui proses penyuntingan oleh orang lain, baik dari segi bahasa ataupun content. Sedangkan di media televisi, tampil secara individual itu sulit dilakukan, karena semua paket berita ataupun tayangan benar-benar dikerjakan secara kolektif. Untuk liputan berita pun minimal sudah harus dikerjakan berpasangan, oleh seorang reporter dengan seorang camera person. Walaupun, bisa juga dilakukan seorang diri sebagai VJ (video journalist). Namun, menjadi VJ jelas merupakan tugas berat yang merepotkan. Peran VJ ini biasanya lebih banyak dilakukan untuk menyiasati kekurangan tenaga camera person. Jadi, reporter diharapkan juga bisa memegang kamera. Belum lagi menyebut, hasil liputan ini harus diedit oleh seorang editor, yang ditugasi khusus untuk itu. Peran seorang editor sangat penting, karena hasil liputan yang bagus pun bisa jadi berantakan, jika dikerjakan oleh editor yang buruk.

Perbedaan yang lain, di media suratkabar, kemajuan (baca: peningkatan tiras atau sirkulasi, serta pemasukan iklan) suratkabar itu tidak mudah didistribusikan pada peran individu atau rubrik tertentu

Peran Media Cetak dan Media Televisi : Dalam hubungannya untuk memperluas wawasan dan menyebarluaskan informasi media massa cetak dan elektronik kurang lebih memiliki peran yang hampir sama. Yang berbeda adalah logika penyajiannya serta beberapa kekurangan dan kelebihannya dalam menyampaikan pesan kepada audiens. Ada banyak pembeda yang telah dipelajari dan ditemukan para akademisi komunikasi antara media cetak dan media elektronik sebenarnya. Media Televisi berkembang sangat cepat. Karenanya seiring dengan perkembangan waktu Televisi tampil menjadi primadona dalam penyampaian informasi. Tak heran, karena televisi mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan media lain. Sebut saja, media visual yang ditawarkan, tak hanya berupa gambar, namun berbentuk video bergerak atau sinematografi. Masyarakat dibuat seolah olah melihat sendiri akan suatu peristiwa. Informasi seperti inilah yang menarik masyarakat saat ini. Apalagi Di era sekarang kerangka penyampaian informasi yang harus up todate, selalu mengusung ketepatan , kecepatan dan keakurasian sebuah informasi. Karena Televisi sebagai media audio visual diakui atau tidak merupakan media penyampai informasi yang diharapkan paling lengkap untuk menjawab segala bentuk keingin tahuan masyarakat akan suatu peristiwa. Tak jauh beda dengan radio, media Audio Visual menggunakan bahasa tutur, dalam penulisan narasinya. Pertanyaan atas jawaban bagaimana kita bisa menulis tanpa harus bersikap menggurui atau bahkan membodohi, adalah bagaimana cara seorang scriptwriter banyak menggali ide-ide dengan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena lingkungan sebenarnya adalah guru dan inspirasi yang tak pernah mati. Kelebihan dan Kekurangan Media Cetak: 1. Media Cetak. Kelebihan media cetak (koran atau majalah) adalah: a. Karena media ini cetak ini hasilnya adalah berupa tulisan atau teks maka media ini bisa disimpan dan bisa di baca berulang- ulang. Di saat pembaca ingin lebih memahami isi berita, maka pembaca bisa mengulang – ulang membacanya b. Selain itu juga bisa dikumpulkan dan dibuat kliping. Terutama mengenai sebuah berita yang fenomenal ataupun berita- berita yang dianggap menarik b. Biasanya informasi di dalamnya lebih jelas dan mampu menjelaskan hal- hal yang bersifat kompleks ataupun investigatif. Terkadang disertai gambar atau foto yang lebih memperjelas isi berita yang ditampilkan. Dan ada kalanya bila berita tersebut bersifat continue maka ada sedikit pengulangan mengenai berita sebelumnya, sehingga pembaca benar- benar mengerti dan faham tentang isi dan alur berita tersebut c. Jika dilihat dari harganya, media cetak bisa di dapat oleh khalayak dengan harga yang cukup murah. Karena dengan biaya yang cukup murah kita bisa mendapatkan informasi yang lebih banyak. Misalnya koran Jawa Pos, dengan harga Rp. 4.000 kita bisa mendapatkan informasi atau berita sebanyak 30an halaman berbeda dengan media lain yang terbatas. Ini yang lebih membedakan antara media cetak dengan media elektronik( baik radio maupun televisi) d. Bahkan kita bisa memilih berita mana yang ingin kita baca terlebih dahulu,misal tentang politik,ekonomi,olahraga atau yang lainnya. Jadi tidak ada keharusan untuk menyimak informasi satu per satu atau tidak harus berurutan. Untuk kekurangan dari media cetak adalah: a. Media cetak lebih lambat penyampaian beritanya daripada media- media yang lain. Karena memang harus melewati proses yang panjang sampai di tangan khalayak. Bahkan berita yang terjadi hari ini baru bisa diterima oleh khalayak pada hari esoknya b. Selain itu media cetak hanya terbatas pada tulisan atau teks saja meskipun beberapa di dukung oleh foto atau gambar, sehingga pembaca harus memahami sendiri berita tersebut karena memang visualisasi yang terbatas c. Untuk biaya produksi media cetak tergolong mahal, karena media cetak harus dicetak dan didistribusikan sebelum dapat dinikmati masyarakat. Biaya percetakan dan pendistribusian itulah yang tergolong mahal Kelebihan dan Kekurangan Media TV: 1. Media TV. Adapun kelebihan dari media audio visual (televisi) ini adalah: a. Tidak hanya disajikan dalam bentuk suara , tapi televisi juga didukung oleh video yang menarik perhatian penonton. Jadi di saat pembaca berita (newscaster) membacakan sebuah berita , penonton bisa lebih jelas karena di dukung dengan adanya video yang ditayangkan b. Televisi bisa menyajikan laporan langsung dari tempat kejadian dan penonton langsung bisa mengetahui situasi dan keadaan di tempat kejadian perkara (TKP), ini juga yang menjadikan media televisi lebih menarik dari media lainnya. Dan khalayak bisa lebih paham dan mengerti maksud berita yang dimaksud c. Bahasa yang digunakan pada media televisi juga bahasa tutur seperti halnya media audio atau radio. Untuk kekurangan dari media televisi adalah: a. Produksi media televisi masih tergolong mahal, baik dari peralatan dan skill dari SDM nya pun juga harus yang benar- benar mengetahui tentang televisi. Belum lagi untuk biaya operasional media ini cukup mahal b. Proses penyampaian berita ke masyarakat ada kalanya membutuhkan waktu lama karena harus melewati proses pengambilan gambar, editing dan baru bisa disiarkan ke khalayak. Kamera TV dapat dibagi dua, yaitu: 1. Kamera Film TV, Kamera ini mempunyai ukuran bahan filmnya sebesar 16mm. berdasarkan jenisnya dapat dibagi dua yaitu Reversal Film (berupa film positif) dan film negative. Hasil gambar yang terdapat pada kamera film tersebut disebut Latent Image, kemudian diproses di laboratorium film menghasilkan Visible Image. Visible Image yang terdapat di Reversal Film akan bisa langsung dilihat sedangkan pada film negative, Visible Image nya harus dipindahkan kedalam film positif yang disebut print film. Karena proses kerja yang mempergunakan Reversal Film lebih cepat maka jenis ini banyak atau sering dipakai untuk pengambilan gambar berita (pemberitaan) 2. Kamera Elektronik. Berdasarkan tempat pemakaiannya kamera elektronik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Kamera Elektronik Studio: Kamera ini biasanya dipakai di studio untuk kegiatan regular dan tidak dipindah pindahkan. Ukuran kamera yang dipakai biasanya lebih besar dari ukuran kamera elektronik news gathering maupun elektronik field production. Karena ukurannya yang besar itu perlu penambahan penyanggah yang berupa tripod dan dolly. Kamera ini sudah dipasang permanen didalam studio dengan memasangkan kabel penghubung ke ruang kendali atau pengontrol. Panjang kabel tergantung jarak dari studio ke ruang pengontrol atau pengendali. Biasanya 50 meter sampai 200 meter. Kamera studio mempunyai view angle yang besar karena tabung CCD nya (Charge Couple Device) besar pula. Kamera ini biasanya dipergunakan untuk memproduksi siaran yang durasinya panjang dan lama b. Kamera Elektronik News Gathering: Kamera ENG digunakan diluar studio, biasanya dipakai untuk peliputan berita. Dibandingkan dengan kamera studio ukurannya jauh lebih kecil dan sederhana. Sehingga mudah dibawa-bawa karena ringan serta bisa memakai tripod atau tanpa tripod dengan cara memanggulnya dengan bahu. Output dari kamera eng berupa signal CCVS (Colour Composite Video Signal), merupakan hasil dari internal synchronise pulse gen yang membangkitkan pulsa-pulsa sinkronisasi yang terdapat pada kamera ini. Prosesor ampliefier juga terdapat didalam kamera ini. Hubungan kamera dengan kamera mempergunakan multi wire cable sebagai pengirim gambar, suara, power supply dan control. Pada mulanya antara kamera dengan VTR terpisah, karena kemajuan teknologi dan kepraktisannya maka VTR digabungkan dengan kamera yang disebut dengan video tape recorder integrated camera ini muncul pada tahun 1980. Dengan mempergunakan kamera yang sudah terpadu dengan VTR nya akan dapat mengurangi noise (desisan) dan losses (drop signal) kehilangan signal. Kamera ENG (Electronic News Gathering) ini dapat digabungkan dengan kamera studio dengan cara melakukan gen lock (penyamaan signal) agar supaya video yang dihasilkandapat di mixer dengan yang lainnya c. Kamera Elektronik Field Production: Kamera EFP digunakan untuk memproduksi acara diluar studio yang menggunakan waktu yang panjang/lama. Kamera dihubungkan dengan kabel yang panjangnya lebih kurang 30 meter sampai 100 meter bahkan lebih. Pada OB van, kamera ini juga dapat mempergunakan tripod dan mempergunakan beberapa kamera lainnya. Frame Pengambilan Gambar: 1. EWS (Extreme Wide Shot), Gambar diambil dari jarak yang sangat jauh bahkan subjek dari karakter tokoh tidak kelihatan sama sekali, hanya suasana dalam sebuah lingkungan (environment) yang diambil secara luas. Biasa digunakan pada bagian awal pembuka film untuk membangun suasana 2. VWS (Very Wide Shot), Subjek mulai kelihatan tapi tetap dengan menempatkan pada lingkungan sekitarnya.Bisa dikatakan bahwa jarak subjek pada VWS lebih dekat ketimbang EWS yang subjeknya bahkan bisa saja tidak keliatan sama-sekali.Subjek pada VWS pada intinya adalah penempatan ruang dan lingkungan yang masih menyertainya 3. WS (Wide Shot), Pengambilan subyek memenuhi isi frame, lengkap dari kepala hingga kaki dengan komposisi gambar seartistik mungkin. Catatan: WS juga biasa dikenal dengan istilah LS (Long Shot) 4. MS (Mid Shot), Subjek ditempatkan setengah frame dengan spesifikasi detil tertentu untuk mendapatkan impresinya pada gambar. MS lebih menitikberatkan pada gesture tokoh tanpa menitikberatkan intensitasnya. Ditujukan untuk mendapatkan detil konsentrasi emosional dan ekspresi tertentu dalam pemberian kekuatan karakter tokoh yang diambil gambarnya 5. MCU (Medium Close Up): Subjek diambil gambarnya agak mendekat tapi bukan kelewat dekat (close up), menggambarkan kondisi wajahnya lebih jelas ketimbang MS namun masih dengan beberapa perangkat pun kesibukan lainnya. Teknik yang menekankan subjek yang menggambarkan fakta bahwa tokoh atau karakter tertentu dalam film dengan ekspresinya 6. CU (Close Up), Dipastikan semua orang sudah mengenal betul istilah ini.Benar, CU adalah penggambaran karakter tokoh dengan

menempatkan wajahnya 1 frame penuh dengan segala ekspresinya 7. ECU (Extreme Close Up), ECU lebih ditekankan pada pengambilan detil ekspresi dan karakter tokoh yang diperankan. Menunjukkan dengan sangat detil ekspresi yang diambil dari bagian-bagian tertentu tubuh seperti mata, hidung atau bibir. Catatan: ECU terkadang disebut juga dengan istilah XCU 8. Cut-In, Teknik pengambilan gambar pada subjek untuk detil tertentu dan tanpa muka. Dalam contoh gambar ini bagaimana seorang subjek tengah memegang kamera dan detil memegang kamera itulah yang ditekankan 9. Cutaway, Teknik pengambilan gambar di mana subjek berada pada lingkungannya dengan subjek-subjek lainnya.Di tengah kerumunan, pun di antara banyak orang.Dalam pekerjaan editing, CA lebih digunakan sebagai penyerantara (in-between) dengan gambar berikutnya untuk memberikan impresi tertentu pada penekanan informasi karakter yang diperankan 10. Two Shot, Pengambilan gambar dengan 2 subjek.Memang agak mirip dengan MS, hanya saja ini 2 subjek.Dasar teorinya, "One-Shot" bisa berarti "Mid-Shot", pun "Three-Shot" juga berarti mengambil gambar dengan 3 subjek. Penekanannya pada hubungan yang dibangun pada karakter tokoh tertentu dengan tokoh lainnya 11. OSS (Over-the-Shoulder Shot), Adanya subjek gambar yang membelakangi subjek lain, biasanya diambil dengan ukuran sepertiga subjek dari frame. Teknik ini adalah pengambilan gambar dengan memasukkan bagian belakang subjek lain untuk membelakangi subjek karakter tokoh dalam frame 12. Noddy Shot, Biasanya mengacu pada posisi subjek yang sedang menyimak, mendengarkan, atau memperhatikan subjek lain. Teknik pengambilan gambar yang paling sering dipakai program berita televisi ketika mewawancarai narasumber 13. POV (Point-of-View), Teknik pengambilan gambar dengan menekankan sudut perspektif dari subjek, atau elemen tertentu lainnya.Paling sering dipakai pada subjek yang tengah memberikan impresi tertentu pada karakternya yang diwakilkan dengan tangan. Camera & Alat: “Istri” Kami: Camera dan peralatan liputan itu adalah “istri” camera-person (campers). Harus disayang dan harus dirawat dengan baik. Adalah amatiran yang membiarkan alatnya kotor tidak terawat, dibiarkan saja terbentur kesana sini, tercecer atau diperlakukan dengan kasar. Tidak perduli itu alat milik siapa, selama kita bekerja dengan alat itu, maka itu bagian dari kami. Alat yang baik akan memperlancar tugas, alat yang busuk membuat pekerjaan gagal total. Disini, camper yang tidak bisa memelihara alatnya akan dipandang dengan mencibir sebagai bagian dari sikap tidak paham atas profesi ini. Seseorang yang brilliant pintar setinggi langit tidak akan bisa apa apa jika alatnya rusak (inilah TV, yang berbeda dengan media cetak). Tanpa alat yg oke, kita tidak bisa apa apa. Acuan standar memegang alat yang benar sbb: Baca Aturan nya, lihat dan baca apa yg tertera dalam kemasan itu. Semua instrument apapun punya acuan tertulis singkat cara pakainya seperti apa. Jangan sok tau tanpa membaca langsung dijalankan begini begitu karena akibatnya bisa fatal. Tulisan kecil yg ada dialat, gunanya dibaca dan memberi acuan TO DO yg benar. Jika ada langkah yg salah, pasti Akan Terasa Ganjil, bisa itu keras, bisa itu kasar, bisa itu seperti dipaksa. Jika sampai ada indikasi paksaan, maka sudah pasti SALAH !. Ingat ini baik2: Pasti Salah! Dan Jangan Diteruskan. Jika langkah nya benar, pasti semuanya terasa mulus dan enak, tidak ada paksaan. Alat ini dikategorikan sebagai Delicate Equipment, alat yg ringkih dan mudah rusak, juga mahal, karena itu perlakukan dengan hati hati. Jika ternyata ada kesalahan, segera kembali kelangkah semula, hentikan semuanya. Jangan main coba coba merubah ini itu seenaknya. Jangan utak utik semua parameter dan setting apapun disana tanpa dasar pengetahuan engineering yg baik. Jika ada yang dirubah, maka kembalikan ketempat semula. Apabila tidak paham, dan ragu, maka hubungi teman kalian yg paham bagaimana caranya, jangan diam saja lantas meneruskan

coba-coba ini itu. Kesalahan akibat keteledoran akan membuat kerusakan fatal atau alat akan macet semua. Semua Alat Harus Dimasukan Dalam Tas Ransel, terkumpul jadi satu dalam satu tas bukan tercecer disana sini, bukan dititipkan reporter, teman, atau sopir, dan tidak diletakan dijok mobil, atau tempat lainnya. Hanya camera, tripod dan light kit yang boleh diluar tas ransel. Alat Tidak Boleh Ditinggalkan Didalam Mobil ! Peralatan Standar Liputan Yang Biasanya Dibawa Al: 1) Camera 2) Tripod 3) Battere camera 4) Microphone dan kabelnya 5) Lampu camera dan kabelnya Peralatan tambahan yang sebaiknya ada: 1) Jaket kedap air (jaga jaga jika hujan) 2) Utility Tools, tang lipat kecil 3) Selotip 4) Charger battere dan kabel (untuk liputan panjang/ keluar kota) TIPS: supaya alat tidak hilang terlupa, jangan keluarkan semua alat dari tas ransel ketika tiba dilokasi. Keluarkan seperlunya saja. Pengenalan tripod: TRIPODS atau kaki tiga. Tripod dibuat untuk berdirinya kamera, gunanya untuk menahan camera dalam posisi diam dengan kokoh (steady). Tangan manusia secara alamiah selalu bergetar. Tidak perduli badannya sekekar apapun, sebesar gajah pun, pasti tangan bergetar. Karena itu, fungsi tripod adalah bukan cuma tempat meletakan kamera, tapi juga membuatnya mendapatkan gambar dengan tenang, atau diam (still and steady). Campers di news Mutlak Harus Pakai Tripod (baca ini dengan huruf capital) dalam kondisi memungkinkan dilapangan. Ini menjadi semacam “doktrin” yang diharuskan dengan disiplin. Jika membawa tripod, dan keadaan lapangan memungkinkan tapi tripod tidak dipakai, itu sama saja dengan pemalas. Cara praktis membuka tripod ketika tiba dilokasi liputan. Setelah tripod terbuka, letakan camera diatasnya dan kunci (lock) dengan baik. Cek lebih dahulu secara seksama, pastikan locking nya sdh baik dan mengunci kuat. Pakai tripod adalah wajib ! Membuat Liputan Dilapangan : Camera Liputan: Semua sudah tau apa kamera itu. Tapi tidak semua tau apa fungsi panel yang ada disana. Dan perkara gaptek dengan kamera ini bisa berakibat hasil liputan yang begitu jeleknya. Cara mudah mengenal kamera yakni semua instrument yang ada dikamera itu dibagi untuk dua kepentingan: 1) Panel yang mengatur urusan visual 2) Panel yang mengatur urusan audio Logikanya, jika gambar rusak, maka kemungkinan kita tidak teliti mengeset panel visual dikamera itu. Atau jika audionya gak keluar, maka itu artinya salah mengukur panel audio disitu. Selain panel instrument (hardware) ada pula software yang mengatur fungsi kerja kamera tsb terletak didalam setting menu utamanya. Disini, semua aspek video dan audio (disingkat AVI) dibagi dalam beberapa direktori dan sub direktori yang cukup banyak dan bikin kepala bingung bagi yang belum terbiasa. Untuk penjelasan lengkapnya silahkan lihat buku petunjuk manual kamera. Syarat belajar kamera dibagi dua: mengerti fotografi secara baik dan benar, serta terampil mengoperasikan panel instrument di kamera. Jika syarat no satu terpenuhi, maka urusan akan lebih mudah yakni tinggal belajar mengoperasikan kamera. Teknik Pengambilan Gambar: Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perangkat kamera. Sebelum melakukan shooting ada baiknya jika seorang juru kamera persiapan-persiapan sebagai berikut: 1. Penguasaan terhadap perangkat kamera yang akan digunakan. Sebaiknya mengikuti aturan penggunaan yang tertulis pada manual book. Pahami kelebihan dan kekurangannya 2. Setelah paham dengan seluk beluk kamera, pahami juga adegan apa dan teknik yang bagaimana yang diinginkan 3. Membuat breakdown peralatan yang akan digunakan seperti baterai, mikrofon, kabel extension, dll 4. Pastikan baterai dalam kondisi prima dan penuh, dan semua fasilitas di kamera berjalan dengan baik. Dalam kegiatan produksi video/ film, terdapat banyak jenis kamera yang digunakan. Pembagian jenis kamera video/ film dibedakan atas media yang digunakan untuk menyimpan data (gambar & suara) yang telah diambil. Seperti halnya pada fotografi, gambar yang telah diambil disimpan pada gulungan film. Namun pada kamera jenis ini, disamping gulungan film juga terdapat pita magnetik untuk menyimpan data suara. Dalam 1 detik pengambilan gambar, dibutuhkan sekitar 30 frame film. Adapun jenis film yang digunakan adalah film positif (slide), dimana untuk melihat isinya harus dicuci terlebih dulu di laboratorium film dan diproyeksikan dengan menggunakan proyektor khusus. Kamera jenis ini menyimpan data gambar dan suara pada pita magnetik. Secara umum terdapat 2 jenis kamera : Analog (AV), Data yang disimpan sebagai pancaran berbagai kuat sinyal (gelombang) pada pita kamera perekam. Macam kamera jenis ini antara lain VHS, S – VHS, 8mm, dan Hi – 8. Digital (DV), Kamera perekam video digital menyimpan data dalam format kode biner bit per bit yang terdiri atas rangkaian 1 (on) dan 0 (off). Jenis kamera ini antara lain mini DV, dan Digital 8.

Secara umum bagian-bagian kamera video terdiri atas : 1. Baterai untuk catu daya 2. Tempat kaset 3. Tombol Zoom 4. Tombol Recorder 5. Port Output video / audio (bisa berupa analog ataupun digital) 6. Cincin Fokus 7. Jendela preview (View Fender) 8. Mikrofon 9. Tombol kontrol cahaya 10. Tombol Player (untuk memainkan kembali video) 11. Terminal DC Input. Selain itu juga banyak terdapat fasilitas–fasilitas tambahan yang berbeda antara kamera satu dengan kamera lainnya. Fasilitas itu antara lain lampu infra merah untuk pengambilan gambar pada tempat yang gelap, edit teks langsung dari kamera, efek-efek video lain, slow motion dan masih banyak lagi. Pengambilan gambar terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan lima cara: 1. Bird Eye View, Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada di atas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan 2. High Angle, Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat kecil. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil” 3. Low Angle, Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/ prominance, berwibawa, kuat, dominan 4. Eye Level, Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan kesan wajar 5. Frog Eye, Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton mewakili mata katak. Ukuran gambar biasanya dikaitkan dengan tujuan pengambilan gambar, tingkat emosi, situasi dan kodisi objek. Terdapat bermacam-macam istilah antara lain: 1. Extreme Close Up (ECU/XCU) : pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu 2. Big Close Up (BCU) : pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu 3. Close Up (CU) : gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang terlihat seperti hanya mukanya saja atau sepasang kaki yang bersepatu baru 4. Medium Close Up : (MCU) hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan diambil dari dada keatas 5. Medium Shot (MS) : pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas) 6. Knee Shot (KS) : pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut 7. Full Shot (FS) : pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala sampai kaki 8. Long Shot (LS) : pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek 9. Medium Long Shot (MLS) : gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut 10. Extreme Long Shot (XLS): gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya 11. One Shot (1S) : Pengambilan gambar satu objek 12. Two Shot (2S) : pengambilan gambar dua orang 13. Three Shot (3S) : pengambilan gambar tiga orang 14. Group Shot (GS): pengambilan gambar sekelompok orang. Gerakan kamera akan menghasilkan gambar yang berbeda. Oleh karenanya maka dibedakan dengan istilah-istilah sebagai berikut: 1. Zoom In/ Zoom Out : kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan tombol zooming yang ada di kamera 2. Panning : gerakan kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas tripod 3. Tilting : gerakan kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk 4. Dolly : kedudukan kamera di tripod

dan di atas landasan rodanya. Dolly In jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak menjauh 5. Follow : gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak 6. Crane shot : gerakan kamera yang dipasang di atas roda crane 7. Fading : pergantian gambar secara perlahan. Fade in jika gambar muncul dan fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling menggantikan secara bersamaan 8. Framing : objek berada dalam framing Shot. Frame In jika memasuki bingkai dan frame out jika keluar bingkai. Teknik pengambilan gambar tanpa menggerakkan kamera, jadi cukup objek yang bergerak: 1. Objek bergerak sejajar dengan kamera 2. Walk In : Objek bergerak mendekati kamera 3. Walk Away : Objek bergerak menjauhi kamera 4. Teknik ini dikatakan lain karena tidak hanya mengandalkan sudut pengambilan, ukuran gambar, gerakan kamera dan objek tetapi juga unsur- unsur lain seperti cahaya, properti dan lingkungan. Rata-rata pengambilan gambar dengan menggunakan teknik-teknik ini menghasilkan kesan lebih dramatik 5. Backlight Shot: teknik pengambilan gambar terhadap objek dengan pencahayaan dari belakang 6. Reflection Shot: teknik pengambilan yang tidak diarahkan langsung ke objeknya tetapi dari cermin/air yang dapat memantulkan bayangan objek 7. Door Frame Shot: gambar diambil dari luar pintu sedangkan adegan ada di dalam ruangan 8. Artificial Framing Shot: benda misalnya daun atau ranting diletakkan di depan kamera sehingga seolah-olah objek diambil dari balik ranting tersebut 9. Jaws Shot: kamera menyorot objek yang seolah-olah kaget melihat kamera 10. Framing with Background: objek tetap fokus di depan namun latar belakang dimunculkan sehingga ada kesan indah 11. The Secret of Foreground Framing Shot: pengambilan objek yang berada di depan sampai latar belakang sehingga menjadi perpaduan adegan 12. Tripod Transition: posisi kamera berada diatas tripod dan beralih dari objek satu ke objek lain secara cepat 13. Artificial Hairlight: rambut objek diberi efek cahaya buatan sehingga bersinar dan lebih dramatik 14. Fast Road Effect: teknik yang diambil dari dalam mobil yang sedang melaju kencang 15. Walking Shot: teknik ini mengambil gambar pada objek yang sedang berjalan. Biasanya digunakan untuk menunjukkan orang yang sedang berjalan terburu-buru atau dikejar sesuatu 16. Over Shoulder : pengambilan gambar dari belakang objek, biasanya objek tersebut hanya terlihat kepala atau bahunya saja. Pengambilan ini untuk memperlihatkan bahwa objek sedang melihat sesuatu atau bisa juga objek sedang bercakap-cakap 17. Profil Shot : jika dua orang sedang berdialog, tetapi pengambilan gambarnya dari samping, kamera satu memperlihatkan orang pertama dan kamera dua memperlihatkan orang kedua