Download - Makala perkembangan optik

Transcript

BAB 1PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku dan sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Optika menerangkan dan diwarnai oleh gejala optis. Kata optik berasal dari bahasa Latin , yang berarti tampilan. Optik secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari keelektromagnetan. Beberapa gejala optis bergantung pada sifat kuantum cahaya yang terkait dengan beberapa bidang optika hingga mekanika kuantum. Dalam prakteknya, kebanyakan dari gejala optis dapat dihitung dengan menggunakan sifat elektromagnetik dari cahaya, seperti yang dijelaskan oleh persamaan Maxwell. Ada Teori Partikel oleh Isaac Newton (1642-1727) dalam Hypothesis of Light pada 1675 bahwa cahaya terdiri dari partikel halus (corpuscles) yang memancar ke semua arah dari sumbernya. Teori Gelombang oleh Chrisiaan Huygens (1629-1695), menyatakan bahwa cahaya dipancarkan ke segala arah sebagai gelombang seperti bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuewensi dan panjang gelombang saja.. Pada dekade awal Abad 20, berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti Thomas Young (1773-1829) dan Agustin Fresnell (1788-1827) berhasil membuktikan bahwa cahaya dapat melentur (difraksi) dan berinterferensi. Gejala alam yang khas merupakan sifat dasar gelombang bukan partikel. Percobaan yang dilakukan oleh Jeans Leon Foulcoult (1819-1868) menyimpulkan bahwa cepat rambat cahaya dalam air lebih rendah dibandingkan kecepatannya di udara. Padahal Newton dengan teori emisi partikelnya meramalkan kebalikannya. Selanjutnya Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektomagnetik.. Gelombang elekromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium dan kecepatan rambatnyapun amat tinggi bila dibandingkan dengan gelombang bunyi. Gelombang elekromagnetik merambat dengan kecepatan 300.000 km/s. Kebenaran pendapat Maxwell tak terbantahkan ketika Hertz (1857-1894) berhasil membuktikan secara eksperimental yang disusun dengan penemuan-penemuan berbagai gelombang yang tergolong gelombang elekromagneti. Dewasa ini pandangan bahwa cahaya merupakan gelombang elektomagnetik umum diterima oleh kalangan ilmuwan, walaupun hasil eksperimen Michelson dan Morley di tahun 1905 gagal membuktikan keberadaan eter seperti yang di sangkakan keberadaan oleh Huygen dan Maxwell. Dua fisikawan pemenang hadiah Nobel, Max Plack (1858-1947) dan Albert Einstein mengemukan teori mereka tentang Foton.. Berdasarkan hasil penelitian tentang sifat-sifat termodinamika radiasi benda hitam, Planck menyimpulkan bahwa cahaya di pancarkan dalam bentuk-bentuk partikel kecil yang karena lagam tersebut di sinari cahaya. Jadi dalam kondisi tertentu cahaya menunjukkan sifat sebagai gelombang dan dalam kondisi lain menunjukkan sifat sebagai partikel. B. RUMUSAN MASALAH1) Bagaimanakah sejarah perkembangan optik tiap periode ?2) Siapakah tokoh-tokoh penting dibalik perkembangan optik tiap periode ?C. TUJUAN1) Mengetahui sejarah perkembangan optik tiap periode.2) Mengenal tokoh-tokoh penting dibalik perkembangan optik tiap periode.

BAB IIPEMBAHASANSejarah Perkembangan Optika Tiap Periode Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari mengenai sifat-sifat cahaya beserta interaksinya dengan medium.Perkembangan keilmuwan optik dibagi ke dalam lima periode. Berikut penjelasan mengenai sejarah perkembangan optika .A. Perkembangan Optik Periode I (Zaman Prasejarah (SM) s.d. 1500 M) Pada zaman prasejarah ternyata optik telah dikenal, buktinya adalah ditemukannya sebuah kanta optik yang berumur sekitar 2.200 tahun yang lalu di Baghdad, Irak. Kanta purba yang berukuran kira-kira satu ibu jari tersebut ditemukan dengan sedikit retak di bagian kacanya. Penemuan ini menunjukkan bahwa sejak zaman purbakala orang-orang telah mengetahui cara membuat kanta dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari. Optik dipelajari secara ilmiah di periode I ini dimulai pada tahun 300 SM. Pada zaman prasejarah dikenal dengan zaman yang hanya mengemukakan teori-teori para ahli saja tanpa dilakukan pembuktian dengan eksperimen sehingga ada beberapa teori tentang optik yang bermunculan, misalnya Teori Tactile dan Teori Emisi. Para ilmuwan yang hidup di zaman prasejarah mengemukakan pendapat bahwa kita dapat melihat suatu benda karena terdapat cahaya dari mata kita yang dipancarkan ke benda tersebut. seperti halnya senter yang disorotkan ke sebuah benda sehingga kita dapat melihat benda tersebut. Teori ini dipelopori oleh Aristoteles dan Ptolomeus. Di masa sebelum masehi ini, Euclid (275 SM-330 SM) menemukan bahwa cahaya bergerak dalam garis lurus.dan dia mempelajari juga tentang pemantulan cahaya. Pada abad ke-10 M, muncul teori yang menentang Teori Tactile yaitu Teori Emisi. Teori Emisi ini dikatakan merubah drastis cara pandang terhadap konsep cahaya. Pada Teori Emisi dikatakan bahwa kita dapat melihat benda bukan karena mata kita yang memancarkan cahaya ke benda tersebut (Teori Tactile), tetapi karena terdapat cahaya yang dipantulkan oleh beda yang kita lihat menuju mata kita. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Ibnu Al-Haitsam (965M 1040 M) seorang Ilmuwan muslim yang sangat populer dan dikenal juga sebagai Bapak optik dunia. Akhirnya, teori emisi ini benar-benar menggugurkan Teori Tactile dan dipercaya kebenarannya sampai sekarang.Kemudian pada abad ke-13, pembiasan cahaya mulai disadari. Hal ini terbukti dengan adanya tulisan di buku yang berjudul Perspectiva karya Bacon yaitu bila tulisan sebuah buku, atau suatu benda kecil dilihat melalui bagian lengkung sebuah kaca atau kristal akan nampak lebih jelas dan lebih besar.Pada akhir abad ke 15 atau sekitar awal abad ke 16 seorang ilmuwan Italia yaitu Leonardo Da Vinci mengemukakan tentang optik fisiologis mata manusia yang mengakibatkan penemuan di bidang medis di masa depan mulai terbuka jalannya

Tokoh dan Penemuannyaa. AristotelesLahir: Stagira, Macedonia 384 SM Sekolah: Akademi Plato (di Athena) pada umur 7 tahun, dan menetap di Athena selama 20 Tahun Pada tahun 324 SM ia kembali ke Macedonia enjadi seorang guruAlexander yang Agung (raja yang berumur 13 tahun) Meninggal: Pada tahun 322 SM, tepatnya pada umur 62 tahun.Pada umur 17 tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di akademi Plato dan menetap di sana sampai ayahnya meninggal.Peranan Aristoteles dalam bidang optikyakni dia menyatakan tetang cahayan mempunyai rambat yang lurus dan cahaya dapat dipantulkan yang mana sudut dating sma dengan sudut pantul.b. ArchimedesLahir: Pada tahun 287 SM, di Syracuse (Yunani) Keponakan dari raja Heiro II Meninggal: Pada tahun 212 SM, karena dibunuh Prajurit Romawi. Ia Menemukan atau membuat cermin cekung. Dari cermin cekung ini bangsa Yunani dapat membakar kapal-kapal bangsa Romawi yang akan memerangi dan manghancurkan bangsa Yunani.

c. Mozi ( 476 SM - 486 SM)

Mozi (cina, lahir di 476 SM - 486 SM), seorang ideolog besar dan politisi dan ilmuwan alam. Dalam pembacaan mo nya, film dokumenter pertama tentang optik di dunia, menggambarkan pengetahuan optik dasar, termasuk definisi dan menciptakan visi , propagasi cahaya dalam garis lurus, lubang jarum pencitraan, hubungan antara objek dan gambar di pesawat cermin, cermin cembung dan cermin cekung. d. Eulid (Yunani, 275 SM - 330 SM)

Euclid (Yunani, 275 SM - 330 SM) Dalam Optica, ia mencatat bahwa perjalanan cahaya dalam garis lurus dan menjelaskan hukum refleksi. Dia percaya bahwa visi melibatkan sinar pergi dari mata ke obyek yang dilihat dan dia mempelajari hubungan antara ukuran nyata dari objek dan sudut bahwa mereka subtend di mata. e. Claudius Ptolemy (Yunani, (90 M 168 M)

Claudius Ptolemy (Yunani, 90 M - 168 M). Dalam terjemahan Latin dari abad kedua belas dari bahasa Arab yang ditugaskan untuk Ptolemy, sebuah studi refraksi, termasuk refraksi atmosfer. Disarankan bahwa sudut bias sebanding dengan sudut insiden. f. Al-Kindi (801 M - 873 M)

Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya untuk mengkaji ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M 873 M). Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku yang ditulisnya itu sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti RobertGrosseteste dan RogerBacon.Tak heran, bila teori-teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang ilmu optik telah menjadi hukum-hukum perspektif di era Renaisans Eropa. Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang diterima mata dari obyek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.

g. Ibnu Sahl (940 M - 1000 M)

Seabad kemudian, sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl (940 M 1000 M). Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang mendedikasikan dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah yang berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan lensa). Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa membengkok serta titikapi cahaya.Ibnu Sahl pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis setara dengan hukum Snell. Dia menggunakan hukum tentang pembiasan cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahanya berada di sebuah titik di poros.h. Ibnu Al-Haitam (965M 1040 M)

Ilmuwan Muslim yang paling populer di bidang optik adalah Ibnu Al-Haitham (965 M 1040 M). Menurut Turner, Al-Haitham adalah sarjana Muslim yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis.Pencapaiandan keberhasilannya begitu spektakuler,.Al-Haitham adalah sarjana pertama menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya. Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah Kitab Al-Manazir (Buku Optik). Dalam kitab itu, ia menjelaskan beragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia. Saking fenomenalnya, kitab itu telah menjadi buku rujukan paling penting dalam ilmu optik. Selama lebih dari 500 tahun buku dijadikan pegangan. Pada tahun 1572 M, Kitab Al-Manadzir diterjemahkan kedalam bahasa Latin Opticae Thesaurus. Dalam kitab itu, dia mengupas ide-idenya tentang cahaya. Sang ilmuwan Muslim itu meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurusdari setiap titik di permukaan yang bercahaya. Selain itu, Al-Haitham memecahkan misteri tentang lintasan cahaya melalui berbagai media melalui serangkaian percobaan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Keberhasilannya yang lain adalah ditemukannya teori pembiasan cahaya. Al-Haitham pun sukses melakukan eksperimen pertamanya tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.Tak cuma itu, dalam kitab yang ditulisnya, Alhazen begitu dunia Barat menyebutnya juga menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul saat matahari terbenam. Ia pun mencetuskan teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Ia juga melakukan percobaan untuk menjelaskan penglihatan binokular dan memberikan penjelasan yang benar tentang peningkatan ukuran matahari dan bulan ketika mendekatihorison. Keberhasilan lainnya yang terbilang fenomenal adalah kemampuannya menggambarkan indra penglihatan manusia secara detail. Tak heran, jika Bapak Optik dunia itu mampu memecahkan rekor sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Hebatnya lagi, ia mampu menjelaskan secara ilmiah proses bagaimana manusiabisa melihat. Teori yang dilahirkannya juga mampu mematahkan teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid. Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena ada cahaya keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan keduanya, Ibnu Haytham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek yang dilihatlah yang mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bias terlihat. Secara detail, Al-Haitham pun menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja syaraf di otak hingga kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara detil bagian dan fungsi mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa, dan menjelaskan peranan masing-masing terhadap penglihatan manusia. Hasil penelitian Al-Haitham itu lalu dikembangkan Ibnu Firnas di Spanyol dengan membuatkacamata.Dalam buku lainnya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Light dan On Twilight Phenomena Al-Haitham membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana. Menurut Al-Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk timur. Warna merah pada senja akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Ia pun menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikancahaya. Al-Haitham juga mencetuskan teori lensa pembesar. Teori itu digunakan para saintis di Italia untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Pada abad ke-13 M, fisikawan Muslim lainnya yang banyak berkontribusi dalam bidang optik adalah Kamaluddin Al-Farisi. Dia mampu menjelaskan fenomena pelangi. Melalui penelitian yang dilakukannya, ia berhasil mengungkapkan bagaimana cahaya matahari direfraksi melalui hujan serta terbentuknya pelangi primer dan sekunder. Itulah peran sarjana Muslim di era kekhalifahan dalam bidang optik.

i. Kamal al-Din al-Farisi (1267M 1319 M)

Kamal al-Din al-Farisi adalah seorang ahli fisika Muslim terkemuka dari Persia. Ia dilahirkan di kota Tabriz, Persia sekarang Iran- pada 1267 M dan meninggal pada 1319 M. Ilmuwan yang bernama lengkap Kamal al-Din Abu'l-Hasan Muhammad Al-Farisi itu kesohor dengan kontribusinya tentang optik serta teori angka. Ia merupakan murid seorang astronom dan ahli matematika terkenal, Qutb al-Din al-Shirazi (1236-1311), yang juga murid Nasiruddin al-Tusi. Dalam bidang optik, al-Farisi berhasil merevisi teori pembiasan cahaya yang dicetuskan para ahli fisika sebelumnya. Gurunya, Shirazi memberi saran agar al-Farisi membedah teori pembiasan cahaya yang telah ditulis ahli fisika Muslim legendaris Ibnu al-Haytham (965-1039). Secara mendalam, al-Farisi melakukan studi secara mendala mengenai risalah optik yang ditulis pendahuluannya itu. Sang guru juga menyarankannya agar melakukan revisi terhadap karya Ibnu Haytham. Buku hasil revisi terhadap pemikiran al-Hacen nama panggilan Ibnu Haytham di Barat -- tersebut kemudian jadi sebuah adikarya, yakni Kitab Tanqih al-Manazir (Revisi tentang Optik). Kitab Tanqih merupakan pendapat dan pandangan al-Farisi terhadap buah karya Ibnu Haytham. Dalam pandangannya, tak semua teori optik yang diajukan Ibnu Haytham menemukan kebenaran. Guna menutupi kelemahan teori Ibnu Haytham, al-Farisi Al-Farisi lalu mengusulkan teori alternatif. Sehingga, kelemahan dalam teori optik Ibnu Haytham dapat disempurnakan. Salah satu bagian yang paling penting dalam karya al-Farisi adalah komentarnya tentang teori pelangi. Ibnu Haytham sesungguhnya mengusulkan sebuah teori, tapi al-Farisi mempertimbangkan dua teori yakni teori Ibnu Haytham dan teori Ibnu Sina (Avicenna) sebelum mencetuskan teori baru. Teori yang diusulkan al-Farisi sungguh luar biasa. Ia mampu menjelaskan fenomena alam bernama pelangi menggunakan matematika.

j. Roger Baconn (Inggris, 1214 M 1292 M)

Roger Bacon (Inggris, 1214-1292). Seorang pengikut Grosseteste di Oxford, Bacon diperpanjang bekerja Grosseteste pada optik. Ia menganggap bahwa kecepatan cahaya yang terbatas dan itu disebarkan melalui media dengan cara yang analog dengan propagasi suara. Dalam karyanya Opus Maius, Bacon menggambarkan penelitian tentang perbesaran benda kecil menggunakan lensa cembung dan menyarankan bahwa mereka bisa menemukan aplikasi di koreksi penglihatan yang cacat. Dia menghubungkan fenomena pelangi dengan refleksi sinar matahari dari air hujan individu. k. Leonardo da Vinci (Italia, 1452 - 1519)

Sebagai seorang seniman terkenal dunia dan ilmuwan, Leonardo da Vinci (Italia, 1452-1519) visioner pengamatan dan sketsa merintis studi tentang anatomi manusia membuka jalan penemuan masa depan di bidang medis. Ia berbicara panjang lebar pada optik fisiologis mengenai mata manusia.

B. Perkembangan Optik Periode II (1550 M 1800 M) Berbeda dengan Periode I, di Periode II ini sudah banyak dilakukan eksperimen untuk mendukung kebenaran dari teori-teori yang telah dikemukakan. Penemuan-penemuan di Periode II ini dimulai ketika orang-orang mulai gemar mengamati pelangi, hingga akhirnya diketahui bahwa pelangi disebabkan oleh pembiasan cahaya oleh air. selain itu, di abad ke-16 ini juga sudah mulai dibuat mikroskop yang menggunakan lensa gabungan yaitu lensa objektif dan lensa okuler oleh Antony van Leuwenhoek (1632-1723) dari Belanda. Satu abad berselang dengan tempat yang sama yaitu di Belanda, tepatnya pada abad ke-17 atau sekitar tahun 1608 M untuk pertama kalinya seseorang mengklaim bahwa dia adalah orang yang pertama menemukan teleskop. Orang tersebut adalah Hans Lippershey. Teleskop yang ditemukan Hans Lippershey ini hanya bisa memperbesar tiga kali lipat ukuraan semula. Awalnya Lippershey ini memegang sebuah lensa di depan lensa lain dan meletakkannya di sebuah tabung kayu dan teleskop Hns Lippershey pun tercipta. Namun, satu tahun kemudian Galileo Galilei yaitu tahun 1609 M, Galileo mendengar bahwa seseorang telah menemukan teleskop di Belanda. Namun, berita itu masih samar-samar di telinganya. Akhirnya, berkat kecerdasannya, ia mampu mempelajarai perangkat teleskop Lippershey dan berhasil membuat teleskopnya sendiri yang lebih canggih pada masa itu karena dapat melakukan perbesaran hingga 20 kali lipat. Teropong yang ditemukan Galileo ini sekarang disebut teleskop panggung. Baik Lippershey maupun Galileo sama-sama mengkombinasikan lensa cekung dan lensa cembung. Kemudian pada tahun 1611, Keppler menyempurnakan desain teleskop Galileo yaitu dengan menggunakan dua buah lensa cembung sehingga gambar yang dihasilkan terbalik. Desain Keppler ini masih menjadi desain utama refraktor masa kini hanya saja mungkin ada perbaikan dalam lensa dan kaca.Selama abad ke-15 sampai abad ke-16, para ilmuwan berlomba-lomba untuk menghitung kecepatan cahaya dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan cara yang hampir sama ketika menghitung kecepatan suara, yaitu dengan menyuruh seseorang berdiri di atas bukit yang sangat jauh kemudian menyalakan sebuah lentera. Selang waktu ketika cahaya lentera dinyalakan dengan cahaya yang dilihat oleh pengamat di bawah bukit itulah yang menjadi dasar perhitungan kecepatan cahaya. Ilmuwan yang menggunakan metode ini adalah Galileo Galilei. Namun Galileo tidak menemukan selang waktu tersebut, sehingga Galileo nenyatakan bahwa kecepatan cahaya sangat cepat bahkan tak berhingga. Pada tahun 1670-an, Ole Romer (1644-1710), mengamati bulan-bulan di Planet Jupiter. Dia mengamati berapa lama waktu yang dibutuhkan bulan-bulan itu untuk bergerak ke belakang Jupiter. Namun, dia heran karena mendapati waktu bulan muncul dan menghilang berbeda-beda, terkadang lebih cepat dan terkadang lebih lambat dari waktu yang telah dihitung. Romer pun mengambil kesimpulan bahwa kecepatan cahaya mempunyai batas. Itu mengacu dari posisi Bumi saat dia melakukan pengamatan. Dan jeda waktu tadi diketemukan sebesar 16,7 menit. Romer menganggap bahwa jarak Bumi-Jupiter sebesar 2 AU. Dapat disimpulkan bahwa C = 2 AU/16,7 menit = 300,000 km/s.Walaupun saat itu tetapan AU (Satuan Astronomi) masih belum ditetapkan, tetapi dari hasil pengamatan Romer tersebut membuktikan bahwa kecepatan cahaya sangat besar. Pantas saja Galileo gagal mengukurnya karena mungkin jarak pengamatan yang dilakukan Galileo kurang jauh.Pada tahun 1675, Sir Isaac Newton dalam Hypothesis of Light menyatakan bahwa cahaya terdiri dari partikel halus yang memancar ke segala arah dari sumbernya. Jika partikel diamggap tidak bermassa, maka suatu benda bersinar tidak akan kehilangan massanya hanya karena memancarkan cahaya, dan cahaya itu sendiri tidak dipengaruhi oleh gravitasi. Teori Newton ini dikenal dengan nama Teori Emisi. Pada tahun 1678, Christian Huygens mengatakan teori bahwa cahaya dipancarkan ke segala arah sebagai gelombang seperti bumi. Sehingga jike demikian cahaya akan memiliki frekuensi dan panjang gelombang. Pada zaman Newton dan Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa cahaya selalu memerlukan energi dalam perambatannya. Namun, ruang antara bintang maupun planet di antariksa merupakan ruang hampa udara. Inilah yang membuat kebingungan, jika cahaya seperti yang dikatakan oleh Huygens maka medium apakah yang menghantarkan cahaya di ruang angkasa? Sehingga Huygens menjawab kritik ini dengan berhipotesis bahwa ada zat yang bernama eter sebagai perantara di ruang hampa. Zat ini sangat ringan, tembus pandang, dan memenuhi seluruh alam semesta. Eterlah yang mengantarkan cahaya dari bintang-bintang sampai ke Bumi. Newton menjelaskan cahaya bagaikan peluru yang melaju mengikuti lintasan lurus. Anehnya dilain tempat Newton malah mengusulkan teori getaran eter untuk menjelaskan sifat cahaya. Ini memperlihatkan ketidakkonsistenan Newton. Tapi Newton percaya bahwa eter terdiri dari partikel yang sangat halus yang membuatnya bersifat sangat renggang dan lenting. Alam tanpa eter tidak mungkin menghantar gelombang. Newton bersikukuh menolak ide Huygens bahwa cahaya bersifat gelombang. Menurut Newton gelombang akan melebar dan mengisi seluruh ruang seperti gelombang air mengisi ceruk kolam, padahal dalam praktik cahaya mengikuti garis lurus dan tidak mengisi ruang bayangan. Pada kesempatan lain Newton menyatakan lebih suka langit tetap kosong daripada diisi eter. Bagaimanapun juga sekiranya ruang angkasa diisi eter maka perjalanan benda langit terhambat. Implikasi ini tidak teramati, ia tetap lebih suka alam tanpa eter, persis seperti ajaran atonomi yunani. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Newton masih bimbang perihal cahaya, ia tidak dapat memilih antara model peluru dan getaran eter meski condong pada yang pertama. Dalam edisi kedua Principia (1713) Newton kembali menutup segala spekulasi dan menulis saya tidak mengakali hipotesa. Sampai pertengahan abad ke-18, tidak ada percobaan-percobaan yang mendukung kebenaran bahwa cahaya diumpamakan sebagai peluru di atas.Tokoh dan Penemuannyaa. Galileo GalileiGalileo Galilei (1564 M - 1642 M) adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop (dengan 32x pembesaran) dan berbagai observasi astronomi seperti menemukan satelit alami Jupiter -Io, Europa, Ganymede, dan Callisto- pada 7 Januari 1610. Buku karangannya adalah Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632, dan Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno due nuove scienze diterbitkan di Leiden pada 1638.b. Johannes Kepler (1571 - 1630)

Johannes Kepler (Jerman ,1571-1630). Dalam bukunya Iklan Vitellionem Paralipomena, Kepler menyatakan bahwa intensitas cahaya dari sumber titik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya, cahaya yang dapat diperbanyak melalui jarak jauh tanpa batas dan bahwa kecepatan propagasi adalah tak terbatas. Dia menjelaskan visi sebagai konsekuensi dari pembentukan gambar pada retina oleh lensa pada mata dan benar menggambarkan penyebab panjang-sightednessdankecupetan. Dalam Dioptrice, Kepler disajikan penjelasan tentang prinsip-prinsip yang terlibat dalam mikroskop lensa konvergen / divergen dan teleskop. Dalam risalah yang sama, ia menyarankan agar teleskop dapat dibangun menggunakan tujuan konvergen dan lensa mata konvergen dan menggambarkan kombinasi lensa yang kemudian akan menjadi dikenal sebagai lensa tele. Ia menemukan refleksi internal total, tetapi tidak dapat menemukan hubungan yang memuaskan antara sudut datang dan sudut bias.c. Van Roijen Willebord Snell (Belanda , 1580 - 1626)

Van Roijen Willebrord Snell (Belanda ,1580-1626). Meskipun ia menemukan hukum refraksi, secara optik geometris modern, pada tahun 1621, ia tidak mempublikasikan hal itu. Penemuan Snell tentang pembiasan tidak disebutkan dalam hal kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya dalam ruang kosong tidak ditentukan sampai 1676, dan kecepatan di air tidak diukur sampai 1850. Dari pengamatannya, bagaimanapun, Snell didefinisikan indeks bias sebagai rasio dari sinus dari sudut insiden ke sinus dari sudut pembiasan. Hubungan ini dikenal sebagai hukum Snell.d. Rene Descartes (Perancis, 1596 - 1650)

Para matematikawan dan filsuf Rene Descartes (Perancis, 1596-1650) menerbitkan karya Snell pada tahun 1637 di Dioptrique La nya. Descartes menentukan sudut refraksi dan menunjukkan hukum sinus dari refraksi optik yang Willebrord Snell sebelumnya berasal.

e. Francesco Maria Gimaldi (Italia, 1618 - 1663)

Francesco Maria Grimaldi (Italia, 1618-1663). Dalam Physico-mathesis nya lumine de, coloribus et Iride, diterbitkan pada 1655, menggambarkan pengamatan difraksi ketika ia melewati cahaya putih melalui lubang kecil. Grimaldi menyimpulkan bahwa cahaya adalah cairan yang menunjukkan gelombang-seperti gerakan.

f. Robert Hooke (Inggris, 1635 - 1703)

Robert Hooke (Inggris, 1635-1703) tertarik pada eksperimen Grimaldi, dia mengulangi hal itu. Pada 1655, Hooke diterbitkan risalahnya, Micrographia. Dalam buku itu, dijelaskan Hooke pengamatan dengan mikroskop senyawa yang memiliki lensa objektif dan lensa konvergen mata konvergen. Dalam buku yang sama, ia menggambarkan pengamatannya dari warna yang dihasilkan dalam serpihan dari mika, gelembung sabun dan film minyak di atas air. Dia mengakui bahwa warna diproduksi di mika serpih ini terkait dengan ketebalan mereka tetapi tidak mampu untuk membangun hubungan yang pasti antara ketebalan dan warna. Hooke diajukan sebuah teori gelombang untuk propagasi cahaya.g. Isaac Newton (Inggris, 1642 - 1727)

Isaac Newton (Inggris, 1642-1727) telah melolong sukses di optik. Pada 1666, ketika ia berlibur di rumah, ia menemukan pemecahan atas cahaya putih menjadi warna komponennya ketika melewati sebuah prisma. Pada 1668, sebagai solusi untuk masalah chromatic aberration dipamerkan oleh teleskop pembiasan, Newton dibangun teleskop refleksi pertama. Pada 1672, pengamatan sebelumnya Newton pada dispersi sinar matahari saat melewati sebuah prisma dilaporkan ke Royal Society. Newton menyimpulkan bahwa sinar matahari terdiri dari cahaya warna yang berbeda yang dibiaskan oleh kaca untuk luasan yang berbeda. Ini adalah awal dari optik fisik. Newton 's Opticks diterbitkan pada 1704. Dalam buku itu, Newton mengemukakan pandangannya bahwa cahaya adalah partikel tetapi bahwa partikel dapat merangsang gelombang di aether. Kepatuhan-Nya kepada sifat partikel cahaya didasarkan terutama pada anggapan bahwa perjalanan cahaya dalam garis lurus sedangkan gelombang bisa menekuk ke daerah bayangan. Newton juga membangun teleskop refraksi karena ia menduga bahwa cahaya putih terdiri dari spektrum cahaya. Dia bereksperimene dengan menembakan cahaya putih menjadi warna pelangidi sekitar cerah objek astronoomi.h. Christian Huygens (Belanda , 1629 - 1695)

Christiaan Huygens (Belanda, 1629-1695), seorang ilmuwan fisik dan astronom dan ahli matematika. Dalam de Trait nya Lumiere pada tahun 1690, Huygens mengemukakan teori gelombang cahaya nya. Dia dianggap ringan yang ditularkan melalui eter meresapi segala yang dibuat dari partikel-partikel kecil yang elastis, yang masing-masing dapat bertindak sebagai sumber sekunder wavelet. Atas dasar ini, Huygens menjelaskan banyak karakteristik propagasi cahaya diketahui, termasuk refraksi ganda di kalsit ditemukan oleh Bartholinus pada 1669. Dia memecah monopoli teori partikel Newton cahaya.Huygens mengatakan bahwa cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi dan berupa gelombang.

C. Perkembangan Optik Periode III (Periode singkat, 1800 M s.d. 1890 M) Periode III ini merupakan periode tersingkat dalam sejarah perkembangan optik. Periode III dimulai ketika ketika sekitar tahun 1801, Thomas Young dan Agustin Fresnell membuktikan bahwa cahaya dapat melentur (difraksi) dan dapat mengalami interferensi ketika dilewatkan pada dua celah sempit. Ternyata peristiwa ini tidak dapat diterangkan oleh teori emisi Newton. Selain tidak dapat menjelaskan peristiwa difraksi dan interferensi, teori emisi Newton pun tidak dapat menjelaskan bahwa kecepatan cahaya di dalam air lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya di udara. Sehingga anggapan bahwa cahaya merupakan gelombang semakin kuat. Selanjutnya Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektomagnetik. Sesuatu yang yang berbeda dengan gelombang bunyi yang tergolong gelombang mekanik. Gelombang elekromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium dan kecepatan rambatnyapun amat tinggi bila dibandingkan dengan gelombang bunyi. Gelombang elekromagnetik merambat dengan kecepatan 300.000 km/s, kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan gelombang cahaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.Dua prediksi Maxwell diuji secara terpisah oleh Heinrich Rudolf Hertz ( 1857-1894 ) dan Hendrik Antoon Lorentz ( 1853-1928 ). Maxwell meramalkan bahwa gangguan di dalam medan magnetik dan listrik harus merambat secepat cahaya. Tapi gelombang elektromagnetik seperti itu belum pernah teramati. Pada tahun 1887, Heartz menguji prediksi itu sampai dengan memercikkan bunga api listrik di antara dua kutub. Ia mengamati bahwa di antara dua kutub di tempat lain di dalam laboratoriumnya terjadi juga percikan bunga api yang sama.Tak pelak lagi, pengaruh bunga api yang petama harus dibawa sebagai gelombang melalui udara sehingga menimbulkan bunga api yang kedua. Ia membuktikan secara eksperimental bahwa gelombang mirip seperti cahaya, karena menunjukkan gejala pemantulan, pembiasan, difraksi, dan polarisasi.Tokoh dan Penemuannyaa. Thomas Young (Inggris, 1773 - 1829)

Thomas Young (Inggris, 1773-1829). Dilakukan percobaan yang sangat infered sifat gelombang cahaya. Karena ia percaya bahwa cahaya terdiri dari gelombang, muda beralasan bahwa beberapa jenis interaksi akan terjadi ketika dua gelombang cahaya bertemu. Tutorial interaktif ini mengeksplorasi bagaimana gelombang cahaya koheren berinteraksi ketika melewati dua celah berjarak dekat. Pada tahun 1793 , ia berhasil menjelaskan proses akomodasi pada mata manusia. Ia mengatakan bahwa lensa mata berubah bentuknya, sesuai jarak benda yang dilihatnya. Tahun 1801 ia menemukan penyebab astigmatisma yaitu keadaan mata yang menyebabkan benda yang dilihat Nampak kabur. Hal ini disebabkan oleh lengkung mata yang tidak normal. Pada tahun ini juga ia menemukan hokum interferensi cahaya. Ia membuktikan bahwa cahaya adalah gelombang. Selain itu young beranggapan bahwa suatu zat memiliki batas ketegangan . Sifat ketegangan inni dinamakan Modulus Young pada suatu zat.. Thomas menggunkan sebuah berkas cahaya tunggal ( monokromatis ) dan celah sempit yang memancar menuju dua celah sempit atau sejajar dan jaraknya berdekatan, celah-celah Young dapat digunakan untuk menentukan pola interferasi. Dalam percobaannya, Young menjelaskan bahwa difraksi merupakan gejala penyebaran cahaya yang dialami oleh seberkas gelombang cahaya ketika melalui suatu celah sempit dibandingkan dengan ukuran panjang gelombangnya. Young mengatakan bahwa manusia dapat melihat warna karena didalam retina mata manusia terdapat tiga reseptor warna yang masing-masing peka terhadap warna merah, hijau. Biru. b. Etiene Louis Malus (Perancis, 1755 - 1812)

Etienne Louis Malus (Perancis, 1755-1812). Pada 1808, sebagai hasil pengamatan cahaya yang dipantulkan dari jendela Luxembourg Palais di Paris melalui kristal kalsit seperti yang diputar, Malus menemukan efek yang kemudian menyebabkan kesimpulan bahwa cahaya dapat terpolarisasi oleh refleksi. c. David Brewster (Skotlandia, 1781 - 1868)

David Brewster (Skotlandia ,1781-1868). Dia mencatat terutama untuk penelitian ke dalam polarisasi cahaya. Pada tahun 1814, Brewster menunjukkan bahwa ada hubungan antara sudut kejadian di mana sinar cahaya yang dipantulkan dari sebuah interface benar-benar pesawat terpolarisasi: indeks bias adalah sama dengan persoalan dari sudut. d. Dominique Jean Francois Arago (Prancis, 1786 - 1853)

Dominique Jean Francois Arago (Prancis , 1786-1853) Selama abad ke-19, ada kontroversi besar mengenai sifat cahaya - cahaya baik ada sebagai partikel, atau sebagai gelombang. Arago adalah yang terbaik dikenal untuk membantu menyelesaikan perdebatan ini. Awalnya pendukung teori partikel penelitian, polarisasi ia melakukan bekerjasama dengan Augustin Jean Fresnel-berubah pikiran. Pada 1811, pasangan ini menemukan bahwa dua berkas cahaya terpolarisasi dalam arah tegak lurus tidak mengganggu, akhirnya menghasilkan dalam pengembangan teori gelombang cahaya transversal.e. Augustin Jean Fresnel (Prancis, 1788 - 1827)

Augustin Jean Fresnel (Prancis ,1788-1827). Independen menemukan kembali interferensi dan mulai mempelajari teori gelombang cahaya. Difraksi efek, seperti tepi samar bayangan dan bayangan pinggiran, diketahui telah diamati pada awal abad ke-17. Namun, sebelum penemuan gangguan pada tahun 1801, baik teori gelombang maupun teori partikel bisa menawarkan penjelasan yang cocok untuk efek. Di tahun 1816, Fresnel menunjukkan bahwa fenomena difraksi berbagai sepenuhnya dijelaskan oleh interferensi gelombang cahaya. Sebagai hasil dari penyelidikan oleh Arago Fresnel dan pada gangguan cahaya terpolarisasi dan interpretasi selanjutnya mereka dengan Thomas Young, disimpulkan bahwa gelombang cahaya yang transversal dan tidak, seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, longitudinal. Fresnel menemukan lensa Fresnel yaitu bentuk lensa cembung yang bentuknya berbeda dengan lensa cembung pada umumnya.Fresnel menemukan persamaan Fresnel untuk mengamati perilaku gelombang cahaya ketika merambat antar medium yang mempunyai indeks bias berbeda namun indeks bias tersebut bernilai real. Fresnel berpendapat bahwa gelombang cahaya mengalami refraksi dan refraksi beraturan.f. Simeon Denis Poissin (Prancis, 1781 1840)

Simeon-Denis Poisson (Prancis, 1781-1840). Pada tahun 1819, seorang ahli matematika dari peringkat pertama, adalah salah satu panel juri dari Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis tentang esai terbaik meliputi teori gelombang cahaya pada tahun 1817. Dia juga kebetulan seorang mukmin sangat kuat dalam teori partikel cahaya Newton dan mampu, menggunakan matematika Fresnel, untuk memperoleh sebuah prediksi dia yakin akan menghancurkan teori gelombang cahaya .g. James Clerk Maxwell (Skotlandia, 1831 1879)

James Clerk Maxwell (Skotlandia, 1831-1879). Pada tahun 1865 dari studi tentang persamaan menggambarkan medan listrik dan magnetik, ditemukan bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik harus, dalam kesalahan eksperimental, menjadi sama dengan kecepatan cahaya. Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya adalah bentuk dari gelombang elektromagnetik. Maxwell menyelidiki tentanghubungan antar warna dengan cara bagaimana warna terseut tertangkap oleh mataHasil penyelidikannya merupakan dasar dari fotografi berwarna dan menuntun Maxwell untuk membuat potret berwarna. Maxwell menyatakan bahwa cepat ranbat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat cahaya yaitu dan berkesimpulan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.

h. Michael Faraday (1845)Pada tahun 1845, Faraday mulai meneliti tali-temali cahaya dengan gejala elektromagnetik. Penelitian ini diusulkan oleh William Thomson ( belakangan terkenal sebagai Lord Kelvin ). Seberkas cahaya yang terpolarisasi oleh bidang ia lewatkan sejenis kaca berat yang terletak di antara kedua kutub magnet. Bidang polarisasi cahaya itu ternyata berputar. Faraday girang sekali. Kelihatannya bukan saja listrik yang tekait dengan kemagnetan, tapi keduanya berhubungan dengan cahaya. Ia menyimpulkan bahwa gaya magnetik dan gaya cahaya berhubungan satu sama lain. Hal ini, menurut Faraday, kemungkinan besar sangat penting pada penelitian susulan terhadap kedua jenis gaya alamiah ini. Prediksinya tidak meleset. Kelak di kemudian hari, maxwell merumuskan hubungan ini secara matematis.

D. Perkembangan Optik Periode IV (1887 M s.d. 1925)Optika modern ditandai dengan perkembagan ilmu dan rekayasa optik yang menjadi sangat populer pada abad 20. Bidang optik ini meliputi elektromagnetik atau sifat kuantum cahaya. Pada era optika modern ditandai dengan penemuan besar yaitu mengenai efek foto listrik dan serat optik.a. Efek FotolistrikEfek fotolistrik berawal dari penemuan Heinrich Rudolf Hertz pada tahun 1887. Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron yang dimiliki atom-atom logam akibat disinari oleh cahaya yang memiliki frekuensi lebih besar daripada frekuensi ambang logam tersebut. Peralatan eksperimen Hertz pada waktu terdiri dari dua buah plat logam yang terhubung dengan sumber tegangan dan terletak dalam ruang.Sebuah logam ketika disinari akan melepaskan elektron, yang akan menghasilkan arus listrik jika disambung ke rangkaian tertutup. Jika cahaya adalah gelombang seperti yang telah diprediksikan oleh Fisika klasik, maka seharusnya semakin tinggi intensitas cahaya yang diberikan maka semakin besar arus yang terdeteksi. Namun hasil eksperimen menunjukkan bahwa walaupun intensitas cahaya yang diberikan maksimum, elektron tidak muncul juga dari plat logam.Tetapi ketika diberikan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek (frekuensi lebih tinggi, ke arah warna ungu dari spektrum cahaya) dari sebelumnya, tiba-tiba elektron lepas dari plat logam sehingga terdeteksi arus listrik, padahal intensitas yang diberikan lebih kecil dari intensitas sebelumnya. Berarti, energi yang dibutuhkan oleh plat logam untuk melepaskan elektronnya tergantung pada panjang gelombang. Hal inilah yang membuat banyak ilmuwan pada saat itu menjadi kebingungan. Misteri ini akhirnya dijawab oleh Albert Einstein, yang menyatakan bahwa cahaya terkuantisasi dalam gumpalan partikel cahaya yang disebut foton. Energi yang dibawa oleh foton sebanding dengan frekuensi cahaya dan konstanta Planck. Dibutuhkan sebuah foton dengan energi yang lebih tinggi dari energi ikatan elektron untuk melepaskan elektron keluar dari plat logam. Ketika frekuensi cahaya yang diberikan masih rendah, maka walaupun intensitas cahaya yang diberikan maksimum, foton tidak memiliki cukup energi untuk melepaskan electron dari ikatannya. Tapi ketika frekuensi cahaya yang diberikan lebih tinggi, maka walaupun terdapat hanya satu foton saja (intensitas rendah) dengan energi yang cukup, foton tersebut mampu untuk melepaskan satu elektron dari ikatannya. Intensitas cahaya dinaikkan berarti akan semakin banyak jumlah foton yang dilepaskan, akibatnya semakin banyak elektron yang akan lepas.b. Serat Optik Serat optik adalah sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.Sekitar tahun 1930-an para ilmuwan di Jerman melakukan eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui media yang disebut serat optik. Kemunculan serat optik sebenarnya didasari oleh penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi yang sudah lama dilakukan. Namun, hasil percobaan tersebut tidak bisa langsung dimanfaatkan. Kemudian pada tahun 1958 para ilmuwan di Inggris mengusulkan prototipe serat optik yang modelnya masih digunakan sampai saat ini yaitu terdiri dari gelas inti yang dibungkus oleh gelas lainnya. Lalu sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis serat optik yang mampu mentransmisikan gambar. Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang sangat bening dan tidak menghantar listrik, sehingga konon, dengan pencahayaan cukup mata normal akan dapat melihat lalu-lalangnya penghuni serat tersebut. Sejak pertama kali dicetuskan, serat optik masih memerlukan banyak perbaikan dan pengembangan karena masih sangat tidak efektif. Hingga pada tahun 1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km. Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km.Serat optik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan media transmisi yang lain, antara lain sebagai berikut:1. Mempunyai lebar bidang (bandwidth) yang sangat lebar sehingga dapat mentransmisikan sinyal digital dengan kecepatan data yang sangat tinggi (dari orde Mbit/s sampai dengan Gbit/s) dan mampu membawa informasi yang sangat besar.2. Rugi transmisi (transmission loss) yang rendah sehingga memperkecil jumlah sambungan dan jumlah pengulang (repeater) yang pada gilirannya akan mengurangi kerumitan dan biaya sistem.3. Ukuran sangat kecil dan sangat ringan.4. Serat optik terbebas dari derau (noise) elektrik maupun medan magnetic karena menyediakan pemandu gelombang (waveguide) yang kebal terhadap interferensi elektromagnetik (Electromagnetic Interference, EMI), menjamin terbebas dari efek pulsa elektromagnetik (Electromagnetic Pulse, EMP), dan interferensi frekuensi radio (Radiofrequency Interference, RFI).5. Terisolasi dari efek elektrik karena terbuat dari kaca silika atau polimer plastik yang bersifat sebagai bahan isolator (insulator)

E. Perkembangan Optik Periode V (Tahun 1925 s.d. sekarang )Tokoh dan Penemuannyaa. Michelson (Amerika, 1852 -1931)

Pada tahun 1926, Michelson (Amerika ,1852-1931) melakukan percobaan yang terakhir dan paling akurat untuk menentukan kecepatan cahaya. Menggunakan jalan cahaya dengan panjang 35 km dari Mount Wilson observatorium untuk teleskop di Gunung San Antonio, ia menemukan nilai 299.796 km per detik. Michelson melakukan eksperimennya dengan desain dan prinsip yang sama seperti milik Young berupa percobaan celah ganda. Awalnya percobaan interferometer Michelson digunakan untuk membuktikan adanya eter, namun tidak terbukti, akhirnya interferometer Michelson digunakan untuk menentukan panjang gelombang cahaya dan untuk mengamati sifat medium optik interferensi cahaya.b. Walter Geffcken (Jerman , 1872 1950)

Pada tahun 1939, Walter Geffcken (Jerman, 1872-1950), menggambarkan filter gangguan transmisi.

c. Dennis Gabor (Hungaria, 1900 1979)

Pada tahun 1948, Dennis Gabor (Hungaria, 1900-1979), menggambarkan prinsip-prinsip rekonstruksi wavefront, kemudian menjadi dikenal sebagai holografi.

d. Arthur Schawlow L (Amerika, 1921 1999)

Pada tahun 1958, Arthur Schawlow L (Amerika ,1921-1999) dan Charles Townes H (Amerika, 1915 -) menerbitkan sebuah makalah berjudul "Maser Infrared dan Optical" di mana ia mengusulkan bahwa prinsip maser dapat diperluas ke daerah terlihat dari spektrum memunculkan apa yang kemudian menjadi dikenal sebagai 'laser'.

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANSejarah penemuan Optik telah terjadi berabad-abad yang lalu di mulai dari zaman prasejarah sampai dengan sekarang. Berbagai penemuan itu turut melibatkan banyak ilmuwan di dunia, seperti Mozi dan Eulid ( Periode I ), Johannes Kepler dan Isac Newton ( Periode II ), Thomas Young, James Clerk Maxwell ( Periode III ), Albert Einstein, Heinrich Rudolf Hertz ( Periode IV ), Michelson, Dennis Gabor ( Periode V).

DAFTAR PUSTAKA

Einstein, L. (2012). Sejarah Fisika Optika Optik. [Online]Tersedia:http://einsteinfisika.blogspot.com/2012/01/sejarah-fisika-optika optik.html#ixzz2MBEMcVQP [ 15 Februari 2015 ]

SEJARAH PERKEMBANGAN OPTIKPAGE 27