Pemba Has An

21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil Penelitian Menggunakan Software V.1.1. Penampang IP2WIN STA 1 Gb. V. 1. 1. Hasil Interpretasi Metode Geolistrik STA 1 Dari pengolahan data menggunakan software IP2WIN didapatkan 11 lapisan bawah permukaan pada pada STA 1. Pada lapisan pertama yang merupakan lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 57,9 Ω m dengan ketebalan lapisan 1 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batupasir sesuai dengan keadaan di lokasi pengambilan data. 1

description

erewrewr

Transcript of Pemba Has An

BAB VHASIL DAN PEMBAHASANV.1. Hasil Penelitian Menggunakan SoftwareV.1.1. Penampang IP2WIN STA 1

Gb. V. 1. 1. Hasil Interpretasi Metode Geolistrik STA 1

Dari pengolahan data menggunakan software IP2WIN didapatkan 11 lapisan bawah permukaan pada pada STA 1.

Pada lapisan pertama yang merupakan lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 57,9 m dengan ketebalan lapisan 1 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batupasir sesuai dengan keadaan di lokasi pengambilan data.

Pada lapisan kedua yang berada di bawah lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 96,9 m dengan ketebalan lapisan 1,15 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batupasir dikarenakan berada di antara dua lapisan yang memiliki nilai RHO batupasir yaitu antara 40 m 60 m. Kemudian pada lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas 46,4 m dengan ketebalan lapisan 1,23 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batupasir dikarenakan nilai RHO sesuai dengan indikasi batupasir yaitu antara 40 m 60 m. Pada lapisan keempat memiliki nilai resistivitas 62,3 m dengan ketebalan lapisan 1,26 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m. Pada lapisan kelima memiliki nilai resistivitas 153 m dengan ketebalan lapisan 1,26 m. Pada lapisan ini masih diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk. Walau nilai RHO nya melebihi batas nili Rho batuan beku lapuk, namun lapisan ini berada di antara batuan beku lapuk. Diperkirkan lapisan ini merupakan hasil intrusi batuan beku yang bernama dasit yang diketahui setelah melakukan deskripsi batuan pada singkapan di daerah penelitian. Pada lapisan keenam memiliki nilai resistivitas 91 m dengan ketebalan lapisan 1,85 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m.

Pada lapisan ketujuh sudah mulai berupa batuan beku fresh. Dimana pada lapisan ini memiliki nilai resistivitas 126 m dengan ketebalan lapisan 6,99 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Lapisan ini terletak jauh di bawah permukaan sehingga terhindar dari proses pelapukan. Pada lapisan kedelapan memiliki nilai resistivitas 157 m dengan ketebalan lapisan 7,61 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Pada lapisan kesembilan memiliki nilai resistivitas 112 m dengan ketebalan lapisan 8,31 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Pada lapisan kesepuluh memiliki nilai resistivitas 151 m dengan ketebalan lapisan 26 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Sedangkan pada lapisan kesebelas yang merupakan lapisan terakhir yang kedalamannya idak terhingga memiliki nilai resitivitas 66,4 m.V.1.2. Penampang IP2WIN STA 2

Gb. V. 1. 2. Hasil Interpretasi Metode Geolistrik STA 2 Dari pengolahan data menggunakan software IP2WIN didapatkan 13 lapisan bawah permukaan pada pada STA 2.

Pada lapisan pertama yang merupakan lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 103 m dengan ketebalan lapisan 1,13 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk. Sebab lapisan ini berada di atas lapisan batuan beku lapuk yang tebal. Pada lapisan kedua yang berada di bawah lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 58,5 m dengan ketebalan lapisan 1,05 m. Lapisan ini masih diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk. Sebab lapisan ini berada di atas lapisan batuan beku lapuk yang tebal. Kemudian pada lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas 92.9 m yang merupakan indikasi batuan beku lapuk dengan ketebalan lapisan 1,39 m. Dimana nilai RHO batuan beku lapuk antara 60 m 100 m.

Pada lapisan keempat memiliki nilai resistivitas 71,4 m yang merupakan indikasi batuan beku lapuk dengan ketebalan lapisan 2,6 m. Dimana nilai RHO batuan beku lapuk antara 60 m 100 m.

Pada lapisan kelima memiliki nilai resistivitas batuan beku lapuk yang bernilai 99 m dengan ketebalan lapisan 6,05 m. Pada lapisan keenam memiliki nilai resistivitas 72,9 m dengan ketebalan lapisan 4,01 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m.

Pada lapisan ketujuh memiliki nilai resistivitas 97,9 m dengan ketebalan lapisan 6,02 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk.

Kemudian pada lapisan kedelapan ini sudah mulai berupa batuan beku fresh. Dimana pada lapisan ini memiliki nilai resistivitas 162 m dengan ketebalan lapisan 6,38 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Lapisan ini terletak jauh di bawah permukaan sehingga terhindar dari proses pelapukan. Pada lapisan kedelapan memiliki nilai resistivitas 157 m dengan ketebalan lapisan 7,61 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Pada lapisan kesembilan memiliki nilai resistivitas 133 m dengan ketebalan lapisan 8,21 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Pada lapisan kesepuluh memiliki nilai resistivitas 108 m dengan ketebalan lapisan 11,6 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Pada lapisan kesebelas memiliki nilai resistivitas 89,1 m dengan ketebalan lapisan 15,9 m. Pada lapisan ini masih diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan terletak di antara batuan beku fresh. Nilai RHO nya yang kecil kemungkinan hasil intrusi batuan samping. Sehingga menyisakan inklusi fragmen batuan yang di laluinya. Pada lapisan keduabelas memiliki nilai resistivitas 105 m dengan ketebalan lapisan 115,9 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Sedangkan pada lapisan ketigabelas yang merupakan lapisan terakhir yang kedalamannya idak terhingga memiliki nilai resitivitas 76,9 m.V.1.3. Penampang IP2WIN STA 3

Gb. V. 1. 3. Hasil Interpretasi Metode Geolistrik STA 3

Dari pengolahan data menggunakan software IP2WIN didapatkan 11 lapisan bawah permukaan pada pada STA 3.

Pada lapisan pertama yang merupakan lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 55,4 m dengan ketebalan lapisan 1,01 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batupasir sesuai dengan keadaan di lokasi pengambilan data.

Pada lapisan kedua yang berada di bawah lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 98,8 m dengan ketebalan lapisan 2,51 m. Pada lapisan ini masih diinterpretasikan sebagai batupasir dikarenakan berada di antara dua lapisan yang memiliki nilai RHO batupasir yaitu antara 40 m 60 m.

Kemudian pada lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas 56,1 m dengan ketebalan lapisan 1,12 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batupasir dikarenakan nilai RHO sesuai dengan indikasi batupasir yaitu antara 40 m 60 m. Pada lapisan keempat memiliki nilai resistivitas 69,4 m dengan ketebalan lapisan 1,8 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m. Pada lapisan kelima memiliki nilai resistivitas 82,8 m dengan ketebalan lapisan 2,05 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m.

Pada lapisan keenam memiliki nilai resistivitas 98,8 m dengan ketebalan lapisan 3,29 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m.

Kemudian pada lapisan ketujuh memiliki nilai resistivitas 75,8 m dengan ketebalan lapisan 4,76 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m.

Lapisan kedelapan sudah mulai berupa batuan beku fresh. Dimana pada lapisan ini memiliki nilai resistivitas 109 m dengan ketebalan lapisan 4,47 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Lapisan ini terletak jauh di bawah permukaan sehingga terhindar dari proses pelapukan. Pada lapisan kesembilan memiliki nilai resistivitas 27 m dengan ketebalan lapisan 15,5 m. Lapisan ini berupa bongkah batuan sedimen yang memiliki resistivitas rendah biasanya berupa tempat aquifer air. Namun lapisan ini masih diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan terletak di antara batuan beku fresh. Nilai RHO nya yang kecil kemungkinan karena berupa aquifer air yang dilingkupi oleh sedimen yang impermeabel maka lapisan ini terjebak oleh magma yang membeku lebih cepat disekelilingnya. Hal ini dapat terjadi karena perbedan temperatur yang sangat drastis antar magma dengan lapisan yang dilewatinya. Pada lapisan kesepuluh memiliki nilai resistivitas 109 m dengan ketebalan lapisan 3,87 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Sedangkan pada lapisan kesebelas yang merupakan lapisan terakhir yang kedalamannya idak terhingga memiliki nilai resitivitas 0,612 m.V.1.4. Penampang IP2WIN STA 4

Gb. V. 1. 4. Hasil Interpretasi Metode Geolistrik STA 4

Dari pengolahan data menggunakan software IP2WIN didapatkan 11 lapisan bawah permukaan pada pada STA 4 dengan ketebalan litologi yang diteliti adalah 39,2 m.

Pada lapisan pertama yang merupakan lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 87,5 m dengan ketebalan lapisan 1,27 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk sesuai dengan keadaan di lokasi pengambilan data.

Pada lapisan kedua yang berada di bawah lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 79,8 m dengan ketebalan lapisan 1,75 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk yang memiliki nilai RHO yaitu antara 60 m 100 m.

Kemudian pada lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas 124 m dengan ketebalan lapisan 1,03 m. Pada lapisan ini masih diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk yang memiliki nilai RHO yaitu antara 60 m 100 m. Namun karena nilai RHO yang besar diperkirakan lapisan tersebut berupa bongkah batuan beku yang terbawa saat proses intrusi. Pada lapisan keempat memiliki nilai resistivitas 97,5 m dengan ketebalan lapisan 1,38 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m. Lapisan kelima memiliki nilai resistivitas 80,4 m dengan ketebalan lapisan 1,61 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m. Kemudian lapisan keenam memiliki nilai resistivitas 99,2 m dengan ketebalan lapisan 3,13 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m.

Pada lapisan ketujuh memiliki nilai resistivitas 79,8 m dengan ketebalan lapisan 4,05 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk dikarenakan nilai RHO 60 m 100 m. Namun pada lapisan kedelapan sudah mulai berupa batuan beku fresh. Dimana pada lapisan ini memiliki nilai resistivitas 111 m dengan ketebalan lapisan 5,16 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Lapisan ini terletak jauh di bawah permukaan sehingga terhindar dari proses pelapukan. Pada lapisan kesembilan memiliki nilai resistivitas 152 m dengan ketebalan lapisan 9,56 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Pada lapisan kesepuluh memiliki nilai resistivitas 178 m dengan ketebalan lapisan 10,2 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Sedangkan pada lapisan kesebelas yang merupakan lapisan terakhir yang kedalamannya idak terhingga memiliki nilai resitivitas 87,5 m.V.1.5. Penampang IP2WIN STA 5

Gb. V. 1. 5. Hasil Interpretasi Metode Geolistrik STA 5

Dari pengolahan data menggunakan software IP2WIN didapatkan 11 lapisan bawah permukaan pada pada STA 1.

Pada lapisan pertama yang merupakan lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 59,7 m dengan ketebalan lapisan 1,15 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batupasir sesuai dengan keadaan di lokasi pengambilan data.

Pada lapisan kedua yang berada di bawah lapisan teratas memiliki nilai resistivitas 51,6 m dengan ketebalan lapisan 1,2 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batupasir dengan nilai resistivitas antara 40 m 60 m.

Kemudian pada lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas 130 m dengan ketebalan lapisan 2,81 m. Diperkirakan lapisan ini merupakan bongkah batuan beku. Dikarenakan nilai RHO nya yang besar hingga mencapai 130 m. Bongkah ini kemungkinan hasil dari intrusi magma pada lapisan yang tidak impermeabel. Pada lapisan keempat memiliki nilai resistivitas 659,7 m dengan ketebalan lapisan 1,21 m. Lapisan ini masih berupa batupasir dikarenakan nilai resistivitasnya antara 40 m 60 m.

Pada lapisan kelima memiliki nilai resistivitas 99 m dengan ketebalan lapisan 1,66 m. Pada lapisan ini berupa batuan beku yang sudah lapuk. Sebab nilai resitivitasnya antara 60 m 100 m. Pada lapisan keenam memiliki nilai resistivitas 154 m dengan ketebalan lapisan 4,98 m. Pada lapisan ini masih diinterpretasikan sebagai batuan beku lapuk sebab lapisan ini terletak antara lapisan batuan beku lapuk.

Pada lapisan ketujuh masih berupa batuan beku lapuk dengan nilai resistivitas 99 m dengan ketebalan lapisan 5,17 m. Pada lapisan kedelapan memiliki nilai resistivitas 157 m dengan ketebalan lapisan 7,61 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m.

Pada lapisan kedelapan memiliki nilai resistivitas 161 m dengan ketebalan lapisan 4,29 m. Lapisan ini sudah dapat diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Lapisan ini terletak jauh di bawah permukaan sehingga terhindar dari proses pelapukan. Pada lapisan kesesembilan memiliki nilai resistivitas 211 m dengan ketebalan lapisan 21,1 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Lapisan kesesembilan memiliki nilai resistivitas 107 m dengan ketebalan lapisan 20,1 m. Pada lapisan ini diinterpretasikan sebagai batuan beku fresh dikarenakan nilai RHO > 100 m. Sedangkan pada lapisan kesebelas yang merupakan lapisan terakhir yang kedalamannya idak terhingga memiliki nilai resitivitas 176 m.V.1.6. Penampang 2D Resistivity

Gb. V. 1. 6. Penampang Resistivitas Menggunakan Software Res2DinVGambar di atas merupakan penampang resitivitas 2D dari hasil Metode Konvigurasi Pole-Dipole dari data elektroda, kedalaman, dan nilai resistivitas.

Pada gambar di atas, penampang pertama merupakan gambaran dari data lapangan. Penampang kedua adalah hasil dari pengolahan data lapangan. Sedangkan penampang ketiga merupakan hasil dari restivitas suatu daerah penelitian.

Perbedaan warna tersebut dapat kita ketahui semakin warna mengarah ke merah, maka resitivitas semakin tinggi, yang berarti batuan akan sulit untuk menghantarkal listrik. Sedangkan warna biru akan melambangkan resitivits yang rendah, sehingga batuan dapat diperkirakan penghantar listrik yang baik.

Pada penampang ketiga merupakan nilai true resistivitynya. Dapat dianalisis bahwa resistivitas yang tinggi pada kedalaman 8,5 m 16,4 m dan 193 m 319 m dan resistivitas yang rendah pada kedalaman 0,854 m 6 m dengan nilai 45 m - 100 m. Sedangkan yang berwarna coklat muda sampai orange diinterpretasikan merupakan batas antara intrusi dan litologi yang ditrobos magma dengan nilai resistivitas 117 m - 190 m.Dari interpretasi resitivitas dengan software Res2DinV dan software IP2WIN dapat diperkirakan titik-titik pengambilan data dilakukanan. Sebab kedua software tersebut dapat dibandingkan untuk dapat memperoleh data yang lebih akurat.

V.2. Korelasi Penampang IP2WIN

Gbr V.2.1 Korelasi Penampang IP2WINGambar di atas merupakan korelasi dari kelima STA pengambilan data. Terlihat pada STA pertama 3, 39 m dari permukaan merupakan daerah berlitologi batupasir. Dari kedalaman 3, 39 m 13,5 m dari permukaan merupakan daerah perlitologi batuan beku lapuk yang dapat dikorelasikan dengan STA 2 pada kedalaman 22,2 m dari permukaan. Selain itu dari kedalaman STA 2 tersebut dapat dikorelasikan kembali dengan STA 3 pada kedalaman 4,64 m 16,5 m, STA 4 di kedalaman 14,2 m dari permukaan, dan pada STA 5 pada kedalaman 6,36 m - 18,2 m.Sedangkan untuk korelasi batuan beku fresh pada STA 1 dari kedalaman 13,5 m 63,6 m dari permukaan merupakan daerah perlitologi batuan beku lapuk yang dapat dikorelasikan dengan STA 2 pada kedalaman 22,2 m - 78,6 m. Selain itu dari kedalaman STA 2 tersebut dapat dikorelasikan kembali dengan STA 3 pada kedalaman 16,5 m 40,4 m, STA 4 di kedalaman 14,2 m 39,2 m, dan pada STA 5 pada kedalaman 18,2 m 63,6 m.

Namun pada STA 5 terdapat sebuah bongkah batuan beku fresh yang mengintrusi batuan pasir pada kedalaman 2,34 m 5,16 m. Bongkah ini memiliki ketebalan 2,81. Dimana bongkah tersebut merupakan hasil intrusi yang terbawa ke permukaan.

Dari kelima STA tersebut, intrusi terjadi pada kedalaman diatas 1 meter dari permukaan. Sebab dari hasil korelasi, mayoritas batuan beku lapuk berada pada kedalaman > 1 meter dari permukaan.

BAB VI

PENUTUPVI.1. Kesimpulan

Dari seluruh data pengolahan metode geolistrik yang yang dilakukan di Dusun Jlegongan, Desa Margodadi, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, DIY pada 5 titik dengan mengunakan konfigurasi schlumberger dan satu titik menggunakan konfigurasi pole-dipole, maka dapat disimpulkan di daerah telitian terdapat intrusi batuan beku yang bernama dasit (hasil dari deskripsi batuan).

Dari interpretasi resitivitas dengan software Res2DinV dan software IP2WIN dapat diperkirakan titik-titik pengambilan data dilakukanan. Sebab kedua software tersebut dapat dibandingkan untuk dapat memperoleh data yang lebih akurat. Pada penampang resisitivitas daerah yang berwarna coklat muda sampai orange diinterpretasikan merupakan batas antara intrusi dan litologi yang ditrobos magma dengan nilai resistivitas 117 m - 190 m.

Sedangkan untuk pada STA 5 terdapat sebuah bongkah batuan beku fresh yang mengintrusi batuan pasir pada kedalaman 2,34 m 5,16 m. Bongkah ini memiliki ketebalan 2,81. Dimana bongkah tersebut merupakan hasil intrusi yang terbawa ke permukaan.

Dapat disimpulkan intrusi tersebut terdapat pada kedalaman > 1 meter dari permukan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil korelasi profil kedalaman kelima titik pengambilan data dengan pengolahan menggunakan konfigurasi schlumberger. Hal tersebut dapat diperjelas dengan penampang ketiga yang menggunakan software Res2DinV yang akan menunjukkan nilai true resistivity.VI.2. Saran

1