Kerapatan Dan Berat Jenis

17
KERAPATAN DAN BERAT JENIS FARMASI FISIK O L E H PRAKTEK G KELOMPOK 2:

description

kerapatan dan berat jenis

Transcript of Kerapatan Dan Berat Jenis

KERAPATAN DAN BERAT JENISFARMASI FISIK

O L E HPRAKTEK G KELOMPOK 2:

KERAPATAN DAN BERAT JENISI.TUJUANMenentukan kerapatan dan berat jenis suatu zat serta dapat memahami aplikasinya.II. DASAR TEORIKerapatan () adalah massa persatuan volume pada termperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( g/cm = g/ml) dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik (kg/m). M = VBerat jenis adalah perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air yang ditentukan pada temperature yang sama. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. zat d = airBerat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering di definisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4. Notasi yang sering dilakukan dalam pembacaan berat jenis 25/25, 25/4, dan 4/4. Angka yang pertama menunjukkan temperature udara dimana zat ditimbang dan angka dibawah garis miring menunjukan temperature air yang dipakai. Berat jenis merupakan suatu karakteristik bahan yang penting dan sering digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat . Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis merupakan bilangan abstrak yang menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka dibelakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. (Ansel.2004)

Berat jenis untuk penggunan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu atau temperatur lain yang tertentu. Notasi tersebut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis : , ,dan . Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara dimana zat ditimbang;angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi menggunakan patokan 25 . Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. (Martin.1990)

Metode penentuan untuk cairan terdiri atas : (Voigt.1994)

1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.

3. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.

Kerapatan atau density adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena menyangkut massa dan volume. Batasannya adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( ). (Martin.1990)

Ketika suatu bubuk dituangkan kedalam sebuah wadah, volume yang menempati wadah tersebut tergantung dari faktor seperti uuran partikel, bentuk partikel dan sifat parmukaan. Dalam keadaan normal biasanya akan terdiri dari partikel padat dan ruang udara intrapartikel ( kosong atau pori-pori ). Partikel sendiri juga terdiri atas pori tertutup atau pori intrapartikel. Jika serbuk partikel dibiarkan dan diberi getaran atau tekanan, partikel akan bergerak relatif terhadap satu sama lain untuk meningkatkan kerapatannya. Pada akhirnya kondisi kerapatan mampat dapat tercapai yang tidak mungkin tanpa perubahan bentuk partikel. (Gibson.2004)

Kerapatan dari suatu bubuk, tergantung pada kondisi penangan tersendiri, dan ada beberapa definisi yang bisa diterapkan juga untuk serbuk sebagai jumlah atau dari partikel tunggal. Standar british 2955 (1958) mendefinisikan tiga bentuk yang bisa diterapkan untuk partikel-partikel. Kerapatan partikel adalah jumlah massa partikel dibagi dengan volumenya. Istilah yang berbeda berasal muncul dari cara dimana volume didefinisikan: (Gibson.2004)

1. Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak mencakup pori terbuka dan pori tertutup dan merupakan susunan mendasar dari suatu sediaan.

2. Kerapatan bulk adalah ketika volume diukur pori intra partikel dan pori antarpartikel.

3. Kerapatan mampat adaah volume yang dilihat ketika fluid bergerak melewati partikel. Hal ini sangat penting dalam pembuatan pengendapan atau larutan tetapi jarang digunakan dalam pembuatan sediaan padat.

Kesulitan utama pada saat penentuan volume sebenarnya dari serbuk bulk, dimana tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat dibedakan:(Lachman.2007)

1. Rongga intrapartikel yang terbuka - rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal,tetapi terbuka pada lingkungan luar.

2. Rongga intrapartikel yang tertutup rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal, tetapi tertutup pada lingkungan luar.

3. Rongga antarpartikel ruang-ruang udara antara dua partikel individu.

Porositas merupakan hasil bagi volume total ari ruang-ruang rongga (vv) terhadap volume bulk dari bahan sering dipilih untuk mmantau kemajuan kompresi. Porositas juga bisa didefinisikan sebagai bagian dasar dri suatu serbuk yang ditempati oleh pori-pori dan diukur pada keadaan yang efisiensi atau sebagai perbandingan antara kerapatan bulk dan kerapatan kerapatan sejati. (Lacman.2007&Gibson.2004)

III. ALAT1. Neraca Electrik2. Piknometer3. Kalkulator4. TissueIV. BAHAN1. Etanol2. Aseton3. Klorofom4. parafin6.AquadestV. CARA KERJAI.Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan1.Menimbang dengan teliti piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kering2.Mengisi piknometer dengan aquadest hingga penuh lalu ditimbang 3. air yang menempel diusap dengan tissue lalu menimbang piknometer dengan teliti.4. Melihat tabel berapa kerapatan aquadest pada suhu percobaan.5. Perhitungan :Bobot pikrometer + air: a gramBobot Pikrometer kosong : b gramBobot aquadest : (a-b)=c gramKerapatan aquadest pada suhu percobaan (tabel) : 0,996 (aquadest) c (gram)Volume pikrometer = aquadest (gram / ml) = VmlII. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Zat Cair dan zat padat1.Piknometer bersih dan kering, mengisi penuh dengan zat cair kemudian ditutup. cairan yang menempel diusap dengan tissue, menimbang dengan teliti. Misal bobotnya : D gram d kerapatan cairan = Vp

.IV. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Zat +parafinPigno + parafin + + aquadest = y gram

Berat zat padat =x gramBobot pigno + aquadest = y x gram

Bobot aquadest = (y x )-b c- (y x b)Volume aquadest (Z) = aquadest x gramkerapatan= v zat padatDATA DAN ANALISA

NOBOBOT KOSONG(g)BOBOT PIKNO +AIR (g)BERAT AIR (g)Volume piknometer

132,7 g57,2 g24,5 g24,59 ml

232,7 g57,1 g24,4 g24,53

332,7 g57,2 g24,5 g24,59

Rata rata24,46724,57

air pada suhu 25 c= ==0,9902 g/ml

Volume pikno pada zat cair

Replikasi I

Berat air=(berat piknometer +air)-berat piknometer kosong

= 57,2 g-32,7=24,5 g

Vp===24,59 ml

Replikasi II

Berat air=(berat piknometer +air)-berat piknometer kosong

= 57,1 g-32,7=24,4g

Vp===24,53 ml

Replikasi I

Berat air=(berat piknometer +air)-berat piknometer kosong

= 57,2 g-32,7=24,5 g

Vp===24,59 ml

B Tabel penentuan kerapatan zat uji alkohol

ReplikasiBerat piknometer kosong (g)Berat piknometer+alkohol (g)Berat alkohol(g)Kerapatan cu g

132,7 g52,5 g19,8 g0,806 g/ml

232,7 g52,4 g19,7 g0,802 g/ml

332,7 g52,3 g19,6 g0,798 g/ml

Rata rata0,802g/ml

1 Berat alkohol ==(berat piknometer +alkohol)-berat piknometer kosong

= 52,5-32,7 g=19,8 g

Kerapatan zat cair===0,806 g/ml

2 Berat alkohol ==(berat piknometer +alkohol)-berat piknometer kosong

= 52,4-32,7 g=19,7 g

Kerapatan zat cair===0,802 g/ml

3 Berat alkohol ==(berat piknometer +alkohol)-berat piknometer kosong

= 52,3-32,7 g=19,6 g

Kerapatan zat cair===0,798 g/ml

Rata rata kerapatan zat cair==0,81 g/ml

Bobot jenis Alkohol (BJ)=Replikasi 1 = =0,8092

Replikasi II = =0,8052

Replikasi 1 = =0,8011

Rata rata BJ;0,8051

2 Tabel Penentuaan kerapatan zat padat

NoBobot pikno kosong(g)Pikno+air penuh(g)Pikno+zat padat+air(g)Pikno+air(g)Berat air yang ditumpahkan (g)Volume zat padat mlKerapatan zat padat g/ml

123,9g34 ,0g33,5 g331g1,0040 ml0,498 g/ml

223,9g34,0 g33,5 g331g1,0040ml0,498 g/ml

323,9g33,9g33,5 g330,9g0,9036ml0,553 g/ml

Rata rata0,970 ml0,5163 g/ml

Berat paraffin padat=0,5 g

Volume air yang ditempuh = volume zp (ml)

volume air ===0,99602 g/ml

Replikasi 1

m zp=(Pikno+air penuh)- Pikno+air(g)

=34,0 g-33g =1g

Volume zat padat= V1===1,0040 ml

Replikasi 2

m zp=(Pikno+air penuh)- Pikno+air(g)

=34,0 g-33g =1g

Volume zat padat===1,0040 ml

Replikasi 3

m zp=(Pikno+air penuh)- Pikno+air(g)

=33,9,0 g-33g 0,91g

Volume zat padat= =0,9036 ml

Kerapatan paraffin padat =Replikasi 1:

Kerapatan===0,498 g/ml

Replikasi 2:

Kerapatan===0,498 g/ml

Replikasi 3:

Kerapatan===0,553 g/ml

Rata rata kerapatan==0,5163 g/ml

VI. PEMBAHASAN Pratikum ini bertujuan untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis cairan dan padatan. Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu biasanya pada suhu 25C ,20C,30C tapi yang sering digunakan 25C menurt FI edisi IV hal 1030

Sedangkan bobot defenisi perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25C), sedangkan rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu ( dalam bidang farmasi biasanya digunakan 25/25). Berat jenis didefenisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan tidak cara lain yang khusus. Oleh karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis sangat lemah. Akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm atau 1000 kg/m. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.

Dalam bidang farmasi kerapatan dan berat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat. alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis dan hidrometer digunakan untuk mencari rapat jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml..

Dari percobaan ini diperoleh hasil dari volume pikno meter mengunakan aquadeskarena sudah diketahui bobot jenisnya secara nyata p air pada suhu 25c yaitu 0,99602 g/ml(FI IV hal 1030)

Menurut literatur (FI IV ,1995)kerapatan alcohol antara 0,81-0,86 g/ml dalam praktikum ini didapatkan 0,802 g/ml yang berarti sudah masuk rentang kerapatan menurut literature

Menurut literatur (FI IV ,1995) Bj alcohol yang di tentukan 0,81 g/ml tapi dalam praktikum ini tidak memenuhi sesuai literatureKerapatan dari paraffin Rata rata kerapatan==0,5163 g/ml kerpatan dari parrafintidak memenuhi syarat

Bj dari paraffin dalm praktikum ini adalah 0,5184 jauh lebih besar literaturKesalahan dalam praktium1. Penimbangan : kesalahan akibat bisa disebabkan karena timbangan yang sama atau berganti ganti timbangan, sehingga hasil penimbangan antara penimbangan satu dengan yang lainnya tidak sama.

2. Cara penutupan piknometer yang salah : cara penutupan piknometer yang terlalu cepat dapat menyebabkan air yang tumpah terlalu banyak, sehingga dapat mempengaruhi hasil pada saat penimbangan. Cara penutupan piknometer yang salah.

3. Pengaruh perubahan suhu : perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan didalam piknometer akan memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada waktu dilakukan penimbangan zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah ditentukan.

4. Piknometer yang belum kering dan bersih : piknometer yang demikian belum bisa digunakan untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis, karena masih terdapat cairan yang tertinggal di dalam piknometer, sehingga akan mempengaruhi hasil pada saat penimbangan dilakukan.

5. Volume air yang tidak tepat : volume air yang dimasukkan ke dalam piknometer harus tepat sesuai yang telah ditentukan, jika air terlalu banyak atau air terlalu sedikit, maka hal tersebut akan mempengaruhi hasil setelah penimbangan dilakukan.

6. Sampel yang terkontaminasi : sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan hasil penyimpang, dikarenakan kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan zat yang masih murni.

7. Pengenceran alkohol yang tidak tepat : pengenceran alkohol yang tidak sesuai akan memberikan hasil yang berbeda, dikarenakan alkohol yang ditimbang belum tentu kadarnya sesuai dengan yang diinginkan.KESIMPULAN

1. Rata rata volume pikno sebesar 24,57g/ml2. Kerapatan alcohol memenuhi syarat yaitu 0,82 g/ml yang masuk rentang3. Kerapatan paraffin tidak memenuhi sesuai literature lebih kecil dari literature4. Bj alcohol yang di tentukan 0,81 g/ml tapi dalam praktikum ini tidak memenuhi sesuai literature

5. Bj parafin yang dalam praktikum ini tidak memenuhi sesuai literature

6. Semakin besar volume dan massa dari suatu senyawa,makinkecil kerapatan begitu juga sebaliknyaDAFTAR PUSTAKA Dzakwan , Muhammad. 2010 . Petunjuk praktikum farmasi fisik I . Universitas Setia Budi , 1-3

Martin A. N ,Suargick , J. , dan cammarata , J. 1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid I , penerbit UI ,Jakarta , 8-309-318, 454-495, 559-687

Martin A. N ,Suargick , J. , dan cammarata , J. 1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid II , penerbit UI ,Jakarta , 724-817