Download - Tugas Konstruksi Baja II Fix

Transcript
Page 1: Tugas Konstruksi Baja II Fix

TUGAS KONSTRUKSI BAJA II

Soal :

Diketahui :

- P1 = 0,5 t- P2 = 1 t- Mutu baja σ = 1600 kg/cm2

Rencanakan :

1. Batang AC, CD, AF, CF, DG, FC & DF (penampang I/ Wide Flange)2. Sambungan di titik A, C, D, F & G dengan baut3. Sambungan yang sama bila digunakan las

Page 2: Tugas Konstruksi Baja II Fix

DAFTAR

BAB I STATIKA MEKANIKA

1.1 Statika Mekanika

1.2 Konsep Dasar

1.3 Perhitungan Statika Mekanika

1.4 Tabel Perhitungan Statika Mekanika

BAB II PERHITUNGAN PENAMPANG

2.1 Batang Tarik

2.1.1 Perhitungan Batang Tarik

2.2 Batang Tekan

2.2.1 Perhitungan Batang Tekan

BAB III SAMBUNGAN BAUT DAN LAS

BAB IV GAMBAR

Page 3: Tugas Konstruksi Baja II Fix

BAB I

STATIKA MEKANIKA

1.1. Statika Mekanika

Mekanika adalah cabang ilmu fisika yang membahas keadaan benda yang diam atau

bergerak di bawah pengaruh aksi gaya. Tak ada pengetahuan langsung lain yang berperan

lebih besar dalam analisis teknik daripada mekanika. Sejarah awal ilmu ini merupakan

permulaan teknik. Penelitian dan pengembangan modern di bidang getaran, stabilitas dan

kekuatan struktur dan mesin, robot, disain roket dan pesawat angkasa, pengendalian otomatis,

kemampuan mesin, alir-an fluida, mesin dan alat-alat listrik, dan perilaku molekul, atom, dan

subatom sangat bergan-tung kepada prinsip-prinsip dasar mekanika. Pengertian yang

mendalam tentang pengetahuan mekanika merupakan prasyarat pokok untuk bekerja dalam

bidang-bidang tersebut di atas mau-pun bidang-bidang lainnya.

Mekanika merupakan ilmu fisika yang tertua. Tulisan tertua yang berisi ilmu ini

dibuat oleh Archimedes (287-212 sebelum Masehi) yang membahas prinsip pengungkit dan

prinsip kemampuan mengapung. Kemajuan yang besar diawali oleh hukum kombinasi vektor

gaya oleh Stevinus (1548-1620), yang juga merumuskan sebagian besar dari prinsip-prinsip

statika.

Penyelidikan pertama mengenai persoalan dinamika dilakukan oleh Galileo (1564-

1642) dalam kaitan de-ngan percobaannya tentang batu yang jatuh. Perumusan seksama dari

hukum-hukum gerak, se-perti halnya hukum gravitasi, dibuat oleh Newton (1642-1727), yang

juga menciptakan gagasan perubahan kecil dalam analisis matematis. Sumbangan besar

terhadap pengembangan mekanika juga diberikan oleh da Vinci, Varignon, Euler, D'

Alembert, Lagrange, Laplace, dan yang lainnya.

Prinsip-prinsip mekanika sangat tergantung pada matematika yang teliti. Jadi peranan

mate-matika sangat penting dalam mekanika teknik, yang merupakan penerapan prinsip-

prinsip mekanika pada penyelesaian persoalan praktis, Buku ini menitik beratkan

pengembangan prinsip-prinsip tersebut dan penerapan-penerapannya. Prinsip dasar mekanika

sebenarnya tidak banyak, te-tapi aplikasinya sangat luas dan metode yang digunakan dalam

mekanika dipakai di bidang-bidang teknik lainnya.

Page 4: Tugas Konstruksi Baja II Fix

Pelajaran mekanika terdiri atas dua bagian: Statika, yang membahas kesetimbangan

benda di bawah pengaruh gaya, dan dinamika, yang membahas gerakan benda.

1.2. Konsep Dasar

Konsep-konsep dan definisi-definisi yang tepat merupakan landasan untuk

mempelajari mekanika, dan harus dimengerti terlebih dahulu.

Ruang adalah daerah geometri yang ditempati oleh benda yang posisinya

digambarkan oleh pengukuran linear dan anguler relatif terhadap sistem koordinat. Untuk

persoalan tiga dimensi, niang membutuhkan tiga koordinat bebas, sedangkan untuk persoalan

dua dimensi diperlukan hanya dua koordinat saja.

Waktu adalah ukuran peristiwa yang berurutan dan merupakan besaran dasar dalam

dinamika. Waktu tidak dapat dimasukkan langsung dalam analisis persoalan statika. Massa

adalah ukuran kelembaman benda, yang merupakan penghambat terhadap perubahan

kecepatan. Massa merupakan tjal penting untuk persoalan statika karena massa juga

merupakan sifat setiap benda yang mengalami gaya tarik-menarik dengan benda lain.

Gaya adalah aksi suatu benda terhadap benda lain. Suatu gaya cenderung

menggerakkan se-buah benda menurut arah kerjanya. Aksi sebuah gaya dicirikan oleh

besarannya, arah kerjanya, dan titik kerjanya. Gaya adalah besaran vector

Partikel. Sebuah benda yang dimensmya dapat diabaikan disebut partikel. Dalam

pengertian matematis, sebuah partikel adalah benda yang dimensinya mendekati nol sehingga

dapat dianali-sis sebagai massa titik. Seringkali sebuah partikel dipilih sebagai elemen

diferensial dari sebuah benda. Selain itu, apabila dimensi sebuah benda tidak sesuai dengan

gambaran posisinya atau aksi gaya yang dikenakan padanya, benda tersebut dapat

diperlakukan sebagai partikel.

Benda tegar. Sebuah benda dianggap tegar jika gerakan relatif antar bagian-bagiannya

dapat diabaikan langsung. Sebagai contoh, perhitungan tarikan (tension) pada kabel yang

menyangga tiang penderek mobil dalam keadaan mengangkut beban pada dasarnya tak

terpengaruh oleh re-gangan (deformasi) dalam yang kecil pada anggota-anggota struktural

tiang tersebut. Untuk tuju-an ini, dari penentuan gaya luar yang bekerja pada tiang tersebut

kita dapat memperlakukannya sebagai benda tegar. Statika terutama membahas

Page 5: Tugas Konstruksi Baja II Fix

perhitungan.gaya luar yang bekerja pada benda tegar yang berada dalam kondisi

kesetimbangan. Untuk menentukan tegangan dan regangan dalam, karakteristik deformasi

dari material (bahan tiang tersebut harus dianalisis. Analisis jenis ini termasuk dalam

pelajaran mekanika benda-benda yang dapat berubah bentuk, yang dipelajari setelah statika.

Statika atau Mekanika Teknik atau juga dikenal sebagai Mekanika Rekayasa

merupakan bidang ilmu utama (dasarkeahlian) yang dipelajari di ilmu teknik sipil.Pokok

utama atau materi dari Statika adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang

bekerja padanya.Perilaku struktur tersebut umumnya mencakup keseimbangan gaya, uraian

gaya, gaya reaksi dan gaya internal yang ada pada struktur.

Dalam mempelajari perilaku struktur pada mata kuliah Statika, maka hal-hal penting

yang selalu diperhatikan adalah:

1.Stabilitas struktur (tidak bergerak, tidak berpindah tempat dan tidak berubah bentuk).

2.Keseimbangan Gaya (gaya luar atau beban yang bekerja pada struktur harus diimbangi oleh

reaksi struktur terhadap beban tersebut)

3.Kompatibilitas antara gaya-gaya yang bekerja pada struktur dengan jenis tumpuannya dan

bentuk strukturnya.

Gaya Luar terdiri dari Muatan(Gaya Aksi) dan Reaksi Tumpuan(Gaya Reaksi) yang

menciptakan kestabilan atau keseimbangan struktur. Muatan yang membebani suatu struktur

akan dirambatkan oleh kontruksi ke dalam tanah melalui pondasi. Gaya-gaya dari tanah yang

memberikan perlawanan terhadap gaya rambat tersebut dinamakan Reaksi Tumpuan.

Muatan adalah beban yang bekerja padasuatu struktur dapat berupa beban hidup

manusia, beban kendaraan, beban angin, beban gempa, beban hidrolis air, beban aktif tanah

dll.Muatan yang bekerja pada struktur secara umum dibagi menjadi dua yaitu muatan tetap

dan muatan sementara.Muatan tetap bekerja sepanjang umur struktur, beban ini juga dikenal

sebagai beban mati atau berat mati struktur. Sebagai contoh berat mati struktur dari beton

2400 kN/m3, berat mati struktur baja 7200 kN/m3, berat mati struktur kayu 960 kN/m3, berat

tegel di atas lantai 75 kN/m2).Muatan sementara bekerja tidak tetap pada strukur, muatan ini

juga dikenal sebagai muatan tidak tetap (muatan hidup) seperti muatan gempa, angin,

kendaraan, orang.

Muatan-muatan selalu mempunyai besaran, arah, dan garis kerja, misalnya:

Page 6: Tugas Konstruksi Baja II Fix

Bebanangin bekerja tegak lurus bidang yang menentangnya, berupa beban merata

arahnya umum mendatar(misal40 N/m2)

•Berat kendaraan, merupakan muatan titik yang mempunyai arah gaya tegak lurus

bidang singgung roda, arah gaya akibat beban kendaraan adalah vertikal

kebawah(misal10kN)

Gaya tekan air(gayatekan tanah), bekerja tegak lurus dinding yang terletak didalam

air(didalamtanah), besarnya gaya tekan air (tanah) dihitung secara hidrostatis

berbentuk beban segitiga, makin dalam makin besar gayanya.

•Beban manusia bekerja tegak lurus bidang injaknya dan berupa beban titik atau

beban merata dengan arah vertikal kebawah (misal100 kNatau100 kN/m2).

Page 7: Tugas Konstruksi Baja II Fix

1.3 Perhitungan Statika Mekanika

Perhitungan gaya-gaya batang yang bekerja pada struktur rangka batang

Perhitungan BebanPA = P1 + 0,5 . q . l = 0,5 + 0,5 . 2 . 2,5 = 3 tonPB = P2 + 0,5 . q . l + 0,5 . q . l = 1 + 0,5 . 2 . 2,5 + 0,5 . 2 . 2,5 = 6 tonPC = P2 + 0,5 . q . l + 0,5 . q . l = 1 + 0,5 . 2 . 2,5 + 0,5 . 2 . 2,5 = 6 tonPD = P2 + 0,5 . q . l + 0,5 . q . l = 1 + 0,5 . 2 . 2,5 + 0,5 . 2 . 2,5 = 6 tonPE = P1 + 0,5 . q . l = 0,5 + 0,5 . 2 . 2,5 = 3 ton

Penyebaran Beban

Menghitung Reaksi Perletakan∑MA = 0-RB.10 + PA.0 + PC.2,5 + PD.5 + PE.7,5 + PB.10 = 0-RB.10 + 3.0 + 6.2,5 + 6.5 + 6.7,5 + 3.10 = 0-10RB + 0 + 15 + 30 + 45 + 30 = 0-10RB = -120

Page 8: Tugas Konstruksi Baja II Fix

RB = 12 ton

∑MB = 0RA = 12 ton

Kontrol = PA + PC + PD + PE + PB = RA + RB

= 3 + 6 + 6 + 6 + 3 = 12 + 12 24 = 24 (OKE!)

Menghitung Gaya-gaya Batang1. Keseimbangan Titik Simpul A

∑V = 0RA - PA - SAF. Sin 450 = 012 – 3 – 0,707 SAF = 00,707 SAF = 9SAF = 12,729 ton

∑H = 0SAC - SAF. Cos 450 = 0SAC = 12,729 . 0,707SAC = 8,999 ton

2. Keseimbangan Titik Simpul C∑V = 0SCF - PC = 0SCF = PC

SCF = 6 ton

∑H = 0SCD - SAC = 0SCD = 8,999 ton

3. Keseimbangan Titik Simpul F∑V = 0SAF.sin 450 - SDF.sin 450 - SCF = 08,999 - SDF.sin 450 – 6 = 00,707SDF = 2,999

Page 9: Tugas Konstruksi Baja II Fix

SDF = 4,242 ton

∑H = 0SAF.cos 450 + SDF.cos 450 - SFG = 08,999 + 2,999 - SFG = 0SFG = 8,999 + 2,999SFG = 11,998 ton

4. Keseimbangan Titik Simpul G∑V = 0SDG = 0

∑H = 0SFG - SGH = 011,998 = SGH

SGH = 11,998 ton

5. Keseimbangan Titik Simpul D∑V = 0SDF.sin 450 + SDG + SDH. Sin 450 - PD = 02,999 + 0 + 0,707 SDH – 6 = 00,707 SDH = 3,001SDH = 4,242 ton

∑H = 0SDE + SDH.cos 450 - SDF.cos 450

- SCD = 0SDE + 2,999 – 2,999 – 8,999 = 0SDE = 8,999 ton

6. Keseimbangan Titik Simpul E∑V = 0SEH - PE = 0SEH = PE

SEH = 6 ton

Page 10: Tugas Konstruksi Baja II Fix

∑H = 0SBE - SDE = 0SBE = SDE

SBE = 8,999 ton

1.4 Tabel Hasil Perhitungan Statika Mekanika

Titik Simpul Batang

Gaya Batang

Gaya Batang (Max/Min)

Panjang Batang (m)

A AF 12,729 (+) 12,729 (+) 3,53  AC 8,999 (-) 4,242 (-) 2,5C CF 6 (-) 11,998 (+) 2,5  CD 8,999 (-) 6 (-) 2,5  CA 8,999 (-)    F FD 4,242 (-)      FG 11,998 (+)      FC 6 (-)      FA 12,729 (+)    G GH 11,998 (+)      GD 0      GF 11,998 (+)    D DH 4,242 (-)      DG 0      DF 4,242 (-)      DE 8,999 (-)      DC 8,999 (-)    E EH 6 (-)      EB 8,999 (-)      ED 8,999 (-)    

Page 11: Tugas Konstruksi Baja II Fix

BAB II

PERHITUGAN PENAMPANG

2.1 Batang Tarik

Besar gaya tarik maksimum pada konstruksi statika mekanika adalah 6 ton. Terjadi pada batang AF dengan L = 2,5 m. Mutu baja = 1600 kg/cm2.

2.1.1 Perhitungan Batang Tarik

- Penampang AF : σ Tarik : 0,75. σ

: 0,75. 1600 = 1200 kg/cm2

A bruto : = 10,607 cm2

A netto : 0,85 x A bruto = 0,85 x 10,607 = 9,016 cm2

i min : = = 1,471 cm

Lihat tabel profil I → digunakan I 4’ WF 4 x 4 dgn A netto = 25,2 cm2 ; I = 2,51 cm

Jadi, σ Tarik = = = 505,119 kg/cm2 < σ = 1200 kg/cm2

- Penampang FD :

Page 12: Tugas Konstruksi Baja II Fix

σ Tarik : 0,75. σ

: 0,75. 1600 = 1200 kg/cm2

A bruto : = 3,535 cm2

A netto : 0,85 x A bruto = 0,85 x 3,535 = 3,005 cm2

i min : = = 1,042 cm

Lihat tabel profil I → digunakan I 4’ WF 4 x 4 dgn A netto = 25,2 cm2 ; I = 2,51 cm

Jadi, σ Tarik = = = 168,333 kg/cm2 < σ = 1200 kg/cm2

- Penampang FG :

σ Tarik : 0,75. σ

: 0,75. 1600 = 1200 kg/cm2

A bruto : = 9,998 cm2

A netto : 0,85 x A bruto = 0,85 x 9,998 = 8,498 cm2

i min : = = 1,042 cm

Lihat tabel profil I → digunakan I 4’ WF 4 x 4 dgn A netto = 25,2 cm2 ; I = 2,51 cm

Jadi, σ Tarik = = = 476,111 kg/cm2 < σ = 1200 kg/cm2

- Penampang CF :

σ Tarik : 0,75. σ

Page 13: Tugas Konstruksi Baja II Fix

: 0,75. 1600 = 1200 kg/cm2

A bruto : = 5 cm2

A netto : 0,85 x A bruto = 0,85 x 5 = 4,25 cm2

i min : = = 1,042 cm

Lihat tabel profil I → digunakan I 4’ WF 4 x 4 dgn A netto = 25,2 cm2 ; I = 2,51 cm

Jadi, σ Tarik = = = 238,095 kg/cm2 < σ = 1200 kg/cm2

2.2 Batang Tekan

Besar gaya tekan maksimum pada konstruksi statika mekanika adalah 12,729 ton. Terjadi pada batang AF dengan L = 3,53 m. Mutu baja = 1600 kg/cm2.

2.2.1 Perhitungan Batang Tekan

- Penampang AF : Dengan meggunakan rumus Euler

I min =

= -,484 n P Lk2

Untuk baja B37 ditaksir σ = 1600 kg/cm2, ditaksir dengan

I min = 1,5 P Lk2

Page 14: Tugas Konstruksi Baja II Fix

Jika panjang Lk = L, karena K=1 (sendi), maka :

I min = 1,5 P Lk2

=1,5 . 12,729 . 3,532

= 237,922 cm4

Berdasarkan perhitungan I min, dapat dicari di table baja WF, dengan I min = Iy atau sedikit lebih besar dari 237,922 cm4 , terdapat Iy =279,7 cm4 , dimensi WF 8’ x 51/4’

Memiliki : Ix = 2,348 cm4 Ix = 8,53

Iy = 279,7 cm4 Iy = 2,95

A = 32,3 cm2

Diperiksa denga daya dukung :

λ = = = 114,6 (berlaku Euler keadaan Elastis)

ω = 2,55 (Tabel PBBI)

= σ N =

=

= 20266,67 kg > 12729 kg (OK)

- Penampang FD : Dengan meggunakan rumus Euler

I min =

= -,484 n P Lk2

Untuk baja B37 ditaksir σ = 1600 kg/cm2, ditaksir dengan

I min = 1,5 P Lk2

Jika panjang Lk = L, karena K=1 (sendi), maka :

Page 15: Tugas Konstruksi Baja II Fix

I min = 1,5 P Lk2

=1,5 . 4,242 . 2,52

= 39,769 cm4

Berdasarkan perhitungan I min, dapat dicari di table baja WF, dengan I min = Iy atau sedikit lebih besar dari 39,769 cm4 , terdapat Iy = 156,5 cm4 , dimensi WF 4’ x 4’

Memiliki : Ix = 470,3 cm4 Ix = 4,37

Iy = 156,5 cm4 Iy = 2,51

A = 25,2 cm2

Diperiksa dengan daya dukung :

λ = = = 128,86 (berlaku Euler keadaan Elastis)

ω = 3,21 (Tabel PBBI)

= σ N =

=

= 12560,75 kg > 4242 kg (OK)

- Penampang FG : Dengan meggunakan rumus Euler

I min =

= -,484 n P Lk2

Untuk baja B37 ditaksir σ = 1600 kg/cm2, ditaksir dengan

I min = 1,5 P Lk2

Jika panjang Lk = L, karena K=1 (sendi), maka :

I min = 1,5 P Lk2

=1,5 . 11,998 . 2,52

= 112,481 cm4

Page 16: Tugas Konstruksi Baja II Fix

Berdasarkan perhitungan I min, dapat dicari di table baja WF, dengan I min = Iy atau sedikit lebih besar dari 112,481 cm4 , terdapat Iy =156,5 cm4 , dimensi WF 4’ x 4’

Memiliki : Ix = 470,3 cm4 Ix = 4,37

Iy = 156,5 cm4 Iy = 2,51

A = 25,2 cm2

Diperiksa denga daya dukung :

λ = = = 97,276 (berlaku Euler keadaan Elastis)

ω = 1,96 (Tabel PBBI)

= σ N =

=

= 12560,75 kg > 11998 kg (OK)

- Penampang CF: Dengan meggunakan rumus Euler

I min =

= -,484 n P Lk2

Untuk baja B37 ditaksir σ = 1600 kg/cm2, ditaksir dengan

I min = 1,5 P Lk2

Jika panjang Lk = L, karena K=1 (sendi), maka :

I min = 1,5 P Lk2

=1,5 . 6 . 2,52

= 56,25 cm4

Berdasarkan perhitungan I min, dapat dicari di table baja WF, dengan I min = Iy atau sedikit lebih besar dari 56,25 cm4 , terdapat Iy = 156,5 cm4 , dimensi WF 4’ x 4’

Memiliki : Ix = 470,3 cm4 Ix = 4,37

Page 17: Tugas Konstruksi Baja II Fix

Iy = 156,5 cm4 Iy = 2,51

A = 25,2 cm2

Diperiksa denga daya dukung :

λ = = = 98,425 (berlaku Euler keadaan Elastis)

ω = 1,99 (Tabel PBBI)

= σ N =

=

= 12560,75 kg > 6000 kg (OK)

BAB III

Page 18: Tugas Konstruksi Baja II Fix

SAMBUNGAN BAUT

3.1 Perencanaan Sambungan

Titik A

Diasumsikan plat dengan tebal 12 mm dan lebar 150 mm. Harus di sambung dan

direncanakan menerima beban tarik sebesar 8,999 ton. Rencanakan sambungan dengan baut

biasa, diameter baut 19 mm. Bahan plat dan baut BJ 37 dengan dimensi WF 4’x4’

a. Menentukan tebal plat penyambung :

Ambil tebal = 0,7 x t (syarat umum)

= 0,7 x 12

= 8,4 mm ~ 8 mm

Bila 2 buah plat 2 x 8 = 16 mm > 12 mm….OK

b. Kekuatan geser baut :

ℐ baut = 0.6 x σ

= 0.6 x 1600

= 960 Kg/cm2

Potongan tunggal Ng = 1 x π d2 x ℐ baut

= 1 x π 1,92 x 960

= 2721,5 Kg

Diambil jumlah baut n = = = 3,3 baut

c. Kekuatan tumpu baut :

Syarat 1,5 d ≤ S1 ≤ 2d

σ tu = 1,2 x σ = 1,2 x 1600 = 1920 Kg/cm2

Ntu = d x t x σ tu = 1,9 x 1.2 x 1920 = 4377 Kg/cm2

Page 19: Tugas Konstruksi Baja II Fix

Diambil jumlah baut = n = = = 2,05 baut

Sehingga diambil yang paling menentukan yaitu jumlah baut = 3,3 baut ~ 4 baut

d. Cara penyusunan baut

1,5 d ≤ S1 ≤ 3d atau 6t

1,5x1,9 ≤ S1 ≤ 3x1,9 atau 6x1,2

2,85 ≤ S1 ≤ 5,7 atau 7,2

Ambil S1 = 4cm = 40mm

2,5 d ≤ g ≤ 7d atau 14t

2,5x1,9 ≤ g ≤ 7x1,9 atau 14x1,2

4,75 ≤ g ≤ 13,3 atau 16,8

Ambil g = 7cm = 70mm

S2 ≤ 7d - atau 14t -

S2 ≤ 7x1,9 - atau 14x1,2 -

S2 ≤ 9,8cm atau ≤ 13,3cm

Ambil S2 = 9cm = 90mm

e. Kontrol Penampang

Hitung A netto :

A netto = b x t – n x A lubang

= 15 x 1,2 – 4 x 1,9 x 1,2

Page 20: Tugas Konstruksi Baja II Fix

= 18 – 9,12

= 8,88

T = A netto x σ t σ t = 0,75 x σ

= 8,88 x 1200 = 0,75 x 1600

= 10,656 > 8,999 = 1200 Kg/cm2

Karena besar beban tarik yang dapat dipikul = T > beban tarik = 8,999 ton, maka

sambugan baut dengan susunan seperti diatas adalah AMAN!!!

Titik C

Diasumsikan plat dengan tebal 12 mm dan lebar 150 mm. Harus di sambung dan

direncanakan menerima beban tarik sebesar 8,999 ton. Rencanakan sambungan dengan baut

biasa, diameter baut 19 mm. Bahan plat dan baut BJ 37 dengan dimensi WF 4’x4’

a. Menentukan tebal plat penyambung :

Ambil tebal = 0,7 x t (syarat umum)

= 0,7 x 12

= 8,4 mm ~ 8 mm

Bila 2 buah plat 2 x 8 = 16 mm > 12 mm….OK

b. Kekuatan geser baut :

ℐ baut = 0.6 x σ

= 0.6 x 1600

= 960 Kg/cm2

Potongan tunggal Ng = 1 x π d2 x ℐ baut

= 1 x π 1,92 x 960

= 2721,5 Kg

Diambil jumlah baut n = = = 3,3 baut

Page 21: Tugas Konstruksi Baja II Fix

c. Kekuatan tumpu baut :

Syarat 1,5 d ≤ S1 ≤ 2d

σ tu = 1,2 x σ = 1,2 x 1600 = 1920 Kg/cm2

Ntu = d x t x σ tu = 1,9 x 1.2 x 1920 = 4377 Kg/cm2

Diambil jumlah baut = n = = = 2,05 baut

Sehingga diambil yang paling menentukan yaitu jumlah baut = 3,3 baut ~ 4 baut

d. Cara penyusunan baut

1,5 d ≤ S1 ≤ 3d atau 6t

1,5x1,9 ≤ S1 ≤ 3x1,9 atau 6x1,2

2,85 ≤ S1 ≤ 5,7 atau 7,2

Ambil S1 = 4cm = 40mm

2,5 d ≤ g ≤ 7d atau 14t

2,5x1,9 ≤ g ≤ 7x1,9 atau 14x1,2

4,75 ≤ g ≤ 13,3 atau 16,8

Ambil g = 7cm = 70mm

S2 ≤ 7d - atau 14t -

S2 ≤ 7x1,9 - atau 14x1,2 -

S2 ≤ 9,8cm atau ≤ 13,3cm

Ambil S2 = 9cm = 90mm

Page 22: Tugas Konstruksi Baja II Fix

e. Kontrol Penampang

Hitung A netto :

A netto = b x t – n x A lubang

= 15 x 1,2 – 4 x 1,9 x 1,2

= 18 – 9,12

= 8,88

T = A netto x σ t σ t = 0,75 x σ

= 8,88 x 1200 = 0,75 x 1600

= 10,656 > 8,999 = 1200 Kg/cm2

Karena besar beban tarik yang dapat dipikul = T > beban tarik = 8,999 ton, maka

sambugan baut dengan susunan seperti diatas adalah AMAN!!!

Titik F

Diasumsikan plat dengan tebal 12 mm dan lebar 150 mm. Harus di sambung dan

direncanakan menerima beban tarik sebesar 6 ton. Rencanakan sambungan dengan baut

biasa, diameter baut 19 mm. Bahan plat dan baut BJ 37 dengan dimensi WF 4’x4’

a. Menentukan tebal plat penyambung :

Ambil tebal = 0,7 x t (syarat umum)

= 0,7 x 12

= 8,4 mm ~ 8 mm

Bila 2 buah plat 2 x 8 = 16 mm > 12 mm….OK

b. Kekuatan geser baut :

ℐ baut = 0.6 x σ

= 0.6 x 1600

= 960 Kg/cm2

Potongan tunggal Ng = 1 x π d2 x ℐ baut

Page 23: Tugas Konstruksi Baja II Fix

= 1 x π 1,92 x 960

= 2721,5 Kg

Diambil jumlah baut n = = = 2,2 baut

c. Kekuatan tumpu baut :

Syarat 1,5 d ≤ S1 ≤ 2d

σ tu = 1,2 x σ = 1,2 x 1600 = 1920 Kg/cm2

Ntu = d x t x σ tu = 1,9 x 1.2 x 1920 = 4377 Kg/cm2

Diambil jumlah baut = n = = = 1,4 baut

Sehingga diambil yang paling menentukan yaitu jumlah baut = 2,2 baut ~ 3 baut

d. Cara penyusunan baut

15cm

3cm 6cm 6cm 3cm

7,5cm

7,5cm

1,5 d ≤ S1 ≤ 3d atau 6t

1,5x2,5 ≤ S1 ≤ 3x2,5 atau 6x1,3

3,75 ≤ S1 ≤ 7,5 atau 7,8

Ambil S1 = 7,5 cm = 75mm

2,5 d ≤ S2 ≤ 7d atau 14t

2,5x 2,5 ≤ S2 ≤ 7x2,5 atau 14x1,3

6,25 ≤ S2 ≤ 17,5 atau 18,2

Ambil = 7,5cm = 70mm

Page 24: Tugas Konstruksi Baja II Fix

e. Kontrol Penampang

Hitung A netto :

A netto = b x t – n x A lubang

= 15 x 1,3 – 3 x 2,5 x 1,3

= 19,5 – 9,75

= 9,75

T = A netto x σ t σ t = 0,75 x σ

= 9,75 x 1200 = 0,75 x 1600

= 11,7 > 9,75 = 1200 Kg/cm2

Karena besar beban tarik yang dapat dipikul = T > beban tarik = 6 ton, maka

sambugan baut dengan susunan seperti diatas adalah AMAN!!!

Titik D

Diasumsikan plat dengan tebal 12 mm dan lebar 150 mm. Harus di sambung dan

direncanakan menerima beban tarik sebesar 8,999 ton. Rencanakan sambungan dengan baut

biasa, diameter baut 19 mm. Bahan plat dan baut BJ 37 dengan dimensi WF 4’x4’

a. Menentukan tebal plat penyambung :

Ambil tebal = 0,7 x t (syarat umum)

= 0,7 x 12

= 8,4 mm ~ 8 mm

Bila 2 buah plat 2 x 8 = 16 mm > 12 mm….OK

b. Kekuatan geser baut :

ℐ baut = 0.6 x σ

= 0.6 x 1600

= 960 Kg/cm2

Potongan tunggal Ng = 1 x π d2 x ℐ baut

Page 25: Tugas Konstruksi Baja II Fix

= 1 x π 1,92 x 960

= 2721,5 Kg

Diambil jumlah baut n = = = 3,3 baut

c. Kekuatan tumpu baut :

Syarat 1,5 d ≤ S1 ≤ 2d

σ tu = 1,2 x σ = 1,2 x 1600 = 1920 Kg/cm2

Ntu = d x t x σ tu = 1,9 x 1.2 x 1920 = 4377 Kg/cm2

Diambil jumlah baut = n = = = 2,05 baut

Sehingga diambil yang paling menentukan yaitu jumlah baut = 3,3 baut ~ 4 baut

d. Cara penyusunan baut

1,5 d ≤ S1 ≤ 3d atau 6t

1,5x1,9 ≤ S1 ≤ 3x1,9 atau 6x1,2

2,85 ≤ S1 ≤ 5,7 atau 7,2

Ambil S1 = 4cm = 40mm

2,5 d ≤ g ≤ 7d atau 14t

2,5x1,9 ≤ g ≤ 7x1,9 atau 14x1,2

Page 26: Tugas Konstruksi Baja II Fix

4,75 ≤ g ≤ 13,3 atau 16,8

Ambil g = 7cm = 70mm

S2 ≤ 7d - atau 14t -

S2 ≤ 7x1,9 - atau 14x1,2 -

S2 ≤ 9,8cm atau ≤ 13,3cm

Ambil S2 = 9cm = 90mm

e. Kontrol Penampang

Hitung A netto :

A netto = b x t – n x A lubang

= 15 x 1,2 – 4 x 1,9 x 1,2

= 18 – 9,12

= 8,88

T = A netto x σ t σ t = 0,75 x σ

= 8,88 x 1200 = 0,75 x 1600

= 10,656 > 8,999 = 1200 Kg/cm2

Karena besar beban tarik yang dapat dipikul = T > beban tarik = 8,999 ton, maka

sambugan baut dengan susunan seperti diatas adalah AMAN!!!

Titik E

Diasumsikan plat dengan tebal 12 mm dan lebar 150 mm. Harus di sambung dan

direncanakan menerima beban tarik sebesar 8,999 ton. Rencanakan sambungan dengan baut

biasa, diameter baut 19 mm. Bahan plat dan baut BJ 37 dengan dimensi WF 4’x4’

a. Menentukan tebal plat penyambung :

Ambil tebal = 0,7 x t (syarat umum)

= 0,7 x 12

= 8,4 mm ~ 8 mm

Bila 2 buah plat 2 x 8 = 16 mm > 12 mm….OK

b. Kekuatan geser baut :

Page 27: Tugas Konstruksi Baja II Fix

ℐ baut = 0.6 x σ

= 0.6 x 1600

= 960 Kg/cm2

Potongan tunggal Ng = 1 x π d2 x ℐ baut

= 1 x π 1,92 x 960

= 2721,5 Kg

Diambil jumlah baut n = = = 3,3 baut

c. Kekuatan tumpu baut :

Syarat 1,5 d ≤ S1 ≤ 2d

σ tu = 1,2 x σ = 1,2 x 1600 = 1920 Kg/cm2

Ntu = d x t x σ tu = 1,9 x 1.2 x 1920 = 4377 Kg/cm2

Diambil jumlah baut = n = = = 2,05 baut

Sehingga diambil yang paling menentukan yaitu jumlah baut = 3,3 baut ~ 4 baut

d. Cara penyusunan baut

1,5 d ≤ S1 ≤ 3d atau 6t

Page 28: Tugas Konstruksi Baja II Fix

1,5x1,9 ≤ S1 ≤ 3x1,9 atau 6x1,2

2,85 ≤ S1 ≤ 5,7 atau 7,2

Ambil S1 = 4cm = 40mm

2,5 d ≤ g ≤ 7d atau 14t

2,5x1,9 ≤ g ≤ 7x1,9 atau 14x1,2

4,75 ≤ g ≤ 13,3 atau 16,8

Ambil g = 7cm = 70mm

S2 ≤ 7d - atau 14t -

S2 ≤ 7x1,9 - atau 14x1,2 -

S2 ≤ 9,8cm atau ≤ 13,3cm

Ambil S2 = 9cm = 90mm

e. Kontrol Penampang

Hitung A netto :

A netto = b x t – n x A lubang

= 15 x 1,2 – 4 x 1,9 x 1,2

= 18 – 9,12

= 8,88

T = A netto x σ t σ t = 0,75 x σ

= 8,88 x 1200 = 0,75 x 1600

= 10,656 > 8,999 = 1200 Kg/cm2

Karena besar beban tarik yang dapat dipikul = T > beban tarik = 8,999 ton, maka

sambugan baut dengan susunan seperti diatas adalah AMAN!!!

Page 29: Tugas Konstruksi Baja II Fix

BAB IV

GAMBAR

Page 30: Tugas Konstruksi Baja II Fix

4.1. Dimensi Profil

Untuk batang tarik AF dengan profil IWF dimensi 4’ x 4’ maka dimensinya adalah sebagai berikut menurut tabel profil baja :

Karena batang tarik FD, FG, CF juga memiliki dimensi yang sama, maka gambar dimensinya pun sama seperti batang AF.

Untuk batang

tekan AF dengan

Page 31: Tugas Konstruksi Baja II Fix

profil IWF dimensi 8’ x 5 1/4’ maka dimensinya adalah sebagai berikut menurut tabel profil baja :

Batang tekan FD, FG, CF memiliki dimensi yg berbeda yaitu IWF 4’x4’. Maka, gambarnya