DefinisiThalassemia talassa yang berarti laut dan haima
yang berarti darah dalam bahasa YunaniPenyakit genetik yang diturunkan dari orang tua
kepada anaknya secara autosom resesif berdasarkan hukum Mendel
Kelainan herediter yang disebabkan oleh kecacatan pada produksi hemoglobin
THALASSEMIA
EPIDEMIOLOGI
Carrier paling banyak terdapat di Asia Tenggara, cina bagian selatan, Yunani, Mediterania dan Italia
Umumnya di Asia Tenggara, Mediterania dan Afrika Barat
Di Indonesia -> akibat migrasi dan percampuran penduduk
Aceh merupakan provinsi dengan persentase thalassemia tertinggi di Indonesia (13,8%)
KLASIFIKASI
Molekuler
Thalassemia-α
Thalassemia-β
Thalassemia-δ
Thalassemia-βδ
PATOGENESIS
α Thalassemia delesi lokus gen α-globin
Silent carrier (-α/αα)Thalassemia-α trait/minor (--/αα) (-α/-α)HbH disease (--/-α)Thalassemia α mayor (Hb Bart’s hydrop fetalis)
β-Thalassemia
Mutasi
Sekuensi promotor terganggu
Terbentuk kodon “stop”
mRNA β berhenti, bersifat prematur
Bentuk β-globin puntung & nonfungsional
Talasemia-β˚ Talasemia-β⁺
a. Thalassemia β trait (minor)
- salah satu dari dua globin β mengalami kecacatan
- kadar Hb sekitar 8-10 gr/dl
- asimptomatik
b. Thalassemia Intermedia/ thalassemia β sedang
- kedua globin β mengalami kecacatan
- transfusi +/-
- kadar Hb 6-7 gr/dl
c. Thalassemia β mayor
- hanya memiliki sangat sedikit globin β
- harapan hidup pada transfusi darah berkala (Hb dipertankan sampai 9,5-10,5 gr/dl
Gejala Klinis
Facies cooley Pucat Ikterus Splenomegali dan hepatomegali Hemosiderosis Hipersplenisme sekunder Pubertas terlambat Gagal jantung kongestif
Pengobatan
1. Transfusi darah 2. Medikamentosa
a. Terapi khelasi besi
- Deferoxamin
- Deferasirox
- Deferiprone
b. Asam folat
c. Vitamin C
d. Vitamin E
e. Transplantasi sumsum tulang
Pencegahan
1. Edukasi2. Konseling genetik3. Screening carrier
Komplikasi
Hemosiderosis
1. Penyaringan dan penyimpanan darah
2. Metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hormon dan zat kimia asing
3. Pembentukan empedu
4. Penyimpanan vitamin dan besi
5. Pembentukan faktor koagulasi
FUNGSI HATI
Fisiologi Fungsi Hati Sebagai Penyimpan Zat Besi
Hati menyekresi apotransferin ( jumlah sedang)
Empedu
DuodenumDuktus Biliaris
Besi makanan diabsorbsi usus
Apoferitin + besi bebas & β-globin (Hb)
Apoferitin membentuk transferin
Tertarik ke usus & berikatan dg reseptor di epitel usus
Transferin + besipinositosis
Seluruh jaringan
Kapiler darah
Serum Ferittin Pada Penderita β-thalassemia mayor
Serum ferittin: gugus protein intraseluler yang mengelilingi sebuah inti besi
Jumlah serum ferittin rendah -> zat besi mulai habis Jumlah normal tergantung usia dan jenis kelamin
pria: 15-200 μg/ml
wanita: 12-150 μg/ml (Behrmann dkk, 2000)
Interpretasi kadar serum ferittin dapat dipengaruhi oleh konsentrasi beban besi tubuh
Pemeriksaan Fungsi Hati
Fungsi sintesis: albumin serum, elektroforesis albumin serum, aktivitas enzim kolineterase, uji masa protombin.
Fungsi ekskresi: Bilirubin serum direk dan indirek, urobilinogen urin.
Fungsi serum hati: SGPT, SGOT, LDH, fosfatase alkali, uji sekretin-CKK.
SGOT: serum glutamic oxsaloasetic transminase SGPT: serum glutamic pyruvic transaminase
SGOT dan SGPT terdapat di sitosol dari sel hati. SGOT juga terdapat di mitokondria, otak, ginjal dan otot-otot
tulang rangka. Kadar SGPT di jaringan hati lebih tinggi dibanding dengan kadar SGOT.
Gangguan/kerusakan fungsi hati biasanya dilakukan dengan pemeriksaan SGPT dan SGOT karena dinilai lebih sensitif dan dapat mendeteksi kerusakan hepatosit seminimal mungkin. (Pincus, 2007)
SGOT dan SGPT
Nilai normal
SGOT: 0-40
SGPT: 5-40 (Behrmann, 2000)
Pada praktiknya, pemeriksaan fungsi hati dilakukan sesuai dengan indikasi dan bertahap.
Baik SGOT maupun SGPT dianggap abnormal jika nilai hasil pemeriksaan 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan nilai normal. (Bastiansyah, 2008)
Top Related