Download - Skripsi lengkap

Transcript
Page 1: Skripsi lengkap

PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN OVAPRIM

DAN PROSTAGLANDIN F2 α (PGF2 α) TERHADAP

FERTILITAS, DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN

LARVA IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus)

OLEH

HADRA FI AHLINA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2011

Page 2: Skripsi lengkap

PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN OVAPRIM

DAN PROSTAGLANDIN F2 α (PGF2 α) TERHADAP

FERTILITAS, DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN

LARVA IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus)

SKRIPSI

DALAM BIDANG BUDIDAYA PERAIRAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana

Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau

OLEH

HADRA FI AHLINA

Tim Penguji:

1. Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS

2. Ir. Hamdan Alawi, M.Sc

3. Ir. Nuraini, MS

4. Dr. Ir. Netti Aryani, MS

5. Ir. Ridwan Manda Putra, M.Si

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2011

Page 3: Skripsi lengkap

LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI

JUDUL PENELITIAN : PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN

OVAPRIM DAN PROSTAGLANDIN F2 α

(PGF2 α) TERHADAP FERTILITAS, DAYA

TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA

IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus)

NAMA MAHASISWA : HADRA FI AHLINA

NOMOR MAHASISWA : 0604113469

JURUSAN : BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS : PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

DISETUJUI OLEH

Dekan, Dosen Pembimbing I,

Prof. Dr. Bustari Hasan, M. Sc Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS

NIP. 195910241986031004 NIP.196210131989031001

Dosen Pembimbing II,

Ir. Hamdan Alawi, M.Sc

NIP.195510201982111001

Tanggal Lulus Ujian: 25 Juli 2011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN Jl. Bina Widya KM 12,5 Pekanbaru Telp. (0761) 63274, 63275 Fax. (0761) 63275

Page 4: Skripsi lengkap

RIWAYAT HIDUP

HADRA FI AHLINA, anak kedua dari enam bersaudara

ini adalah putri kandung dari pasangan bapak Drs. M. Husni

Thamrin dan ibu Rahmawati, S.Pd. Lahir di Air Tiris pada

tanggal 26 September 1987. Dan saat ini penulis dan

keluarga menetap di Pekanbaru. Penulis lahir dan

dibesarkan ditengah lingkungan keluarga yang menomorsatukan agama dan

pendidikan, berikut riwayat pendidikan penulis:

Tahun 1994 – 2000 : SD Negeri 005 Bukit Raya (kelas 1-5)

SD Negeri 034 Tenayan Raya (kelas 6).

Tahun 2000 – 2003 : SLTP Negeri 09 Tenayan Raya

Tahun 2003 – 2006 : SUPM Internasional Prov. Riau di Dumai

Kelas I PKL di BBAT Rumbai selama 1 bulan.

Kelas II PKL di BBAT Sukabumi (2 bulan) dan BBPBAP Jepara (2 bulan).

Kelas III PKL di Balai Budidaya Udang Vannamei Banyuwangi selama 3

bulan.

Tahun 2006 – 2011 : Melalui (SPMB) diterima di Jur. BDP FAPERIKA UNRI.

Melakukan Praktek Umum di Desa Kandangan Kec. Pematang Bandar Kab.

Simalungun Prov. Sumut pada September 2009 dengan nilai Sangat

Memuaskan.

Melakukan KUKERTA di Desa Pulau Padang Kec. Singingi Kab. Kuantan

Singingi Prov. Riau dari Juni - Agustus 2009 dengan nilai Sangat

Memuaskan.

Melakukan Penelitian dengan judul Pengaruh Kombinasi Penyuntikan

Ovaprim dan PGF2a terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan

Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) tahun 2010 dan dinyatakan LULUS

pada tahun 2011 dengan predikat nilai Sangat Memuaskan.

Page 5: Skripsi lengkap

THE EFFECT OF COMBINATION OF OVAPRIM AND

PROSTAGLANDIN F2 α (PG F2 α) ON FERTILIZATION RATE,

HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE OF Ompok hypopthalmus

By

Hadra Fi Ahlina1 , Sukendi

2 , and Hamdan Alawi

2

Abstract

The aims of the research was to study the effect of Combination of

Ovaprim and Prostaglandin F2 α on fertilization rate, hatching rate and survival

rate of Ompok hypopthalmus. In this experiment, the treatments were applied as :

P1= 50% Ovaprim + 50% PGF2 α (0,45 ml Ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg of

body weight), P2 = 75% Ovaprim + 25% PGF2 α (0,67 ml Ovaprim + 625 µg

PGF2 α/kg of body weight), P3= 25% Ovaprim + 75% PGF2 α (0,22 ml Ovaprim

+ 1875 µg PGF2 α/kg of body weight), P4 = 100% PGF2 α (2500µg PGF2 α/kg of

body weight), dan P5 = 100% Ovaprim/kg (0,9 ml Ovaprim/kg of body weight).

Ovaprim and prostaglandin injection were significantly affect the

fertilization rate, hatching rate and survival rate of the fish. The best result was

obtained from treatment P2 fertilization rate of (75,33 %) hatching rate (76,03 %)

and survival rate (52,76 %).

Keywords: Ovaprim, Prostaglandin F2 α, Ompok hypopthalmus, Fertilization rate,

hatching rate, Survival Rate

1 Student of Faculty of Fishery and Merine Science, Riau University

2 Lecture of Faculty of Fishery and Merine Science, Riau University

Page 6: Skripsi lengkap

RINGKASAN

HADRA FI AHLINA (0604113469) Pengaruh Kombinasi Penyuntikan

Ovaprim dan Prostaglandin F2α (PGF2 α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas

dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Dibawah

Bimbingan Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS dan Ir. Hamdan Alawi, M.Sc.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 – Maret 2011, di

Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan

kelulushidupan larva ikan Selais (Ompok hypopthalmus).

Ikan uji yang digunakan adalah induk ikan Selais yang beratnya berkisar

45-50 gram dengan jumlah keseluruhan 15 ekor betina dan 10 ekor jantan yang

berasal dari langgam. Induk ikan tersebut dipelihara dikolam percobaan sebelum

dilakukan penyuntikan. Hormon yang digunakan adalah ovaprim dan

prostaglandin F2 α.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan

dan 3 kali ulangan. P1: 50% ovaprim + 50 % PGF2 α (0,45 ml ovaprim + 1250 µg

PGF2 α/kg bobot tubuh), P2: 75% ovaprim + 25 % PGF2 α (0,67 ml ovaprim +

625 µg PGF2 α/kg bobot tubuh), P3: 25% ovaprim + 75 % PGF2 α (0,22 ml

ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh), P4: 100% PGF2 α (2500 µg PGF2

α/kg bobot tubuh) dan P5: 100% Ovaprim (0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh).

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kombinasi penyuntikan ovaprim

dan PGF2 α diperoleh perlakuan terbaik pada perlakuan P2 dengan kombinasi

Page 7: Skripsi lengkap

penyuntikan 75% ovaprim + 25 % PGF2 α (0,67ml ovaprim + 625 µg PGF2 α/kg

bobot tubuh) menghasilkan tingkat pembuahan 75,33 %, tingkat penetasan 76,03

% dan kelulushidupan 52,76 % dibandingkan dengan P5 yakni kombinasi

penyuntikan 100 % ovaprim yang menghasilkan tingkat pembuahan 72,69 %,

tingkat penetasan 71,05 % dan kelulushidupan 40,12 %.

Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian adalah suhu berkisar

antara 27 - 280

C, pH 6 -7.

Page 8: Skripsi lengkap

Barang siapa yang hari ini seperti kemarin, sesungguhnya ia merugi. Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari

kemarin, sesungguhnya ia celaka. Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dia adalah orang yang

beruntung. Siapa merintis jalan mencari ilmu, Allah memudahkan jalannya ke Surga (HR. Muslim)

Hidup akan sangat berarti ketika ilmu terus bertambah dari waktu ke waktu. Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim.

(HR. Ibnu Majah)

Karena perintah-Mu ya Allah… Hamba ingin menjadikan hidup ini lebih berarti. Berkat rahmat dan izin dari-Mu hamba dapatkan kesempatan ini. Sujud syukur hamba pada-Mu ya

Allah… ya Rahman… ya Rahim…

Dengan mengucapkan Basmalah seraya penuh harap akan tercurahnya nikmat dan hidayah dari Allah SWT, ku

persembahkan tulisan ini sebagai ucapan terimakasihku untuk

Ayahanda Tercinta (Drs. M. Husni Thamrin) dan Ibunda Tercinta (Rahmawati, S.Pd), harapan yang telah Ayah Ibu gantungkan perlahan menjadi kenyataan, atas restu

dan untaian do’a yang panjang melambung, menerangi setiap jejak langkah kakiku. Dan kini aku datang bersama satu

kemenangan, buah peluh kerap kau curahkan dengan simbahan air mata diantara lafaz Allahuakbar dikala sujud

bersama tasbih, tahmid dan tahlil.

Untukmu, kemenangan dari semua itu…

Your Lovely: ‘Na

Page 9: Skripsi lengkap

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur penulis haturkan sebagai tanda

terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan

jasmani dan rohani, serta semangat yang tiada tara, sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi yang berakhir dengan pembuktian didepan tim penguji.

Semoga dengan ini penulis bisa lebih semangat untuk mengejar impian dan cita-

cita kelak. Amin.

Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim

dan Prostaglandin F2a, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh dilakukan

penelitian dan pengamatan pada ikan Selais melalui tingkat pembuahan, tingkat

penetasan serta kelulushidupan larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus).

Keliru besar bila saya tidak mengucapkan terimakasih pada banyak orang

yang telah membantu melewati proses panjang lahirnya skripsi ini:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustari Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau beserta staf.

2. Bapak Ir. Mulyadi, M.Phil selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan

beserta staf.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS dan Bapak Ir. Hamdan Alawi, M.Sc yang

telah membimbing dengan jenius, memotifasi dan mengarahkan ke arah

yang terbaik.

4. Tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun

agar skripsi ini layak dijadikan pedoman untuk penelitian-penelitian

berikutnya.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Syafriadiman, M.Sc selaku Penasehat Akademik yang

telah memberikan pelajaran-pelajaran berharga.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. M. Husni Thamrin dan Ibunda

Rahmawati, S.Pd yang selama ini menjadi kekuatan hati, entah

bagaimana „Na bisa melakukannya tanpa nasehat bijak ayah dan

penghiburan ibu dikala sedih. Terimakasih yang tak terhingga atas usaha

dan do‟a ayah ibu…

Page 10: Skripsi lengkap

7. Buat keluarga tersayang, kakak ku Hadra Fi Magfirah. S.Sos dan bg.

Ilham Hidayatullah, ST… terimakasih, walopun motivasi yang diberikan

gag sesuai dengan yang diharapkan… dan makasih jugag atas kasih

sayang yang telah dicurahkan kepada adikmu ini… semoga „Na bisa jadi

teladan buatt yang lainn… Sii Kembar Hadra Fi Kharisma dan Anugrah

Ganda Putra, cepad2lah sarjana, waktunya qta bahagiakan ibu dan

ayah… Anugrah Firasat Putra‟n Anugrah Qodrat Ramadhan Putra,

belajar yang rajinn iaa sayangg… karena, tak mudah untuk menjadikan

diri kita ini untuk sedikit lebih diperhatikan oleh orang lain…

8. Terimaksih „Na untuk keluarga besar RFC… semoga selalu berada dalam

lindungan Allah SWT, amin… rasanya ada yang mengganjal dihati bila

„Na gag ngucappiinn terimakasih kepada mereka semua, terutama untuk

Nenek tercinta Hj. Rafi’ah yang selalu mengingatkan „Na untuk lebihj

rajin sholat, lebih rajin makan, lebih rajin belajar, dan banyak-banyak

berdo‟a supaya kelak apa yang diinginkan dapat tercapaii…

9. Teman-teman seperjuangan yang sejak 8 tahun lalu bersama… berawal

dari MPK, kita saling tau dan saling menyatu, keluarga kecilku Alumni

SUPM yang sampai saat ini masih melangkah bersama menggapai cita-

cita… Lisa, Rita, Eka, Yani, Lidya, Zuhdi, semoga kita masih tetap

diberi kesempatan untuk sama-sama berjuang meraih apa yang ingin kita

raih… juga bwad Iing, Dewe „n Nana, tetap semangat iaa… ^_^ juga

bwad junior ku yang baik, kadir „n yongki, makassii… Juga bwad 2

sahabat terbaik sejak eSDe hingga saat ini, Sylvia Novianty, S.Pd dan

Citra Riana, makassii yaa sayyaaanggg, atas penghiburannya dikala

keBeTean menyerangg… semoga persahabatan ini berjalan hingga

selamanyaa…

10. Dan „Na jugag bersyukur berada dilingkaran orang-orang hebat ini, teman-

teman seangkatan BDP ’06 yang selalu memberikan senyuman tulus serta

menyalurkan semangat belajarnya, sungguh beruntung “Hadra”

menemukan Xan disini… Fatima, Ariev, Syafriel, Wahyu, Haviz,

Ajenk, Nuri, Elda, Werlyn, Amran „n Destriman, terimakasih udah

bwad hari-hari Hadra jadi lebih berwarna dari pada gambar anak TK…

Page 11: Skripsi lengkap

teman-teman se Lab, Fikri, Hardy, Adiet, Mahfudh, Rodhie, Heru „n

Netti, terimakasih atas kebersamaan kita yang singkat inii, walau singkat

tapi cukup berkesan untuk di kenang… Xan adalah teman terhebat

sepanjang masa… wish u all the best…

11. Terimakasih juga untuk Mass Herrii yang terlalu banyak sekali membantu

mulai dari awal penelitian hingga dalam penyusunan skripsi ini, juga bwad

abg-abg yang selalu bisa menghibur disaat „dra mulai jenuh dengan

penelitiann yang gag kunjung selesaii. Bg.Donii, Bg.Riri, Bg.Dodot,

Bg.Deni, Bg.Ridwan, Yudhis dan Oka… Makkassiiii… Juga bwad

Bg.Dahir, Bg.Aleq, Bg,Aal, Kaq Eni untuk info dan kerjasamanyaa…

makassii iaa…

12. Dan ucapan terimakasih terhangatku tercipta untuk someone special, Mr. J

yang rela dijadikan tempat pelampiasan emosi sesaat ku, yang luar biasa

tabah dalam menjalani proses lama yang menyiksa ini, orang lain mungkin

sudah membiarkan aku terhempas sendiri, tapi dya… Terimakasih telah

mempertahankan aku Mr… walopun akhirnya qta tetap pada koridor

masing-masing… tappii percayalah, semua TIDAK sia-sia… ada hasil dan

hikmah yang dapat qta ambil dari semua itu…

Akhirnya proses panjang yang menyiksa ini selesai sudah… semoga

skripsi ini dapat bermanfaat untukku dan bagi semua orang… Amin yaa

robbal‟alamin.

Wassalamu‟alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Pekanbaru, Juli 2011

Hadra Fi Ahlina, S.Pi

Page 12: Skripsi lengkap

DAFTAR ISI

Isi Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 3

1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 3

1.4. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1. Biologi Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ..................................... 5

2.2. Pemijahan Buatan ............................................................................. 6

2.3. Ovaprim ............................................................................................ 7

2.4. Prostaglandin F2 α ............................................................................. 8

2.5. Fertilisasi dan Penetasan .................................................................. 9

2.6. Kualitas Air....................................................................................... 11

III. BAHAN DAN METODE ..................................................................... 13

3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 13

3.2. Bahan dan Alat ................................................................................. 13

3.2.1. Ikan Uji .................................................................................. 13

3.2.2. Hormon .................................................................................. 13

3.2.3. Wadah Peralatan..................................................................... 13

3.2.4. Air dan Pengukuran Kualitas Air ........................................... 14

3.3. . Metode Penelitian............................................................................. 14

3.3.1. Rancangan Percobaan ............................................................ 14

3.3.2. Peubah yang diukur ................................................................ 16

3.3.3. Asumsi ................................................................................... 17

3.3.4. Analisa Data ........................................................................... 17

3.4. . Prosedur Penelitian........................................................................... 17

3.4.1. Persiapan Wadah ................................................................... 17

3.4.2. Persiapan Ikan Uji ................................................................. 18

3.4.3. Penyuntikan dan Pengurutan ................................................. 18

3.4.4. Fertilisasi dan Penetasan Telur .............................................. 20

3.4.5. Pengelolaan Kualitas Air ....................................................... 21

Page 13: Skripsi lengkap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 22

4.1. Hasil .................................................................................. 22

4.1.1. Tingkat Pembuahan, Penetasan dan Kelulushidupan ............ 22

4.1.2. Kualitas Air............................................................................ 24

4.2. Pembahasan .................................................................................. 25

4.2.1. Fertilitas ................................................................................. 25

4.2.2. Daya Tetas ............................................................................. 28

4.2.3. Kelulushidupan Larva ............................................................ 30

4.2.4. Kualitas Air............................................................................ 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 32

5.1. Kesimpulan .................................................................................. 32

5.2. Saran .................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: Skripsi lengkap

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perlakuan yang akan diberikan .............................................................. 15

2. Nilai Fertilitas, Daya Tetas an Kelulushidupan Larva Ikan Selais (%) . 22

3. Parameter Kualitas Air selama Penelitian ............................................. 25

Page 15: Skripsi lengkap

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ........................................................ 5

2. Penyuntikan Induk Betina Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ............. 19

3. Stripping / Pengurutan Induk Betina Ikan Selais (Ompok

hypopthalmus) ......................................................................................... 19

4. Pencampuran Sel Sperma dan Sel Telur ................................................. 20

5. Histogram Tingkat Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva

Ikan Selais ............................................................................................... 23

6. Pembuahan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ........................... 25

7. Penetasan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ............................. 28

Page 16: Skripsi lengkap

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 37

2. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α

Terhadap Fertilitas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). .............. 41

3. Tabel Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi

Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Fertilitas Telur Ikan

Selais (Ompok hypopthalmus)................................................................. 42

4. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α

Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). .......... 43

5. Tabel Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi

Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Daya Tetas Telur Ikan

Selais (Ompok hypopthalmus)................................................................. 44

6. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2

α Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok

hypopthalmus). ........................................................................................ 45

7. Analis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi

penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α terhadap Kelulushidupan

Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) .............................................. 46

Page 17: Skripsi lengkap

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan selais (Ompok hypopthalmus) merupakan salah satu jenis ikan yang

banyak dijumpai di perairan sungai yang ada di Propinsi Riau. Tingginya nilai

ekonomis ikan selais dan rasa dagingnya yang disukai oleh masyarakat, telah

menggolongkan ikan ini kedalam jajaran ikan-ikan air tawar kelas satu.

Sebagaimana telah dikemukakan oleh Pulungan et al. (1985) bahwa ikan selais

tergolong sebagai jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi khususnya di

Riau. Akan tetapi persediaannya di alam sangatlah terbatas, hal ini disebabkan

karena ikan selais yang ada merupakan hasil tangkapan nelayan dari alam.

Kelestarian ikan selais di alam perlu dijaga, namun kebutuhan masyarakat

terhadap ikan ini perlu pula dipenuhi. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar

kebutuhan masyarakat tehadap ikan terpenuhi dan kelestariannya dialam tetap

terjaga dengan mencoba melakukan pembenihan ikan melalui pemijahan buatan.

Pemijahan buatan pada umumnya ditujukan pada spesies ikan yang

mengalami kesulitan untuk berkembang biak dengan sempurna pada lingkungan

buatan. Selain itu juga bertujuan untuk memperoleh benih ikan diluar musim

pemijahan.

Secara umum untuk meningkatkan produksi benih ikan selais dapat

dilakukan pemijahan buatan dengan menggunakan hormon, baik hormon sintesis

maupun hormon yang diekstrak dari hipofisa. Hormon atau zat perangsang yang

dapat digunakan untuk merangsang ovulasi pada ikan adalah (1) Antitestosteron,

(2) Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH), (3) Dopamin Antagonis, (4)

Gonadotropin, (5) Steroid dan (6) Prostaglandin (Hoar et al, 1983 dalam Sukendi,

2006).

Page 18: Skripsi lengkap

Penggunaan hormon sintetis sebagai pengganti kelenjar hipofisa untuk

pemijahan sudah banyak dilakukan. Dalam hal ini penggunaan hormon sintetis

mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1. Selalu tersedia dalam kemasan mantap

dan terukur, 2. Tersimpan dengan baik dan aman, 3. Mencegah pembunuhan ikan

sebagai donor, 4. Mengurangi proses koleksi (penggerusan dalam penggunaan

hipofisa ikan), 5. Biaya, waktu dan tempat dapat lebih hemat (Ernawati, 1990).

Oleh karena itu penelitian tentang pemberian rangsangan hormonal terhadap jenis-

jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi sangat perlu dilakukan untuk

memperoleh benih yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi benih ikan

selais yang semakin menurun adalah dengan memberikan rangsangan hormonal

yakni ovaprim dan prostaglandin F2 α. Ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2 α)

merupakan hormon yang apabila dilihat dari fisilogis dalam proses reproduksi

pada ikan saling bekerjasama dalam memacu terjadinya ovulasi dan pemijahan

pada ikan. Menurut Natalia (2011), ovaprim dapat memberikan daya rangsang

pemijahan lebih tinggi, menghasilkan waktu laten yang lebih singkat terhadap

ikan selais. Sedangkan menurut Sukendi (2001), ovaprim dan prostaglandin dapat

merangsang pembuahan, penetasan dan menghasilkan kelulushidupan yang tinggi

pada ikan baung. Oleh karena itu perlu juga dilakukan untuk mengetahui peranan

ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2 α) terhadap keberhasilan pembuahan dan

penetasan ikan selais. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian ini

melalui teknik pemijahan buatan.

Page 19: Skripsi lengkap

1.2. Perumusan Masalah

Penggunaan ovaprim secara tunggal maupun kombinasi dengan

prostaglandin F2 α (PGF2 α) pada dosis yang tepat sangat menentukan

keberhasilan dalam pemijahan buatan. Ovaprim adalah campuran analog salmon

Gonadotropin Releasing Hormon (sGnRH-a) dan anti dopamine. Dalam proses

reproduksi pada ikan GnRH-a berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan

Gonadotropin Hormon, pada kondisi alamiah sekresi gonadotropin dihambat oleh

dopamine dan bila dopamine dihalangi oleh antagonisnya maka peranan dopamine

akan terhenti sehingga sekresi gonadotropin akan semakin meningkat yang

selanjutnya disekresikan kedalam darah dan merangsang pematangan gonad.

Sedangkan PGF2 α berperan untuk merangsang pecahnya folikel dan pengeluaran

oosit yang telah matang pada ikan betina dan pada ikan jantan berperan untuk

mengeluarkan seluruh sel-sel spermatozoa yang terdapat didalam tubulus

semeniferi testis.

Dalam hal ini, masalah yang sangat terlihat dalam memproduksi benih

ikan selais selain pemilihan induk yang baik, ketelitian pada saat penyuntikan,

suhu serta kualitas air, dosis hormon yang disuntikkan juga harus tepat.

Berdasarkan hal tersebut, maka pemijahan buatan dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan kombinasi Ovaprim dan Prostaglandin (PGF2 α).

1.3. Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi

penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan

kelulushidupan larva ikan Selais (Ompok hypophthalmus).

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang

kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terbaik untuk menghasilkan nilai

Page 20: Skripsi lengkap

fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan ikan Selais (Ompok hypophthalmus)

dalam usaha pembenihan.

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh

kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan

kelulushidupan larva ikan selais (Ompok hypophthalmus).

Page 21: Skripsi lengkap

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

Gambar 1: Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

Ikan selais termasuk dalam family Siluridae, sub ordo Siluroidea, ordo

Ostariophysi, genus Ompok dan spesies Ompok hypopthalmus (Saanin, 1984).

Ikan selais (Ompok hypopthalmus) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh sebagai

berikut: memiliki 10 – 11 tulang tambahan tutup insang, sirip anus 72 – 88, sirip

ekor bercagak, bagian atas sedikit lebih panjang dari pada bagian bawah. Sirip

perut pendek, sirip dada jauh lebih panjang dari pada kepala, sirip punggung

tereduksi, sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur, propel punggung

mencembung seperti propel tengkuknya, gigi pada tulang mata bajak satu tumpuk.

Berisirip perut 6 – 14, sirip dubur sangat panjang dan berakhir dekat sirip ekor.

Mata besar, warna agak gelap, daerah penyebarannya adalah di Sumatera,

Malaysia, Indocina (Kottelat et al, 1993).

Page 22: Skripsi lengkap

Pulungan et al, (1985) ikan selais termasuk ikan air tawar yang tergolong

family Siluridae. Jenis ikan ini sudah dikenal oleh sebagian masyarakat terutama

sekali masyarakat yang berada di kawasan Sunda, akan tetapi nama yang

diberikan terhadap ikan selais ini sesuai dengan daerah asal dimana ikan ini di

dapat. Jenis ikan famili Siluridae pada umumnya berada pada perairan sungai

maupun danau serta danau yang berukuran kecil, dan ikan ini juga senang

bersembunyi di sela-sela tanaman air di tempat hidupnya. Ikan selais juga banyak

ditemukan di aliran sungai dan anak sungai yang airnya jernih dan dasarnya

berpasir campur batu-batuan ukuran kecil, kecerahan air berkisar 44 – 75 cm,

suhu berkisar 26 – 290C dan nilai derajat keasamannya berkisar antara 5 – 6.

Ikan selais tergolong sebagai ikan karnivora, tetapi tidak tergolong sebagai

ikan dasar. Hal ini sesuai dengan bentuk tubuhnya yang pipih memanjang dan

tidak mempunyai sisik dan ikan ini lebih senang bergerombolan daripada sendiri-

sendiri dalam perairan (Pulungan et al, 1985).

Nuraini (2004) menyatakan bahwa ciri-ciri seksual sekunder pada ikan

selais jantan yaitu bentuk kepala melebar, lubang pelepasan (papilla genital)

lancip, warna punggung cerah. Sedangkan ciri-ciri seksual sekunder dari selais

betina adalah bentuk ujung kepala agak membulat dan lubang pelepasan tumpul.

Induk ikan selais betina yang telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk

perutnya yang relatif membesar dan permukaan kulitnya sangat lembut atau dapat

juga dengan melihat lubang genitalnya berwarna kemerahan, maka induk dalam

kondisi siap memijah. Sedangkan untuk ikan selais jantan kematangan gonadnya

dapat diketahui dengan mengurut sedikit perutnya, bila keluar cairan berwarna

putih susu maka induk jantan siap untuk dipijahkan.

Page 23: Skripsi lengkap

2.2. Pemijahan Buatan

Pemijahan buatan dilakukan dengan cara penyuntikan ekstrak kelenjar

hipofisa ikan terhadap ikan lain yang ingin dipijahkan. Teknik ini telah dikenal

sejak Houssey pada tahun 1931, yang selanjutnya dikembangkan oleh Von Hering

di Brazilia dan dikenal dengan istilah hipofisasi (Matty, 1985). Hipofisasi adalah

teknik yang dipakai untuk merangsang ikan yang matang kelamin untuk memijah

atau ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa (Hardjamulia dan

Atmawinata, 1980). Namun menurut Hardjamulia (1975) teknik hipofisasi

memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) hilangnya ikan donor karena

diambil hipofisanya, (2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan

suntikan untuk induksi ovulasi atau pematangan gonad pada ikan sukar dilakukan,

(3) tidak diketahui dengan pasti hormone mana yang sebenarnya berpotensi untuk

ovulasi dan kematangan gonad dan (4) penyakit dapat menular dengan mudah dari

ikan donor ke ikan resipien.

Dalam pemijahan buatan lebih sering digunakan hormon sintetis daripada

ekstrak hipofisa, kelebihan penggunaan hormone sintetis antara lain : (1) selalu

tersedia dalam kemasan yang mantap dan terukur; (2) tersimpan dengan baik dan

aman, perubahannya apat diusahakan seminimal mungkin; (3) uniform dan

universal; (4) mencegah pembunuhan ikan sebagai donor; (5) mengurangi proses

koleksi dan (6) biaya, waktu dan tenaga dapat lebih dihemat.

2.3. Ovaprim

Ovaprim adalah kombinasi dari analog salmon gonadotropin Realesing

Hormone (sGnRH-a) dengan anti dopamine. Setiap 1 ml ovaprim mengandung 20

µg sGnRH-a (D-Arg6, Trp

7, Leu

8, Pro

9-NET)- LHRH dan 10 mg anti dopamine

(Nandeesha et al., 1990 dan Harker, 1992 dalam Sukendi, 2001).

Page 24: Skripsi lengkap

Dosis ovaprim yang dipakai untuk merangsang ovulasi pada ikan betina

adalah 0,5 ml/kg bobot tubuh sedangkan untuk merangsang spermiasi pada ikan

jantan adalah 0,10 – 0,20 ml/kg bobot tubuh (Harker, 1992 dalam Sukendi 2001).

Nandeesha et al, (1990 dan 1991) menyatakan dosis yang dapat digunakan untuk

beberapa spesies ikan adalah : Catla : 0,40 – 0,50 ml/kg bobot tubuh, Rohu : 0,30

-0,40 ml/kg bobot tubuh, Mrigal : 0,25 – 0,30 ml/kg bobot tubuh, Silver carp :

0,50 – 0,70 ml/kg bobot tubuh, Grass Carp : 0,50 -0,70 ml/kg bobot tubuh, Big

Had Carp : 0,50 ml/kg bobot tubuh, Bata : 0,50 ml/kg bobot tubuh dan Fringe

Lippe Carp : 0,50 ml/kg bobot tubuh. Sedangkan dosis yang terbaik untuk

menghasilkan nilai fertilisasi dan daya tetas telur ikan Sumatra (Puntius tetrazona

Blrk) adalah 1,00 ml/kg bobot tubuh (Sukendi, 1997).

Pemakaian ovaprim memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan

ekstrak hipofisa, yaitu : (1) memberi daya rangsang pemijahan yang lebih baik;

(2) menghasilkan telur dengan diameter lebih besar; (3) menghasilkan wakru laten

lebih singkat dan angka mortalitas lebih kecil ( Nandeesha et el., 1990 dan 1991

dalam Sukendi, 2001).

2.4. Prostaglandin F2 α (PGF2 α)

Prostaglandin merupakan derivate dari struktur asam prostanoat dan

berasal dari asam lemak esensial melalui seleksi dan oksidasi (Tunner dan

Bagnara, 1988 dalam Sukendi, 2001). Prostaglandin berperan dalam

mempercepat ovulasi dan mengatur singkronisasi tingkah laku memijah (Shilo

dan Sarig, 1982) yang telah dicobakan pada ikan rainbow trout (Jalabert dalam

Hoar et al., 1983), Goldfish betina (Stancy dan Petter dalam Hoar et al., 1983)

dengan dosis 10 μg/kg bobot tubuh dan pada ikan catfish (Heteropnenstes fossilis)

Page 25: Skripsi lengkap

dengan dosis 10 μg/kg bobot tubuh antara 41 – 47 gram. Pada ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus Burcheel) dengan dosis 2500 μg/kg bobot tubuh (Ernawati,

1990 dalam Sukendi 2001). PGF2 α berperan dalam pecahnya folikel dan

pengeluaran oosit yang telah matang (Stancy dan Goetz, 1989 dalam Sukendi

2001) serta menstrimulasi inti sel yang berbeda dalam germinal vesikula

bermigrasi ke bagian pinggir (Downs dan Langgo 1983 dalam Sukendi 2001).

2.5. Fertilisasi dan Penetasan

Fertilisasi atau pembuahan adalah penggabungan antara inti sel sperma

dan inti sel telur sehingga membentuk zigot yang kemudian mengalami

pembelahan (Lagler, 1972; Sumantadinata, 1983). Telur dan spermatozoa yang

baru dikeluarkan dari tubuh induk ikan akan mengeluarkan zat kimia yang

berguna dalam proses pembuahan. Zat yang dikeluarkan tersebut dinamakan

gamon, dimana gamon yang berasal dari telur disebut ginamon I dan ginamon II,

sedangkan gamon yang berasal dari spermatozoa disebut androgamon I dan

androgamon II. Ginamon I berperan untuk mempercepat pergerakan dan menarik

spermatozoa dari spesies yang sama secara kemotaxis, ginamon II berperan

mengumpulkan dan menahan spermatozoa pada permukaan telur. Sedangkan

fungsi androgamon I adalah menekan aktifitas spermatozoa ketika masih berada

di dalam saluran genital ikan jantan dan androgamon II berperan untuk membuat

permukaan korion menjadi lembut sebagai lawan dari peran ginamon II.

Proses pembuahan pada ikan teleostei bersifat monospermik, yaitu hanya

satu spermatozoa yang akan melewati mikrofil dan membuahi sel telur (Lagler,

1972). Pada proses pembuahan hanya kepala spermatozoa yang dapat masuk

kedalam sel telur, sedangkan ekornya tertinggal diluar, sitoplasma dan chorion

Page 26: Skripsi lengkap

merenggang dan semacam sumbat segera menutupi mikrofil untuk menghalangi

masuknya spermatozoa yang lain. Menurut Sumantadinata (1983) menyatakan

bahwa setelah memasuki telur inti spermatozoa mulai membesar dan

kromosomnya mengalami perubahan sehingga memungkinkan untuk bersatu

dengan kromosom dari sel telur sebagai fase awal pembelahan. Setelah terjadinya

fertilisasi, diikuti dengan proses penetrasi yang akan menghasilkan (1) masuknya

spermatozoa melalui perubahan kondisi didalam sel telur, (2) penggabungan

materi inti spermatozoa dan sel telur, (3) pembelahan dari satu sel zigot menjadi

suatu embrio yang banyak sel dan (4) organisasi dari multiseluler menjadi

jaringan organ dan sistem yang memberi bentuk dan fungsi pada embrio (Lagler,

1972). Perkembangan embrio terus menjadi mulai dari proses pembuahan hingga

ikan mendapat makanan dari luar, perkembangan ini menurut Nikolsky (1963)

dibedakan menjadi periode telur (perkembangan yang terjadi dalam membran)

dan periode pra larva (perkembangan yang terjadi diluar membran).

Penetasan terjadi karena menurunnya kekerasan korion yang disebabkan

oleh substansi enzim khorionase yang bersifat mereduksi. Disamping itu dapat

pula disebabkan oleh gerakan–gerakan akibat peningkatan suhu intensitas cahaya

atau penyerapan tekanan oksigen (Blaxter, 1969). Effendie (1985) menyatakan

bahwa pada proses penetasan yang dikeluarkan terlebih dahulu dari cangkang

telur adalah bagian ekor embrio, kemudian yang terakhir adalah bagian kepala,

karena ukurannya lebih besar dari bagian tubuh yang lain. Embrio yang keluar

dari cangkang telur akan memasuki stadia pra larva, dengan ciri-ciri adalah masih

mempunyai kuning telur, tubuh transparan, sirip dada dan sirip ekor sudah ada

tetapi belum sempurna. Menurut Woynarovich dan Horvath (1980) larva yang

baru menetas akan menggerakkan bagian ekor kekiri dan kekanan dengan gerakan

Page 27: Skripsi lengkap

lambat dan lebih banyak istirahat karena tidak dapat mempertahankan

keseimbangan untuk posisi tegak.

2.6. Kualitas Air

Lesmana (2002) bagi biota air, terutama ikan air berfungsi sebagai media,

baik media internal maupun eksternal. Sebagai media internal, air berfungsi

sebagai bahan baku untuk reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan makanan ke

seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh,

pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, dan pengatur

atau penyangga suhu tubuh. Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi

sebagai habitatnya. Oleh karena peran air sangat penting atau essensial dalam

kehidupan biota air maka kualitas air dan kuantitasnya pun harus dijaga sesuai

kebutuhan ikan.

Kualitas air yang ideal bagi kehidupan larva ikan pada umumnya adalah

kualitas air yang menunjang kehidupan larva ikan itu sendiri untuk menyelesaikan

daur hidupnya, serta mendukung kehidupan organisme-organisme makanan ikan

yang diperlukan dalam menyelesaikan daur hidupnya tersebut (Wardoyo, 1981).

Suhu air merupakan satu faktor yang penting untuk media hidup ikan.

Suhu air akan sangat berpengaruh terhadap aktifitas, pergerakan, makan ikan,

pertumbuhan, dan perkembangbiakan. Secara umum suhu yang sesuai untuk

semua ikan yang berada di kawasan tropis adalah 23,8 – 32,20C. Suhu air juga

sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut, karbondioksida, nitrogen

dan yang lainnya di dalam air. Semakin rendah suhu maka semakin banyak

kandungan gas yang dapat larut di dalam air, suhu juga memegang peranan

penting dalam stratifikasi termal (Affiadi dan Prahara dalam Nusirhan, 2009).

Page 28: Skripsi lengkap

Afrianto dan Liviawaty (1992) menyatakan umumnya ikan dapat

beradaptasi pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH)

berkisar antara 5 – 9, sebagai besar spesies ikan air tawar pH yang cocok adalah

diantara 6,5 – 7,5.

Page 29: Skripsi lengkap

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 - sampai Maret

2011 di Laboratorium Pembenihan Ikan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah induk ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

yang berasal dari penangkapan di alam yang telah diadaptasikan dalam keramba

yang terletak di sungai Kampar Kiri Desa Langgam (Lampiran 1. a). Jumlah

induk yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 ekor induk betina dan 10

ekor induk jantan yang ukurannya berkisar antara 45-50 gr dengan panjang 14-18

cm.

3.2.2. Hormon

Hormon sebagai obat perangsang yang digunakan adalah ovaprim dan

prostaglandin F2 α, alkohol 75% untuk mensterilkan alat, dan kalium

permanganate (PK) untuk menghilangkan bakteri pembawa penyakit pada wadah

(Lampiran. 1. b).

3.2.3. Wadah dan Peralatan

Wadah yang digunakan untuk ikan uji adalah akuarium sebanyak 15 unit

dengan ukuran 40x40x40 cm3 dan satu buah bak ukuran 200 x 100 x 75 cm

3 untuk

penampungan induk sebelum digunakan sebagai ikan uji. Setiap wadah dilengkapi

dengan sistem aerasi sebagai penyuplai oksigen.

Page 30: Skripsi lengkap

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat suntik volume 1

ml untuk penyuntikan ikan, 1 buah tangguk yang digunakan untuk menangkap

induk ikan selais, 1 buah timbangan ohaus untuk mengukur berat ikan, 15 buah

mangkuk kecil untuk menampung telur hasil stripping, 15 buah petridisk untuk

menampung sampel telur, 15 buah tapisan santan sebagai tempat telur menempel,

1 buah keteter Canula untuk mengambil sampel telur, alat tulis untuk mencatat

setiap perubahan dan 1 unit camera digital untuk dokumentasi selama penelitian

(Lampiran. 1. b).

3.2.4. Air dan pengukuran Kualitas Air

Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari air sumur bor yang

telah diendapkan dalam bak penampungan dan diaerasi. Pengukuran kualitas air

untuk pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada setiap akuarium percobaan

sedangkan untuk mengukur pH dilakukan dua kali yakni awal dan akhir

penelitian. Untuk pengukuran kualitas air digunakan thermometer untuk

mengukur suhu dan Indicator Universal untuk mengukur pH.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Rancangan Percobaan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan

dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1:

Page 31: Skripsi lengkap

Tabel 1: Perlakuan yang diberikan

No Wadah Perlakuan

Ket Ovaprim PGF2 α

1.

P1

50%

50%

0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α /kg

bobot tubuh

2.

P2

75%

25%

0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2 α /kg

bobot tubuh

3.

P3

25%

75%

0,22 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α /kg

bobot tubuh

4. P4

100% 2500 PGF2 α /kg bobot tubuh

5. P5 100% 0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh

Persentase masing-masing dosis ditentukan berdasarkan pemakaian

ovaprim maupun PGF2 α yang dilakukan oleh Sukendi (2001) terhadap ikan

Baung (Mystus nemurus) dan ikan selais (Ompok hypopthalmus) yaitu 0,9 ml

ovaprim/kg bobot tubuh. Sedangkan PGF2 α 2500 µg PGF2 α/kg bobot tubuh

pada ikan baung (Mystus nemurus CV) (Sukendi, 2001). Dosis PGF2 α 2500 µg

PGF2 α/kg bobot tubuh didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut:

1 ampul PGF2 α berisi 10 ml = 50.000 µg PGF2 α, yang berarti dalam 1 ml berisi

5.000 µg PGF2 α. Dosis untuk 100 % PGF2 α yang digunakan adalah 2.500 µg

PGF2 α, jadi ( 2.500 µg / 5.000 µg ) x 1 ml = 0,5 ml/kg bobot tubuh.

Satuan percobaan yang digunakan adalah induk ikan selais sebanyak 5

ekor betina dan 3 ekor jantan dengan kisaran berat 45 – 50 gram untuk induk

betina yang dimasukkan kedalam akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm3 dengan

kedalaman 20 cm. Penempatan percobaan dilakukan secara acak (Lampiran 1).

Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menurut Sudjana

(1989) yaitu:

Yij = μ + σi + єij

Page 32: Skripsi lengkap

Dimana :

i = Perlakuan

j = Ulangan

Yij = Hasil pengamatan individu yang menerima perlakuan ke-I ulangan ke-j

μ = Rata-rata umum

σi = Pengaruh perlakuan ke-i

єij = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i

3.3.2. Peubah yang Diukur

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah fertilitas, daya tetas, dan

kelulushidupan larva ikan uji (%). Rumus dari peubah tersebut adalah:

a. Fertilitas

Nilai fertilitas ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan

oleh Suseno dan Kholik (1982) yaitu:

b. Daya tetas

Daya tetas ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan

oleh Suseno dan Kholik (1982) yaitu:

c. Persentase Angka Kelulushidupan Larva / Survival Rate (SR)

Kelulushidupan larva ikan selais menurut Effendi (1979) dapat dihitung

menggunakan rumus yaitu:

Fertilitas (%) =

Jumlah telur yang dibuahi

x 100

Jumlah telur sampel

Daya tetas (%) =

Jumlah telur yang menetas

x 100

Jumlah telur dibuahi

Page 33: Skripsi lengkap

Dimana:

SR = Tingkat kelulushidupan (%)

NO = Jumlah larva pada awal penelitian (ekor)

NT = Jumlah larva pada akhir penelitian (ekor)

3.3.3. Asumsi

Asumsi yang diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Kondisi induk setiap ikan uji dianggap sama

2. Tingkat kematangan gonad ikan uji dianggap sama

3. Tingkat ketelitian peneliti dianggap sama

3.3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran akan dilakukan uji normalitas

dan homogenitas. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis variansi

(ANAVA). Bila hasil uji ANAVA menunjukkan perbedaan nyata diantara

masing-masing perlakuan, akan dilanjutkan dengan uji rentang Newman Keuls.

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Persiapan Wadah

Aquarium sebelum digunakan terlebih dahulu dicuci kemudian direndam

menggunakan PK (KMnO4) dengan dosis 0,5 ppm selama 24 jam. Setelah itu

aquarium dikeringkan dan diisi dengan air sumur bor yang telah diendapkan

selama 24 jam setinggi 20 cm masing-masing wadah dan diberi aerasi.

SR (%) =

NT

x 100

NO

Page 34: Skripsi lengkap

3.4.2. Persiapan Ikan Uji

Sebelum dilakukan penyuntikan terlebih dahulu dilakukan pengambilan

sampel telur untuk mengetahui diameter dan kematangannya. Ikan uji yang

digunakan adalah ikan matang kelamin yang siap untuk dipijahkan (Lampiran 1.

b). Ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan ohaus dan dicatat beratnya

sebelum dilakukan penyuntikan (Lampiran 1. d). Setelah ditimbang ikan uji

dimasukkan kedalam wadah-wadah uji yang telah diberi kode perlakuan secara

acak, selanjutnya dilakukan perhitungan dosis ovaprim, prostaglandin F2 α

maupun kombinasi antara keduanya yang akan diberikan.

3.4.3. Penyuntikan dan Pengurutan

Sebelum dilakukan penyuntikan ikan dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini

bertujuan agar hormon yang disuntikkan memberi efek yang lebih baik dan untuk

mengosongkan perut sehingga sedikit berbentuk feses yang mungkin mengganggu

pada saat pengeluaran telur (Huet, 1971).

Penyuntikan dilakukan dua kali dengan cara intra-muskuler, yaitu jarum

suntik ditusukkan kedalam otot punggung diatas gurat sisi dan dibawah sirip

punggung bagian depan dengan selang waktu suntikan pertama dengan kedua

berjarak 6 jam (Woynarovich dan Harvath, 1980). Hormon ovaprim disuntikkan

pada penyuntikan pertama baik untuk yang tunggal maupun yang kombinasi

kecuali PGF2 α tunggal. Sedangkan PGF2 α disuntikkan pada penyuntikan kedua

untuk kombinasi, untuk tunggal tetap diberikan hormon yang sama dengan

penyuntikan pertama. Hal ini diperkuat oleh Potaros dan Sitasit (1976),

penyuntikan pertama menggunakan ovaprim dan penyuntikan kedua

menggunakan PGF2 α. Untuk perlakuan masing-masing diberikan dosis yang telah

Page 35: Skripsi lengkap

ditentukan, sedangkan pengamatan yang dilakukan terhadap peubah yang diukur

dilakukan 7 jam setelah penyuntikan kedua.

Gambar 2: Penyuntikan Induk Betina Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

Sebelum disuntikkan, hormon ovaprim diencerkan terlebih dahulu dengan

menggunakan akuades 1:1 atau 1 ml ovaprim = 1 ml akuades sesuai dengan yang

dijelaskan Soeseno dalam Ernawati (1990) yakni sebelum ikan disuntikkan

kepada ikan uji sesuai dengan dosis perlakuan, hormon yang diberikan diencerkan

dengan aquabides dengan perbandingan 1 : 1 fungsinya mengurangi rasa sakit

pada organ dalam ikan saat ovaprim dan PGF2 α di injeksikan kedalam tubuh.

Gambar 3: Stripping / Pengurutan Induk Betina Ikan Selais (Ompok

hypopthalmus)

Pengurutan dilakukan 7 jam setelah penyuntikan kedua, sesuai yang

dilakukan Nuraini (1998), Amniati (1999) dan Pulungan (2002) bahwa

Page 36: Skripsi lengkap

pengurutan dapat dilakukan pada selang 6-8 jam setelah penyuntikan kedua. Ikan

uji dinyatakan ovulasi saat telur keluar melalui lubang genitalnya. Pengurutan

dihentikan apabila telur yang dikeluarkan bercampur dengan darah.

Selanjutnya bila ikan uji pada pengurutan pertama tidak menunjukkan

tanda-tanda ovulasi maka pengurutan berikutnya dilakukan setiap satu jam sekali

sampai terjadi ovulasi (Nuraini et al, 1998).

3.4.4. Fertilisasi dan Penetasan Telur

Pengambilan sperma induk ikan jantan dilakukan dengan cara dibedah

(Lampiran 1. f). Induk jantan dibedah dan diambil spermanya dengan

menggunakan pisau dan gunting bedah. Sperma tersebut kemudian diletakkan

didalam mangkok kecil kemudian ditambahkan larutan fisiologis.

Gambar 4 : Pencampuran Sel Sperma dan Sel Telur

Setelah diperoleh telur dan sperma kemudian dilakukan pembuahan yakni

dengan cara mencampurkan telur yang telah ditambahkan dua tetes larutan

pembuahan dan sperma didalam mangkok kecil dan diaduk dengan bantuan bulu

ayam agar sperma dapat membuahi seluruh telur yang ada. Setelah itu, telur yang

telah dicampur dengan sperma ditebar didalam tapisan santan dalam wadah

aquarium (Lampiran 1. g).

Page 37: Skripsi lengkap

Penghitungan jumlah telur yang terbuahi dilakukan dengan cara manual

saja yakni menghitung langsung telur yang berwarna kecoklatan dan transparan

yang dilakukan 12 jam setelah fertilisasi. Sedangkan telur yang tidak terbuahi

yang berwarna putih keruh dibuang dengan menggunakan pipet tetes sambil

dihitung jumlahnya.

Penghitungan jumlah telur yang menetas dilakukan setelah larva berumur

10 jam dengan cara mengambil larva tersebut dengan menggunakan mangkok

kecil dan dipindahkan kewadah lain sambil dihitung jumlahnya. Kelulushidupan

larva ikan selais ditentukan dengan cara menghitung jumlah mortalitasnya.

3.4.5. Pengelolaan Kualitas Air

Parameter kualitas air yang akan di ukur selama penelitian adalah suhu dan

pH. Untuk membersihkan kotoran pada wadah, dilakukan penyiponan dua kali

sehari yaitu pada pagi dan sore hari.

Page 38: Skripsi lengkap

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1.Tingkat Pembuahan, Tingkat Penetasan dan Kelulushidupan

Data tingkat pembuahan, tingkat penetasan dan kelulushidupan larva ikan

selais selama penelitian dari masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2: Nilai fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva ikan selais (%)

Perlakuan

Tingkat Pembuahan

(rata-rata / SD)

Tingkat Penetasan

(rata-rata / SD)

Kelulushidupan

(rata-rata / SD)

P1 66,04b ± 2,42 56,47

c ± 3,69 30,02

d ± ,66

P2 75,33a ± 1,46 76,03

e ± 1,88 52,76

c ± 1,80

P3 56,79c ± 2,33 35,23

b ± 4,00 32,67

d ± 1,68

P4 0,00d ± ,00 0,00

a ± ,00 0,00

a ± ,00

P5 72,69a ± 1,04 71,05

d ± 1,52 40,12

b ± 4,43

Keterangan:

1. P1 :Perlakuan 50% Ovaprim + 50% PGF2 α (0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg bobot tubuh)

2. P2 : Perlakuan 75% Ovaprim + 25% PGF2 α (0,67ml ovaprim + 625 µg PGF2 α/kg bobot tubuh).

3. P3: Perlakuan 25% Ovaprim + 75% PGF2 α (0,22 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh).

4. P4 : Perlakuan 100% µg PGF2 α (2500 µg PGF2 α/kg bobot tubuh)

5. P5 : Perlakuan 100% Ovaprim (0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh)

6. Huruf yang sama pada kolom yang sama “tidak berbeda nyata” (P ≤ 0.05)

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa kombinasi penyuntikan ovaprim dan

prostaglandin F2α (PGF2 α) yang digunakan selama penelitian memberikan

perbedaan terhadap pembuahan. Tingkat pembuahan tertinggi terdapat pada P2 =

kombinasi 75 % Ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim +

625 µg PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata pembuahan 75,40 %, diikuti

dengan P5 = 100 % ovaprim / kg bobot tubuh ( 0,9 ml/kg bobot tubuh) dengan

rata-rata 72,73 %, P1 = kombinasi 50 % Ovaprim + 50 % PGF2α / bobot tubuh

(0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) dengan rata-rata 66,16 %, P3

= 25 % Ovaprim + 75 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,22 ml ovaprim + 1875 µg

Page 39: Skripsi lengkap

PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata 56,89 %, P4 = 100 % PGF2α / kg bobot

tubuh (2500 µg PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata 0 %.

Tingkat penetasan tertinggi terdapat pada P2 dengan nilai penetasan 74,14

%, diikuti oleh P5 = 71,11 %, P1 = 56,72 %, P3 = 35,26 % dan terakhir P4 dengan

0 %

Sedangkan kelulushidupan larva ikan selais tertinggi juga terdapat pada

perlakuan 2 = 75 % Ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim +

625 µg PGF2α / kg bobot tubuh) sebesar 52,88 %, dan terendah terdapat pada P 1

dan P 4 masing-masing sebesar 30,06 % dan 0 %. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 5: Histogram Nilai fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva

ikan selais (%)

Dari hasil ANAVA, kombinasi penyuntikan kedua hormon tersebut

terhadap pembuahan, penetasan dan kelulushidupan pada setiap perlakuan yang

diberikan menunjukkan pengaruh yang nyata, yang ditandai dengan F hitung lebih

besar dari F tabel.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

P1 P2 P3 P4 P5

Tingkat Pembuahan (%)

Tingkat Penetasan (%)

Kelulushidupan (%)

Page 40: Skripsi lengkap

Berdasarkan uji lanjut Neuman Keuls terhadap pembuahan, penetasan dan

kelulushidupan menunjukkan bahwa P2 memberikan tingkat pembuahan,

penetasan dan kelulushidupan tertinggi kemudian diikuti oleh perlakuan lainnya

menurut tinggi nilai rata-rata. Sebelumnya Natalia (2011) mengemukakan bahwa

kombinasi penyuntikan ovaprim dan prostaglandin pada perlakuan 75 % Ovaprim

+ 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2α / kg bobot

tubuh) menghasilkan jumlah telur ovulasi terbaik.

Perbandingan setiap perlakuan yang diberikan terhadap pembuahan yaitu

P2 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan tiga perlakuan lainnya (P1, P3 dan

P4), tetapi tidak berbeda nyata dengan P5. Selanjutnya perbandingan setiap

perlakuan yang diberikan terhadap penetasan yaitu P2 menunjukkan perbedaan

yang nyata dengan keempat perlakuan lainnya (P5, P1, P3 dan P4). Sedangkan

perbandingan setiap perlakuan terhadap kelulushidupan yaitu P2 menunjukkan

perbedaan yang nyata dengan keempat pelakuan lainnya (P5, P1, P3 dan P4). Hal

ini disebabkan oleh jumlah larva pada P2 yang berhasil hidup sampai penelitian

selesai lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang mencapai 52,76

%, namun pada P3 dengan P1 tidak memberikan perbedaan yang nyata karena

jumlah larva yang berhasil hidup menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu jauh

yakni 32,67 % dan 30,02 %.

4.1.2. Kualitas Air

Air merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup ikan dan

harus tersedia dalam kualitas yang baik. Hasil pengukuran parameter kualitas air

selama penelitian disajikan pada Tabel 3.

Page 41: Skripsi lengkap

Tabel 3. Parameter Kualitas Air Selama penelitian

No Parameter Rata-rata

1.

Suhu

27 - 280C

2.

3.

pH

DO

6 – 7

6 - 6,5

Kualitas air wadah penetasan masih berada pada batas toleransi yang baik

sehingga baik pula untuk dilakukan pemijahan buatan.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Fertilitas

Keberhasilan fertilisasi bukan saja ditentukan oleh kualitas telur, tetapi

ditentukan juga oleh kualitas spermatozoa. Tingginya nilai fertilitas telur yang

diperoleh pada perlakuan 2 yaitu sebesar 75,4 % disebabkan karena dipengaruhi

oleh kematangan telur yang diperoleh diameter telur sebelum disuntik yakni 1,0

mm.

Gambar 6 : Pembuahan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

Pada Gambar 6a & 6b diatas, merupakan fase morulla. Pada fase ini terjadi

pembelahan sel ke 8 – 32, fase morula berakhir dengan dihasilkannya blastomer.

Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil membentuk dua lapis sel

Page 42: Skripsi lengkap

(Gambar 6c). Kemudian sel memasuki stadia blastula. Terlihatnya dua lapisan

yang sangat nyata dari sel-sel datar yang membentuk blastocoel (Gambar.6d &

6e), dan blastodik yang berada di lubang vagetal berpindah menutupi sebagian

besar kuning telur (Gambar. 6f). Pada saat ini tropoblas terletak diantara kuning

telur dan sel-sel blastoderm dan mulai membungkus kuning telur tersebut. Fase

ketiga adalah stadia gastrula, dimana pada fase ini terbentuk ektoderm, mesoderm

dan endoderm. Terjadi perpindahan ektoderm, mesoderm, endoderm dan

notocorda menuju tempat definitif. (Gambar 6g & 6h).

Berdasarkan hasil rata-rata persentase pembuahan pada penelitian ini agak

tinggi dibandingkan hasil penelitian (Maifitri, 2004) dimana penyuntikan selais

danau dengan menggunakan hormon ovaprim secara tunggal dosis 0,9 ml/kg berat

badan ikan yang menghasilkan persentase pembuahan rata-rata sebesar 54,26 %

yang menurutnya disebabkan oleh dosis ovaprim yang tinggi dimana

menyebabkan proses pematangan telur dan ovulasi berlangsung lebih cepat.

Menurut Yusrizal (2000) menggunakan rangsangan ovaprim dan prostaglandin

dosis 75 % ovaprim + 25 % PGF2 α terhadap ikan Baung menghasilkan tingkat

pembuahan 92%. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini

maka mendapat hasil yang rendah. Penyebab rendahnya tingkat pembuahan dalam

hal ini karena penangan yang kurang hati-hati, banyaknya goncangan membuat

telur pada masa ini stress dan mati.

Pada P 2 terlihat jumlah telur yang terbuahi menunjukkan bahwa

kombinasi ovaprim dan PGF2α yang berbeda mempunyai potensi yang berbeda

untuk meningkatkan jumlah telur yang dibuahi pada ikan yang diujikan.

Sedangkan pada P 4, tingkat fertilitas ikan selais tidak dapat ditentukan karena

Page 43: Skripsi lengkap

telur yang dibuahi tidak ada. Semua telur yang ovulasi baik pada pengulangan 1, 2

dan 3 mati dan berjamur. Hal ini disebabkan oleh hormon perangsang kematangan

gonad tidak bekerja karena memang hormon yang bertugas untuk pematangan

gonad dalam hal ini adalah ovaprim tidak disuntikkan ketubuh ikan selais.

Sehingga telur yang dihasilkan pun tidak baik. Seperti yang dikemukakan oleh

Nandeesha et al (1990) bahwa ovaprim sangat berperan dalam pemasakan gonad

dimana GnRH analog yang terkandung dalam ovaprim berperan merangsang

hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Hormon yang disuntikkan ketubuh ikan

selais pada P 4 ini hanyalah hormon yang berperan dalam mempercepat ovulasi.

Dari hasil penelitian ternyata penggunaan kombinasi ovaprim dan PGF2 α

menghasilkan jumlah telur yang terbuahi lebih tinggi dibandingkan dengan

penggunaan ovaprim dan PGF2 α secara tunggal, kombinasi yang terbaik adalah

75% ovaprim + 25% PGF2 α/kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 1875 µg PGF2

α/kg bobot tubuh). Hal ini juga dibuktikan oleh Sukendi (2001) pada ikan baung

dengan menghasilkan nilai fertilitas tertinggi 91,80 %. Kenyataan ini disebabkan

karena PGF2 α juga berperan penting didalam sistem reproduksi untuk

merangsang terjadinya ovulasi pada ikan. Jadi dari hasil penelitian terbukti

walaupun jumlah ovaprim yang diberikan sudah mencukupi namun bila tidak

dibantu dengan PGF2 α maka rangsangan terhadap jumlah telur yang diovulasikan

yang diperoleh akan lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukendi (2001)

yang menyatakan bahwa akibat pemberian perlakuan kombinasi penyuntikan

ovaprim 75 % dan PGF2 α 25 % bukan saja dapat meningkatkan jumlah telur

yang diovulasikan tetapi sekaligus akan dapat meningkatkan pertambahan

diameter telur, kematangan telur dan meningkatkan indeks kematangan gonad,

Page 44: Skripsi lengkap

sehingga kualitas telur yang baik akan menghasilkan nilai fertilitas yang baik

pula, karna keberhasilan nilai fertilitas ditentukan oleh kualitas telur disamping

kualitas spermatozoa yang digunakan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh

Nandesha (1990) bahwa kelebihan pemakaian ovaprim bila dibandingkan dengan

ekstrak hipofisa adalah memberikan daya rangsang pemijahan lebih tinggi,

diameter telur lebih besar, waktu laten lebih singkat dan angka mortalitas lebih

rendah.

4.2.2. Daya Tetas

Gambar 7 : Penetasan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

Menetas merupakan saat terakhir pada masa inkubasi, yaitu hasil dari

beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya (Effendie, 1978).

Jumlah telur yang terbuahi pada P 2 menunjukkan bahwa kombinasi ovaprim dan

PGF2α yang berbeda mempunyai potensi yang berbeda untuk meningkatkan

jumlah telur yang dibuahi pada ikan yang diujikan. Kenyataan ini disebabkan

karena telur yang menetas berasal dari telur yang telah dibuahi sebelumnya,

Page 45: Skripsi lengkap

sehingga semakin besar nilai fertilitas selalu diikuti dengan meningkatnya nilai

daya tetas telur. Namun nilai daya tetas selalu lebih kecil dari nilai fertilitas,

karena tidak semua telur yang dibuahi akan menetas. Seperti yang dikemukakan

oleh Nurasiah (2003) bahwa tingginya nilai persentase telur yang ditetaskan erat

hubungannya dengan telur yang dibuahi, walaupun telur yang dibuahi belum tentu

dapat menjamin penetasan. Namun semakin banyak telur yang dibuahi maka

semakin besar peluang telur untuk menetas.

Dari hasil penelitian ternyata penggunaan kombinasi ovaprim dan PGF2 α

menghasilkan jumlah telur yang terbuahi lebih tinggi dibandingkan dengan

penggunaan ovaprim dan PGF2 α secara tunggal. Kombinasi yang terbaik

terdapat pada P2 yakni 75% ovaprim + 25% PGF2 α/kg bobot tubuh (0,67 ml

ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) sebesar 74,14 %. Nilai daya tetas

telur yang diperoleh pada penelitian ini lebih besar dari penelitian Muflikhah et al

(1993) yaitu 34,5 % yang disuntik empat dosis hipofisis ikan Mas dan penelitian

Maifitri (2004) dengan persentase 44,33 % yang disuntik dengan hormon ovaprim

secara tunggal.

Kombinasi hormon pada P4 yakni 100% PGF2 α (2500 µg PGF2 α/bobot

tubuh) tidak memberikan hasil, karena telur-telur yang ovulasi tidak terbuahi,

semua mati dan akhirnya ditumbuhi jamur. Menurut Maifitri (2004), tingginya

persentase penetasan telur selais erat hubungannya dengan jumlah telur yang

terbuahi, tetapi walupun jumlah telur yang dibuahi tinggi belum tentu dapat

menjamin penetasannya. Woynarovich dan Horvarth (1980) menyatakan bahwa

kematian telur selama masa pengeraman disebabkan oleh kekurangan oksigen

terlarut, temperature yang tidak cocok, telur tidak terbuahi, gangguan mekanik

Page 46: Skripsi lengkap

seperti goncangan dan gesekan atau pergeseran serta serangan parasit seperti

bakteri, fungi, larva insekta dan binatang lainnya. Secara mikroskopis serangan

jamur dapat dilihat dengan jelas, yaitu berbentuk kapas dan gumpalan benang

kusut disekeliling permukaan telur. Segumpalan benang putih tersebut merupakan

filament jamur yang panjangnya beberapa centimeter. Hoffman dalam Irawati dan

Masrizal (1996).

4.2.3. Kelulushidupan

Masa paling kritis dalam daur hidup ikan terdapat pada tahap larva.

Banyak faktor yang menyebabkan mortalitas larva ikan selain dari predator dan

penyakit juga faktor biotik yang berhubungan langsung dengan larva ikan itu

sendiri. Masa kritis itu terletak pada saat sebelum dan sesudah penghisapan

kuning telur dan masa transisi mulai mengambil makanan dari luar. Sehubungan

dari pergerakan larva atau tingkah laku larva untuk mendapatkan makanan juga

kepadatan persediaan makanan yang baik merupakan factor yang mempengaruhi

keberhasilan hidup larva ikan tersebut (Djarijah, 1995).

Pada penelitian ini kelulushidupan larva dihitung pada hari ke 14 (SR14),

yang ditentukan dengan menghitung jumlah larva yang masih bertahan hidup

sampai hari yang ditentukan. Kematian larva bukan saja disebabkan oleh kualitas

air yang tidak cocok. Pada umumnya kematian larva disebabkan oleh factor luar

seperti kompetisi antara larva, ruang gerak dan penanganan yang kasar (Effendie,

1978). Selanjutnya dikatakan bahwa kematian larva dapat disebabkan faktor

dalam tubuh ikan itu sendiri, seperti umur dan kemampuan menyesuaikan diri

dengan lingkungan.

Page 47: Skripsi lengkap

Kombinasi hormon ovaprim dan PGF2 α memberikan pengaruh terhadap

kelulushidupan larva, hal ini disebabkan kombinasi hormon ini memberikan

pengaruh terhadap diameter telur. Semakin besar diameter telur maka kandungan

kuning telur sebagai cadangan makanan akan semakin besar sehingga waktu larva

untuk beradaptasi dengan pakan alami yang diberikan akan lebih besar dan larva

akan semakin kuat untuk menghadapi masa kritisnya yaitu masa habisnya kuning

telur. Sehingga larva yang dihasilkan ukurannya akan bervariasi dan tingkat

kekuatannya dalam bertahan hiduppun akan bervariasi. (Yusrizal, 2000).

4.2.6 Kualitas Air

Perkembangan telur dan embrio serta pertumbuhan larva ikan dipengaruhi

oleh suhu perairan, sisa metabolisme, oksigen terlarut, intensitas cahaya dan

goncangan mekanik (Lagler et al, 1972). Selain itu faktor lain yang

mempengaruhi perkembangan embrio adalah pH. Kisaran nilai-nilai parameter

kualitas air diawal penelitian mengindikasikan bahwa air yang digunakan layak

untuk kegiatan pembenihan ikan. Pengukuran air pada setiap wadah selama

rentang waktu penelitian tidak adanya perbedaan pada tingkat pH dan suhu untuk

masing-masing perlakuan.

Page 48: Skripsi lengkap

V. KESIMPULAN DAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi penyuntikan

ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2α) terhadap ikan selais (Ompok

hypopthalmus) memberi pengaruh terhadap fertilitas, daya tetas dan

kelulushidupan larva 14 hari. Perlakuan yang dianggap memberikan pengaruh

terbaik adalah perlakuan kombinasi 75% ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh

yang menghasilkan tingkat pembuahan, daya tetas serta kelulushidupan lebih

tinggi.

5.2. Saran

Saran penulis untuk rekan-rekan mahasiswa lainnya perlu adanya

penelitian lanjutan tentang perawatan larva ikan selais, sehingga akan dapat

memberikan informasi yang lengkap tentang ikan selais. Sedangkan untuk

pembudidaya ikan, sebaiknya menggunakan kombinasi ovaprim dan

prostaglandin dengan dosis 75 % ovaprim dan 25 % PGF2α / kg bobot tubuh

dalam pemijahan ikan selais khususnya agar tingkat pembuahan, penetasan serta

kelulushidupannya menjadi lebih meningkat.

Page 49: Skripsi lengkap

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty, E., 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta. 89 hal.

Amniati, 1999. Penggunaan Ovaprim dengan Dosis yang Berbeda untuk Ovulasi

Ikan Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr). Skripsi Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. 23 hal

(tidak diterbitkan.

Blaxter, J. H. S. 1969. Developments of eggs and larvae. In W. S. Hoar, D. J.

Randall and E. M. Donaldson, ed. Fish Physiology, Volume III.

Academic Press, New York.

Effendi, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112

hal.

-----------------, 1985. Penilaian perkembangan gonad ikan belanak, Liza subviridis

Valenciences, di perairan sungai Cimanuk. Disertasi Fakultas

Pascasarjana IPB, Bogor.

Ernawati, Y. 1990. Penggunaan Prostaglandin Sebagai Induksi Ovulasi Ikan Lele

Dumbo (clarias gariepinus). Lembaga Penelitian Universitas Riau.

Pekanbaru. 46 hal (tidak diterbitkan).

Hadjamulia, A. 1975. Budidaya Perikanan. SUPM Bogor. Badan Pendidikan

Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian.

--------------, A. dan S. Atmawinata. 1980. Teknik Hipofisasi beberapa jenis ikan

air tawar. Prosiding lokakarya nasional teknologi tepat guna bagi

pengembangan perikanan budidaya air tawar. Bogor.

Hoar, W. S., D. J. Randall, and E. M. Donaldson 1983. Fish physiology, volume

IX. Reproduction. Part B. Behavior and fertility control. Academic

Press., New York.

Kottelat, M. A. J. Whitten., S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan air

tawar Indonesia bagian Barat dan Sulawesi., Periplus Editions.

Lagler, K. F. 1972. Freshwater fishery biology, second edition, W. M. C. Brown

Company Publishers, Dubuque Iowa.

Lesmana, 2002. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.

Jakarta. 80 hal.

Maifitri, R., 2004. Pengaruh Penyuntikan Ovaprim dengan Dosis Berbeda

Terhadap Ovulasi dan Penetasan Telur Ikan Selais (Krytopterus iau.

Page 50: Skripsi lengkap

Limpok). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).

Matty, A. J. 1985. Fish endocrinology. Leaper and Gard. Ltd., London.

Natalia, 2010. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin F2 α

(PGF2 α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva

Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). Skripsi Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. 70 hal. (tidak

diterbitkan).

Nandeesha, M. C. K. G. Rao. R. Jayanna. N. C. Parker. T. j. Varghese. P.

Keshavanah and H. P. C. Shetty. 1990. Induced Spawning of Indian

Mayor Carps Through Single Aplication of Ovaprim, in Hirano and

I. Hanyu, eds The Second Asian Fisheries Society. Indian Branch.

Mangalore, India.

Nandeesha, M. C., Ramacharya and T. J. Vorghese, 1991. Further observation on

breeding of carps with ovaprim. Special Publication No.6. asian

FisheriesSociety. Indian Branch, Mangalore, India.

Nikolsky, G. V. 1963. The ecology of fishes. Academic Press. New York.

Nuraini., 2004. Pengaruh Dosis Human Chorionoc Gonadotropin (HCG)

Terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Selais Danau

(Kryptopterus limpok). Proyek peningkatan Kualitas Sumberdaya

Manusia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).

dan N. A. Pamungkas, 1998. Pengaruh Dosis Ovaprim yang Berbeda

Terhadap Ovulasi Ikan Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr).

Lembaga idak diterbitkan)

Nurasiah, 2003. Penyuntikan Kombinasi Ekstrak Hypofisa Ikan Mas, HCG dan

17α Hidroksi Progesteron Terhadap Keberhasilan Ovulasi Ikan

Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr). Tesis Program Pascasarjana

IPB Bogor. 58 hal (tidak diterbitkan).

Nursihan, T.S.E., 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pakan Pasta Yang Berbeda

Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais

(Ompok hypophtalmus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 50 hal (tidak diterbitkan).

Potaros M, and Sitasit, 1976. Induced Spawning of Pangasius SutchiFowler by

Hormones Injection. Island Fisher. Divisi on Depart. Of Fish.

Bangkok. 24 p.

Pulungan, C.P. M., Ahmad, Y., I. Siregar., A. Ma‟maoen dan H. Alawai., 1985.

Morphometrik Ikan Selais Siluiroidae Dari Perairan Kecamatan

Page 51: Skripsi lengkap

Kampar Kiri, Kabupaten Kampar Riau. Unri Press. Pekanbaru (tidak

diterbitkan)

Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Indentifikasi Ikan 1 dan 2. Bina Cipta.

Bogor. 753 hal.

Shilo, M. dan S. Sarig. 1982. Fish culture in warm water system. Problema and

trend. Boca Raton. Florida. 567 p.

Sukendi., 2007. Fisiologi Reproduksi Ikan. CV. Mina Mandiri. MM Press. Edisi

Pertama. Pekanbaru. 130 hal.

. 2006. Vitelogenesis dan Manipulasi Fertilisasi pada Ikan. Bahan

Ajar Biologi Reproduksi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau. Pekanbaru. 111 hal (tidak diterbitkan).

2001. Biologi Reproduksi dan Pengendaliannya dalam Upaya

Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus CV) dari Perairan Sungai

Kampar Riau. Disertasi Program Pascasarjana IPB ( tidak

diterbitkan).

, 1997. Pengaruh penyuntikan ovaprim terhadap fertilitas dan daya

tetas telur ikan sumatera (Puntius tetrazona Blkr). Lembaga

Penelitian Universitas Riau. pekanbaru.

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia.

PT. Sutra Hudaya. Jakarta.

Suseno, D., and F. Cholik. 1982. Effect of aeration of hatching rates of some

varities of the common carp. Pewarta LPPD, 1 (3) : 77-80.

Wardoyo, S.T.H., 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan

Perikanan. PPLH-PUSDI-PLS. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 27

hal (tidak diterbitkan).

Woynarovich, E. and Horvath. Sl. 1980. The Artifical Propagration of Warm

Water Fin Fish A Mannual for Extention. FAO. Fisheries Tehnical

Paper No. 20/FIR/T.20.

Yusrizal, M., 2000. Perbandingan Nilai Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan

Larva Ikan Baung (Mystus nemurus.C.V) yang Diperoleh dari

Perairan Alam dengan yang Dimatangkan di Kolam Akibat

Penyuntikan Kombinasi Hormon Ovaprim dan Prostaglandin F2 α

(PGF2 α). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Riau. Pekanbaru. Hal. (tidak diterbitkan)

Page 52: Skripsi lengkap

LAMPIRAN

Page 53: Skripsi lengkap

Lampiran 1 : Dokumentasi Penelitian

a. Seleksi Induk b. Adaptasi di wadah baru

c.Wadah, Alat dan Bahan yang digunakan

d. Pengukuran panjang dan berat tubuh induk ikan selais

Page 54: Skripsi lengkap

e. Penyuntikan Induk Ikan selais

f. Pembedahan induk Jantan

g. Penebaran Telur ke Wadah

Page 55: Skripsi lengkap

h. Telur yang telah ditebar dalam wadah akuarium

i. Telur yang tidak berhasil dibuahi

j. Pakan Artemia dan Tubifex

Page 56: Skripsi lengkap

Lampiran 2: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α

Terhadap Fertilitas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

DATA FERTILITAS TELUR IKAN SELAIS

Perlakuan Ulangan

Fertilitas Ikan Selais Jumlah (%)

Telur Ovulasi Telur Terbuahi

1

1 156 104 66,66

2 142 90 63,38

3 163 111 68,10

Jumlah 461 305

Rata-rata

66,16

2

1 288 221 76,73

2 256 189 73,82

3 273 206 75,46

Jumlah 817 616

Rata-rata

75,40

3

1 106 58 54,71

2 118 70 59,32

3 110 62 56,36

Jumlah 334 190

Rata-rata

56,89

4

1 88 0 0

2 82 0 0

3 97 0 0

Jumlah 267 0

Rata-rata

0

5

1 232 171 73,70

2 215 154 71,62

3 224 163 72,77

Jumlah 671 488

Rata-rata

72,73

Page 57: Skripsi lengkap

Lampiran 3. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi

Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Fertilitas Telur

Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Normalitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error

Fertilitas 15 .00 76.73 54.1753 28.84672 -1.045 .580

Valid N (listwise) 15

Anava

Descriptives

Fertilitas

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1.00 3 66.0467 2.41904 1.39663 60.0374 72.0559 63.38 68.10

2.00 3 75.3367 1.45892 .84231 71.7125 78.9608 73.82 76.73

3.00 3 56.7967 2.33582 1.34858 50.9942 62.5992 54.71 59.32

4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

5.00 3 72.6967 1.04194 .60156 70.1084 75.2850 71.62 73.70

Total 15 54.1753 28.84672 7.44819 38.2005 70.1501 .00 76.73

Test of Homogeneity of Variances

Fertilitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.488 4 10 .111

ANOVA

Fertilitas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups (Combined) 11620.826 4 2905.206 1000.289 .000

Linear

Term

Contrast 1154.564 1 1154.564 397.527 .000

Deviation 10466.261 3 3488.754 1201.210 .000

Within Groups 29.044 10 2.904

Total 11649.869 14

Uji Lanjut

Fertilitas

Student-Newman-Keulsa

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

4.00 3 .0000

3.00 3 56.7967

1.00 3 66.0467

5.00 3 72.6967

2.00 3 75.3367

Sig. 1.000 1.000 1.000 .087

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Page 58: Skripsi lengkap

Lampiran 4: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α

Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

DAYA TETAS TELUR IKAN SELAIS

Perlakuan Ulangan

Daya Tetas Telur Ikan Selais Jumlah

(%) Telur Terbuahi Telur Menetas

1

1 104 61 58,65

2 90 47 52,22

3 111 65 58,56

Jumlah 305 173

Rata-rata

56,72

2

1 221 172 77,82

2 189 140 74,07

3 206 157 76,21

Jumlah 616 469

Rata-rata

76,14

3

1 58 22 37,93

2 70 26 37,14

3 62 19 30,64

Jumlah 190 67

Rata-rata

35,26

4

1 0 0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

Jumlah 0 0

Rata-rata 0 0 0

5

1 171 124 72,51

2 154 107 69,48

3 163 116 71,16

Jumlah 488 347

Rata-rata

71,11

Page 59: Skripsi lengkap

Lampiran 5. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi

Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Daya Tetas Telur

Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

Normalitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error

Daya Tetas Telur 15 .00 77.82 47.7593 28.83176 -.773 .580

Valid N (listwise) 15

Anava

Descriptives

Daya Tetas Telur

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1.00 3 56.4767 3.68666 2.12849 47.3185 65.6348 52.22 58.65

2.00 3 76.0333 1.88123 1.08613 71.3601 80.7066 74.07 77.82

3.00 3 35.2367 4.00038 2.30962 25.2992 45.1742 30.64 37.93

4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

5.00 3 71.0500 1.51799 .87641 67.2791 74.8209 69.48 72.51

Total 15 47.7593 28.83176 7.44433 31.7928 63.7258 .00 77.82

Test of Homogeneity of Variances

Daya Tetas Telur

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4.903 4 10 .089

ANOVA

Daya Tetas Telur

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups (Combined) 11566.912 4 2891.728 408.000 .000

Linear

Term

Contrast 659.508 1 659.508 93.051 .000

Deviation 10907.404 3 3635.801 512.983 .000

Within Groups 70.876 10 7.088

Total 11637.787 14

Post Hoc Tests

Daya Tetas Telur

Student-Newman-Keulsa

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

4.00 3 .0000

3.00 3 35.2367

1.00 3 56.4767

5.00 3 71.0500

2.00 3 76.0333

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 60: Skripsi lengkap

Lampiran 6: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α

Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok

hypopthalmus)

KELULUSHIDUPAN IKAN SELAIS

Perlakuan Ulangan

Jumlah Telur yang Hidup Jumlah (%)

Awal Akhir

1

1 61 18 29,51

2 47 14 29,79

3 65 20 30,77

Jumlah 173 52

Rata-rata

30,06

2

1 172 93 54,07

2 140 71 50,71

3 157 84 53,50

Jumlah 469 248

Rata-rata

52,88

3

1 22 7 31,82

2 26 9 34,61

3 19 6 31,58

Jumlah 67 22

Rata-rata

32,84

4

1 0 0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

Jumlah 0 0

Rata-rata

0

5

1 124 55 44,35

2 107 38 35,51

3 116 47 40,52

Jumlah 347 140

Rata-rata

40,35

Page 61: Skripsi lengkap

Lampiran 7. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi

Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Kelulushidupan

Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Normalitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error

Kelulushidupan 15 .00 54.07 31.1160 18.15947 -.775 .580

Valid N (listwise) 15

Anava

Descriptives

Kelulushidupan

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1.00 3 30.0233 .66161 .38198 28.3798 31.6669 29.51 30.77

2.00 3 52.7600 1.79808 1.03812 48.2933 57.2267 50.71 54.07

3.00 3 32.6700 1.68437 .97247 28.4858 36.8542 31.58 34.61

4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

5.00 3 40.1267 4.43311 2.55946 29.1142 51.1391 35.51 44.35

Total 15 31.1160 18.15947 4.68875 21.0596 41.1724 .00 54.07

Test of Homogeneity of Variances

Kelulushidupan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.281 4 10 .058

ANOVA

Kelulushidupan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups (Combined) 4564.407 4 1141.102 218.097 .000

Linear

Term

Contrast 317.916 1 317.916 60.763 .000

Deviation 4246.492 3 1415.497 270.542 .000

Within Groups 52.321 10 5.232

Total 4616.728 14

Post Hoc Tests

Kelulushidupan

Student-Newman-Keulsa

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

4.00 3 .0000

1.00 3 30.0233

3.00 3 32.6700

5.00 3 40.1267

2.00 3 52.7600

Sig. 1.000 .187 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Page 62: Skripsi lengkap