176-440-1-PB

7
33 Teknologi Indonesia © LIPI Press 2012 AKTIVITAS INHIBISI α-GLUKOSIDASE GRANULAR TEH HIJAU (Camellia sinensis) GRADE Arraca Yabukita HASIL DIAFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN NANOFILTRASI Galuh Widiyarti, Agustine Susilowati, dan Aspiyanto Pusat Penelitian Kimia-LIPI Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten 15314 Telp./Faks: 021-7560929/549, e-mail: [email protected], [email protected] ABSTRAK Uji aktivitas inhibisi µ-glukosidase granular teh hijau lokal (Camellia sinensis) grade Arraca Yabukita telah dilakukan. Granular teh hijau diperoleh dengan melakukan pengeringan vakum pada suhu 50°C terhadap konsentrat hasil diafiltrasi menggunakan membran nanofiltrasi (DF-NF) selama 0–80 jam. Setiap 8 jam waktu pengeringan, dilakukan analisa kadar air, total polifenol, dan aktivitas inhibisi a-glukosidase dari granular teh hijau yang di- hasilkan. Uji aktivitas inhibisi enzim a-glukosidase dilakukan dengan metode Kim Yong-Mu dan dibandingkan terhadap kuersetin sebagai standar. Hasil uji aktivitas inhibisi a-glukosidase menunjukkan bahwa proses penge- ringan meningkatkan aktivitas inhibisi a-glukosidase granular teh hijau. Pada waktu pengeringan optimum 72 jam, aktivitas inhibisi a-glukosidase granular teh hijau sekitar 18 kali lebih tinggi daripada kuersetin. Kata kunci: Granular teh hijau, pengeringan, kadar air, total polifenol, a-glukosidase ABSTRACT The activity of α-glucosidase inhibition test of local granular green tea (Camellia sinensis) grade of Arraca Yabukita has been done. Granular green tea obtained by vacuum drying of the concentrate of the diafiltration pro- cess using nanofiltration membrane (DF-NF) at 50 ° C for 0-80 hours. Every 8 hours of drying time, the analysis of water content, total polyphenols, and α-glucosidase inhibitory activity of granular green tea were conducted. The α-glucosidase inhibitory activity test was performed by by Kim Yong-Mu method and compared to quercetin as standard. The results showed that, the drying process increases the α-glucosidase inhibitory activity of granular green tea. At the optimum drying time 72 hours, the α-glucosidase inhibitory activity of granular green tea is about 18 times higher than quercetin. Keywords: Granular green tea, drying, water content, total poliphenol, and α-glucosidase PENDAHULUAN Diabetes atau dikenal juga dengan diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh gangguan metabolisme (terutama karbohidrat) kronis, ditandai dengan hiperglikemia (hyperglycemia) kronis yaitu kadar glukosa/gula darah tinggi melebihi normal, akibat gangguan hormon insu- lin absolut maupun relatif. [1,2] Dari keseluruhan penderita diabetes, persentase penderita DM tipe 2 (non-insulin dependent diabetes (NIDDM)) adalah lebih dari 90%, sedangkan sisanya adalah DM tipe 1, (insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM)). [2,3] Gejala awal terganggunya metabolisme yang terjadi pada penderita DM tipe 2 adalah mening- katnya kadar gula darah pascamakan secara cepat yang disebut hiperglikemia posprandial. Salah satu pendekatan terapeutik untuk menurunkan kadar gula darah posprandial ialah dengan mem- perlambat atau menghambat absorpsi glukosa melalui penghambatan kerja enzim penghidrolisis karbohidrat seperti α-amilase dan α-glukosidase pada organ pencernaan. [4] Senyawa yang dapat menghambat aktivitas enzim α-glukosidase (α-glukosidase inhibitor) menunjukkan bahwa senyawa tersebut berpotensi sebagai obat terapi DM tipe 2. [3-5] Off print request to: Galuh Widiyarti, Agustine Susilowati, dan Aspiyanto Teknologi Indonesia 35 (1) 2012: 33–39

description

sjGDALUSGA

Transcript of 176-440-1-PB

  • 33

    Teknologi Indonesia LIPI Press 2012

    AKTIVITAS INHIBISI -GLUKOSIDASE GRANULAR TEH HIJAU (Camellia sinensis) GRADE Arraca Yabukita HASIL DIAFILTRASI

    MENGGUNAKAN MEMBRAN NANOFILTRASI

    Galuh Widiyarti, Agustine Susilowati, dan AspiyantoPusat Penelitian Kimia-LIPI

    Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten 15314Telp./Faks: 021-7560929/549, e-mail: [email protected], [email protected]

    ABSTRAKUji aktivitas inhibisi -glukosidase granular teh hijau lokal (Camellia sinensis) grade Arraca Yabukita telah

    dilakukan. Granular teh hijau diperoleh dengan melakukan pengeringan vakum pada suhu 50C terhadap konsentrat hasil diafiltrasi menggunakan membran nanofiltrasi (DF-NF) selama 080 jam. Setiap 8 jam waktu pengeringan, dilakukan analisa kadar air, total polifenol, dan aktivitas inhibisi a-glukosidase dari granular teh hijau yang di-hasilkan. Uji aktivitas inhibisi enzim a-glukosidase dilakukan dengan metode Kim Yong-Mu dan dibandingkan terhadap kuersetin sebagai standar. Hasil uji aktivitas inhibisi a-glukosidase menunjukkan bahwa proses penge-ringan meningkatkan aktivitas inhibisi a-glukosidase granular teh hijau. Pada waktu pengeringan optimum 72 jam, aktivitas inhibisi a-glukosidase granular teh hijau sekitar 18 kali lebih tinggi daripada kuersetin.

    Kata kunci: Granular teh hijau, pengeringan, kadar air, total polifenol, a-glukosidase

    ABSTRACT

    The activity of -glucosidase inhibition test of local granular green tea (Camellia sinensis) grade of Arraca Yabukita has been done. Granular green tea obtained by vacuum drying of the concentrate of the diafiltration pro-cess using nanofiltration membrane (DF-NF) at 50C for 0-80 hours. Every 8 hours of drying time, the analysis of water content, total polyphenols, and -glucosidase inhibitory activity of granular green tea were conducted. The -glucosidase inhibitory activity test was performed by by Kim Yong-Mu method and compared to quercetin as standard. The results showed that, the drying process increases the -glucosidase inhibitory activity of granular green tea. At the optimum drying time 72 hours, the -glucosidase inhibitory activity of granular green tea is about 18 times higher than quercetin.

    Keywords: Granular green tea, drying, water content, total poliphenol, and -glucosidase

    PENDAHULUANDiabetes atau dikenal juga dengan diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh gangguan metabolisme (terutama karbohidrat) kronis, ditandai dengan hiperglikemia (hyperglycemia) kronis yaitu kadar glukosa/gula darah tinggi melebihi normal, akibat gangguan hormon insu-lin absolut maupun relatif.[1,2] Dari keseluruhan penderita diabetes, persentase penderita DM tipe 2 (non-insulin dependent diabetes (NIDDM)) adalah lebih dari 90%, sedangkan sisanya adalah DM tipe 1, (insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM)).[2,3]

    Gejala awal terganggunya metabolisme yang terjadi pada penderita DM tipe 2 adalah mening-katnya kadar gula darah pascamakan secara cepat yang disebut hiperglikemia posprandial. Salah satu pendekatan terapeutik untuk menurunkan kadar gula darah posprandial ialah dengan mem-perlambat atau menghambat absorpsi glukosa melalui penghambatan kerja enzim penghidrolisis karbohidrat seperti -amilase dan -glukosidase pada organ pencernaan.[4]

    Senyawa yang dapat menghambat aktivitas enzim -glukosidase (-glukosidase inhibitor) menunjukkan bahwa senyawa tersebut berpotensi sebagai obat terapi DM tipe 2.[3-5]

    Off print request to: Galuh Widiyarti, Agustine Susilowati, dan Aspiyanto

    Teknologi Indonesia 35 (1) 2012: 3339

  • 34

    Jurnal Teknologi Indonesia 35 (1) 2012

    Penelitian untuk mencari sumber baru senya-wa aktif penghambat kerja enzim -glikosidase telah banyak dilakukan, dengan mengisolasi senyawa aktif dari berbagai sumber bahan alam, baik tanaman maupun mikroorganisme. Pada umumnya, tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional DM tipe 2 adalah tanaman yang ban-yak mengandung senyawa fenolik atau polifenol, yang telah diketahui dapat berinteraksi dengan protein sehingga dapat menghambat aktivitas enzim a-glukosidase.[6,7]

    Polifenol yang terkandung pada teh hijau (Camellia sinensis) seperti katekin dan turunan-nya telah dilaporkan mempunyai berbagai efek farmokologi yang bermanfaat bagi kesehatan, yaitu sebagai antioksidan, antikanker, antimu-tagen, antimikroba, pengobatan kolesterol, dan mencegah penyakit degeneratif seperti kardio-vaskular, artritis, dan diabetes.[8,9]

    Pemisahan senyawa polifenol yang berfungsi sebagai antidiabet dari teh hijau (Camellia si-nensis) dari senyawa-senyawa teh lain dapat dilakukan dengan proses diafiltrasi menggunakan membran nanofiltrasi (DF-NF). Hasil penelitian proses DF-NF teh hijau (Camellia sinensis) lokal grade Arraca Yabukita sebelumnya menunjukkan bahwa kondisi optimum proses DF-NF adalah pada frekuensi motor pompa 25 Hz, suhu ruang 25C, tekanan operasi 25 bar, selama 150 menit, dengan bilangan diavolume (Nd) 0,2.[10]

    Pada penelitian ini, konsentrat teh hijau yang dihasilkan proses DF-NF pada kondisi optimum, yang berbentuk cairan kental berwarna kuning-kecokelatan dikeringkan menggunakan pengering vakum pada suhu 50C, selama 080 jam, dengan waktu pengamatan dan analisis setiap 8 jam. Produk granular teh hijau hasil pengeringan dianalisis kadar air, total polifenol, inhibisi a-glukosidase, dan korelasinya terhadap waktu pengeringan. Analisis kadar air dilaku-kan dengan metode termogravimetri[11], total polifenol dengan metode Folin-Denis[12], dan aktivitas inhibisi a-glukosidase dengan metode Kim Yong-Mu.[4,13]

    BAHAN DAN METODEBahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrat teh hijau (Camellia sinensis) lokal Grade Arraca Yabukita dari PT Chakra, Jawa Barat hasil DF-NF pada frekuensi motor pompa 25 Hz, suhu ruang 25C, tekanan operasi 25 bar, selama 150 menit, dan Nd 0,2, bahan kimia untuk analisis kadar total polifenol dan inhibisi -glukosidase, serta asam galat sebagai standar analisis total polifenol dan kuersetin sebagai standar analisis inhibisi -glukosidase.

    Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengering vakum merek Heraeus Vacutherm, oven untuk analisis kadar air, dan Spectrofotometer UV-Vis merek Hitachi U2000 untuk analisis kadar total polifenol dan aktivitas inhibisi -glukosidase.

    MetodeProses Pengeringan VakumKonsentrat hasil DF-NF pada frekuensi motor pompa 25 Hz, suhu ruang 25C, tekanan operasi 25 bar, selama 150 menit, dan bilangan diavolume (Nd) 0,2, dikeringkan menggunakan pengering vakum pada suhu 50C selama 080 jam sehingga dihasilkan granular kering teh hijau. Setiap delapan jam waktu pengeringan dilakukan analisis kadar air, total polifenol, dan aktivitas inhibisi -glukosidase terhadap produk granular teh hijau yang dihasilkan.

    Analisis Kadar AirAnalisis kadar air pada sampel umpan, yaitu waktu pengeringan 0 jam dan granular teh hijau yang dihasilkan setiap delapan jam waktu pengeringan ditentukan dengan metode termogravimetri berdasarkan SNI 01-2891-1992 dengan cara sebagai berikut: sebanyak 2 gram sampel pada cawan yang sudah diketahui beratnya, dikeringkan pada suhu 105C selama tiga jam. Setelah didinginkan dalam eksikator, ditimbang beratnya. Pengeringan dilanjutkan,

  • 35

    Galuh Widiyarti, Agustine Susilowati, dan Aspiyanto | Aktivitas Inhibisi ...

    dan setiap satu jam didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sampai diperoleh berat tetap.

    Analisis Kadar Total Polifenol Kadar total polifenol pada sampel umpan, yaitu waktu pengeringan 0 jam dan granular teh hijau yang dihasilkan setiap delapan jam pengeringan ditentukan dengan metode Folin-Denis.[12] Larutan sampel dibuat dengan cara melarutkan 1 g sampel dalam 10 mL aquadest. Sebanyak 1 mL larutan sampel kemudian dicampur dengan larutan Folin-Denis 0,5 mL, larutan Na2CO3 15% 1 mL, dan aquadest 8,4 mL. Campuran tersebut kemudian dikocok dan disimpan pada suhu ruang selama satu jam. Pengukuran kadar total polifenol dilakukan dengan spektrofotometer dengan membaca absorbansi pada panjang gelombang 760 nm. Standar yang digunakan untuk analisis kadar total polifenol adalah asam galat dengan konsentrasi 0, 25, 50, 100, dan 200 mg/L.

    Analisis Inhibisi -glukosidase Analisis aktivitas inhibisi penghambatan enzim -glukosidase dilakukan dengan metode Kim Yong-Mu.[4] Larutan sampel uji dibuat dengan melarutkan 4 mg sampel uji dalam 400 L DMSO, sedangkan larutan enzim dibuat dengan melarutkan 10 mg -glukosidase dalam 10 mL buffer fosfat yang mengandung 20 mg serum albumin. Dalam tabung reaksi yang berisi 5 L larutan uji, ditambahkan 250 L larutan PNP dan 495 L buffer fosfat, dipra-inkubasi pada suhu 37C selama 5 menit. Setelah dipra-inkubasi, larutan sampel uji ditambahkan 250 L larutan enzim -glukosidase dan diinkubasi lagi selama 15 menit. Reaksi dihentikan dengan penambah an 1.000 L larutan Na2CO3 0,2 M. Jumlah p-nitrofenol yang dilepaskan, diukur dengan spek-trofotometer dengan membaca absorbansi pada panjang gelombang 400 nm. Aktivitas inhibisi -glukosidase sampel diukur dan dibandingkan terhadap kuersetin, senyawa polifenol yang memang telah diketahui aktif sebagai inhibitor -glukosidase. Nilai IC50, yaitu konsentrasi yang menyebabkan penghambatan 50% dari aktivitas enzim -glukosidase ditentukan dan diukur dengan memvariasikan konsentrasi larutan

    sampel uji dan standar kuersetin 3,125, 6,25, 12,5, dan 25 g/mL.

    HASIL DAN DISKUSI Kondisi optimum proses DF-NF pada frekuensi motor pompa 25 Hz, suhu ruang 25C, tekanan 25 bar, selama 150 menit, dengan bilangan diavolume (Nd) 0,2[10] menghasilkan konsentrat DF-NF dengan kadar air dan total polifenol sebesar 37% dan 9,8373% (berat kering), secara berurutan seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

    Gambar 1. Konsentrat DF-NF teh hijau Arraca Yabukita

    Konsentrat DF-NF yang dihasilkan tersebut, selanjutnya dikeringkan menggunakan penge ring vakum pada suhu 50C selama 080 jam sehingga dihasilkan granular kering teh hijau. Produk granular teh hijau yang dihasilkan setiap delapan jam waktu pengeringan, diamati dan dianalisis kadar air, total polifenol, aktivitas inhibisi enzim a-glukosidase, dan korelasinya terhadap waktu pengeringan.

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengeringan meningkatkan perubahan fisik granular teh hijau. Secara fisik, granular teh hijau tampak berwarna coklat dengan tekstur lengket dan higroskopis seperti ditunjuk-kan pada Gambar 2. Hal ini dimungkinkan karena proses pengeringan ini tidak menggunakan bahan aditif, bahan penghantar atau carrier[10].

  • 36

    Jurnal Teknologi Indonesia 35 (1) 2012

    Pengamatan pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air, total polifenol, dan aktivitas inhibisi -glukosidase dilakukan setelah konsen-trat DF-NF teh hijau lokal grade Arraca Yabukita pada kondisi optimum proses mengalami penge-ringan awal sampai diperoleh kadar air konsentrat sebesar 1,5%, dari kadar air awal konsentrat sebesar 37% sehingga dihasilkan granular teh hijau dengan kadar air rendah, kurang dari 2% (< 2%).

    Gambar 2. Granular teh hijau Arraca Yabukita hasil pengeringan vakum pada suhu 50C selama 24 jam

    Gambar 3. Hubungan antara waktu pengeringan dengan kadar air granular teh hijau Arraca Yabukita

    1.5

    1.1887

    1.2981 1.2994

    1.2364

    1.14311.1811

    1.14141.1471

    1.1858

    1.2579

    1

    1.1

    1.2

    1.3

    1.4

    1.5

    1.6

    0 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80 88

    Waktu Pengeringan (jam)

    Air (

    %)

    Proses pengeringan vakum menghasilkan granular teh hijau dengan kadar air yang semakin menurun sejalan dengan lamanya waktu penge-ringan. Penurunan kadar air berlangsung secara linier, terjadi penurunan kadar air sebesar 24% setelah 80 jam poses pengeringan, dari kadar air awal 1,5%. Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air sampel tampak pada Gambar 3 di bawah ini.

    Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar total polifenol seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Kadar total polifenol granular teh hijau makin menurun sejalan dengan lamanya waktu pengeringan. Pada 024 jam waktu pengeringan, terjadi penurunan tajam kadar total polifenol teh hijau. Setelah 24 jam waktu pengeringan, kadar total polifenol granular teh hijau menjadi 7,73% (berat kering) dari 9,84% (berat kering) pada 0 jam waktu pengeringan. Selanjutnya, penurunan kadar total polifenol berlangsung secara fluktuatif sampai akhir pengeringan selama 80 jam.

    Penurunan kadar polifenol ini terjadi karena reaksi panas dari proses pengeringan yang me-nyebabkan terjadinya oksidasi pada polifenol dan perubahan susunan kimia dari teh hijau.

  • 37

    Galuh Widiyarti, Agustine Susilowati, dan Aspiyanto | Aktivitas Inhibisi ...

    Teh hijau mengandung polifenol 1836%, yang terdiri dari katekin kompleks seperti (+/-)katekin, EGCG, EGC, ECG dan EC. Selain itu, teh hijau juga mengandung polisakarida (2025%), protein (2030%), asam amino seperti L-Theanine (14%), kafein (35%), asam organik (3%), lemak (8%), vitamin (0,61%), pigmen (1%), dan mikroelemen seperti selenium, besi dan seng (3,57%).[14] Masing-masing senyawa tersebut dapat mengalami perubahan susunan kimia oleh reaksi panas yang berpengaruh terhadap sifat fungsionalnya.

    Reaksi kimia, baik enzimatis maupun non-enzimatis yang terjadi pada polifenol teh hijau selama proses pengeringan menghasilkan per-ubahan warna karena terjadinya pigmen cokelat melanoidin.[10] Selain itu, perubahan warna pada granular teh hijau, dari hijau menjadi cokelat dikarenakan terjadinya reaksi maillard antara asam amino teh dengan polisakarida.[14]

    Analisis aktivitas inhibisi enzim a-glukosi-dase dilakukan dengan metode Kim Yong-Mu. Uji aktivitas inhibisi a-glukosidase ini dilakukan dalam berbagai konsentrasi larutan uji, 3,125, 6,25, 12,5, dan 25 g/mL, dengan tujuan untuk dapat menghitung nilai IC50 dari larutan uji. Suatu ekstrak dikatakan sangat aktif sebagai inhibitor a-glukosidase jika nilai IC50 25 g/mL, aktif

    jika 25< IC50 50, kurang aktif jika 50< IC50 100, dan tidak aktif jika nilai IC50>100 g/mL.[4,13] Standar sebagai pembanding pada uji inhibisi a-glukosidase ini adalah kuersetin, suatu senyawa polifenol yang telah diketahui aktif sebagai inhibitor a-glukosidase. Penggunaan standar, sebagai parameter apakah larutan uji mempunyai aktivitas yang sama, lebih rendah, atau lebih tinggi dari standar yang digunakan.

    Hubungan antara waktu pengeringan, aktivitas inhibisi a-glukosidase, dan IC50 mem-perlihatkan bahwa semakin lamanya waktu pengeringan akan menghasilkan granular teh hijau dengan aktivitas inhibisi yang berbanding terbalik dengan nilai IC50 seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

    Laju pengeringan cenderung menghasilkan aktivitas a-glukosidase yang berfluktuatif sejalan dengan lamanya waktu pengeringan. Hasil uji aktivitas inhibisi a-glukosidase menunjukkan bahwa aktivitas inhibisi a-glukosidase granular teh hijau hasil pengeringan ini (63,9286,89%) lebih tinggi apabila dibandingkan dengan umpan konsentrat DF-NF (61,05%) dan kontrol (pem-banding) kuersetin sebagai standar (43,36%). Granular teh hijau sangat aktif sebagai inhibitor a-glukosidase, dengan nilai IC50 antara 1,394,16 g/mL. Aktivitas inhibisi a-glukosidase granular

    9.837

    8.1808.010

    8.473 8.340

    7.695

    8.238

    7.730

    8.366

    7.2307.686

    6.000

    6.750

    7.500

    8.250

    9.000

    9.750

    10.500

    0 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80 88

    Waktu Pengeringan (jam)

    Tota

    l Pol

    yfen

    ol (%

    ber

    at k

    erin

    g)

    Gambar 4. Hubungan antara waktu pengeringan dengan total polyfenol granular teh hijau Arraca Yabukita

  • 38

    Jurnal Teknologi Indonesia 35 (1) 2012

    teh hijau ini sekitar 6 sampai 18 kali lebih tinggi daripada aktivitas kuersetin (IC50 25 g/mL).

    Pada 048 jam waktu pengeringan, nilai IC50 granular teh hijau fluktuatif sekitar 2,1114,157 g/mL. Pada 4872 jam waktu pengeringan, terjadi penurunan nilai IC50 dari 4,157 g/mL menjadi 1,386 g/mL, dan naik lagi menjadi 1,585 g/mL pada akhir pengeringan 80 jam. Berdasarkan nilai IC50-nya seperti tampak pada Gambar 6, nilai IC50 terendah dari granular teh hijau adalah 1,386 g/mL, yaitu granular teh hijau pada waktu pengeringan optimum 72 jam.

    Makin kecil nilai IC50 suatu ekstrak, makin aktif ekstrak tersebut sebagai inhibitor a-glukosidase.[4] Proses pengeringan menurunkan IC50 inhibisi a-glukosidase sehingga mening-katkan aktivitas inhibisinya. Proses pengeringan meningkatkan aktivitas inhibisi a-glukosidase sebesar 68,45%. Pada 0 jam waktu pengeringan, nilai IC50 dari umpan (konsentrat DF-NF) adalah 4,393 g/mL, sedangkan nilai IC50 dari granular teh hijau setelah waktu pengeringan optimum 72 jam menjadi 1,386 g/mL.

    Proses pengeringan menurunkan kadar air dan total polifenol, tetapi meningkatkan aktivitas inhibisi a-glukosidase granular teh hijau. Dengan kadar air rendah (10%), dan sangat aktif sebagai

    inhibitor a-glukosidase (IC50 1,3864,157 g/mL) maka granular teh hijau berpotensi sebagai bahan baku obat DM tipe 2.[15]

    KESIMPULAN Proses pengeringan meningkatkan aktivitas inhibisi granular teh hijau lokal grade Arraca Yabukita hasil diafiltrasi menggunakan membran nanofiltrasi (DF-NF). Pada waktu pengeringan optimum 72 jam, dihasilkan granular teh hijau dengan kadar air, total polifenol, dan aktivitas -glukosidase berturut-turut sebesar 1,1431%, 8.238%, 86,89%. Pada keadaan ini kemam-puan granular teh hijau dalam menghambat a-glukosidase adalah dengan IC50 sebesar 1,386 g/mL atau sekitar 18 kali lebih kuat daripada standart kuersetin, dengan nilai IC50 25g/mL.

    UCAPAN TERIMA KASIHTerima kasih kepada Depdiknas atas bantuan dana dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini Tahun Anggaran 2009 dan 2010.

    Gambar 5. Hubungan antara aktivitas inhibisi -glukosidase dengan IC50 granular teh hijau Arraca Yabukita

    25

    61,05

    82,9 83,27 81,15 79,0383,52

    63,92

    71,41

    79,03

    86,89 83,943,36

    4,3932,539 2,189 2,996

    3,405 2,111 4,157 3,705 2,8561,386 1,585

    0,00

    20,00

    40,00

    60,00

    80,00

    100,00

    Kontrol 0 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80

    Waktu Pengeringan (jam)

    Akt

    ifita

    s In

    hibi

    si A

    lpha

    -Glu

    kosi

    dase

    (%)

    0,00

    7,50

    15,00

    22,50

    30,00

    37,50

    45,00

    52,50

    IC 5

    0 (u

    g/m

    L)

    Aktivitas Inhibisi Alpha-Glukosidase (%)

    IC 50

  • 39

    Galuh Widiyarti, Agustine Susilowati, dan Aspiyanto | Aktivitas Inhibisi ...

    DAFTAR PUSTAKA[1] Corry, D.B. and Tuck M.L. (2000). Protection

    from vascular risk in diabetic hypertension. Curr. Hypertens. Rep. 2 (2): 154159.

    [2] Sratton, I.M., Adler, A.I., Neil, H.A., Matthews, D.R., Manley, S.E., Cull,C.A, Hadden, D., Turner, R.C., and Holmann, R.R. (2000). As-sociation of Glycaemia with macrovascular and microvascular complications of type 2 diabetes (UKPDS 35): prospective observational study. Br. Med. J. 321 (7258): 405412.

    [3] Collene, L.A., Steven, R.H., Williams, J.A., and Wolf, W.B. (2005). Effects of a Nutritional Supplement Containing Salacia Oblonga Extract and Insulinogenic Amino Acids on Postprandial Hyperglycemia, Insulinemia, and Breath Hydro-gen Responses in Healthy Adults. Nutrition. 21: 848854.

    [4] Kim,Y.M., Jeong, Y.K., Wang, M.H., Lee, W.Y., and Rhee, H.I. (2005). Inhibitory Effect of Fine Extract on a-Glucosidase Activity and Postpran-dial Hyperglycemia. Nutrition. 21: 756761.

    [5] Fujita, H., Yamagami, T., and Ohshima, K. (2001). Anti-Glycemic Effect of Fermented Soybean-Derived Water-Soluble Toichi-Extract via a-Glucosidase Inhibitory Action in Rats and Humans After Single Oral Administration. Nutrition. 131: 12111213.

    [6] Dawra, R.K., Makkar, H.P.S., and Singh, B. (2004). Protein binding capacity of microquanti-ties of tannins. Anal. Biochem. 170 (1): 5053.

    [7] Grover, J.K., Yadav, S., and Vats, V. (2002). Medicinal plants of India with antidiabetic potential. Ethnopharmol. 81: 81100.

    [8] Sara, A.K., Shubha P., Natarajan A.A., Sheeba K., and Ahad N.K.Y. (2007). Influence of green tea on enzymes of carbohydrate metabolism, antioxidant defense, and plasma membrane in rat tissues. Nutrition. 23: 687695.

    [9] Naghma, K. and Hasan M. (2008). Multitargeted therapy of cancer by green tea polyphenols. Cancer Letters. 269 : 269280.

    [10] Agustine, S, Aspiyanto, Galuh, W., Hakiki, M, dan Yati, M. (2010). Diafiltrasi untuk memperoleh L-Theanine sebagai ingredien fungsional ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) menggunakan membran nanofiltrasi, Laporan Kegiatan Insentif Riset Penelitian dan Pere-kayasa.

    [11] Anonim. (2000). Standar Nasional Indonesia Gambir SNI 01-3391-2000, Badan Standarisasi Nasional, 16.

    [12] Gong, Y, Wang, K and Liu, Z. (2006). Principle of Tea Comprehensive Processing and Qual-ity Control: Determination of Polyphenol by Folin-Dennis Method via Spectrophotometer. International Traning Workshop of Tea Science, Hunan Agricultural University, Changsa, P.R. China. 2: 6.

    [13] Sabu, M.C., Smitha, K., and Ramadasan, Kut-tan. (2002). Anti-diabetic activity of green tea polyphenols and their role in reducing oxidative stress in experimental diabetes. J. Ethnopharm. 83: 109116. Lee Dong-Sun and Lee Sang-Han. (2001). Genistein, a Soy Isoflavon, is a Potent a-Glucosidase Inhibitor. FEBS Letters. 501: 8486.

    [14] Fu, D. (2006). Tea Biochemistry, Principle and Technology of Tea Comprehensive Process-ing: Tea Biochemistry. International Training Workshop of Tea Science, Hunan Agricultural University, Changsa, P.R. China. 1: 109118.

    [15] Anonim. (1994). Persyaratan Obat Tradisional. Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor: 661/Menkes/SK/VII/1994. 119.

    Diterima: 25 Juli 2011 Revisi: 27 Desember 2011 Disetujui: 3 Januari 2012