BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AMOKSISILINrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18914/4/Chapter...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AMOKSISILINrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18914/4/Chapter...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AMOKSISILIN
Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0% C16H19N3O5S, dihitung
terhadap zat anhidrat. Mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 900 µg
dan tidak lebih dari 1050 µg per mg C16H19N3O5S, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian: serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau.
Kelarutan: sukar larut dalam air dan methanol; tidak larut dalam benzen, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
Baku pembanding amoksisilin BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan (Anonimc, 1995).
Penisilin ditemukan oleh Fleming pada tahun 1929 di London, setelah
mengamati pertumbuhan stafilokokus tertentu dihambat bila bakteri-bakteri
tersebut terkontaminasi oleh jamur. Kemudian Florey dan Chain berhasil
mengisolasi substansia aktif dari jamur Fleming yang disebut penisilin. Pertama
digunakan penisilin neonatum untuk pemakaian sistemik kemudian digunakan P.
Chrysogenum semasa perang dunia kedua karena kebutuhan meningkat. Penisilin
Universitas Sumatera Utara
terbagi atas dua yaitu penisilin alam dan penisilin semisintetis. Penisilin alam
diperoleh dengan jalan mengubah struktur kimia penisilin alam atau dengan cara
sintetis inti penisilin yaitu asam amino penisilat (Munaf, 1994).
Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan
Perang Dunia kedua di tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan
untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran (Tjay dan Kirana,
2002).
Menurut Siswandono dan Soekardjo (1995), antibiotika berasal dari
sumber-sumber berikut, yaitu Actiomycetales (58,2%), jamur (18,1%), tanaman
tinggi (12,1%), Eubacteriales terutama Bacilli (7,7%), binatang (1,8%),
Pseudomonales (1,2%) dan ganggang atau lumut (0,9%). Antibiotika dapat
dikelompokkan berdasarkan tempat kerja, spektrum aktivitas dan struktur
kimianya. Penggolongan antibiotika berdasarkan spektrum aktivitasnya:
1. Antibiotika dengan spektrum luas, efektif baik terhadap Gram-positif
maupun Gram negatif.
Contoh: turunan tetrasiklin, turunan amfenikol, turunan aminoglikosida,
turunan makrolida, rifamfisin, beberapa turunan penisilin, seperti
ampisilin, amoksisilin, bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, rivampisilin,
sulbenisilin dan tikarsilin, dan sebagian besar turunan sefalosporin.
2. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-
positif.
Contoh: Basitrin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, seperti
benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenesetin K, metisilin Na,
Universitas Sumatera Utara
nafsilin Na, oksasilin Na, kloksasilin Na, dikloksasilin Na dan floksasilin
Na, turunan linkoksamida, asam fusidat dan beberapa turunan sefalosforin.
3. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-
negatif.
Contoh: Kolistin, polimiksin B sulfat dan sulfomisin.
4. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae
(antituberkulosis).
Contoh: Streptomisin, kanamisin, rifampisin, viomisin dan kapreomisin.
5. Antibiotika yang aktif terhadap jamur (antijamur).
Contoh: Gliseofulfin dan antibiotika polien, seperti nistatin, amfoterisin B
dan kandisidin.
6. Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker).
Contoh: Aktinomisin, bleomisin, daunorubisin, doksorubisin, mitomisin
dan mitramisin.
Amoksisilin adalah antibiotika golongan β-laktam dengan spektrum luas,
digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran napas, saluran empedu dan
saluran seni, gonorhu, gastroenteritis, meningitis dan infeksi karena Salmonella
sp., seperti demam tipoid. Amoksisilin merupakan turunan penisilin yang tahan
asam tetapi tidak tahan terhadap penisilanase. Beberapa keuntungan dibandingkan
ampisilin adalah penyerapan obat dalam saluran cerna lebih sempurna, sehingga
kadar darah dalam plasma dan saluran seni lebih tinggi, serta adanya makanan
tidak mempengaruhi penyerapan obat (Siswandono dan Soekardjo, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Munaf (1994), berdasarkan aktivitas antimikrobanya turunan
penisilin dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:
1. Penisilin G dan penisilin V yang sangat aktif terhadap kokus gram positif,
tetapi mudah dihidrolisir oleh penisilanase. Sehingga obat ini tidak aktif
terhadap sebagian besar strain stafilokokus.
2. Penisilin retensi penisilanase seperti metisilin, nafsilin, oksasilin,
kloksasilin, diklosasilin, kurang sensitif terhadap mikroorganisme yang
sensitif terhadap penisilin G, tetapi merupakan obat pilihan terhadap
stafilokokus aureus penghasil penisilanase.
3. Ampisilin, amoksisilin dan hetasilin termasuk satu grup penisilin dimana
aktivitas antimikrobanya lebih luas termasuk mikroba gram negatif seperti
Hemofilus influenza, Eshericia coli, Prosteus mirabilis.
4. Karbenislin, tikarsilin, dan azlosilin digunakan untuk Pseudomonas,
Enterobacter, dan spesies Proteus.
5. Grup penisilin baru. Mezlosin dan piperasilin berguna untuk Klebsiela dan
mikroorganisme gram negatif tertentu.
Antibiotika adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Antibiotika
dapat juga dibentuk oleh beberapa hewan dan tanaman tinggi. Di samping itu
berdasarkan antibiotika alam, dapat pula dibuat antibiotika baru secara sintetis
parsial yang sebagian mempunyai sifat yang lebih baik. Antibiotika yang berguna
hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar hambat minimum (KHM) in vitro
Universitas Sumatera Utara
lebih kecil dari kadar zat yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik.
Mekanisme antibiotika umumnya:
1. Menghambat biosintesis dinding sel
2. Meninggikan permeabilitas membran sitoplasma
3. Mengganggu sintesis protein normal bakteri
Umumnya, antibiotika yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau
permeabilitas membran sel bekerja bakterisida, sedangkan yang bekerja pada
sintesis protein bekerja bakteriostatik (Mutschler, 1999).
Antibiotika tidak aktif terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena
virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan tergantung
seluruhnya dari proses tuan rumah (Tjay dan Kirana, 2002).
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada
manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artinya, obat haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak
toksis pada hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin juga
tidak diperoleh (Anonimb, 2002).
2.2 MEKANISME KERJA
Setelah diabsorpsi amoksisilin didistribusikan ke berbagai jaringan tubuh.
Kadar terapi dalam jaringan-jaringan seperti cairan sendi, pleural, pericardium dan
empedu. Dalam jumlah kecil ditemukan dalam sekresi prostate, jaringan otak, dan
cairan intraokuler (Munaf, 1994).
Amoksisilin adalah derivat-hidroksi (1972) dengan aktivitas sama dengan
ampisilin. Tetapi resorbsinya lebih lengkap dan pesat dengan kadar darah dua kali
Universitas Sumatera Utara
lipat. Waktu paruhya 1-2 jam. Persentasi pengikatan pada protein jauh lebih
ringan daripada pen-G dan pen-V. Difusinya ke jaringan dan cairan tubuh lebih
baik, antara lain ke dalam air liur pasien bronchitis kronis. Kadar bentuk aktifnya
dalam kemih jauh lebih tinggi daripada ampisilin (ca 70%) hingga lebih banyak
digunakan pada infeksi saluran kemih. Efek samping. Gangguan lambung usus
dan rash lebih jarang terjadi (Tjay dan Kirana, 2002).
Amoksisilin merupakan antibiotika dari penisilin semisintetik yang stabil
dalam suasana asam, kerja bakterisida, atau pembunuh bakterinya seperti
ampisilin. Amoksisilin diabsorbsi dengan cepat dan baik di saluran pencernaan,
tidak tergantung adanya makanan dalam lambung dan setelah 1 jam
konsentrasinya dalam darah sangat tinggi sehingga efektivitasnya tinggi.
Amoksisilin diekskresikan atau dibuang terutama melalui ginjal, dalam air kemih
terdapat dalm bentuk aktif. Amoksisilin sangat efektif terhadap organisme gram
positif dan gram negatif. Penggunaan amoksisilin seringkali dikombinasikan
dengan asam klavulanat untuk meningkatkan potensi dalam membunuh bakteri
(Junaidi, 2009).
Dosis: oral 3 dd 375-1000mg, anak-anak < 10 tahun 3 dd 10 mg/kg, 3-10
tahun 3 dd 250 mg, 1-3 tahun 3 dd 125 mg, 0-1 tahun 3 dd 100 mg. juga diberikan
secara i.m./i/v (Tjay dan Kirana, 2002).
2.3 TABLET
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya
Universitas Sumatera Utara
hancurnya, dan aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode
pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara
oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat
pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989).
Menurut Ansel (1989) tablet dibagi atas beberapa jenis yaitu:
1. Tablet kompresi yaitu tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan
menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan
obatnya, diberi sejumlah bahan pembantu.
2. Tablet kompresi ganda yaitu tablet kompresi berlapis, dalam
pembuatannya memerlukan lebih dari satu kali tekanan. Hasilnya menjadi
tablet dengan beberapa lapisan atau tablet di dalam tablet, lapisan
dalamnya menjadi inti dan lapisan luarnya disebut kulit.
3. Tablet salut gula merupakan tablet kompresi ini diberi lapisan gula
berwarna, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan.
Gunanya bermacam-macam, melindungi obat dari udara dan kelembaban
serta memberi rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam
pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat.
4. Tablet diwarnai coklat yairu lapisan coklat merupakan hal yang penting
dalam sejarah karena diwaktu itu hanya coklat yang dipakai untuk
menyalut dan mewarnai tablet.
5. Tablet salut selaput yaitu tablet kompresi yang disalut dengan selaput tipis
dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk
lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihannya
Universitas Sumatera Utara
dari penyalut dengan gula ialah tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu
yang lebih sedikit untuk penggunaannya. Selaput ini pecah dalam saluran
lambung-usus.
6. Tablet salut enterik yaitu tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak
melarut atau hancur di lambung tapi di usus.
7. Tablet sublingual atau bukal yaitu tablet yang disisipkan di pipi dan
dibawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan
larut dalam kantung pipi atau di bawah lidah untuk diabsorpsi melalui
mukosa oral.
8. Tablet kunyah yaitu tablet yang segera hancur ketika dikunyah atau
dibiarkan melarut dalam mulut.
9. Tablet effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi
granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang
mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air.
10. Tablet triturate yaitu tablet yang bentuknya kecil dan biasanya silinder,
dibuat dengan cetakan atau dibuat dengan kompresi, dan biasanya
mengandung sejumlah kecil obat keras.
11. Tablet hipodermik yaitu tablet untuk dimasukkan di bawah kulit,
merupakan tablet triturate, asalnya dimaksudkan untuk digunakan oleh
dokter dalam membuat larutan parenteral secara mendadak.
12. Tablet pembagi yaitu tablet untuk membuat resep lebih tepat bila disebut
tablet campuran, karena para ahli farmasi memakai tablet ini untuk
pencampuran dan tidak diberikan kepada pasien sebagai tablet itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2.4 SPEKTROFOTOMETRI
Spektrofotometer UV-VIS adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Spektrofotometer UV-VIS biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik
atau kompleks didalam larutan. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang
400-800 nm.
Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hydrogen atau
deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada
cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah
panjang gelombang. Seperti pada prisma atau monokromator. Panjang gelombang
adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak. Sedangkan frekuensi adalah
kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang. Bilangan gelombang (V)
adalah satu satuan perpanjangan gelombang (Dachriyanus, 2004).
Spektrofotometri merupakan suatu alat yang berguna untuk mempelajari
keseimbangan kimia atau untuk menentukan laju reaksi kimia. Zat kimia yang
mengambil bagian dalam keseimbangan harus mempunyai spekta absorbsi yang
berbeda dan seseorang dengan mudah mengamati variasi absorbsi pada panjang
gelombang tertentu untuk setiap zat (Martin, 1990).
Universitas Sumatera Utara