5 Protein Rvsd
-
Upload
naniekrosyidah -
Category
Documents
-
view
522 -
download
2
Transcript of 5 Protein Rvsd
LAMPIRAN 5
PROTEIN
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari sub materi ini, kalian diharapkan mampu:
1.Mengenali struktur asam amino- dari beberapa struktur kimia yang diberikan.
2.Menentukan struktur asam amino berdasarkan ciri-ciri yang diminta.
3.Menentukan struktur asam amino esensial yang diminta.
4.Menunjukkan letak ikatan peptida dalam struktur protein yang diberikan.
5.Memperkirakan struktur polipeptida yang dapat tersusun dari kombinasi asam
amino yang diberikan.
6.Memberikan nama dipeptida dan tripeptida berdasarkan struktur yang diberikan.
7.Menunjukkan struktur dipeptida dan tripeptida yang ditanyakan.
8.Mengingat kembali berbagai ikatan serta faktor yang berperan dalam pembentukan
struktur protein.
9.Meramalkan sifat kimia suatu asam amino (asam, basa atau netral) berdasarkan
gugus –R yang dimiliki.
10.Meramalkan struktur spesi asam amino dalam berbagai kondisi larutan (asam,
basa, atau netral) yang ditanyakan.
11.Mengingat kembali faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya salting out,
hidrolisis, serta denaturasi protein.
12.Mengingat kembali penggolongan dan fungsi biologis protein yang ditanyakan.
Pada Sub Materi ini Dipelajari:
1. Asam Amino sebagai Unit Pembangun protein
a. Dua puluh jenis asam amino
120
b. Asam amino esensial
c. Sifat-sifat Asam Amino
2. Polimerisasi dengan Membentuk Ikatan Peptida
3. Protein
a. Struktur Protein
b. Sifat-sifat Fisikokimia Protein
c. Penggolongan Protein
URAIAN MATERI
Protein
Protein merupakan senyawa terpenting penyusun sel hidup. Senyawa ini
terdapat dalam semua jaringan hidup, baik tumbuhan atau hewan. Fungsi biologis
protein sangat beragam antara lain sebagai pembangun, pengatur, pertahanan, dan
sebagai sumber energi. Tidak ada senyawa golongan lain yang fungsinya begitu
beragam seperti protein. Oleh karena itulah kelompok senyawa ini disebut sebagai
protein, istilah yang berasal dari bahasa Yunani proteios, yang berarti "peringkat satu"
atau "yang utama".
Ditinjau dari komposisi kimianya, protein merupakan polimer dari sekitar 20
jenis asam α-amino. Massa molekul relatifnya berkisar dari 6000 hingga beberapa
juta. Unsur utama penyusun protein adalah C, H, O, dan N. Terdapat pula protein
yang mengandung belerang (S) dan fosforus dalam jumlah yang lebih sedikit.
Beberapa protein mengandung besi, mangan, tembaga, dan iodin.
1. Asam Amino sebagai Unit Pembangun Protein
Asam amino merupakan monomer dari protein. Asam amino adalah turunan
asam karboksilat dengan gugus amino (-NH2) menggantikan satu atom hidrogennya.
121
Jika gugus amino terikat pada atom karbon alfa (yaitu atom karbon yang terikat
langsung dengan gugus karboksil), disebut asam α-amino. Jika gugus amino terikat
pada atom karbon beta, disebut asam β-amino, dan seterusnya. Di alam hanya
ditemukan asam α-amino. Pada pembahasan selanjutnya, istilah asam amino
dimaksudkan untuk asam α-amino.
a.Dua Puluh Jenis Asam Amino
Struktur umum asam amino adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Struktur Umum Asam Amino
Molekul protein disusun oleh dua puluh jenis asam amino yang masing-masing
mengikat gugus –R yang berbeda. Gugus –R dalam asam amino berperan dalam
menentukan struktur, sifat, kelarutan, serta fungsi biologis protein. Kedua puluh asam
amino penyusun protein disajikan pada Tabel 1, dengan gugus –R ditandai dengan
warna kuning.
Tabel 1. Struktur Dua Puluh Jenis Asam Amino
Asam Amino
Sifat StrukturNama
(Singkatan)Netral 1. Glisin
(Gly)
2. Alanin(Ala)
3. Valin(Val)
4. Isoleusin(Ile)
122
α
Asam Amino
Sifat StrukturNama
(Singkatan)5. Leusin
(Leu)
6. Prolin(Pro)
7. Fenilalanin(Phe)
8. Triptofan(Trp)
9. Tirosin(Tyr)
10. Serin(Ser)
11. Treonin(Thr)
12. Sistein(Cys)
13. Metionin(Met)
14. Asparagin(Asn)
15. Glutamin(Gln)
Asam
16. Asam aspartat(Asp)
17. Asam glutamat(Glu)
Basa 18. Lisin(Lys)
123
Asam Amino
Sifat StrukturNama
(Singkatan)19. Histidin
(His)
20. Arginin(Arg)
b.Asam Amino Esensial
Asam amino merupakan monomer penyusun protein yang dibutuhkan oleh
tubuh. Dari 20 jenis asam amino, hanya 12 jenis asam amino yang dapat disintetis
oleh tubuh orang dewasa, sementara sisanya harus disuplai dari makanan yang
dikonsumsi. Asam amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh disebut asam amino
esensial; bagi tubuh bayi terdapat 10 jenis asam amino esensial yang dibutuhkan.
Kekurangan satu asam amino esensial dapat mengganggu sintesis protein. Daftar
asam amino esensial dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Asam Amino Esensial
No Asam Amino Esensial
1. Arginin*
2. Histidin**3. Isoleusin 4. Leusin 5. Lisin 6. Metionin 7. Fenilalanin 8. Treonin9. Triptofan 10. Valin
* = esensial bagi anak dalam masa pertumbuhan** = esensial bagi bayi
Protein hewani mengandung seluruh asam amino dalam jumlah yang
memadai. Sementara itu, sebagian besar protein nabati tidak mengandung satu atau
lebih asam amino esensial. Misalnya protein beras tidak mengandung lisin dan
treonin; protein gandum tidak mengandung lisin dan triftofan.
124
c.Sifat-sifat Asam Amino
Sifat asam amino disebabkan oleh gugus fungsi dan gugus –R yang terikat
pada molekulnya.
1)Asam Amino Membentuk Zwitter Ion
Molekul asam amino mengandung gugus karboksil (-COOH) dan gugus
amino (-NH2). Gugus karboksil merupakan gugus yang bersifat asam karena dapat
melepas ion H+, sedangkan gugus -NH2 bersifat basa karena dapat menyerap ion H+.
Oleh karena itu, molekul asam amino dapat mengalami reaksi asam-basa intramolekul
sehingga membentuk suatu ion dipolar yang disebut zwitter ion.
Gambar 2. Zwitter Ion
Oleh karena asam amino mempunyai gugus asam dan basa, maka asam amino bersifat
amfoter. Sebagaimana air yang juga bersifat amfoter, asam amino dapat bereaksi
dengan asam maupun dengan basa
a)Asam Amino Bereaksi dengan Basa.
Gambar 3. Reaksi Asam Amino dengan Basa
b)Asam Amino Bereaksikan dengan Asam
Gambar 4. Reaksi Asam Amino dengan Asam
125
Muatan asam amino dalam larutan bergantung pada pH larutan tersebut.
Apabila pH larutan asam amino yang bermuatan positif dinaikkan dengan meneteskan
suatu basa maka muatan positif asam amino akan turun, sementara pH larutan akan
meningkat. Apabila penetesan basa dilanjutkan, maka muatan positif asam amino
akan terus turun sehingga menjadi netral dan seterusnya menjadi bermuatan negatif.
pH larutan pada saat asam amino tidak bermuatan (netral) disebut titik isoelektrik
(TIE). Di bawah titik isoelektriknya, asam amino bermuatan positif dan sebaliknya
bermuatan negatif di atas titik isoelektriknya. Daftar titik isoelektrik kedua puluh
asam amino disajikan pada Tabel 3. Hubungan antara sifat dan titik isoelektrik asam
amino terkait dapat dilihat dengan memperhatikan Tabel 5 tersebut.
Tabel 3. Titik Isoelektrik 20 Jenis Asam Amino
Asam Amino
Sifat NamaTitik
IsoelektrikAsam 1. Asam aspartat 2.8
2. Asam glutamat 3.2
Netral 3. Sistein 5.1
4. Asparagin 5.4
5. Fenilalanin 5.5
6. Treonin 5.6
7. Serin 5.7
8. Glutamin 5.7
9. Metionin 5.7
10. Tirosin 5.7
11. Triptofan 5.9
12. Valin 6.0
13. Alanin 6.0
14. Glisin 6.0
15. Isoleusin 6.0
16. Leusin 6.0
17. Prolin 6.3
Basa 18. Histidin 7.619. Lisin 9.720. Arginin 10.8
126
Titik isoelektrik alanin adalah 6,0. Struktur spesi dominan alanin dalam
larutan pada berbagai pH adalah sebagai berikut:
Struktur spesi alanin dalam:
Larutan dengan pH = 4 Larutan dengan pH = 6 Larutan dengan pH = 8
pH < TIE;
Spesi bermuatan positif
(sebagai kation)
pH = TIE;
Spesi bermuatan netral
(sebagai zwitter ion)
pH > TIE;
Spesi bermuatan negatif
(sebagai anion)
2. Asam Amino Menyusun Polimer dengan Membentuk Ikatan Peptida
Dua molekul asam amino dapat saling berikatan dengan membentuk ikatan
yang disebut ikatan peptida. Ikatan peptida terbentuk dari reaksi gugus karboksil suatu
asam amino dengan gugus amino dari molekul asam amino lain seraya melepaskan
molekul air. Senyawa yang terbentuk dari dua molekul asam amino disebut dipeptida.
Gambar 5. Reaksi Polimerisasi Asam Amino
127
Ikatan Peptida Dipeptida
Gambar 6. Ikatan Peptida dan Rumus Umum Dipeptida
Rangkaian asam amino dari suatu polipeptida atau protein dilakukan dengan
menuliskan gugus amino dari residu asam amino ujung di bagian kiri sedangkan
gugus karboksil dari asam amino ujung yang lain di sebelah kanan rantai polipeptida
atau protein tersebut. Dua molekul asam amino dapat membentuk dua jenis dipeptida
yang berbeda, bergantung pada gugus yang digunakan pada reaksi kondensasi. Dua
asam amino yang berikatan peptida diberi nama dengan mengganti huruf n pada asam
amino pertama menjadi huruf l. Misalnya, glisin dan alanin dapat membentuk dua
jenis dipeptida yakni glisilalanin dan alanilglisin.
Glisilalanin Alanilglisin
Gambar 7. Senyawa Dipeptida dari Glisin dan Alanin
Suatu dipeptida masih memiliki gugus amino dan karboksil bebas sehingga
dapat mengikat asam amino lain untuk membentuk tripeptida, dan seterusnya hingga
terbentuk polipeptida atau protein.
3. PROTEIN
a.Struktur Protein
Struktur protein memiliki peranan penting dalam menentukan aktivitas
biologisnya. Struktur protein dapat dibedakan ke dalam empat tingkatan, yaitu
struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Beberapa asam amino, biasanya
128
lebih dari 100 buah, dapat mengadakan ikatan peptida dan membentuk rantai
polipeptida yang tidak bercabang. Rantai utama yang menghubungkan asam amino
satu dengan asam amino berikutnya dalam protein yang merupakan struktur primer
protein. Struktur primer merupakan suatu rangkaian unik dari asam amino yang
menentukan sifat dasar dari berbagai protein, dan secara umum menentukan bentuk
struktur sekunder dan tersier. Protein pertama yang berhasil ditentukan struktur
primernya adalah insulin, yaitu hormon yang mengatur kadar gula dalam darah.
Insulin sapi terdiri atas dua rantai polipeptida yang tergabung oleh dua buah ikatan
disulfida yang berasal dari unit sistein. Rantai pertama (rantai A terdiri dari 21 asam
amino) diberi kode warna kuning; sedangkan rantai kedua (rantai B terdiri atas 30
asam amino) diberi kode warna hijau. Struktur primer insulin sapi diberikan pada
Gambar 8.
Gambar 8. Struktur Primer Insulin Sapi
Struktur sekunder berkaitan dengan bentuk dari suatu rantai polipeptida. Jika
hanya struktur primer yang ada dalam protein, maka molekul protein akan sangat
panjang dan tipis sehingga akan sangat mudah bereaksi dengan senyawa lain, yang
kenyataannya tidak terjadi di alam. Oleh karena gaya-gaya nonkovalen antar gugus –
R pada protein, seperti ikatan hidrogen atau gaya dispersi, cabang-cabang rantai
polipeptida tersusun saling berdekatan sehingga suatu rantai polipeptida menggulung
129
seperti spiral (alfa helix), atau berwiru seperti lipatan lembaran kertas continues form
(beta plated sheet). Contoh bahan yang memiliki struktur ini adalah wol yang
berbentuk alfa helix serta sutera yang berbentuk lipatan-lipatan (wiru/ beta plated
sheet).
Sumber: http://xray.bmc.uu.se
Sumber: www.dentistry.leeds.ac.uk
Bentuk Spiral (α-Helix) Bentuk Wiru (β-Plated Sheet)
Gambar 9. Berbagai Struktur Sekunder Protein
Struktur tersier protein merupakan bentuk tiga dimensi dari suatu protein yang
merupakan susunan struktur sekunder yang satu dengan struktur sekunder yang lain
pada suatu molekul protein. Misalnya, interaksi bagian yang berbentuk alfa heliks
dengan bagian lain yang tidak berbentuk alfa heliks pada suatu molekul protein.
Struktur tersier protein terjadi akibat adanya berbagai gaya seperti ikatan hidrogen,
ikatan silang disulfida, interaksi hidrofobik atau hidrofilik, serta jembatan garam.
Ikatan disulfida merupakan ikatan yang paling kuat mempertahankan struktur tersier
protein. Ikatan hidrofobik terjadi antara ikatan-ikatan nonpolar molekul-molekul,
sedangkan ikatan garam cenderung berfungsi mengikat suatu molekul organik bukan
protein atau ion-ion lain di sekitar molekul daripada berperan dalam mempertahankan
bentuk tersier protein.
130
Ikatan disulfida Ikatan hidrofobik Ikatan hidrogen Ikatan ionikGambar 10. Ikatan Lain pada Struktur Tersier Protein
Bentuk tiga dimensi protein sangat berperan dalam menentukan fungsi
biologis suatu protein. Setiap protein mempunyai bentuk tiga dimensi tertentu. Salah
satu contoh protein yang memiliki struktur tersier adalah mioglobin.
Sumber: http://xray.bmc.uu.se
Gambar 11. Struktur Tersier Mioglobin
Struktur kuarterner hanya dimiliki oleh protein yang terdiri atas dua atau lebih
rantai polipeptida. Protein yang dibangun oleh beberapa polipeptida disebut protein
oligomer. Masing-masing rantai penyusun protein oligomer merupakan satu subunit
protein. Susunan subunit-subunit dalam protein oligomer inilah yang disebut struktur
kuarterner protein. Salah satu contoh protein oligomer adalah hemoglobin yang
dibangun oleh empat subunit polipeptida. Pada Gambar 12 berikut, tiap subunit
ditandai dengan notasi α1, α2, β1, dan β2.
131
Sumber: http://xray.bmc.uu.se
Gambar 12. Struktur Kuarterner Hemoglobin
b.Sifat-Sifat Fisikokimia Protein
Sifat fisikokimia setiap protein tergantung pada jumlah dan jenis asam amino
penyusunnya. Berat molekul protein sangat besar sehingga beberapa protein
membentuk suatu dispersi koloidal apabila dilarutkan dalam air. Molekul protein
tidak dapat melalui membran semipermiabel, tetapi masih dapat menimbulkan
tegangan pada membran tersebut. Beberapa sifat fisikokimia protein yang penting
adalah pengendapan protein dengan garam (salting out), sifat amfoter protein,
hidrolisis protein, dan denaturasi protein.
1) Pengendapan Protein dengan Garam
Garam-garam logam berat dan asam-asam mineral kuat ternyata dapat
mengendapkan protein. Bila ke dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya
larut protein akan berkurang, sehingga protein akan terpisah sebagai endapan.
Peristiwa terpisahnya protein sebagai endapan ini disebut salting out. Prinsip ini
digunakan untuk mengobati orang yang keracunan logam berat dengan memberi
minum susu atau makan telur mentah kepada pasien.
2) Protein Bersifat Amfoter
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul
protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat
amfoter. Daya reaksi berbagai jenis protein terhadap asam dan basa tidak sama,
tergantung jumlah dan letak gugus amino dan karboksil dalam molekul. Dalam
larutan asam, gugus amino beraksi dengan H+ sehingga protein bermuatan positif.
Bila pada saat ini dilakukan elektrolisis, molekul protein akan bergerak ke arah
132
katoda. Sebaliknya, dalam larutan basa, molekul protein akan bergerak menuju anoda.
Sebagaimana asam amino, protein juga memiliki titik isoelektrik (TIE); keadaan
ketika muatan netto molekul protein adalah nol. Tiap jenis protein mempunyai titik
isoelektrik yang berlainan. Pengendapan paling cepat terjadi pada titik isoelektrik, dan
prinsip ini digunakan dalam proses-proses pemisahan serta pemurnian protein.
3) Hidrolisis Protein
Suatu polipeptida atau protein dapat mengalami hidrolisis jika dipanaskan
dengan larutan asam klorida pekat, sekitar 6 M. Dalam hal ini, ikatan peptida
diputuskan hingga dihasilkan asam-asam amino bebas. Dalam tubuh manusia atau
hewan, hidrolisis polipeptida atau protein terjadi karena pengaruh enzim.
4) Denaturasi Protein
Kestabilan struktur sekunder, tersier, dan kuarterner protein sangat mudah
terganggu oleh kondisi lingkungannya. Gangguan ini dapat berupa pemanasan,
pengguncangan yang intensif, perubahan pH yang ekstrim oleh beberapa pelarut
seperti alkohol atau aseton, dan penambahan zat terlarut seperti urea dan oleh
deterjen. Faktor-faktor ini menyebabkan terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi
hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan atau wiru molekul. Akibat
perubahan struktur yang terjadi, protein terdenaturasi hampir selalu kehilangan fungsi
biologisnya. Protein yang terdenaturasi karena panas tidak dapat larut lagi pada
pendinginan, misalnya pemanasan putih telur secara perlahan-lahan sampai kira-kira
60-70°C, menyebabkan larutan itu menjadi keruh dan akhirnya mengalami denaturasi
menjadi padat.
c.Penggolongan Protein
133
Protein dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi biologisnya menjadi tujuh
golongan, seperti disajikan pada Tabel 4 berikut.
134
Tabel 4. Penggolongan Protein
NoProtein
GolonganFungsi Contoh
1. Enzim Biokatalis Enzim amilase menghidrolisis amilum
menjadi glukosa
2. Transpor Mengikat dan memindahkan
molekul ringan serta beberapa
ion spesifik
Hemoglobin dalam sel darah merah
mengikat oksigen dari paru-paru dan
membawanya ke jaringan tubuh
3. Nutrien
dan
penyimpan
Cadangan makanan Protein dalam biji-bijian seperti
gandum, beras, dan jagung.
4. Kontraktil Memberikan kemampuan
mengubah bentuk atau bergerak
pada sel dan organisme
Aktin dan miosin, yaitu protein yang
berperan dalam sistem kontraksi otot
kerangka
5. Struktur Penyangga untuk memberikan
struktur biologis, kekuatan atau
perlindungan.
Kolagen merupakan komponen utama
urat dan tulang rawan; keratin terdapat
dalam rambut, kuku, dan bulu unggas
6. Pertahanan
(antibodi)
Melindungi organisme dari
serangan organisme lain
(penyakit).
Imunoglobin (antibodi) dalam
vertebrata dapat mengenali dan
menetralkan bakteri, virus, atau
protein asing dari spesi lain
7. Pengatur Mengatur aktivitas seluler atau
fisiologi tubuh
Hormon insulin
135