BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1735/3/Anggi Nuritasari_BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1735/3/Anggi Nuritasari_BAB...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa komponen utama
minyak atsiri serai yaitu sitral, geraniol, dan mirsen, sitronelol, α-pinen,
kamfen, sabinen, mirsen (Aiemsaard et al., 2011; Risma et al.,
2016)..Penggunaan minyak atsiri serai secara tunggal memiliki aktivitas
antibakteri terhadap sulfat reducing bacterium (SRB) dengan MIC yaitu
0,17 mg ml-1
dan memiliki kemampuan mematikan bakteri dengan
efektifitas diameter hambatan E. coli 18,5-18,1 mm dan bakteri S. aureus
19,3-18,6 mm pada konsentrasi 50% b/v (Korenblum et al., 2013; Rahman
et al., 2012). Menurut Nurlaeli, (2016) minyak atsiri serai berpotensi
sebagai pengawet alami pada tahu dan daging ayam. Minyak atsiri serai
konsentrasi minimum 125 μg/mL dapat mengawetkan tahu sampai hari ke
6 dan memperpanjang masa simpan selama 2 hari pada suhu ruang.
Minyak atsiri serai konsentrasi minimum 125μg/mL dapat mengawetkan
daging ayam sampai hari ke 9 dan memperpanjang masa simpan selama 3
hari pada suhu 3-7οC.
Minyak atsiri kemangi juga dilaporkan berpotensi untuk menekan
pertumbuhan bakteri karena kandungan minyak atsiri dan flavanoidnya
(Nababan et al., 2015). Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan
bahwa minyak atsiri daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri terhadap
S. aureus dan E. coli dengan nilai MIC berturut-turut 0.5% v/v dan 0.25%
v/v (Maryati et al., 2007). Selain itu, minyak atsiri kemangi juga
berpotensi sebagai pengawet makanan pada tahu dan daging ayam.
Minyak atsiri kemangi pada konsentrasi mulai dari 125 μg/ml dapat
mengawetkan tahu selama 4 hari dan memperpanjang masa simpan tahu
selama 2 hari. Minyak atsiri kemangi pada konsentrasi mulai dari 625
μg/ml dapat mengawetkan daging ayam selama 15 hari dan
memperpanjang masa simpan daging ayam selama 6 hari (Dewi, 2016).
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
5
Komponen utama minyak atsiri kemangi yaitu methylchavicol, geranial,
neral, geraniol, nerol, caryophyllene (Shirazi et al., 2014).
Minyak atsiri serai dan kemangi dalam penggunaan tunggal telah
terbukti memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Menurut Oliveira et al.,
(2013) penggunaan kombinasi minyak atsiri dapat menurunkan tingkat
konsentrasi karena kombinasi berbagai komponen minyak atsiri yang
bersifat lemah atau sedang dapat menghasilkan efek yang sinergis.
Dilaporkan bahwa kombinasi minyak atsiri jahe merah dan lengkuas
merah menunjukkan efek bakteriostatik terhadap bakteri B. cereus, E. coli,
S. typhimurium, P. aeruginosa setelah pertumbuhan 24 jam, dan
berpotensi dapat mengontrol bakteri patogen dan perusak dibandingkan
penggunaan minyak atsiri tunggal (Rialita, 2014).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penggunaan kombinasi minyak atsiri serai dan kemangi yang akan
digunakan sebagai pengawet alami dalam memperpanjang masa simpan
daging ayam berdasarkan aktivitasnya sebagai penghambat pertumbuhan
bakteri. Seperti yang telah dilaporkan oleh Rialita, (2014) bahwa
penggunaan kombinasi minyak atsiri dapat menunjukkan efektivitas
terbaik terhadap bakteri Gram positif dan gram negatif, dengan
menghasilkan efek synergistic terhadap B. cereus, efek additive terhadap
E. coli dan S. Typhimurium, serta efek indifferent terhadap P. aeruginosa.
B. Landasan Teori
1. Foodborne disease dan food spoilage
Pangan merupakan kebutuhan esensial untuk berbagai kegiatan
tubuh manusia, oleh karena itu pangan harus terjamin bebas dari
berbagai cemaran biologis, kimiawi, fisik, dan bahan berbahaya
lainnya yang dapat mengganggu kesehatan. Adanya berbagai cemaran
berbahaya pada pangan dapat mengakibatkan munculnya foodborne
disease, yaitu penyakit pada manusia yang disebabkan oleh makanan
dan atau minuman yang tercemar. Cemaran biologis pada pangan
dapat berupa bakteri, virus, parasit, atau kapang. Cemaran biologis
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
6
yang paling berbahaya dan dapat mengakibatkan wabah penyakit pada
manusia ialah bakteri patogenik, antara lain Salmonella spp.,
Escherichia coli, Bacillus anthracis, Clostridium spp., Listeria
monocytogenes, Campylobacter spp., Vibrio cholerae, Enterobacter
sakazakii, Shigella, Bacilus cereus, dll. Bahan pangan yang
terkontaminasi bakteri patogenik jika dikonsumsi oleh manusia akan
menimbulkan gejala klinis antara lain berupa sakit perut, mual,
muntah, diare, kram (kejang) perut, sakit kepala, tidak ada nafsu
makan, demam, bahkan dapat mengakibatkan dehidrasi
(Kusumaningsih, 2010).
Foodborne disease merupakan salah satu permasalahan kesehatan
masyarakat yang paling banyak yang pernah dijumpai di zaman ini.
Selain karena bakteri patogen, keracunan makanan dapat terjadi karena
bakteri pembusuk (food spoilage). Food spoilage dapat didefinisikan
sebagai perubahan sensorik (tekstur, visual, penciuman atau rasa)
sehingga masyarakat yang mengkonsumsi dapat mengalami keracunan
makanan. Food spoilage dapat disebabkan oleh bakteri pembusuk
sehingga mengakibatkan kerusakan fisik pada makanan karena
aktivitas enzim atau mikroorganisme (Rawat, 2015).
Penyakit karena keracunan makanan biasanya bersifat toksik
maupun infeksius, disebabkan oleh agen-agen penyakit yang masuk ke
dalam tubuh melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Penyakit
ini juga menyebabkan sejumlah besar penderitaan, khususnya di
kalangan bayi, anak, lansia, dan mereka yang kekebalan tubuhnya
terganggu (WHO, 2006).
2. Daging ayam
Daging memiliki kandungan gizi yang tinggi, lengkap, dan
seimbang. Namun, kandungan gizi yang tinggi pada daging merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, sehingga daging
merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak atau
perishable. Kerusakan pada daging dapat disebabkan karena adanya
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
7
benturan fisik, perubahan kimia, dan aktivitas mikroba. Akibat dari
kerusakan tersebut seperti pembentukan lendir, perubahan warna,
perubahan bau, perubahan rasa dan terjadi ketengikan yang disebabkan
pemecahan atau oksidasi lemak daging (Afrianti et al., 2013).
Kandungan lemak daging ayam sekitar 25% dimana dengan
tingginya kandungan lemak daging ini sangat mudah mengalami
kerusakan oleh mikroorganisme atau oksidasi lemak sehingga masa
simpannya menjadi rendah. Syarat mutu mikrobiologi daging ayam
yaitu tidak boleh sedikitpun mengandung bakteri Salmonella sp dan
Campylobacter sp per 25 gram, tidak boleh mengandung total plate
count lebih dari 1x106 cfu/g, tidak boleh mengandung S. aureus dan
Coliform lebih dari 1x102 cfu/g serta tidak boleh mengandung E. coli
lebih dari 1x101 cfu/g, persyaratan mutu fisik potongan ayam dapat di
lihat pada Tabel 2.1 (SNI No. 3924, 2009).
Tabel 2.1 Persyaratan mutu fisik potongan daging ayam
No Faktor Mutu Tingkatan Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
1. Konformasi Sempurna Ada sedikit kelainan
pada tulang dada atau
paha
Ada kelainan pada
tulang dada dan
paha
2. Perdagingan Tebal Sedang Tipis
3. Perlemakan Banyak Banyak Sedikit
4. Keutuhan Utuh Tulang utuh,
kulit sobek sedikit,
tetapi tidak pada
bagian dada Tulang
ada yang patah, ujung
sayap terlepas
ada kulit yang
sobek pada bagian
dada
5. Perubahan warna Bebas dari memar
dan atau “freeze
burn”
Ada memar sedikit
tetapi tidak pada
bagian dada dan tidak
“freeze burn”
Ada memar
sedikit tetapi tidak
ada “freeze burn”
6. Kebersihan Bebas dari bulu
tunas (pin feather)
Ada bulu tunas
sedikit yang
menyebar, tetapi tidak
pada bagian dada
Ada bulu tunas
Sumber: SNI No. 3924, 2009
Daging ayam sangat dikenal dimana-mana sebagai makanan yang
mudah didapat dan sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber
lemak dan protein hewani bagi tubuh manusia. Untuk
mempertahankan kesegaran daging perlu dilakukan pengawetan. Saat
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
8
ini, banyak pedagang menjual daging ayam yang disuntikkan dengan
formalin untuk menjaga kesegaran daging atau dengan cara
menyuntikkan air untuk menambah berat daging ayam yang akan
dijual sehingga daging kelihatan segar dan keuntungan yang didapat
oleh padagang lebih banyak (Situmorang, 2008). Salah satu proses
pengawetan dengan pemakaian antibakteri dengan tujuan
mempertahankan kualitas maupun kuantitas daging ayam adalah
dengan memanfaatkan bahan herbal.
3. Pengawet makanan
Pengawet yang dizinkan digunakan untuk pangan tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 722/Menkes/per/IX/88 tentang
bahan tambahan makanan. Bahan pengawet terdiri dari senyawa
organik dan anorganik dalam bentuk asam atau garamnya. Aktivitas
bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada yang efektif terhadap
bakteri, khamir, ataupun kapang. Pada umumnya bahan pengawet
digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah
rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses
fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh
mikroba. Akan tetapi, tidak jarang produsen menggunakannya pada
pangan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa
simpan atau memperbaiki tekstur (Kristianingrum, 2006).
a. Pengawet sintetis
Bahan pengawet sintetis lebih banyak digunakan dibandingkan
pengawet alami karena bahan ini mudah dibuat. Zat kimia yang
sering digunakan sebagai pengawet organik adalah asam sorbat,
asam propionat, asam benzoat, asam asetat dan epoksida.
Sedangkan zat pengawet anorganik adalah sulfit, nitrit, Na benzoat,
dan nitrat (Kristianingrum, 2006). Formalin atau formaldehid
merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan
pada tubuh manusia. Gejala yang biasa timbul antara lain sukar
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
9
menelan, sakit perut disertai muntah–muntah, mencret darah,
timbul depresi susunan saraf atau gangguan pendarahan (Norliana
et al., 2009).
b. Pengawet alami
Pengawet alami biasanya berasal dari tanaman atau rempah-
rempah karena mengandung senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktivitas bakteri. Berbagai hasil penelitian
membuktikan bahwa bahan tambahan makanan sintetik akan
memberikan gangguan kesehatan yang cukup serius, sehingga
konsumen banyak yang beralih ke bahan alami (Puspitasari et al.,
1997).
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan untuk menggunakan
bahan pengawet yang berasal dari tumbuhan karena dianggap lebih
aman. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa bahan alami
cukup efektif sebagai pengawet makanan. Senyawa fenolik
beberapa rempah-rempah seperti lengkuas, cengkeh dan pala serta
temu kunci. Di berbagai industri, senyawa antioksidan biasanya
digunakan sebagai bahan pengawet karena bisa memperpanjang
masa simpan produk sampai 200%. Berbagai jenis minyak atsiri
diketahui juga mempunyai sifat sebagai antimikroba (Puspitasari et
al., 1997).
4. Serai (Cymbopogon citratus)
Tanaman serai (Cymbopogon citratus) merupakan tanaman herba
anual, berasal dari Suku Poaceae yang digunakan sebagai pembangkit
cita rasa pada makanan dan dipercaya pula dapat dimanfaatkan dalam
pengobatan tradisional. Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5m.
Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5cm, berwarna
hijau muda, kasar dan mempunyai aroma yang kuat (Fitriani et al.,
2013).
Penyelidikan fitokimia mengungkapkan bahwa ekstrak sereh berisi
beberapa nabati konstituen, yaitu minyak atsiri, saponin, tanin, alkaloid
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
10
dan flavonoid. Sebagai tanaman obat, khasiat, dan manfaat sereh sudah
banyak diketahui oleh masyarakat. Sereh dimanfaatkan sebagai
penghangat badan, obat kumur, anti demam, pencegah muntah,
mengobati sakit gigi, gangguan berkemih, radang lambung, radang
usus (Zeruya, 2007).
Serai adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Di
Indonesia, spesies yang lebih dikenal adalah West Indian Lemongrass
dan masyarakat umumnya menggunakannya sebagai campuran bumbu
dapur dan rempah-rempah karena mempunyai aroma khas seperti
lemon. Aroma ini diperoleh dari senyawa sitral yang terkandung dalam
minyak atsiri serai yang memiliki khasiat sebagai antijamur dan
antibakteri. Konsentrasi efektif minyak atsiri serai juga mampu
menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. secara invitro (Ella et
al., 2013).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, konsentrasi 100%
merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(Saragih et al., 2016). Hasil penelitian sebelumnya juga
memperlihatkan bahwa serai memiliki aktivitas antibakteri yang
ditunjukkan oleh adanya zona hambat di sekitar sumuran yang diberi
minyak atsiri serai terhadap pertumbuhan P. acnes secara in vitro
(Dewi, 2015).
Serai umumnya tumbuh sebagai tanaman liar di tepi jalan atau
kebun, tetapi dapat ditanam dalam berbagai kondisi di daerah tropis
yang lembab, cukup sinar matahari, dan bercurah hujan relatif tinggi.
Kedudukan taksonomi tanaman C. citratus (Saragih, 2016) yaitu:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Poales
Suku : Poaceae
Marga : Cymbopogon
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
11
Spesies : Cymbopogon citratus
Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serai antara lain
pada daun sereh dapur mengandung minyak atsiri dengan komponen
yang terdiri dari alkaloid, saponin,tanin, asitosterol, terpen, alkohol,
keton, flavanoid, sitral, sitronelol, α-pinen, kamfen, sabinen, mirsen
(Saosa et al., 2010; Risma et al., 2016). Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan terdapat minyak atsiri C. citratus memiliki daya
antibakteri terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis. Konsentrasi
minyak atsiri C. citratus sebesar 20% memiliki daya hambat terhadap
pertumbuhan E. faecalis yang hampir sama dengan EDTA dalam
bahan irigasi saluran akar (Darjono, 2010). Penelitian sebelumnya juga
menyebutkan bahwa minyak atsiri serai memiliki aktivitas anti bakteri
dengan Efektifitas minyak atsiri diperoleh pada konsentrasi 50%
terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Rahman
et al., 2012).
5. Kemangi (Ocimum basilicum L.)
Kemangi adalah sejenis tanaman rumput dan tumbuh secara
tahunan. Daun dari tanaman ini berbentuk oval dan berujung tajam.
Dinamakan kemangi karena kemangi digunakan sebagai ramuan
aromatik yang telah digunakan secara tradisional sebagai jamu untuk
mengobati sakit kepala, batuk, diare, cacing, dan kerusakan ginjal,
malaria, penyakit paru-paru. Minyak atsiri kemangi (Ocimum
basilicum L.) mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh
beberapa bakteri patogen diantaranya adalah bakteri Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, dan Klebsiella pneumonia seperti senyawa
alkaloid, minyak atsiri dan fenol (Angelina et al., 2015).
Kemangi dapat digunakan sebagai obat, bagian-bagian yang dapat
digunakan sebagai obat adalah akar, daun, dan biji. Tanaman kemangi
merupakan tumbuhan yang berbatang lunak, berdaun tipis, berbunga
putih dan mengandung minyak atsiri. Tanaman kemangi mengandung
minyak atsiri yang terdiri atas osimena, farnesena, sineol, felandrena,
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
12
sedrena, bergamotena, amorftena, burnesena, kardinena, kopaena,
kubebena, pinena, santelena, terpinena, sitral, dan kariofilena. Selain
itu senyawa lain yang juga terkandung di dalamnya yaitu anetol,
apigenin, asam karbonat, asam kafeat, eskuletin, eriodiktiol, eskulin,
estragol, faenesol, histidin, magnesium, rutin tanin, ß-caroten dan ß-
sitosterol (Afrensi, 2007)
Kemangi efektif dalam pengobatan penyakit menular dan juga
mengurangi banyak efek samping yang sering ditemui pada
antimikroba sintetik. Antimikroba yang berasal dari tumbuhan
kemangi memiliki potensi terapeutik yang cukup baik salah satunya
digunakan sebagai mouthwash daun kemangi yang menunjukkan
aktivitas antibakteri dan antibiofilm terhadap Streptococcus mutans
secara in vitro (Yosephine et al., 2013). Hasil analisis data penelitian
sebelumnya juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun
kemangi dari konsentrasi 2% sudah dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Bacillus cereus (Nababan et al., 2015).
Adapun klasifikasi dari O. basilicum L. (Bilal et al., 2012) yaitu:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Suku : Lamiaceae
Marga : Ocimum
Spesies : Ocimum basilicum
Tanaman kemangi mengandung minyak atsiri yang banyak
dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri. Minyak atsiri ini telah
digunakan sebagai bahan pembuatan minyak wangi, lotion, sabun,
sampo, atau kosmetik (Afrensi, 2007). Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kemangi memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
(Maryati et al., 2007). Ekstrak daun kemangi juga dilaporkan dapat
menghambat pertumbuhan Candida sp. lebih baik dibandingkan
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
13
ketokonazol 2% pada kandidiasis vulvovaginalis secara in vitro (Umar,
2011). Selain itu, ekstrak methanol daun kemangi juga menunjukkan
aktivitas antimikroba terhadap sebagian besar bakteri Gram positif dan
Gram negatif, jamur, dan kapang (Kaya et al., 2008).
6. Minyak atsiri
Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan
dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat
mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah
menguap (volatile). Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada
umumnya berwujud cairan yang diperoleh dari bagian tanaman, akar,
kulit, batang, daun, buah, biji, maupun bunga dengan cara penyulingan
uap (Sastrohamidjojo, 2004).
Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui
proses distilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi dengan air
atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air
yang terbentuk atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan.
Campuran uap air dan minyak atsiri dikondensasikan pada suatu
saluran yang suhunya relatif rendah. Hasil kondensasi berupa
campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah dipisahkan karena
kedua bahan tidak dapat saling dilarutkan (Guenther, 2006)
Sebagian besar minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara
penyulingan menggunakan uap atau disebut juga dengan cara
hidrodestilasi. Penyulingan dapat didefinisikan sebagai pemisahan
komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih
berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut.
Proses penyulingan dengan demikian merupakan proses penting bagi
produsen minyak atsiri (Indriyanti, 2013).
Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan,
yaitu:
a. Penyulingan dengan air (water distillation)
Bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
14
secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan
yang disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yang
biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap
melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap berlingkar
terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak
langsung antara bahan dengan air mendidih (Indriyanti, 2013).
b. Penyulingan dengan air dan uap (water steam distillation)
Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air
sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan. Air
dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh
yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah
uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas
serta bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan
tidak dengan air panas (Indriyanti, 2013).
c. Penyulingan dengan uap langsung (steam distillation).
Prinsipnya sama dengan penyulingan air dan uap, kecuali
air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap
jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer.
Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang
terletak di bawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan
yang terletak di atas saringan (Indriyanti, 2013).
7. Gas chromatography mass spectrometer (GC-MS)
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang paling sesuai
digunakan untuk mengidentifikasi minyak atsiri. GC-MS merupakan
metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode
analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis
jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk
menganalisis struktur molekul senyawa analit. Gas kromatografi
merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
15
komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan
untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran
gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas
(Gandjar dan Rohman, 2007). Spektroskopi massa adalah suatu
metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara mencari
perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya
diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan
magnetik seragam (Novitaloka, 2013).
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu
senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi
antara solut dengan fase diam. Pemisahan pada kromatografi gas
didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua
interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase
diam yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu
menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang bertingkat
biasanya menggunakan suhu kisaran 50°C-350°C yang bertujuan
untuk menjamin bawa solut akan menguap dan karenanya akan cepat
terelusi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Komponen dalam GC-MS:
a. Gas pengangkut
Fase gerak disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya
adalah untuk membawa solut ke kolom sehingga gas pembawa
tidak berpengaruh pada selektifitas (Gandjar dan Rohman, 2007).
b. Tempat injeksi atau ruang suntik sampel
Ruang suntik harus dipansakan tersendiri atau terpisah dari kolom
dan biasanya 10-15°Clebih tinggi daripada suhu kolom maksimum.
Jadi seluruh sampel akan menguap segera setelah sampel
disuntikkan (Gandjar dan Rohman, 2007).
c. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena
didalamnya terdapat proses pemisahan oleh fase diam. Oleh karena
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
16
itu kolom merupakan komponen sentral pada GC-MS (Gandjar dan
Rohman, 2007).
d. Detektor
Detektor pada kromatografi adalah sensor elektronik yang
berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-
komponen didalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik
detektor akan berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
terhadap komponen-komponen yang terpisah diantara fase diam
dan fase gerak (Gandjar dan Rohman, 2007).
8. Metode uji pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan
konsentrasi sel (jumlah sel persatuan isi kultur) ataupun densitas sel
(berat kering dari sel-sel persatuan isi kultur). Pertumbuhan
mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara langsung
dan tidak langsung (Pratiwi, 2008).
a. Pengukuran secara langsung
1) Pengukuran dengan menggunakan bilik hitung (Counting
chamber)
Pada pengukuran ini, untuk bakteri digunakan bilik hitung
Petroff Hausser, sedangkan untuk mikroorganisme eukariot
digunakan hemositometer. Keuntungan menggunakan metode
ini adalah mudah, murah, dan cepat, serta bisa diperoleh
informasi tentang ukuran dan morfologi mikroorganisme.
Kerugiannya adalah populas mikroorganisme yang digunakan
harus banyak (minimum berkisar 106 CFU/ml), karena
pengukuran dengan volume dalam jumlah sedikit tidak dapat
membedakan antara sel hidup dan sel mati, serta kesulitan
menghitung sel yang motil.
2) Pengukuran menggunakan electronic counter
Suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil
(orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
17
ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur tahanan listrik
(ditandai dengan naiknya tahanan) pada saat bakteri melalui
orifice. Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini
adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan lebih akurat,
serta dapat menghitung sel dengan ukuran besar.
3) Pengukuran dengan plating thecnique
Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel
tampak (visible) dan didasarkan pada asumsi bahwa bakteri
hidup akan tumbuh, membelah, dan memproduksi satu koloni
tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU (Colony
Forming Unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel
dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran
dilakukan pada plate dengan jumlah koloni berkisar 25-250
atau 30-300. Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah,
dan sensitif karena menggunakan colony counter sebagai alat
hitung dan dapat digunakan untuk menghitung mikroorganisme
pada sampel makanan, air, ataupun tanah. Kerugiannya adalah
harus digunakan media yang sesuai dan perhitungannya yang
kurang akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu
individu sel.
4) Pengukuran dengan menggunakan teknik filtrasi membran
(membrane filtration technique)
Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter
membran dengan bantuan vacum. Bakteri yang terperangkat
selanjutnya ditumbuhkan pada media yang sesuai dan jumlah
koloni dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat
menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung,
sedangkan kerugiannya adalah tidak ekonomis.
b. Pengukuran secara tidak langsung (Pratiwi, 2008)
1) Pengukuran kekeruhan (turbidity)
Bakteri yang bermultiplikasi pada media cair akan
menyebabkan media menjadi keruh. Alat yang digunakan
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
18
untuk pengukuran adalah spektrofotometer atau kolorimeter
dengan cara membandingkan densitas optik (optical density,
OD) antara media tanpa pertumbuhan bakteri dan media
dengan pertumbuhan bakteri.
2) Pengukuran aktivitas metabolik
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa jumlah produk
metabolik tertentu, misalnya asam atau CO2, menunjukkan
jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam media.
Misalnya pengukuran produksi asam untuk menentukan jumlah
vitamin yang dihasilkan mikroorganisme.
3) Pengukuran berat sel kering (BSK)
Metode ini umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan
fungi berfilamen. Miselium fungi dipisahkan dari media dan
dihitung sebagai berat kotor. Miselium selanjutnya dicuci dan
dikeringkan dengan alat pengering (deksikator) dan ditimbang
beberapa kali hingga mencapai berat konstan yang dihitung
sebagai berat sel kering (BSK).
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian profil kandungan kimia dan potensi
kombinasi minyak atsiri serai (Cymbopogon citratus) dan kemangi
(Ocimum basilicum l.) sebagai pengawet alami daging ayam dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017
19
digunakan sebagai
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka, kombinasi minyak atsiri serai dan kemangi
diduga memiliki potensi pengawet alami lebih tinggi dibandingkan
penggunaan minyak atsiri serai secara tunggal yang berdasarkan aktivitasnya
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri pada daging ayam.
Simplisia daun serai
Destilasi uap-air untuk
mendapatkan minyak atsiri
Minyak atsiri serai memiliki
aktivitas antibakteri terhadap
bakteri E. coli dan S. aureus pada
konsentrasi 50% b/v (Korenblum
et al., 2013; Rahman et al., 2012)
Minyak atsiri kemangi memiliki
aktivitas antibakteri terhadap S.
aureus dan E. coli dengan nilai
MIC 0.5% dan 0.25% v/v (Maryati
et al., 2007)
Potensi dianalisis berdasarkan pengamatan organoleptis dan pengamatan
pertumbuhan bakteri secara tidak langsung (absorbansi menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 600 nm) pada waktu
penyimpanan hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15
Kombinasi minyak atsiri serai dan kemangi diduga memiliki potensi pengawet alami lebih
tinggi dibandingkan penggunaan minyak atsiri serai secara tunggal yang berdasarkan
aktivitasnya sebagai penghambat pertumbuhan bakteri pada daging ayam
Minyak atsiri serai dan kemangi
diidentifikasi dengan
Chromatography Gas-Mass
Spectrocopy (GC-MS)
Simplisia daun kemangi
Penelitaan menurut
Oliviera et al., (2013)
kombinasi minyak atsiri
dapat menghasilkan efek
yang sinergis
Kombinasi minyak atsiri serai dan kemangi digunakan sebagai pengawet
alami daging ayam yang berpotensi sebagai media pertumbuhan bakteri
Kontrol
negatif
(Akuades)
Minyak atsiri
Serai 1%
Minyak
atsiri
Kemangi 1%
Minyak atsiri
Serai 0,2%+
kemangi 2%
Minyak atsiri
Serai 2%+
kemangi 0,2%
Minyak atsiri
Serai 1%
+kemangi 1%
Profil Kandungan Kimia…, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017