Epidemiologi Gizi

7
KELOMPOK : GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIOM

Transcript of Epidemiologi Gizi

Page 1: Epidemiologi Gizi

KELOMPOK :

GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIOM

Page 2: Epidemiologi Gizi

PENGERTIAN YODIUM

Yodium merupakan zat essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari Hormon tiroksin

Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin.

Page 3: Epidemiologi Gizi

ANJURAN ASUPAN YODIUM SETIAP HARI DI DALAM MAKANAN

Dosis 50 µg/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.

Dosis 90 µg/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.

Dosis 120 µg/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.

Dosis 150 µg/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.

Dosis 200 µg/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusui. (Arisman, 2004).

Page 4: Epidemiologi Gizi

GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM Gejala kekurangan yodium adalah

malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme (Sunita Almatsier, 2003)

Page 5: Epidemiologi Gizi

MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM Defisiensi pada janin Defisiensi pada bayi baru lahir. Defisiensi pada anak dan remaja Defisiensi pada Dewasa Defisiensi pada ibu hamil Defisiensi pada semua usia

Page 6: Epidemiologi Gizi

KEADAAN GEOGRAFIS WILAYAH TEMPAT TINGGAL

Defisiensi yodium disuatu wilayah mempengaruhi baik manusia maupun cadangan bahan pangan. Karena mereka yang bermukim di wilayah yang sedikit sekali (bahkan tidak ada sama sekali) mengandung yodium berisiko mengalami defisiensi.

Page 7: Epidemiologi Gizi

PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM

Penanggulangan : Suplementasi yodium pada binatang Suntikan minyak beryodium (Lipiodol) Kapsul minyak beryodium

Pencegahan : Pemberian garam beryodium. Jika garam

beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun.