Thala Semi A
-
Upload
berthy-al-mungiza -
Category
Documents
-
view
14 -
download
3
description
Transcript of Thala Semi A
THALASEMIA
PENDAHULUAN
• Thalasemia adalah 1. Penyakit kelainan darah Anemia Hemolitik
Herdediter2. Diturunkan autosomal resesif3. Disebabkan defek genetik pada pembentukan rantai
globin
EPIDEMIOLOGI
Penyebaran Mediterania Afrika Timur Tengah Asia Tenggara
Cina Thalasemia α Timur jauh termasuk Cina Thalasemia Asia Tenggara Menurut survei RS di Jakarta 70-100 pasien baru
datang tiap tahunnya
PATOFISIOLOGI
Darah Eritrosit, Leukosit, Trombosit dan PlasmaEritrosit membawa satu protein (Hb) untuk
mengikat O2 di paru membawanya ke peredaran darah dan melepaskannya ke sel dan jaringan tubuh
Hemoglobin (Hb) tersusun atas 4 sub-unit yang masing-masing tersusun atas satu molekul globin dan satu molekul heme
• Globulin terdiri atas 2 pasang rantai polipeptida, yaitu sepasang rantai α dan sepasang rantai non alpha (β,γ,δ). Kombinasi rantai polipeptida tersebut akan menentukan jenis hemoglobin. Hb A1(2α2β) merupakan lebih dari 96 % Hb total, Hb F (2α2γ) kurang dari 2% dan Hb A2 (2α2δ) kurang dari 3%.
THALASEMIA
• Biosintesis dari unit globin pada Hb A turun• Pada thalasemia β heterozigot, sintesis β globin kurang lebih
separuh dari nilai normalnya• Pada thalasemia β homozigot, sintesis β globin dapat mencapai
nol. • Defisiensi yang berat pada rantai β sintesis Hb A total turun
pasien dengan thalasemia β homozigot mengalami anemia berat. • Sebagai respon kompensasi, maka sintesis rantai γ menjadi
teraktifasi hemoglobin pasien mengandung proporsi Hb F yang meningkat Namun sintesis rantai γ ini tidak efektif dan secara kuantitas tidak mencukupi.
Kedua orangtua merupakan carier/trait. Maka anaknya 25% normal, 50% carier/trait, 25% mewarisi 2 gen yang termutasi (thalasemia mayor).
GEJALA KLINIS
• Bayi tampak pucat• Gagal tumbuh• Infeksi berulang• Kesulitan makan• Facies Cooley• Perut membuncit• Splenomegali
• Gejala klinis tersebut lebih sering muncul pada thalasemia mayor dibandingkan thalasemia minor / karier thalasemia
• Karier thalasemia hampir tanpa gejala, umumnya anemia ringan dan jarang didapatkan splenomegali
• Pada karier thalasemia ditemukan penurunan ringan kadar Hb dengan MCV dan MCH yang turun bermakna
THALASEMIA α
• Rantai globin yang berlebihan pada thalasemia α adalah rantai γ dan yang kurang atau hilang sintesisnya dalah rantai α.
• Rantai γ bersifat larut sehingga mampu membentuk hemotetramer yang meskipun relatif tidak stabil, mampu bertahan dan memproduksi molekul Hb yang lain seperti Hb Bart (γ4) dan Hb H (β4).
• Perbedaan dasar inilah yang mempengaruhi lebih ringannya manisfestasi klinis dan tingkat keparahan penyakitnya dibandingkan dengan thalasemia beta.
• Delesi 1 gen α : Tidak ada dampak pada kesehatan, tetapi orang tersebut mewarisi gen (Carier/Trait)• Delesi 2 gen α : Hanya berpengaruh sedikit pada kelinan fungsi darah • Delesi 3 gen α : Anemia berat, disebut juga Hemoglobin H (Hbh) disease• Delesi 4 gen α : Berakibat fatal pada bayi karena alpha globin tidak dihasilkan sama sekali
Gambar disamping menunjukkan bahwa kedua orang tua yang pada gen nya terdapat masing-masing 2 gen yang sudah termutasi. Maka anaknya :25% normal, 25% carrier, 25% 2 gen delesi, 25% menderita hemoglobin H disease.
1. Thalasemia α homozigot Hidrops fetalis dengan edema permagna dan hepatosplenomegali
2. HbH Disease Anemia mikrositik hipokromik cukup berat (7-11 g/dL) dan splenomegali sedang dimana Hb H (4) dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan elektroforesis
3. Karier thalasemia α biasanya asimptomatis, didapatkan anemia mikrositik hipokromik ringan dg MCH dan MCV turu bermakna
4. Karier thalasemia α silent gambaran darah abnormal tetapi elektroforesis normal
Hidrops Fetalis
THALASEMIA INTERMEDIATE
• Sindroma klinik yang disebabkan oleh sejenis lesi genetik.
• Anemia hipokrom mikrositik ( Hb 7-10 gr/dl ), hepatomegali dan splenomegali, deformitas menurun, kelebihan beban besi ( iron over load ).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• DarahHb menurunPeningkatan LeukositPenurunan Trombosit SplenomegaliGambaran darah tepi Mikrositik hipokromik Anisositosis Poikilositosis Tear drops & sel target
• ElektroforesisThalasemia α : ditemukannya Hb Barts dan Hb HThalasemia β : kadar Hb F bervariasi antara 10-
90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%
TATALAKSANA
• Transfusi Darah, diberikan bila Hb anak < 7 gr/dl yang diperiksa 2x berturut dengan
jarak 2 mingg Hb ≥ 7 gr/dl tetapi disertai gejala klinis seperti Facies
Cooley, gangguan tumbuh kembang, fraktur tulang curiga adanya hemopoisis ekstrameduler
Penanganan selanjutnya, transfusi darah diberikan Hb ≤8 gr/dl sampai kadar Hb 11-12 gr/dl
Darah diberikan dalam bentuk PRC, 3 ml/kgBB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dL.
KELASI BESI
• Kelasi besi, diberikan bila : Kadar feritin serum ≥ 1000 ng/mL atau Saturasi transferin ≥ 55% atau Sudah menerima 3-5 liter atau 10-20 x transfusi
ALGORITMA KELASI BESI DI INDONESIA
Desferioksamin (DFO)
Pasien tidak patuh atau menolak
Deferiprone (LI) : 50-
75 mg/kg/hari, 3x/hari sesudah makan
atau
Deferasirox (ICL 670) : 20-30 mg/kg/hari,
1x/hari
Patuh (5-7x per minggu)
DFO dilanjutkan
• Terapi kombinasi (Desferioksamin dan Deferiprone)• Suplemen Asam Folat 2x1 mg/ hari• Vitamin C 2-3 mg/kg/hari maks 50 mg pada anak <
10 tahun dan 100 mg pada anak > 10 tahun dan hanya diberikan saat DFO TIDAK diberikan pada pasien ganggua fungsi jantung
• Vitamin E 2x 200 IU/hari• Spleneoktomi• Transplantasi sum-sum tulang
PROGNOSIS
• Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalasemia
• Seperti dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa
• Bila kondisi dan penatalaksanaan dilakukan dengan tepat dan teratur, baik kehidupan fungsional maupun sosial seorang penderita thalasemia akan sama dengan orang normal lainnya
SKRINING
• Skrining premarital• Memeriksakan setiap wanita hamil muda
berdasarkan ras
PENCEGAHAN
• Skrining populasi dan konseling tentang pasangan bisa dilakukan
• Diagnosis prenatal dan terminasi kehamilan pada fetus dengan thalasemia β berat
REFERENSI
• Berhman, RE; Kliegman, RM ; Arvin: Nelson Ilmu Kesehatan Anak, volume 2, edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2005, hal1708-1712
• Berhman, RE; Kliegman, RM and Jensen, HB: Nelson Text Book of Pediatrics, 16th edition. WB Saunders company, Philadelphia: 2000, page 1630-1634
• Permono, H. BAmbang; Sutaryo; Windiastuti, Endang; Abdulsalam, Maria; IDG Ugrasena: Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, Cetakan ketiga. Penerbit Badan Penerbit IDAI, Jakarta : 2010, hlm 64-84
• A.V. Hoffbrand and J.E. Pettit; alih bahasa oleh Iyan Darmawan : Kapita Selekta Haematologi, edisi ke 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 1996, hal 66-85
• Markum : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI, Jakarta : 1991, hal 331• Paediatrica Indonesiana, The Indonesian Journal of pediatrics and Perinatal
Medicine, volume 46, No.5-6. Indonesian Pediatric Society, Jakarta: 2006, page 134-138
• Pudjiadi, Antonius H., dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid 1. 299-302
TERIMAKASIH